Anda di halaman 1dari 82

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“AGAMA ISLAM”

OLEH:
KELOMPOK I
LUKMAN ABBAS
KARMENITA
ANITA RAMADANI

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE
KAMPUS III KAHU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Islam
dan Ilmu Pengetahuan ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya
uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu Indri Saputri, S.pd.,M.pd. selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal
kami selaku para penulis usahakan. Semoga dalam makalah ini para pembaca
dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang
membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana
mestinya.

Palattae, 14 Oktober 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. iii
A. Latar Belakang………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 1
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….. 2
A. Defenisi Agama Islam…………………………………………………... 2
B. Sejarah agama Islam……………………………………………………. 3
C. Tempat Beribadah Agama Islam………………………………………... 9
D. Cara Beribadah Agama Islam…………………………………………... 11
E. Tradisi Agama Islam……………………………………………………. 14
F. Perkembanagan agama Islam di Indonesia……………………………... 16
G. Hari Besar Dalam Islam………………………………………………… 19
BAB III PENUTUP………………………………………………………... 22
A. Penutup………………………………………………………………….. 22
B. Saran……………………………………………………………………... 22
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 23

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah seorang hamba. Sebagai seorang hamba, manusia
harus memiliki pedoman dan tuntunan agar hidupnya menjadi lebih sistematis.
Agama adalah petunjuk bagi manusia dalam menjalani hidupnya. Agama
menjadi kompas dan pengarah kehidupan manusia agar menjadi lebih baik.
Agama berperan pula sebagai jembatan penghubung antara manusia dengan
Tuhan.
Dalam Islam, tujuan manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah
kepada Allah SWT. Sedangkan peranannya adalah mengembangkan ilmu
pengetahuan agar lebih bermanfaat. Selain itu, dalam Islam Al-quran
diturunkan untuk menyempurnakan jiwa manusia, baik sebagai individu,
sebagai makhluk sosial maupun sebagai bagian dari masyarakat dan bangsa.
Oleh karena pentingnya agama dalam kehidupan, terutama agama Islam, perlu
kita memahami lebih dalam mengenai agama Islam, karakteristik agama
Islam, ruang lingkup dan sejarahnya untuk bisa memaknai agama lebih dalam
lalu mengamalkan ajaran – ajaran Islam agar mendapat kebahagiaan di dunia
dan diakhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi Agama Islam?
2. Apa sejarah Agama Islam?
3. Dimana tempat beribadah Agama Islam?
4. Bagaimana cara beribadah Agama Islam?
5. Apa saja tradisi Agama Islam?
6. Bagaimana perkembangan Agama Islam di Indonesia
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui defenisi Agama Islam
2. Untuk mengetahui sejarah Agama Islam
3. Untuk mengetahui tempat beribadah Agama Islam
4. Untuk mengetahui cara beribadah Agama Islam
5. Untuk mengetahui tradisi Agama Islam
6. Untuk mengetahui perkembangan Agama Islam di Indonesia
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Agama Islam
Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata mata kepada Allah
agama semua nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang
menjadi petunjuk manusia, mengatur hubungan antara manusia dengan
Rabb-nya dan manusia dengan lingkungannya. Agama rahma bagi semesta
alam, dan merupakan satu satunya agama yang diridhoi Allah, agama yang
sempurna. Dengan keberagaman islam, setiap muslim memiliki landasan
tauhillah, dan menjalankan peran dalam hidup berupa ibadah ( pengabdian
vertical) dan khilafah (pengabdia horizontal) dan bertujuan meraih ridho dan
karunia allah. Islam yang mulia dan utama akan menjadi kenyataan dalam
kehidupan duniawi, apabila benar-benar diimani, dipahami, dihayati dan
diamalkan oleh seluruh muslimin secara totalitas (kaffah). (Hawwa, 2020).
Dengan pengamalan islam sepenuh hati dan sungguh-sungguh, akan
melahirkan manusia yang memiliki kepribadian muslim, kepribadian
mu’min, kepribadian muhsin dan muttaqin. Setiap muslim yang memiliki
kepribadian tersebut dituntut untuk memiliki aqidah berdasarkan al-tauhid
al-khalis (tauhid yang bersih) dan istiqomah terhindar dari kemusrikan,
bid’ah dan khurafat. Memiliki cara berfikir bayani (paham yang komitmen
terhadap nash Al-Qur’an dan Al-hadits), Burhani (rasional, logis da ilmiah)
dan irfani (ketajaman hati nurani stabilitas emosi, dan kekuatan spiritual
intuisi), yang selanjutnya berimplikasi pada ucapan pikiran dan tindakan
yang mencerminkan akhlak karimah dan rahmatan lil alamin.
Agama adalah peraturan, pedoman, ajaran, atau sistem yang
mengatur tentang keyakinan, keimanan atau kepercayaan. Islam adalah
agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhamad
SAW sebagai Rasul utusan Allah dan Allah menjadikan Islam sebagai
agama yang Rahmatal lil ͚aalamiin (rahmat bagi seluruh alam). Sebagaimana
Allah berfirman dalam Qur͛ an surat Al-Anbiya ayat 107:

”Kami tidak mengutus engkau wahai Muhammad, melainkan untuk


(menjadi) rahmat bagi seluruh alam semesta”.
Secara bahasa kata ”Islam” berasal dari kata “sallama” yang berarti
selamat, dan bentuk mashdar dari kata “aslama” yang berarti taat, patuh,
tunduk dan berserah diri. Sedangkan secara istilah, Islam ialah tunduk, taat
dan patuh kepada perintah Allah SWT seperti yang telah diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan-Nya serta menyerahkan diri
sepenuhnya hanya kepada Allah taala.
3

1. Pengertian Agama Islam Secara Umum


Secara umum yang dimaksud dengan agama Islam ialah agama yang
diridhoi Allah, yang paling benar dan sempurna serta agama yang
membawa rahmat bagi semesta alam. Islam merupakan wahyu Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., sebagai Nabi terakhir pilihan-
Nya. Didalamnya terdapat aturan dan hokum yang dapat dijadikan sebagai
petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat agar selamat dan bahagia di
dunia sampai akhirat,(Susdarwono, 2021). Allah SWT berfirman:

‘’Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam͞ ’’. (QS.
Ali-Imran: 19) Jadi, agama Islam adalah agama yang benar, yang
mengajarkan segala sesuatunya dengan baik dan sempurna. Ajaran Islam
bersumber pada Al-Qur͛ an dan Hadits.
2. Pengertian Agama Islam Menurut Para Ulama
a. Muhamad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tawaijiri
Mengatakan bahwa Islam adalah sebuah penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan melaksanakan
syariat-syariat-Nya dengan penuh keikhlasan.
b. Syaikh Muhammad bin Abdullah Wahab
Beliau mengatakan Islam ialah berserah diri kepada Allah SWT
dengan cara mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan
ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan-perbuatan syirik dan para
pelakunya.
c. Hasan Al Basri
Islam adalah kepasrahan hati kepada Allah, lalu setiap muslim
merasa selamat dari gangguan.
d. Mustafa Abdur Razik
Islam Adalah agama (ad din) pertuaran - peraturan yang terdiridari
keprcayaan – kepercayaan dan pekerjaan – pekerjaa yang brtaat dengan
keadaan suci, artinya bia memebedakan mana yang halal dan haram,
yang dapat mendorong umat untuk menganutnya untuk menjadi satu
yang mempunyai rohani yang kuat.
B. Sejarah Agama Islam
Pengertian sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab syajarah
artinya “pohon”. Dalam bahasa Inggris peristilahan sejarah disebut history
yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khususnya manusia yang
bersifat kronologis. Sementara itu, pengetahuan serupa yang tidak kronologis
diistilahkan dengan science. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa sejarah itu
4

adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu


yang tersusun secara kronologis. Pengertian sejarah juga berarti ilmu
pengetahuan yang berikhtiar untuk melukiskan atau menjelaskan fenomena
kehidupan sepanjang terjadinya perubahan karena adanya hubungan antara
manusia terhadap masyarakatnya. Pengertian sejarah lainnya adalah yang
tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau keseluruhan pengalaman
manusia. Dari beberapa pengertian sejarah di atas dapat diketahui bahwa
sejarah itu adalah ilmu pengetahuan yang berusaha melukiskan tentang
peristiwa masa lampau umat manusia yang disusun secara kronologis untuk
menjadi pelajaran bagi manusia yang hidup sekarang maupun yang akan
datang. Itulah sebabnya, dikatakan orang bahwa sejarah adalah guru yang
paling bijaksana,(Kulsum, 2021).
Islam yang diturunkan di Jazirah Arab telah membawa bangsa Arab
yang semula terkebelakang, bodoh, tidak dikenal dan diabaikan oleh bangsa-
bangsa lain, menjadi bangsa yang maju dan berperadaban. Ia sangat cepat
bergerak mengembangkan dunia membina suatu kebudayaan dan peradaban
yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang. Bahkan
kemajuan bangsa Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang
masuk ke Eropa melalui Spanyol. Islam memang berbeda dengan agama lain.
Islam bukan kebudayaan, akan tetapi menimbulkan kebudayaan. Kebudayaan
yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Landasan
“peradaban Islam” adalah “kebudayaan Islam” terutama wujud idealnya,
sementara landasan “kebudayaan Islam”adalah agama Islam. Jadi agama Islam
melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan hasil cipta, rasa dan karsa
manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Tuhan. Penulis Barat banyak
yang mengidentikkan “kebudayaan” dan “peradaban” Islam dengan
“kebudayaan” dan “peradaban” Arab. Untuk masa periode klasik, pendapat itu
mungkin dapat dibenarkan. Karena, pada masa itu pusat pemerintahan hanya
satu dan untuk beberapa abad sangat kuat. Peranan bangsa Arab di dalamnya
sangat dominan. Semua wilayah kekuasaan Islam mengunakan bahasa Arab
sebagai bahasa administrasi. Akan tetapi pada masa periode pertengahan dan
periode modern sudah terdapat “kebudayaan-kebudayaan” dan “peradaban-
peradaban” Islam non-Arab, seperti peradaban Persia, Turki, Urdu di India.
Peran Arab pada masa ini sudah jauh menurun. Bahkan tiga kerajaan besar
Islam pada periode pertengahan tidak satupun yang dikuasai oleh bangsa
Arab. Namun meskipun sejak periode pertengahan sudah terdapat
“kebudayaan-kebudayaan” dan “peradaban-peradaban” Islam non-Arab,
semuanya masih dipersatukan oleh Islam yang menjadi landasannya. Oleh
karena itu, dinamai “kebudayaan” dan “peradaban” Islam, bukan
“kebudayaan” Arab dan “peradaban” Arab,( Nasron, Putri, & Mariza, 2023).
Ruang lingkup peradaban Islam dapat dilihat dari periode sejarah
peradaban Islam. Menurut Nourouzzaman Shiddiqy Sejarah peradaban Islam
5

dibagi menjadi tiga periode; pertama, periode klasik (+650–1258 M); kedua,
periode pertengahan (jatuhnya Baghdad sampai ke penghujung abad ke-17 M)
dan periode modern (mulai abad ke-18 sampai sekarang). Sedangkan menurut
Harun Nasution Sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tigaperiode: pertama,
periode klasik (650–1250 an); kedua, periode pertengahan (1250 – 1800 an)
dan periode modern (1800 sampai sekarang).
1. Periode Klasik
Periode Klasik Periode Klasik merupakan masa kemajuan, keemasan
dan kejayaan Islam dan dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
 Fase ekspansi, integrasi dan pusat kemajuan (650 – 1000 M).
Di masa inilah daerah Islam meluas melalui Afrika utara sampai ke
Spanyol di belahan Barat dan melalui Persia sampai ke India di belahan
Timur. Daerah-daerah itu tunduk kepada kekuasaan Islam. Di masa ini
pulalah berkembang dan memuncak ilmu pengetahuan, baik dalam
bidang agama maupun umum dan kebudayaan serta peradaban Islam.
Di masa inilah yang menghasilkan ulama-ulama besar, seperti Imam
Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hambal dalam
bidang Fiqh. Imam al-Asya’ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn ‘Ata’ , Abu
Huzail, Al-Nazzam dan Al-Jubba’i dalam bidang Teologi. Zunnun al-
Misri, Abu Yazid al-Bustami dan alHallaj dalam bidang Tasawuf. Al-
Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih dalam bidang Falsafat.
Ibn Hayyam, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi dalam bidang
Ilmu Pengetahuan, dan lain-lainnya.
 Fase disintegrasi (1000 – 1250 M).
Di masa ini keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai pecah.
Kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas
dan dihancurkan oleh Hulagu Khan di tahun 1258 M. Khalifah sebagai
lambang kesatuan politik umat Islam hilang.
2. Periode Pertengahan
Periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
 Fase kemunduran (1250 – 1500 M).
Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat.
Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia
bertambah nyata kelihatan. Dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab yang
terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan Afrika utara
berpusat di Mesir. Bagian Persia yang terdiri dari Balkan, Asia kecil,
Persia dan Asia tengah berpusat di Iran. Kebudayaan Persia mendesak
kebudayaan Arab. Pada fase ini, di kalangan umat Islam semakin
meluas pendapat bahwa pintu ijtihat tertutup. Demikian juga tarekat
dengan pengaruh negatifnya. Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang
sekali. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar dari
daerah itu.
6

 Fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700-
1800 M)
Tiga kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan
Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Kejayaan Islam pada tiga
kerajaan besar ini terlihat dalam bentuk arsitek sampai sekarang dapat
dilihat di Istambul, Iran dan Delhi. Perhatian pada ilmu pengetahuan
kurang sekali. Masa kemunduran, Kerajaan Safawi dihancurkan oleh
serangan-serangan bangsa Afghan. Kerajaan Mughal diperkecil oleh
pukulan-pukulan raja-raja India. Kerajaan Usmani terpukul di Eropa.
Umat Islam semakin mundur dan statis. Dalam pada itu, Eropa
bertambah kaya dan maju. Penjajahan Barat dengan kekuatan yang
dimilikinya meningkat ke dunia Islam. Akhirnya Napoleon menduduki
Mesir di tahun 1748 M. Saat itu Mesir adalah salah satu pusat peradaban
Islam yang terpenting.
3. Periode modern (1800 – sekarang) zaman kebangkitan umat Islam
Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam akan
kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul
peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi umat
Islam. Raja-raja dan para pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana
meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Dengan demikian,
keadaan menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat. Kalau di periode
klasik, orang Barat yang kagum melihat kebudayaan dan peradaban umat
Islam, tetapi di periode modern umat Islam yang heran melihat
kebudayaan dan kemajuan Barat. Karena umat Islam heran melihat alat-
alat ilmiah seperti teleskop, mikroskop, alat-alat untuk percobaan kimiawi,
dan dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab dan Yunani yang
dibawa serta oleh Napoleon. Jadi, di periode modern ini, timbullah
pemikiran-pemikiran, ide-ide mengapa umat Islam lemah, mundur, dan
bagaimana mengatasinya, dan perlu adanya pembaharuan dalam Islam.
Dari uraian di atas dapat dilihat perjalanan sejarah naik turunnya
peradaban Islam mulai dibentuk pada masa Nabi, mengalami pertumbuhan
di masa Daulah Umaiyah Suria, dan masa puncak di masa Dinasti
Abbasiyah Baghdad dan Dinasti Umayah Spanyol, serta memasuki masa
kemundurannya pada periode pertengahan, hal itu menimbulkan kesadaran
bagi umat Islam untuk kembali bangkit di periode modern.
Sejarah tergantinya dari kiblat ke masjid al aqsa ke masjidil haram
Kiblat umat Islam yang pertama kali adalah Masjid Al Aqsa atau dikenal
dengan nama Baitul Maqdis. Tempat ini terletak di kawasan Kota Tua
Yerusalem.
Kiblat pertama umat Islam ini berlaku sebelum Rasulullah SAW
diperintahkan untuk memindahkan kiblat dari Masjid Al Aqsa ke Masjidil
Haram seperti sekarang. Kiblat menjadi hal penting dalam syariat Islam. kiblat
7

adalah arah bagi setiap umat muslim di seluruh dunia saat melakukan ibadah
salat. Sebelum melaksanakan Isra' Mi'raj, Rasulullah SAW pernah
melaksanakan salat sunnah di Masjid Al Aqsa ini. Ketika bertempat tinggal di
Makkah sebelum hijrah, beliau beserta para sahabat juga menunaikan salat
dengan mengarah pada kiblat Baitul Maqdis.Setelah 16 bulan hijrah di
Madinah, turun perintah Allah SWT untuk memindahkan arah kiblat ke arah
Baitullah (Ka'bah) di Kota Makkah. Ismail, I. (2022).
Ketika Allah SWT memerintahkan salat dan menghadap ke arah
Masjid Al Aqsa, hal itu dimaksudkan agar ibadah umat Islam menghadap ke
tempat yang suci serta bebas dari berbagai macam sesembahan. Kondisi
Masjid Al Haram yang menjadi tempat keberangkatan Isra Mi'raj belum
berupa bangunan masjid. Kala itu, di sekitarnya masih dipenuhi oleh berhala-
berhala yang jumlahnya mencapai 309 buah dan senantiasa disembah oleh
bangsa Arab sebelum kedatangan Islam.
Di bawah dominasi kekufuran seperti itu, tentu Rasulullah SAW belum
bisa menunaikan ibadah salat di tempat tersebut.
Selain itu, apabila salat dilaksanakan mengharap Masjidil Haram, hal
ini akan menjadi kebanggaan kafir Quraisy bahwa Rasulullah SAW seolah
mengakui berhala-berhala mereka sebagai tuhan.
Itulah mengapa Allah SWT menjadikan Baitul Maqdis atau Masjid Al
Aqsa sebagai kiblat pertama untuk salat umat Islam.
Perpindahan kiblat umat Islam ke Masjidil Haram terjadi setelah Nabi
Muhammad SAW hijrah ke Madinah. sejak hijrah ke Madinah, Rasulullah
SAW selalu menghadapkan mukanya ke Baitul Maqdis saat mengerjakan salat
hingga kurang lebih 16 bulan lamanya.
Selama itu, Nabi SAW sering mengharap mudah-mudahan Allah SWT
menyuruh untuk mengharapkan kembali kiblat ke Baitullah (Ka'bah).
Suatu saat Nabi berkata kepada malaikat Jibril, "Saya selalu memohon
kepada Allah, mudah-mudahan saja Allah SWT memalingkan muka saya dari
kiblat kaum Yahudi." Ketika itu, Jibril mengatakan, "Ya Rasulullah, sebaiknya
engkau terus memohon saja kepada Allah."
Selanjutnya setiap Nabi SAW mengerjakan salat beliau selalu
menengadahkan wajahnya ke langit seraya memohon kepada Allah SWT agar
dapat memindahkan kiblat salat kaum Muslimin dari kiblat kaum Yahudi.
Hingga pada suatu waktu saat Nabi tengah mengerjakan salat dan sedang
rukuk, tiba-tiba Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi SAW:
Artinya: "Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering
menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat
yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di
mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu.
Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa
(pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan
8

mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS Al-
Baqarah: 144)
Setelah terjadinya perubahan kiblat untuk mengerjakan salat bagi umat
Islam, timbul berbagai ejekan dan cercaan dari kaum Yahudi di Madinah,
kaum munafikin, dan kaum musyrikin di Makkah.
Sebagian dari pendeta kaum Yahudi berkata kepada Nabi SAW, "Ya
Muhammad, mengapa engkau sekarang pindah kiblat yang telah engkau
hadapi, padahal engkau itu katanya seorang nabi yang mengikuti agama
Ibrahim? Akan tetapi, sekarang terbukti menyalahi kiblat nabi Ibrahim dan
nabi-nabi dari Bani Israel terdahulu. Maka, cobalah engkau kembali
menghadap ke Baitul Maqdis, nanti kita akan mengikuti dan membenarkan
seruanmu."
Sementara kaum musyrikin Quraisy di Makkah berkata pada
sebagiannya, "Muhammad itu memang selamanya tidak mempunyai pendirian
yang tetap. Dahulu sejak dia masi…
Sekarang ada kabar lagi, jika mengerjakan salat menghadapkan
mukanya ke Ka'bah. Mengapa orang yang tak berpendirian tetap dan tak
bertujuan yang pasti itu diikuti orang. Jika begitu, teranglah orang-orang yang
mengikuti itu adalah orang-orang yang bodoh."
Moenawar Khalil dalam tarikh-nya menjelaskan, ejekan kaum Yahudi
dan kaum musyrikin itu sesungguhnya memang suatu fitnah dari mereka yang
sengaja hendak menghina Nabi SAW. Karena itulah, Allah SWT lalu
menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW,
‫َو َك ٰذ ِلَك َج َع ْلٰن ُك ْم ُاَّم ًة َّوَس ًطا ِّلَتُك ْو ُنْو ا ُش َهَد ۤا َء َع َلى الَّناِس َو َيُك ْو َن الَّرُسْو ُل َع َلْيُك ْم َش ِهْيًداۗ َوَم ا َج َع ْلَنا اْلِقْبَلَة اَّلِتْي‬
‫ُكْنَت َع َلْيَهٓا ِااَّل ِلَنْع َلَم َم ْن َّيَّتِبُع الَّرُسْو َل ِمَّم ْن َّيْنَقِلُب َع ٰل ى َعِقَبْيِۗه َوِاْن َكاَنْت َلَك ِبْيَر ًة ِااَّل َع َلى اَّلِذ ْيَن َهَدى ُهّٰللاۗ َوَم ا َك اَن ُهّٰللا‬
‫ِلُيِض ْيَع ِاْيَم اَنُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا ِبالَّناِس َلَرُءْو ٌف َّر ِح ْيٌم‬
Artinya: "Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam)
umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak
menetapkan kiblat (Baitul Maqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya,
kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul
dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu
sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah
tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (QS Al-Baqarah: 143)
Dengan demikian, kiblat umat Islam yang pertama kali adalah Masjid
Al Aqsa atau Baitul Maqdis. Perpindahan kiblat ke arah Ka'bah di Masjidil
Haram sesungguhnya merupakan perintah Allah SWT yang diturunkan
melalui wahyu kepada Rasulullah SAW. . Sabriadi, H. R. (2020).
9

C. Tempat Beribadah Agama Islam


Rumah ibadah merupakan sarana keagamaan yang penting bagi
pemeluk agama di suatu tempat. Selain sebagai simbol “keberadaan”
pemeluk agama, rumah ibadah juga sebagai tempat penyiaran agama dan
tempat melakukan ibadah. Artinya fungsi rumah ibadah di samping sebagai
tempat peribadahan diharapkan dapat memberikan dorongan yang kuat dan
terarah bagi jamaahnya, agar kehidupan spiritual keberagamaan bagi pemeluk
agama tersebut menjadi lebih baik dan salah satu tempat ibadah yang
dimaksud adalah masjid.
Masjid adalah Baitullah tempat umat Islam beribadah dan kembali
kepada-Nya. Masjid merupakan simbol tempat pengabdian kepada Allah
SWT, berjama’ah dalam shaf-shaf yang teratur. Sikap dan perilaku egaliter
dapat dirasakan, kebersamaan dan ukhuwah nampak dengan jelas, serta
perasaan saling mengasihi sesama muslim terbentuk dengan baik. Di sini pula
semangat Islam dan kesatuan jama’ah menjadi nyata.
Bagi umat Islam, masjid sebenarnya merupakan segala pusat kegiatan.
Masjid bukan hanya sebagai pusat ibadah khusus seperti shalat dan i’tikaf
tetapi merupakan pusat kebudayaan dan interaksi antar umat Islam dan
masyarakat. Masjid merupakan salah satu instrumen perjuangan dalam
menggerakkan risalah yang dibawa Rasulullah SAW dan merupakan amanah
kepada umatnya. Masjid, sekali lagi, tidak bisa hanya sekedar tempat sujud
dan i’tikaf. Kalau hanya sekedar sujud untuk menghadap dan shalat kepada
Allah SWT. sebenarnya semua tempat di muka bumi ini dapat digunakan
untuk bersujud. Walaupun sebenarnya ada pengecualian tempat yang tidak
boleh digunakan untuk bersujud, yaitu kuburan, tempat perhentian binatang
ternak, jalan umum, toilet dan di atas Ka’bah. Selain 5 (lima) hal tersebut,
semua permukaan bumi ini sah dijadikan tempat sujud.
Di masa Rasulullah SAW, selain digunakan sebagai tempat shalat
berjama'ah, Masjid juga memiliki fungsi sosial-budaya. Bagi umat Islam
mengaktualkan kembali fungsi masjid sebagai tempat ibadah dan pusat
kebudayaan adalah merupakan sikap kembali kepada sunnah Rasul; yang
semakin terasa diperlukan di era globalisasi dengan segenap kemajuannya.
Masjid memiliki tolak ukur kemakmuran. Tolak ukur tersebut baik secara
kualitas maupun kuantitas. Dalam hal kuantitas, masjid dikatakan makmur
jika jumlah jama’ah sholat lima waktu serta ragam kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh masjid banyak. Semakin banyak maka semakin
makmur. Sedangkan, kualitas kemakmuran masjid lebih sulit dalam
pengukurannya, hal ini dikarenakan tolak ukur yang digunakan adalah
perubahan sosial yang ada di masyarakat ke arah tatanan rahmatan lil’alamin,
yang meliputi keimanan, peribadatan (mahdlah), mu’amalah, mu’asyarat dan
akhlak.
10

Dalam menyusun jamaah sebagai teras masyarakat, masjid memiliki


peranan tertentu dan utama sebagai pokok pondasi pembentuk akhlak kaum
muslim, maka terwujudnya manajemen masjid yang profesional menjadi
penting. Tanpa ditangani secara profesional, penulis yakin jika tujuan tersebut
tidak akan berjalan dengan baik, bahkan masjid hanya akan menjadi
monumen dan kerangka bangunan mati yang tidak dapat memancarkan
perjuangan syi’ar serta menjadi penegak risalah kerasulan.
Dengan menjalankan fungsi dan layanan secara profesional berarti
masjid telah ditempatkan pada posisinya dalam masyarakat Islam. Masjid
menjadi pusat kehidupan umat. Artinya umat Islam menjadikan masjid
sebagai pusat aktivitas jama’ah dan sosialisasi kebudayaan dan nilai-nilai
Islam. Pada akhirnya, masjid diharapkan mampu membawa umat pada
keadaan yang lebih baik.
Kebutuhan akan organisasi pengelolaan masjid yang profesional
semakin tidak bisa ditawar lagi mengingat kompleksitas kehidupan umat
manusia yang semakin canggih akibat proses globalisasi, dan kemudahan
transportasi, kecepatan informasi, kemajuan teknologi dan masyarakat yang
semakin modern. Masjid harus dikelola sedemikian baiknya sehingga aset
dan potensi ini dapat berdampak luas dan bermanfaat kepada umatnya yang
terus dilanda kelemahan, kemiskinan dan kebodohan.
Dalam upaya menjalankan fungsi dan pelayanan masjid agar berjalan
sesuai rencana tujuan yang sudah direncanakan, harus diperlukannya
manajemen pengelolaan yang baik dalam pelaksanaannya. Maka dengan
adanya manajemen akan membentuk usaha untuk memenuhi kebutuhan dan
terbatasnya kemampuan dalam melaksanakan perkerjaan serta mendorong
manusia untuk membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya kemudian
terbentuklah organisasi yang dapat menyelesaikan dengan baik dan
meringankan pekerjaan tersebut.
Penulis berusaha menggunakan perspektif manajemen dan dakwah
dalam meninjau pelaksanaan manajemen pelayanan di masjid. Manajemen
merupakan proses merencanakan tugas, mengelompokkan tugas,
menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-
kelompok tugas tersebut, kemudian menggerakkannya ke arah pencapaian
tujuan. Sedangkan dakwah sendiri diartikan sebagai mengajak/memanggil,
seruan, permohonan, dan permintaan yang bisa dijabarkan dalam arti luas
yaitu sebagai kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain
berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqomah di jalan-Nya
serta berjuang bersama meninggikan agama Allah.
Salah satu masjid yang mencoba mengambil contoh dari cara-cara
Rasulullah saw dalam mengelola masjid sebagai pusat kegiatan umat adalah
Masjid Agung Kauman Kota Magelang. Sebuah masjid megah yang sangat
tua ini dibangun pada tahun 1650 M menjadi saksi perjuangan bangsa yang
11

