“AGAMA ISLAM”
OLEH:
KELOMPOK I
LUKMAN ABBAS
KARMENITA
ANITA RAMADANI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE
KAMPUS III KAHU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Islam
dan Ilmu Pengetahuan ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya
uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu Indri Saputri, S.pd.,M.pd. selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal
kami selaku para penulis usahakan. Semoga dalam makalah ini para pembaca
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang
membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana
mestinya.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. iii
A. Latar Belakang………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 1
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….. 2
A. Defenisi Agama Islam…………………………………………………... 2
B. Sejarah agama Islam……………………………………………………. 3
C. Tempat Beribadah Agama Islam………………………………………... 9
D. Cara Beribadah Agama Islam…………………………………………... 11
E. Tradisi Agama Islam……………………………………………………. 14
F. Perkembanagan agama Islam di Indonesia……………………………... 16
G. Hari Besar Dalam Islam………………………………………………… 19
BAB III PENUTUP………………………………………………………... 22
A. Penutup………………………………………………………………….. 22
B. Saran……………………………………………………………………... 22
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 23
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah seorang hamba. Sebagai seorang hamba, manusia
harus memiliki pedoman dan tuntunan agar hidupnya menjadi lebih sistematis.
Agama adalah petunjuk bagi manusia dalam menjalani hidupnya. Agama
menjadi kompas dan pengarah kehidupan manusia agar menjadi lebih baik.
Agama berperan pula sebagai jembatan penghubung antara manusia dengan
Tuhan.
Dalam Islam, tujuan manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah
kepada Allah SWT. Sedangkan peranannya adalah mengembangkan ilmu
pengetahuan agar lebih bermanfaat. Selain itu, dalam Islam Al-quran
diturunkan untuk menyempurnakan jiwa manusia, baik sebagai individu,
sebagai makhluk sosial maupun sebagai bagian dari masyarakat dan bangsa.
Oleh karena pentingnya agama dalam kehidupan, terutama agama Islam, perlu
kita memahami lebih dalam mengenai agama Islam, karakteristik agama
Islam, ruang lingkup dan sejarahnya untuk bisa memaknai agama lebih dalam
lalu mengamalkan ajaran – ajaran Islam agar mendapat kebahagiaan di dunia
dan diakhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi Agama Islam?
2. Apa sejarah Agama Islam?
3. Dimana tempat beribadah Agama Islam?
4. Bagaimana cara beribadah Agama Islam?
5. Apa saja tradisi Agama Islam?
6. Bagaimana perkembangan Agama Islam di Indonesia
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui defenisi Agama Islam
2. Untuk mengetahui sejarah Agama Islam
3. Untuk mengetahui tempat beribadah Agama Islam
4. Untuk mengetahui cara beribadah Agama Islam
5. Untuk mengetahui tradisi Agama Islam
6. Untuk mengetahui perkembangan Agama Islam di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Agama Islam
Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata mata kepada Allah
agama semua nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang
menjadi petunjuk manusia, mengatur hubungan antara manusia dengan
Rabb-nya dan manusia dengan lingkungannya. Agama rahma bagi semesta
alam, dan merupakan satu satunya agama yang diridhoi Allah, agama yang
sempurna. Dengan keberagaman islam, setiap muslim memiliki landasan
tauhillah, dan menjalankan peran dalam hidup berupa ibadah ( pengabdian
vertical) dan khilafah (pengabdia horizontal) dan bertujuan meraih ridho dan
karunia allah. Islam yang mulia dan utama akan menjadi kenyataan dalam
kehidupan duniawi, apabila benar-benar diimani, dipahami, dihayati dan
diamalkan oleh seluruh muslimin secara totalitas (kaffah). (Hawwa, 2020).
