Anda di halaman 1dari 14

Makalah

DIMENSI-DIMENSI ISLAM

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam


Pada Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

Dosen Pengampu :

Agussalim, M. Pd. I

Disusun oleh:
Ahmad Nurhuda

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL- AZHAR

LUBUK LINGGAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan segala kuasa dan izin- Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Dimensi-Dimensi Islam.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.
Kami sangat berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Perencanaan
Strategi Pendidikan Islam, yakni Bapak Agussalim, M. Pd. I yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam mata kuliah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan
demi perbaikan-perbaikan penelitian ke depan.

Lubuklinggau ,20 Desember 2023

penulis

1
DAFTAR ISI

Cover ...................................................................................................................

Kata Pengantar..................................................................................................... 1

Daftar Isi ............................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dimensi Islam…………………………………………. 4
B. Dimensi-Dimensi Islam……………………………………………. 4
C. Aliran dalam Pemikiram Islam…………………………………….. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................12

Daftar Pustaka .................................................................................................... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah sebuah agama yang menjadi rahmatanlilalamin bagi seluruh pemeluknya,
namun kita pun belum mengetahui secara garis besar tentang Islam dan bagian-bagian yang
memperkokoh Islam itu sendiri.
Islam sebagai agama bisa dilihat dari berbagai dimensi; sebagai keyakinan, sebagai
ajaran dan sebagai aturan. Apa yang diyakini oleh seorang muslim, boleh jadi sesuai dengan
ajaran dan aturan Islam, boleh jadi tidak, karena proses seseorang mencapai suatu keyakinan
berbeda-beda, dan kemampuannya untuk mengakses sumber ajaran juga berbeda-beda.
Diantara penganut satu agama bisa terjadi pertentangan hebat yang disebabkan oleh adanya
perbedaan keyakinan. Sebagai ajaran, agama Islam merupakan ajaran kebenaran yang
sempurna, yang datang dari Tuhan Yang Maha Benar. Akan tetapi manusia yang pada dasarnya
tidak sempurna tidak akan sanggup menangkap kebenaran yang sempurna secara sempurna.
Kebenaran bisa didekati dengan akal (masuk akal), bisa juga dengan perasaan (rasa kebenaran).
Kerinduan manusia terhadap kebenaran ilahiyah bagaikan api yang selalu menuju keatas.
Seberapa tinggi api menggapai ketingian dan seberapa lama api itu bertahan menyala
bergantung pada bahan bakar yang tersedia pada setiap orang. Ada orang yang tak pernah
berhenti mencari kebenaran, ada juga yang tak tahan lama, ada orang yang kemampuannya
menggapai kebenaran sangat dalam (atau tinggi), tetapi ada yang hanya bisa mencapai
permukaan saja. Oleh sebab itu sangatlah penting dalam mempelajari Islam itu dengan
seutuhnya jangan sebagian agar tidak terkecoh oleh hal-hal yang tidak sesuai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan dimensi Islam ?
2. Bagaimana Aliran dalam Pemikiram Islam ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dimensi Islam


Dimensi berarti parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan
sifat-sifat suatu objek-yaitu panjang, lebar, dan tinggi atau ukuran dan bentuk. Pengertian
dimensi dalam Kamus Oxford yaitu dari kata “dimension” artinya

- Ukuran dari panjang, lebar atau berat dari sesuatu.


