Dosen Pengampu
Millata Zamana, MA
Mustafa, S.Pd.I., MA
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Puji dan Syukur kami Panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Pengamalan Ajaran Agama Islam.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penyusun
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.4.1 Akidah.............................................................................................................7
2.4.2 Syariah.............................................................................................................9
2.4.3 Akhlak...........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Islam, baik itu dari hubungan kita dengan Allah (Habluminallah), dengan diri sendiri,
maupun orang lain (Habluminannas).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pengamalan ajaran Islam adalah proses pelaksanaan syariat Islam yang telah Allah
turunkan kepada Nabi saw., berhubungan dengan sesama manusia) dengan menjauhi
perkara yang dilarang oleh agama.
b. Qiyas
Yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya.
Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk
membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok
masalah atau sebab akibat yang sama. Contohnya adalah pada surat Al-Isra’
ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’ kepada orang tua
5
tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi
sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
c. Istihsan
Yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya
yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima
untuk mencegah kemudaratan, atau dapat diartikan pula menetapkan hukum
suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan. Contohnya, menurut
aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum
ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan
rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan
dengan sistem pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim
kemudian.
d. Maslahah Mursalah
Yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut
istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan
manusia. Contohnya, dalam Al-Qur’an maupun Hadist tidak terdapat dalil
yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al-Qur’an. Akan tetapi,
hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.
e. Saddu Dzari’ah
Yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah
adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau
haram demi kepentingan umat. Contohnya adalah adanya larangan
meminum minuman keras walaupun hanya seteguk, padahal minum seteguk
tidak memabukkan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan sampai
orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
f. Istishab
Yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum
tersebut. Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu
atau belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada
6
keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena
shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
g. Urf
Yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik
berupa perkataan maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli.
Si pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang yang telah
diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah dimaklumi
bersama antara penjual dan pembeli.
7
Malaikat mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan ijin Allah,
malaikat senantiasa bertasbih, bertunduk, serta patuh terhadap Allah.
Tugas-tugas malaikat: Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu,
Malaikat Mikail bertugas memberi rezeki kepada makhluk Allah, Malaikat
Israfil bertugas meniup sangkakala, Malaikat Izrail bertugas mencabut
nyawa, Malaikat Ridwan bertugas menjaga surga, Malaikat Malik bertugas
menjaga neraka, Malaikat Raqib dan Atid bertugas mencatat amal
perbuatan manusia, Malaikat Munkar dan Nakir bertugas menanyai
manusia didalam alam kubur. Manfaat iman kepada malaikat yaitu dapat
mendorong seseorang untuk selalu bersikap baik, berhati-hati dalam
berperilaku, menjadi seseorang merasa nyaman dan tenteram dalam
menjalankan hidupnya.
c. Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitabnya kepada rasulnya yang
berisi tentang aturan-aturan Allah. Manfaat beriman kepada kitab-kitab
Allah yaitu mendidik umat Islam untuk bersikap toleran terhadap pemeluk
agama lain, memberikan keyakinan kepada umat Islam bahwa Al-Qur’an
merupakan kitab penerus dan pelengkap terhadap semua kitab sebelumnya.
d. Iman Kepada Para Nabi dan Rasul
Iman kepada para Nabi dan Rasul berarti percaya bahwa Allah telah
memilih untuk bertugas menyampaikan segala wahyu yang diterima dari
Allah kepada umat manusia. Sifat-sifat para Nabi yaitu Shiddiq artinya
benar dan jujur dalam berkata, Amanah artinya terpercaya, Tabligh artinya
menyampaikan segala wahyu/amanat Allah, Fathanah artinya cerdas ,
pandai, dan bijaksana. Manfaat iman kepada para Nabi dan para Rasul yaitu
menjadikan seseorang muslim untuk bersikap toleran terhadap pemeluk
agama lain, memberi keyakinan kepada orang muslim bahwa semua Nabi
dan Rasul mempunyai misi suci yang sama.
e. Iman Kepada Hari Kiamat
Iman kepada hari kiamat atau hari akhir berarti percaya semua akan
mati yang kemudian akan dibangkitkan kembali. Kiamat dibagi menjadi
dua yaitu kiamat sugra yang artinya kiamat kecil seperti bencana, dan
kiamat kubra artinya kiamat besar yaitu lenyapnya seluru alam semesta.
