Dosen Pengampu:
NIP:
Disusun Oleh:
KELAS C
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Islam dan Ilmu Sosial Humoniora dengan
judul: Islam dan Adat.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................
C. TUJUAN PENELITIAN.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A. KESIMPULAN.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam masuk di Indonesia melalui proses sejarah yang panjang. Proses islamisasi
tersebut di nilai tidak jelas.1 Ketidakjelasan ini antara lain terletak pada pertanyaan tentang
kapan Islam ocal, dari mana Islam berasal, siapa yang menyebarkan Islam di Indonesia
pertama kali. Hingga saat ini pertanyaan tersebut belum ada yang memastikan secara tepat
karena kurangnya data yang dapat mendukung secara teoritik dan masih memerlukan
perdebatan yang memakan waktu panjang. Dengan demikian, Islam memiliki sistem hukum
sangat komplit demi mengatur kehidupan manusia, pertama hukum i`tqodi, yang menyangkut
tentang kepercayaan atau keyakinan kepada Allah, malaikat, kitab al-Qur`an, para utusan dan
hari Akhir. Kedua, hukum akhlak, ini berkenaan dengan bagaimana cara berperilaku yang
baik serta menghilangkan sifat-sifat yang tercela. Ketiga, hukum amaliyah yang biasa dikenal
dengan istilah hukum fiqh. Hukum ini timbul dari mukallaf berupa perkataan, perbuatan atau
tindakan-tindakan yang lain.2 Akan tetapi, permasalahan yang muncul di masyarakat yaitu
berupa aktivitas yang sering dilakukan, dalam hal ini adalah adat istiadat, tanpa
memperhitungkan konsekuensi hukum agama. Mereka lebih cenderung mengikuti keadaan
sosial yang ada di daerahnya dan merekapun mempunyai keyakinan apa yang dilakukan
adalah benar.
Adat memang tidak pernah lepas dari kehidupan kita. Adatpun selalu menjadi ocalv
yang sulit untuk dipecahkan, bahkan tidak jarang menjadi momok yang dinilai bid’ah
dlalalah oleh sebagian cendekiawan kelas ringan. Adahal jika kita lihat dari kacamata sejarah,
kesuksesan Islam di Jawa karena dapat menjadikan adat sebagai lahan dakwah.3 Islam
mengakui `urf atau adat sebagai sumber hukum, karena pada kenyataanya adat kebiasaan
telah memainkan peranan penting dalam mengatur lalu lintas hubungan tata tertib sosial di
kalangan masyarakat. Karena itulah, hal-hal yang tidak bertentangan dengan prinsip aqidah
dan tauhid serta tidak bertentangan dengan rasa keadilan dan kemanusiaan, maka syariat
Islam membiarkan hukum adat berjalan terus bahkan menetapkannya dalam kerangka hukum
Islam itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1
MMC.Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern,(Yogyakarta:Gadjah MadaUniversity),h.73
2
Abdul Wahab Khallaf. Ilmu Ushuli Fiqh. Bairul: (Daru al – qalm, Cet. X11).
3
Ifrosin. Fiqh Adat (Tradisi masyarakat dalam pandangan Fiqh). (Jawa Tengan: Mukjizat).hlm.5.
4
1. Bagaimana Makna Islam dan Adat ?
2. Bagaimana hubungan antara Islam dan Adat?
3. Bagaimana Fungsi Islam dan Budaya dalam Kehidupan Manusia?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui Makna Islam dan Adat/ Budaya
2. Untuk mengetahui Hubungan anatara Adat/Budaya dan Islam.
3. Untuk mengetahui Fungsi Islam dan Adat/Budaya dalam Kehidupan Manusia
BAB II
5
PEMBAHASAN
6
membentuk perilaku dan akhlak yang mulia. Islam mempunyai konsep keseimbangan antara
kepentingan duniawi dan ukhrawi, sehingga syari’at dan undang-undangnya berfungsi
menguatkan dan menjaga bangunan Islam demi kemaslahatan dunia dan akhirat.8
7
tempat yang semestinya di mata manusia itu sendiri. Kedua, Islam bukan produk budaya,
namun budaya timbul dapat terinspirasi dari efek adanya agama itu sendiri12
Hubungan harmonis antara agama dengan tradisi local sebenarnya bukan hal baru.
Menurut Kuntowijoyo (2001: 196), agama dan budaya adalah dua hal yang saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi, baik dalam mengambil bentuk,maupun isi/nilai.