dimana selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga pada zaman
dahulu digunakan sebagai tempat musyawarah dan markas tentara rakyat
dalam melawan Belanda. (Putri, dan Nurhuda. 2023)
Ratusan tahun Masjid Agung Magelang menjadi saksi bisu dalam
kegiatan kemasyarakatan demi kemajuan Kota Magelang. Dengan dilakukan
beberapa kali pembangunan dan peningkatan pelayanan, diupayakan hal ini
menjadi langkah dalam menyediakan tempat bagi ibadah umat Islam baik
dari Kota Magelang maupun dari luar Kota Magelang. Secara Geografis,
letak Masjid Agung Magelang berada pada posisi yang sangat strategis.
Berada di jantung Kota Magelang dan akses jalan yang sangat mudah
dikunjungi membuat masjid ini selalu ramai. Masyarakat yang berkunjung
baik untuk sekedar mampir istirahat maupun untuk melakukan kegiatan
ibadah atau karena ada beberapa keperluan karena kegiatan yang dilakukan di
Masjid Agung Magelang. Menjadi salah satu tempat bersejarah terbesar di
Kota Magelang yang memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya adalah
dalam hal manajemen pengelolaan demi terciptanya pelayanan umat Islam
yang baik. Masjid Agung Kauman pasti akan menjadi contoh-contoh masjid-
masjid di sekitarnya mengingat masjid ini merupakan sarana ibadah umat
Islam terbesar di Magelang.
Beribadah kepada Allah adalah menghambakan diri kepada-Nya
dengan penuh kekhusyukan, memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya, karena
merasakan bahwa hanya Allah-lah yang menciptakan, menguasai,
memelihara dan mendidik seluruh makhluk. Allah SWT berfirman:

‫ٰۤي َاُّيَها الَّناُس اۡع ُبُدۡو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ۡى َخ َلَقُك ۡم َو اَّلِذ ۡي َن ِم ۡن َقۡب ِلُك ۡم َلَع َّلُك ۡم َتَّتُقۡو َن‬
Artinya: “Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al
Baqarah: 21).
D. Cara Beribadah Agama Islam
Ibadah merupakan rangkaian ritual yang dilakukan manusia dalam
rangka pengabdian atau kepatuhan kepada sang Pencipta. Ibadah dalam Islam
tidak hanya terbatas pada hubungan manusia dengan Allah semata, melainkan
juga terdapat hubungan antara manusia dengan manusia lainnya serta antara
manusia dengan alam. Ada dua pembagian ibadah dalam Islam, yaitu ibadah
mahdlah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang
berhubungan dengan penjalanan syariat Islam yang terkandung dalam rukun
Islam. Contoh ibadah mahdhah antara lain sholat, zakat, puasa dan haji.
Sementara ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang dilaksanakan umat
Islam dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya.
Ibadah ghairu mahdhah dikenal dengan ibadah muamalah. (Zukhrufin,
Anwar, dan Sidiq. 2021).
12

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.


Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi,
tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1.Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui
lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang
paling tinggi.
3. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang
paling tinggi.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa
khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal
(ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah
(yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan
syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah
(fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macammacam ibadah yang berkaitan
dengan amalan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah
berfirman:
‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِإْل نَس ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِن َم ا ُأِر يُد ِم ْنُهم ِّم ن ِّر ْز ٍق َو َم ا ُأِريُد َأن ُيْطِعُم وِن ِإَّن َهَّللا ُهَو‬
‫الَّر َّز اُق ُذ و اْلُقَّو ِة اْلَم ِتيُن‬
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari
mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-
Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh.” (Adz-Dzaariyaat ayat 56 – 58).
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin
dan manusia adalah agar melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa
Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah, akan tetapi yang
membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka
barang siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa
yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya,
maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah
kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah
mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).
1) Pilar-Pilar Ubudiyyah Yang Benar
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok,
yaitu: hubb (cinta), khauf (takut) dan raja’ (harapan). Rasa cinta harus
disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan
raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. (Bahri dan
13

Abbas. 2020). Allah berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang


mukmin, yakni:
‫ُيِح ُّبُهْم َو ُيِح ُّبوَنُه‬
Artinya : “Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (Al-
Maa-idah ayat 54).
‫َو اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأَشُّد ُح ًّبا ِهَّلِّل‬
sangat besar cinta-nya Artinya : “Adapun orang-orang yang beriman
kepada Allah.” (Al-Baqarah ayat 165).

,‫ِإَّنُهْم َك اُنوا ُيَس اِر ُع وَن ِفي اْلَخْيَر اِت َو َيْدُع وَنَنا َر َغ ًبا‬
‫َو َر َهًباۖ َو َك اُنوا َلَنا َخ اِشِع يَن‬
Artinya : “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada
Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang
yang khusyu’ kepada Kami.” (Al-Anbiya’ ayat 90).
“Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka ia
adalah zindiq, siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’ saja, maka
ia adalah murji’. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan
khauf, maka ia adalah haruriy. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya
dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin muwahhid.”
2) Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk
ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah.
Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang
ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‫َم ْن َع ِمَل َع َم ًال َلْيَس َع َلْيِه َأْم ُر َنا َفُهَو َر ٌّد‬.
Artinya : “Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami,
maka amalan tersebut tertolak.”
Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak
bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
 Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
 Ittiba, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha
illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah
dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah
konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut
wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan
bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. (Triwoelandari. 2021).

E. Tradisi Agama Islam


14

Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan


dalam masyarakat. Sebelum Islam datang, masyarakat Islam sudah
mengenal berbagai kepercayaan. Kepercayaan masyarakat yang sudah
turun temurun dan mendarah daging tidak mungkin dihilangkan begitu
saja. Dengan demikian tradisi Islam merupakan akulturasi antara ajaran
Islam dan adat yang ada di nusantara.Tradisi Islam di nusantara merupakan
metode dakwah yang dilakukan para ulama saat itu. Para ulama tidak
menghapus secara total adat yang sudah berlangsung di masyarakat.
Mereka memasukkan ajaran-ajaran Islam dalam adat tersebut, dengan
harapan masyarakat tidak merasa kehilangan adat dan ajaran Islam dapat
diterima. (Hamzah. 2021)
Tradisi Upacara Adat yang Bernafaskan Islam Penanggalan hijriyah
Masuknya agama Islam ke Indonesia, secara tidak langsung membawa
pengaruh pada sistem penanggalan. Agama Islam menggunakan
perputaran bulan, sedangkan kalender sebelumnya menggunakan
perputaran matahari. Perpaduan antara penanggalan Islam dengan
penanggalan jawa adalah sebagai berikut:
No Nama Bulan Dalam Islam Nama Bulan Dalam Jawa
1. Muharram Sura
2. Safar Sapar
3. Rabiul Awal Mulud
4. Rabiul Akhir Ba’da Mulud
5. Jumadil Awal Jumadil Awal
6. Jumadil Akhir Jumadil Akhir
7. Rajab Rajab
8. Sya’ban Ruah
9. Ramadhan Pasa
10. Syawal Syawal
11. Zulqaidah Kapit
12. Zulhijjah Besar

