Anda di halaman 1dari 7

Pengantar Studi Islam

LAPORAN HASIL MINI RISET

IMPLEMENTASI PENALARAN BAYANI, BURHANI DAN IRFANI


TERHADAP CHILD FREE

Dosen Pengampu:
Siti Jahroh S. H. I, M. SI.
NIP :19790418 200912 2 001
Disusun Oleh :
1. Sinta Kholifatun Nisa (22103070119)
2. Abdurrahman Imam Kharomain (22103070121)
3. Iwan Budi Cahyono (22103070120)
4. Parhan Maulana M (22103070123)
5. Nadya Salsabilla R (22103070124)
6. Rifky Mahfuzhi (22103070112)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Fenomena childfree telah muncul dalam skala global. Di belahan dunia Eropa istilah
childfree bukanlah hal yang asing. Karakteristik penduduk yang giat bekerja, mandiri dan
tidak mau direpotkan dengan kehadiran anak menjadi alasan kuat seseorang memutuskan
hidup tanpa anak atau childfree. Wanita berpendidikan tinggi memiliki keinginan yang kuat
untuk tidak memiliki anak atau membatasi jumlah anak. Mereka biasanya tinggal di
perkotaan dan cenderung tidak religius. Keputusan untuk childfree bisa ditentukan dalam
kurun waktu tertentu maupun selamanya, sehingga ada kategori Childfree sementara dan
Childfree selamanya.
Childfree juga memiliki perhatian khusus pada kondisi alam. Mereka memikirkan kondisi
alam di masa yang akan datang. Setiap manusia memiliki kebutuhan akan pangan, dengan
melahirkan anak maka alam juga harus menyediakan bahan pangan untuk setiap anak yang
lahir. Sedangkan kondisi bumi memang semakin tua dan ketersediaan energi tidak mungkin
bersifat selamanya, maka dari itu keseimbangannya harus dijaga dan jangan sampai terjadi
overpopulasi.
Childfree dipilih karena khawatir jika ia tidak bisa bertanggungjawab dan akan
menimbulkan luka bagi anaknya. Childfree adalah keputusan besar yang menjadi prinsip
hidupnya bersama sang suami. Keputusan tersebut menimbulkan pro dan kontra di kalangan
masyarakat Indonesia. Di Indonesia sendiri masih kental sekali dengan stigma bahwa banyak
anak banyak rezeki. Selain itu, menyelesaikan pendidikan, menikah dan memiliki anak
adalah sebuah siklus hidup yang menjadi budaya sosial masyarakat Indonesia. seorang
perempuan kerap tidak dianggap sempurna jika tidak bisa memberikan keturunan. Hal ini
sangat bertentangan sekali dengan Childfree yang menjadi pilihan hidup wanita modern saat
ini. Seiring perkembangan zaman, berkembang pula pola pikir manusia.
Memiliki anak bukanlah suatu kewajiban, malinkan sebuah pilihan hidup dan
kesepakatan bersama antara suami dan istri. Memiliki anak tidak hanya melahirkan,
mengasuh dan mendidik saja. Tetapi ada tanggungjawab besar bagaimana kita memenuhi
hak-haknya dan membentuknya menjadi anak yang berkualitas. Perempuan yang Childfree
memiliki pola pikir yang berbeda dengan perempuan pada umumnya. Bagi sebagian orang
berpendapat bahwa menjadi ibu artinya menjadi perempuan seutuhnya. Dengan adanya
realitas tersebut, peneliti pun tertarik untuk meneliti tentang Childfree yang sering dijumpai
di dunia termasuk Indonesia. Banyaknya jumlah perempuan dibandingkan laki-laki dan
semakin memburukanya akses ruang publik terhadap wanita semakin meningkatkan jumlah
wanita berprestasi dan sukses sehingga merubah pola pikirnya terhadap kehadiran anak
dalam keluarga.
Sedangkan pola hubungan yang bersifat linear, pada akhirnya akan menghadapi jalan
buntu. Pola ini dari semula sudah berasumsi bahwa salah satu dari ketiga epistemologi
tersebut adalah yang terbaik.
BAB II
ISI
Hasil Wawancara
1
Pewawancara : apakah kamu tau tentang childfree

Narasumber : ya, saya tau childfree itu orang yang sudah berkeluarga tapi tidak ingin mempunyai
keturunan dikarenakan alasan tertentu.