Proses penerimaan Islam dalam masyarakat tradisional, terutama masyarakat Jawa, akulturasi
antara agama dengan budaya local cukup kuat. Masyarakat Jawa berhasil mengembangkan
kebudayaan yang kaya raya dengan menyerap dan memanfaatkan unsur-unsur agama dan
kebudayaan Hindu Budha, dengan menyesuaikannya dengan tradisi Kejawen (Hasan, 1990:
59). Hal itu sekaligus menjadi strategi dakwah dengan menyajikan Islam dalam kemasan
yang atraktif, khususnya dengan menekankan kesesuaian dengan Islam atau kontinuitas,13
gama adalah ocal yang melambangkan nilai ketaan kepada Tuhan. Kebudayaan juga
mengandung nilai dan ocal supaya manusia bisa hidup didalamnya. Agama memerlukan
sistem local dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Agama merupakan
sesuatu yang final, universal, abadi, dan tidak mengenal perubahan. Sedangkan kebudayaan
bersifat local primitive dan temporer. Agama tanpa kebudayaan dapat berkembang sebagai
agama pribadi. Namun tanpa kebudayaan, agama di ibaratkan sebagai kolektivitas tidak akan
mendapatkan tempat (Amin, 2000: 11). Islam merespon budaya local, adat atau tradisi di
manapun dan kapanpun, dan membuka diri untuk menerima budaya local, adat atau tradisi
sepanjang budaya local, adat atau tradisi tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan
as-Sunnah (Baedhowi, 2008: 65). Afifuddin Muhajir (via Baso, 2017, cet. 2: xiii)
mengungkapkan bahwa ‘urf adalah tradisi atau adat istiadat (budaya) yang dialami dan
dijalani oleh manusia baik personal maupun komunal. ‘Urf seseorang atau suatu masyarakat
harus diperhatikan dan dipertimbangkan di dalam menetapkan hukum sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariat. Imam as-Sarakhsi (via Muhajir, 2017; Baso, 2017)
mengatakan dalam kitabnya yang terkanal, alMabsuth: “yang diterapkan oleh ‘urf sama
dengan yang ditetapkan oleh nash.” Hal ini karena tradisi termasuk bagian dari syariah, Allah
SWT berfirman:
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ‘urf (tradisi yang
baik), serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (Q.S. al- ‘Araf: 199).
12
Badrudin, M.Ag. antara islam dan kebudayaan.hal 215. Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Essai-essai
Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, (Bandung: Mizan, 2001), h. 196.
13
Joko tri haryono.relasi agama dan budaya dalam hubungan intern umat isam. Jurnal SMaRT Volume 01
Nomor 01 Juni 2015,. Hal 45.
8
Artinya, tradisi dan budaya termasuk bagian dari syari’ah (aturan agama) yang harus
dijadikan pertimbangan dalam setiap tindakan dan ucapan berdasarkan ayat al-Qur’an di atas.
Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah Saw. Bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti yang
mulia.” (HR. Ahmad (8939).
‘Urf atau tradisi juga ditegaskan oleh para Sahabat, antara lain Abdullah bin Mas’ud yang
berkata:
“Tradisi yang dianggap baik oleh umat Islam, adalah baik pula menurut Allah.
Tradisi yang dianggap jelek oleh umat Islam, maka jelek pula menurut Allah.” (HR. Ahmad,
Abu Ya’la dan al-Hakim).
Agama telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling sublime,
sebagai sejumlah besar moralitas, sumber tatanan masyarakat dan perdamaian batin
individu, sebagai sesuatu yang memuliakan dan yang membuat manusia beradab.
Sebenarnya lembaga keagamaan adalah menyangkut hal yang mengandung arti
penting tertentu, menyangkut masalah aspek kehidupan manusia, yang dalam
transendensinya, mencakup sesuatu yang memiliki arti penting dan menonjol bagi
manusia. Agama bukanlah suatu entitas independen yang berdiri sendiri. Tetapi
agama terdiri dari berbagai dimensi yang merupakan satu kesatuan. Masingmasingnya
14
Laode Monto Bauto. Perspektif agam dan budaya dalam masyarakat indonisia. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial,
Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014, h 21
9
tidak dapat berdiri tanpa yang lain. seorang ilmuwan barat menguraikan agama ke
dalam lima dimensi komitmen. Seseorang kemudian dapat diklasifikasikan menjadi
seorang penganut agama tertentu dengan adanya perilaku dan keyakinan yang
merupakan wujud komitmennya. Ketidakutuhan seseorang dalam menjalankan lima
dimensi komitmen ini menjadikannya religiusitasnya tidak dapat diakui secara utuh.
