Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

Konsep Agama Islam, Al Qur’an, dan Ma’rifatul Islam

Disusun umtuk memenuhi tugas perbaikan absensi mata kuliah Agama Islam

Dosen Pengampu : Taufik Huda, S.Th.I,MPd.I


Apid Hapidin., M.Ag
Dede Ishaq., Lc., M.Ag

Disusun oleh :

Moh. Sendy Rizki Aditya KHGA220056

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA


GARUT
Jl. Nusa Indah No.24, Jayaraga, Kec. Tarogong Kidul, Kabupaten Garut,
Jawa Barat 44151
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
”KONSEP AGAMA ISLAM, AL-QUR’AN, MA’RIFATUL ISLAM ”. Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Konsep Agama Islam.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar -
besanya kepada dosen mata kuliah Agama yang telah memberikan tugas kepada
kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman -teman yang
turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga
menyadari sepenunya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami berharap ada nya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membaca nya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.

Garut, 01 Januari 2023

Moh. Sendy Rizki Aditya

I
DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................... I


Daftar isi ............................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Konsep Agama Islam ...................................................................................... 3
2.2 Sejarah Agama Islam ...................................................................................... 3
2.3 Sejarah Agama Islam di Indonesia .................................................................. 6
2.4 Ajaran Pokok Agama Islam ............................................................................ 7
2.5 Karakteristik Agama Islam ............................................................................. 9
2.6 Peribadatan Agama Islam ............................................................................... 11
2.7 Pengertian Al Qur’an ...................................................................................... 12
2.8 Nama-nama lain Al Qur’an ............................................................................. 14
2.9 Sejarah Kodefikasi Al Qur’an ......................................................................... 16
3.1 Sejarah Penerjemahan Al Qur’an .................................................................... 18
3.2 Isi Pokok Ajaran Al Quer’an........................................................................... 21
3.3 Fungsi Kedukan Al Qur’an ............................................................................. 21
3.4 Makna Islam .................................................................................................... 23
3.5 Islam dan Ketentuan Allah .............................................................................. 24
3.6 Kesempurnaan Islam ....................................................................................... 25
3.7 Islam Sebagai Sumber Akhlak ........................................................................ 29
3.8 Islam Sebagai Fikrah ....................................................................................... 29

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 33


4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 33
4.2 Saran ................................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34

II
III
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam dalam istilah Arab disebut Dinul Islam. Kata Dinul
Islam tersusun dari dua kata yakni Din (‫( الدين‬dan Islam (‫ مس ا‬.(Arti kata
din baik secara etimologis maupun terminologis sudah dijelaskan di depan.
Sedangkan kata ‘Islam’ secara etimologis berasal dari akar kata kerja
‘salima’ yang berarti selamat, damai, dan sejahtera, lalu muncul kata
‘salam’ dan ‘salamah’. Dari ‘salima’ muncul kata ‘aslama’ yang artinya
menyelamatkan, mendamaikan, dan mensejahterakan. Kata ‘aslama’ juga
berarti menyerah, tunduk, atau patuh. Dari kata ‘salima’ juga muncul
beberapa kata turunan yang lain, di antaranya adalah kata ‘salam’ dan
‘salamah’ artinya keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, dan
penghormatan, ‘taslim’ artinya penyerahan, penerimaan, dan pengakuan,
‘silm’ artinya yang berdamai, damai, ‘salam’ artinya kedamaian,
ketenteraman, dan hormat, ‘sullam’ artinya tangga, ‘istislam’ artinya
ketundukan, penyerahan diri, serta ‘muslim’ dan ‘muslimah’ artinya orang
yang beragama Islam laki-laki atau perempuan (Munawwir, 1997: 654-
656).
Islam merupakan satu-satunya agama yang diturunkan oleh Allah
Swt. kepada manusia melalui para nabi/rasul-Nya mulai dari Nabi Adam
a.s. hingga Nabi Muhammad saw. Inti ajaran Islam yang dibawa oleh para
nabi ini adalah satu, yaitu tauhid, yakni mengesakan Allah atau
menuhankan Allah yang Esa. 4 aspek universal pokok dalam ajaran dan
dakwah Islam antara lain adalah akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah.
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama adalah mengakui
adanya pluralisme sebagai sesuatu kenyataan, mengakui adanya
universalisme, yakni mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari
akhir, menyuruh berbuat baik, dan mengajak pada keselamatan.
Ibadah dalam syariah Islam adalah ketaatan atau ketundukan
seorang hamba secara khusus kepada Allah SWT yang diklasifikasikan
menjadi beberapa mcam ibadah. Mulai dari berdasarkan hukum syariah,
kualitas, keberadaan 'illah di dalamnya, ruang lingkup hingga jenis
perbuatan hamba.

1
1.1 Rumusan Masalah
1.1.1 Apa Konsep Agama Islam?
1.1.2 Bagaimana Sejarah agama islam?
1.1.3 Apa Ajaran pokok agama islam?
1.1.4 Jelaskan Karakteristik agama islam?
1.1.5 Jelaskan Peribadatan dalam agama islam?
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui Konsep agama islam
1.2.2 Untuk mengetahui Sejarah agama islam
1.2.3 Untuk mengetahui Ajaran pokok agama islam
1.2.4 Untuk mengetahui Karakteristik agama islam
1.2.5 Untuk mengetahui Peribadatan dalam agama islam

1.4. Manfaat
1.4.1 Menambah pengetahuan dan wawasan tentang Konsep Agama Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Agama Islam
Islam merupakan satu-satunya agama yang diturunkan oleh Allah
Swt. kepada manusia melalui para nabi/rasul-Nya mulai dari Nabi Adam
a.s. hingga Nabi Muhammad saw. Inti ajaran Islam yang dibawa oleh para
nabi ini adalah satu, yaitu tauhid, yakni mengesakan Allah atau
menuhankan Allah yang Esa.
2.2 Sejarah Agama Islam
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-
Islamiyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan” dalam bahasa Arab
adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga
wujud:
1. Wujud Ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan
lain-lain.
2. Wujud Kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
3. Wujud Benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda
hasil karya. Sedangkan istilah peradaban biasanya dipakai untuk
bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan
indah.
Dalam definisi peradaban yang dimaksud disini yakni Islam yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa bangsa
Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh
bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju, dan cepat
mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang
sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang. Dengan
demikian jelaslah bahwa kedatangan Islam mempunyai makna
kemanusiaan yang tinggi, cita-cita dan semangat Islam adalah peneguhan
kemanusiaan, memperteguh kesetiaan manusia terhadap tugas dan
kewajibannya sebagai wakil Allah di muka bumi. Menurut H.A.R. Gibb,
bahwa Islam sesungguhnya lebih dari sekedar agama, Ia adalah peradaban
yang sempurna. Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab
timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang
ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Jadi dapat
disimpulkan bahwa definisi sejarah peradaban Islam yakni kejadian-

3
kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa silam yang diabadikan dimana
pada saat itu Islam merupakan pokok kekuatan dan sebab timbulnya suatu
kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa,
sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Sejak zaman Rasulullah Saw, kebudayaan Islam berkembang terus
menerus sejalan dengan perkembangan pemikiran dan meluasnya
kekuatan politik dan daerah penganut Islam, terbentuk bermacammacam
struktur, ide, dan lembaga-lembaga dalam politik, lapangan ibadat,
lapangan hukum, lapangan seni, lapangan ekonomi, lapangan sosial dan
bermacam-macam lapangan kebudayaan yang lain. Yang jelas benar
menonjol dalam perkembangan kebudayaan Islam yang berpusat pada al-
Qur’an itu adalah kedinamisannya menyerbu keluar dari keterbelakangan
kebudayaan bangsa Arab, yang hidup terpencil di gurun-gurun pasir yang
tandus, dan keluasan berfikir yang mendorongnya. Yang sangat menarik
dalam perkembangan kebudayaan Islam dari abad ketujuh sampai ketiga
belas adalah bagaimana kebudayaan dan agama yang berasal pada bangsa
Arab di gurun pasir yang miskin dan terpencil dengan pimpinan Nabi
Muhammad Saw dan khalifahkhalifah Rasyidin dan khalifah raja-raja, dan
yang disebut pertama kali dari kebudayaan saat itu adalah ilmu.
Sedangkan landasan dari pembahasan ini yakni “peradaban Islam” adalah
“kebudayaan Islam” terutama wujud idealnya, sementara landasan
“kebudayaan Islam” adalah agama Islam. Jadi dalam Islam, tidak seperti
pada masyarakat yang menganut agama-agama bumi, agama bukanlah
kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan
merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah
wahyu dari Tuhan.
Peradaban Islam memiliki sejarah perkembangan yang sangat
panjang. sejarah perkembangan peradaban islam terbagi menjadi 3 :
"Pertama adalah periode klasik, kedua disebut pertengahan yang ditandai
jatuhnya Baghdad sampai ke penghujung abad ke-17 M, yang ketiga
adalah modern," tulis Syamruddin mengutip dari buku Pengantar Sejarah
Muslim karya Nourouzzaman Shiddiqi.
A.Periode-klasik(650-1258M)
Era ini adalah masa kemajuan, keemasan, dan kejayaan Islam.
Periode ini dibagi menjadi fase ekspansi dan disintegrasi:
1. Fase ekspansi, integrasi, dan pusat kemajuan
Masa ini berlangsung pada 650-1000 M dengan daerah penyebaran
Islam yang makin luas, melalui Afrika utara sampai ke Spanyol di bumi
bagian barat. Islam juga melalui Persia sampai ke India di bumi sebelah
timur.

