Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN (ISLAM IDEAL, ISLAM INTERPRETASI,


ISLAM HISTORIS)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu:
Dr. H. Achmad Ruslan Afendi, M.Ag

Disusun oleh:

Andi Hairul 2211204042


Annisa Novarani 2211204044
Tabina Rasendriya 2211204005
Kiki Elvita Avany 2211204059

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS (UINSI)
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "Islam Sebagai Objek Kajian (Islam Ideal, Islam Interpretasi, Islam
Historis)". Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Achmad Ruslan,
M.Ag yang telah mempercayakan tugas ini kepada kami, sehingga sangat
membantu kami untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang
ditekuni. Terima kasih juga kepada teman-teman yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi kami.

Namun tidak lepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa terdapat
kekurangan baik dari segi penyusun bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberikan kritik dan saran guna penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi dan manfaat bagi pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Samarinda, 29 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Definisi Muslim Ideal dan Karakteristiknya.........................................................3
B. Definisi Interpretasi Dalam Konteks Studi Islam, dan Pentingnya Interpretasi
Dalam Pemahaman Agama Islam....................................................................................6
C. Ruang Lingkup Kajian Historis Dalam Kajian Islam...........................................8
BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUP......................................................................................................................12
A. KESIMPULAN...................................................................................................12
B. SARAN...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi tentang Islam sebagai objek kajian yang terbagi menjadi Islam Ideal,
Islam Interpretasi, dan Islam Historis memiliki latar belakang yang kaya dan
mendalam. Islam Ideal, sebagai titik awal, merujuk pada ajaran Islam yang murni
dan prinsip-prinsip dasar agama yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis. Ini
merupakan fondasi utama yang membentuk keyakinan, praktik ibadah, serta nilai
dan etika bagi umat Islam di seluruh dunia. Sebagai bagian penting dalam studi
Islam, pemahaman mengenai Islam Ideal membantu masyarakat untuk
mengakses dan memahami dasar-dasar agama ini.
Namun, Islam juga dikenal karena keragaman interpretasinya. Islam
interpretasi adalah hasil dari pemahaman dan adaptasi ajarn-ajaran Islam oleh
individu dan kelompok dalam berbagai konteks sosial, budaya, dan mazhab
dalam Islam, yang masing-masing memilki pandangan dan praktik yang sedikit
berbeda. Studi tentang Islam interpretasi memungkinkan kita untuk menggali
bagaimana pemahaman ini telah berkembang sepanjang sejarah Islam,
memberikan wawasan tentang keragaman intelektual dalam umat Islam.
Sementara itu, Islam historis membawa kita ke dalam perjalanan panjang
Islam sebagai agama dan peradaban. Studi ini melibatkan penelusuruan sejarah
Islam dari periode awal hingga masa modern, menyoroti momen-momen penting,
seperti masa kekhalifahan, eksplorasi ilmiah, perdagangan, dan interaksi dengan
budaya-budaya lain. Islam telah memainkann peran kunci dalam perkembangan
peradaban manusia dan menjadi fokus kajian untuk memahami dampaknya di
berbagai wilayah dunia.
Dengan berfokus pada Islam Ideal, Islam Interpretasi, dan Islam Historis,
kajian terhadap Islam menjadi lebih luas dan mendalam. Inii membuka pintu bagi
pemahaman yang lebih holistik tentang peran dan pengaruh Islam dalam
kehidupan manusia, serta mengingatkan kita akan kepentingan dalam memahami
keragamana dalam keyakinan, praktik, dan konteks sejarah Islam. Melalui
pendekatan multidisipliner, kajian Islam terus berkembang untuk menjawab
tantangan-tantangan zaman yang terus berubah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud muslim ideal dan karakteristiknya?
2. Bagaimana definisi interpretasi dalam konteks studi Islam, dan pentingnya
interpretasi dalam pemahaman agama Islam?
3. Apa saja ruang lingkup kajian historis dalam kajian Islam?