Dengan pengamalan islam sepenuh hati dan sungguh-sungguh, akan
melahirkan manusia yang memiliki kepribadian muslim, kepribadian
mu’min, kepribadian muhsin dan muttaqin. Setiap muslim yang memiliki
kepribadian tersebut dituntut untuk memiliki aqidah berdasarkan al-tauhid
al-khalis (tauhid yang bersih) dan istiqomah terhindar dari kemusrikan,
bid’ah dan khurafat. Memiliki cara berfikir bayani (paham yang komitmen
terhadap nash Al-Qur’an dan Al-hadits), Burhani (rasional, logis da ilmiah)
dan irfani (ketajaman hati nurani stabilitas emosi, dan kekuatan spiritual
intuisi), yang selanjutnya berimplikasi pada ucapan pikiran dan tindakan
yang mencerminkan akhlak karimah dan rahmatan lil alamin.
Agama adalah peraturan, pedoman, ajaran, atau sistem yang
mengatur tentang keyakinan, keimanan atau kepercayaan. Islam adalah
agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhamad
SAW sebagai Rasul utusan Allah dan Allah menjadikan Islam sebagai
agama yang Rahmatal lil ͚aalamiin (rahmat bagi seluruh alam). Sebagaimana
Allah berfirman dalam Qur͛ an surat Al-Anbiya ayat 107:
‘’Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam͞ ’’. (QS.
Ali-Imran: 19) Jadi, agama Islam adalah agama yang benar, yang
mengajarkan segala sesuatunya dengan baik dan sempurna. Ajaran Islam
bersumber pada Al-Qur͛ an dan Hadits.
2. Pengertian Agama Islam Menurut Para Ulama
a. Muhamad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tawaijiri
Mengatakan bahwa Islam adalah sebuah penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan melaksanakan
syariat-syariat-Nya dengan penuh keikhlasan.
b. Syaikh Muhammad bin Abdullah Wahab
Beliau mengatakan Islam ialah berserah diri kepada Allah SWT
dengan cara mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan
ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan-perbuatan syirik dan para
pelakunya.
c. Hasan Al Basri
Islam adalah kepasrahan hati kepada Allah, lalu setiap muslim
merasa selamat dari gangguan.
d. Mustafa Abdur Razik
Islam Adalah agama (ad din) pertuaran - peraturan yang terdiridari
keprcayaan – kepercayaan dan pekerjaan – pekerjaa yang brtaat dengan
keadaan suci, artinya bia memebedakan mana yang halal dan haram,
yang dapat mendorong umat untuk menganutnya untuk menjadi satu
yang mempunyai rohani yang kuat.
B. Sejarah Agama Islam
Pengertian sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab syajarah
artinya “pohon”. Dalam bahasa Inggris peristilahan sejarah disebut history
yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khususnya manusia yang
bersifat kronologis. Sementara itu, pengetahuan serupa yang tidak kronologis
diistilahkan dengan science. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa sejarah itu
4
dibagi menjadi tiga periode; pertama, periode klasik (+650–1258 M); kedua,
periode pertengahan (jatuhnya Baghdad sampai ke penghujung abad ke-17 M)
dan periode modern (mulai abad ke-18 sampai sekarang). Sedangkan menurut
Harun Nasution Sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tigaperiode: pertama,
periode klasik (650–1250 an); kedua, periode pertengahan (1250 – 1800 an)
dan periode modern (1800 sampai sekarang).
1. Periode Klasik
Periode Klasik Periode Klasik merupakan masa kemajuan, keemasan
dan kejayaan Islam dan dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
Fase ekspansi, integrasi dan pusat kemajuan (650 – 1000 M).
Di masa inilah daerah Islam meluas melalui Afrika utara sampai ke
Spanyol di belahan Barat dan melalui Persia sampai ke India di belahan
Timur. Daerah-daerah itu tunduk kepada kekuasaan Islam. Di masa ini
pulalah berkembang dan memuncak ilmu pengetahuan, baik dalam
bidang agama maupun umum dan kebudayaan serta peradaban Islam.
