Studi Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Zulva Ismawati M. Pd
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Islam Dan
2. Bapak Dr. Ahmad Rizqon Khamami, LC. MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab,
dan Dakwah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberi kesempatan
untuk menempuhpembelajaran dan pengalaman di UIN Tulungagung.
3. Ibu Citra Ayu Kumala Sari M.Ps.I., Selaku Ketua Jurusan Dakwah Fakultas Ushuluddin,
Adab, dan Dakwah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang selalu memberi
motivasikepada kami.
4. Bapak Rohmat, S.Hum., selaku Koordinator Program Studi Manajemen Dakwah UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
5. Ibu Dr. Zulva Ismawati, M.Pd,I selaku dosen Pengampu Mata Kuliah Studi Islam.
6. Seluruh civitas Akademika UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.
ii
Tulungagung, 9 Maret 2022
Penulis
ii
Kata Pengantar .................................................................................................................. ii
Bab II Pembahasan............................................................................................................. 3
A. Aqidah .................................................................................................................... 3
B. Syariah .................................................................................................................. 7
C. Akhlaq .................................................................................................................... 9
D. Studi Ilmu Hadits .................................................................................................. 15
E. Studi Ilmu Fiqh ..................................................................................................... 27
F. Studi Ilmu Tasawuf ................................................................................................ 34
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 36
B. Saran....................................................................................................................... 36
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Islam hadir dengan membawa rahmat bagi alam semesta dalam sejarah, keberhasilan Islam
untuk membangun dunia sekaligus untuk mensejahterahkan manusia masih dapat diakui namun
dalam sejarah pula dapat ditemukannya kegagalanuntukmensejahterahkan manusia. Pada dasarnya
ilmu tentang Islam sudah sangat berkembang, bahkan sudah dimulai sejakmasa sahabat dan tabi’in.
studi untuk menjelaskan tentang ajaran Islam memang merupakan konotasi yang sangat
membutuhkan pemahaman.
Studi tentang Islam dapat dimulai dengantelaah analitis mengenaitahiat atau karakternya. Studi
jenis ini bermaksud mengurai, menerangkan, menjabarkan dan mungkin pula menjelaskan kata atau
proposisi yang tidakjelas. Penulis akan menguraikan topic-topik tentang objek studi islam dan studi
ilmu islam yang berisi tulisan-tulisan yang dimaksudkan untuk mengembangkan pemikiran dalam
upaya mengaktualkan berbagai masalah kehidupan yang akan penulis bahas dalam pembahasan
selanjutnya.
Agama Islam adalah agamayang dibawa oleh nabi Muahammad SAW, untuk memberikan jalan
terbaik untuk umatnya. Agama islam termasuk agama yang tidak ada paksaan atau tuntutan dalam
ajaranya tapi kita sebagai umat islam harus bisa mengamalkan ajaran-ajaran tersebut. Dalam
mempelajari agama islam sangat diperlukan adanya kesadaran dari diri kita sendiri, banyak hal
untuk memperoleh pembelajaran dari agama islam melalui Alquran, sunnah dan ijtihad.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apapengertian dari Aqidah?
2. Apapengertian dari syariah?
3. Apapengertian dari akhlaq?
4. Apa sajakajian ilmu hadist?
5. Apa sajakajian ilmu fiqih?
6. Apa sajakajian ilmutasawuf?
1
3. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk Memahami Aqidah.
2. Untuk Memahami syariah.
3. Untuk Memahami ahklak.
4. Untuk Memahamikajian ilmu hadist.
5. Untuk Memahamikajian ilmu fiqih.
6. Untuk Memahamikajian ilmutasawuf.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. AQIDAH
Aqidah secara bahasa berasal dari kata ﻋﻘﺪyang berarti ikatan1. Adapun secara
istilah, akidah berarti Iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap
sebagai salah satu akidah. Iman berarti membenarkan atau percaya. Iman dan Islam
(syariat) membentuk agama menjadi sempurna. Belum disebut penganut agama yang utuh
apabila dalam diri seseorang belum terpatri keimanan dan kehendak untuk melaksanakan
selalumelihatmu”. (HR.Muslim).3
Menurut T. M. Hasbi ash-Shiddieqy, aqidah adalah urusan yang harus dibenarkan
dalam hati dan diterimanya dengan carapuas, serta tertanam kuat ke dalam lubuk jiwa dan
tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat. Hassan alBanna, mendefinisikan akidah
adalah sebagai sesuatu yang mengharuskan hati yang membenarkan, yang membuat jiwa
sebagai: Tekad yang bulat (al-azm al-muakkad), mengumpulkan (al-jam’u), Niat (al-
1 Wage, Aqidah dan budaya:upayamelihat korelasiagama atau budayadalammasyarakat, Indragiri hulu, fikri, vol. 1,
3
3M. hidayat ginanjar, pembelajaran akidah ahklak dankorelasinya dengan peningkatanakhlakal-karimahpeserta
didik, bogor, jurnal edukasi islami jrunal Pendidikan islam, vol. 06, no. 12, 2017, h. 108.