Di masa inilah perkembangan jaman sangat pesat mulai dari ilmu


pengetahuan, agama, bahasa, dan lain-lain mencapai puncaknya. Era ini

4
juga menghasilkan ulama besar misal Imam Malik, Imam Abu Hanifah,
Imam Syafi'i dan Imam Ibn Hambal dalam bidang Fiqh.

2. Fase disintegras Era pada kurun waktu 1000 - 1250 M ini mulai
mengalami kemunduran. Kekuasaan khalifah menurun, hingga akhirnya
Baghdad dirampas dan dihancurkan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.

B. Periode-pertengahan
Sama seperti sebelumnya, periode ini juga terbagi atas 2 fase.
Umat Islam yang mengalami kemunduran, bangkit kembali melalui tiga
kerajaan besar yang sangat berpengarauh terhadap perkembangan
islam:

1. Fase kemunduran
Tahap ini berlangsung pada 1250-1500 M dengan desentralisasi
dan disintegrasi yang makin menguat di masyarakat. Perbedaan antara
Sunni dan Syi'ah serta Arab dan Persia semakin nyata.
Dunia Islam terbagi menjadi Arab dan Persia. Bagian Arab yang
terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan Afrika utara
berpusat di Mesir. Bagian Persia yang terdiri dari Balkan, Asia kecil,
Persia dan Asia tengah berpusat di Iran. Disanalah awal mula penyebab
terpecah belah nya agama islam. Hal seperti itulah yang harus kita
pahami.

2. Fase tiga kerajaan besar yang sangat berpengaruh di dunia


Masa yang berlangsung pada 1500 - 1700 M dilanutkan dengan
fase kemunduran di 1700 - 1800 M. Tiga kerajaan adalah Utsmani di
Turki, Safawi di Persia dan Mughal di India.
Kejayaan Islam pada tiga kerajaan besar masih bisa disaksikan
hingga kini. Peninggalan tersebut bisa disaksikan dalam bentuk arsitek
di Istanbul, Iran dan Delhi, yang menjadi bukti dalam sejarah peradaban
islam.
C. Periode modern
Pada periode yang berlangsung mulai 1800 hingga sekarang ini,
umat mencari tahu penyebab kejatuhan Islam. Para pemimpin dan
pemuka Islam memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan
kekuatan umat Islam. Di era sejarah perkembangan peradaban Islam ini,
kondisi muslim berbanding terbalik dengan periode klasik. Umat Islam
yang awalnya menjadi pusat peradaban, kini kagum pada
perkembangan budaya dan kemajuan kelompok masyarakat lain.

5
2.3 Sejarah Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia, seperti teori Gujarat, Mekkah,
dan Persia, serta beberapa teori lain yang bermunculan. Meski terdapat
beberapa teori mengenai masuknya Islam ke Indonesia, banyak ahli
percaya bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan
Berita China zaman Dinasti Tang. Berita tersebut mencatat bahwa di abad
ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros,
daerah pantai barat Sumatra Utara. Sementara sejarah masuknya Islam
pada abad ke-13 Masehi, lebih mengarah pada perkembangan Islam di
Nusantara bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia.
Selain perdagangan yang membawa serta agama Islam memasuki
Nusantara, strategi penyebaran melalui dakwah juga mewarnai penyebaran
agama Islam di tanah Jawa yang dilakukan oleh para walisongo. Didapati,
Islam memasuki daerah Jawa melalui pesisir utara pulau Jawa dengan
ditemukannya makam fatimah binti Maimun bin Hibatullah. Di Mojokerto
juga telah di temukannya ratusan makam Islam kuno yang diperkirakan
makam tersebut adalah makam para keluarga istana Majapahit.
Sementara Islam memasuki wilayah Kalimantan melalui Pontianak
sekitar pada abad ke-18. Di hulu sungai Pawan, Kalimantan Barat,
ditemukan pemakaman Islam kuno. Di Kalimantan Timur Islam masuk
melalui kerajaan Kutai, untuk Kalimantan Selatan melalui Kerajaan
Banjar, dan untuk Kalimantan Tengah ditemukannya masjid Ki Gede di
daerah Kotawaringin yang di bangun pada tahun 1434 M. Untuk wilayah
Sulawesi sendiri, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo.
Proses masuknya Islam ke Indonesia melalui proses yang panjang
dan dari pengaruh yang berbeda-beda. Secara singkat, media atau saluran-
saluran yang membantu Islam masuk ke Indonesia dan menggerakkan
perkembangan Islam di Indonesia, diantaranya melalui perdagangan,
perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, serta politik. Di antara 5
agama di Indonesia, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, dan Buddha,
Islam merupakan agama mayoritas yang dianut oleh penduduk Indonesia
hingga saat ini.
Umat Muslim umumnya mempercayai enam hal berikut:
1. Percaya pada satu Tuhan (Allah),
2. Percaya pada Malaikat,
3. Keyakinan pada Kitab Suci seperti Taurat yang diturunkan kepada
nabi Musa dan Alquran yang diturunkan kepada Muhammad,
4. Keyakinan pada semua nabi yang diutus oleh Tuhan termasuk Nuh,
Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, Musa, Isa, dan, tentu saja, Muhammad.
Sangat penting untuk menyatakan bahwa Muslim tidak percaya pada

6
Yesus sebagai Anak Tuhan seperti orang-orang yang beragama
Kristen,
5. Keyakinan pada Hari Penghakiman dan kehidupan setelah kematian.
Muslim sangat percaya bahwa pahala terbaik untuk melakukan
perbuatan baik adalah semakin dekat dengan Tuhan,
6. Memahami bahwa Tuhan atau Allah adalah Yang Mahakuasa dan
tidak ada yang bisa terjadi tanpa izin dan kehendak-Nya.
7. Keyakinan Islam memiliki banyak keyakinan yang kuat, dan lima
rukun Islam memandu gaya hidup mereka. Kelima komponen tersebut
harus dipraktikkan untuk menikmati hidup yang lebih damai dan
bermakna. Berikut adalah uraian singkat masing-masing dari kelima
pilar tersebut:
8. Shahadah: dikenal sebagai deklarasi iman, Shahadah didirikan agar
umat Islam dapat bersaksi dan bersaksi bahwa hanya ada satu Tuhan
dan nabi-Nya adalah Muhammad.
9. Salat: shalat disebut shalat, dan harus dilakukan lima kali sehari
(subuh, siang, sore, matahari terbenam, dan malam. Shalat harus
diucapkan dalam bahasa Arab dan menghadap ke arah Mekah.
10. Zakat: dikenal sebagai pajak sedekah, Muslim yang taat harus
membantu orang miskin dan memberikan 2,5% dari kekayaan mereka
kepada mereka yang membutuhkan.
11. Puasa: Umat Islam berpuasa pada siang hari di bulan kesembilan dari
kalender lunar Islam yang dikenal sebagai Ramadan. Ini adalah waktu
belajar dan disiplin diri yang menunjukkan kesetaraan kepada orang
miskin.
12. Haji: Muslim percaya untuk melakukan ziarah ke Mekah ke Kabah
setidaknya sekali dalam hidup mereka tidak peduli di mana mereka
berada di dunia. Kabah diyakini dibangun oleh Ibraham dan salah satu
putranya; itu sangat sakral bagi semua Muslim.

2.4 Ajaran Pokok Agama Islam


Pokok-pokok ajaran Islam terdiri dari tiga macam, diantaranya sebagai
berikut:
A. Akidah

Akidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan yang


berarti simpul, ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah
terbentuk ‘aqidatan (akidah) berarti kepercayan atau keyakinan
Dalam Islam, akidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang
asasi ialah alquran. Iman ialah segi teoritis yang dituntut pertama-tama
dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercaya dengan suatu
keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keraguraguan. Tegaknya

7
aktivitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang
dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akidah atau menunjukkan
kualitas iman yang ia miliki. Karena iman itu bersegi teoritis dan ideal
yang hanya dapat diketahui dengan bukti lahiriah dalam hidup dan
kehidupan sehari-hari.
B. Syari’ah
Syara’a-Yasyra’u–Syar’an artinya membuat undang-undang,
menerangkan rute perjalanan, adat kebiasaan, jalan raya. Syara’a–
Yasyra’u–Syuruu’an artinya masuk ke dalam air memulai pekerjaan,
jalan ke air, layar kapal, dan tali panah (Mahmud Yunus, 1989:195).
Syari’ah juga berarti jalan lurus, jalan yang lempang, tidak berkelok-
kelok, jalan raya. Penggunaan kata syari’ah bermakna peraturan, adat
kebiasaan, undang undang, dan hukum (Ahmad Wason Munawwir,
1984:762). Syari’ah menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air,
syariat Islam berarti jalan yang harus ditempuh seorang muslim.
Sedangkan menurut istilah, syari’ah berarti aturan atau undang-undang
yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan alam
semesta atau dengan pengertian lain, syari’ah adalah suatu tatacara
pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan
Allah Swt seperti di Al-Quran surah Al-Maidah ayat 48 yang berbunyi:
Dan kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain
itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap
umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu
apa yang telah kamu perselisihkan itu. Sesuai dengan pengertian di atas,
maka syari’ah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sebagai
individu, masyarakat, dan sebagai subyek alam semesta.