1. Sekaten
Sekaten adalah tradisi membunyikan musik gamelan milik keraton.
Pertama kali terjadi di pulau Jawa. Tradisi ini sebagai sarana
penyebaran agama Islam yang pada mulanya dilakukan oleh Sunan
Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan
diselingi dengan lagu-lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap
pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca syahadatain.
Yang pada akhirnya tradisi ini disebut dengan sekaten. Maksud dari
sekaten adalah syahadatain. Sekaten juga biasanya bersamaan dengan
15

acara grebek maulud. Puncak dari acara sekaten adalah keluarnya


sepasang gunungan dari Masjid Agung setelah didoakan oleh ulama’-
ulama’ keraton. Banyak orang yang percaya, siapapun yang
mendapatkan makanan baik sedikit ataupun banyak dari gunungan itu
akan mendapatkan keberkahan dalam kehidupannya. Beberapa hari
menjelang dibukanya sekaten diselenggarakan pesta rakyat.
mendapatkan keberkahan dalam kehidupannya. Beberapa hari
menjelang dibukanya sekaten diselenggarakan pesta rakyat.
2. Selikuran
Maksudnya adalah tradisi yang diselenggarakan setiap malam
tanggal 21 Ramadhan. Tradisi tersebut masih berjalan dengan baik di
Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Selikuran berasal dari
kata selikur atau dua puluh satu. Perayaan tersebut dalam rangka
menyambut datangnya malam lailatul qadar, yang menurut ajaran
Islam lailatulqadar hadir pada 1/3 terakhir bulan ramadhan.
3. Suranan
Suranan dalam penanggalan Islam adalam bulan Muharam. Pada
bulan tersebut masyarakat berziarah ke makam para wali. Selain itu
mereka membagikan makanan khas berupa bubur sura yang
melambangkan tanda syukur kepada Allah swt.
4. Muludan
Muludan merupakan upacara pendahuluan dari peringatan lahirnya
Nabi Muhammad SAW, yang lahir pada 12 Robiul awal/12 mulud,
biasanya di bulan Robiul awal banyak yang memperingati hari lahir nya
rosullulloh seperti membaca Barzanzi,Sholawatan . Muludan juga di
gunakan Sultan untuk berkomnikasi dengan rakyatnya dan untuk
mensyukuri berkah kepadahan Tuhan.
5. Grebeg
Upacara adat berupa sedekah yang di lakukan pihak kraton kepada
masyarakat berupa gunungan. Kraton Yogyakarta dan Surakarta
mengadakan upacara grebeg sebanyak 3 dalam 1 tahun, yaitu
Grebeg Syawal pada saat Hara Raya Idul Fitri, Grebeg Besar pada Hari
Raya Idul Adha, dan Grebeg Mulud atau sering di sebut juga dengan
sekaten. Sekaten yaitu mengarak sedekah dari raja yang berupa makan,
sayur, buah-buahan dari kediaman raja ke masjid Agung untuk
kemudian di bagikan kepada pengunjung dan rakyat. Grebeg Besar
Adalah kira pusaka peninggalan kerajaan Demak dari pondopo
Kabupaten Demak menuju makan Sunan Kalijaga di daerah Kadilangu.
Sewlain Kirab dalam acara tersebut juga di laksanakan memcuci barang
pusaka peninggalan Suanan Kalijaga, Grebeg Besar di lakukan pada
tanggal 10 Djulhijah.
6. Megengan
16

Upacara menyambut Bulan Suci Romandan Oleh Bupati dan


rakyat Semarang( jawa tengah ). Kegiatan utamanya adalah pemukulan
bedug yang ada di masjid sebagai tanda jatuh nya tanggal 12 Romadon
di mulainya berpuasa. Upacara tersebut masih terpelihara di daerah
Kudus dan Semarang.
7. Syawalan
Kegiatan silahturahmi kepada semua umat manusia (muslim)
setelah melaksanakan Sholat Sunat Idul Fitri untuk saling maaf
memaafkan atas segala kesalahan yang telah di perbuatnya. Pada tradisi
tersebut berlangsung hingga beberapa hari, Bahkan ada yang di
ramaikan pada hari ke 7 Syawal dengan Istilah Lebaran Ketupat.
8. Akekah
Upacara di mana setelah anak lahir atau setelah berumur 7 hari
biasanya di akekahi dengan menyebelih kambing atau domba, kalau
anak laki laki bagusnya 2 kambing atau 2 domba, sedangkan anak
perempuan di perbolehkan satu, setelah proses penyebelihan itu
daging akekah nya di bagi kan pada masarak sekitar atau di hidangkan
untuk upacara pemberian nama. Dan pembacaan Barzanzi atau di sebut
juga Marhabaan.
F. Perkembangan Agama Islam di Indonesia
Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agama
dankepercayaan seperti Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Buddha telah
dianut olehmasyarakat Indonesia. Bahkan pada abad 7-12 M di beberapa
wilyah kepulauanIndonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan
Buddha. Menurut hasil seminar “Masuknya Islam di Indonesia,” pada
tanggal 17-20 Maret 1963 di Medan yang dihadiri oleh sejumlah
budayawan sejarawan Indonesia, disebutkan bahwa agama Islam masuk ke
Indonesia pertama kali pada abad pertama Hijriah (kira-kira abad 8
Masehi). Cara Masuknya Islam di Indonesia Islam masuk ke Indonesia,
bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan
tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat
kegigihan para ulama. (Huda, (2020).
Menurut Uka Tjandrasasmita, masuknya Islam di Indonesia
dilakukan enamsaluran yaitu:
1. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui
perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga
ke-16 membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India)
turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat,
Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan
ini sangat menguntungkan karena pararaja dan bangsawan turut serta
dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan
17

saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-


mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak,dan karenanya
anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa
tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati
Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk
Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang
goyah, tetapi karena faktor hubungan ekonomi dengan pedagang-
pedagang Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian
mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya
2. Saluran Perkawinan
Dilihat dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status
sosial lebih baik dari pada pribumi Indonesia sendiri, sehingga tidak
sedikit penduduk pribumi yang tertarik dengan para pedagang muslim
tersebut khususnya putri- putri raja dan bangsawan. Proses Islamisasi ini
dilakukan sebelum adanya pernikahan yang kemudian dilanjutkan
dengan proses pernikahan sampai pada akhirnya mereka mempunyai
keturunan dan mampu membuat daerah-daerah atau bahkan kerajaan-
kerajaan Islam.Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi
antara saudagar rmuslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan
adipati, karena bangsawan, raja, dan adipati dapat mempercepat proses
masuknya Islam di Indonesia. Demikianlah yang terjadi antara raden
rahmat atau sunan ampel dengan nyaimanila. Sunan Gunung Jati dengan
Putri Kaunganten. Brawijaya dengan Putri Campa yang menurunkan
Raden Fatah ( Raja pertama Demak ).
3. Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawauf atau para sufi, mengajarkan teosofi
yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Mereka mempunyai kemampuan dan kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini putri-putri
bangsawan setempat dengan ilmu tasawufnya mereka mengajarkan
Islam kepada pribumi yang mempunyai persamaan dengan alam pikiran
mereka yang sebelumnya menganut agama hindu, sehingga agama baru
itu mudah dimenerti dan di terima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang
memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra Islam itu adalah Hamzah Fansuri di aceh, syeh lemah
abang, dan sunan panggung di jawa. Ajaran mistik seperti ini
masih berkembang di Indonesia di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20
M ini. (Huda dan Ghozi,2021).
4. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren
maupun pondokyang diselenggaakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai,
dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru
18

agama, dam kiai mendapat pendidikan agama. Setelah kelua dari


pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian
mereka berdakwah ketempat tertentu mengajarkanIslam. Misalnya,
pesantren yang didirikan oleh raden rahmat di Ampel DentaSurabaya
dan sunan giri di giri. Keluaran pesantren giri ini banyak yang diundang
ke maluku untuk mengajarkan agama Islam.
5. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah
pertunjukan wayang. Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang
paling mahir dalammementaskan wayang. Dan tidak pernah meminta
upah pertunjukan, tetapi iameminta para penonton untuk mengikutinya
mengucapkan kalimat syahadat.Sebagian besar cerita wayang masih
dipetik dari cerita mahabarata danRamayana, tetapi di dalam cerita itu
disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian
lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan
sebagainya ), seni bangunan dan seni ukir.
6. Saluran Politik
Di maluku dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam
setelahrajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja
sangat membantutersebarnya Islam didaerah ini. Di samping itu, baik
di sumatera dan jawamaupun di Indonesia bagian timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaanIslam memerangi kerajaan-
kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islamsecara politis banyak
menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu:
 Jalur utara, dengan rute: Arab (Mekah dan
Madinah) – Damaskus – Bagdad – Gujarat (Pantai Barat
India)– Srilangka – Indonesia
 Jalur selatan, dengan rute: Arab (Mekah dan
Madinah) – Yaman – Gujarat – Srilangka – Indonesia
Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam
adalah pantai Sumatera bagian utara. Berawal dari daerah itulah Islam
mulai menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, yaitu: wilayah-wilayah
Pulau Sumatera (selain pantai Sumatera bagian utara), Pulau Jawa,
Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku dan sekitarnya,
dalam kurun waktu yang berbeda-beda. (Sumanti.2019). Hal itu
disebabkan antara lain sebagai berikut:
 Adanya dorongan kewajiban bagi setiap Muslim/Muslimah,
khususnya para ulamanya, untuk berdakwah mensyiarkan Islam
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
19