Di masa inilah yang menghasilkan ulama-ulama besar, seperti Imam
Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hambal dalam
bidang Fiqh. Imam al-Asya’ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn ‘Ata’ , Abu
Huzail, Al-Nazzam dan Al-Jubba’i dalam bidang Teologi. Zunnun al-
Misri, Abu Yazid al-Bustami dan alHallaj dalam bidang Tasawuf. Al-
Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih dalam bidang Falsafat.
Ibn Hayyam, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi dalam bidang
Ilmu Pengetahuan, dan lain-lainnya.
Fase disintegrasi (1000 – 1250 M).
Di masa ini keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai pecah.
Kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas
dan dihancurkan oleh Hulagu Khan di tahun 1258 M. Khalifah sebagai
lambang kesatuan politik umat Islam hilang.
2. Periode Pertengahan
Periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
Fase kemunduran (1250 – 1500 M).
Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat.
Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia
bertambah nyata kelihatan. Dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab yang
terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan Afrika utara
berpusat di Mesir. Bagian Persia yang terdiri dari Balkan, Asia kecil,
Persia dan Asia tengah berpusat di Iran. Kebudayaan Persia mendesak
kebudayaan Arab. Pada fase ini, di kalangan umat Islam semakin
meluas pendapat bahwa pintu ijtihat tertutup. Demikian juga tarekat
dengan pengaruh negatifnya. Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang
sekali. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar dari
daerah itu.
6
Fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700-
1800 M)
Tiga kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan
Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Kejayaan Islam pada tiga
kerajaan besar ini terlihat dalam bentuk arsitek sampai sekarang dapat
dilihat di Istambul, Iran dan Delhi. Perhatian pada ilmu pengetahuan
kurang sekali. Masa kemunduran, Kerajaan Safawi dihancurkan oleh
serangan-serangan bangsa Afghan. Kerajaan Mughal diperkecil oleh
pukulan-pukulan raja-raja India. Kerajaan Usmani terpukul di Eropa.
Umat Islam semakin mundur dan statis. Dalam pada itu, Eropa
bertambah kaya dan maju. Penjajahan Barat dengan kekuatan yang
dimilikinya meningkat ke dunia Islam. Akhirnya Napoleon menduduki
Mesir di tahun 1748 M. Saat itu Mesir adalah salah satu pusat peradaban
Islam yang terpenting.
3. Periode modern (1800 – sekarang) zaman kebangkitan umat Islam
Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam akan
kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul
peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi umat
Islam. Raja-raja dan para pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana
meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Dengan demikian,
keadaan menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat. Kalau di periode
klasik, orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban umat
Islam, tetapi di periode modern umat Islam yang heran melihat
kebudayaan dan kemajuan Barat. Karena umat Islam heran melihat alat-
alat ilmiah seperti teleskop, mikroskop, alat-alat untuk percobaan kimiawi,
dan dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab dan Yunani yang
dibawa serta oleh Napoleon. Jadi, di periode modern ini, timbullah
pemikiran-pemikiran, ide-ide mengapa umat Islam lemah, mundur, dan
bagaimana mengatasinya, dan perlu adanya pembaharuan dalam Islam.
Dari uraian di atas dapat dilihat perjalanan sejarah naik turunnya
peradaban Islam mulai dibentuk pada masa Nabi, mengalami pertumbuhan
di masa Daulah Umaiyah Suria, dan masa puncak di masa Dinasti
Abbasiyah Baghdad dan Dinasti Umayah Spanyol, serta memasuki masa
kemundurannya pada periode pertengahan, hal itu menimbulkan kesadaran
bagi umat Islam untuk kembali bangkit di periode modern.
Sejarah tergantinya dari kiblat ke masjid al aqsa ke masjidil haram
Kiblat umat Islam yang pertama kali adalah Masjid Al Aqsa atau dikenal
dengan nama Baitul Maqdis. Tempat ini terletak di kawasan Kota Tua
Yerusalem.