- Ukuran dan luas dari suatu situasi.
- Aspek atau cara untuk melihat suatu permasalahan.1
Adapun dimensi-dimensi Islam yang di maksud pada bagian ini adalah sisi keislaman
seseorang, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Atau kata Nurcholihs Madjid menyebutnya sebagai
trilogy ajaran Illahi.2
Trilogi itu telah mendapatkan ekspresinya dalam banyak segi budaya Islam.
Arsitektur masjid Indonesia yang banyak diilhami oleh, dan pinjam dari, gaya arsitektur kuil
Hindu, mengenal adanya seni arsitektur atap bertingkat tiga. Seni arsitektur
itu sering ditafsirkan kembali sebagai lambang tiga jenjang
perkembangan penghayatan keagamaan manusia, yaitu tingkat
dasar atau permulaan (purwa), tingkat menengah (madya) dan tingkat akhir yang maju dan
tinggi (wusana). Dan ini dianggap sejajar dengan jenjang vertikal Islam, iman, dan ihsan,
selain juga ada tafsir kesejajarannya dengan syari'at, thariqat dan
ma'rifat. Dalam bahasa simbolisme, interpretasi itu hanyaberarti penguatan pada apa yang
secara laten telah ada dalam masyarakat.3

B. Dimensi-Dimensi Islam
Di dalam Islam dan iman terkumpul agama secara keseluruhan. Sebagaimana Nabi
SAW membedakan Islam, iman dan ihsan. Dalam hadits berikut Bukhori dan Muslim
meriwayatkannya dari Abu Hurairah, Pada suatu hari kami (Umar r.a. dan para sahabat r.a.)
duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian
putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari
kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya
menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha
Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah
Saw menjawab,“Islam adalah engkau bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah

1 http://marcopangngewa.blogspot.com/2010/06/dimensi-islam-iman-ihsan-dan-islam.html
2 Drs. Atang Abdul Hakim, Ma dan Dr. Jaih mubarok. Metodologi Studi Islam (Bandung :PT Remaja
Rosdakarya) cet. 12, 2010 : 149
3 http://soni69.tripod.com/artikel/trilogi_islam.htm

4
utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan dan kamu haji
ke Baitullah jika kamu telah mampu melaksanakannya”.Laki-laki itu berkata lagi: Beritahukan
aku tentang iman. Rasulullah saw. menjawab: “Iman adalah engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan qadar (ketentuan)
Allah yang baik dan yang buruk.” Laki-laki itu berkata lagi: Beritahukan aku tentang Ihsan itu.
Rasulullah saw. menjawab: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”.4
Pembahasan secara berurutan pengertian istilah-istilah di atas yaitu Islam, iman dan
akhirnya ihsan dilakukan tanpa harus dipahami sebagai pembuatan kategori-kategori yang
terpisah sebagaimana sudah diisyaratkan melainkan karena keperluan untuk memudahkan
pendekatan analitis belaka. Dan di akhir pembahasan ini kita akan mencoba melihat relevansi
nilai-nilai keagamaan dari iman, Islam dan ihsan itu bagi hidup modern, dengan mengikuti
pembahasan oleh seorang ahli psikologi yang sekaligus seorang pemeluk Islam yang percaya
pada agamanya dan mampu menerangkan bentuk-bentuk pengalaman keagamaan Islam.
1. Islam
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa
ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari
kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek-aspek
dari Al-Qur’an dan hadits.5
Islam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah agama yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad saw. berpedoman pada kitab suci Alquran yg diturunkan ke
dunia melalui wahyu Allah Swt. Dimensi Islam mempunyai lima penyangga (rukun):
Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa Ramadhan dan Haji, Dimensi Islam dibahas secara
mendalam dalam buku-buku tentang Ilmu Fiqh. Ada dua sisi yang kita dapat gunakan
untuk memahami pengertian agama islam, yatu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan.
Kedua sisi pengertian tentang islam ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Dari segi
kebahasan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa dan damai. Kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama
yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Senada dengan pendapat diatas,
sumber lain mengatakan Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata salima yang
berarti selamat dan sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya
memelihara dalam keadaan selamat, sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk,
patuh, dan taat. Dari pengertian itu, kata islam dekat dengan arti kata agama yang
berarti mengusai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan. Rasulullah saw
banyak menamakan beberapa perkara dengan sebutan Islam, umpamanya: taslimul

4 http://marcopangngewa.blogspot.com/2010/06/dimensi-islam-iman-ihsan-dan-islam.htm
5 Harun Nasution, Islam di Tinjau dari berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-press, 2010), cet. V, hlm. 17.