Pewawancara : bagaimana pendapatnya mengenai childfree di Indonesia

Narasumber : Kalau menurut saya childfree itu boleh-boleh saja karena kita tidak mempunyai hak untuk
melarang mereka karena tidak ada aturannya untuk menyuruh setiap orang dalam urusan pribadinya
masing-masing, Itu adalah hak mereka jika mereka menginginkan childfree ya silahkan soalnya itu
merupakan hak Pribadinya. Karena di Indonesia juga tidak ada UU yang mengatur setiap yang
berkeluarga harus mempunyai anak/keturunan, ada juga UU tentang berkeluarga yang mana setiap orang
berhak mengurus dan membentuk keluarganya masing-masing. Lagipula Indonesia malah mengadakan
program KB (keluarga berencana) yang mana maksudnya adalah untuk meminimalisir terjadinya banyak
anak di setiap keluarga, mungkin pemerintah mengadakan program itu juga untuk meminimalisir
banyaknya angka kemiskinan di Indonesia karena banyak tanggungan bagi orang tua.

Pewawancara : Bagaimana jiga suatu hari nanti kamu sudah menikah, apakah kamu juga akan melakukan
childfree

Narasumber : Saya tidak akan melakukannya, alasannya karena saya tau hampir setiap orang tua
menginginkan keturunan karena siapa lagi kalau bukan keturunan tapi tidak sebanyak orang tua dulu yang
mempunyai keturunan sampai belasan. Makanya saya setuju dengan adanya sistem KB tersebut yang
dapat meminimalisir banyaknya anak.
Pewawancara : jika begitu kenapa tidak dengan cara mengadopsi anak saja, karena jika diteliti lagi
kebanyakan yang childfree itu perempuan yang tidak mau mengandung dan melahirkan karena bisa
menghambat terhadap karir di bidangnya, coba liat saja kebanyakan yang childfree itu adalah seorang
artis yang tidak mau mengambil resiko terhadap karirnya karena dia takut akan kehilangan pekerjaan.

Narasumber : ya disitulah kelemahan mereka, mereka takut akan Rizki sedangkan setiap manusia telah
diatur tentang takaran rizkinya masing-masing, selagi kita berusaha bekerja pasti ada jalannya. Jika
mengambil langkah mengadopsi anak saya pikir itu bukan jalan terbaiknya karena jika begitu seorang
istri tidak akan merasakan pengorbanan yang dirasakan oleh ibunya yang telah mengandung dan
melahirkannya .

Pewawancara : Bukan hanya itu saja ada juga alasan lain mereka mengambil keputusan untuk childfree
yaitu perekonomian yang semakin hari naik dilanjut pendidikan yang melambung tinggi, sekarang saja
sudah sedikit pendidikan yang biayanya murah apalagi sekarang peraturannya “wajib belajar 12 thn” jadi
minimal jika mempunyai anak dan menginginkan anaknya bisa mendapat pekerjaan yang pantas lah harus
membiayai menyekolahkan anaknya minimal sampai tingkat SLTA, sedangkan sekarang itu persentase
kemiskinan masih banyak, oleh karena itu mereka mengambil keputusan tersebut

Narasumber : jika hanya karena masalah pendidikan dan perekonomian justru saya malah ingat perkataan
orang tua saya “dulu setelah menikah tapi belum punya anak malahan perekonomian itu sulit, tapi setelah
mempunyai anak selalu ada Rizki yang datang malahan kebanyakan Rizki yang datang itu secara tidak
terduga/ minhaisu laa yahtasib, mungkin itulah berkahnya mempunyai keturunan”. Saya juga teringat
ungkapan dalam sebuah kitab bidayatul hidayah “jangan takut untuk menyekolahkan anaknya karena
Rizki orang yang sedang mencari ilmu itu sudah ditanggung sama Allah SWT”.

