Anda di halaman 1dari 14

INTEGRASI RUKUN IMAN ISLAM DAN IHSAN

Mata Kuliah Agama 1

KELOMPOK 1

DI SUSUN OLEH:

1. AZZAHRA FHADILLA (A1J123009)


2. CITA NAFISA (A1J123001)
3. ANDI NURUL HADRAH (A1J123007)
4. YUNITA DIANI PUTRI (A1J123003)
5. FAKHRUL NIZHAM (A1J123005)

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang skarena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang "Integrasi Islam, Iman dan Ihsan" ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. Penulis sangat bersyukur karena
telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah Agama Islam dengan topik
yang dibawakan mengenai "Integrasi Islam, Iman dan Ihsan". Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini. Demikian yang
dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik
dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.........................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................2

2.1 Rukun Iman Islam dan Ihsan..........................................................2


2.2 Pengertian Iman..............................................................................2
2.3 Pengertian Islam.............................................................................3
2.4 Pengertian Ihsan.............................................................................4
2.5 Hubungan dan Integrasi Iman Islam dan Ihsan.............................8

BAB 3 PENUTUP............................................................................................11

3.1 Kesimpulan....................................................................................11
3.2 Saran..............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Islam merupakan agama yang diwahyukan Allah Swt. kepada manusia melalui Nabi Muhammad
Saw. sebagai Rasul dan Nabi terakhir. Ajaran yang dibawa oleh Islam mencakup bidang
keimanan atau tauhid, muamalah atau syariah, ibadah, dan akhlak menjadi pedoman manusia
dalam menjalani kehidupan. Seluruh ajaran tersebut bersumber dari al-Qur'an dan Hadis. Untuk
memahami ajaran-ajaran agama Islam yang dijadikan pedoman hidup serta dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari harus adanya proses pendidikan bagi manusia
(An-Nahlawi, 1999). Karena melalui proses pendidikan manusia bisa mengetahui, mempelajari,
menghayati, memahami, serta mengamalkan ajaran-ajaran tersebut. Apabila ditinjau kembali
tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3, disebutkan bahwa; Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Iman, Islam, ilmu dan Ihsan?
2. Bagaimana hubungan dan integrasi Iman, Islam, ilmu dan Ihsan dalam kehidupan
muslim?
1.3 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah pendidikan agama islam
dan menjawab semua pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Manfaat penulisan makalah
ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang konsep
Iman,islam,dan ihsan serta dapat mengamalkan kedalam kehidupan sehari-hari serta
mengetahui bahwa islam, iman, ihsan dapat menjadi jawaban dalam kehidupan kita di masa
yang modern ini.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Rukun Iman, Islam dan Ihsan

2.2 Iman
Dasar pemikiran bagi perjalanan dan kehidupan praktis umat manusia seperti itulah
yang menurut istilah Al Quran disebut iman. Kata iman itu sendiri terdiri dari tiga huruf
asal: Hamzah, Mim, dan Nun, yang merupakan kata kerja darimashdar al-amn
(keamanan) lawan kata dari alkhauf (ketakutan).
Iman mengandung arti ketentraman dan kedamaian kalbu, yang dari kata itu pula
muncul kata al-amanah (amanah, bisa dipercaya) lawan kata al-khiyanah (khianat,
ingkar). Sedangkan secara bahasa iman merupakan pengakuan hati. Sedangkan secara
syara’ tertuang dalam sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Iman itu bukanlah dengan
angan-angan, tetapi apa yang telah mantap di dalam hati dan dibuktikan kebenerannya
dengan amalan”. Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa “ Iman adalah pengakuan hati,
pengucapan dengan lidah, dan pengamalan dengan anggota”.
Kedua hadis di atas mengemukakan bahwa keimanan itu bermula dari pengakuan hati,
baru diiringi dengan pengucapan secara lisan kemudian diamalkan dengan seluruh
anggota badan. Menurut Syahminan, manusia sewaktu menanggapi sesuatu, mulamula
sesuatu itu mengenai panca inderanya, lalu oleh syarafnya, baru dilaporkan kepada otak.
Setelah otak mempertimbangkan, kemudian meminta keputusan oleh hati. Setelah hati
memutuskan, barulah otak memerintahkan anggota badan lewat syaraf pula untuk
melakukan tindakan terhadap sesuatu itu. Jadi, tindakan berupa pengucapan dan
pengamalan, barulah akan ada setelah hati memutuskan. Dengan demikian iman harus
dimulai dengan menganggap (meniliti) sesuatu sehingga timbul keputusan hati.
Keputusan hati inilah yang akan diucapkan dan diamalkan itu. Jadi jelas bahwa iman
merupakan pengakuan hati, pengucapan lidah, dan pengamalan anggota badan. Hal
tersebut merupakan suatu kesatuan proses yang tidak dapat di pisah-pisahkan.

