Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER DAN SYARI’AH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu
Salman Al-Farisi, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 12 :


1. SOLINDAR : D0121060
2. WULAN NURJUMIATI : D0121068
3. YUYUN FITRIANI : D0121071

KELAS B
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
KALIMANTAN BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada baginda Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama yang sempurnanya dengan bahasa yang sangat indah.
Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang kami beri judul islam dan isu isu kontemporer dan
syariah sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Dalam makalah ini
kami mencoba untuk menjelaskan tentang islam dan isu isu kontemporer dan
syariah.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika
makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami
butuhkan guna memperbaiki karya- karya kami dilain waktu.

1 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAAN

A. Pengertian Islam ........................................................................................... 3

B. Isu-Isu Kontemporer .................................................................................... 6

C. Pengertian Syari’ah .................................................................................... 18

BAB III PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apakah Islam memberikan toleransi dalam bermasyarakat, terutama


dalam urusan agama. Sebagai umat muslim yang berusaha hendak
memperdalam pelajaran, pengetahuan, dan ilmu yang berkaitan dengan agama
terutama di zaman modern yang nampaknya agama harus bisa menyesuaikan
dengan keadaan sekarang tanpa harus disamakan dengan keberadaan islam
seperti pada zaman rosulullah SAW, disini penulis menekankan bahwa bukan
berniat untuk mengubah tatanan aturan yang sudah banyak diatur dari sumber
agama Islam, namun lebih condong untuk menjelaskan problematika posisi dan
sikap agama Islam terhadap kasus-kasus seperti toleran dalam beragama,
bermasyarakat, fanatisme beragama dan pluralisme beragama.
Bahwasannya seperti yang dijelaskan dalam buku Berislam Secara
Toleran [1], Eksklusivisme dan fanatisme merupakan penyakit kekakuan
mental beragama yang disebabkan oleh doktrin dogmatis. Lalu, adakah
harapan toleran dimasa kini dalam beragama, atau justru sikap toleransi itu
terlalu jauh melesat sehingga dapat melahirkan islam yang bercampur atau
beragam terlebih dengan agama lain. Hal inilah yang coba dijelaskan oleh
penulis.
Jika dikaitkan Islam dan isu-isu kontemporer tidak jarang menimbulkan
banyak spekulasi yang bermunculan dari berbagai pihak baik dari ormas-ormas
islam yang menolak keras terhadap isu-isu kontemporer tersebut, maupun
ulama-ulama besar islam. Pemikiran yang bertolak belakang dengan islam
malah menimbulkan ke-antian terhadap negeri barat itu karena dianggap bahwa
istilah-istilah tersebut berasal dari tradisi-tradisi barat.[2]

1 .Irwan Masduqi, 1983-Ilham D.S, Mizan Pustaka Bandung, 2011.


2 . nurromantis,studi-studi-islam-dan-isu-isu (05-2017).html

1
B. RUMUSAN MASALAH

Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas sub masalah


sesuai dengan latar belakang diatas yakni sebagai berikut :

1. Memahami pengertian islam


2. Apa maksud dari isu-isu kontemporer?
3. Apa saja isu-isu kontemporer dalam studi islam?
4. Bagaimana islam liberal?
5. Bagaimana pandangan islam terhadap terorisme?
6. Bagaimana pluralisme beragama dalam islam?
7. Bagaimana keterkaitan antara islam dan kesetaraan gender?
8. Memahami makna syariah

C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk :

1. Dapat mendeskripsikan pengertian islam


2. Mengetahui maksud dari isu-isu kontemporer
3. Mengetahui apa saja isu-isu kontemporer dalam studi islam
4. Dapat mendeskripsikan islam liberal
5. Dapat mendeskripsikam islam terhadap terorisme
6. Dapat memahami pluralisme beragama dalam islam
7. Dapat mendeskripsikan keterkaitan antara islam dan kesetaraan gender
8. Dapat mendeskripskan pengertian syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ISLAM

Islam memiliki beberapa arti. Dalam bahasa Arab, Islam merupakan


mashdar dari kata aslama-yuslimu-islaaman yang artinya taat, tunduk,
patuh, berserah diri kepada Allah. Sedangkan jika dilihat dari asal katanya
maka Islam berasal dari kata assalmu, aslama, istaslama, saliim, dan salaam.
Pengertian lengkapnya sebagai berikut:

a) Assalmu artinya damai, perdamaian. Islam adalah agama yang damai


dan setiap muslim hendaknya menjaga perdamaian.

b) Aslama artinya taat, berserah diri. Seorang muslim


hendaknya berserah diri pada Allah dan mengikuti ajaran Islam
dengan taat.

c) Istaslama artinya berserah diri.

d) Saliim artinya bersih dan suci. Ini merupakan gambaran dari hati
seorang muslim yang bersih, suci, jauh dari sifat syirik atau
menyekutukan Allah.

e) Salaam artinya selamat, keselamatan. Islam adalah agama yang penuh


keselamatan. Jika seorang muslim menjalankan ajaran Islam dengan
baik, maka Allah akan senantiasa menyelamatkannya baik di dunia
maupun akhirat.