C.Akhlak
Akhlak adalah kondisi mental, hati, batin seseorang yang
mempengaruhi perbuatan dan perilaku lahiriyah. Apabila kondisi batin
seseorang baik dan teraktualisasikan dalam ucapan, perbuatan, dan
perilaku yang baik dengan mudah, maka hal ini disebut dengan
akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji (mahmudah). Jika kondisi
batin itu jelek yang teraktualisasikan dalam perkataan, perbuatan, dan

8
tingkah laku yang jelek pula, maka dinamakan akhlak yang tercela
(akhlak madzmumah). Jadi orang yang tidak berakhlakul karimah
adalah laksana jasmani tanpa rohani atau sama dengan orang yang
sudah mati atau disebut dengan mayat yang berasal dari kata maitatun
yang artinya bangkai, sedangkan bangkai lambat laun akan
menimbulkan penyakit.
Demikian dengan orang yang tidak berakhlakul karimah, lambat
laun akan merusak dirinya dan merusak lingkungan. Sehingga Nabi
diutus oleh Allah semata-mata untuk menyempurnakan akhlak, (HR.
Bukhari). Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari pada
jiwa seseorang, karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari
keimanan seseorang. Sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku
nyata sehari-hari.
2.5 Karakteristik Agama Islam
Islam sebagai agama yang paling sempurna memiliki karakteristik
yang tidak dimiliki oleh agama manapun yang dianut oleh manusia.
Karakteristik inilah yang menjadikan Islam benar-benar agama yang
lengkap dan sempurna. Di antara karakteristik Islam berdasarkan beberapa
ayat al-Quran adalah:
1. Agama Islam sesuai dengan fitrah manusia. Artinya, agama Islam
1) mengandung petunjuk yang sesuai dengan sifat dasar manusia,
baik dari aspek keyakinan, perasaan, maupun pemikiran,
2) sesuai dengan kebutuhan hidup manusia,
3) memberikan manfaat tanpa menimbulkan komplikasi, dan
4) menempatkan manusia dalam posisi yang benar. Hal ini
ditegaskan dalam alQuran surat al-Rum (30) Artinya: “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. al-Rum
[30]: 30). 46 Konsep Agama Islam
2. Ajaran Islam sempurna (QS. al-Maidah [5]; 3). Artinya, materi ajaran
Islam berisi petunjuk-petunjuk tentang seluruh aspek kehidupan manusia.
Petunjuk itu ada yang disebutkan secara eksplisit oleh al-Quran dan hadis,
dan ada yang disebutkan secara implisit. Tidak ada satu pun masalah yang
tidak diatur dalam Islam melalui sumber utamanya, al-Quran (QS. al-
An’am [6]: 38).
3. Kebenaran ajaran Islam adalah mutlak. Kebenaran ajaran ini karena
bersumber dari al-Quran (dari Allah) dan sunnah/hadis (dari Nabi

9
Muhammad saw.). Kebenaran ini dapat pula dipahami melalui bukti-bukti
material maupun bukti-bukti nyata yang ada di dunia (QS. al-Baqarah [2]:
2).
4. Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan.
Meskipun alQuran menekankan bahwa tujuan utama hidup manusia di
dunia ini untuk beribadah kepada Allah, namun al-Quran juga
mengajarkan bahwa urusan dunia harus diperhatikan, mengingat
kehidupan dunia ikut menentukan keberhasilan manusia di akhirat kelak
(QS. al-Qashash [28]: 77).
5. Ajaran Islam fleksibel dan ringan. Artinya, ajaran Islam tidak akan
membebani manusia untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan.
Islam mempertimbangkan kondisi masing-masing individu dalam
menjalankan aturannya dan tidak memaksa seseorang untuk melakukan
sesuatu di luar batas kemampuannya (QS. al-Baqarah [2]: 286).
6. Ajaran Islam berlaku secara universal, yakni berlaku untuk semua umat
manusia di dunia ini dan berlaku hingga akhir masa (QS. al-Ahzab [33]:
40).
7. Ajaran Islam sesuai dengan akal fikiran manusia dan memotivasi
manusia untuk menggunakan akal fikirannya (QS. al-Mujadilah [58]: 11).
8. Inti ajaran Islam adalah tauhid dan seluruh ajarannya dalam rangka
mendukung ketauhidan tersebut (QS. al-Baqarah [2]: 163; QS. al-Ikhlash
[112]: 1-4).
9. Ajaran Islam adalah rahmatan lil’alamin, yakni memberikan kasih
sayang terhadap seluruh umat manusia di dunia ini (QS. al-Fath [48]: 4).
Misi utama kehadiran Nabi Muhammad adalah dalam rangka itu (QS. al-
Anbiya’ [21]: 107).
Sementara itu, Muhammad Yusuf Musa (1988: 14-42)
menguraikan sembilan karakteristik Islam yang tidak akan ditemukan pada
agama-agama lain di muka bumi ini. Sembilan karakteristik itu adalah:
1. Islam mengajarkan kesatuan agama. Artinya, seluruh ajaran agama
Islam yang diturunkan oleh Allah kepada para nabi/rasul-Nya menyatu ke
dalam ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.
2. Islam mengajarkan kesatuan politik. Artinya, Islam mempersilahkan
penganutnya untuk membentuk kelompok atau organisasi dengan berbagai
kepentingannya masing-masing. Namun demikian, yang harus menjadi
tujuan utama dari kelompok-kelompok itu adalah untuk menegakkan
agama Islam.
3. Islam mengajarkan kesatuan sosial. Artinya, Islam tidak membedakan
latar belakang sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat, baik
keturunan, ras, gender, warna kulit, maupun hal lain. Yang membedakan

10
manusia di hadapan Allah Swt. hanyalah ketakwaannya (QS. al-Hujurat
[49]: 13).
4. Islam merupakan agama akal dan pikiran. Artinya, semua ajaran Islam
sangat rasional dan dapat diterima oleh akal atau pikiran manusia. Tidak
ada satu pun ajaran Islam yang bertentangan dengan akal manusia,
meskipun banyak manusia yang tidak bisa menerima ajaran rasional Islam
ini karena keterbatasan ilmu yang dimiliki dan karena kebodohannya.
5. Islam adalah agama fitrah dan kejelasan. Artinya, seluruh ajaran Islam
sesuai dengan potensi-potensi bawaan manusia yang sudah ada sejak
dilahirkan oleh sang ibu. Semua ajaran Islam juga memberikan kejelasan
dalam setiap aspeknya. Hal-hal yang tidak jelas atau masih menimbulkan
keraguan harus ditinggalkan.
6. Islam adalah agama kebebasan dan persamaan. Artinya, Islam benar-
benar memberikan ajaran pembebasan dari belenggu kejahiliahan dan
perbudakan sesama manusia (makhluk). Islam tidak membiarkan adanya
perbudakan dan penindasan sesama manusia. Islam juga memberikan
aturan yang sama kepada semua umatnya. Islam tidak membedakan
kesempatan untuk meraih kebaikan dan prestasi yang terbaik. 48 Konsep
Agama Islam
7. Islam adalah agama umat manusia seluruhnya. Artinya, Nabi
Muhammad saw. membawa Islam untuk seluruh umat manusia di muka
bumi ini. Dari manapun datangnya, ketika seseorang memeluk Islam
berarti ia telah menjadi umat Nabi Muhammad saw. (umat Islam).
8. Islam tidak memisahkan urusan agama dan negara. Artinya, Islam tidak
memisahkan secara khusus masalah-masalah negara (urusan keduniaan)
dengan masalah-masalah agama. Kedua masalah itu saling terkait dalam
Islam. Islam bukan agama sekuler dan tidak menerima sekularisme, suatu
paham yang memisahkan urusan agama dari negara.
9. Islam menetapkan hak-ahak asasi manusia. Seluruh hak asasi manusia
dijamin dalam islam, begitu juga kewajiban-kewajibannya diatur oleh
Islam. Melalui al-Quran bisa dilihat ketentuan-ketentuan mengenai hak
asasi manusia tersebut.
2.6 Peribadatan dalam Agama Islam
Pengertian Ibadah dalam Islam
Pengertian ibadah merupakan bentuk manifestasi penghambaan
manusia kepada Allah Sang Pencipta. Ibadah bukan hanya kegiatan
atau ritual yang dilakukan tanpa makna. Ibadah juga termasuk bentuk
rasa syukur manusia kepada Allah SWT atas semua kebaikan dan
berkah yang telah diberikan.

