Anda di halaman 1dari 17

ISLAM DAN HUKUM

MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan
Agama Islam
Dosen pengampu: Dr. Syarip Hidayat., MA., M.Pd.
Dr. Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Agis Setiyadi 1807214
Liz Erlyna 1800453
Noni Sekar Kumala 1806061
Rapida Fauziah 1807081
Shinta Auliamaudy 1807047

3 B PGSD

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah Islam dan Hukum.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjunan alam
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk dari Allah SWT
untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni
Syariah Agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Kami menyampaikan rasa terimakasih kepada dosen pengampu Bapak Dr.
Syarip Hidayat., MA., M.Pd dan Bapak Dr. Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd serta
semua yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membimbing dan
membantu dalam hal apapun. Kami berharap agar makalah ini bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan serta wawasan terkait Isalam dan Hukum.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami inimasih banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami membutuhkan
kritik dan saran untuk kemudian dapat kami perbaiki, sebab kami menyadari bahwa
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai dengan saran yang membangun.

Tasikmalaya, 14 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah ...........................................................................1
BAB II .....................................................................................................................2
PEMBAHASAN .....................................................................................................2
2.1 Pengertian Islam dan Hukum Islam ...............................................................2
2.2 Sumber Hukum Islam .....................................................................................4
2.3 Jenis Hukum Islam dan Sifat Hukum Islam ...................................................6
2.4 Hukum Islam di Indonesia..............................................................................9
2.5 Penerapan Hukum Islam di Indonesia ..........................................................10
2.6 Problematika Sosial Penerapan Hukum Islam di Indonesia .......................11
BAB III ..................................................................................................................13
PENUTUP .............................................................................................................13
3.1 Simpulan .......................................................................................................13
3.2 Saran .............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum islam adalah salah satu aspek ajaran islam yang menempati posisi
yang sangat krusial dalam pandangan umat islam, karena islam merupakan
manifestasi paling konkrit dari hukum islam sebagai sebuah agama. Sedemikian
pentingnya hukum islam dalam skema doktrinal islam, sehingga seorang orientalis,
Joseph Schacht menilai, bahwa mustahil memahami islam tanpa memahami hukum
Islam.
Jika dilihat dari perpektif historisnya, Hukum Islam pada awalnya
merupakan suatu kekuatan yang dinamis dan kreatif, hal ini dapat dilihat dari
munculnya sejumlah madzhab hukum yang responsif terhadap tantangan
historisnya masing-masing dan memilk corak sendiri sesuai dengan latar sosio
kultural dan politis di mana madhab hukum itu mengambil tempat untuk tumbuh
dan berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Islam ?
2. Apa sumber sumber hukum Islam ?
3. Apa jenis hukum Islam ?
4. Apa saja hukum Islam di Indonesia ?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Islam.
2. Untuk mengetahui sumber hukum Islam
3. Untuk mengetahui jenis hukum Islam
4. Untuk mengetahui apa saja hukum Islam di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Islam dan Hukum Islam


Secara bahasa, Islam memiliki beberapa arti. Dalam bahasa Arab, Islam
merupakan mashdar dari kata aslama-yuslimu-islaaman yang artinya taat, tunduk,
patuh, berserah diri kepada Allah. Sedangkan jika dilihat dari asal katanya maka
Islam berasal dari kata assalmu, aslama, istaslama, saliim, dan salaam. Pengertian
lengkapnya sebagai berikut:
a) Assalmu artinya damai, perdamaian. Islam adalah agama yang damai dan
setiap muslim hendaknya menjaga perdamaian.
b) Aslama artinya taat, berserah diri. Seorang muslim hendaknya berserah diri
pada Allah dan mengikuti ajaran Islam dengan taat.
c) Istaslama artinya berserah diri.
d) Saliim artinya bersih dan suci. Ini merupakan gambaran dari hati seorang
muslim yang bersih, suci, jauh dari sifat syirik atau menyekutukan Allah.
e) Salaam artinya selamat, keselamatan. Islam adalah agama yang penuh
keselamatan. Jika seorang muslim menjalankan ajaran Islam dengan baik,
maka Allah akan senantiasa menyelamatkannya baik di dunia maupun
akhirat.
Kata Islam sebagai agama disebut dalam Alquran dalam surah Al Maidah
ayat 3, yang artinya:
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
Kemudian dalam surah Ali Imran ayat 9 yang artinya: "Sesungguhnya agama di sisi
Allah hanyalah Islam." Lalu disebutkan pula dalam surah Ali Imran ayat 85 yang
artinya: "Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima
darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi". Para ulama dan
tokoh muslim juga memberikan berbagai pengertian tentang Islam menurut
pandangan dan ijtihad mereka, diantaranya sebagai berikut:

2
3

a. Umar bin Khattab:


Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad, agama islam meliputi akidah, syariat, dan akhlak.
b. Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at Tawaijiri:
Islam adalah sebuah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT
dengan cara mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-syariat-Nya
dengan penuh ketaatan dan keikhlasan.
c. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab:
Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mengesakan-Nya,
tunduk serta patuh kepada Nya dengan melakukan ketaatan dan berlepas diri
dari perbuatan yang syirik serta para pelakunya.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa islam adalah agama Allah yang
dibawa oleh nabi Muhammd saw untuk memberi keselamatan dengan cara berserah
diri dan taat pada ajaran Allah.
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dalam
Islam. Secara sederhana hukum dapat diartikan sebagai peraturan-peraturan atau
seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat
baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat untuk ditegaskan oleh
penguasa. bentuk dari hukum sendiri ada yang yang tidak tertulis yaitu seperti
hukum adat ada yang seperti perundang-undangan. Selain itu ada juga yang
dinamakan dengan hukum Islam yang dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan
oleh Allah SWT dalam hal ini tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
manusia tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, dirinya sendiri serta alam
sekitarnya. interaksi manusia dalam berbagai tata hubungan diatur oleh seperangkat
ukuran tingkah laku yang dalam bahasa Arab disebut hukm jamaknya Ahkam.
Hukum Islam Abdul Wahab Khalaf mengartikan hukum Islam sebagai
perintah (doktrin) dari Allah Swt., yang berkaitan dengan perbuatan orang-orang
yang sudah mukallaf (orang yang sudah dikenai beban syariat), dalam bentuk
perintah (mengerjakan atau meninggalkan suatu perbuatan), perizinan (boleh
memilih), atau penetapan. Contoh bentuk perintah untuk mengerjakan sesuatu
adalah Surat al-Maidah ayat 1:
4

ُ ... ‫ أَو ْ ف وا ا ِْبلع ق ود‬...


Artinya: “…tunaikanlah akad…”. Contoh dari bentuk perizinan (boleh
memilih) adalah
Surat al-Baqarah ayat 229:
…ۗ ‫أَاَّل م ق ا ي َ ح ما دود َ اَّلال ا ف ج لََُ َ ن َ ا ع حَ َ لَي ْ اه َ ف ما ا ي َ اف ما ت ْ دَ َ ب تْ ا ه ا‬
‫ َ إ ا ا نْ فتْ خ ْ ي‬...‫ف‬
Artinya: “…dan jika kamu (wali) takut bahwa keduanya tidak bisa menegakkan
aturan Allah, maka tidak ada dosa bagi kalian berdua atas bayaran yang (harus)
diberikan oleh istri untuk menebus dirinya…”. Ayat ini menjelaskan bentuk
perizinan (pilihan) bagi suami untuk mengambil bayaran sebagai ganti talaknya
kepada istrinya. Sedangkan contoh dalam bentuk penetapan adalah hadis nabi
yang berbunyi: ‫ل ي َ ار ث‬
َّ َ ‫ا ل‬
‫ْالق َ ات‬
Artinya: “Tidak ada warisan bagi pembunuh (pewaris)”. Di sini perintah Allah
berkaitan dengan penetapan bagi ahli waris yang membunuh pewarisnya untuk
tidak mendapatkan waris disebabkan perbuatannya (Khalaf, 2003: 91).
Ruang lingkup Islam terbagi menjadi dua yaitu hukum privat dan hukum
publik. hukum perdata atau privat dalam Islam adalah munakahat mengatur segala
sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, nya perceraian serta akibatnya,
Wirasah mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris ahli waris
harta peninggalan serta pembagian waris, muamalat dalam arti khusus yaitu
mengatur segala masalah kebendaan dan hak-hak atas benda serta hubungan
manusia, jual beli, sewa menyewa, pinjam-meminjam dan sebagainya. sedangkan
hukum publik atau pidana dalam Islam adalah Jinayat yang memuat aturan-aturan
mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman, Ahkam al
sulthaniyah membicarakan soal yang berhubungan dengan negara, pemerintahan
baik pusat maupun daerah, tentara, pajak dan sebagainya, siyar mengatur urusan
perang dan damai serta hubungan dengan pemeluk agama dan negara lain.