C. Tujuan
1. Untuk memahami definisi muslim ideal dan karakteristiknya..
2. Untuk memahami definisi interpretasi dalam konteks studi islam dan pentingnya
interpretasi dalam pemahaman agama islam.
3. Mengetahui ruang lingkup kajian historis dalam Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Muslim Ideal dan Karakteristiknya


1. Definisi Muslim Ideal
Muslim berarti kata orang islam. Kata “Islam” seakar dengan kata dengan
al-salam, al-salm, dan al-silm yang berarti menyerahkan diri, kepasrahan,
ketundukan, dan kepatuhan; kata “al-silm” dan “al-salm” yang berarti damai
atau aman; dan kata “al-salm”, “al-salam” dan “al-salamah” yang berarti
bersih dan selamat dari cacat, baik lahir maupun batin. Orang yang berislam
adalah orang yang menyerah, tunduk, patuh dalam melakukan perilaku yang
baik, agar hidupnya bersih lahir dan batin yang pada gilirannya akan mendapat
keselamatan dan kedamaian hidup di dunia dan akhirat.1
Yang dimaksud tentang mukmin adalah orang yang memeluk agama islam,
kata ini mengisyaratkan makna penuh ketundudkan terhadap kehendak Tuhan.
Idealnya seorang muslim adalah orang yang tunduk.2
Menurut Najay Majid, muslim ialah orang yang menerima dan
mengamalkan kewajiban seorang mukmin. Dari pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa mukmin sama dengan muslim dalam arti muslim yang ideal,
sehingga ciri-ciri atau sifat-sifat mukmin tersebut dalam al-qur’an dikategorikan
juga sebagai ciri-ciri muslim yang ideal.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karena-Nya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan sholat dan yang menafkahkan
sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (niikmat) yang mulia.”
(QS. Al-Anfal : 2-4)
Secara harfiah, “muslim” itu artinya “berserah diri”. namun secara istilah,
“muslim” adalah orang yang beragama Islam. Berarati muslim adalah orang
yang mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, dsn Nabi Muhammad adalah utusan Allah, serta berserah diri
1
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 249.
2
Ragwan Albaar, Patologi Muslim, (Dakwah Digital Press,2007), hal. 19-20.
3
kepada-Nya. Sedangkan, muslimah adalah sebuah sebutan untuk wanita muslim,
yaitu wanita yang beragama islam. 3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideal; ide-al berarti sangat sesuai
dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki.4
Jadi, muslim ideal adalah muslim yang sangat sesuai dengan tuntunan
agama islam, yang menjadi dambaan bagi semua orang. Muslim ideal adalah
muslim yang tunduk dan patuh mengikuti secara lahir dan batin terhadap ajaran-
ajaran (hukum-hukum) agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad selaku
utusan Allah SWT, sebagai bukti keimanan yang menjadi keyakinan dalam
hatinya yang mana sudah menjadi suatu angan-angan yang tersendiri bagi
muslimideal atau muslim sempurna.
Kepribadian muslim disini meliputi lima rukun islam, yaitu.5
1. Membaca dua kalimat syahadat, yang melahirkan kepribadian syahadatain;
2. Menunaikan shalat, yaitu melahirkan kepribadian musholli;
3. Mengerjakan puasa, yang melahirkan kepribadian sha’im;
4. Membayar zakat, yang melahirkan kepribadian muzakki;
5. Melaksanakan haji, yang melahirkan kepribadian hajji.
2. Karakteristik Muslim Ideal
Masyarakat secara umum memandang sosok muslim iddeal memang
berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-
olah pribadi muslim ideal itu tercermin pada orang yang hanya rajin
menjalankan islam dari ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan
masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim.
Oleh karena itu, standra pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi
acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada
sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim,
diantaranya,6
1. Aqidah yang Lurus
Lurusnya aqidah merupakan sesuatu ayang harus ada pada setiap
muslim. Dengan aqidah yangbersih, seorang muslim akan memiliki ikatan
yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan
3
Muhammad Ali Al-Hasyimi, Muslimah Ideal, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Hal. 185-186.
4
Abdullah, M.K. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. (Jakarta: Sandro Jaya). Hal. 68.
5
Abdul Mujib, kepribadian dalam Psikologi Islam, hal. 250.
6
Al-Asyumi Ummu Mahmud, dkk. Panduan Etika Muslimah Sehari-hari. Surabaya: Pustaka eLBA, 2009.
hal. 68
4
menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan
dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala
perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi
Allah Tuhan semesta alam” (QS. AL-An’am [6] : 162). karena aqidah yang
slaim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da’wahnya
kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan
pembinaan aqidah, iman, dan tauhid.
2. Ibadah yang benar
Menjalankan ibadah secara benar merupakan salah satu perintah
Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda:
“Shalatlah kamu sebagamana melihat aku shalat’. Dari ungkapan ini maka
dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah
merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur
penambahan atau pengurangan.
3. Akhlaq yang baik
Akhlaq yang baik merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki
oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan
makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlaq yang mulia, manusia akan bahagia
dalam hidupnya, baik di dunia dan di akhirat.
4. Jasmani yang kuat
Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh
sehingga dapat melaksanakan ajaran islam secara optimal dengan fisiknya
yang kuat. Shalat, puasa, zakat, dan haji merupakan amalan di dalam islam
yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad
di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuagan lainnya. Oleh karena itu,
kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan
pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun
demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu
kadang-kadang terjadi. Namun, jangan sampai seorang muslim sakit-
sakitan.
5. Berjuang melawan hawa nafsu
Melawan hawa nafsu merupakan salah satu kepribadian yang harus ada
pada diri seorang karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang
baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan
5
menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan.
Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan
hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus
diupayakan tunduk pada ajaran Islam.
6. Pandai menjaga waktu
Menjaga waktu merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena
waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya.
Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama
waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. Allah
SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sana, yakni 24
jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang
beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah
semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada
kehilangan waktu”. waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak
akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu, setiap muslim amat dituntut
untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu
dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia.