11
Tujuan Ibadah dalam Islam
Tujuan ibadah pada akhirnya akan memberikan manfaat kebaikan
bagi siapa saja yang melaksanakannya. Berikut beberapa tujuan beribadah
dalam Islam yang perlu diketahui:
a. Ibadah dilakukan untuk menciptakan hubungan harmonis antara
makhluk dan Sang Penciptanya, yaitu Allah SWT.
b. Ibadah dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah karena telah
menciptakan, memelihara, mengangkat manusia sebagai khilafah di bumi,
serta mengizinkan manusia untuk mengambil manfaat yang disediakan
oleh alam.
c. Ibadah dilakukan untuk mengukur sejauh mana kepatuhan para makhluk
ciptaan Allah dalam melaksanakan perintah-Nya.
d. Patuh tidaknya seorang hamba dalam melaksanakan perintah Allah akan
mempengaruhi nasib mereka di dunia maupun di akhirat untuk kehidupan
yang akan datang.
e. Ibadah dapat memberikan rasa aman, damai, dan tenang, karena Allah
dapat mengurus setiap urusan pada hambanya.
f. Ibadah dilakukan untuk menghilangkan rasa takabur karena hanya Allah
Yang Maha Besar yang memiliki segala kesempurnaan.
2.7 Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-
Qur’an merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi
manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW, melalui perantara Malaikat Jibril.
Dan sebagai Wahyu pertama yang diterima RasulullahSAW, sebagaimana
terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an merupakan salah satu kitab
yang mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai
sekarang masih terjaga keasliannya.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Al-Qur’ yaitu :

1. Menurut ejaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Al-Qur’an adalah kitab


suci agama Islam.
2. Manna’al-Qathan , ia mendefenisikan Al-Qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan beribadah dalam
membacanya.

12
3. Ali Ashabuni, Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang mengandung
mukjizat yag diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan Rasul dengan
perantara malikat jibril. Mukjizat adalah sesuatu yang membuat laanna
lemah atau membujuk agar orang untuk beriman

Al-Qur’an sebagai wahyu dan mukjizat terbesar Rasulullah SAW.


Mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian secara Etimologi ( bahasa ) dan
pengertian menurut terminology ( istilah )
Al-Qur’an menurut Etimologi ( bahasa ) yaitu bacaan atau yang dibaca.
Kata Al-Qur’an adalah bentuk mashddar dari fi’il qara’a yang diartikan dengan
arti isim maf’ul, yaitu ( yang dibaca atau bacaan ).
Pengertian diatas dapat kita baca dalam surah Al-Qiyamah ayat 17-18
sebagai berikut :

)18-17 : ‫ َف ِإﺫَا َق َرأْ نَه َفات َّ ِب ْع قُ ْرانَه (القيامة‬. ‫علَ ْينَا َج ْم َعه َوقُ ْرانَه‬
َ َّ‫اِن‬

Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan


membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu. (Q.S. Al- Qiyamah, 17-18)

Menurut imam syarii Al-Qur’an bukan berasal dari qara’a karena Al-
Qur’an berasal dari sang pencipta atau allah yang menamai ciptaannya
Al-Qur’an menurut terminology ( istilah ) adalah nama bagi kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang ditulis dalam mushhaf.
Secara lengkap Dr.Bakhri Syaikh Amin mendefenisikan Al-Qura’an sebagai
berikut :
‫القرآن هو كالم هللا المعجز المنزل على خاتم األنبياء والمرسلين بواسطة األمين جبريل عليه السالم‬
‫المكتوب في المصاحف المحفوظ في الصدور المنقول إلينا بالتواتر المتعبد بتالوته المبدوء بسورة الفاتحة‬
‫والمختتم بسورة الناس‬
Artinya: "
“Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang mengandung kemukjizatan, yang
diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, melalui perantaraan malaikat
Jibril, ditulis dalam mushaf, dihafal di dalam dada, disampaikan kepada kita

13
secara mutawatir, membacanya memiliki nilai ibadah, (disusun secara sistematis)
mulai dari surat al-Fatihah sampai surat al-Nas”.

Al-Quran adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW. Maka tidak ada


seorangpun manusia atau jin, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang
sanggup membuat yang serupa dengan Al-Qur’an. mereka tidak akan mampu
membuatnya. Allah SWT telah mengisyaratkan hal itu dalam ayat berikut :

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya untuk


memperkuat kerasulannya dan sebagai kemukjizatannya yang abadi, telah
diturunkannya itu mempunyai fungsi dan tujuan bagi umat manusia.
2.8 Nama–nama lain Al-Qur'an
Al-Qur'an, kitab suci agama Islam memiliki banyak nama. Nama – nama ini
berasal dari ayat – ayat tertentu dalam Al-Qur'an itu sendiri yang memakai istilah
tertentu untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Yaitu :
1. Al-Kitab ( buku )
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa. ( QS. Al-Baqarah [2]:2 ).
2. Al-Furqan ( pembeda benar salah )
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba –
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. ( QS. Al-Furqaan
[25]:1 ).
3. Adz-Dzikr ( pemberi peringatan )
Sesungguhnya Kami – lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan
sesungguhnya Kami benar – benar memeliharanya. ( QS. Al Hijr [15]:9 ).
4. Al-Mau'idhah ( pelajaran atau nasihat )
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit – penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang – orang yang beriman. ( QS. Yunus [10]:57 ).
5. Asy-Syifa' ( obat atau penyembuh )
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit – penyakit ( yang berada ) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang – orang yang beriman. ( QS. Yunus [10]:57 ).
6. Al-Hukm ( peraturan atau hokum )
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan ( yang
benar ) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka
setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali – kali tidak ada pelindung dan
pemelihara bagimu terhadap ( siksa ) Allah. ( QS. Ar Ra'd [13]:37 ).
7. Al-Hikmah ( kebijaksanaan )
Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah

14
kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu
dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat
Allah). ( QS. Al Israa' [17]:39 ).
8. Al-Huda ( petunjuk )
Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk ( Al-Qur'an ), kami beriman
kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan
pengurangan pahala dan tidak ( takut pula ) akan penambahan dosa dan kesalahan.
( QS. Al Jin [72]:13 ).
9. At-Tanzil ( yang diturunkan )
Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar – benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam, ( QS. Asy Syu’araa’ [26]:192 ).

10. Ar-Rahmat ( karunia )


Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar – benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi
orang – orang yang beriman. ( QS. An Naml [27]:77 ).
11. Ar-Ruh ( ruh )
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah
Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan
tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu
cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba – hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar – benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus. ( QS. Asy Syuura [42]:52 ).
12. Al-Bayan ( penerang )
( Al-Qur'an ) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang – orang yang bertakwa. ( QS. Ali Imran [3]:138 ).
13. Al-Kalam ( ucapan atau firman )
Dan jika seorang di antara orang – orang musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah,
kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan
mereka kaum yang tidak mengetahui. ( QS. At Taubah [9]:6 ).
14. Al-Busyra ( kabar gembira )
Katakanlah: "Ruhul Qudus ( Jibril ) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu
dengan benar, untuk meneguhkan ( hati ) orang – orang yang telah beriman, dan
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang – orang yang berserah diri (
kepada Allah )". ( QS. An Nahl [16]:102 ).

15
15. An-Nur ( cahaya )
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu. ( Muhammad dengan mukjizatnya ) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang. ( Al-Qur'an ). ( QS. An Nisaa' [4]:174 ).
16. Al-Basha'ir ( pedoman )
Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini. ( QS. Al Jaatsiyah [45]:20 ).
17. Al-Balagh ( penyampaian atau kabar )
(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka
diberi peringatan dengan – Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia
adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang – orang yang berakal mengambil
pelajaran. ( QS. Ibrahim [14]:52 ).
18. Al-Qaul ( perkataan atau ucapan )
Dan sesungguhnya telah kami turunkan berturut – turut perkataan ini ( Al-Qur'an )
kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. ( QS. Al Qashash [28]:51 ).
2.9 Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an
Al- Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus, Al-Qur’an turun secara
berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa
turunnya Al-qur’an ini di bagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan
perode Madinah.
Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun yaitu masa kenabian
Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat
makkiyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah yang
berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada waktu itu disebut surat
Madaniyah.
Al- Qur’an terdiri dari 114 surah, 30 juz, dan 6.236 ayat menurut hafsh,
6.262 ayat menurut riwayat Ad-dur, atau 6.214 ayat menurut riwayat Warsy. Ayat
0 ayat yang turun pada periode mekkah ( ayat Makkiyah ) sekitar 4.780 ayat yang
tercakup dalam 86 surah. Ayat-ayat yang turun pada periode Madinah ( ayat
Madaniyah ) sekitar 1.456 ayat yang tercakup dalan 28 surah

16
Al- Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai
cara, antara lain: Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu kedalam hati Nabi
Muhammad SAW tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi saw tiba-tiba saja
merasakan wahyu itu telah berada didalam hatinya

1. Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan


mengucapkan kata-kata dihadapan Nabi SAW.
2. Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti gemerincing lonceng. Menurut
Nabi SAW cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi
SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun dimusim dingin
yang sangat dingin.
3. Malikat jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujud yang
aslinya. Setiap kali mendapat wahyu Nabi SAW lalu menghafalnya.
Beliau dapat mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah
disampaikan jibril kepadanya.