2.2 Sumber Hukum Islam


Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-
aturan untuk diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui
5

permasalahan-permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali


membuat pemikiran umat Muslim yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah
diperlukan sumber hukum Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:
1. Al Qur’an
Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Quran, sebuah kitab suci
umat Muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad
SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Quran memuat kandungankandungan
yang berisi perintah, larangan, anjuran, kisah Islam, ketentuan, hikmah dan
sebagainya. Al-Quran menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya
manusia menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang berakhlak
mulia. Maka dari itulah, ayat-ayat Al-Quran menjadi landasan utama untuk
menetapkan suatu syariat.
2. Al Hadist
Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist, yakni segala sesuatu
yang berlandaskan pada Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan, perilaku,
diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist terkandung aturan-aturan yang merinci
segala aturan yang masih global dalam Alquran. Kata hadits yang
mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka
dapat berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun
persetujuan dari Rasulullah SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum
Islam.
3. Ijma’
Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman
Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama. Dan ijma’ yang dapat
dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di zaman sahabat, tabiin
(setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin (setelah tabiin). Karena setelah zaman
mereka para ulama telah berpencar dan jumlahnya banyak, dan perselisihan
semakin banyak, sehingga tak dapat dipastikan bahwa semua ulama telah
bersepakat.
4. Qiyas
Sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Quran, Al-Hadits dan Ijma’
adalah Qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil
6

nashnya dalam Al quran ataupun hadis dengan cara membandingkan


sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang hendak diketahui hukumnya
tersebut. Artinya jika suatu nash telah menunjukkan hukum mengenai suatu
kasus dalam agama Islam dan telah diketahui melalui salah satu metode
untuk mengetahui permasalahan hukum tersebut, kemudian ada kasus
lainnya yang sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam suatu hal itu
juga, maka hukum kasus tersebut disamakan dengan hukum kasus yang ada
nashnya.