 Adanya kesungguhan hati dan keuletan para juru dakwah untuk


berdakwah secara terus-menerus kepada keluarga, para tetangga, dan
masyarakat sekitarnya.
 Persyaratan untuk memasuki Islam sangat mudah, seseorang
telah dianggap masuk Islam hanya dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat.
 Ajaran Islam tentang persamaan dan tidak adanya sistem kasta dan
diskriminasi mudah menarik simpati rakyat, terutama dari lapisan
bawah.
 Banyak raja-raja Islam yang ada di berbagai wilayah Indonesia ikut
berperan aktif melaksanakan kegiatan dakwah Islamiah, khususnya
terhadap rakyat mereka.
G. Hari Besar Dalam Islam
Secara umum, hari besar Islam terdiri dari dua yakni hari raya idul
fitri dan hari raya idul adha. Karena kedua hari besar Islam tersebut sangat
familiar sekali. Namun tidak hanya kedua hari besar Islam itu saja, namun
juga ada hari–hari besar Islam lainnya, (setiyono. 2021). berikut
penjelasannya:
1. Hari Raya Idul Fitri ( Tanggal 1 sampai 2 Syawal)
Hari raya idul fitri merupakan suatu hari kemenangan bagi umat
Islam karena telah melakukan puasa satu bulan penuh di bulan
Ramadhan. Karena saat melakukan puasa kita dilatih untuk menjaga
lisan, menjaga hati, menjaga perbuatan, menahan makan dan minum
dan segala sesuatu nya dari mulai terbit fajar hingga terbenamnya
matahari. Pada hari raya idul fitri seluruh umat Islam kembali menjadi
suci. Hari raya idul fitri ini juga biasanya disebut juga dengan hari
lebaran yang jatuh pada tanggal 1 syawal.
2. Hari Raya Idul Adha (Tanggal 10 Dzulhijjah)
Hari raya idul adha merupakan hari raya qurban atau biasa disebut
juga dengan hari raya haji atau lebaran haji. Pada tanggal 10 dzulhijjah
inilah seluruh umat Islam melakukan ibadah haji di tanah suci mekkah
dan seluruh umat Islam lainnya melaksanakan sholat idul adha. Setelah
melakukan sholat idul adha kemudian dilanjutkan dengan pemotongan
hewan kurban, adapun yang dapat dijadikan hewan qurban adalah
hewan ternak seperti sapi, kerbau. kambing, unta. Setelah disembelih
dagingnya kemudian dibagian sesuai dengan ketentuan.
3. Bulan Ramadhan ( Tanggal 01 Ramadhan)
Yakni dengan menyambut awal bulan Ramadhan dan menyambur
nuzulul qur’an yakni hari turunnya al-qur’an. Sebagaimana Allah SWT
berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 185
20

‫َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ي ُأْنِز َل ِفيِه اْلُقْر آُن ُهًدى ِللَّناِس َو َبِّيَناٍت ِم َن اْلُهَد ٰى َو اْلُفْر َقاِن ۚ َفَم ْن َش ِهَد‬
‫ِم ْنُك ُم الَّش ْهَر َفْلَيُص ْم ُهۖ َو َم ْن َك اَن َم ِريًضا َأْو َع َلٰى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر ۗ ُيِريُد ُهَّللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل‬
‫ُيِريُد ِبُك ُم اْلُعْس َر َوِلُتْك ِم ُلوا اْلِع َّدَة َو ِلُتَك ِّبُروا َهَّللا َع َلٰى َم ا َهَداُك ْم َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُروَن‬

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,


bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang
siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Bulan Ramadhan ini memiliki banyak sekali keutamaan, beberapa
keutamaan bulan ramadhan diantaranya adalah sebagai berikut:
 Bulan ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an
 Terdapat malam penuh kemuliaan dan juga keberkahan yakni malam
lailatu qadar atau malam seribu bulan
 Setan-setan dibelenggu, pintu neraka ditutup dan pintu surga di buka
 Bulan Ramadhan adalah waktu dimakbulkannya do’a – do’a.
4. Isra’ Mi’raj (Tanggal 27 rajab)
Isra’ mi’raj adalah memperingati suatu peristiwa perjalanan nabi
Muhammad Saw dari masjidil haram ke masjidil aqsho sampai ke
sidratil muntaha untuk menerima tugas dan kewajiban sholat lima
waktu yang sebelumnya adalah 50 waktu. Peristiwa isra’ mir’raj hanya
terjadi dalam semalam. Dimana dengan adanya berbagai kebijakan
umat Islam hanya wajib melaksanakan sholat waktu dalam sehari
semalam.
5. Nuzulul Qur’an (Tanggal 17 ramadhan)
Nuzulul qur’an merupakan hari turunnya Al-Qur’an (wahyu dari
Allah SWT) kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat
Jibril as secara berangsur-angsur yakni berupa firman-firman Allah
SWT yang kemudian dihimpun menjadi kitab suci Al-Qur’an.
6. Tahun Baru Islam (Tanggal 01 Muharrom)
Tahun baru islam merupakan tahu baru hijriyah, dimana
diperingati sebagai tahun baru Islam. Sehingga disunnahkah untuk
berpuasa dan membaca doa akhir tahun dan doa awal tahun, adapun doa
akhir tahun dibaca setelah sholat ashar dan doa awal tahun dibaca
setelah sholat maghrib.
21

7. Hari ‘Asyuro (Tanggal 10 Muharrom)


Pada tanggal 10 muharrom disebut juga sebagai Asyuro yang
disunnahkan untuk berpuasa sunnah dan kemudian ditambah juga puasa
pada tanggal 9 muharrom yang disebut Tasyu’a. ( Siregar. 2021).
22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerangka dasar ajaran Islam adalah dasar-dasar pokok ajaran Islam
yang membekali setiap orang untuk bias memepelajari islam yang lebih luas
dan mendalam. Memahami mengamalkan kerangka dasr ajaran agama Islam
merupakan keniscayaan bagi setiap muslim yang menginginkan untuk menjadi
seorang muslim yang kaffah.tiga kerangka dasar agama islam, yaitu: aqidah,
syariah, dan akhlak, tidak bias dipisah–pisahkan. Karena itu, tidk
dimungkinakan bagi seorang muslim memilih sebagiannya dan meninggalkan
sebagiannya yang lain.
Sebgai generasi muda islam masih memiliki waktu yang panjang,
hendaknya para mahasiswa muslim menyadari hal tersebut,sehingga
termotivasi untuk mendalamai ajaran Islam yang utuh dan bias mengamalkan
ajanaan – ajaran agama Islam yang baik dan benar. Dengan bekal ajaran Islam
yang cukup, diharapkan aktivitas yang dilakukan, terutama aktivitas ibadah,
menjadi berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan di hadpan Allah SWT.
Untuk menghasilkan karakter yang mulia yang merupakan cita – cita
setiap muslim, juga salah satu tujuan pendidikan Indonesia dalm konsep islam
harus dimulai dari membangun fondasi yang kuat, yakni menjadi akidah atau
iman yang kokoh. Dngan iman yag kokoh pasti akan tumbuh semangat yang
tinggi. Untuk melaksanakan segala aturan Allah baik yang ada dalam Al-
qur’an maupun sunnah. Bauk yang terkain dengan ibadah muamalah, dengan
baik dan penuh keikhlsan semta – mata karena Allah SWT.
B. Saran
Rendahnya tingkat ketakwaan dan akhlak para remaja jaman sekarang
sangat memprihatinkan. Sekolah, Universitas dan lembaga formal lainnya
yang seharusnya membantu peningkatan akhlak mahasiswa/mahasiswi dan
siswa/siswinya sekarang ini menjadi pusat dimana sebagian besar remaja
mengalami pemerosotan akhlak.
Sebagai umat Islam yang merupakan agama yang paling sempurna
sebaiknya menjaga dan terus mengembangkan kebudayaan Islam terutama
warga negara Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan yang bernuansa
Islami. Selain itu, juga harus mempelajari sejarah yang ada, salah satunya
sejarah Islam agar mengetahui dan mengikuti hal-hal yang pernah dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW yang akan menuntun kepintu syurga. Serta dapat
berperilaku yang selektif terhadap pengaruh globalisasi sesuai dengan nilai-
nilai agama yang di anut dan adat kebiasaan di negrinya.
23