3
1. Pengertian Islam dalam Alquran

Kata Islam sebagai agama disebut dalam Alquran dalam surah Al


Maidah ayat 3, yang artinya:

"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi
agama bagimu."

Kemudian dalam surah Ali Imran ayat 9 yang artinya:

"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam."

Lalu disebutkan pula dalam surah Ali Imran ayat 85 yang artinya:

"Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan
diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
merugi."[3]

2. Pengertian Islam dalam Hadits

Dalam Hadits, Rasulullah pernah menjelaskan arti Islam. Hadits


tersebut terkenal sebagai hadits Jibril. Karena saat itu, malaikat Jibril
dengan wujud laki-laki datang dan menemui Rasulullah. Malaikat Jibril
yang bertanya tentang Islam dan meminta penjelasan pada Rasulullah,
sebagai berikut:

Dari Umar radhiyallahu ta'ala 'anhu berkata,

"Ketika kami sedang duduk-duduk bersama dengan Rasulullah SAW,


tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih,
rambutnya sangat hitam, pada dirinya tidak terlihat tanda-tanda seorang
musafir, namun tidak ada satu pun di antara kami yang mengenalnya.
Hingga ia duduk di dekat Nabi SAW. Dia menempelkan lututnya ke
lutut Nabi SAW dan meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi.

3.Brilio.net,Pengertian Islam Menurut Bahasa, Al-quran, Hadist dan Ulama


(200223.html)

4
Dia berkata: Wahai Muhammad, jelaskan padaku tentang Islam?
Rasulullah SAW menjawab: Islam adalah engkau bersyahadat
bahwasannya tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah,
dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan
zakat, berpuasa Ramadhan, dan melaksanakan haji ke Bitullah jika
engkau mampu melaksanakannya." (HR. Muslim)

3. Pengertian Islam Menurut Ulama Dan Tokoh Muslim

Para ulama dan tokoh muslim juga memberikan berbagai


pengertian tentang Islam menurut pandangan dan ijtihad mereka,
diantaranya sebagai berikut:

a. Umar bin Khattab:

Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada Nabi


Muhammad, agama islam meliputi akidah, syariat, dan akhlak.

b. Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at Tawaijiri:

Islam adalah sebuah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah


SWT dengan cara mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-
syariat Nya dengan penuh ketaatan dan keikhlasan.

c. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab:

Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mengesakan-Nya,


tunduk serta patuh kepada Nya dengan melakukan ketaatan dan
berlepas diri dari perbuatan yang syirik serta para pelakunya.

d. Hasan Al Basri:

Islam adalah kepasrahan hati kepada Allah, lalu setiap muslim


merasa selamat dari gangguan.[4]

4.Brilio.net,Pengertian Islam Menurut Bahasa, Al-quran, Hadist dan Ulama


(200223.html)

5
B. ISU-ISU KONTEMPORER

Isu-isu kontemporer adalah isu yang berkembang serta meluas setelah


Perang Dingin berakhir pada era 1990-an. Pengertian mengenai isu-isu global
kontemporer terkait erat dengan sifat dari isu-isu tersebut yang tidak lagi
didominasi oleh hubungan Timur-Barat, seperti, ancaman perang nuklir,
persaingan ideologi antara Demokrasi-Liberal dan Marxisme-Leninisme dan
diplomasi krisis. Masyarakat internasional kini dihadapkan pada isu-isu global
yang terkait dengan “Tatanan Dunia Baru” (New World Order). Isu-isu
mengenai persoalan-persoalan kesejahteraan ini berhubungan dengan Human
Security antara negara-negara maju (developed) dengan negara-negara
berkembang (developing countries) serta masalah lingkungan.
Isu-isu global kontemporer merupakan isu yang lahir sebagai bentuk
baru ancaman keamanan yang mengalami transformasi sejak berakhirnya
Perang Dingin menjadi suatu “Agenda Global Baru” (New Global Agenda).
Ancaman dalam bentuk baru ini bukan berupa “serangan militer” yang
dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain tetapi tindakan kejahatan
yang dilakukan oleh non-state actor dan ditujukan kepada state actor maupun
individu atau warga negara yang mengancam keamanan umat manusia (Human
Security).
Ancaman tersebut dapat berupa tindakan terorisme atau kejahatan
transnasional yang terorganisir (Transnational Organized Crime/TOC),
kesejahteraan (kemiskinan), degradasi lingkungan, konflik etnis dan konflik
komunal yang berdimensi internasional, hutang luar negeri, dan sebagainya.