2.3 Islam
Secara etimologi, Islam berasal dari Bahasa Arab, terambil dari kosakata salima yang
berarti selamat sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama yang
berarti memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula berserah diri,
patuh, tunduk, dan taat. Dari kata aslama ini dibentuk kata Islam (aslama yuslimu
islaman) yang mengandung arti sebagaimana terkandung dalam arti pokoknya, yaitu
selamat, aman, damai, patuh, berserah diri, dan taat. Orang yang sudah masuk Islam
dinamakan muslim, yaitu orang yang menyatakan dirinya telah taat, menyerahkan diri,
dan patuh kepada Allah SWT. Dengan melakukan aslama orang ini akan terjamin
keselamatannya di dunia dan di akhirat. Selain itu ada pula yang berpendapat bahwa
Islam berarti al istislam, yakni mencari keselamatan atau berserah diri. Pengertian yang
demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT, antara lain:

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula berserah diri.” (QS. Al-Baqarah(2):112)
Dari keterangan singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa dari segi bahasa Islam
adalah berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT. dalam rangka mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Pengertian agama Islam dari segi istilah terdapat beberapa hal sebagai berikut :
1. Islam adalah agama yang didasarkan pada wahyu yang berasal dari Allah SWT. Islam
adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Islam adalah agama yang bukan hanya dibawa oelh Nabi Muhammad melainkan
agama yang dibawa oleh nabi sebelumnya, namun agama yang dibawa Nabi
Muhammad jauh lebih sempurna dibandingkan dengan agama yang dibawa oleh
nabi sebelumnya.

4. Islam adalah agama yang ditujukan hanya untuk kelompok masyarakat pada zaman
tertentu, melainkan agama yang diperuntukkan bagi seluruh kelompok masyarakat
pada setiap zaman.
5. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia.
6. Islam adalah agama yang didasarkan pada lima pilar utama, yaitu mengucapkan dua
kalimat syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu. Dengan demikian
pengertian Islam baik dari segi bahasa maupun istilah menggambarkan bahwa Islam
adalah agama yang mengemban misi keselamatan dunia dan akhirat, kesejahteraan,
dan kemakmuran lahir bathin bagi seluruh umat manusia dengan cara menunjukkan
kepatuhan, ketundukan, dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan melakukan segala
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Misi Islam yang demikian ini sudah dibawa
oleh para nabi terdahulu walaupun nama agama yang dibawa nabi sebelum Nabi
Muhammad SAW itu bukan Islam. Baru pada zaman Nabi Muhammad SAW itulah
agama ini bernama Islam sekaligus mengemban isinya.