5
qalbi (penyerahan hati), salamat unnas minal lisan wal yad (tidak menyakiti orang lain
dengan lisan dan tangan), memberi makan, serta ucapan yang baik. Semua perkara ini,
yang disebut Rasulullah sebagai Islam mengandung nilai penyerahan diri, ketundukkan
dan kepatuhan yang nyata.6
Pada saat ini, tentu saja, kata-kata "al-Islam" telah menjadi nama sebuah
agama, khususnya agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. yaitu agama
Islam. Tapi, secara generik, "Islam" bukanlah nama dalam arti kata sebagai nama
jenis atau sebuah proper noun. Dan ini melibatkan pengertian tentang istilah itu yang
lebih mendalam, yang justru banyak diketemukan dalam
Kitab Suci. Perkataan itu, sebagai kata benda verbal yang aktif, mengandung
pengertian sikap pada sesuatu, dalam hal ini sikap pasrah atau menyerahkan diri
kepada Tuhan. Dan sikap itulah yang disebutkan sebagai sikap keagamaan yang
benar dan diterima Tuhan: "Sesungguhuya agama bagi Allah ialah sikap pasrah
pada-Nya (al-Islam) (QS. Al-Imran 3:19). Maka selain dapat diartikan sebagai nama
sebuah agama, yaitu agama Islam, perkataan al-Islam
dalam firman ini bisa diartikan secara lebih umum, yaitu menurut makna asal atau
generiknya, yaitu "pasrah kepada Tuhan," suatu semangat ajaran yang menjadikan
karakteristik pokok semua agama yang benar. Inilah dasar pandangan dalam al-
Qur'an bahwa semua agama yang benar adalah
agama Islam, dalam pengertian semuanya mengajarkan sikap pasrah kepada
Tuhan, sebagaimana antara lain bisa disimpulkan dari firman. Dan janganlah kamu
sekalian berbantahan dengan para penganut Kitab Suci (Ahl al-Kitab) melainkan
dengan yang lebih baik, kecuali terhadap mereka yang dzalim. Dan nyatakanlah
kepada mereka itu, "Kami beriman kepada Kitab Suci yang diturunkan kepada kami
dan kepada yang diturunkan kepada kamu; Tuhan kami
dan Tuhan kamu adalah Maha Esa, dan kita semua pasrah kepada-Nya
(muslimun) (Q.S. al-'Ankabut 29:46).7
2. Iman
Menurut bahasa iman berarti pembenaran dalam hati. Sedangkan menurut
istilah, iman adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan
mengamalkan dengan anggota badan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, iman
adalah kepercayaan yang berkenaan dengan agama; keyakinan dan kepercayaan
kepada Allah, Nabi, kitab, yang tidak akan bertentangan dengan ilmu dapat pula berarti
ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin. Akal tidak dapat sampai kepada
kewajiban mengetahui adanya tuhan,, iman tidak bisa mengambil bentuk ma’rifat atau
amal tetapi haruslah merupakan tasdiq. Adapun batasan yang di kemukakan al Bazdawi

6 http://marcopangngewa.blogspot.com/2010/06/dimensi-islam-iman-ihsan-dan-islam.html
7 http://soni69.tripod.com/artikel/trilogi_islam.htm