Berikut apa saja isu-isu kontemporer sebagai berikut:

6
1. Islam Fundamentalisme

a. Pengertian Islam Fundamentalisme


Secara harfiah kata islam berasal dari bahasa arab, diambil dari
kata “salima” yang bearti selamat sentosa. Dari kata asal yaitu
“aslama, yuslimu, islaman” yang bearti memeliharakan dan keadaan
selamat sentosa, dan bearti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh dan
taat. Kata salama itu menjadi pokok kata islam, dan mengandung arti
yang terkandung pada pokoknya, sebab orang yang melakukan aslama
atau masuk islam dikatakan muslim.
Islam secara istilah menjadi nama bagi agama yang ajaran-
ajaranyadiwahyukan Tuhaan kepada manusia melalui Nabi
Muhammad SAW. Sebagai Rosul. Islam pada hakikatnya
membawakan ajaran-ajaran yang bukan hanya membawa satu segi,
tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Seluruh ajaran
islam tersebut diarahklan untuk mewujutkan rahmat bagi seluruh
alam.
Adapun kata fundamentalis berasal dari bahasa inggris yang
artinya pokok, asas, fundamental. Sedangkan pokok, asas bersal dari
bahasa Indonesia yang artinya dasar, alas, pedoman, atau sesuatu yang
menjadi pokok dasar atau tumpuan berfikir (berpendapat) dan
sebagainnya serta cita-cita yng menjadi dasar.
Jika pengertian dari dua kata tersebut disatikan, yakni islam
fundamentalisme, maka pengertianya dalah islam yang dalam
pemahaman dan prakteknya bertumpu pada hal-hal yang asasi.
Dengan demikian, secara harfiah semua semua orang islam yang
percaya pada enam rukun islam dan menjalankan rukun islam yang
lima, dapat disebut islam fundamentalisme. Karena yang disebut
ajarab fundmental dalam islam tercakup pada rukun islam dan rukun
inam.

Selanjutnya pengertian kaum fundamentalis dari segi istilah


sudah memiliki satu psikologis, dan berbeda dengan pengertian

7
fundamentalis dalam arti kebahasaan sebagaimana yang telah
dipaparkan sebelumnya. Dalam pengertian yang demikian itu
kelahiran kaum fundamentalis ada hubungan dengan sejarah
perkembangan ajaran Kristen dan dalam islam, kaum fundamentalis
ada hubungan dengan masalah poertentangan politik, social,
kebudayaan dan lain sebagainya. Dalam hubungan ini Darwan
Raharjo mengatakan sebagai berikut, “suatu langkah yang barang kali
perlu ditempuh adalah memahami gejala lahirnya istilah itu ndalam
sejarah perkembangan agama Kristen. Dengan pemahaman itu kita
bisa menengok kepada gejala perkembangan islam, baik didunia islam
umumnya dan di Indonesia sendiri.

b. Latar Belakang Munculnya Fundamentalismen Islam

Fundamentalisme bukanlah istilah yang berasal dari


pembendaharaan kata dalam bahasa masyarakat Muslim. Istilah
tersebut, dimunculkan oleh kalangan akademisi Barat dalam konteks
sejarah keagamaan dalam masyarakat mereka sendiri.
Fundamentalisme diartikan sebagai reaksi terhadap moderenisme.
Fundamentalisme dianggap sebagai aliran yang berpegang teguh pada
“fundamen” agama kristen melalui penafsiran terharap kitab suci
agama itu. Secara rigid dan literalis.
Beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya kaum
fundamentalisme antara lain sebagai berikut:
1) Faktor modernisasi yang dirasakan dapat menggeser nilai-nilai
agama dan pelaksanaannya dalam kehidupan.
2) Faktor pandangan dan sikap politik yang tidak sejalan dengan
pandangan dan sikap politik yang dianut oleh penguasa.
3) Faktor psikologis.
4) Faktor sifat dan karakter pemahaman meraka terhadap ajaran
Islam.