3
4
niyah), menguatkan perjanjian, sesuatu yang diyakini dan dianut oleh manusia baik itu,
5
benaratau bathil. Tahapkedua, perbuatan hati (sanghamba).
Kemudian aqidah didefinisikan sebagai keimanan yang tidak mengandung kontra.
Maksudnya membenarkan bahwa tidak ada sesuatu selain iman dalam hati sang hamba,
tidak diasumsi selain, bahwa ia beriman kepada-Nya. Tahap ketiga, di sini akidah telah
memasuki masa kematangan di mana ia telah terstruktur sehingga disiplin ilmu dengan
ruanglingkuppermasalahan tersendiri6.
Menurut Sayyid Sabiqpengertian akidah Islam meliputi enam prinsip pokok, yaitu:
1. Ma‟rifat kepada Allah. Ma‟rifat dengan nama-nama-Nya yang mulia dan sifat-sifat-
Nya yang tinggi, juga ma‟rifat dengan bukti-bukti wujud atua keberadaan-Nya serta
kenyataan sifat keagungan-Nya dalam alam semesta dan dunia ini.
2. Ma‟rifat dengan alam yang ada dibalik alam ini, yakni alam yang tidak dapat dilihat.
Dengan demikian pula kekuatan-kekuatan kebaikan yang terkandung di dalamnya,
yakni malaikat jugakeuatan jahat yang berupa syaitan.
4. Ma‟rifat dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah yang dipilih oleh-Nyauntuk menjadi
pembimbing ke arah petunjuk dan pemimpin seluruh makhluk guna menuju kepada
yang hak.
5. Ma‟rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, seperti
kebangkitan darikubur, memperoleh balasan pahala atau siksa surga atauneraka.
6. Ma‟rifat dengan takdir (qadla dan qadar) yang di atas landasan itulah berjalan
peraturan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, baik dalam penciptaan maupun
dalam cara mengaturnya. 7
4
7 Wage, Aqidah dan budaya:upayamelihat korelasiagama atau budayadalammasyarakat, Indragiri hulu, fikri, vol. 1,
4
Uraian di atas senada dengan yang dikatakan oleh Muhammad al-Ghazali, seorang
ulama besar dari Mesir, bahwa apabila akidahtelah tumbuh pada diri seseorang, maka
tertanamlah dalam jiwanya keyakinan bahwa hanya Allah SWT sajalah yang paling
berkuasa.9
Segalawujudyang ada ini hanyamakhluk belaka. Ia akan senantiasa berkomunikasi
dengan penuh rasa tanggungjawab dan waspada dalam segala urusan. apabila ia bertindak
atas dasar kebenaran, maka ia dapat bekerja sama dengan mereka yang berperilaku atas
kebenaran pula. Jika ia melihat ada yang menyimpang dari kebenaran, ia tetap mengambil
jalan yang benar itu. Senada dengan apa yang dijelaskan oleh para ulama di atas, terkait
akidah inijuga seakar dengan kata “al-‘aqdu” yang memiliki arti sama dengan kata:
1. ar-rabṭ (ikatan),
2. al-Ibrām (pengesahan),
3. al-iḥkām (penguatan),
13
4. at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat),
5
9 Dr. hammissyafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 36.
10 Dr. hammissyafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 36.
11 Hamka, islam revolusi dan ideologi, Jakarta, gema insani, 2018, h. 47.
12 Ibid, 2021
13 Dr. hammis syafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 36.
5
5. al-syaddubi quwwah (pengikatan dengan kuat),
6. At-tamassuk (pengokohan) danal-itsbāt (penetapan14
Dengan dasar dan tujuan inilah Islam datang dan Nabi Muhammad saw. berhasil
mempersatukan ummat manusia beserta perbaikan pada budi pekerti, kemerdekaan faham,
dankebudayaanyang beradab.15
B. Syari’ah
Dalam pandangan umum, Sharī’ah mencakup semua spek kehidupan, baik publik
maupun perorangan, bahkan kesopanan dan akhlak. Menganggap ada bagian dalam
Sharī’ah yang tidak memadai akan dituduh bid’ah oleh mayoritas umat Islam yang
peradilan.18
Sharī’ah dalam konteks kajian hukum Islam lebih menggambarkan kumpulan
Sharī’ah. Dalam kajian hukum Islam, tasyrī’ sering didefinisikan sebagaipenetapan norma-
6
14 Dr. hammis syafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 36.
15 Abudin nata, metologi studi islam, Jakarta, raja grafindo persada, 2001, h. 84.
16 Nurhayati, memahamikonsepsyari’ah,fikih, hukumdanushul fikih, j-hes, vol. 2 no. 2, 2018, h. 128.
17
Ibid.h.128
18 Dr. hammissyafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 39.
6
norma hukum untuk menata kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan
maupundenganumat manusialainnya19
Dilihat dari segi ilmu hukum, syariat merupakan norma hukum dasar yang
ditetapkan Allah, yang wajib diikuti oleh orang Islam bedasarkan iman yang berkaitan
dengan akhlak,baik dlam hubungannya denganAllah maupun dengan sesama manusia dan
benda dalam masyarakat. norma hukum dasar ini dijelaskan dan atau dirinci lebih lanjut
oleh Nabi Muhammad saw. sebagai Rasulnya karena itu syariat terdapat di dalam Al-
A. syariah
a. Berasal dariAl-Qur'an dan As-sunah
b. Bersifat fundamental
c. Hukumntabersifat Qath'i (tidak berubah)
d. Banyak berbagairagam21
al-Khudhari sebagaimana dikutip oleh Rifyal Ka’bah, membagi perkembangan
2. Fase para sahabat Nabi yang senior, mulai sejak kematian nabi hingga akhir masa
Khulafa’ rasyidin.