6
tentang iman adalah menerima dalam hati dengan lidah bahwa tiada tuhan selain Allah
dan tidak ada yang serujpa dengan-Nya.8
Sedang iman menurut pandangan para ulama terdahulu, diantaranya adalah
pendapat Imam Al-Baghawi r.a., beliau berkata :”Para sahabat, Tabi’in, dan para ulama
sunnah mereka bersepakat bahwa amal shalih adalah bagian dari iman. Mereka berkata
bahwasannya iman terdiri dari ucapan dan perbuatan serta keyakinan. Iman bertambah
karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.9
Pengertian iman secara umum, yaitu sikap percaya, dalam hal ini khususnya
percaya pada masing-masing rukun iman yang enam (menurut akidah Sunni). Karena
percaya pada masing-masing rukun iman itu memang mendasari tindakan seorang
maka sudah tentu pengertian iman yang umum dikenal itu adalah wajar dan benar.
Berdasarkan itu, maka sesunggahnya makna iman dapat berarti sejajar dengan
kebaikan atau perbuatan baik. Ini dikuatkan oleh adanya riwayat tentang orang yang
bertanya kepada Nabi tentang iman, namun turun wahyu jawaban tentang kebajikan
(al-birr), yaitu:
Oleh karena itu perkataan iman yang digunakan dalam Kitab Suci dan sunnah
Nabi sering memiliki makna yang sama dengan perkataan kebajikan (al-birr), taqwa,
dan kepatuhan (al-din) pada Tuhan (al-din).
3. Ihsan
Dalam hadits Nabi menjelaskan, "Ihsan ialah bahwa engkau menyembah Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau engkau tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihat engkau." Maka ihsan adalah ajaran tentang penghayatan
pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri sebagai sedang
menghadap dan berada di depan hadirat-Nya ketika beribadat.
Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam arti sesungguhnya.
Karena itu, ihsan menjadi puncak tertinggi keagamaan manusia. Ia tegaskan bahwa
makna Ihsan lebih meliputi daripada iman, dan karena itu, pelakunya adalah lebih
khusus daripada pelaku iman, sebagaimana iman lebih meliputi daripada Islam,
sehingga pelaku iman lebih khusus dari pada pelaku Islam. Sebab dalam Ihsan sudah
terkandung iman dan Islam, sebagaimana dalam iman sudah terkandung Islam.
Kemudian, kata-kata ihsan itu sendiri secara harfiah berarti "berbuat baik." Seorang
yang ber-ihsan disebut muhsin, sebagai seorang yang ber-iman disebut mu'min dan
yang ber-Islam disebut muslim. Karena itu, sebagai bentuk jenjang penghayatan
keagamaan, ihsan terkait erat sekali dengan pendidikan berbudi pekerti luhur atau
berakhlaq mulia. Disabdakan oleh Nabi bahwa yang paling utama di kalangan kaum
beriman ialah yang paling baik ahlaqnya.

8 Tasdiq yaitu membenarkan, mentekadkan, dalam hati. Harun Nasution, teologi Islam (Jakarta:UI-press,2010)
cet. 5, 1986. Hal. 147
9 http://marcopangngewa.blogspot.com/2010/06/dimensi-islam-iman-ihsan-dan-islam.html