Kiblat pertama umat Islam ini berlaku sebelum Rasulullah SAW
diperintahkan untuk memindahkan kiblat dari Masjid Al Aqsa ke Masjidil
Haram seperti sekarang. Kiblat menjadi hal penting dalam syariat Islam. kiblat
7
adalah arah bagi setiap umat muslim di seluruh dunia saat melakukan ibadah
salat. Sebelum melaksanakan Isra' Mi'raj, Rasulullah SAW pernah
melaksanakan salat sunnah di Masjid Al Aqsa ini. Ketika bertempat tinggal di
Makkah sebelum hijrah, beliau beserta para sahabat juga menunaikan salat
dengan mengarah pada kiblat Baitul Maqdis.Setelah 16 bulan hijrah di
Madinah, turun perintah Allah SWT untuk memindahkan arah kiblat ke arah
Baitullah (Ka'bah) di Kota Makkah. Ismail, I. (2022).
Ketika Allah SWT memerintahkan salat dan menghadap ke arah
Masjid Al Aqsa, hal itu dimaksudkan agar ibadah umat Islam menghadap ke
tempat yang suci serta bebas dari berbagai macam sesembahan. Kondisi
Masjid Al Haram yang menjadi tempat keberangkatan Isra Mi'raj belum
berupa bangunan masjid. Kala itu, di sekitarnya masih dipenuhi oleh berhala-
berhala yang jumlahnya mencapai 309 buah dan senantiasa disembah oleh
bangsa Arab sebelum kedatangan Islam.
Di bawah dominasi kekufuran seperti itu, tentu Rasulullah SAW belum
bisa menunaikan ibadah salat di tempat tersebut.
Selain itu, apabila salat dilaksanakan mengharap Masjidil Haram, hal
ini akan menjadi kebanggaan kafir Quraisy bahwa Rasulullah SAW seolah
mengakui berhala-berhala mereka sebagai tuhan.
Itulah mengapa Allah SWT menjadikan Baitul Maqdis atau Masjid Al
Aqsa sebagai kiblat pertama untuk salat umat Islam.
Perpindahan kiblat umat Islam ke Masjidil Haram terjadi setelah Nabi
Muhammad SAW hijrah ke Madinah. sejak hijrah ke Madinah, Rasulullah
SAW selalu menghadapkan mukanya ke Baitul Maqdis saat mengerjakan salat
hingga kurang lebih 16 bulan lamanya.
Selama itu, Nabi SAW sering mengharap mudah-mudahan Allah SWT
menyuruh untuk mengharapkan kembali kiblat ke Baitullah (Ka'bah).
Suatu saat Nabi berkata kepada malaikat Jibril, "Saya selalu memohon
kepada Allah, mudah-mudahan saja Allah SWT memalingkan muka saya dari
kiblat kaum Yahudi." Ketika itu, Jibril mengatakan, "Ya Rasulullah, sebaiknya
engkau terus memohon saja kepada Allah."
Selanjutnya setiap Nabi SAW mengerjakan salat beliau selalu
menengadahkan wajahnya ke langit seraya memohon kepada Allah SWT agar
dapat memindahkan kiblat salat kaum Muslimin dari kiblat kaum Yahudi.
Hingga pada suatu waktu saat Nabi tengah mengerjakan salat dan sedang
rukuk, tiba-tiba Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi SAW:
Artinya: "Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering
menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat
yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di
mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu.
Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa
(pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan
8
mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS Al-
Baqarah: 144)
Setelah terjadinya perubahan kiblat untuk mengerjakan salat bagi umat
Islam, timbul berbagai ejekan dan cercaan dari kaum Yahudi di Madinah,
kaum munafikin, dan kaum musyrikin di Makkah.
Sebagian dari pendeta kaum Yahudi berkata kepada Nabi SAW, "Ya
Muhammad, mengapa engkau sekarang pindah kiblat yang telah engkau
hadapi, padahal engkau itu katanya seorang nabi yang mengikuti agama
Ibrahim? Akan tetapi, sekarang terbukti menyalahi kiblat nabi Ibrahim dan
nabi-nabi dari Bani Israel terdahulu. Maka, cobalah engkau kembali
menghadap ke Baitul Maqdis, nanti kita akan mengikuti dan membenarkan
seruanmu."