3. Fase sahabat nabi junior, mulai dari masa dinasti Umayyah hingga lebih kurang 1 abad
setelah hijrah.
4. Fase fiqh menjadi ilmu tersendiri, mulai dari awal abad kedua Hijrah hingga akhir abad
ketiga.
7
19 Abdullah ahmed annai’im, dekonstruksisyari’ah: wacana kebebasansipil, hak asasi manusia, dan hubungan
7
5. Fase perdebatan dalam berbagai permasalahan di antara pada fuqaha’, mulai dari awal
abad keempat Hijrah hingga akhir masa dinasti ‘Abbasiyyah dan penaklukan Tartar pada
abad ketujuh.
23
bersandiwara.
1) Hubungan etika dan moral dengan akhlak
Dilihat dari fungsi dan perannya dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, dan moral
sama, yaitu menetukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan seseorang
untuk ditentukan baik buruknya, Perbedaan antara etika,moral, dan akhlak adalah terletak
pada smberyang ijadikan patokanuntukmenetukan baikburuknya, baik dan buruk jika itu
dijadikan patokan untuk menetukan baik buruk berdasarkan kepada pendapat akal pikiran,
dan pada moral lebih hanya berdasarkan kepada kebiaasan yang berlaku di umumnya
masyarakat.
Sedangkan pada akhlak yang menjadi ukuran yang digunakan baik dan buruk adalah
al-qur;an dan hadis, namun etka,oral, dan akhlak saling berkaitan dansaling membutuhkan
uraian diata mennjukan denganjelas bahwa etika dan moral berasal dari produk akal dan
8
22 Dr. hammis syafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 41.
23 alianwar yusuf, studi agama islam, no. 5 (bandung, pustaka setia, 2003), h. 174.
8
budaya masyarakat tersebut yang secara selektif diakui sebagai hal yang berman=faat dan
9
Serta memiliki rasa putus asa dan menerima segala keputusa Allah dengan sikap
sabar setra tawakal dan tetap berperasangka khuznudzon kepada Allah SWT, beberapa hal
itu sangat pentng bagi kehidupan mansia karena hidup kita hanya mengikuti takdir dari
Allah dan jika manusi ingin hidup bahagia didunia dan akhirat maka ia harus dapat
menjalin hubungan baik antara dirinya dan Allah SWT, sebab jika Allah murka maka
Dalam ajaran islam sangat menghormati dan memuliakan kedua orang tua bahkan
ketaatan kita terhadapnya menuduki yang kedua setelah kita taat kepada allah SWTkarena
orang tualah yang menjadi sebab lahirnya kita hal ini ada dalamAl-Qur’an surah Al-
Baqarah ayat 83). Yang artinya “janganlah kamu menyebah selain allah dan berbuat
baiklah kepada orang tua” berbuatbaik kepada oarng tua tidak hanya terbatas ketika
mereka masih hidup namun harus terus berlangsng walaupun mereka telah tiada, Dengan
cara mendoakan dan meminta ampunan atas kedua orang tuanya dan tetap melakukan
juga membentuk akhlak tercela (al-aklaq al-madzmumah) artinya ketiga potensi tersebut
10
24 ibid, h. 177- 178
25 husaini, pendidikanahklak dalam islam, vol. 2, jurnalpendidikandan kependidikan, 2018, h. 42.
10
bisa membentuk karakter atau akhlak setia individu, baik akhlak terhadap dirinyamaupun
kepada lainnya.
Adapun akhlak yang mencakup dirinya sendiri seperti sabar, sabar sendiri erat
hubungannya dengan mendalikan sikap dan emosi oleh karena itu menurut Ibnu Qayyin
Al-Jauziyah paling tidak sabar haru berkaitan dengan ketiga persoalan ini, 1. Sabar dalam
menjalankan setiap perintah Allah, 2. Sabar dalam mejalankan larang-Nya, 3. Sabar dalam
penghuninya.
d). Akhlak terhadapmasyarakat/tetangga
Islam mendorong manusia untuk berinteraks sosial ditengah manusia lainnya baik
secara tersurat maupun tersirat, terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah bahan tampak pula
secara simbiolik dalam berbagai ibadah rital islam dalam berbagai ritual islam terkandung
makna simbiolik yang berimplementasi sosial misalnya shalat yang bersifat pencegahan
terhada dosa dan kemunkaran. Begitu pula dengan ibadah Haji, Zakat, dan ibadah-ibadah
lainnya yang memiliki makna sosial, dan disamping it banyak sekali rincia dalam Al-
26
Qur’anyang berkaitandengan interaksisosialatauperilaku terhadapsesamamanusia.