8
2. Islam moderenis

a. Pengertian Islam Moderenis


Kata modernis, berasal dari bahasa inggris Modernistic, yang
berarti model baru. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, kata
modern diartikan sebagai yang terbaru, (se) cara baru,
mutahir. Selanjutnya kata modern berkaitan pula dengan kata
modernisasi yang berarti pembaharuan atau tajdid dalam bahasa
Arabnya. Modernisme dalam masyarakat barat mengandung arti
pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah paham-paham, adat-
istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan
dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan
ilmupengetahuan dan teknologi modern.Kata ini lalu masuk kedalam
literatul Islam, tetapi modernisasi yang terjadi dalam islam berbeda
dengan yang terjadi di Barat.
Selanjutnya, Nurcholis Madjid mengatakan bahwa pengertian
yang mudah tentang modernisasi ialah pengertian yang identik atau
hampir identik dengan rasionalisasi. Dalam hal ini modernisasi berarti
proses perombakan pola berpikir atau tata kerja lama yang
tidak akliah (rasional), dan menggantinya dengan pola berpikir dan
tata kerja baru yang rasional. Kegunaannya ialah untuk memperoleh
daya guna dan efesiensi yang maksimal. Hal itu dilakukan dengan
menggunakan penemuan mutakhir manusia dibidang ilmu
pengetahuan. Sedangkan ilmu pengetahuan, tidak lain adalah hasil
pemahaman manusia terhadap hukum-hukum objektif yang
menguasai alam, ideal, dan material, sehingga alam ini berjalan
menurut kepastian tertentudan harmonis. Orang yang bertindak
menurut ilmu pengetahuan (ilmiah), berarti ia bertindak menurut
hukum alam, malah menggunakan hukum alam itu sebagaimana
mestinya, sehingga ia memperoleh daya guna yang tinggi.

9
b. Latar belakang timbulnya islam modernis
Islam modernis muncul pada priode modern dalam sejarah
Islam (mulai tahun 1800 M) dan mempunyai tujuan untuk membawa
umat islam kepada kemajuan.Dengan jalan demikian, pemimpin-
pemimpin Islam modern mengharapkan akan dapat melepaskan umat
islam dari suasana kemunduran dan selanjutnya menuju kemajuan.
Islam modernis juga timbul sebagai respon terhadap berbagai
keterbelakangan dalam bidang ekonomi, pendidikan, ilmu
pengetahuan, kebudayaan, politik, dan sebagainya.[5]
3. Islam Liberal

Sikap fundamental yang kian menjadi kepribadian dalam


beragama, jika diterapkan pada masyarakat muslim memang menjadi
problematis. Mengenai fundamentalisme Kristen yang dikatakan Djaka
Soetapa berintikan: pertama, mempertentangkan Allah dengan akal
manusia; kedua, mempertentangkan Kitab Suci (Sacred Text) degan ilmu
pengetahuan; ketiga, mengamankan kitab suci terhadap kritik kitab suci
yang “tidak bisa salah”; keempat, mencap orang yang tidak sependapat
dengan itu semua sebagai “kisten yang tidak benar.”
Bila gagasan fundamentalis tersebut diterapkan dalam konteks
Islam, maka hasilnya adalah: pertama, masalah mempertentangkan Allah
dengan akal manusia; kedua, masalah mempertentangkan kitab suci
(Sacred Text) dengan ilmu pengetahuan; ketiga, masalah kitab suci (kalau
dalam islam berarti al-Qur’an) pada pandangan kaum muslimin terhadap
teks-teks al-Qur’an pada prinsipnya adalah fundamentalis; keempat,
masalah mencap orang yang tidak sependapat dengan itu semua sebagai
“Islam yang tidak benar” yang berdampak pada banyaknya saling klaim
tentang kebenaran dalam beragama dan saling menyalahkan satu dengan
yang lainnya karena alasan perbedaan madzhab.
Pemikiran liberalis islam di Indonesia adalah pemikiran teologis,
mendapatkan momentumnya dan sekaligus nanti reaksi keras dari

5.nurromantis, studi-studi-islam-dan-isu-isu (05-2017).html

10
kalangan yang disebut dengan “fundamentalis” itu. Liberal sendiri adalah
suatu paham yang mengutamakan sikap individu. Liberalisme melahirkan
konsep pentingnya kebebasan hidup dalam berpikir, bertindak, dan
berkarya. Dalam perspektif islam, liberal diartikan sebagai sikap beragama
yang menjunjung kepentingan pribadi dengan alasan bahwa kebebasan
pada diri manusia juga merupakan hak masing-masing individu, yang
seperti ini nantinya akan melahirkan paham yang apatis dalam beragama,
hanya mementingkan diri sendiri untuk melaksanakan kewajiban dalam
beragama, yang berujung pada kebebasan beribadah (menurut
kenyamanan sendiri). Prof. Nurcholish Madjid, sering memaparkan bahwa
liberalisasi Islam berarti suatu usaha rasionalitas untuk memperoleh daya
guna dalam berpikir dan bekerja secara maksimal untuk kebahagiaan umat
manusia. Ultimate goal (tujuan akhir) dari sikap liberal itu dicapai dengan
terus menerus mengusahakan segala perbaikan, baik pribadi maupun
masyarakat yang semuanya dilakukan sebagai panggilan dari The Ultimate
Truth, yaitu Allah sendiri. Sikap modern dan rasionalis ini bukan suatu
yang bersifat kebaratan, namun islam membenarkan rasionalitas dalam arti
penggunaan akal pikiran untuk menemukan kebenaran.