DAFTAR PUSTAKA

Susdarwono, E. T. 2021. Pengembangan Diri Manusia Menjadi Sosok Berilmu


Sebagai Pelita Moderasi Beragama Di Era Media Baru 4.0. Al-
Fahim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. 3 (2):167-187.
Kulsum, U. 2021. Jurnal Sejarah peradaban islam klasik & pertengahan. 2
(3):19-27
Hawwa, S. 2020. Gema Insan I Jurnal al-Islam.. 1 (2):14-24
Nasron, M., Putri, A. Y. dan Mariza, E. 2023. Sejarah Peradaban Islam Sebagai
Ilmu Pengetahuan. Ta'rim: Jurnal Pendidikan dan Anak Usia Dini.
4 (2):35-49
Bahri, S., & Abbas, B. H. 2020. Kedudukan Dakwah dan Amar Ma’ruf Nahi
Munkar. Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 1 (2),
17-22
Putri, Y., & Nurhuda, A. 2023. Filsafat Pemikiran Pendidikan Islam Lintas
Zaman. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.
Huda, M. 2020. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia dan Upaya
Penguatannya dalam Sistem Pendidikan Nasional. Journal of
Islamic Education Research, 1 (02), 39-44
Ahmad, J. 2020. RAHASIA SELAMAT DARI SIKSA KUBUR Jurnal Ibadah-
Ibadah Khusus agar Terhindar dari Pedihnya Api Neraka
5 (3):312-314.
Triwoelandari, R. 2021. Efektivitas Dakwah Dalam Meningkatkan Pemahaman
Tauhid. Rayah Al-Islam. 5 (02):388-402.
Hamzah, E. I. 2021. Tradisi Mabbaca Doang Masyarakat Suku Bugis Kelurahan
Kabonena Kecamatan Ulujadi Kota Palu. Moderasi: Jurnal Studi
2 (3):45-46.
Huda, S., & Ghozi, G. 2021. Nuansa Kajian Tasawuf dan Budaya Lokal; Antologi
Reviu Artikel Jurnal (Vol. 1). Academia Publication. 1 (4):21-23
Sumanti, S. T. 2019. Jurnal Dinamika Sejarah Kesultanan Melayu di Sumatera
Utara (Menelusuri Jejak Masjid Kesultanan Serdang) 1 (2):12-15.
Setiyono, l. 2021. Jurnal Gaya komunikasi perayaan hari raya antara umat
Islam dan Katolik dalam membangun moderasi agama di desa
klepu kecamatan sooko kabupaten ponorogo (doctoral dissertation,
iain ponorogo) 2 (3):10-12.
Siregar, B. 2021. Pesan Moral Puasa ‘Asyura dalam Pengamalan Ibadah
Masyarakat Desa Paringgonan Kecamatan Ulu Barumun
Kabupaten Padang Lawas. Studi Multidisipliner: Jurnal Kajian
Keislaman, 8 (1), 86-104.
Sabriadi, H. R. (2020). Meretas Problematika Arah Kiblat Terkait Salat di atas
Kendaraan. ELFALAKY: Jurnal Ilmu Falak, 4(2).
24

Iman kepada kitab-


kitab Allah SWT.
Adalah mengakui,
mempercayai dan
meyakini bahwa
7. Allah SWT telah
menurunkan kitab
kepada para nabi dan
Rasul-Nya yang berisi
ajaran Allah
8. SWT. Untuk di
sampaikan kepada
umatnya masing-
masing. Mengimani
25

kitab Allah SWT,


wajib
9. hukumnya.
Mengingkari salah satu
kitab Allah SWT sama
saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
10. Allah SWT dan
mengingkari para
Rasul-Nya, malaikat
dan mengingkari Allah
SWT sendiri. Iman
11. kepada kitab-kitab
suci dalam islam,
merupakan kesatuan
26

yang tak terpisahkan


dengan iman
12. kepada Allah Yang
Maha Esa, Malaikat
dan Rasul.
13. Maka kita wajib
beriman kepada kitab-
kitab Allah, menjadi
salah satu dari rukun
iman. Wajib
14. beriman kepada
kitab-kitab Allah yang
pernah diturunkan
kepada para rasul-Nya,
sebagaimana
27

15. sistem iman kepada


para Rasul, maka
pengingkaran terhadap
salah satu kitab Allah,
sama artinya
16. pengingkaran
terhadap seluruh kitab
Allah.
17. Sebab itulah kita
wajib beriman kepada
kita yang diturunkan
kepada Nabi Ibrahim,
Taurat yang
18. diturunkan kepada
Nabi Musa, Zabur
kepada Nabi Daud,
28

Injil kepada Nabi Isa,


dan yang terakhir
19. kitab al-qur’an
yang diwahyukan
kepada Nabi
Muhammad SAW
20. Iman kepada kitab-
kitab Allah SWT.
Adalah mengakui,
mempercayai dan
meyakini bahwa
21. Allah SWT telah
menurunkan kitab
kepada para nabi dan
Rasul-Nya yang berisi
ajaran Allah
29

22. SWT. Untuk di


sampaikan kepada
umatnya masing-
masing. Mengimani
kitab Allah SWT,
wajib
23. hukumnya.
Mengingkari salah satu
kitab Allah SWT sama
saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
24. Allah SWT dan
mengingkari para
Rasul-Nya, malaikat
dan mengingkari Allah
SWT sendiri. Iman
30

25. kepada kitab-kitab


suci dalam islam,
merupakan kesatuan
yang tak terpisahkan
dengan iman
26. kepada Allah Yang
Maha Esa, Malaikat
dan Rasul.
27. Maka kita wajib
beriman kepada kitab-
kitab Allah, menjadi
salah satu dari rukun
iman. Wajib
28. beriman kepada
kitab-kitab Allah yang
pernah diturunkan
31

kepada para rasul-Nya,


sebagaimana
29. sistem iman kepada
para Rasul, maka
pengingkaran terhadap
salah satu kitab Allah,
sama artinya
30. pengingkaran
terhadap seluruh kitab
Allah.
31. Sebab itulah kita
wajib beriman kepada
kita yang diturunkan
kepada Nabi Ibrahim,
Taurat yang
32

32. diturunkan kepada


Nabi Musa, Zabur
kepada Nabi Daud,
Injil kepada Nabi Isa,
dan yang terakhir
33. kitab al-qur’an
yang diwahyukan
kepada Nabi
Muhammad SAW
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada kitab-kitab
Allah SWT. Adalah
33

mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
34

Nya, malaikat dan


mengingkari Allah SWT
sendiri. Iman
kepada kitab-kitab suci
dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
kepada Allah Yang Maha
Esa, Malaikat dan Rasul.
Maka kita wajib beriman
kepada kitab-kitab Allah,
menjadi salah satu dari
rukun iman. Wajib
beriman kepada kitab-kitab
Allah yang pernah
35

diturunkan kepada para


rasul-Nya, sebagaimana
sistem iman kepada para
Rasul, maka pengingkaran
terhadap salah satu kitab
Allah, sama artinya
pengingkaran terhadap
seluruh kitab Allah.
Sebab itulah kita wajib
beriman kepada kita yang
diturunkan kepada Nabi
Ibrahim, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi
Musa, Zabur kepada Nabi
Daud, Injil kepada Nabi
Isa, dan yang terakhir
36

kitab al-qur’an yang


diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
SWT ?
2. Apa dalil Naqli dan
Aqli iman kepada kitab-
kitab Allah SWT ?
3. Apa saja nama-nam
kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada para
Nabi ?
37

4. Apa fungsi beriman


kepada kitab-kitab Allah
SWT ?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
2. Memberikan
pencerahan kepada para
pembaca mengenai
beriman kepada Kitab-
kitab
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
38

Iman kepada kitab-kitab


Allah SWT. Adalah
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
39

Allah SWT dan


mengingkari para Rasul-
Nya, malaikat dan
mengingkari Allah SWT
sendiri. Iman
kepada kitab-kitab suci
dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
kepada Allah Yang Maha
Esa, Malaikat dan Rasul.
Maka kita wajib beriman
kepada kitab-kitab Allah,
menjadi salah satu dari
rukun iman. Wajib
40

beriman kepada kitab-kitab


Allah yang pernah
diturunkan kepada para
rasul-Nya, sebagaimana
sistem iman kepada para
Rasul, maka pengingkaran
terhadap salah satu kitab
Allah, sama artinya
pengingkaran terhadap
seluruh kitab Allah.
Sebab itulah kita wajib
beriman kepada kita yang
diturunkan kepada Nabi
Ibrahim, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi
Musa, Zabur kepada Nabi
41

Daud, Injil kepada Nabi


Isa, dan yang terakhir
kitab al-qur’an yang
diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
SWT ?
2. Apa dalil Naqli dan
Aqli iman kepada kitab-
kitab Allah SWT ?
3. Apa saja nama-nam
kitab Allah SWT yang
42

diturunkan kepada para


Nabi ?
4. Apa fungsi beriman
kepada kitab-kitab Allah
SWT ?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
2. Memberikan
pencerahan kepada para
pembaca mengenai
beriman kepada Kitab-
kitab
BAB I
43

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada kitab-kitab
Allah SWT. Adalah
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
44

hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
Nya, malaikat dan
mengingkari Allah SWT
sendiri. Iman
kepada kitab-kitab suci
dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
kepada Allah Yang Maha
Esa, Malaikat dan Rasul.
45

Maka kita wajib beriman


kepada kitab-kitab Allah,
menjadi salah satu dari
rukun iman. Wajib
beriman kepada kitab-kitab
Allah yang pernah
diturunkan kepada para
rasul-Nya, sebagaimana
sistem iman kepada para
Rasul, maka pengingkaran
terhadap salah satu kitab
Allah, sama artinya
pengingkaran terhadap
seluruh kitab Allah.
Sebab itulah kita wajib
beriman kepada kita yang
46

diturunkan kepada Nabi


Ibrahim, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi
Musa, Zabur kepada Nabi
Daud, Injil kepada Nabi
Isa, dan yang terakhir
kitab al-qur’an yang
diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
SWT ?
47