2.4 Ihsan
Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan
bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah swt berfirman dalam
Al-Qur`an mengenai hal ini.
Surat Al-Isra’ ayat 7

4
Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiridan jika
kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat
hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan mukamuka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuhmusuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Surat Al-Qashash ayat 77 Surat Al-Qashash ayat 77

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah.
Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
1) Ihsan kepada orang tua
Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23-24 “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya
atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
mendidik aku diwaktu kecil.” (QS. Al-Israa’: 23-24). Ayat tersebut
5
menjelaskan kepada kita bahwa ihsan kepada orang tua itu sejajar dengan ibadah
kepada Allah.Dalam sebuah hadits riwayat Turmudzi, dari Ibnu Amru bin Ash, Rasulullah
saw. bersabda, “Keridhaan Allah berada pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah
berada pada kemurkaan orang tua.” Dalil di atas menjelaskan bahwa ibadah kita kepada
Allah tidak akan diterima, jika tidak disertai dengan berbuat baik kepada kedua orang
tua. Apabila kita tidak memiliki kebaikan ini, maka bersamaan dengannya akan hilang
ketakwaan, keimanan, dan keislaman.

2) Ihsan kepada kerabat karib


Ihsan kepada kerabat adalah dengan jalan membangun hubungan yang baik dengan
mereka, bahkan Allah swt. menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan
silaturahmi dengan perusak di muka bumi. Allah berfirman, “Maka apakah kiranya
jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan
hubungan kekeluargaan?” (QS. Muhammad: 22). Silaturahmi adalah kunci untuk
mendapatkan keridhaan Allah. Hal ini dikarenakan sebab paling utama terputusnya
hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya hubungan
silaturahmi. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman, “Aku adalah Allah, Aku
adalah Rahman, dan Aku telah menciptakan rahim yang Kuberi nama bagian dari
nama-Ku. Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Ku sambungkan pula
baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Ku putuskan hubunganku
dengannya.” (HR. Turmudzi). Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda, “Tidak akan
masuk surga, orang yang memutuskan tali silaturahmi.” (HR. Syaikahni dan Abu
Dawud).
3) Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin Diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Dawud,
dan Tirmidzi, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Aku dan orang yang memelihara
anak yatim di surga kelak akan seperti ini…(seraya menunjukkan jari telunjuk jari
tengahnya).” Dan Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa
—dari Kaum Muslimin— yang memelihara anak yatim dengan memberi makan dan
minumnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga selamanya, selama ia
tidak melakukan dosa yang tidak terampuni.”
6
4) Ihsan kepada tetangga dekat, tengga jauh, serta teman sejawat
Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga
yang berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun
yang berada jauh dari rumah. Adapun yang dimaksud teman sejawat adalah yang
berkumpul dengan kita atas dasar pekerjaan,pertemanan, teman sekolah atau
kampus, perjalanan, ma’had, dan sebagainya. Mereka semua masuk ke dalam
kategori tetangga. Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja,
tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai
muslim; sedang tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga hak, yaitu sebagai
tetangga, sebagai muslim dan sebagai kerabat. Rasulullah saw. menjelaskan hal ini
dalam sabdanya, “Demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman.” Para
sahabat bertanya, “Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Seseorang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya.” (HR. Syaikhani). Pada
hadits yang lain, Rasulullah bersabda, “Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang
kenyang pada suatu malam, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia
mengetahuinya.”(HR. Ath-Thabrani).

5) Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya


Ihsan terhadap ibnu sabil adalah dengan cara memenuhi kebutuhannya, menjaga
hartanya, memelihara kehormatannya, menunjukkan jalan jika ia meminta, dan
memberinya pelayanan. Adapun muamalah terhadap pembantu atau karyawan
dilakukan dengan membayar gajinya sebelum keringatnya kering, tidak
membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak sanggup melakukannya, menjaga
kehormatannya, dan menghargai pribadinya. Jika ia pembantu rumah tangga, maka
hendaklah ia diberi makan dari apa yang kita makan, dan diberi pakaian dari apa
yang kita pakai. Pada akhir pembahasan mengenai bab muamalah ini, Allah swt.
menutupnya firman-Nya yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai
tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj: 38). Ayat
tersebut merupakan isyarat yang sangat jelas kepada siapa saja yang tidak berlaku
ihsan. Bahkan, hal itu adalah pertanda bahwa dalam dirinya ada kecongkakan dan
kesombongan, dua sifat yang sangat dibenci oleh Allah swt.