4. Islam dan Terorisme

Terorisme merupakan sebuah faham yang mengedepankan


kekerasan, teror, ekstriminitas, dan intimidasi. Menurut kamus yang
dikeluarkan oleh akademi perancis tahun 1798 menyebutkan bahwa istilah
terorisme adalah sistem rezim teror. Pengertian lain menjelaskan bahwa
terorisme adalah taktik dan bentuk kekerasan dari komunikasi politik
untuk mengirimkan pesan kepada masyarakat dan pemerintah dengan
harapan memancing emosi mereka dan agar mereka mengubah perilaku
dan kebijakan politik. Kemudian sebutan untuk pelaku terorisme sendiri
disebur sebagai teroris, terorisme sendiri populer pada abad ke-18.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa terorisme berasal dari bahasa
perancis le terreur yang semula digunakan untuk menyebut
tindakan pemerintah hasil revolusi perancis yang mempergunakan

11
kekerasan dan brutal yang berlebihan dengan cara memenggal 40.000
orang yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya
terorisme digunakan untuk anti pemerintah di rusia.
Terorisme dalam bahasa Arab disebut al-irhab, istilah tersebut
digunakan al-Quran untuk melawan “musuh Tuhan” (QS.Al-Anfal : 60) .
Karenanya, kalau kita mencermati gerakan Islam Politik, pandangan
fundamentalistik dan gerakan radikalistik seringkali digunakan untuk
melawan “musuh Tuhan”. Bagi mereka, barat disebut sebagai salah satu
simbol musuh Tuhan, karena mungkin banyak anggapan mereka yang
mengartikan bahwa banyak dari negara barat tidak beragama islam dan
dianggap sebagai musuh mereka selaku para penganut ajaran islam.
Akibatnya, islam yang awalnya mengajarkan kedamaian berubah
menjadi ideologi kekerasan. Jihad yang mula-mula hanya dilegalkan
dalam rangka mempertahankan diri berubah menjadi perang buta demi
tujuan ekspansi dan Islaminasi. Tanpa bisa dihindari, islam yang pada
dasarnya mengusung prinsip rahmatan lil alamin (kasih sayang untuk
semua) direduksi sedemikian rupa oleh kelompok konservatif sehingga
tampak seperti agama la’natan lil alamin (laknat untuk semua) yang
menebarkan ancaman global.
Yang sering terjadi akibat dari tindakan teroris adalah segala
permasalahan yang ujung dari masalah tersebut merupakan kepentingan
politik. Dalam mengidentifikasi musuh, Islam politik menggunakan tiga
pandangan mendasar. Pertama, politik sebagai bagian dari Islam.
Berpolitik praktis merupakan kewajiban (fardlu) bagi setiap muslim. Ini
mengakibatkan setiap muslim harus terlibat dalam politik guna melawan
“politik kafir”. Kedua, Islam sebagai komunitas yang paling benar,
sedangkan yang lain dianggap murtad dengan alasan yang berlandaskan
pada ayat-ayat Al-Qur’an, yaitu ayat pedang, tanpa memperhatikan ayat-
ayat Al-Qur;an secara inklusif.Ketiga, kecenderungan untuk memaksakan
pandangan dengan “tangan besi”, kekerasan, pembunuhan dan perang,
yang biasa disebut dengan jihad fi sabililillah. (Sa’id Asymawi: 1996:
297).

12
Terorisme dibagi menjadi beberapa golongan, yakni terorisme
personal yang biasanya dilakukan oleh perorangan tanpa melibatkan
banyak kelompok untuk melancarkan misinya melakukan teror. Contoh
dari tindakan terorisme personal adalah tindakan teror yang biasa
dilakukan di mall-mall atau keramaian, tindakan bunuh diri yang
berdampak pada ancaman terhadap orang lain, ataupun bentuk teror pada
bus atau yang lainnya demi kepentingan pribadi. Jenis teror yang kedua
adalah teror kolektif yakni teror yang dilakukan beberapa orang dengan
rapi atau terencana, teror yang seperti ini biasanya berperan pada kasus-
kasus yang menyangkut kepentingan umum, bahkan negara atau
kekuasaan. Teror selanjutnya adalah teror negara (state terorism), bentuk
terorisme ini merupakan teror yang baru dan dilakukan oleh negara.
Penggagasnya adalah perdana menteri Malaysia yaitu Muhathir
Muhamad, teror negara biasanya dilakukan secara terang-terangan dan
kasat mata.
Dari ketiga macam bentuk terorisme tersebut dapat diketahui titik
temu yakni sama-sama melakukan tindakan yang banyak menuai
penolakan dari pihak pemerintah maupun rakyat, juga sama-sama mencari
tumbal dan korban untuk memperlihatkan bahwa dengan adanya tindakan
terorisme, siapapun tidak boleh melawan apalagi menghalangi jalan
mereka yang dianggap sebagai penegak beragama. Golongan terorisme
bagaikan singa buas yang setiap langkahnya tidak boleh dihalangi oleh
siapapun dan mereka akan melakukan tindakan yang mereka anggap benar
tanpa memperdulikan banyak pihak yang merasakan dampak
ketidaknyamanan terlebih harus meregang nyawa karena tindakan mereka
yang terlalu berlebihan.

