Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan puji syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul
Beberapa Prinsip Dasar Epistemologi Islam.

Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada Allah dan semua pihak yang telah
membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide untuk menyusun makalah ini.

Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan makalah ini,
namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu kami
memohon saran serta komentar yang dapat kami jadikan motivasi untuk menyempurnakan
pedoman dimasa yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Epitemologi Islam 4

B. Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal, Rasa) 5

C. Kriteria Kebenaran Dalam Epistemologi Islam 6

D. Peranan Dan Fungsi Pengetahuan Islam 7

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13 M. hingga saat ini, fenomena pemahaman ke-Islaman
umat Islam Indonesia masih ditandai oleh keadaan amat variatif. Kondisi pemahaman ke-
Islaman serupa ini barangkali terjadi pula diberbagai negara lainnya. Kita tidak tahu persis
apakah kondisi demikian itu merupakan sesuatu yang alami yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan untuk diambil hikmahnya, ataukah diperlukan adanya standar umum yang perlu
diterapkan dan diberlakukan kepada berbagai paham keagamaan yang variatif itu, sehingga
walaupun keadaannya amat bervariasi tetapi tidak keluar dari ajaran yang terkandung dalam al-
Qur’an dan al-Sunnah serta sejalan dengan data-data historis yang dapat
dipertanggungjawabkan keabsahaannya

2. Rumusan masalah

Berkaitan dengan uraian di atas, maka permasalahan yang perlu untuk dilakukan pengkajian
adalah:

1) Apa pengertian epistemologi dan Islam?

2) Bagaimana sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)?

3) Bagaimana kriteria kebenaran dalam epistemologi Islam?

4) Bagaimana peranan dan fungsi pengetahuan Islam?l


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistemologi dan Islam

1) Pengertian Epistemologi

Epistemologi secara etimologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan
logos berarti teori, uraian atau alasan. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai sebuah teori
tentang pengetahuan. Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “Theori Of Knowledge.”

Menurut Harun Nasution, pengertian epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang apa
pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan.

Menurut Furdyartanto pengertian epistemologi adalah ilmu filsafat tentang pengetahuan atau
dengan kata lain filsafat pengetahuan.[1]

Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai
hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk
menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.[2]

Dari pengertian diatas bisa kita lihat bahwa epistemologi bersangkutan dengan masalah-
masalah yang meliputi:

§ Filsafat yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan.

§ Metode yaitu sebagai metode bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh


pengetahuan.

§ Sistem yaitu sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.
2) Pengertian Islam

pengertian Islam secara harfiyah artinya bersih, damai, selamat, dan tunduk. Kata Islam sendiri
terbentuk dari tiga huruf, yakni S (sin), L (lam), dan M (mim) yang memiliki arti dasar “selamat”
(salama)

Jika ditinjau dari segi bahasa yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam mempunyai beberapa
pengertian. Antara lain sebagai berikut :

a) Berasal dari ‘salm’ (‫ )الس َّْلم‬yang berarti damai

Islam bersal dari kata ‘salm‘ yang memiliki arti damai. Arti ini bersumber dari beberapa ayat
dalam Al-Quran. Antara lain sebagai berikut.

kata ‘salm’ dalam ayat di atas mempunyai arti damai atau perdamaian. Dan hal ini adalah salah
satu ciri-ciri dan makna dari Islam, yakni bahwa Islam adalah agama yang selalu membawa
umat manusia pada perdamaian.

b) Berasal dari kata ‘aslama’ (‫ )أَ ْسلَ َم‬yang berarti menyerah

Hal ini memperlihatkan bahwa seorang yang beragama Islam adalah seseorang yang secara
ikhlas menyerahkan jiwa serta raganya hanya kepada penciptaNya. Penyerahan diri ini ditandai
dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.

Seperti dijelaskan Allah SWT dalam firmannya “Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

c) Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (Penyerahan total kepada allah)

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Oleh karena itu, kita
sebagai seorang muslim harus menyerahkan diri secara total jiwa dan raga serta apapun yang
dimiliki hanya kepada Allah SWT.

Bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah dilakukan dalam setiap gerak gerik,
perasaan, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan kebahagiaan, kesusahan, kesenangan, kesedihan
dan lain sebagainya. Termasuk juga dalam berbagai sisi kehidupan yang berhubungan dengan
orang lain, seperti sisi ekomomi dan budaya.

d) Berasal dari Kata ‘saliim’ (‫ ) َسلِ ْي ٌم‬yang berarti bersih dan suci

mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Quran yang berbunyi “Kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Dalam ayat lain Allah menjelaskan “(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati
yang suci.”