Pewawancara : jadi untuk kesimpulannya menurut kamu bagaimana mengenai childfree yang ramai
diperbincangkan ini?

Narasumber : Jika menurut saya childfree boleh-boleh saja tapi jika alasannya hanya karena takut akan
kehilangan karir, pendidikan yang mahal, atau perekonomian yang meningkat takut ga bisa kasih anaknya
kebahagiaan lah atau malah nambah beban tanggungan, hapuslah pikiran tersebut karena justru banyak
orang diluar sana yang sudah menikah pengen mempunyai keturan tetapi dikarenakan ada kelainan baik
dari si istri atau si suami sehingga tidak diberikan keturunan mereka merasa kesepian. Lah kita kenapa
kalau bisa membuat keturunan kenapa malah tidak menginginkannya. Jika orang yang berfikir si ngapain
juga childfree

Pewawancara : Apa yang anda ketahui tentang childfree?

Narasumber :  childfree menurut saya yaitu, sebuah istilah yang merujuk pada

orang atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak.

Pewawancara : lalu apa yang dipikiran anda tentang hal tersebut ?

Narasumber : iya menurut saya 1000/1 orang yang memiliki dasar seperti itu, dan tentu sudah memiliki
sebuah alasan yang cukup kuat. Karena anak adalah buah hati yang banyak diharapkan oleh
pasangan suami istri pada umumnya.

Pewawancara : Bagaimana tanggapan anda tentang seseorang yang memiliki dasar untuk lebih memilih
chiledfree?

Narasumber : semua orang memiliki hak masing” untuk memilih keputusan tersebut, dan tentunya sudah
difikirkan dan di setujui matang matang dengan pasangannya.

Pewawancara : menurut anda apa alasan mereka lebih memilih childfree ?

Narasumber : ini dari pengalaman saya pernah baca artikel tentang childfree, ada seseorang yang lebih
memilih keputusan tersebut dengan alasan, “dia berfikir, dia tidak ingin dilahirkan di dunia ini,
jadi dia juga tidak ingin melahirkan anak dari rahimnya karena tidak ingin nasib anaknya sama
sepertinya” jadi menurut saya jika keputusan tersebut di setujui oleh pasangannya, yaa kenapa
tidak karena semua orang berhak memiliki keputusannya.

Pewawancara : lalu jika pertanyaannya ke anda bagaimana? Suatu saat anda pastimenikah, apa keinginan
anda? Lebih memilih memiliki keturunan atau chiledfree?

Narasumber : untuk saya pribadi selalu ingat terhadap ucapan beliau buya yahya yaitu “Fitrahnya
makhluk bernyawa adalah menghendaki atau menginginkan adanya keturunan, fitrah salimah,
biarpun tidak sekolah, biar pun dia adalah binatang," kata Buya Yahya. Oleh karena itu, binatang
saja memiliki keinginan untuk mempunyai keturunan, apalagi manusia. Dan saya pun juga
begitu, siapa lagi yang mendoakan saya jika saya sudah tidak lagi di bumi ini jika bukan anak
saya,dan siapa lagi yang merawat saya di tua kelak nanti kalo bukan anak saya, anak adalah
titipan dari allah yang di percayakan terhadap seseorang, jadi tugas saya adalah membekali anak
agar menjadi sholeh/sholehah agar kelak juga bisa menyelamatkan saya di akhirat nanti, dan
banyak diluar sana orang yang tidak dapat memiliki keturunan dengan sebuah kekurangannya
mereka sangat menginginkan keturunan.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan jawaban dari beberapa narasumber di atas metode pemikiran yang digunakan oleh
narasumber 1 adalah Burhani yang merupakan metode berpikir yang berdasarkan runtutan nalar
logika dan melahirkan ilmu-ilmu praktis dalam kehidupan manusia sedangkan narasumber 2
menggunakan metode penelitian bayani metode berpikir yang berlandaskan kitab suci (Al Qur'an),
darinya lahir ilmu fiqih dan ilmu kalam

Anda mungkin juga menyukai