13
5. Islam dan Pluralisme Beragama

Tanpa harus melacak makna ‘Islam’ dari kata-kata asalnya


seperti salam, silm, dan sebagainya, kita akan mengutip apa-apa yang
dikatakan kamus bahasa Arab tentang makna islam. Islam berasal dari
kata aslama yang berarti menyerahkan sesuatu, menyerahkan diri pada
kekuasaan orang lain, berserah diri kepada tuhan. Sama
dengan istaslama yang artinya menyerah, menyerahkan diri, pasrah,
memasuki perdamaian. Definisi lain mengenai Islam sebagai ungkapan
kerendahan hati atau kepasrahan dan ketaatan secara lahiriah kepada
hukum Tuhan serta mewajibkan diri untuk melakukan atau mengatakan
apa yang telah dilakukan dan dikatakan oleh nabi SAW.
Jika kita merujuk kepada beberapa kamus Al-Qur’an, kita
menemukan makna asal aslama adalah patuh, pasrah, atau berserah diri.
Beberapa kamus al-Qur’an yang lebih klasik tidak secara jelas
menyebutkan makna asal ini, tetapi menyebutkan tingkatan-tingkatan
Islam, yang menunjukkan sebenarnya pada tingkatan kepasrahan, sama
maksud artinya dengan beberapa pengertian diatas.
Menurut bahasa inggris plural adalah banyak (jamak). Pengertian
sederhana pluralisme adalah faham yang mentoleransi adanya keragaman
pemikiran, peradaban, agama, dan budaya. Sedangkan pluralisme agama
adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama. Pluralisme
muncul karena tumbuhnya klaim dari masing-masing kelompok terhadap
pemikirannya sendiri. Semuanya menganggap benar akan dirinya sendiri
dan menganggap bahwa yang lain adalah lebih buruk. Dari faktor saling
klaim tersebut kemudian memicu lahirnya radikalisasi, terutama dalam
urusan agama jika itu menyangkut dengan pluralisme agama, dari banyak
pihak seringkali melakukan hal yang bersifat kekerasan sebagai wujud
tanggapan terhadap golongan lain, akibatnya banyak terjadi perang dan
penindasan agama.
Faktor yang menjadikan munculnya pluralisme dalam beragama
adalah kesatuan manusia (unity of mankind), bahwa sebenarnya dari sifat-
sifat manusiawi sendiri memungkinkan bahwa sesama manusia harus

14
saling menghormati, saling menjaga kerukunan terlebih bekerjasama tanpa
membedakan dari ras, suku, etnis , ataupun agama. Kemudian faktor yang
kedua adalah keadilan disemua aspek kehidupan.[6]

Perdamaian yang dicita-citakan Gus Dur didasari spirit


multikulturalisme dalam al-Qur’an. Allah berfirman “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kami di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS.Al-Hujarat [49]13). Bahwa toleransi memang mengizinkan seseorang
menawarkan pandangannya kepada orang lain, tetapi dengan syarat tanpa
ada paksaan untuk menerimanya. Sikap Gus Dur selaku pemerintah dikala
itu merupakan tindakan dan usaha untuk melaksanakan kewajibannya
sebagai seorang pemimpin untuk memberikan hak-haknya kepada rakyat
yang dipimpinnya. [7]

6. Islam dan Kesetaraan Gender

Isu tentang kesetaraan gender sangat menarik untuk dibahas,


karena kita akan mengetahui bagaimana perspektif Islam terhadap
kesamaan gender, kita juga dapat menggali dan mempelajari secara
mendalam bagaimana nilai-nilai serta kandungan kesamaan gender ini
lewat kacamata Al-Qur’an Al-Karim. Ketika kita membicarakan masalah
gender, yang ada dalam benak kita mungkin masalah diskriminasi
terhadap wanita serta penghilangan hak-hak wanita. Islam tidak
membedakan antara hak dan anatomi manusia, hak dan kewajiban itu sama
dalam islam. Islam mengedepankan keadilan bagi siapapun tanpa
membedakan dari jenis kelamin. Islam adalah agama yang membebaskan