2.3 Jenis Hukum Islam dan Sifat Hukum Islam


Hukum Islam mengenal satu jenis hukum yang membatasi tingkah laku
manusia agar berbuat baik dan lazim dikenal dengan sebutan hukum pidana dan
istilah dalam hukum Islamnya dinamakan jinayat. secara etimologi kata jinayat
berarti memetik, memotong, mengambil, dan atau memungut. sedangkan menurut
agama kata jinayat berarti pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok dalam mengambil hak Allah SWT, dan hak makhluk lain Atas
perbuatannya dikehendaki ada pembalasan seimbang dunia akhirat dengan
mendapatkan hukuman berat dari Allah SWT. Maka jinayat itu merupakan
peraturan hukum larangan atas perbuatan manusia dalam mengambil kehendak
Allah dan hak-hak hidup makhlukNya. ketentuan-ketentuan hukumnya
memberikan sanksi hukuman bagi pelakunya untuk menjalankan qisash, hudud dan
Ta’zir.
Menurut Mustofa dalam bukunya berdasarkan dasar-dasar Islam jinayat
merupakan peraturan yang menyangkut pidana diantaranya qisash, diyat, kifarat,
pembunuhan, zina, minuman keras, murtad, khianat dalam
perjuangan, dan kesaksian. Dapat disimpulkan bahwa jinayat yaitu suatu hukum
terhadap bentuk perbuatan kejahatan yang berkaitan dengan pembunuhan,
perjinahan menuduh zina pencurian minum khamr dan perbuatan-perbuatan
kejahatan lainnya.
1. Tindak pidana yang bersangkutan dengan hukum Qishash
Qishash adalah hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak pidana
yang jenis hukumannya sama dengan jenis perbuatan yang dilakukannya.
7

seperti hukum pada pembunuhan maka dibunuh pula dalam perbuatan


melukai maka dilukai pula. secara garis besar Qishash terbagi menjadi dua
jenis yaitu Qishash terhadap jiwa dan Qishash selain jiwa. qisas terhadap
jiwa adalah berkaitan dengan tindak pidana pembunuhan dan yang berkaitan
dengan pelukaan terhadap bagian anggota tubuh. hukuman bagi orang yang
melakukan pembukaan tersebut yaitu dengan cara dilukai kembali sesuai
dengan firman Allah pada QS. al-maidah ayat 45.
“dan kami telah tetapkan terhadap mereka didalamnya (At
Taurat) bahwasannya jiwa (di balas) dengan jiwa, mata dengan mata,
hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan Gigi, dan luka-
luka (pun) ada kisasnya.barangsiapa yang melepaskan (hak qisas) nya
maka melepaskan hari itu (menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa
tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim.”
2. Tindak pidana yang bersangkutan dengan hukum hudud
Jarimah hudud adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan
batang tubuhnya dalam Alquran dan sunnah nabi Muhammad. berasal dari
kata had yang menurut ucapannya berarti pagar, Larangan, batas, tapal atau
dinding. di dalam Islam disebutkan bahwa kata hudud berarti hukuman
hukuman tertentu yang diwajibkan bagi orang menjalankannya kalau
melanggar larangan-larangan tertentu dilihat dari dua arti ini menunjukkan
bahwa kalau terjadi perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang dan memenuhi ketentuan larangan maka pelakunya
dikenakan hukuman. Tindak pidana yang bersangkutan terdiri atas berzina,
menuduh zina mencuri dan minum khamr.
3. Tindak pidana yang bersangkutan dengan hukum Ta’zir
menurut ahli dalam bukunya hukum Islam Ta’zir adalah perbuatan pidana
yang bentuk ancaman hukumannya ditentukan oleh penguasa sebagai
pelajaran bagi pelakunya. Ta’zir merupakan hukuman yang bersifat
edukatif yang ditentukan oleh hakim atas perbuatan dosa dan hukumannya
belum ditentukan oleh syariat atau kepastian hukum nya belum ada seperti
mencuri dibawah satu nisab, melakukan teror, dan lain-lainnya.
8