Hal ini memperlihatkan bahwa Islam adalah agama yang suci dan bersih. Agama ini mampu
menjadikan para pemeluknya untuk mempunyai kebersihan serta kesucian jiwa yang bisa
membawanya pada kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia ataupun di akhirat.

e) Berasal dari ‘salam’ (‫ ) َسالَ ٌم‬yang berarti selamat dan sejahtera

Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman. “Berkata Ibrahim: Semoga keselamatan dilimpahkan
kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik
kepadaku.”

Ayat tersebut mempunyai makna bahwa Islam adalah agama yang selalu membawa umat
manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, Islam akan selalu memberikan
kesejahteraan dan keselamatan pada seluruh makhluk yang ada di dunia ini.[3]

Sementara itu, Muhammad bin Ibrahim bin Abdulah at Tawairjiri mendefinisikan islam sebagai
penyerahan diri sepenuhnya kepada allah dengan mengesankan-Nya dan mlaksanakan syariat-
Nya dengan penuh ketaatan atau melepaskan diri dari kesyirikan.[4]

Sesuai dengan Firman Allah yang terdapat pada ayat 208 surat Al-Baqarah yang artinya: Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.[5]

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti
damai, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan
kebahagiaan hidup baik didunia maupun diakhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan
kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah
dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk
kepada Tuhan.

B. Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Rasa)

1) Wahyu

Wahyu berasal dari bahsasa arab al-wahy, artinya suara, api, dan kecepatan. Disamping itu
wahyu mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab.[6] Dikalangan ulama terdapat
kesepakatan bahwa sumber ajaran islam adalah Al Quran dan As sunnah. Sedangkan penalaran
atau akal pikiran adalah alat untuk memahami Al Quran dan As sunnah, ketentuan ini sesuai
agama islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT. Semua yang terkandung
dalam wahyu adalah benar dan kebenarannnya tidak dapat dibantah manusia. Di kalangan
kaum muslimin ada dua tipe pemikiran dalam memahami wahyu itu sebagai sumber. Pertama,
sebagai sumber ilmu pengetahuan ilmiyah dan kedua, sebagai sumber petunjuk. Jalaluddin al-
Suyuthi, Muhammad Shadiq al-Rafi’i, Abd al-Razzaq al-Naufal dan Maurice Bucaille, mereka
tergolong kedalam kelompok yang pertama sedangkan Ibn Ishak al-Syathibi dan Quraish Shihab
termasuk kelompok yang kedua. Mahdi Ghulsyani memilih berada diantara kedua kelompok
tersebut, ia menekankan wahyu itu sebagai petunjuk bagi manusia yang mengandung ilmu
pengetahuan dan manusia itu diperintahkan untuk senantiasa menggunakan indra, akal dan
hatinya untuk menggali pengetahuan dari alam ini atas bimbingan wahyu itu sendiri.

Ø Al Quran

Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran islam yang utama adalah Al-
quran (wahyu), akal pikiran dan rasa adalah alat untuk memahami Al-quran dan As-sunnah.
Ketentuan ini sesuai dengan agama islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT.

Sebagai sumber utama pengetahuan Al-quran mutiara pengetahuan yang tidak terhingga
jumlahnya yang pada garis besarnya Al-quran mengandung beberapa pokok-pokok pikiran:

a). Aqidah,

b). Syariah, ibadah dan muamalah,


c). Akhlak,

d). Kisah-kisah lampau,

e). Berita-berita yang akan datang,

f). Pengtahuan-pengetahuan Ilahi lainnya.[7]

Al Quran adalah kitab Allah yang terakhir yang berisi petunjuk ilahi yang abadi untuk manusia,
untuk kebahagiaan mereka didunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran utama islam. Al Quran
diyakini berasal dari Allah SWT dan mutlak benar yang keberadaannya sangat dibutuhkan
manusia.

“Dan saesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia
dibawa turun oleh Ar-ruh al amin (Jibril) kedalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi
salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S As-syu’ara 192-195)

Ø As sunnah

Kedudukan As sunnah sebagai sumber ajaran islam selain berdasarkan pada keterangan ayat-
ayat Al Quran dan hadis juga didasarkan pada pendapat kesepakatan para sahabat. Sebagai
sumber ajaran agama islam kedua setelah Al Quran, As sunnah memiliki fungsi yang pada
intinya sejalan dengan AlQuran. Keberadaan As sunnah tidak dapat dilepaskan dari adanya ayat
Al Quran:

§ Yang bersifat global (garis besar) yang memerlukan perincian.

§ Yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian.

§ Yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan.