Kodifikasi atau pengumpulan Al- Qur’an sudah dimulai sejak zaman


Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur’an diturunkan setiap kali saat Nabi SAW
menerima wahyu, Nabi SAW langsung membacakannya dihaapan para sahabat.
Karena Nabi SAW memang diperintahkan untuk mengajarkan Al- Qur’an kepada
mereka.
Disamping itu Nabi SAW menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-
ayat yang telah diajarkan, Nabi SAW juga memerintahkan para shabat utuk
menuliskannya diatas pelepah-pelepah kurma, lempeng-lempengan batu,
dankeping-keping tulang.
Saat Rasulullah SAW masih hidup, ada beberapa orang yang ditunjuk
untuk menulis Al-Qur’an yaitu Zaid bin Zabit, Ali bin Abithalib, Muawiyah bin
abu Sofyan, Ubay bin Kaab. Nabi juga memerintahkan para sahabat utuk
menuliskannya diatas pelepah-pelepah kurma, lempeng-lempengan batu,
dankeping-keping tulang.
Pengumpulan Al- Qur’an pada zaman Nabi Muhammad SAW terdapat dua cara
yaitu :

17
1. Para sahabat langsung menghafalkannya setiap kali Rasulullah SAW
menerima wahyu.
2. Para sahabat menulis langsung wahyu yang diturunkan dari Allah SWT
kepada Nabi SAW selama kurun waktu kurang lebih 23 tahun.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pada masa kekhalifahannya terdapat
perang yang sangat besar ( perang Ridda ). Dan menewaskan para hafish yang
signifikan. Hal ini membuat Umar bin khatab sangat khawatir, ia menyuruh Abu
Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al- Qur’an.
Al- Qur’an yang pada saat itu tersebar kepada para sahabat Abu Bakar.
Abu Bakar menyuruh Zaid bin Zabit untuk mengkordinir. Setelah selesai, yang
menyimpan mushaf tersebut adalah Abu Bakar.
Pada masa Usman bin Affan terdapat keragaman dalam membaca Al-
Qur’an, yang menyebabkan adanya perbedaan dialek antara suku-suku yang
berbeda-beda. Usman bin Affan khawatir dengan perbedaan tersebut, ia ingin
menyalin dan membukukan Al-Qur’an atau menjadikan mushaf. Dalam
melakukan pembukuan ini Usman bin Affan menyuruh Zaid bin Zabit, Abdullah
bin Azzubar, Said bin Al-ash, Abdulrahman bin Al-harisi bin hysam. Hingga pada
saat ini Al- Qur’an yang kita pakai adalah hasil dari transformasi pada zaman
Usman bin Affan.
Sehingga tidak lagi terjadi perbedaan pembacaaan Al- Qur’an maka Al-
Qur’an diberi harakat. Pemberian harakat ini dilakukan karena banyak orang
yang masuk islam tidak paham dengan Al- Qur’an berbeda dengan orang arab
yang sudah mengenal Al- Qur’an, ang memberikan harakat pada Al- Qur’an
adalah Abu Al-aswan Adwali namun belum sempurna sehingga disempurnakan
oleh Nashir bin Ashim dan Yahya bin Ya’mar.

3.1 Sejarah Penerjemahan Al-Qur’an


Dalam lintasan sejarah Islam dikatakan bahwa lima tahun setelah Nabi
Muhammad SAW menjadi rasul Allah, ia diperintahkan hijrah ke Ethiopia.
Ethiopia adalah sebuah empirium yang asing bagi kaum muslim, dan bahasa
mereka berbeda dengan bahasa orang Mekah. Berkenaan dengan itu, Raja Najasyi
sebagai penguasa Ethiopia meminta kepada Nabi saw agar mengutus juru bahasa

18
untuk mengajarkan risalahnya dengan bahasa mereka. Maka diadakanlah suatu
pertemuan, dan Ja’far bin Ali Thalib dalam pertemuan itu, pertemuan dengan raja
dan para pembesarnya, dibacakan beberapa ayat Al-Qur’an dalam Surah Maryam
setelah itu, Najasyi mengajukan beberapa pertanyaan. Setelah beliau memperoleh
beberapa jawaban, dia lalu menghadapkan pandangannya kepada orang-orang
yang hadir dan berkata “Demi Allah, sesungguhnya ucapan Muhammad sama
sekali tidak bertentangan dengan ajaran dan aqidah orang- orang Masehi.

Sejarah diatas menjelaskan bahwa terjemahan Al-Qur’an pertama kali


dilakukan adalah sejak zaman Nab Muhammad SAW, ketika ja’far bin Abi Thalib
diutus ke Ethiopia, dan orang yang pertama kali menerjemahkan Al-Qur’an ke
dalam bahasa Ethiopia tersebut. Bahasa Ethiopia dikenal dengan menggunakan
bahasa Shindh yang sekarang dikenal di Pakistan. Bahasa itulah yang kemudian
digunakan masyarakat Ethiopia ketika itu yang pada gilirannya juga mereka
belajar bahasa Arab, dan kaidah-kaidah bahasa Arab, yakni ilmu nahwu, mantiq,
fashaha, bayan dan balagah. Dari sinilah kemudian penerjemahan al-Quran itu
tumbuh dan berkembang, sampai-sampai ada yang disebut terjemahan tafsir Al-
Qur’an bahasa Sindh. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud al- Ghaznawi
belum ditemukan sebuah tafsir/terjrmahan Al-Qur’an , selain karya Muhammad
al-Bukhari (w. 448). Dia menafsirkan Al-Qur’an untuk semua dengan bahasa
sederhana, mudah dan jelas dalam bahasa Persia di kota Lahore. Setelah
pemerintahan Islam menjadi kuat dan sekolah-sekolah banyak didirikan
diberbagai wilayah, maka terbitlah berbagai kitab terjemahan Al-Qur’an. Pada
masa pemerintahan Akbar Syah, kajian dan telaah Al-Qur’an pun tumbuh subur
dan berkembang pesat di Agra dan Lahore. Kemudian Dinasti Buwaih pernah
berkuasa antara tahun 945 sampai 1055 M.

Di bagian Barat Laut Iran,mengalami kemajuan pada bidang-bidang ilmu


pengetahuan dan pada masa inilah muncunya tokoh-tokoh filosof muslim di
antaranya Al-Farabi (w.950 M), Ibnu Sina (980-1037 M) dan Ibnu Maskawaih (w.
1030 M), yang semuanya di samping menterjemahkan filsafat dari bahasa Yunani,
juga menterjemahkan bahasa Al-Qur’an ke dalam bahasa mereka. Secara singkat
digambarkan Sukardi bahwa sejak abad ke-3 sampai 11 Hijriah adalah masa
penterjemahan al-Quran dengan keterangan sebagai berikut :

19
1. Penyampaian kandungan isi Al-Qur’an kepada seluruh kaum muslim dalam
bahasa Persia dan bahasa Arab.

2. Penafsiran Al-Qur’an dengan metodologi ilmiah yang disesuaikan dengan


tingkat pengetahuan dan keyakinan masyarakat awam.

3. Pembahasan tentang bacaan, sharf, nahwu, dan keterangan ihwal hubungan


antara berbagai ayat dan Surah Al-Qur’an.

4. Metodologi khas yang ditempuh ialah pemakaian bahasa Arab dan Persia, dan
bahasa Persia lebih banyak digunakan ketimbang bahasa Arab.

Di samping bahasa Ethiopia, shindh, India, Persia, yang telah disebutkan,


ada juga Al-Qur’an yang diterjemahkan ke dalam bahasa Urdhu. Terjemahan
Urdhu yang pertama kali dilakukan oleh Syah Abdul Qadir dari Delhi (w. 1926 ).
Dalam perkembangannya Al-Qur’an juga diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa
(Inggris). Sebelum berkembangnya bahasa-bahasa Eropa modern, maka bahasa
yang berkenbang di Eropa adalah bahasa Latin. Olehkarena itu, tidak
mengherankan bahwa terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Eropa dimulai dalam
bahasa Latin. Orang yang pertama kali menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam
bahasa Latin adalah Maracce. Kemudian terjemahan ke dalam bahasa Inggris
pertama kali dilakukan oleh A. Ross, tetapi itu adalah hanya terjemahan saka dari
bahasa Perancis yang dilakukan oleh Du Ryer pada tahun 1647 dan diterbitkan
beberapa tahun kemudian setelah bukunya Du Ryer itu. Terjemahan George Sale
yang terbit pada tahun 1734 adalah didasarkan kepada terjemahan Maracci yang
berbahasa Latin.

Adapun terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia, dimulai pada


pertengahan abad ke-17 oleh Rauf Alfasuri, seoraang ulama dari Singkel, Aceh,
ke dalam bahasa Melayu. Walaupun mungkin bahwa terjemahan itu ditinjau dari
sudut ilmu bahasa Indonesia modern belum sempurna. Namun apa yang dilakukan
Rauf Alfasuri sangat besar jasanya dalam upaya penerjemahan Al-Qur’an untuk
masa-masa sesudahnya.