2. Apa dalil Naqli dan


Aqli iman kepada kitab-
kitab Allah SWT ?
3. Apa saja nama-nam
kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada para
Nabi ?
4. Apa fungsi beriman
kepada kitab-kitab Allah
SWT ?
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada kitab-kitab
Allah SWT. Adalah
48

mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
49

Nya, malaikat dan


mengingkari Allah SWT
sendiri. Iman
kepada kitab-kitab suci
dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
kepada Allah Yang Maha
Esa, Malaikat dan Rasul.
Maka kita wajib beriman
kepada kitab-kitab Allah,
menjadi salah satu dari
rukun iman. Wajib
beriman kepada kitab-kitab
Allah yang pernah
50

diturunkan kepada para


rasul-Nya, sebagaimana
sistem iman kepada para
Rasul, maka pengingkaran
terhadap salah satu kitab
Allah, sama artinya
pengingkaran terhadap
seluruh kitab Allah.
Sebab itulah kita wajib
beriman kepada kita yang
diturunkan kepada Nabi
Ibrahim, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi
Musa, Zabur kepada Nabi
Daud, Injil kepada Nabi
Isa, dan yang terakhir
51

kitab al-qur’an yang


diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
SWT ?
2. Apa dalil Naqli dan
Aqli iman kepada kitab-
kitab Allah SWT ?
3. Apa saja nama-nam
kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada para
Nabi ?
52

4. Apa fungsi beriman


kepada kitab-kitab Allah
SWT ?
B

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Kepada Kitab Allah SWT
1. Pengertian Kitab-Kitab
Allah SWT,
Rukun iman yang ketiga
adalah iman kepada kitab
53

Allah SWT. Arti kata


kitab adalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada kitab-kitab
Allah SWT. Adalah
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
54

masing. Mengimani kitab


Allah SWT, wajib
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
Nya, malaikat dan
mengingkari Allah SWT
sendiri. Iman
kepada kitab-kitab suci
dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
55

kepada Allah Yang Maha


Esa, Malaikat dan Rasul.
Maka kita wajib beriman
kepada kitab-kitab Allah,
menjadi salah satu dari
rukun iman. Wajib
beriman kepada kitab-kitab
Allah yang pernah
diturunkan kepada para
rasul-Nya, sebagaimana
sistem iman kepada para
Rasul, maka pengingkaran
terhadap salah satu kitab
Allah, sama artinya
pengingkaran terhadap
seluruh kitab Allah.
56

Sebab itulah kita wajib


beriman kepada kita yang
diturunkan kepada Nabi
Ibrahim, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi
Musa, Zabur kepada Nabi
Daud, Injil kepada Nabi
Isa, dan yang terakhir
kitab al-qur’an yang
diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
SWT ?
57

2. Apa dalil Naqli dan


Aqli iman kepada kitab-
kitab Allah SWT ?
3. Apa saja nama-nam
kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada para
Nabi ?
4. Apa fungsi beriman
kepada kitab-kitab Allah
SWT ?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
58

2. Memberikan
pencerahan kepada para
pembaca mengenai
beriman kepada Kitab-
kitab
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada kitab-kitab
Allah SWT. Adalah
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
59

para nabi dan Rasul-Nya


yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
Nya, malaikat dan
mengingkari Allah SWT
sendiri. Iman
60

kepada kitab-kitab suci


dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
kepada Allah Yang Maha
Esa, Malaikat dan Rasul.
Maka kita wajib beriman
kepada kitab-kitab Allah,
menjadi salah satu dari
rukun iman. Wajib
beriman kepada kitab-kitab
Allah yang pernah
diturunkan kepada para
rasul-Nya, sebagaimana
sistem iman kepada para
Rasul, maka pengingkaran
61

terhadap salah satu kitab


Allah, sama artinya
pengingkaran terhadap
seluruh kitab Allah.
Sebab itulah kita wajib
beriman kepada kita yang
diturunkan kepada Nabi
Ibrahim, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi
Musa, Zabur kepada Nabi
Daud, Injil kepada Nabi
Isa, dan yang terakhir
kitab al-qur’an yang
diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
62

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
SWT ?
2. Apa dalil Naqli dan
Aqli iman kepada kitab-
kitab Allah SWT ?
3. Apa saja nama-nam
kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada para
Nabi ?
4. Apa fungsi beriman
kepada kitab-kitab Allah
SWT ?
C. Tujuan Penyusunan
63

1. Untuk memenuhi tugas


mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
2. Memberikan
pencerahan kepada para
pembaca mengenai
beriman kepada Kitab-
kitab
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada kitab-kitab
Allah SWT. Adalah
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
64

Allah SWT telah


menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
Nya, malaikat dan
65

mengingkari Allah SWT


sendiri. Iman
kepada kitab-kitab suci
dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
kepada Allah Yang Maha
Esa, Malaikat dan Rasul.
Maka kita wajib beriman
kepada kitab-kitab Allah,
menjadi salah satu dari
rukun iman. Wajib
beriman kepada kitab-kitab
Allah yang pernah
diturunkan kepada para
rasul-Nya, sebagaimana
66

sistem iman kepada para


Rasul, maka pengingkaran
terhadap salah satu kitab
Allah, sama artinya
pengingkaran terhadap
seluruh kitab Allah.
Sebab itulah kita wajib
beriman kepada kita yang
diturunkan kepada Nabi
Ibrahim, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi
Musa, Zabur kepada Nabi
Daud, Injil kepada Nabi
Isa, dan yang terakhir
67

kitab al-qur’an yang


diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
SWT ?
2. Apa dalil Naqli dan
Aqli iman kepada kitab-
kitab Allah SWT ?
3. Apa saja nama-nam
kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada para
Nabi ?
68

4. Apa fungsi beriman


kepada kitab-kitab Allah
SWT ?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
2. Memberikan
pencerahan kepada para
pembaca mengenai
beriman kepada Kitab-
kitab
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
69

Iman kepada kitab-kitab


Allah SWT. Adalah
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
70

Allah SWT dan


mengingkari para Rasul-
Nya, malaikat dan
mengingkari Allah SWT
sendiri. Iman
kepada kitab-kitab suci
dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
kepada Allah Yang Maha
Esa, Malaikat dan Rasul.
Maka kita wajib beriman
kepada kitab-kitab Allah,
menjadi salah satu dari
rukun iman. Wajib
71

beriman kepada kitab-kitab


Allah yang pernah
diturunkan kepada para
rasul-Nya, sebagaimana
sistem iman kepada para
Rasul, maka pengingkaran
terhadap salah satu kitab
Allah, sama artinya
pengingkaran terhadap
seluruh kitab Allah.
Sebab itulah kita wajib
beriman kepada kita yang
diturunkan kepada Nabi
Ibrahim, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi
Musa, Zabur kepada Nabi
72

Daud, Injil kepada Nabi


Isa, dan yang terakhir
kitab al-qur’an yang
diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
SWT ?
2. Apa dalil Naqli dan
Aqli iman kepada kitab-
kitab Allah SWT ?
3. Apa saja nama-nam
kitab Allah SWT yang
73

diturunkan kepada para


Nabi ?
4. Apa fungsi beriman
kepada kitab-kitab Allah
SWT ?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
2. Memberikan
pencerahan kepada para
pembaca mengenai
beriman kepada Kitab-
kitab
BAB I
74

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman kepada kitab-kitab
Allah SWT. Adalah
mengakui, mempercayai
dan meyakini bahwa
Allah SWT telah
menurunkan kitab kepada
para nabi dan Rasul-Nya
yang berisi ajaran Allah
SWT. Untuk di sampaikan
kepada umatnya masing-
masing. Mengimani kitab
Allah SWT, wajib
75

hukumnya. Mengingkari
salah satu kitab Allah SWT
sama saja mengingkari
seluruh kitab-kitab
Allah SWT dan
mengingkari para Rasul-
Nya, malaikat dan
mengingkari Allah SWT
sendiri. Iman
kepada kitab-kitab suci
dalam islam, merupakan
kesatuan yang tak
terpisahkan dengan iman
kepada Allah Yang Maha
Esa, Malaikat dan Rasul.
76

Maka kita wajib beriman


kepada kitab-kitab Allah,
menjadi salah satu dari
rukun iman. Wajib
beriman kepada kitab-kitab
Allah yang pernah
diturunkan kepada para
rasul-Nya, sebagaimana
sistem iman kepada para
Rasul, maka pengingkaran
terhadap salah satu kitab
Allah, sama artinya
pengingkaran terhadap
seluruh kitab Allah.
Sebab itulah kita wajib
beriman kepada kita yang
77

diturunkan kepada Nabi


Ibrahim, Taurat yang
diturunkan kepada Nabi
Musa, Zabur kepada Nabi
Daud, Injil kepada Nabi
Isa, dan yang terakhir
kitab al-qur’an yang
diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Iman
Kepada Kitab-Kitab Allah
SWT ?
78

2. Apa dalil Naqli dan


Aqli iman kepada kitab-
kitab Allah SWT ?
3. Apa saja nama-nam
kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada para
Nabi ?
4. Apa fungsi beriman
kepada kitab-kitab Allah
SWT ?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
79

2. Memberikan
pencerahan kepada para
pembaca mengenai
beriman kepada Kitab-
kitab

Anda mungkin juga menyukai