Sumber hukum pertama adalah Alquran yaitu Wahyu atau kalam Allah yang
sudah dijamu ke otentik Kanya dan juga terhindar dari investasi tangan manusia
sehingga dengan pen penyucian tersebut bukan posisi Alquran sebagai sumber
hukum yang utama. umber hukum dalam Islam tidak hanya al-Qur’an saja,
melainkan juga Hadis, Ijma’ dan Qiyas. Ketiganya hanyalah sebagai sumber
skunder hukum-hukum Islam, sumber-sumber ini bukan berfungsi sebagai
penyempurna al-Qur’an melainkan sebagai penyempurna pemahaman manusia
akan maqasid al-syari’ah. Karena al-Qur’an telah sempurna sedangkan pemahaman
manusia yang tidak sempurna, sehingga dibutuhkan penjelas (bayan) sebagai
tindakan penjabaran tentang sesuatu yang belum dipahami secara seksama.
Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang sifatnya umum, maka
sebagian besar hukum yang dijelaskan bersifat global dan hanya beberapa yang
bersifat mendetail. Secara garis besar penjelasan hukum oleh al-Qur’an terdiri dari
tiga cara, sebagaimana berikut:
a. Ijmali (global) Penjelasan al-Qur’an bersifat umum, sedangkan sunnah
Nabi yang nantinya akan menjelaskan lebih mendetail. Sebagaimana
perintah mendirikan shalat, membayar zakat, dan penjelasan lafadz yang
tidak jelas secara makna. Allah swt. berfirman “Dirikanlah shalat” (Q.S.
al-Baqarah: 43). Ayat tersebut berupa perintah untuk mendirikan sholat,
tidak ada penjelasan mengenai tata cara dan waktu pelaksanaannya. Maka
disinilah Sunnah Nabi berperan adanya, “Shalatlah kalian sebagaimana
kalian melihat aku shalat” (Shallu kama ra’aytumuni ushalli).
b. Tafshili (terperinci) Al-Qur’an memaparkan hukum secara terperinci, dan
disertai pejelasan yang mendetail, adapun sunnah Nabi menjadi penguat
bagi penjelasan al-Qur’an tersebut. Contohnya, hukum waris, tata cara dan
hitungan dalam thalaq, mahram (orang yang haram untuk dinikahi), tata
cara li’an (saling melaknat) antara suami dan istri, dan penetapan hukuman
dalam kasus pidana hudud.
c. Isyarah (isyarat) Penjelasan al-Qur’an hanya sebatas pokok hukum, baik
secara isyarat maupun secara ungkapan langsung. Adapun sunnah Nabi
memberikan penjelasan hukum yang terkandung dalam pokok bahasan
tersebut secara terperinci. Sebagai contoh firman Allah SWT.
9

Hadis dalam Islam menempati posisi yang sacral, yakni sebagai sumber
hukum setelah al-Qur’an. Maka, untuk memahami ajaran dan hukum Islam,
pengetahuan terhadap hadis haruslah suatu hal yang pasti.Secara garis besar, fungsi
Hadis terhadap al-Qur’an ada tiga, di antaranya
a. Menegakkan kembali keterangan atau Perintah yang terdapat di dalam al-
Qur’an. Dalam hal ini hadis datang dengan keterangan atau perintah yang
sejalan dengan alqur’an.
b. Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang datang secara
mujmal (global). Dalam hal ini kaitannya ada tiga hal yaitu Menafsirkan
serta memperinci ayat-ayat yang bersifat umum, Mengkhususkan ayat-
ayat yang bersifat umum, dan Memberi batasan terhadap ayat bersifat
mutlaq.
c. Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan oleh al-Qur’an (bayan
Tasyri’)
Adapun macam-macam dari hukum yang terkandung dalam al-Qur’an yang
sekaligus dilengkapi pejelasannya dalam hadis ada lima;
a. Wajib, perbuatan jika dikerjakan berpahala dan jika ditinggalkan
berdosa. Contohnya, shalat, puasa, haji bagi yang mampu, dll.
b. Sunnah, perbuatan jika dikerjakan berpahala dan jika ditinggalkan tidak
berdosa. Contoh, membaca shalawat, sedekah, dll.
c. Haram, perbuatan jika dikerjakan berdosa dan jika ditinggalkan
berpahala, atau kebalikan dari wajib. Contohnya, zina, mabuk, mencuri,
dll.
d. Makruh, perbuatan jika ditinggalkan lebih utama dari pada dikerjakan.
Contoh, merokok, berkumur disiang hari saat puasa.
e. Mubah, perbuatan yang diperbolehkan oleh agama anata mengerjakan
atau meninggalkannya. Contoh, olahraga, berdagang, dll.