8
Tanda-tanda kecil hari kiamat yaitu banyaknya jumlah wanita dibanding
laki-laki, pengkhianatan dianggap berjasa atau pahlawan, manusia berlomba
membangun gedung-gedung tinggi dengan maksud riya’, perhiasan masjid
berlebihan, penyalahgunaan jabatan, perzinaan dan minuman keras
merajalela. Tanda-tanda besar hari kiamat diantaranya yaitu keluarnya
dajjal, nabi Isa turun ke bumi untuk mengoreksi kesalahan doktrin agama
Kristen, bintang yang misterius sekali keluar dari bumi, matahari terbit dari
arah barat, kitab suci Al-Qur’an lenyap dari muka bumi. Hikmah iman pada
hari akhir yaitu berperilaku baik, menjaga diri dan senantiasa taat kepada
Allah.
f. Iman Kepada Qada dan Qadar
Beriman pada qadar atau takdir berarti percaya bahwa Allah itulah yang
menjadikan makhluknya dengan kodrat (kekuasaan),iradat (kehendak), dan
hikmahnya (kebijaksanaan), dan juga percaya bahwa Allah mempunyai
beberapa sunnah/hukum dalam menciptakan makhluknya. Iman kepada
qada dan qadar tidak berarti membuat manusia untuk pasif atau menyerah
terhadap keadaan yang dihadapinya tanpa adanya usaha ,tanpa adanya
untuk mengubah nasibnya menjadi yang lebih baik lagi sesuai dengan apa
yang kita inginkan. Karena dalam salah satu firman Allah telah ditegaskan
bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa hingga bangsa itu
sendiri mau mengubah nasibnya. Manfaat iman kepada qada dan qadar
yaitu dapat mendorong seseorang untuk bersikap berani dalam menegakkan
keadilan dan kebenaran, dan dapat menimbulkan ketenangan jiwa dan
pikiran pada diri seseorang.
II.4.2 Syariah
Istilah syariah dalam konteks kajian hukum Islam lebih menggambarkan
kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari proses tasyrik. Maka
dari itu ada baiknya jika sebelum kita memaparkan tentang syariah terlebih dahulu
memaparkan apa itu tasyrik.
Kata tasyrik adalah bentuk mashdar dari syarra’a, yang berarti
menciptakan dan menetapkan syariah . Sedangkan istilah ulama fiqih bermakna
“menetapkan norma-norma hukum untuk menata kehidupan manusia baik dalam
hubungannya dengan Allah SWT, maupun dengan manusia lainnya”.
9
Pada dasarnya Allah SWT-lah yang memiliki wewenang untuk menetapkan
hukum tersebut, karena Dia adalah pencipta umat manusia dan segenap Makhluk-
Nya yang lain, sementara norma-norma hukum tersebut merupakan ketentuan yang
mengatur kehidupan mereka. Dan para Rasul-lah yang diutus oleh Allah SWT
untuk menyampaikan dan menerangkan norma-norma hukum tersebut kepada
manusia. Akan tetapi, karena pernyataan-pernyataan eksplisit Al-Quran itu banyak
yang mujmal, umum dan merupakan respons yuridis terhadap produk-produk
kultur manusia, sementara penjelasan-penjelasan Al-Sunnah juga terkait dengan
zaman dan lingkungan tertentu, maka untuk beberapa hal perlu kajian-kajian
ijtihadi sebagai penjelasan lebih lanjut terhadap tuntutan nash, serta jawaban
terhadap berbagai persoalan yang belum tersentuh oleh kedua sumber hukum
tersebut.
Oleh karena itu, para ulama membagi tasyrik menjadi dua, yaitu tasyrik
samawi (ilahi) dan tasyrik wadh’i. Yang di maksud dengan tasyrik’ samawi (ilahi)
adalah penetapan hukum yang dilakukan langsung oleh Allah dan Rasul-Nya
dalam Al-Quran dan Al-Sunnah. Ketentuan-ketentuan tersebut bersifat abadi dan
tidak bisa berubah, karena hanya Allah SWT-lah yang bisa mengubah semua
ketentuan-ketentuan tersebut, manusia hanya bisa mengamalkan dari ketentuan-
ketentuan Allah tersebut. Sedangkan maksud dari tasyrik’ wadh’i adalah penentuan
hukum yang dilakukan oleh para mujtahid, baik mujtahid mustambith maupun
muthabiq. Ketentuan-ketentuan dari kajian mereka itu tidak abadi dan dapat
berubah, karena merupakan hasil manusia biasa yang jauh dari kata kesempurnaan
dalam melakukan sesuatu termasuk dalam mengkaji ketentuan-ketentuan tersebut.
Kajian ketentuan-ketentuan hukum jenis kedua ini, meskipun kajian manusia dapat
tetap dikatakan syariah apabila kiblat dari kajian tersebut adalah Al-Qur’an dan Al-
Sunnah.