7
Ihsan memiliki tiga macam tindakan utama yakni:
1) Berbuat kebajikan terhadap sesama, baik itu dengan lisan dengan harta
maupun dengan tindakan (tenaga) dengan mengintegrasikan agama (dinul
Islam) pada seluruh segi kehidupan serta memasukkan kehidupan itu sendiri
ke dalam irama-irama ibadah dan tatanan nilai yang ditentukan oleh agama
yang melahirkannya. Dalam hal ini, ihsan (kebajikan) telah menciptakan suatu
keutuhan yang direfleksikan dalam tindakan dan perbuatannya dengan tanpa
pamrih.
2) Melakukan suatu ibadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang
senantiasa berhubungan dengan kehadiran Tuhan bersinar di dalam jiwa
manusia melalui prinsip-prinsip tentang realitas dan sesuai dengan
kebenarannya yang terletak dalam inti ajaran Islam, karena Islam itu sendiri
didasarkan pada sifat realitas.
3) Merenungkan dan memikirkan Tuhan Yang Maha Esa dalam segala sesuatu
dan setiap tarikan dan hembusan nafas, karena substansi sesungguhnya dari
makhluk Tuhan adalah pengentalan nafas Yang Maha Pengasih (nafas
Al'Rahman) yang ditupkan pada pola-pola dasar (al-a'yan al-tsabitah)
kemudian melahirkan alam.10
Kemudian, kata-kata ihsan itu sendiri secara harfiah berarti "berbuat baik."
Seorang yang ber-ihsan disebut muhsin, sebagai seorang yang ber-
iman disebut mu'min dan yang ber-Islam disebut muslim. Karena itu, sebagai
bentuk jenjang penghayatan keagamaan, ihsan terkait erat sekali dengan pendidikan
berbudi pekerti luhur atau berakhlaq mulia.
C. Aliran dalam Pemikiram Islam
Sebagaimana yang telah dipelajari dalam dimensi Islam yakni Iman yang merupakan
salah satu dari tiga sendi utama dalam Islam, dalam pembahasan yang mendalam mengenai
Iman maka melahirkan salah satu ilmu yang disebut dengan Ilmu Kalam., sedangkan pelajaran
yang lebih mendalam mengenai Ihsan maka akan melahirkan salah satu cabang ilmu Islam
yang disebut dengan ilmu Tasawuf. Secara garis besar, kita dapat membedakan tiga bidang
pemikiran islam, yaitu aliran kalam, aliran fikih, dan aliran tasawuf. Dan pada kesempatan ini
tiga aliran itu yang akan dibahas.
1) Aliran Kalam
Kalam secara harfiyah berarti perkataan atau ucapan, adapun dalam arti yang
lebih khusus kalam diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang tuhan dan berbagai
aspek yang terkait dengannya. Menurut Ibnu Khaldul, ilmu kalam yaitu ilmu yang berisi
alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang

10 http://marcopangngewa.blogspot.com/2010/06/dimensi-islam-iman-ihsan-dan-islam.html

8
menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunah.
Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan
bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagaamaan dengan bukti-bukti
yang meyakinkan.[11] Sungguh ironiIslam agama yang di yakini sebagai agama
rahmatallil’alamin oleh penganutnya ternyata tidak selamanya bersifat positif. Salah
satu contohnya terpecahnya umat Islam menjadi beberapa golongan yang disebabkan
tahkim. Peristiwa ini membuat bencana bagi umat Islam terpecah paling yidak menjadi
tiga golongan atau kelompok. Umat Islam kelompok pertama adalah pendukung
Muawiyah diantaranya adalah Amr bin Ash, dan yang kedua yaitu pendukung Ali bin
Abithalib. Sedangkan kelompok pendukung Ali setelah dan menjelah Tahkim terpecah
menjadi dua yaitu pendukung Ali dan kelompok yang tidak puas akan keputusan Ali
yang disebut dengan kelompok Khawarij. Dan khwarij adalah aliran kalam yang
pertama dalam islam. Amir al-Najjar berkesimpulan bahwa penyebab rumbuh dan
berkembangnya aliran kalam yaitu pertentangan dalam bidang polotik. Al-Syarastani
menjelaskan bahwa Khawarij pecah menjadi beberapa subsekte dan dari pecahan itu
pecah lagi menjadi subsekte kecil.11 ini menandakan bahwa dalam suatu agama tidak
akan selamanya satu jalan dikarenakan bebeda pemikiran diantara para pemikir umat
Islam, oleh sebab itu banyak perbedaan dalam menjalankan beragama tetapi tujuanya
sama.
2) Aliran Fikih
Pengertian hukum Islam hingga saat ini masih rancu dengan pengertian syariah.
Untuk itu dalam dalam pengertian hukum Islam disini dimaksudkan didalam pengertian
syariah, yaitu ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan manisia yang di ambil dari
nash Al-Qur’an dan Hadits. Bila ada nash dari al-Qur’an atau hadits yang berhubungan
dengan amal perbuatan tersebut atau yang diambil dari sumber-sumber lain, bila tidak
adak nash dari al-Qur’an dan Hadits maka di bentukalah suatu ilu yang disebut ilmu
fikih, dengan demikian ilmu fiqih adalah sekelompok hukum tentang amal perbuatan
manusia yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.12
Secara historis hukum Islam telah menjadi dua aliran pada zaman sahabat, dua
aliran itu adalah Madrasat al-Madinah dan Madrasat al-Bagdad atau MAdrasat al-
Hadits dan MAdrasat al-Ra’yi. Sedangkan Ibnu al-Qayim al-Jaujiyyah menyebutkan
sebagai Ahl-al-Zhahir dan Ahl al-Ma’na. aliran Madinah terbentuk karena sebagian
sahabat tinggal di Madinah, dan aliran Bagdad atau Kuffah terbentuk karena sebagian
sahabat tinggal di kota tersebut. Thaha Jabir Fayadl al-Ulwani, menjelaskan bahwa
majhab fiqih Islam yang muncul setelah sahabat dan kibar al-Tabiin berjumlah 13