20
3.2 Isi Pokok Ajaran Al-Qur’an

Al- Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW yang mengandung petujuk-petunjukbagi umat manusia. Al- Qur’an
diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Al- Qur’an tidak hanya diturunkan hanya untuk
suatu umat atau untuk suatu abad, tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk
sepanjang masa. oleh karena itu, luas ajaran-ajarannya sama dengan luasnya umat
manusia.
Begitu luasnya objek ssasaran Al- Qur’an secara garis besar, pokok-
pokok isi Al- Qur’an itu meliputi :
1. Masalah akidah 7. Masalah hokum
2. Masalah ibadah 8. Masalah sejarah
3. Masalah mu’amalah 9. Masalah sains
4. Masalah akhlak
5. Masalah hukum

3.3 Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an


Adapun fungsi dan tujuan Al- Qur’an diturunkan sebagai berikut :
1. Sebagai petunjuk manusia
Sudah tidak diragukan lagi bahwa Al- Qur’an memberikan petunjuk
dalam persoalan-persoalan akidah, syari’ah, dan akhlak. Dan Allah SWT telah
menugaskan Rasul SAW untuk memberikan keterangan yang lengkap.
2. Sumber pokok ajaran Islam
Allah SWT telah menjelaskan dengan firmannya, antara lain :
QS :Al-An’am:38
Sudah tidak disangkal lagi bahwa didalam Al- Qur’an Allah telah
menerangkansegala sesuatu yang diperlukan manusia, baik didunia maupun di
akhirat.
Di dalam Al- Qur’an, Allah SWT telah menjelaskan kaidah-kaidah
syari’at serta hokum-hukumnya yang cocok untuk diterapkan didalam disegala
zaman dan tempat, serta diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Tidak dibatasi
untuk suatu golongan atau suatu bangsa saja.

21
Dan didalam Al- Qur’an, Allah menerangkan hukumyang menyeluruh (
kully ), akidah yang tegas, dalil atau hujjah yang kuatdan akuratuntuk menyatakan
kebenaran agama Islam. Karena itulah, maka Al- Qur’an dapat berlaku sepanjang
zaman, hokum-hukumnya yang menyeluruh terus dijadikan sumber hokum bagi
hokum-hukum yang lain.

3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia


Di dalam Al- Qur’an , banyak terdapat kisah para Nabi atau Rasul
beserta umatnya. Ada yang mengungkapkan kebaikan-kebaikannya yaitu
kepatuhan dan ketaatan umat kepada Rasulnya, dan ada yang mengungkapkan
keburukan-keburukannya yaitu keingkarandan kesembongan umat kepada
Rasulnya.
Kesemuanya itu merupakan peringatan an pelajaran bagi kita. Kisah-kisah
dalam Al- Qur’an tidak hanya dimaksudkan untk menguraikan sejarah,
melainkan yang terpenting ialah menggambarkan bagaimana cara yang
ditempuholeh para Nabidan Rasul terdahuludalam mengembangkan dan menyeru
kepada kebenaran.
Dan bagaimana tantangan dan penderitaan yang mereka hadapi yang
merupakan peringatan dan pelajaranyang sangat berharga bagi para penegak
agama yang membawa kebenaran yang hakiki.
Bagi umat islam bahwa Al- Qur’an adalah sumber yang asasi bagi
syari’at ( hukum) islam. Dari Al- Qur’an lah dasar-dasar hokum islam beserta
cabang-cabangnya digali.
Agama islam, agama yang dianut oleh ratusan juta jiwa diseluruh dunia
merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya didunia
dan di akhirat kelak.
Agama islam datang dengan Al- Qur’an membuka lebar-lebar mata
manusia, agar mereka menyadari jati diri dan hakikat keberadaan mereka dipentas
bumi ini. Dan juga mereka tidak terlena dengan kehidupan ini, sehingga mereka
tidak menduga bahwa hdup merekahanya dimulai dengan kelahiran dan diakhiri
dengan kematian.

22
Al- Qur’an mengajak mereka berpikir tentang kekuasaan Allah, untuk
mencapai kebahagiaan hidup diakhirat kelak manusia memerlukan peraturan-
peraturan untuk mencapaihal tersebut.

3.4 Makna Islam

Nama Islam menurut bahasa memiliki beberapa makna, yang


menunjukkan sifat dari agama ini. Makna yang pertama adalah ketundukan.
Dengan memeluk Islam, seorang manusia akan tunduk patuh kepada Tuhannya
karena merasa bahwa ia hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki apa-apa
dihadapan kebesaran dan keagungan-Nya.

Makna yang kedua adalah berserah diri. Dengan memeluk Islam, seorang
manusia telah menyerahkan dirinya kepada Allah karena merasa bahwa Allah
adalah Dzat Yang Maha Kuasa, Dzat Yang Maha Mengatur, dan Dzat Yang Tidak
Pernah Tidur. Ia yakin dan percaya bahwa Allah pasti senantiasa memberikan
yang terbaik kepada hamba-hamba-Nya.

Makna yang ketiga adalah keselamatan. Islam adalah agama yang akan
mengantarkan pemeluknya pada keselamatan yang hakiki, baik di dunia maupun
di akhirat. Dan makna yang keempat adalah perdamaian. Ini artinya, Islam adalah
agama yang tidak menginginkan terjadinya keonaran, kezhaliman, perusakan, dan
anarki di muka bumi ini.

Islam berakar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti


tunduk, patuh, dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total
kepada Allah SWT. Orang yang beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk
patuh terhadap ajaran-ajaran Islam. Seorang muslim berarti juga harus mampu
menyelamatkan diri sendiri, juga menyelamatkan orang lain. Tidak cukup selamat
tetapi juga menyelamatkan.

Secara istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Inti
ajarannya (rukun Islam) adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan

23
Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.

Islam datang ke bumi untuk membangun manusia dalam kedamaian


dengan sikap kepasrahan total kepada Allah SWT, sehingga seorang yang
beragama Islam akan mengutamakan kedaiaman pada diri sendiri maupun pada
orang lain. Juga keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain.

Dalam sebuah hadits Nabi SAW dikatakan:

ُ‫ع ْنه‬ ِ ‫ َو ْال ُم َه‬،‫سانِ ِه َو َيدِه‬


‫اج ُر َم ْن َه َج َر َما نَ َهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫سل َِم ْال ُم ْس ِل ُمونَ مِ ْن ِل‬
َ ‫ْال ُم ْس ِل ُم َم ْن‬

Artinya:

Seorang muslim itu yang menyelamatkan muslim yang lain dari perkataannya,
dan dari perbuatan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah orang yang
berhijrah dari sesuatu yang dilarang Allah. (HR. Nasa’i).

3.5 Islam dan Ketentuan Allah

Seorang muslim wajib baginya mengimani perkara-perkara yang telah


diberikan kepadanya berupa rukun iman. Seorang muslim yang baik bukan hanya
mempercayai saja namun jug mengamalkan dari setiap bagian rukun iman yakni:
Iman Kepada Allah, Iman Kepada Malaikat, Iman Kepada Kitab-kitab Allah,
Iman Kepada Rasul, Iman Kepada Hari Akhir dan Iman Kepada Qodho dan
Qodar. Sebagai penganut agama yang kaffah haruslah terpenuhi keseluruhan itu
sesuai tuntunan dan arahan dari al-Qur’an dan Hadits.

Pada realitanya, sebagian manusia lupa dan lalai akan kewajibannya


mempercayai hal yang sudah pasti tersebut. Manusia yang tersesat bisa saja
melupakan Tuhannya dengan meniadakan Allah di setiap nafas hidupnya.
Manusia bisa saja melupakan iman kepada malaikat dan hari akhir karena hati
yang tersesat dengan tidak mempercayai suatu hal yang ghaib. Manusia bisa saja
melupakan iman kepada kitab-kitab Allah, dan Rasul Allah. Namun manusia tidak

24
bisa menghindari dari Qodho dan Qodar Allah. Oleh karena itu, seorang muslim
akan dimintai pertanggungjawaban dari setiap perbuatan yang dikerjakannya.

Takdir atau lebih lengkapnya Qodho dan Qodar memiliki unsur ikatan
kesinambungan. Qodar berarti ketika Allah telah menetapkan sesuatu akan terjadi
pada waktunya dan Qodho adalah tibanya masa ketika ketentuan yang telah
ditetapkan terjadi. Oleh karenanya, Qodar yakni suatu ketetapan Allah berlaku
terhadap segala sesuatu sejak zaman azali serta Qodho adalah pelaksanaan Qodar
ketika terjadi.( Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd,2007)

Rasul SAW berkata:

‫س ِل ِه َو ْاليَ ْو ِم اآلخِ ِر َوتُؤْ مِ نَ بِ ْالقَدَ ِر َخي ِْر ِه َوش َِر ِه‬


ُ ‫أ َ ْن تُؤْ مِ نَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر‬

Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-


rasul-Nya dan hari akhir, dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun
yang buruk. (HR. Muslim no. 8)

Hadits di atas menyebutkan takdir baik maupun buruk, oleh karena itu,
manusia senantiasa mampu menyiapkan diri dan mental untuk menyambut bukan
hanya suatu ketetapan yang diberikan kepada manusia dalam keadaan baik saja,
namun juga manusia mampu mempersiapkan dalam keaadaan buruk juga.
Manusia akan lebih mudah menerima jika dirinya diberi keadaan takdir yang baik
seperti mendapatkan rezeki yang melimpah dan lain sebagainya. Namun, manusia
akan susah menerima takdir baginya dalam keadaan buruk atau sebagai musibah
dan cobaan. Karenanya sering kali manusia frustasi dan menempatkan prasangka
buruk kepada takdir yang telah Allah berikan kepadanya.