Metro ISIlam kaitan ini, maka hadis berfungsi untuk memerinci petunjuk dan isyarat al Quran
yang bersifat global sebagai pengecualian teradap isyarat Al Quran yang bersifat umum, sebagai
pembatas terhadap ayat Al Quran yang bersifat mutlak, dan sebagai pemberi informasi
terhadap sesuatu yang tidak dapat dijumpai dalam Al Quran. Dengan posisinya yang demikian
itu maka pemahaman Al Quran dan juga pemahaman ajaran islam yang seutuhnya tidak dapat
dilakukan tanpa pengikutsertaan Nabi Muhammad SAW.
2) Pengetahuan melalui akal

Dalam pandangan islam, akal manusia mendapat kedudukan yang lebih tinggi, al ini dapat
dilihat dari beberapa ayat Al Quran. Pengetauan lewat akal disebut pengetahuan “aqli”. Dalam
pandangan islam , akal mempunyai pengertia tersendiri dan berbeda dengan pandangan secara
umum. Dalam pandangan islam, akal berbeda dengan otak, akal dalam pandangan islam bukan
otak, melainkan daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dalam islam merupakan
tiga unsur, yakni; pikiran, perasaan dan kemauan. Dalam pengertian biasa pikiran terdapat pada
otak, sedangkan perasaan pada indra dan kemauan terdapat pada jiwa

Ketiga unsur tersebut satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Filosof islam membagi
akal menjadi dua jenis, yaitu:

Ø Akal praktis, yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indra pengingat

Ø Akal teori, yang menangkap arti-arti murni yaitu arti-arti yang tidak penah ada dalam materi
Tuhan, Roh dan malaikat.

3) Pengertian lewat indra (rasa)

Pengertian lewat indra adalah segala pengertian yang dapat diperoleh manusia lewat indranya
alam panca indra, dan biasa disebut pengetahuan empiris.

Pengetahuan indra terwujud sentuhan indrawi manusia dengan dunia luar (alam) dari sentuhan
itu manusia memperoleh pengetahuan. Proses-proses aktifitas pengindraan tersebut (indra
dalam dan indra luar) mulai dari menerima (input), kemudian proses dan dikeluarkan (output)
maka jadilah pengetahuan pengindraan manusia. Indra adalah sumber awal mengenal alam
sekeliling kita. Bahkan satu riwayat menyatakan : “apabila seorang manusia kehilangan salah
satu indranya, maka ia telah kehilangan setengah ilmu”.

C. Kriteria Kebenaran dalam Epistemologi Islam

Pandangan Islam akan kebenaran merujuk kepada landasan keimanan dan keyakinan terhadap
keadilan yang bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaimana yang diutarakan oleh fazrur rahman
bahwa semangat dasar dari Al-qur’an adalah semangat moral, ide-ide keadilan social dan
ekonomi. Hokum moral adalah abadi, ia adalah “perintah Allah”. Manusia tak dapat membuat
dan memusnahkan hukum moral: ia harus menyerahkan diri kepadanya. Pernyataan ini
dinamakan Islam dan Implementasinya dalam kehidupan di sebut Ibadah atau pengabdian
kepada Allah. Tetapi hokum moral dan nilai-nilai spiritual, untuk bisa dilaksanakan haruslah
diketahui.

Dalam kajian epistemologi Islam dijumpai beberapa teori tentang kebenaran:

a. Teori Korespondensi

Menurut teori ini suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila terdapat suatu fakta
bersesuaian, yang beralasan dengan realitas, yang serasi dengan situasi actual, maka kebenaran
adalah sesuai fakta dan sesuatu yang selaras dengan situasi akal yang diberinya interpretasi.

b. Teori Konsistensi

Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan
suatu yang lain yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu
sendiri. Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan-putusan yang
baik dengan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu, jadi
sesuatu itu benar, hubungan itu saling berhubungan dengan kebenaran sebelumnya.

c. Teori Prakmatis

Teori ini mengemukakan benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata tergantung
kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk berfaedah
dalam kehidupannya.[8]

D. Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam

Ilmu atau pengetahuan dalam Islam mempunyai peran dan fungsi yang cukup penting. Tak
dapat dipungkiri keberadaan ilmu menempati posisi sangat tinggi karena mempunyai peran dan
pengaruh cukup besar pada perkembangan, perubahan dan kemajuan umat manusia

Jalaluddin Rakhmat mengungkap peran penting ilmu menurut Islam antara lain :

§ Ilmu pengertahuan harus berusaha menemukan keteraturan (sistem), hubungan sebab


akibat dan tujuan dialam semesta. Dalam banyak ayat Alquran dijelaskan bahwa alam ini diurus
oleh pengurus dan pencipta yang tunggal, karena itu tidak pernah ada kerancuan (tahafut) di
dalamnya. Alam bergerak menuju tujuan tertentu, karena Allah tidak menciptakannya untuk
main-main dan bukan perbuatan sia-sia. Keteraturan dalam ilmu biasanya disebut hukum-
hukum yang terdapat dalam afaq disebut alquran sebagai qadar atau takdir sedangkan aturan
dalam anfus dan tarikh disebut sebagai sunnatullah.