Sementara kaum musyrikin Quraisy di Makkah berkata pada
sebagiannya, "Muhammad itu memang selamanya tidak mempunyai pendirian
yang tetap. Dahulu sejak dia masi…
Sekarang ada kabar lagi, jika mengerjakan salat menghadapkan
mukanya ke Ka'bah. Mengapa orang yang tak berpendirian tetap dan tak
bertujuan yang pasti itu diikuti orang. Jika begitu, teranglah orang-orang yang
mengikuti itu adalah orang-orang yang bodoh."
Moenawar Khalil dalam tarikh-nya menjelaskan, ejekan kaum Yahudi
dan kaum musyrikin itu sesungguhnya memang suatu fitnah dari mereka yang
sengaja hendak menghina Nabi SAW. Karena itulah, Allah SWT lalu
menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW,
َو َك ٰذ ِلَك َج َع ْلٰن ُك ْم ُاَّم ًة َّوَس ًطا ِّلَتُك ْو ُنْو ا ُش َهَد ۤا َء َع َلى الَّناِس َو َيُك ْو َن الَّرُسْو ُل َع َلْيُك ْم َش ِهْيًداۗ َوَم ا َج َع ْلَنا اْلِقْبَلَة اَّلِتْي
ُكْنَت َع َلْيَهٓا ِااَّل ِلَنْع َلَم َم ْن َّيَّتِبُع الَّرُسْو َل ِمَّم ْن َّيْنَقِلُب َع ٰل ى َعِقَبْيِۗه َوِاْن َكاَنْت َلَك ِبْيَر ًة ِااَّل َع َلى اَّلِذ ْيَن َهَدى ُهّٰللاۗ َوَم ا َك اَن ُهّٰللا
ِلُيِض ْيَع ِاْيَم اَنُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا ِبالَّناِس َلَرُءْو ٌف َّر ِح ْيٌم
Artinya: "Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam)
umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak
menetapkan kiblat (Baitul Maqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya,
kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul
dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu
sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah
tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (QS Al-Baqarah: 143)
Dengan demikian, kiblat umat Islam yang pertama kali adalah Masjid
Al Aqsa atau Baitul Maqdis. Perpindahan kiblat ke arah Ka'bah di Masjidil
Haram sesungguhnya merupakan perintah Allah SWT yang diturunkan
melalui wahyu kepada Rasulullah SAW. . Sabriadi, H. R. (2020).
9
dimana selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga pada zaman
dahulu digunakan sebagai tempat musyawarah dan markas tentara rakyat
dalam melawan Belanda. (Putri, dan Nurhuda. 2023)
Ratusan tahun Masjid Agung Magelang menjadi saksi bisu dalam
kegiatan kemasyarakatan demi kemajuan Kota Magelang. Dengan dilakukan
beberapa kali pembangunan dan peningkatan pelayanan, diupayakan hal ini
menjadi langkah dalam menyediakan tempat bagi ibadah umat Islam baik
dari Kota Magelang maupun dari luar Kota Magelang. Secara Geografis,
letak Masjid Agung Magelang berada pada posisi yang sangat strategis.
Berada di jantung Kota Magelang dan akses jalan yang sangat mudah
dikunjungi membuat masjid ini selalu ramai. Masyarakat yang berkunjung
baik untuk sekedar mampir istirahat maupun untuk melakukan kegiatan
ibadah atau karena ada beberapa keperluan karena kegiatan yang dilakukan di
Masjid Agung Magelang. Menjadi salah satu tempat bersejarah terbesar di
Kota Magelang yang memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya adalah
dalam hal manajemen pengelolaan demi terciptanya pelayanan umat Islam
yang baik. Masjid Agung Kauman pasti akan menjadi contoh-contoh masjid-
masjid di sekitarnya mengingat masjid ini merupakan sarana ibadah umat
Islam terbesar di Magelang.