7
6) Ihsan dengan perlakuan dan ucapan baik kepada manusia
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kiamat,
hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Masih riwayat
dari Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda, “Ucapan yang baik adalah sedekah.”
Bagi manusia secara umum, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai
dalam pergaulan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegahnya dari
kemungkaran, menunjukkan jalan jika ia tersesat, mengajari mereka yang bodoh,
mengakui hak-hak mereka, dan tidak mengganggu mereka dengan tidak melakukan
hal-hal dapat mengusik serta melukai mereka.

7) Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang


Berbuat ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar,
mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya diluar kemampuannya, tidak
menyiksanya jika ia bekerja, dan mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat
menyembelih, hendaklah dengan menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak
menyiksanya, serta menggunakan pisau yang tajam. Kesimpulannya, ihsan adalah
puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang
yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang
dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di
mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik
ke tingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.

2.5. Hubungan dan Integrasi Islam, Iman, ilmu dan Ihsan


Dalam hadis riwayat H.R. Muslim terdapat dalil bahwa islam, iman dan ihsan semuanya
disebut ad-din/agama yang mencakup 3 tingkatan:
1. Tingkatan Islam
Di dalam hadis tersebut, ketika Rasulullah SAW ditanya tentang Islam beliau
menjawab, Islam yaitu hendaklah engkau bersaksi tiada yang patut disembah kecuali
Allah SWT dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah SWT. Hendaklah
engkau mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan ramadhan, dan
mengerjakan haji jika engkau mampu. Dari sinilah kemudian di rumuskan bahwa
islam itu terdiri dari 5 rukun. Jadi, islam yang dimaksud adalah amalan-amalan
lahiriah yang meliputi syahadat, salat, puasa, zakat, dan haji. Yang selanjutnya
disebut dengan rukun islam.

2. Tingkatan Iman
Selanjutnya saat Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda,” Hendaknya engkau
beriman kepada Allah SWT, beriman kepada para malaikat- Nya, kitab-kitab-Nya,
para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada Qada’ dan
Qadar”. Jadi iman yang dimaksud adalah mencakup perkara batiniah yang ada di
dalam hati. Dari sini dapat dipahami bahwa Islam diartikan sebagai amalan-amalan
anggota badan, sedangkan iman diartikan sebagai amalan hati yang berupa
kepercayaan dan keyakinan terhadap ajaran Islam yang tercakup dalam rukun iman
yang dijelaskan diatas. Akan tetapi, bila disebutkan secara mutlak salah satunya,
Islam atau Iman saja, maka sudah mencakup yang lainnya, sebagaimana firman Allah
SWT “Dan aku telah ridha Islam menjadi agama kalian”. (Q.S. Al-MAIDAH: 3). Kata
Islam disini sudah mencakup Islam dan Iman.

3. Tingkatan Ihsan
Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang Ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau beribadah
kepada Allah SWT seolah-olah engkau melihatNya. Namun jika engkau tidak dapat
beribadah seolah-olah melihatNya, sesungguhnya ia melihat engkau”. Ihsan yaitu
sikap menyembah/ta'abbud kepada Rabb-Nya dengan ibadah yang dipenuhi rasa
harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga dia pun sangat ingin
sampai kepadaNya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia
tidak bisa mencapai kondisi ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu:
menyembah kepada Allah SWT dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas
akan siksa-Nya, oleh karena itulah Nabi bersabda, “jika kamu tidak bisa melihat-Nya
maka sesungguhnya dia melihatmu”, artinya jika kamu tidak mampu menyembahNya
seolah-olah kamu melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu. Jadi tingkatan
ihsan ini mencakup perkara lahir maupun batin. Oleh karena itulah para ulama
muhaqqiq/peneliti menyatakan bahwa setiap mukmin pasti muslim, karena orang
yang telah merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di dalam hatinya
pasti akan melaksanakan amal-amal Islam/amalan lahir. Sebaliknya, belum tentu
setiap muslim itu mukmin, karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya
tidak meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia melakukan amalan
lahir dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak
tergolong mukmin dengan iman yang sempurna.