11
syaja’ah (Keberanian) 3.Al-iffah (Menajaga kehormatan diri) 4, Al-adl (adil), Menurut Al-
Ghazali, jika ke empat dasar ini bisa dimunculkan, maka akan lahirlah akhlak yang baik
11
3). Dasartujuan akhlak
Bagi al-Ghazalai tujuan moral yang sudah diuraikannya yakni terbentuknya sebuah
tindakan semangat yang mendesak datangnya keunggulan jiwa, serta lumrah diujarkan Al-
Ghazali dengan al-Sa adat al-Haqiqiyat (sakinah yang esensial) dipandang selaku sakinah
yang esensial karna, karna moral yaitu pusat yang selaku dasar evaluasi keunggulan pada
khalayak. serta keuatamaan jiwa selaku salah satu jalur kenyamanan semangat khalayak
alhasil berhasil tujuan hidup yang sesungguhnya. seterusnya yang selaku tumpuan maupun
skema moral yang dipaparkan Al-Ghazali yakni alQuran serta al-Hadist. beliau jua
memaknakan sekitar poin serta hadits yang selakupembimbing moral yang terpuji.
tujuan pembelajaran adab bagi Al-Ghazali ialah teknik khalayak guna mendekatkan
diri terhadap Allah Swt, tidak hanya itu serta selaku tujuan akhir yang bakal diraih oleh
khalayak. Membersihkan diri (tazkiyatun an-Nafs), terbdiasa senantiasa mengamalkan
kecakapan dengan adab yang kaamil(sempurna), ma‟rifah, dengan tutur lainia senantiasa
mendekatkan diri terhadap Allah Swt, guna menjumpai keceriaan serta ketenteraman di
12
Menurut Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaymin menjelaskan bahwa akhlak
meliputi hubungan antara makhluk dengan sang pencipta (mu’amalah al-Khaliq) dan
interaksi sesama makhluk (mu’amalah al-makhluq), Mengenai interaksi dengan sang
Khaliq dapat dilakukan dengan berbagai hal. Pertama, meyakini seluruh kabar dan
12
informasi dari Allah itu benar. Menerima tanpa adanya keraguan terhadap segala kabar
13
hadits dhoif. Masing-masing memiliki persyaratannya sendiri-sendiri. Persyaratan itu
27 nurul mawahda iskandar dkk, konsep ahklak dalamperspektif hadist nabi menggunakan metode tematik, vol. 8,
13
ada yang berkaitan dengan persambungan sanad, kualitas para periwayat yang dilalui
hadits, dan ada pula yang berkaitan dengan kandungan hadits itu sendiri.
Proses perkembangan hadis barlangsung dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Hadis berkembang dalam kurun waktu bertahun-tahun dan berabad yang lalu, sehingga
muncul keraguan dan kecurigaan pada riwayat tertentu atau orang tertentu. Mulai abad ke-
19, pertanyaan tentang persamaan, originalitas, asal muasal, keakuratan serta kebenaran
a). haditsmutawatir
Dari segi bahasa kata mutawatirberasal dari kata ”Tawaatur” yang berarti datangnya
satu setelah satu dengan adanya jarak antara keduanya, atau ”at-tatabu’”yang berarti
beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain, Hadits mutawatir sendiri
menurut Nurudin Nurudin Itr hadits mutawatir adalah: “Hadits yang diriwayatkan oleh
sejumlah rawi yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta dari sejumlah rawi yang
semisal mereka dan seterusnya sampai akhir sanad dan semuanya bersandar kepada panca
indera.
Hadits yang dapat dijadikan pegangan dasar hukum suatu perbuatan haruslah
diyakini kebenarannya. Karena kita tidak mendengar hadis secara langsung dari Nabi
Muhammad SAW, maka jalan penyampaian hadits itu melalui orang-orang yang
menyampaikanny dan hadits itu harus dapat memberikan keyakinan tentang kebenaran
hadits tersebut. Dalam sejarahparaperawi diketahuibagaimana caraperawi menerima dan
menyampaikan hadits.
Ada yang melihat atau mendengar, ada pula yang tidak melalui perantaraan
pancaindera, . Disamping itu, dapat diketahui pula banyak atau sedikitnya orang yang
meriwayatkan hadits itu. Apabilajumlah yang meriwayatkan demikian banyak yang secara
mudah dapat diketahui bahwa sekian banyak perawi itu tidak mungkin bersepakat untuk
berdusta, maka penyampaian itu adalah secara mutawatir Ada juga syarat-syarat hadits
mutawatiryaitu:
1). Hadits yang diberitakan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan (daya
tangkap) pancaindera. Artinya bahwa berita yang disampaikan itu benar-benar merupakan
hasilpendengaran ataupenglihatan perowi.