Beribadah kepada Allah adalah menghambakan diri kepada-Nya
dengan penuh kekhusyukan, memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya, karena
merasakan bahwa hanya Allah-lah yang menciptakan, menguasai,
memelihara dan mendidik seluruh makhluk. Allah SWT berfirman:
ٰۤي َاُّيَها الَّناُس اۡع ُبُدۡو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ۡى َخ َلَقُك ۡم َو اَّلِذ ۡي َن ِم ۡن َقۡب ِلُك ۡم َلَع َّلُك ۡم َتَّتُقۡو َن
Artinya: “Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al
Baqarah: 21).
D. Cara Beribadah Agama Islam
Ibadah merupakan rangkaian ritual yang dilakukan manusia dalam
rangka pengabdian atau kepatuhan kepada sang Pencipta. Ibadah dalam Islam
tidak hanya terbatas pada hubungan manusia dengan Allah semata, melainkan
juga terdapat hubungan antara manusia dengan manusia lainnya serta antara
manusia dengan alam. Ada dua pembagian ibadah dalam Islam, yaitu ibadah
mahdlah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang
berhubungan dengan penjalanan syariat Islam yang terkandung dalam rukun
Islam. Contoh ibadah mahdhah antara lain sholat, zakat, puasa dan haji.
Sementara ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang dilaksanakan umat
Islam dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya.
Ibadah ghairu mahdhah dikenal dengan ibadah muamalah. (Zukhrufin,
Anwar, dan Sidiq. 2021).
12
,ِإَّنُهْم َك اُنوا ُيَس اِر ُع وَن ِفي اْلَخْيَر اِت َو َيْدُع وَنَنا َر َغ ًبا
َو َر َهًباۖ َو َك اُنوا َلَنا َخ اِشِع يَن
Artinya : “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada
Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang
yang khusyu’ kepada Kami.” (Al-Anbiya’ ayat 90).
“Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka ia
adalah zindiq, siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’ saja, maka
ia adalah murji’. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan
khauf, maka ia adalah haruriy. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya
dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin muwahhid.”
2) Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk
ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah.
Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang
ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
َم ْن َع ِمَل َع َم ًال َلْيَس َع َلْيِه َأْم ُر َنا َفُهَو َر ٌّد.
Artinya : “Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami,
maka amalan tersebut tertolak.”
Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak
bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
Ittiba, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha
illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah
dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah
konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut
wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan
bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. (Triwoelandari. 2021).
1. Sekaten
Sekaten adalah tradisi membunyikan musik gamelan milik keraton.
Pertama kali terjadi di pulau Jawa. Tradisi ini sebagai sarana
penyebaran agama Islam yang pada mulanya dilakukan oleh Sunan
Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan
diselingi dengan lagu-lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap
pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca syahadatain.
Yang pada akhirnya tradisi ini disebut dengan sekaten. Maksud dari
sekaten adalah syahadatain. Sekaten juga biasanya bersamaan dengan
15
َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ي ُأْنِز َل ِفيِه اْلُقْر آُن ُهًدى ِللَّناِس َو َبِّيَناٍت ِم َن اْلُهَد ٰى َو اْلُفْر َقاِن ۚ َفَم ْن َش ِهَد
ِم ْنُك ُم الَّش ْهَر َفْلَيُص ْم ُهۖ َو َم ْن َك اَن َم ِريًضا َأْو َع َلٰى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر ۗ ُيِريُد ُهَّللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل
ُيِريُد ِبُك ُم اْلُعْس َر َوِلُتْك ِم ُلوا اْلِع َّدَة َو ِلُتَك ِّبُروا َهَّللا َع َلٰى َم ا َهَداُك ْم َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُروَن
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerangka dasar ajaran Islam adalah dasar-dasar pokok ajaran Islam
yang membekali setiap orang untuk bias memepelajari islam yang lebih luas
dan mendalam. Memahami mengamalkan kerangka dasr ajaran agama Islam
merupakan keniscayaan bagi setiap muslim yang menginginkan untuk menjadi
seorang muslim yang kaffah.tiga kerangka dasar agama islam, yaitu: aqidah,
syariah, dan akhlak, tidak bias dipisah–pisahkan. Karena itu, tidk
dimungkinakan bagi seorang muslim memilih sebagiannya dan meninggalkan
sebagiannya yang lain.