6. Rakhmat, Jalaludin. Islam dan Pluralisme. Jakarta: PT.Serambi Ilmu Semesta.2006.


7. Rachman, Budhy Munawar. Islam Pluralis. Jakarta: PT.Raja G

15
dari perbudakan, persamaan hak dan tidak pernah mengedepankan salah
satu komunitas atau golongan, karena islam hadir sebagai agama yang
menyebarkan kasih sayang bagi sesama. Rosulullah bersabda :
“Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku
adalah orang yang terbaik diantara kamu terhadap keluargaku. Orang yang
memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, dan orang yang
menghina perempuan adalah orang yang tak tahu budi.” ( HR. Abu
Assakir)
Secara umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan bila dilihat dari dari nilai dan tingkah laku.
Kata gender berasal dari bahasa inggris yang artinya jenis kelamin (John
M. Echols dan Hassan Sadhily, 1983 : 256). Dalam Women Studies
Ensiklopedia, dijelaskan bahwa gender adalah kosep cultural, berupaya
membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalis dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang
dimasyarakat.[8]
Dalam perspektif islam, semua yang diciptakan Allah SWT
berdasarkan kodratnya masing-masing, seperti firman Allah
“Sesungguhnya segala sesuatu kami ciptakan dengan kadar” ( QS. Al-
Qamar : 49 ). Antara laki-laki dan perempuan dalam pandangan yang
kuasa adalah sama, dari amal-amal mereka yang nantinya akan dijadikan
perbandingan dihari kemudian. Firman Allah :
“Sesungguhnya aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang beramal
diantara kamu, baik lelaki maupun perempuan” (QS.Ali Imran : 195)
Hal ini berarti kaum perempuan sejajar dengan laki-laki dari segi
intelektualnya, mereka juga dapat berpikir, mempelajari kemudian
mengamalkan apa yang mereka hayati dari dzikir kepada Allah, serta apa
yang mereka pikirkan dialam raya ini.

8. Masduqi, Irwan. Berislam Secara Toleran. Bandung: PT.Mizan Pustaka. 2011.

16
Dari sifat perempuan yang memang patut untuk diketahui adalah
sifat feminisme. Kesadaran feminis yang mewarnai gerakan feminis
dimanapun. Yaitu, kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap
kaum perempuan di dalam masyarakat, ditempat kerja dan didalam
keluarga, serta suatu tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki
untuk mengubah kondisi tersebut.Yakni diskriminasi atas dasar kelamin,
dominasi laki-laki terhadap perempuan, pelaksanaan sistem patriarkhi; dan
ia melakukan tindakan untuk menentang itu, maka ia dapat dikategorikan
sebagai seorang feminis, baik disebut secara eksplisit maupun tidak.
Pengertian yang biasa muncul bahwa kaum laki-laki dalam
pandangan masyarakat mempunyai kedudukan lebih tinggi dari kaum
perempuan biasannya didasarkan pada penafsiran ayat Al-qur’an:
“Kaum laki-laki adalah qawwamun atas kaum perempuan, karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain, dan
karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…” (QS.Al-
Nisa [4] : 34).
Kata qawwamun dalam ayat ini dalam berbagai literature tafsir biasanya
diartikan sebagai: “Penanggung jawab, penguasa, pemimpin, penjaga atau
pelindung perempuan.” Itu sebabnya, menurut banyak mufasir bahwa dari
kaum laki-laki muncul tugas-tugas besar, seperti sebagai nabi, ulama,
imam, guru sufi. Laki-laki pula yang berperan dalam jihad, adzan, shalat
jum’at, khutbah, takbir, persaksian, wali dalam menikahkan anak
perempuannya, sampai kepada perceraian dan ruju’.[9]