B. Definisi Interpretasi Dalam Konteks Studi Islam, dan Pentingnya Interpretasi


Dalam Pemahaman Agama Islam
1. Interpretasi dalam konteks studi islam
Merujuk pada pemahaman dan penafsiran terhadap ajaran-ajaran Islam yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits (tradisi-tradisi yang berhubungan
dengan kata-kata dan tindakan Nabi Muhammad SAW). Interpretasi ini
mencakup berbagai aspek ajaran Islam, termasuk hukum, teologi, moralitas, dan
praktik ibadah.7 Beberapa hal penting yang perlu dipahami tentang interpretasi
dalam islam adalah sebagai berikut.
1. Tafsir Al-Qur’an: tafsir adalah jenis interpretasi yang fokus pada penafsiran
Quran. Ulama islam telah mengembangkan banyak tafsir yang berbeda
selama berabad-abad untuk membantu umat muslim memahami pesan-pesan
dalam Al-Qur’an. Tafsir bisa bersifat historis, linguistik, teologis, atau
kontekstual.
2. Ijma (kesepakatan): ijma adalah bentuk interpretasi yang didasarkan pada
kesepakatan para ulama islam tentang suatu masalah tertentu. Ini berarti
7
Joni Putra, dkk. Implementasi Landasan Hermeneutika Dalam Studi Islam, JIEL, Vol. 1, No. 1, 2021, hal. 69-70.
6
bahwa dalam beberapa kasus, ada kesepakatan umat muslim bahwa suatu
tindakan atau ajaran tertentu adalah sah atau benar.
3. Qiyas (Analogi): Qiyas adalah metode interpretasi yang melibatkan
perbandingan antara situasi atau masalah baru dengan hukum yang telah
ditetapkan dalam Quran atau Hadits. Ini digunakan untuk memutuskan
tentang hal-hal yang tidak secara langsung diatur dalam sumber-sumber
utama islam.
4. Ijtihad: ijtihad adalah usaha untuk menghasilkan pemahaman baru atau
penafsiran baru terhadap ajaran islam. Ini biasanya dilakukan oleh ulama atau
cendekiawan islam yang berkompeten dan memegang otoritas untuk
melakukan ijtihad. Ijtihad adalah aspek penting dalam perkembangan
pemikiran islam.
5. Madzhab (sekolah hukum): Dalam islam, terdapat berbagai sekolah hukum
yang menghasilkan interpretasi yang berbeda dalam beberapa masalah.
Contoh sekolah hukum yang terkenal adalah Hanafi, Maliki, Shafi’I, dan
Hanbali. Masing-masing madzhab ini memiliki pendekatan dan penekanan
yang berbeda dalam hal interpretasi hukum islam.
Interpretasi dalam studi islam adalah proses kunci untuk memahami dan
mengaplikasikan ajaran islam dalam berbagai aspek kehidupan, dan hal ini dapat
berkembang seiring waktu dan situasi. Pemahaman dan interpretasi juga dapat
beragam di antara individu dan komunitas muslim yang berbeda, yang sering
kali mencerminkan beragamnya konteks budaya, sosial, dan sejarah mereka.
.
2. Validitas dan otoritas dalam interpretasi
Dalam mendekati interpretasi Al-Qur'an, pertanyaan tentang otoritas dan
sejauh mana hasil interpretasi dapat digunakan oleh komunitas Muslim adalah
penting. Setiap upaya interpretatif yang berhasil (untuk tujuan praktik
keagamaan) harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keyakinan,