Sebgai generasi muda islam masih memiliki waktu yang panjang,
hendaknya para mahasiswa muslim menyadari hal tersebut,sehingga
termotivasi untuk mendalamai ajaran Islam yang utuh dan bias mengamalkan
ajanaan – ajaran agama Islam yang baik dan benar. Dengan bekal ajaran Islam
yang cukup, diharapkan aktivitas yang dilakukan, terutama aktivitas ibadah,
menjadi berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan di hadpan Allah SWT.
Untuk menghasilkan karakter yang mulia yang merupakan cita – cita
setiap muslim, juga salah satu tujuan pendidikan Indonesia dalm konsep islam
harus dimulai dari membangun fondasi yang kuat, yakni menjadi akidah atau
iman yang kokoh. Dngan iman yag kokoh pasti akan tumbuh semangat yang
tinggi. Untuk melaksanakan segala aturan Allah baik yang ada dalam Al-
qur’an maupun sunnah. Bauk yang terkain dengan ibadah muamalah, dengan
baik dan penuh keikhlsan semta – mata karena Allah SWT.
B. Saran
Rendahnya tingkat ketakwaan dan akhlak para remaja jaman sekarang
sangat memprihatinkan. Sekolah, Universitas dan lembaga formal lainnya
yang seharusnya membantu peningkatan akhlak mahasiswa/mahasiswi dan
siswa/siswinya sekarang ini menjadi pusat dimana sebagian besar remaja
mengalami pemerosotan akhlak.
Sebagai umat Islam yang merupakan agama yang paling sempurna
sebaiknya menjaga dan terus mengembangkan kebudayaan Islam terutama
warga negara Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan yang bernuansa
Islami. Selain itu, juga harus mempelajari sejarah yang ada, salah satunya
sejarah Islam agar mengetahui dan mengikuti hal-hal yang pernah dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW yang akan menuntun kepintu syurga. Serta dapat
berperilaku yang selektif terhadap pengaruh globalisasi sesuai dengan nilai-
nilai agama yang di anut dan adat kebiasaan di negrinya.
23
DAFTAR PUSTAKA
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
34
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada kitab-kitab
Allah SWT. Adalah
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
44
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
Nya, malaikat dan
mengingkari Allah SWT
sendiri. Iman
kepada kitab-kitab suci
dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
kepada Allah Yang Maha
Esa, Malaikat dan Rasul.
45
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
49
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Kepada Kitab Allah SWT
1. Pengertian Kitab-Kitab
Allah SWT,
Rukun iman yang ketiga
adalah iman kepada kitab
53
2. Memberikan
pencerahan kepada para
pembaca mengenai
beriman kepada Kitab-
kitab
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada kitab-kitab
Allah SWT. Adalah
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
59
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
SWT ?
2. Apa dalil Naqli dan
Aqli iman kepada kitab-
kitab Allah SWT ?
3. Apa saja nama-nam
kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada para
Nabi ?
4. Apa fungsi beriman
kepada kitab-kitab Allah
SWT ?
C. Tujuan Penyusunan
63
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada kitab-kitab
Allah SWT. Adalah
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
75
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
Nya, malaikat dan
mengingkari Allah SWT
sendiri. Iman
kepada kitab-kitab suci
dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
kepada Allah Yang Maha
Esa, Malaikat dan Rasul.
76
2. Memberikan
pencerahan kepada para
pembaca mengenai
beriman kepada Kitab-
kitab