2.4 Hukum Islam Di Indonesia


Hukum di indonesia berdasarkan UUD 1945. bagian terbesar dari bangsa
Indonesia beragama Islam. Sistem hukum Islam di Indonesia kedudukkannya sama
dan sederajat dengan sistem hukum lainnya yang hidup di Indonesia, yaitu hukum
10

adat dan hukum barat. Selain itu juga menjadi sumber pembentukan hukum
nasional yang akan datang. Bila mempelajari sejarah hukum Hindia Belanda
mengenai kedudukan hukum Islam, maka terbagi dalam dua periode yaitu:
1) Periode penerimaan hukum Islam sepenuhnya (receptio in complexu).
Hukum Islam diperlakukan secara penuh terhadap orang Islam karena
mereka telah memeluk agama Islam. Belanda - sejak berdirinya VOC tetap
mengakui apa yang telah berlaku sejak berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara, seperti hukum kekeluargaan Islam, hukum perkawinan, dan
hukum waris.
2) Periode penerimaan hukum Islam oleh hukum adat (theorie receptie).
Hukum Islam baru berlaku bila dikehendaki atau diterima oleh hukum adat,
berdasarkan pendapat Snouck Hurgronje yang dituangkan dalam Undang-
undang Dasar Hindia Belanda. Pendapat ini ditentang keras oleh Hazairin
dan menganggap teori tersebut adalah teori Iblis karena mengajak orang
Islam untuk tidak mematuhi dan melaksanakan perintah Allah dan sunnah
Rasulnya.

2.5 Penerapan Hukum Islam di Indonesia


Meskipun Indonesia tidak menerapkan hukum Islam secara
menyeluruh seperti Arab Saudi atau Qatar, namun pada dasarnya nilai-nilai yang
terkandung dalam Islam juga diterapkan dalam hukum positif Indonesia. Hal ini
dapat Anda lihat dari berbagai peraturan perundang-undangan yang mengandung
nilai-nilai hukum Islam, di antaranya:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama dan kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun
2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama;
11

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf;


4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;
6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji dan Umrah;
7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren;
8. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi
Hukum Islam

2.6 Problematika Sosial Penerapan Hukum Islam di Indonesia


Problematika sosial penerapan Hukum Islam di Indonesia pertama: sebab
masuknya Hukum Barat ke Indonesia dan sebab bersinggungan dengan Hukum
Adat. Kedua: sebab pengaruh politik dan kultur masyarakat. Untuk membuktikan
dua problematika sosiologi tersebut penulis menguraikannya sebagaimana
berikut:
a. Sebab masuknya Hukum Barat dan Bertentangan dengan Hukum Adat
Pada waktu Belanda datang ke Indonesia, masyarakatnya menganut
Hukum Agama seperti; Hukum Islam, Hindu, Budda dan Nasrani. Selain
hukum Agama berlaku juga hukum adat pada masyarakatnya. Menurut
C. Snouck Hugronje Kerajaan Islam pada Abad ke 16 sudah ada di
Indonesia, diantaranya yaitu Kerajaan Mataram, Banten dan Ciribon
(Wahid, 2013: 143). Belanda yang beragama Kristen Protestan sebagai
penjajah memiliki kepentingan untuk bersentuhan dengan permasalahan
hukum yang berlaku bagi masyarakat jajahannya. Ketika Belanda masuk
ke Indonesia, di masyarakat berlaku Hukum Adat dan Hukum Agama
bagi pemeluknya (Usman, 2001: 111). Setelah Belanda memberlakukan
Hukum Barat melalui VOC bagi orang Indonesia pada wilayah hukum
tertentu seperti keuangan, perdagangan, dan lapangan ekonomi pada
umumnya (Wahid, 2013: 115). Sejak fase inilah mulai terjadi gesekan
antara Hukum Barat dengan hukum yang sudah ada di Indonesia yaitu
Hukum Agama (Islam) dan Hukum Adat.
12