Berpindah ke syariah. Kata syariah menurut bahasa adalah jalan tempat
keluarnya air untuk diminum”. Lalu bangsa Arab mengartikan kalimat tersebut
untuk konotasi jalan yang lurus. Dan pada saat itu dipakai dalam pembahasan
hukum jadi bermakna “segala sesuatu yang disyariatkan Allah kepada hamba-
hamba-Nya, sebagai jalan lurus untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Menurut Manna’ Al-Qathan istilah syariah itu mencakup aspek akidah dan
akhlak selain aspek hukum. Sebagaimana yang telah dikatakan “segala ketentuan
Allah yang disyariatkan bagi hamba-hamba-Nya”. Dengan pengertian ini, Manna’
10
Al-Qhatan ingin membedakan antara syariah sebagai ajaran yang langsung dari
Allah SWT dengan perundang-undangan hasil pemikiran manusia. Namun dia
mengidentikkan syariah dengan agama.
Sejalan dengan ini, Faruq Nabhan juga berpendapat bahwa syariah itu
mencakup aspek akidah, akhlak, dan amaliah. Namun menurutnya, istilah syariah
itu terkadang terkonotasi fiqh, yaitu pada norma-norma amaliah beserta implikasi
kajiannya.
Muhammad Shaltout memberikan pengertian tentang syariah juga, yang
mana menurut Mahmud Shalout syariah itu adalah ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan Allah SWT atau hasil pemahaman atas dasar ketentuan tersebut, untuk
dijadikan pegangan oleh umat manusia baik dalam hubungannya dengan Allah
SWT, dengan umat manusia lainnya, orang Islam dengan non-muslim, dengan
alam maupun dalam menata kehidupan ini.
Mahmud Shaltout berpendapat lebih jauh bahwa aspek akidah tidak
termasuk pada pembahasan dan kajian syariah karena akidah menurutnya
merupakan landasan bagi tumbuh di berkembangnya syariah, sedangkan syariah
adalah sesuatu yang harus tumbuh di atas aqidah tersebut.
Pengertian yang dikemukakan Shaltout ini dapat mewakili dua jenis
syariah, yaitu ketentuan-ketentuan yang diturunkan serta dikeluarkan oleh Allah
SWT dan Rasul-Nya, serta norma-norma hukum hasil kajian para ulama mujtahid,
baik melalui qiyas maupun maslahah. Dan pengertian itu juga membatasi syariah
pada aspek hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam/lingkungan sosialnya.
Aspek hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT
disebut ibadah, sementara aspek hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia lain, alam dan lingkungannya disebut muamalah.
II.4.3 Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq, yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, yang artinya budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. Kesamaan akar kata seperti ini mengisyaratkan bahwa
salam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq
(tuhan) dengan perilaku makhluk (manusia).
Secara terminologi, ada beberapa definisi tentang akhlak, antara lain:
11
a. Menurut Al-Ghazali:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
b. Menurut Ibrahim Anis:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang buruk dengannya
lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan.
c. Menurut Abd Al-Kharim Zaidan:
Akhlak adalah kumpulan nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam
jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai
perbuatannya baik atau buruk.
Ketiga definisi tersebut sepakat menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia , sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana
diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu..
12
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Islam merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu salama berarti selamat,
damai dan sentosa. Islam merupakan ajaran-ajaran yang diwahyukan oleh Tuhan kepada
seorang manusia melalui Nabi Muhammad Saw, seorang Rasul. Pada hakikatnya, Ajaran
Islam merupakan kumpulan dari berbagai prinsip-prinsip kehidupan, ajaran mengenai
bagaimana seharusnya manusia dapat menjalankan kehidupannya di dunia yang fana ini,
satu prinsip dengan yang lainnya saling terkait sehingga membentuk satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Pengamalan ajaran Islam adalah proses pelaksanaan syariat Islam yang telah Allah
turunkan kepada Nabi saw., berhubungan dengan sesama manusia) dengan menjauhi
perkara yang dilarang oleh agama.
Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama
adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ruang lingkup ajaran Islam terdapat tiga pegangan, yaitu aqidah, syariah, dan
akhlak.
III.2 Saran
Setiap umat muslim diharapkan mampu mengetahui dan memahami pokok-pokok
ajaran Islam yang berisi tentang akidah, syari’ah dan akhlak serta dapat mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari dengan berpedoman kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013). MAKALAH AJARAN AGAMA ISLAM. Diakses 27 November 2021, dari
ANEKA RAGAM MAKALAH: https://www.anekamakalah.com/2013/02/agama-
islam.html
Iskandar, M., Rosidah, Y., & Septialini, L. A. (2015). Makalah Pengantar Studi Islam :
Pokok-Pokok Ajaran Islam. Diakses 27 November 2021, dari Academia:
https://www.academia.edu/20057443/
Makalah_Pengantar_Studi_Islam_Pokok_Pokok_Ajaran_Islam
14