berdusta
28 munzier suparta, ilmu hadist ,no. 9 ( jakarta, raya wali pers, 2014) h. 1
14
4). Seimbang jumlah para perawi, sejak dalam thabaqat (lapisan/ tingkatan) pertama
maupunthabaqat berikutnya
b). Hadits Ahad
Pengertian Hadis Ahad
Dari segi bahasa kata “ahad” (tanpa madd) berarti satu. Maka khabar ahad adalah
ﺛﺎﻟﺜﺔ ﺃﻭ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﻭ ﻣﺨﺴﺔ ﺇﻳﻞ ﻏﺮﻱ ﺫﺍﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﺇﻟﻌﺪﺍﺩ ﺍﻟﻴﺖ ﺍﻝ ﺗﺸﻌﺮ ﺑﺄ ﻥ ﺍﺧﻠﺮﺏ ﺩﺧﻞ ﺑﻬﺎ
ﻳﻒ ﺧﺮﺏ ﺍﻣﻠﺘﻮﺍﺗﺮ
Artinya:
”Suatu hadis (khabar) yang jumlah pemberitaannya tidak mencapai jumlah
pemberita hadis mutawatir; baikpemberita itu seorang. dua orang, tiga orang, empat orang,
lima orang dan seterusnya, tetapi jumlah tersebut tidak memberi pengertian bahwa hadis
a. HaditsMasyhur
Menurut masyhur berasaldari kata ﺷﻬﺮyang berarti ﺍﻋﻠﻦyang berartimengumumkan.
Kemasyhuran sebuah hadis tidak mesti mencakup semua kalangan ulama. Hadis dapat
dapat saja masyhur di kalangan ulama tertentu, dalam hal ini hadis masyhur dibedakan
Muslim).
2). Masyhur dikalangan Fuqoha seperti arti hadis dibawah ini:
” Nabi saw bersabda : Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak”. (HR
15
“Rasulullah saw bersabda: Orang muslim adalah yang tidak mengganggu orang-
orang muslim lainnya dengan kata-kata dan perbuatannya dan orang muhajir adalah orang
perawi.
Hadis Aziz, yaitu hadis yang diriwayatkan dua orang pada setiap thabaqat rawinya,
atau hadis yang diriwayatkan oleh kurang dari dua orang dari dua orang perawi pertama.
Bahkan, jika ada sebuah hadis dimana pada salah satu thabaqat sanadnya terdapat di
dalamnya dua orang perawimaka hadis tersebut dapat dinamakan hadis “Aziz” .
Cabang ilmu hadis yang pokok pembahasanya menekankan pada persoalan matan
16
Hafsh Umarubin Muhammad bin Raja al-Ukbari.
c). Ilmu tawarikh al-mutun Ilmu yang menerangkan tantang kapan sebauah hadis itu
diucapkan atau diperbuat oleh Rasulullah saw, yang dilihat dari aspek ( tempat, waktu, dan
16
kondisi). Imu ini sangat penting dan berguna untuk mengantar dalam memahami sebuah
hadis dar statusya, atau apakah hadis tersebutterjadinasikh mansukh. Ulama yang merintis
yang pokok pembahasanya menekankan pada persoalan sanad dan matan, terdiri atas:
a. Ilmu i’ilal al hadis Ilmu yang menerangkantantang sebabyang dapat mencacatkan
hadis. Ulama yang dipandang ahli dalam ilmu ini, di antaranya: Ibnu Al-Madny, Ahmad
lain:
1. Memberikan gambaran tentang cara untuk menjaga As-sunah dan menghindari
hadis, seperti:
1. untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembagan hadis maupn ilmu hadis, dari
17
masake masa sejakmasa Rasulullah saw, sampai sekarang,
2. dapat mengetahui para tokoh-tokoh serta usaha yang telah mereka lakukan dalam
17
3. dapat mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para ulama dalam
mengklasifikasi hadis.
4. dapat mengetahui istilah-istialah, nilai-nilai dan kriteria hadis sebagai pedoman
dalamberistinbat.
Dengan uraian di atas kita bisa memahami hadis dengan segala persoalannya,
minimal kita sebagai generasi muslim harus berusaha untuk megetahui tentang ilmu hadis,
serta segala bentuk cabang-cabangnya, agar penerapan kehidupan di tengah-tengah
masyarakat yang akan datang, kita bisa menjadi tameng dalam menyelesaikan setiap
29
permasalahanyang muncul.
Kualitas Hadits
A. Hadits shahih
Pengertian Hadits Shahih
Kata shahih menurut bahasa dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa shihhatan wa
shahahan, yang menurut bahasa berarti yang sehat, selamat, benar, sah dan yang benar.
Para ulama‟ biasa menyebut kata shahih itu sebagai lawan kata dari kata saqim (sakit).