§ Ilmu harus dikembangkan untuk mengambil manfaat dalam rangka mengabdi kepada Allah
sebab Allah telah menundukkan matahari, bulan, bintang dan segala yang langit dan dibumi
untuk manusia.

§ Ilmu harus dikembangkan dengan tidak menimbulkan kerusakan baik afaq atau anfus.

Adapun fungsi ilmu menurut RBS. Fubyartana sebagaimana dikutip Endang Saifuddin Anshari
antara lain:

1) fungsi Deskriptis : menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu obyek atau


masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti

2) Fungsi pengembangan : Melanjutkan hasil penemuan yang lalu yang menemukan hasil
ilmu pengetahuan yang baru

3) Fungsi prediksi : meramalkan kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia
dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya

4) Fungsi kontrol : berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.

Dalam Ensiklopedi, Dawam Raharjo menyatakan satu fungsi ilmu yakni, perbaikan atau
pembaharuan, dalam istilah Alquran “ishlah” .Mahdi Ghulsyani menerangkan manfaat ilmu
antara lain :

1) Ilmu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang akan Allah.

2) Ilmu dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan


merealisasikan tujuan-tujuannya.

3) Dapat membimbing orang lain.

4) Dapat memecahkan berbagai problem masyarakat.

Terakhir, seraya mengutip pandangan Murtadha Muthahhari, Quraisy Shihab menyingkap


hubungan penting antara ilmu pengetahuan dan agama sebagai berikut :
1) Ilmu mempercepat anda sampai ke tujuan, agama menentukan arah yang dituju.

2) Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya dan agama menyesuaikan dengan jati
dirinya.

3) Ilmu hiasan lahir dan agama hiasan batin

4) Ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan dan agama memberi harapan dan
dorongan bagi jiwa

5) Ilmu menjawab pertanyaan yang dimulai dengan “bagaimana” dan agama menjawab yang
dimulai dengan “mengapa”

6) Ilmu tidak jarang mengeruhkan pikiran pemeluknya, sedangkan agama selalu


menenangkan jiwa pemeluknya yang tulus.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Epistemologi sebagai cabang ilmu filsafat yang eksistensinya adalah mengajak manusia untuk
berfikir, mentadaburi alam yang dikemas dalam ilmu pengetahuan yang sistematis, memberi
konstribusi bagi perkembangan manusia dalam ranah keilmuan. Dan dengan beberapa prinsip
dasar epistemologi islam kita bisa mengatehaui peranan islam dalam ilmu pengetahuan, yang
mana Al-Quran (wahyu) sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan yang kemudian ditalar
melaui akal sebagai keistimewaan bagi manusia dan serta panca indra (rasa) atau sentuhan
indrawi yang membantu memperoleh pengetahuan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik
dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA

https://aszufri92.wordpress.com/-3/beberapa-prinsip-dasar-epistemologi-islam/
http://islamidia.com/pengertian-islam-menurut-bahasa-dan-istilah-dalam-al-quran/

http://www.pengertianmu.com/2015/01/pengertian-islam-menurut-para-ahli.html

http://atieqfauziati.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-epistimologi-islam.html/

http://viaakyu.blogspot.co.id/2012/03/beberapa-prinsip-dasar-epistemologi.html

Dr. H. Abuddin Nata, M.A, metodologi studi Nata, Abuddin.2000.

[1] jgzxyjsgcm

[2] https://aszufri92.wordpress.com/makalah-3/beberapa-prinsip-dasar-epistemologi-
islam/28/08/2017/22:13

[3] http://islamidia.com/pengertian-islam-menurut-bahasa-dan-istilah-dalam-al-
quran/30/08/2017/10:48

[4] http://www.pengertianmu.com/2015/01/pengertian-islam-menurut-para-
ahli.html/30/08/2017/10:46

[5] Dr. H. Abuddin Nata, M.A, metodologi studi islam (Jakarta:Rajawali Pers, 2000),hlm.95.

[6] http://atieqfauziati.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-epistimologi-
islam.html/29/08/2017/7:28

[7] http://viaakyu.blogspot.co.id/2012/03/beberapa-prinsip-dasar-
epistemologi.html/29/08/2017/10:36

[8] https://aszufri92.wordpress.com/makalah-3/beberapa-prinsip-dasar-epistemologi-
islam/28/08/2017/22:13

Anda mungkin juga menyukai