11 Abudin Nata, metodologi stadi islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2010) cet, 17 hal. 268
12

9
aliran akan tetapi tidak semua aliran itu dapat di ketahui dasar-dasar metode istinbath
hukum yang dugunakannya. Berikut adalah pendiri tigabelas aliran itu:
1. Abu Sa’id al-Hasan bin Yasar al-Bashri (w. 110H)
2. Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabit bin Zuthi (w. 150H)
3. Al-Auza’I abu ‘Amr ‘Abd al-Rahman bin ‘Amr bin Muhammad (w. 157H)
4. Sufyan bin Sa’id bin Masruq al-Tsauri (w.160H)
5. Al-Laits bin Sa’d (w.175 H)
6. Malik bin Anas al-Bahi (w. 179 H)
7. Sufyan bin ‘Uyainah (w. 198 H)
8. Muhammad bin Idris al-Syafi’I (w.204H)
9. Ahmad bin Muhammad bin Hambal. (w. 241 H)
10. Daud bin Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (w. 270 H)
11. Ishaq bin Rahawaih (w.238 H)
12. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid al-Kalabi (w. 240 H)
Aliran hukum Islam yang terkenal dan masih ada pengikutnya sampai sekarang
hanya ada empat aliran yaitu Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah. Kan
tetapi yang sering dilupakan dalam sejarah hukum Islam adalah bahwa buku-buku
sejarah hukum Islam cenderung memunculkan aliran-aliran hukum yang berafiliasi
dengan aliran Sunni, sehingga para penulis sejarah hukum Islam cenderung mengabaikan
pendapat Khawarij dan Syiah dalam bidang hukum Islam.[14]
3) Aliran Tasawuf
Menurut etimologi , yaitu Ahlu suffah kelompok orang pada zaman rasulullah
hidupnya banyak di serambi serambi mesjid mereka mengabdikan hidupnya untuk
beribadah kepada Alah. Ada lagi mengatakan Tasawuf berasal dari kata shafa ( fi’il
mabni majhul) orang yang bersih dan suci, orang yang menyucikan dirinya Dihadapan
Allah.. Ada yang mengartikan berasal dari bahasa Yunani saufiI yang berarti
kebijaksanaan. shuf yang berarti bulu domba (wol). Tasawuf berdasarkan istilah, (1)
menurut Al-Jurairi, Memasuki segala budi (Akhlak) yang bersifat suni dan keluar dari
budi pekerti yang rendah. (2) Menurut AlJunaidi , ia memberikan rumus bahwa tasawuf
adalah bahwa yang hak adalah yang mematikanmu dan Hak-lah yang menghidupkanmu.
Ada beserta Allah tanpa adanya penghubung.
Dari segi kebahasan (linguistik) terdapat sejumlah kata atau istilah yang
dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebutkan lima istilah
yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut
pindah dengan nabi dari Makkah ke Madinah, saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam
melaksanakan shalat berjama’ah, sufi yaitu bersih dan suci, sophos(bahasa
Yunani:hikmah), dan suf (kain wol kasar). Jika diperhatikan secara saksama, tampak
kelima istilah tersebut bertemakan tentang sifat-sifat dan keadaan yang terpuji,