Maka hadits shahih menurut bahasa berarti hadits yang sah, hadits yang sehat atau hadits
yang selamat. Hadits Shahih didefinisikan oleh Ibnu Ash Shalah, sebagai berikut : “Hadits
yang disandarkan kepada Nabi saw yang sanadnya bersambung, diriwayatkan leh (perawi)
yang adil dan dhabithingga sampai akhir sanad, tidak ada kejanggalan dantidak ber ‟illat”
Ibnu Hajar al-Asqalani, mendefinisikan lebih ringkas yaitu : “Hadits yang
diriwayatkan oleh orang–orang yang adil, sempurna kedzabittannya, bersambung
sanadnya, tidak ber‟illat dan tidak syadz”. Dari kedua pengertian di atas maka dapat
difahami bahwa hadits shahih merupakan hadits yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Sanadnya bersambung, perawinya yang adil, kuat ingatannya atau
sebelumnya, keadaan ini berlangsung demikian sampai akhir anad dari hadits itu.
b. Periwayatan bersifat adil Adil di sini adalah periwayat seorang muslim yang
baligh, berakal sehat, selalu memelihara perbutan taat dan menjauhkan diridari perbuatan –
18
perbuatan maksiat.
29 moh. jufriyadi sholeh, telaahpemetaan hadist bedasarkan kuantitas sanad, vol. 6, jurnal dakwah islam, 2022, h. 39-
45
18
c. Periwayatan bersifat dhabit Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya tentang apa
yang telah didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya kapan saja ia
menghendakinya.
d. Tida Janggal atau Syadz Adalah hadits yang tidakbertentangan dengan hadits lain
yang sudahdiketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya. e. Terhindar dari „illat (cacat) Adalah
hadits yang tidak memiliki cacat, yang disebabkan adanya hal – hal yang tidak bak, yang
dua macamyaitu :
a. Hadits Shahih Li-Dzatih Ialah hadits shahih dengan sendiriya, artinya hadits
shahih yang memiliki lima syarat atau kiteria sebagaimana disebutkan pada persyaratan di
atas, atau hadits shahih adalah : “hadist yang melengkapi setinggi-tinggi sifat yang
shahih dapat -hadist tersebut tidak dapat dijadikanhujjahuntuk menetapkan soal ini.
c. Tingkatan hadits shahih
1. Hadits yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim
2. Hadits yang diriwayatkan oleh bukhari sendiri
3. Hadits yang diriwayatkan oleh muslim sendiri
19
4. Hadits yang diriwayatkan memnuhi syarat-syarat yang ditentukan oelh bukhari muslim,
meskipunkeduanyatidak ditakrij oleh keduannya
19
5. Hadits yang diriwayatkan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh bukhari,
meskipn hadits itutidak ditakrij olehnya
7. Hadits –hadits yang dishahihkan oleh selain bukhari dan muslim, seperti ibnu
khuzaemah, ibnu hibban meskipun tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh
bukhari dan muslim.
B. Hadits Hasan
Pengertian Hadits Hasan
Menurut pendapat Ibnu Hajar, ”Hadist hasan adalah hadist yang dinukilkan oleh
orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak cacat dan
tidakganjil.”
Imam Tirmidzi mengartikan hadist hasan sebagai berikut : “Tiap-tiap hadist yang
pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada matan-nya) tidak ada
kejanggalan (syadz) dan (hadist tersebut) diriwayatkan pula melalui jalan lain”
Dari uraian di atas maka dapat difahami bahwa hadist Hasan tidak memperlihatkan
kelemahan dalam sanadnya kurang kesempurnaan hafalannya. Disamping itu pula hadist
hasan hampir sama dengan hadist shahih, perbedaannya hanya mengenai hafalan, di mana
yang shahih.
20
2. Hadits hasan LI-Ghairihi
20
Hadist Hasan Li-Ghairih adalah hadist yang sanadnya tidak sepi dari seorang mastur-
tak nyata keahliannya, bukan pelupa yang banyak salahnya, tidak tampak adanya sebab
yang menjadikannya fasik dan matan hadistnya adalah baik berdasarkan pernyataan yang
30
semisal dansemaknadarisesuatusegi yang lain.
C. Hadits Dha’if
Kata Dhaif menurutbahasayang berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiyyang kuat.
Sebagai lawan dari kata shahih, kata Dhaif secara bahasa berarti Hadist yang lemah, yang
sakit atau yang tidak kuat, secara isltilah para ulma terdapat perbedaan rumusan dalam
tempat, yaitu:
a). Sanad hadits
Dari sisi sanad hadis ini diperincikedalam duabagian:
1. Ada kecacatan pada para perawinya baik meliputi keadilanya maupun
kedhabitannyayang diuraikan menjadi 10 macam
2. Sananyatidak bersambung
b). Matan Hadits
a. Pada sanad
1. Dha’if karenatidak bersambung sanadnya
30 sarbanun ,macammacam hadis darisegikualitasnya, vol. 2, jurnal dakwah dankomunikasi, 2019, h. 346-354
21
Cara mengetahui hadits munqathi ini adalah
a). Diketahunya tidak ada pesambungan sanad hadis yang diketahui setelah
a’mal.