3.6 Kesempurnaan Islam

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS Al-Baqarah: 208, “Wahai


orang-orang yang beriman, masuklah kalian kedalam Islam secara keseluruhan.”
Ayat ini jelas-jelas memerintahkan kita semua yang mengaku beriman untuk
masuk kedalam Islam secara keseluruhan (kaaffah), tidak setengah-setengah.

25
Islam adalah agama yang sempurna. Hanya saja kesempurnaan Islam ini
hanya bisa kita rasakan dalam kehidupan jika kita pun melaksanakannya secara
sempurna. Jika kita hanya melaksanakan Islam secara setengah-setengah, separuh-
separuh, atau sebagiannya saja, maka kita tidak akan bisa merasakan
kesempurnaan Islam itu sendiri. Kita hanya akan bisa merasakan sebagian dari
kesempurnaan itu sendiri. Dan yang lebih penting, kita hanya akan bisa menjadi
muslim yang seutuhnya jika kita masuk kedalam Islam secara keseluruhan. Jika
kita masuk kedalam Islam secara setengah-setengah, kita pun akan menjadi
muslim yang setengah-setengah.

Banyak dari kita telah berlaku tidak adil terhadap Islam. Pada saat kita
menerapkan sistem hidup yang tidak islami lalu mendapatkan masalah, kita
berteriak-teriak menuntut agar Islam memberikan solusi. Sebetulnya ini sikap
yang tidak konsisten. Semestinya, Islam layak kita tuntut memberikan solusi jika
Islam itu sendiri yang memunculkan masalah.

Jika Islam diterapkan secara kaaffah, niscaya akan tercipta harmoni dalam
kehidupan karena Islam adalah agama yang selaras dengan fitrah manusia, dan
selaras dengan sunnatullah. Yang demikian ini karena Islam adalah agama yang
berasal dari Dzat yang menciptakan manusia, kehidupan, dan alam semesta
semuanya.

A. Islam Perpaduan antara Hukum dan Akhlaq

Islam bukanlah agama yang berisi kumpulan hukum yang kaku.


Sebaliknya, Islam sangat mengedepankan kemuliaan akhlaq. Bahkan, Islam
memandang hukum dan akhlaq sebagai dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan. Buktinya, segala bentuk ibadah dalam Islam pasti memiliki orientasi
akhlaq. Sholat, misalnya, dilakukan untuk mencegah diri dari perbuatan keji dan
munkar. Zakat ditunaikan untuk menyucikan harta dan jiwa. Puasa dilakukan
untuk mengendalikan nafsu dalam jiwa. Haji dilakukan untuk melatih diri
berkorban, menjauhi perkataan yang buruk dan menjauhi kebiasaan berbantah-
bantahan. Tidak ada satupun bentuk ibadah kecuali bertujuan untuk meraih

26
kesempurnaan akhlaq. Tidak heran jika Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya aku
ini diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”

B. Islam Perpaduan antara Kemuliaan dan Kasih Sayang

Kemuliaan (‘izzah) pada dasarnya hanyalah milik Allah semata. Hanya


saja, Allah kemudian juga memberikan kemuliaan tersebut kepada para rasul-Nya
dan orang-orang yang beriman kepada-Nya. Dan kita diperintahkan untuk
menjaga kemuliaan kita di hadapan orang-orang yang ingkar kepada-Nya, dengan
cara bersikap tegas – bukan keras atau kasar – kepada mereka. Namun pada saat
yang sama, Allah memerintahkan kita untuk saling berendah hati dan berkasih
sayang terhadap sesama mukmin. Ini tidak berarti bahwa Islam mengajarkan kita
untuk tidak mengasihi non muslim. Bahkan sebaliknya, Islam mendeklarasikan
diri sebagai rahmatan lil ’alamin. Artinya, Islam adalah rahmat bagi semua
manusia, baik muslim mapun non muslim, bahkan bagi binatang, tumbuhan, dan
alam semesta seluruhnya.

C. Islam Perpaduan antara Ilmu dan Amal

Islam memandang bahwa ilmu sangatlah penting, karena ilmu akan


mengarahkan kita pada amal yang benar. Amal tanpa didasari dengan ilmu besar
kemungkinan akan salah, menyimpang, dan bahkan menimbulkan mudharat dan
kerusakan. Karena sedemikian utamanya ilmu itulah, Allah pun mengangkat
derajat orang-orang mukmin yang berilmu beberapa derajat. Dan Rasulullah juga
mewajibkan umatnya untuk senantiasa menuntut ilmu sepanjang hayat, mulai dari
buaian sampai masuk ke liang lahat. Namun ilmu saja tanpa amal sama dengan
omong kosong. Islam memandang bahwa ilmu mesti membuahkan amal shalih.
Dan kelak pada Hari Pengadilan, Allah akan meminta pertanggungjawaban setiap
orang yang memiliki ilmu. Islam juga membenci orang-orang yang hanya
berbicara tetapi tidak mau berbuat. ”Wahai orang-orang yang beriman, mengapa
kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat. Amatlah besar kebencian di sisi
Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (QS Ash-
Shaff: 2-3)

27
D. Islam Perpaduan antara Kerja dan Harapan

Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja keras, dan mencela orang


yang hanya duduk berdoa di masjid agar uang turun dari langit sedangkan ia
malas bekerja. Namun Islam juga memerintahkan agar kita selalu berdoa pada
saat kita bekerja. Ketika kita berdoa, kita berharap kepada Allah. Kita pun
diperintahkan untuk senantiasa optimis ketika berdoa. Inilah Islam yang
memerintahkan keseimbangan antara berusaha dan berdoa, antara kerja dan
harapan.

E. Islam Perpaduan antara Dzikir dan Fikir

Di akhir QS Ali ’Imran, Allah mendeskripsikan ulul albab sebagai berikut:


“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-
sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Demikianlah
Islam, yang senantiasa memerintahkan keseimbangan antara dzikir dan fikir,
antara hati dan otak, antara imtaq (keimanan dan ketaqwaan) dan iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi).

F. Islam adalah Negara Sekaligus Ibadah

Islam menyadari bahwa negara dengan berbagai bagiannya – seperti


politik, ekonomi, sosial dan budayanya – sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Oleh karena itu, Islam tidak mengenal pemisahan antara negara dan
agama. Islam tidak menginginkan negara dipimpin oleh orang-orang yang tidak
beragama dan dijalankan ke arah yang bertentangan dengan agama. Sebaliknya,
Islam menginginkan agar negara bisa mengkondisikan warganegaranya untuk taat
beragama. Islam bukanlah agama yang hanya dipraktekkan di masjid-masjid saja,
namun juga menjadi panduan dalam mewujudkan segenap kemaslahatan umat.
Islam bukan hanya melakukan sholat dan dzikir saja, namun juga kepemimpinan
yang adil serta pemerintahan yang bersih dan cakap.

28
G. Islam adalah Konsep Sekaligus Pergerakan

Konsep Islam yang sempurna tidak akan bisa kita implementasikan dalam
kehidupan tanpa adanya pergerakan. Kita semua tahu bahwa konsep agama ini
adalah haq (benar), namun tidak sedikit orang-orang yang senantiasa berusaha
menghalangi tegaknya kebenaran tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan
pergerakan dalam memperjuangkan dan membumikan konsep Islam di muka
bumi ini. Dibutuhkan kekuatan agar kebenaran yang termaktub dalam kitab suci
bisa benar-benar terwujud dalam kehidupan. Jika tidak, niscaya konsep yang ada
dalam kitab suci selamanya hanya akan menjadi tulisan diatas kertas atau lantunan
kata yang hanya diucapkan.

3.7 Islam Sebagai Sumber Akhlak

Secara etimologis akhlaq berasal dari kata Al-Huluq, akhlaq yang berarti
tabiat, budi pekerti, kebiasaan. Secara istilah akhlaq berarti sesuatu yang melekat
pada jiwa manusia yang daripadanyalah lahir perbuatan-perbuatan yang mudah
tanpa melalui proses pemikiran pertimbangan atau penelitian. Al-Quran dijadikan
sebagai patokan utama untuk memperbaiki akhlak. Dimulai dari akhlak pribadi,
keluarga dan seterusnya hingga lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan
pekerjaannya. Sumber akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, bukan akal pikiran
atau pandangan masyarakat, sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dalam
konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-buruk, terpuji-tercela, semata-mata
karena syara‟ (al-Qur’an dan Sunnah) menilainya demikian. Al-Qur’an sebagai
dasar akhlak menerangkan tentang Rasulullah SAW sebagai suri tauladan
(uswatun khasanah) bagi seluruh umat manusia.