Kelimanya terdiri dari perbuatan, perkataan, keyakinan, dan sikap yang
melambangkan (lambing atau simbol) kepatuhan (komitmen) pada ajaran agama.
Agama mengajarkan tentang apa yang benar dan yang salah, serta apa yang baik dan
yang buruk.
Agama berasal dari Supra Ultimate Being, bukan dari kebudayaan yang
diciptakan oleh seorang atau sejumlah orang. Agama yang benar tidak dirumuskan
oleh manusia. Manusia hanya dapat merumuskan kebajikan atau kebijakan, bukan
kebenaran. Kebenaran hanyalah berasal dari yang benar yang mengetahui segala
sesuatu yang tercipta, yaitu Sang Pencipta itu sendiri. Dan apa yang ada dalam agama
selalu berujung pada tujuan yang ideal. Ajaran agama berhulu pada kebenaran dan
bermuara pada keselamatan. Ajaran yang ada dalam agama memuat berbagai hal yang
harus dilakukan oleh manusia dan tentang hal-hal yang harus dihindarkan. Kepatuhan
pada ajaran agama ini akan menghasilkan kondisi ideal.
b. Fungsi adat/budaya
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan
masyarakat. Berbagai kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-
anggotanya baik kekuatan alam maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam
masyarakat itu sendiri yang tidak selalu baik baginya. Kecuali itu, manusia dan
masyarakat memerlukan juga kepuasan, baik di bidang spiritual maupun material.
Kebutuhan-kebutuhan masyarakat di atas, untuk sebagian besar dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar
karena kemampuan manusia terbatas, dan dengan demikian kemampuan kebudayaan
yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas dalam memenuhi segala
kebutuhannya.15 Dalam tindakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap
lingkungan alam, pada taraf permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata
bertindak di dalam batas- batas untuk melindungi dirinya. Taraf tersebut masih
banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang hingga kini masih rendah taraf
15
Soerjono Soekanto, Op.Cit.,h.194.
10
kebudayaannya. Keadaannya berlainan dengan masyarakat yang sudah kompleks,
dimana taraf kebudayaannya sudah tinggi. Kasil karya manusia berupa teknologi
memberikan kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas untuk memanfaatkan hasil-
hasil alam dan apabila mungkin menguasai alam.16
Dengan demikian kebudayaan berfungsi mengatur agar manusia memahami
bagaimana manusia harus bertingkah laku, berbuat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya di masyarakat, sehingga segala ketentuan di dalam masyarakat diharapkan
dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat yang bertempat
tinggal pada lingkungan tersebut. Masyarakat pun diharapkan mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar, agar semua dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Kebudayaan juga berisi norma-norma sosial yakni sendi- sendi masyarakat
yang berisi sanksi-sanksi atau hukuman- hukuman yang dijatuhkan oleh golongan
bilamana peraturan yang dianggap baik untuk menjaga keutuhan dan keselamatan
masyarakat dilanggar. Norma-norma itu merupakan kebiasaan- kebiasaan hidup, adat
istiadat, kebiasaan.
Kebudayaan juga memiliki peran penting dalam membentuk masyarakat.
Peran penting atau fungsi kebudayaan bagi masyarakat adalah :
1. Melindungi diri terhadap lingkungan alam
2. Memberi kepuasan materil atau spiritual bagi manusia dan masyarakat
3. Memanfaatkan alam dan bila perlu menguasai alam dengan teknologi yang
diciptakannya
4. Mengatur tata tertib dalam pergaulan masyarakat dengan norma-norma dan nilai-
nilai sosial.17
D. CONTOH KONFLIK
16
Ibid,h 195
17
Sunaryo,Op.Cit.,h.104
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
12
Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri,
keta’atan, dan kepatuhan. Manfaatnya bukan untuk Allah sendiri, tetapi untuk
kemaslahatan manusia itu sendiri. Kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa, dan
cipta manusia di masyarakat. Proses penerimaan Islam dalam masyarakat tradisional,
terutama masyarakat Jawa, akulturasi antara agama dengan budaya local cukup kuat.
Kebudayaan berfungsi mengatur agar manusia memahami bagaimana manusia harus
bertingkah laku, berbuat untuk kemaslahatan Manusia.
(MMC.Ricklefs, 2008)
13
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
MMC.Ricklefs. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
14