22
Seentara untuk jenis kedua ada yang berpendapatmenolak secara mutlak bak untuk
penetapan hukum, akidah maupun fadha’il al-a’mal dengan alasakarena hadits dha’if ini
tidak dapat dipastkan datang dari Rasulullah SAW diantara yang berpendapat itu ialah
ataupun qiyas. 31
5. STUDI ILMU FIQIH
A. Pokok Ilmu Fiqih.
Dalam fiqih ada 4 pokok pembahasanyang meliputi:
1. FIQIH IBADAH.
ibadah secaraumum, adabeberapa bagian yakni;
a) Sholat.
Secara etimologi bahasa arab, kata sholat bermakna mendo’akan yang baik. Yang
mana hal ini disebutkan dalam firman allah swt. “dan berdo’alah untuk mereka”. (Q.S At-
Taubah;103).
Sedangkan menurut terminologi para ulama fiqih, sholat adalah sejumlah gerakan
dan ucapan yang diawali dengan takbir, dan diakhiri dengan salam, dengan syarat-syarat
tertentu.
Ditinjau dari segi hukum, dalam ibadah sholat terdapat beberapa macam hukum
menurut setiapmadzhabnya.
Madzhab hanafi.
Dari segi hukumnya sholat itu terbagi menjadi empat, pertama; fardhu ain, yaitu
seperti sholat lima waktu. Kedua; fardhu kifayah, yaitu seperti sholat jenazah, ketiga;
wajib, yaitu seperti sholat witir, atau sholat ied, dan juga meng qodho sholat sunnah yang
dianggap tidak sah dalam pelaksanaanya. Keempat; sholat hafilah, baik itu yang disunnah
23
dalamnya. Klarifikasi yang pertama ada tiga bagian, pertama; sholat yang di wajibkan,
yaitu sholat fardhu lima waktu. Kedua sholat yang disunnahkan dan nafilah. Ketiga; sholat
yang sangat dianjurkan, yaitu dua rakaat sebelum sholat subuh. Sedangkan di tinjau dari
23
klarifikasi yang kedua, terdapat dua bagian, pertama; sholat yang dilakukan dengan takbir
Sedangkan klarifikasi yang keduahanya ada satu saja, yaitu ; sholat jenazah.
Namun demikian, madzhab syafi’i berbeda dengan madzhab hanafi, dalam hal
“sholat wajib”, dan berbeda dengan madzhab maliki dalam hal sholat yang snagat
dianjurkan, dan jugaberbeda dengan madzhab hambali dan maliki dalam sujud tilawah.
Menurut madzhab hambali.
Sholat itu terbagi menjadi tiga klasifikasi, yang pertama adalah sholat yang di
dalamnya terdapat rukuk, sujud, takbiratul ihram, dan salam, klarifikasi ini terdapat dua
bagian yakni; sholat fardu lima waktu dan sholat sunnah. Klarifikasi yang kedua; sholat
yang didalamnya yang terdapat takbiratul ihram, membaca ayat-ayat al-qur’an, salam,
tanpa ada rukuk dan sujud, yaitu sholat jenazah. Dan klarifikasi yang ketiga adalah sholat
32
yang hanyaterdapatsujudnya, yaitusujud tilawah.
b) Zakat.
Secara etimologi berarti berkembang. manurut syarak adalah nama harta khusus
yang diambl dari harta yang khusus dengan kriteriatertentu dan diberikan kepada golongan
manusiatertentu.
c) puasa.
kata “ash-shiyam” dan “shoum” adalah duamasdaryang maknakedua secarabahasa
adalah menahan diri. seacara syara’ 33niat tertentu dalam seluruh waktu siang yang boleh
digunakan puasa oleh orang yang muslim berakal dan suci dari hail dannifas.
d) haji.
mengenal dengan ibadah tersebut. secara etimologi berarti menyengaja/menuju.
biaya).
24
2. Fiqih Mu’amalah.
24
Dalam fiqihmu’amalahmeliputi sebagai berikut;
a) Jual beli.
Berasal dari kata bayu’ yang merupakan jama’ dari lafad “ bai’” secara etimologi,
bai’ adalah tukar-menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam pandangan, ini akan
masuk pertukaran sesuatu yang tidak diangap mal/harta.adapun menurut syara’, definisi
terbaik yang pernah diungkapkan adalah bahwa bai’ yakni menyerahkan hak kepemilikan
suatu barang yang berharga dengan cara barter (penukaran), yang telah mendapatkan
persetujuan syara’atau menyerahkan hak kepeilikan suatu manfaat yang mubah, secara
dan situasi seseorang dan permasalahanya. adapunhukum asal nikah adalah sunnah.
nikah disunnahkan bagi orang yang sudah membutuhkan oleh sebab gejolak
jiwa jiwa ingin bersegsama dan memiliki biaya seperti mahar dan nafkah, maka jika tidak
25
34 dr mustafa dibal bugha,fikih islam lengkappenjelasanhukum hukum islam mahdzabsyafi’i, surakarta, pengantar
penerbit,h. 70
25
para ulama’ membagi jinayah berdasarkan aspek berat dan ringannya.
hukuman serta ditegaskan atau tidaknya, oleh al-qur’an dan hadist. atas dasar ini para
potongtangan.
dan berpendapat.