pandangan dunia, dan nilai-nilai penting dari komunitas Muslim pada umumnya.
Mungkin ada dua tingkat komitmen oleh seorang individu yang terlibat dalam
penafsiran. Pada satu tingkat adalah dasar-dasar agama, di mana ada tingkat
konsensus yang tinggi. Konsensus ini mencakup kepercayaan pada satu Tuhan,
pada Muhammad sebagai nabi-Nya, dan dalam Al-Qur'an sebagai wahyu dari
Tuhan, serta keyakinan dasar lainnya. Pada tingkat kedua adalah ajaran Islam
lebih lanjut, seperti nilai-nilai kemanusiaan universal, pertanggungjawaban
7
kepada Tuhan, hubungan Tuhan dengan ciptaan, kebutuhan dan pentingnya
agama bagi perkembangan manusia, dan implikasi hukum dari Al-Qur'an.
1. Pentingya Interpretasi Dalam Islam
Kita saat ini berada dalam kumparan globalisasi ilmu,globalisasi
industry,dan yang lain maka hal ini yang menyebabkan kita sering di kritisi oleh
sesame umat mauoun kritisi dari golongan non islam,pada saat tersebut kita
melakukan langkah koreksi benarkah kita seperti di katakan mereka kita berada
beberapa langkah di belakang mereka,artinya kita selalu di pandang belum
maju,baik dalam berpikir maupun berindustri,berekonomi dan lain lain,kita juga
tidak anti kritikal,kalau kita di katakana masih menjadi penonton lalu kita
mengadakan assament di mana letak permasalahan nya yang menyebabkan kita
hanya bisa jadi penonton,maka untuk melakukan assasment kita juga sangat
perlu mempertimbangkan segi aqidah nya,kita harus Cerdas dan tanggap dengan
apapun yang mereka lakukan apaplagi yang di kritisikan pada kita.24Gebyar
dunia ini ibartanya hnaya episode episode kehidupan,menjemput ilmu pun kita
harus melakukan dengan berkoordinasi dengan hati kita,dan inilah yang jarang
di lakukan orang masa kini,karena merasa ilmu yang ada pada kitalebih tinngi
dari yang lain,sehingga menjadi kaku dalam berpendapat,secara umum alquran
yang di terjemahkan bukan kita mengratikan dengan mentah dan fanatik,dalam
menafsirka perlu adanya pengajar dan mentor yang tepat dan mencerdaskan,ber
visi dan mempunyai future oriented,semua dengan tujuan maslahah
kemanusiaan,kebudayaan dan tatanan nilai,era industrialisasi seperti sekarang ini
yang mau tidak mau kita tidak bisa menghindarinya,dan yang peerlu di ingat
semaju apapun sebuah negara semaju apapun ekonomi seuah negara atau
golongan kita tidak erlalu silau sehingga kita menafikan peran kehendak allah
swt,kita tetap memerlukan imu dari mereka diantaranya kita ada yang
meneruskan studi akademik di seluruh dunia,ini bukti bahwa kita perlu ilmu
kerja sama dengan mereka,jika masih terkait dengan maslahah kehidupan dan
kemajuan ekonomi,kita harus menerima,selam itu tidak betrentangan dengan
aqidah islam. Upaya-upaya untuk mengoptimalkan studi Agama Islam adalah
dengan peningkatan wawasan dan kemampuan profesional tenaga kependidikan,
yaitu guru dan pengawas pendidikan Agama Islam, serta melengkapi sarana,
prasarana, dan buku-buku referensi.8

