Anda di halaman 1dari 4

Selasa, 20 November 2023

Nama : Putriana Adella

Nim : 22090200115

Kelas : 3C Reguler

Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas

Tugas : Esai Individu Keperawatan Maternitas (Childfree)

A. Data prevalensi childfree


Menurut yang sudah saya baca dari Badan Pusat Statistik hasil sensus penduduk sejak 1971
bahwa total fertility rate (TFR) Indonesia terus menurun. Perempuan dalam rentang usia 15-
49 tahun melahirkan dua anak dalam dua dekade terakhir. Selain menurunnya memiliki anak,
TFR juga mengindikasikan semakin banyaknya perempuan yang menunda memiliki anak dan
bahkan sebagian diantaranya memilih untuk childfree.

Persentase perempuan childfree di indonesia pun cenderung meningkat dalam empat tahun
terakhir (gambar 2). Meskipun angka kejadiannya sedikit tertekan di awal pandemi covid-19,
namun persentasenya kembali menanjak di tahun-tahun berikutnya. Selama pandemi seluruh
warga di haruskan untuk bekerja di rumah karena untuk mengurangi resiko terkena covid-19.
Kebijakan work from home ini nampaknya cukup memengaruhi keputusan seseorang untuk
memiliki anak. Di tahun 2022 saja, sekitar 8 orang diketahui memilih hidup childfree diantara
100 perempuan usia produktif yang pernah kawin, namun belum pernah memiliki anak serta
tidak sedang menggunakan alat kb. Jumlah ini setara dengan 0,1% perempuan berusia 15-49
tahun. Artinya, dari 1000 perempuan dewasa di indonesia, satu diantaranya telah memutuskan
untuk childfree.
Kedua gambar ini saya ambil dari Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk & SUSENAS.

B. Dampak positif dan negatif dari childfree


Dampak tidak memiliki anak ini tidak hanya dampak negatif nya saja, awalnya saya
berpikir kalau Childfree ini hanya akan menimbulkan dampak negatif, akan tetapi ada juga
dampak positif dari childfree ini. Terutama kepada ibu-ibu usia muda yang sudah menikah dan
belum siap memiliki anak, mereka berpikir jika memiliki anak akan menambah beban di
hidupnya dan takut anaknya di telantarkan, sehingga pilihan ini menjadi solusi yang terbaik.
Childfree ini juga berdampak positif kepada keluarga yang ekonomi nya belum tercukupi
untuk memiliki anak, sehingga sangat boleh karena untuk kesejahteraan keluarga nya. Dan itu
dampak positif dari dalam keluarga, kalau dampak positif dari suatu wilayah adalah menekan
laju populasi manusia, mengurangi kepadatan penduduk sehingga angka pengangguran di
suatu wilayah bisa menurun, dan mengurangi konsumsi sumber daya alam.

Dampak negatif dari Childfree ini ternyata lebih banyak dibandingkan dampak positifnya,
yang pertama itu akan menimbulkan rasa cemburu, rasa iri terhadap keluarga lain yang
memiliki anak, bagus jika mereka merasa cukup hanya berdua saja dan tidak merasa kesepian
tidak adanya anak di dalam rumah tangga, tapi jika sebaliknya? Akan menimbulkan cekcok
antara suami dan istri. Sangat mungkin terjadinya perceraian karena sebenarnya anak adalah
pengerat hubungan pernikahan agar lebih harmonis lagi. Dan dalam agama pun dianjurkan
unutk memiliki anak supaya mereka ada tiket untuk masuk surga lewat tangan anak yang
sholeh & sholeha. Orang-orang yang memilih childfree juga dapat meninggal lebih dulu
dibandingkan orang yang memiliki anak, karena menginjak usia lansia mereka akan butuh
sosok anak untuk merawatnya dan menemani nya, karena tidak bisa di pastikan suami dan istri
akan meninggal secara bersamaan, dan salah satunya pasti akan meninggalkannya duluan. Di
fase itulah mereka merasa membutuhkan seorang anak dan menimbulkan stress karena tidak
ada yang menemani nya.

C. Peran tenaga kesehatan pada childfree


Sebagai tenaga kesehatan yang professional terutama sebagai perawat yang tugasnya
memberikan hak memilih kepada pasien harus menghargai dan menerima apapun pilihan
pasien. Harus selalu memperlihatkan sikap yang memihak pasien agar pasien merasa nyaman
bercerita dengan kita. Memberikan pengetahuan tentang baik buruknya childfree sehingga
pasien dapat mempertimbangkan kembali terhadap keputusan yang akan dipilih. Jika pasien
datang setelah memilih tidak memiliki anak dan mendapat perilaku buruk dari orang sekitar,
maka tugas kita adalah menenangkannya dan menyuruh untuk tidak mendengarkan omongan
orang lain demi kesehatan mentalnya, dan beritahu pasien untuk bersikap tidak peduli terhadap
omongan orang sekitar yang membuatnya stress.
Peran perawat dalam kasus ini harus diperhatikan karena dampak negatif dari childfree ini
ternyata lebih banyak dibandingkan dampak positif nya. Jika ada pasien datang meminta untuk
childfree maka sebaiknya kita memberikan solusi yang terbaik untuk pasien. Childfree boleh
dilakukan dan sangat dianjurkan ketika memang pasien nya memiliki riwayat penyakit yang
menular dan dapat membahayakan anak nya. Childfree yang tidak dianjurkan ketika pasien
memiliki umur yang cukup untuk memiliki anak, masih usia subur dan tidak memiliki riwayat
penyakit yang menular dan berbahaya.

D. Pandangan islam mengenai childfree


Pandangan Islam mengenai childfree ini sebenernya bertentangan sama fitrahnya manusia
yang mengharuskan untuk melestarikan keturunannya, sudah di jelaskan juga di surah ar-rum
ayat 21 yang mengatakan bahwa “tujuan dasar disyariatkannya perkawinan adalah untuk
mencari rahmah (kasih sayang), baik itu kasih sayang dari pasangannya maupun rahmah dari
tuhan yang ujungnya adalah untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup (sakīnah)”.
Untuk mencapai sakinah ini tentunya dengan cara memiliki keturunan karena anak adalah
kunci dari ketenangan hidup.

Tujuan Islam menganjurkan untuk memiliki anak ini ada banyak manfaat nya diantaranya
menjadi jembatan untuk orangtua nya mendapat pahala jariyah yang banyak dari mengasuh
anak dan bisa masuk surga lewat cara ini. Memiliki keturunan dan mengajarkannya kelak juga
termasuk dalam sunnah Nabi. Tidak hanya itu, memiliki anak juga akan mendatangkan rezeki
seperti yang udah di jelaskan dalam surah al-isra ayat 31 bahwa dengan memiliki anak, maka
akan mendatangkan rezeki. Dan dalam surah al-furqon ayat 74 dijelaskan bahwa anak sebagai
keturunan sebagai penyenang hati. Sehingga menurunkan resiko perceraian karena memang
anak lah yang mempererat hubungan pernikahan supaya lebih harmonis. Diluar konteks diatas,
bagaimana jika orangtua yang ingin memiliki anak tetapi takut tidak bisa mengajarkannya atau
malah jadi malapetaka nanti nya kepada orangtua karena menjadi anak yang tidak baik. Mulai
menerapkan tarbiyyah al-awlad “proses pendidikan anak” untuk mengetahui hal apa saja yang
nanti harus diajarkan kepada anaknya kelak.

Anda mungkin juga menyukai