3.8 Islam Sebagai Fikrah

Menjadikan Islam sebagai Fikrah, berarti menjadikan Islam sebagai pola


pikir yang senantiasa hidup, ideologi yang menjadi ruh, pemikiran yang mendarah
daging, dan ini sangat dipengaruhi oleh sumber fikrah. Inilah mengapa tidak ada
sesuatu apapun di dunia ini yang bebas nilai (value-free), semuanya sarat dengan
nilai (value-laden). Beragam pandangan kehidupan hadir di muka bumi ini,

29
dimana sedikit di antara isme yang berkembang kekinian seperti kapitalisme,
marxisme, sosialisme, liberalisme, eksistensialisme, atheisme, fasisme, feminisme
dan seterusnya adalah contoh-contoh pemikiran produk manusia terhadap al-
haqaiq al-kubra (hakikat besar) yang terdiri atas 6 (enam) hal: Ketuhanan,
Kerasulan (ar-Risalah), Ibadah (al-‘ibadah), Alam Semesta (al-kauni), Manusia
(al-insan), dan Kehidupan (al-hayah).

Konsep Ketuhanan, adalah konsep dasar sekaligus inti, utama sekaligus


asasi, ruh sekaligus tujuan (Q.S. 112:1), sementara kaum Atheis memandang
bahwa Tuhan Tiada sebagaimana Nietsczhe mengatakan Tuhan telah Mati, dan
Karl Marx mengatakan bahwa Agama adalah Candu. Kalaupun ada isme yang
mengaku Ketuhanan, ia terjebak kepada penyimpangan pemahaman bahwa Tuhan
memiliki Sifat Manusia, ia memiliki anak dan saudara, sebuah keyakinan tauhid
yang terkotori kemusyrikan. Pada saat itu Tuhan tidak lagi menjadi satu-satunya
dzat tempat memohon dan bergantung.

Konsep Kerasulan yang diyakini Islam mendorong kita untuk mencintai


seluruh Nabi dan Rasul. Ar-rajulu al-musthofa al-mursal minalllaahi bi ar-risalati
ila an-naas.

Konsep Ibadah dalam Islam diturunkan dari Konsep Ketuhanan yang


bersih dari kemusyrikan dan didetailkan dari Konsep Kerasulan. Ibadah tidak
dibatasi hanya kepada ibadah mahdhah (ritual), tidak hanya dibatasi hanya di
lokasi tertentu seperti tempat ibadah, tidak hanya dibatasi pada hari tertentu atau
waktu tertentu, akan tetapi ibadah menjadi motivasi setiap tarikan nafas manusia
dimanapun dan apapun tindakannya, dan ini masuk dalam kategori ghairu
mahdhah (umum). Sementara isme lain memiliki ritual ibadahnya sendiri yang
menggambarkan konsep Ketuhanan yang mereka yakini, dan mereka batasi hanya
pada tempat tertentu, batasan hari dan waktu tertentu.

Konsep Alam, terhadap hal ini, Islam dengan tegas bahwa Alam semesta
ini diciptakan dari sesuatu yang satu, kemudian terbelah, diciptakan dalam 6
(enam) masa, dengan ukuran tertentu, dengan petunjuk tertentu, dan bahkan
seluruh alam ini bersujud dan bertasbih kepadaNya, dan terdapat sebuah waktu

30
dimana alam ini akan hancur lebur sebagai pertanda selesai periodisasi yang telah
ditetapkan atasnya. Sementara isme lain meyakini bahwa alam ini ada dengan
sendirinya, memandang semua serba materi, dan seterusnya.

Konsep Manusia menjadi perhatian besar Islam karena agama ini untuk
memuliakan manusia dengan tanggung jawab dan pilihan kehidupan, diciptakan
dari unsur tanah yang diberikan ruh, Ia akan dibangkitkan kembali untuk
mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuatannya. Sementara isme lain
memandang dengan konsep inkarnasi, konsep bahwa harta bisa dibawa ke alam
kematian, konsep bahwa manusia tidak diciptakan tapi berevolusi, dan tidak
meyakini adanya hari akhir dan kebangkitan.

Konsep Hidup di dalam Islam begitu integral, dimulai dari kehidupan di


alam ruh, kehidupan di alam rahim dan alam dunia, mati dan berada di alam
kubur, kebangkitan setelah hari kiamat, dan kehidupan di akhirat. (Q.S. 2:28).
Isme yang lain memandang bahwa kehidupan hanya di dunia saja, tidak ada
akhirat.

3.9 Aktifitas Islam

Imam Al-Gazali dalam kitabnya Bidayatul-Hidayah menerangkan, bahwa


aktivitas seorang muslim dalam kesehariannya, pertama, melaksanakan ibadah
fardhu salat lima waktu; kedua, memenuhi keperluan pribadi secara islami berupa
makan dan minum, berpakaian, tidur dan istirahat termasuk hubungan suami istri.
Kemudian setelah itu, melakukan empat perkara, yaitu:

Pertama, menuntut ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang dapat


menambah makrifat (pengenalan) kepada Allah SWT, menggiatkan ibadah
kepada-Nya, menyadarkan akan keaiban diri, dan mengurangi keterkaitan dengan
dunia dan lebih mementingkan akhirat. ada ilmu fardhu ain, yang harus dituntut
oleh setiap muslim berupa Fiqh, Tauhid dan Akhlak; kemudian ilmu fardhu
kifayah yang harus dituntut oleh sebagian umat Islam, berupa ilmu-ilmu umum
seperti pemerintahan, perdagangan, pertukangan dan ilmu-ilmu kehidupan
duniawi.

31
Kedua, melakukan dzikrullah melalui doa, istigfar, salawat, menyebut-
nyebut Asma al-Husna, membaca Alquran dengan tadabbur, mendirikan salat-
salat sunat antara lain dhuha di waktu pagi, tahajud dan witir di waktu malam.

Ketiga, melakukan amal saleh, yaitu kebaikan bagi sesama muslim


khususnya dan makhluk Allah SWT lainnya, yaitu hewan, tumbuh-tumbuhan dan
benda-benda mati. Jika tidak mampu berbuat kebaikan, maka jangan berbuat
kerusakan, waa laa tufsiduu fil-ardhi ba’da um, jangan kalian berbuat kerusakan di
muka bumi setelah (diciptakan) dengan baik. (QS.7/56).

Keempat, bekerja untuk mencari rezeki yang halal, sehingga nantinya


bernilai ibadah di sisi Allah SWT. (Syekh Nawawi al-Bantani, Syarh Muraqy al-
Ubudiyyah ala al-Bidayah al-Hidayah, hal 12).

32
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Agama Islam dalam istilah Arab disebut Dinul Islam. Kata Dinul
Islam tersusun dari dua kata yakni Din (‫( الدين‬dan Islam (‫ مس ا‬.(Arti
kata din baik secara etimologis maupun terminologis sudah dijelaskan
di depan. Sedangkan kata ‘Islam’ secara etimologis berasal dari akar
kata kerja ‘salima’ yang berarti selamat, damai, dan sejahtera, lalu
muncul kata ‘salam’ dan ‘salamah’.

Al-Qur’an sebagai wahyu dan mukjizat terbesar Rasulullah saw.


Mempunyai dua pengertian , yaitu pengertian secara Etimologi (
bahasa ) dan pengertian menurut terminology ( istilah ). Al- Qur’an
tidak diturunkan secara sekaligus, Al-Qur’an turun secara berangsu-
angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa
turunnya Al-Qur’an ini di bagi menjadi dua periode, yaitu periode
Mekkah dan perode Madinah.
Penanaman nilai-nilai Ma'rifatullah dalam pendidikan agama Islam
bagi peserta didik pada hakekatnya adalah untuk menjaga dan
melindungi akidah dan akhlak peserta didik dari rongrongan sifat
manusia yang sering melakukan kegiatan yang tidak bersesuaian
dengan tujuan pokok dari ma'rifatullah itu sendiri

4.2 Saran

Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan mahasiswa pada


khususnya dan umat Islam pada umumnya dapat memahami Konsep
Agama Islam, Al-Qur’an, dan Ma’rifatul Islam sehingga dapat
mengenal Allah SWT serta dapat mengamalkannya dengan ibadah dan
pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.

33
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Siti Zubaidah, M.Ag .SEJARAH PERADABAN ISLAM.PERDANA PUBLISHING

Prof Dr H Syamruddin Nasution, M Ag,.Sejarah Perkembangan Peradaban Islam karya


Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY BAB III KONSEP AGAMA ISLAM

http://menaraislam.com/afkaar-wa-ibar/kesempurnaan-islam
https://widosupraha.com/2014/01/31/al-islam-fikratan/

https://dppai.uii.ac.id/meridhoi-takdir-untuk-mencapai-ridho-allah/
https://itspku.ac.id/2021/05/08/membangun-kultur-akhlakul-karimah-di-kalangan/
2002. Modul Pendidikan H.P, Akhmad Yasin. Agama Islam. Diponegoro : Willian.

http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an
http://ponpes-online.blogspot.com/2012/03/fungsi-dan-pengertian-al-quran.html

34

Anda mungkin juga menyukai