9. ahmad-zam-11. /2015/05/isu-isu-kontemporer-dalam-studi-islam.html

17
C. PENGERTIAN SYARI’AH

Istilah syariah merupakan kata yang lumrah beredar di kalangan


masyarakat Muslim dari masa awal Islam, namun yang mereka gunakan selalu
syara’i (bentuk jamak) bukan syariah (bentuk mufrad).Riwayat-riwayat
menunjukkan bahwa orang-orang yang baru masuk Islam dan datang kepada
Rasulullah dari berbagai pelosok Jazirah Arab, meminta kepada Rasulullah
agar mengirim seseorang kepada mereka untuk mengajarkan syara’i Islam.
Sedangkan istilah syariah hampir-hampir tidak pernah digunakan pada masa
awal Islam.
Dari perkembangan Makna, istilah syariah ini diperkenalkan dengan
perubahan Makna yang menyempit untuk membawakan Makna yang khusus,
yakni ”Hukum Islam” pada masa kemudian.Syariah adalah kosa kata bahasa
Arab yang secara harfiah berarti ”sumber air” atau ”sumber kehidupan”, dalam
Mukhtar al-Sihah diungkapkan sebagai berikut: Syariah adalah sumber air dan
ia adalah tujuan bagi orang yang akan minum. Syariah juga sesuatu yang telah
ditetapkan Allah swt. kepada hamba-Nya berupa agama yang telah
disyariahkan kepada mereka.[10]
Orang-orang Arab menerapkan istilah ini khususnya pada jalan setapak
menuju palung air yang tetap dan diberi tanda yang jelas terlihat mata. Jadi,
kata demikian ini berarti jalan yang jelas kelihatan atau ”jalan raya” untuk
diikuti.
Al-Qur’an menggunakan kata syirah dan syariah dalam arti agama, atau
dalam arti jalan yang jelas yang ditunjukkan Allah bagi manusia. Syariah
sering digunakan sebagai senonim dangan kata din dan millah yang berMakna
segala peraturan yang berasal dari Allah swt. yang terdapat dalam al-Qur’an
dan hadis yang bersifat qat’I atau jelas nasnya
Sedangkan pengertian syariah Islam menurut Mahmud Syaltut adalah:
syariah menurut bahasa ialah tempat yang didatangi atau yang dituju oleh
manusia dan hewan guna meminum air.

10.Muhammad bin Saad bin Muni Abu Abdullah al-Bishriy al-Zuhri, al-Thabaqat al-Kubra
(Dar al-Shadr, Beirut, tt.), h. 307.

18
Menurut istilah ialah hukum-hukum dan aturan Allah disyariahkan buat
hambanya untuk diikuti dan hubungan mereka sesama manusia. Di sini
dimaksudkan Makna secara istilah yaitu syariah tertuju kepada hukum yang
didatangkan al-Qur’an dan Rasul-Nya, kemudian yang disepakati para sahabat
dari hukum-hukum yang tidak datang mengenai urusannya sesuatu nas dari al-
Qur’an atau sunah. Kemudian hukum yang diistinbatkan dengan jalan ijtihad,
dan masuk ke ruang ijtihad menetapkan hukum dengan perantara kias, karinah,
tanda-tanda dan dalil-dalil.[11][12]

11. Dalam pengertian keagamaan, kata syariah berarti jalan kehidupan yang baik, yaitu nilai-
nilai agama yang diungkapkan secara fungsional dan dalam Makna yang kongrit.
12. tongkronganislami.net/definisi-makna-dan-pengertian-syariah.

19
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Toleransi dalam beragama memanglah penting, mengingat dunia sekarang


yang seakan menuntut kepada kita umat beragama Islam untuk mampu
memposisikan diri kita saling menghargai sesama umat beragama. Namun
dibalik sikap toleran yang harus ada pada diri kita, sikap waspada juga penting
karena tidak sedikit islam sekarang yang hanya mengartikan dasar ia dalam
beragama melalui proses tafsir secara tekstual tanpa memperhatikan kondisi
dan bagaimana cara penerapan di zaman sekarang ini.
kebangkitan islam yang ada pada intinya merupakan upaya perjuangan
menegakkan cita-cita Islam, secara normatif dipandang akan dapat
memberikan kepastian hidup di masa depan. Akan tetapi, kebangkitan agama
tersebut ternyata menimbulkan keragaman artikulasi keagamaan. Keragaman
keagamaan tersebut meliputi tata pikiran , penghayatan, dan aksi serta sistem
sosial
Isu-isu global kontemporer merupakan isu yang lahir sebagai bentuk baru
ancaman keamanan yang mengalami transformasi sejak berakhirnya Perang
Dingin menjadi suatu “Agenda Global Baru” (New Global Agenda). Ancaman
dalam bentuk baru ini bukan berupa “serangan militer” yang dilakukan oleh
suatu negara terhadap negara lain tetapi tindakan kejahatan yang dilakukan
oleh non-state actor dan ditujukan kepada state actor maupun individu atau
warga negara yang mengancam keamanan umat manusia (Human Security).

20
DAFTAR PUSTAKA

Madjid, Nurcholis. Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan. Bandung.Miza. 1987..


Nasution, Harun. Pembaharuan dalam islam: Sejarah Pemikiran dan
Gerakan. Jakarta:Bulan Bintang.1992
Nata , Abuddin. Peta Keragaman Pemikirin Islam di Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.2001
Raharjo , Darwan ,”Fundamentalisme” dalam Muhammad Wahyuni Hafis (ed)
Rekontruksi dan Renungan Religius Islam. Jakarta: Paramadina. 1996
tongkronganislami.net/definisi-makna-dan-pengertian-syariah.

ahmad-zam-11. /2015/05/isu-isu-kontemporer-dalam-studi-islam.html

nurromantis, studi-studi-islam-dan-isu-isu (05-2017).html

Brilio.net,Pengertian Islam Menurut Bahasa, Al-quran, Hadist dan Ulama


(200223.html

21

Anda mungkin juga menyukai