8
5 Lien Iffah and others, ‘( Studi Atas Pemikiran Hermeneutika Al-Qur ’ an Abdullah Saeed )’,
2009.
8
C. Ruang Lingkup Kajian Historis Dalam Kajian Islam
Dalam kamus bahasa inggris historis artinya sejarah, atau peristiwa.
Secara etimologi, ‘sejarah’ merupakan terjemahan dari kata tarikh, sirah (bahasa
Arab), dan geschichte (bahasa Jerman). semua kata tersebut berasal adri bahasa
Yunani, yaitu ‘istoria’ yang berarti ilmu. Dalam penggunaannya, filosof Yunani
memakai kata istoria untuk menjelaskan secara sistematis mengenai gejala alam.
Dalam perkembangan selanjutnya, kata istoria dipergunakan untuk menjelaskan
mengenai gejala-gejala terutama hal ikhwal manusia dalam urutan kronologis.9
Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu
rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan
kebeneran suatu peristiwa pada masa lampau. Dengan demikian, unsur penting
sejarah merupakan adanya peristiwa, adanya batasan waktu (masa lampau),
adanya pelaku (mansuia), dan daya kritis dari peneliti sejarah. Dengan kata lain
di dalam sejarah terdapat objek peristiwa (what), orang yang melakukan (who),
waktu (when), tempat (where), dan latar belakang (why). Seluruh aspek tersebut
selanjutnya disusun secara sistematis dan menggambarkan hubungan yang erat
antara satu bagian dengan bagian lainnya.10
Berdasarkan uraian diatas, secara ringkas dapat disimpulkan bhawa
sejarah merupakan suatu cabang studi yang berkenaan dengan penelitian yang
berhubungan dengan kejadian-kejadian yang terikat pada waktu, yang
berhubungan dengan semua kejadian yang terjadi di dunia ini. Dengan
demikian, ssejarah pada hakikatnya merupakan upaya melihat masalalu melalui
masa kini. Untuk mengarah pada suatu keyakinan atas kebenaran informasi
masa lampau tertentu tidak terlepas dari dukungan berbagai data yang akurat,
diantara data itu merupakan data sejarah. Maka pendekatan sejarah (historis)
amat dibutuhkan dan tidak dapat dihindarkan dalam memahami agama, karena
agama itu sendiri turun berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
Adapun yang dimaksud dengan pendekatan sejarah merupakan cara
pandang yang digunakan untuk merekontruksi masa lalu umat manusia yang
melihat suatu peristiwa dari segi kesadaran sosial yang mendukungnya.
9
Afendi, Achmad Ruslan, dkk. 2012. Pendidikan Islam Perspektif Motivasi & Aplikasi,
Ar-Ruzz Media. hal. 161
10
Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 314
9
Pendekatan seperti ini lebih populer disebuut ‘sejarah sosial’. 11 pendekatan ini
merupakan alternatif terbaik untuk lebih menjelaskan perkembangan dan
perubahan-perubahan historis pada masa lalu secara lebih aktual dan
komprehensif.
Kemudian, kajian Islam sangat hangat di perbincangkan era modern ini
karena pergumulannya tak pernah kunjung selesai sampai kapan pun yakni dari
aspek historis-empiris partikular dari agama-agama dan aspek meaning (makna)
keberagaman umat manusia yang mendasar dan universal-trasnsedental, yang
pada gilirannya ingin dijembatani dan dikawinkan oleh pendekatan
fenommenologi agama. Jadi dalam bentuknya yang historis-empiris, agama
selalu menjadi bagian dari setting historis dan sosial komunitasnya. 12 Untuk
memahami lebih dalam mengenai historis dalam kajian islam setidaknya kita
harus mendudukkan permasalahan ini pada ruang lingkup yang lebih sempit
diantaranya:
1. Islam sebagai Doktrin dari Tuhan, yang sebenarnya bagi para pemeluknya
sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya. Bahwa islam itu
terdapat dua macam nilai yaitu islam berdimensi normatif dan islam
berdimensi historis. Kedua aspek ini terdapat hubungan yang menyatu, tidak
dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Pertama, aspek normatif yakni
wahyu harus diterima sebagaimana adanya, mengikat semua pihak dan
berlaku universal. Kedua, aspek historis yakni, kekhalifahan senantiasa
dapat berubah, menerima diskusi karena produk zaman tertentu, dan hal itu
bukan hal yang sakral.
2. Islam sebagai Gejala Budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi
manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang
terhadap doktrin agamanya.
3. Islam sebagai Interaksi Sosial, yaitu realitas umat islam.13
4. Islam sebagai Produk Historis, adalah islam yang tidak bisa dilepaskan dari
kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu.
Islam yang terangkai dengan konteks kehidupan pemeluknya. Oleh
karenanya realitas kemanusiaan selalu berada dubawah realitas ke-Tuhan-