10
kesederhanaan, dan kedekatan dengan Tuhan. Kata ahl al-suffah misalnya
menggambarkan keadaan orang yang mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan
lainnya sebagai kekayaan, harta benda dan sebagainya yang ada di Makkah untuk
ditinggalkan karena ikut hijrah bersama nabi ke Madinah. Tanpa ada unsur iman dan
keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah, tidaklah mungkin hal demikian mereka
lakukan. Dengan demikian dari segi kebahasan tasawuf menggambarkan keadaan yang
selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban
demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah. Sikap demikian pada akhirnya
membawa seseorang berjiwa tangguh, memiliki daya tangkal yang kuat dan efektif
terhadap berbagai godaan hidup yang menyesatkan. Tasawuf atau sufisme adalah salah
satu dari jalan yang diletakkan Tuhan di dalam lubuk Islam dalam rangka menunjukkan
mungkinnya pelaksanaan kehidupan rohani bagi jutaan manusia yang sejati yang telah
berabad-abad mengikuti dan terus mengikuti agama yang diajarkan al-
quran.[15] Adapun maqom atau tingkatan yang harus di lewati untuk menjadi sufi yaitu:
taubat, wara, zuhud, fakir, sabar, tawakal, dan ridhi (rela). Masing-masing dari maqom
ini disoroti dan di beri arti sesuai dengan citra pensucian hati secara sufi. Namu secara
urut dari semua maqom itu juga mengarah ke peningkatan secara tertib dari satu maqom
ke maqom berikutnya. Yaitu apabila telah tercapai kepada makom yang terakhir akan
tercapailah kebebasan hati dari segala ikatan dunia.[16]

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebetulnya, antara entitas Iman dan Islam ini kompleks, karena di situ dilengkapi
dengan unsur Ihsan. Unsur Ihsan ini tidak seperti rel kereta api yang tidak saling ketemu antara
yang satu dengan yang lain. Sekarang, tugas para ilmuwan, muballigh, dan juga pimpinan
masyarakat, bagaimana mencari hubungan ketiganya yang, lebih manusiawi. karena dimensi
Ihsan sebetulnya sangat terkait, selain ukhrawi, juga lebih tampak insani. Bukan tidak mungkin
ketika dimensi Ihsan kemanusiaan tidak dilengketkan dengan iman dan Islam.
Dan dari ketiga factor itu yang akan memunculkan aliran-aliran yang ada samapai
sekarang bahkan yang sudah tinggal sejarahnya saja yang di karenakan oleh perbedaan
pendapat para imam maka tibullah berbagai aliran dalam Islam baik dalam kajian
kalam, kajian Fikih, bahkan dalam kajian tasawuf. Dengan demikian janganlah menganggap
hal tabu apalagi dijadikan perdebatan sehingga akian menimbulkan permusuhan anatar
pengikut aliran, masalah perbedaan itu tapi harus kita juadikan sebagai khasanah dalam
beragama terutama dalam islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Abd. Atang dan JAih Mubarok, Metodologi Stady Islam, (Bandung, PT Remaja Rosda

Karya,2010) cet. 12

• Nasution, Harun, Islam (ditinjau dari berbagai asfeknya),(Jakarta, UI-Press.2010) jilid, I cet.

2010

• Nasution, Harun, Teologi Islam (aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), (Jakarta, UI-

Press.2010) cet. 2010

• Nata, Abhudin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010) cet. 17

• Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, (Jakarta, PT raja Grafindo Persada,

1997) cet. II

• http://soni69.tripod.com/artikel/trilogi_islam.htm
• http://marcopangngewa.blogspot.com/2010/06/dimensi-islam-iman-ihsan-dan-
islam.html

13

Anda mungkin juga menyukai