b. Sebab Pengaruh politik dan Kultur Masyarakat


Problematika penerapan Hukum Islam di Indonesia dipengaruhi politik dan
Kultur masyarakat. Piagam Jakarta yang merumuskan sila Ketuhanan yang
dikenal dengan sebutan tujuh kata yaitu: “dengan kewajiban menjalankan
Syariat Islam bagi para pemeluknya”. Mendapat reaksi dari Indonesia wilayah
Timur yang tidak mau bergabung dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebab rumusan sila Ketuhanan
Pada Piagam Jakarta memberikan kedudukan istimewa kepada salahsatu
Agama, sedangkan kondisi di Indonesia memiliki Agama yang plural.
Selain problematika, problematika kultural juga menjadi kendala dalam
penerapan Hukum Islam di Indonesia. Pada mulanya secara historis, hukum yang
berlaku di Indonesia adalah hukum Islam dengan adat istiadat ditundukkan
kedalamnya. Setelah Belanda datang ke Indonesia, sistem Hukum Barat
diperkenalkan, sehingga ada dualisme sistem hukum yang saling berhadapan
yaitu sistem Hukum Islam dengan sistem Hukum Belanda (Barat). Selanjurnya
dengan bantuan para orientalis, pemerintah.
Mustahiq Zakat Fitrah dan Relevansinya dengan Kewajiban
Menunaikannya Bagi Setiap Muslim (Telaah Pendapat Imam Malik W. 178 H) ║29
Hindia Belanda berhasil mengangkat kedudukan adat istiadat lokal masyarakat
yang kemudian di identivikasi sebagai sebagai sistem Hukum Adat dan
mempertentangkannya dengan sistem Hukum Islam, sambil mengukuhkan
kedudukan sistem hukum Barat dalam prakteknya. Dengan demikian sistem
hukum pada masa Hindia Belanda memiliki tingkatan stratafikasi, Hukum Barat
berada pada tingkat satu, Hukum Adat tingkat dua, dan Hukum Islam tingkat
tiga. Akibatnya Hukum Islam selalu di identifikasikan dalam posisi yang
berlawanan dengan Hukum Adat dan Hukum Barat. Setelah Indonesia merdeka
kedua warisan hukum yang terakhir itulah yang diterjemahkan menjadi Hukum
Nasional, sehingga kultural Hukum Islam tetap kelas tiga karena menjadi
marginal dalam konteks sistem Hukum Nasional.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Islam dan Hukum merupakan hukum yang bersumber dan menjadi bagian
dalam Islam, dalam islam, hukum islam itu sangat penting, dalam makalah ini dapat
kita pelajari tentang sumber-sumber Islam, ada jenis hukum islam dan sifatnya,
hukum islalm di Indonesia dengan penerapannya, solusi dalam penerapan islam di
Indonesia, yang sudah diimplemntasikan di Indonesia.

3.2 Saran
Adapun saran dari penyusun yaitu: dalam hukum dan Islam hendaknya kita
harus mengetahui, karena jika kita memasuki islam kita harus tahu seperti apa
hukum dalam islam tersebut, jika pembaca tidak puas dalam makalah ini terkait
islam dan hukum, maka langkah baiknya pembaca mencari sumber dan literatur
lain untuk mengatahui tentang islam dan hukum.

13
DAFTAR PUSTAKA

Iryani, E. (2017). Hukum Islam, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia: Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 17(2), 24-31.
Jaya, S.(2019). Al-Quran Dan Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam: Jurnal Indo
Islamika, 9 (2), 204-216.
Jenuri, dkk.(2017). Pengembangan Materi Seminar Pendidikan Agama Islam SPAI
Untuk Calon Guru Kependidikandasaran. Bandung: Rizqi Press.
Wirdyaningsih, N.(2001). Hukum Islam dan Pelaksanaannya di Indonesia: Journal
Hukum dan Pengembangan, 1 (4), 366-382.

14

Anda mungkin juga menyukai