11
M. Deden Ridwan. Tradisi Baru Penelitian Agama islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu.(Jakarta:Pustaka
Pelajar 2001), hlm. 14

12
Martin, Richard. C. Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Islam, (Surakarta: Muhammadiyah University
Press, 2002), hlm. 3.
13
M. Nurhakim, Metode Studi Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), hlm.13
1
0
an. Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya
dengan cerita, yaitu cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di
waktu yang lampau. Bahwasanya sejarah pada hakekatnya adalah sebuah
cerita kiranya tidak bisa disangkal lagi. Senuanya mencerminkan gagasan
bahwa sejarah itu hakekatnya adalah tidak lain sebagai suatu bentuk cerita.
Kendati begitu, hal yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa
sebagai cerita, sejarah bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah
sama dengan dongeng ataupu novel. Bermula dari pencarian dan penemuan
jejak-jejak sejarah, menguji jejak-jejak tersebut dengan metode kritik yang
ketat (kritik sejarah) dan diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk
akhirnya disusun dengan cara-cara tertentu menjadi sebuah cerita yang
menarik tentang pengalaman masa lampau manusia itu.
5. Historis/Sejarah sebagai Peristiwa, sebagai kisah sebagai ilmu. Sejarah
dapat digolongkan sebagai ilmu apabila ia memiliki syarat-syarat dari suatu
ilmu pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah. Itulah setidaknya fakta yang
telah kami temukan sebagai ruang lingkup kajian historis islam yang
menarik dikaji dari aspek sejarah.

1
1
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara keseluruhan, kajian tentang Islam Ideal, Islam Interpretasi, dan
Islam Historis adalah penting untuk memahami agama Islam secara holistik dan
mendalam. Hal ini memungkinkan kita untuk memahami peran Islam dalam
kehidupan manusia serta kompleksitas dan keragaman dalam pemahaman dan
praktik agama ini di berbagai tempat dan waktu. Studi tentang Islam terus
berkembang dan memberikan kontribusi berharga terhadap dialog antarbudaya,
pemahaman antaragama, serta pemahaman yang lebih baik tentang sejarah dan
dinamika dunia Muslim.
B. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari
tulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu, mohon untuk
memberikan saran agar kami dapat membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga
makalah ini dapat lebih bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi penambah
wawasan kita dalam memahami tentang Islam Sebagai Objek (Islam Ideal, Islam
Interpretasi, Islam Historis).

1
2
DAFTAR PUSTAKA

Mujib, Abdul. 2007. (Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.

Albaar, Ragwan. 2007. Patologi Muslim. Dakwah Digital Press.

Al-Hasyimi, Muhammad Ali. Muslimah Ideal. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Abdullah, M.K. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. Jakarta: Sandro Jaya.

Mahmud, Al-Asyumi Ummu, dkk. 2009. Panduan Etika Muslimah Sehari-hari. Surabaya:
Pustaka eLBA.

Putri, Joni, dkk. 2021. Implementasi Landasan Hermeneutika Dalam Studi Islam, JIEL,
Vol. 1, No. 1, hal. 69-70.

Gottchalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Nata, Abuddin. 1993. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 1993.

Ridwan, M. Deden. 2001. Tradisi Baru Penelitian Agama islam Tinjauan Antardisiplin
Ilmu. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Martin, Richard. C. 2002. Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Islam. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.

M. Nurhakim. 2004. Metode Studi Islam. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Afendi, Achmad Ruslan, dkk. 2012. Pendidikan Islam Perspektif Motivasi & Aplikasi, Ar-
Ruzz Media. hal. 161

1
3

Anda mungkin juga menyukai