Kata “mazhab” dengan bentuk infinitif berarti “mu’laqodu” yang berarti
26
kepercayaan. Adapun kata “mazhab” bisa semakna dengan kata “at-ta’alimu wa thoriqoh”,
26
yang artinya doktrin, ajaran dan haluan. Kata yang semakna lainya adalah “al-ri’ya
27
Secara historis, hukum Islam telah menjadi dua aliran pada zaman sahabat
Nabi Muhammad saw. Dua aliran tersebut adalah madrasah al-Madinah dan madrasah al-
Bagdad atau Madrasah al-Hadis dan Madrasah al-Ra’y. Sedangkan Ibnu al-Qayyim al-
27
Jauziyyah menyebutnya sebagai Ahl al-Zahir dengan Ahl-al-Ma’na. Dalam ensiklopedia
hukum Islam, mazhab fiqh dalam Islam ada tiga dengan didasarkan cara merumuskan dan
mengistinbatkan suatu hukum dari sumber-sumbernya yang syar’i sehingga membentuk
berbagaimazhab fiqh.
Berbagai mazhab fiqh dalam Islam ditinjau dari cara mengistinbatkan
hukumnya yaitu perbedaan yang terjadi karena adanya perbedaan dalam mengistinbatkan
hukum dari sumber-sumbernya yang syar’i sehingga membentuk terjadinya aliran-aliran
fiqh. Pemikiran ulama besarkarena bukan produk legislatif dantidakmempunyaikekuatan
mengikat. Hasil pemikirannya cenderung bersifat sebagai fatwa. Mengikuti fatwa sifatnya
sukarela namun karena ulama biasanya orang kepercayaan maka mereka disegani oleh
banyak orang dan adanya banyak pengikut. Kesetiaan inilah didasarkan dengan sukarela
justrubiasanyamenimbulkan
36
SWT tidak menakdirkanmurid-murid mazhab.
6. STUDI ILMU TASSAWUF.
a) definisitassawuf.
kata tassawuf diambil dari ahl al-suffah, yaitu golongan muhajirin yang ikut nabi
hijrah kemadinah. golongan tersebut tidur diatas batu belana yang tinggal disamping
masjid nabi di madinah sebagai pejuang fisabilillah sebagai tujuan mendekat diri kepada
allah swt. tetapi sebagian lagi pendapat bahwa tassawuf dihubungkan dengan prilaku sufi
28
yag selalu diperilakuterpuji dan berusaha meninggalkan sifattercela.
28
adapun tasawuf dari aspek terminologis (istilah) juga didefinisikan secara
beragam, dan dari berbagai sudut pandang. Hal ini dikarenakan bebeda cara memandang
aktifitas para kaum sufi. Ma‘ruf al Karkhi mendefinisikan tasawuf adalah mengambil
37
hakikatdan meninggalkan yangadaditangan mahkluk.
Menurut sebagian pendapat menyatakan bahwa para sufi diberi nama sufi
karena kesucian (shafa) hati mereka dan kebersihan tindakan mereka. Di sisi yang lain
menyebutkan bahwa seseorang disebut sufi karena mereka berada dibaris terdepan (shaff)
di hadapan Allah, melalui pengangkatan keinginan mereka kepada-Nya. Bahkan ada juga
yang mengambil dari istilah ash-hab al-Shuffah, yaitu para shahabat Nabi SAW yang
tinggal di kamar/serambiserambi masjid (mereka meninggalkan dunia dan rumah mereka
29
dan semacannya masih dalam bentuk amat sederhana. Perkembagan dan kemajuan tarekat
29
justru pada abad ke enam dan ketuju hijriyah dan yang pertama kali mendirikan tarekat
padapereode tersebut adalah Syekh Abd al-Qadir al- Jailanipada awal abad enam hijriyah,
PENUTUP
1. KESIMPULAN
• akidah berarti iman semua sistem kepercayukeyakinan bisa dianggap sebagai
salah satu akidah. iman berartimembenarkan atau percaya. iman dan islam
(syariat) membentuk agama menjadi sempurna
• syari’ah diartikan sebagai segala sesuatu yang disyari’atkan oleh allah kepada
seluruh manusia, agar merekamemperoleh kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
• Akhlakbisa didefiniskanyaitupedekatan melaluikebahasaan dan peristilahan,
dan akhlak sendiri adalah ilmu yang menentukan batas antarabaik dantercela
tentang perkataan dan perbuatan manusia, danterbagi menjadi beberapa.
30
39 ibid, h. 3-9
30
• Dapat disimpulakan Tasawuf padaumumnya digunakan seseorang untuk
menempuh jalan spiritual agar semakin dekat dengan Allah melalui proses
pensucian jiwa atau yang sering disebut dengan tazkiyat an-nafs dalam
tasawufakhlaki. Namun di zaman sekarang initasawuf dapat dapat dijadikan
Sajjad” .
SARAN
bagi pembaca diharapkanbisa bermanfaat dan menambah ilmu tentang
materi objek studi islam dan studi ilmu islam, penulis menyadari kekurangan
E-MAIL
zudakedirifans@gmail.com
.
31
DAFTAR PUSTAKA
31