Sebagaimana Allah SWT telah berfirman, “orang-orang arab badui itu mengatakan
‘kami telah beriman’. Katakanlah ‘kalian belumlah beriman tapi hendaklah kalian
mengatakan: ‘kami telah berislam’.” (Q.S. Al Hujarat: 14). Dengan demikian jelaslah
bahwa agama ini memang memiliki tingkatan-tingkatan, dimana satu tingkatan lebih
tinggi daripada tingkatan yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu Islam, kemudian
tingkat yang lebih tinggi dari itu adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari
tingkatan iman adalah ihsan. Orang yang berada dalam tingkatan iman disebut
muhsin.9 Iman, Islam dan Ihsan merupakan inti pokok ajaran Islam. Ketiganya sangat
berhubungan erat dan saling mengisi, bahkan satu dengan yang lainnya tidak bias
dipisahkan. Walaupun memiliki definisi dan istilah yang berbeda, namun semuanya
berada dalam satu nafas. Ketiga istilah tersebut dalam praktiknya menjadi satu.
Dalam praktiknya kata-kata iman misalnya dihubungkan dengan larangan menghina
orang lain, saling mencela dan memberi julukan yang negative. Iman juga
dihubungkan dengan larangan berburuk sangka, saling mengintip dan saling
mengumpat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Iman merupakan pengakuan hati, pengucapan lidah, dan pengamalan anggota badan,
Islam adalah agama yang mengemban misi keselamatan dunia dan akhirat,
kesejahteraan, dan kemakmuran lahir batin bagi seluruh umat manusia dengan cara
menunjukkan kepatuhan, ketundukan, dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan
melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, Ihsan adalah puncak
prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang
menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya
agar sampai pada tingkat tersebut. Iman, Islam dan Ihsan merupakan inti pokok ajaran
Islam. Ketiganya sangat berhubungan erat dan saling mengisi, bahkan satu dengan yang
lainnya tidak bias dipisahkan. Walaupun memiliki definisi dan istilah yang berbeda,
namun semuanya berada dalam satu napas. Ketiga istilah tersebut dalam praktiknya
menjadi satu. Dalam praktiknya kata-kata iman misalnya dihubungkan dengan larangan
menghina orang lain, saling mencela dan memberi julukan yang negative. Iman juga
dihubungkan dengan larangan berburuk sangka, saling mengintip dan saling
mengumpat. Iman yang pada awalnya sebuah ikrar, akan mendorong manusia untuk
bergerak dengan kesungguhan hati untuk mempraktikkan atau mengamalkan apa yang
diperintahkan dari apa yang diyakininya yang melahirkan ketaatan atau kepatuhan
dalam menjalani hidup dan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, Ihsan lahir dari
kesempurnaan keimanan dan keislaman seseorang, atau kesempurnaan keimanan dan
keislaman seseorang akan nampak pada sikap atau tingkah lakunya baik perkataan,
perbuatan, atau pun pikiranya.
3.2 Saran
Iman, Islam, ilmu dan Ihsan haruslah dilaksanakan secara beriringan agar menjadi insan
kamil (manusia sempurna).
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim Hidayat,Junaidi.2009. Ayo Memahami Akidah dan Akhlak Untuk

MTs/SMP Islam Kelas VII.Jakarta:Erlangga

Ibn Mandzur.tth.Lisan al-Arab.Mesir: Dar al-Ma’arif Maududi,Abul A’la.1986. Dasar Dasar

Iman.Bandung:Penerbit Pustaka

Razak,Nasaruddin.1997. Dienul Islam.Bandung: Al-Ma’arif

12

Anda mungkin juga menyukai