Anda di halaman 1dari 7

ISSUE PERNIKAHAN DINI

Tugas Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Perempuan
Dan Anak Rentan

Dosen Penganmpu : Yulia Nur Khayati, S.Si.T., MPH

Disusun oleh : KELOMPOK 5

1. Tria Alisa Apriani 152201046


2. Ayu Nur Irma Sari 152201047
3. Deda Komala Sari 152201048
4. Mariana Densiana Bolo 152201049
5. Ida Triyani 152201050
6. Munasifah 152201051
7. Kartika Sari 152201052
8. Silvia Devi Anggraeni 152201053
9. Yunita Eka Saputri 152201054

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN REGULER/TRANSFER

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

TAHUN 2020/2021
A. Pengertian Pernikahan Dini
Pernikahan adalah ikatan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan
yang maha esa. (Undang undang republik indonesia nomor 1 tahun 1974)
Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan pada usia yang masih di
kategorikan anak-anak atau remaja yaitu usia kurang 20 tahun. Pernikahan pada usia
remaja terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan pengaruh
informasi negatif yang menimbulkan rangsangan seksual. Biasanya pernikahan dini di
lakukan pada pasangan usia muda usia rata-rata umumnya antara 16-20 tahun.
Bata s usia yang diizinkan dalam suatu perkawinan menurut UU Pernikahan ini diatur
dalam pasal 7 ayat (1) yaitu, jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)
tahun, dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Jika ada
penyimpangan terhadap pasal 7 ayat (1) ini, dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita (pasal 7
ayat 2).
B. Penyebab Pernikahan Dini
Faktor – faktor penyebab pernikahan dini :
1. Sebab dari Anak
a. Faktor Pendidikan
1) Peran pendidikan anak-anak sangatlah penting. Namun jika anak tersebut
putus sekolah dan lebih memilih bekerja maka dia akan merasa bahwa
dirinya mandiri dan dewasa, sehingga merasa mampu menghidupi diri
sendiri dan merasa sudah pantas untuk berumah tangga.
2) Jika anak putus sekolah dan tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan, maka
dia cenderung lebih memilih mengisi kekosongannya dengan lawan jenis.
Dan memutuskan untuk menikah, padahal belum mempunyai penghasilan
tetap dan usia yang belum siap.
b. Faktor telah melakukan hubungan biologis
Jika terdapat kasus diajukannya pernikahan karena anak telah melakukan
hubungan layaknya suami istri. Orang tua perempuan cenderung langsung ingin
menikahkan anaknya. Karena anaknya dianggap sudah tidak perawan dan itu
merupakan aib. Dan pernikahan tersebut bukanlah suatu keputusan yang tepat
karena suatu hari nanti akan membuat konflik dalam rumah tangga.
c. Faktor Hamil sebelum menikah (Married By Accident)
Terjadinya hamil di luar nikah, karena anak-anak melakukan hubungan yang
melanggar norma, mamaksa mereka untuk melakukan pernikahan dini, guna
memperjelas status anak yang dikandung. Pernikahan ini memaksa mereka
menikah dan bertanggung jawab untuk berperan sebagai suami istri serta
menjadi ayah dan ibu, sehinga hal ini nantinya akan berdampak pada penuaan
dini, karena mereka belum siap lahir dan batin. Disamping itu, dengan
kehamilan diluar nikah dan ketakutan orang tua akan terjadinya hamil di luar
nikah mendorong anaknya untuk menikah diusia yang masih belia
2. Sebab dari Luar Anak
a. Faktor Pemahaman Agama
Pemahaman masyarakat tentang hubungan dengan lawan jenis adalah suatu
pelanggaran agama (perzinahan),dan harus segera menikahkan anak-anak
mereka. Pernikahan ini dilakukan dalam rangka menghindari dari perbuatan
yang tidak sesuai dengan norma agama dan masyarakat. Dengan pernikahan ini
diharapkan akan membawa dampak positif bagi keduanya.
b. Faktor Ekonomi
Kesulitan ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pernikahan
dini, keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi akan cenderung menikahkan
anaknya pada usia muda untuk melakukan pernikahan dini. Pernikahan ini
diharapkan menjadi solusi bagi kesulitan ekonomi keluarga, dengan menikah
diharapkan akan mengurangi beban ekonomi keluarga, sehingga akan sedikit
dapat mengatasi kesulitan ekonomi. Disamping itu, masalah ekonomi yang
rendah dan kemiskinan menyebabkan orang tua tidak mampu mencukupi
kebutuhan anaknya dan tidak mampu membiayai sekolah sehingga mereka
memutuskan untuk menikahkan anaknya dengan harapan sudah lepas tanggung
jawab untuk membiayai kehidupan anaknya ataupun dengan harapan anaknya
bisa memperoleh penghidupan yang lebh baik
c. Faktor Adat dan Budaya
Adat istiadat yang diyakini masyarakat tertentu semakin menambah prosentase
pernikahan dini di Indonesia.Misalnya keyakinan bahwa tidak boleh menolak
pinangan seseorang pada putrinya walaupun masih dibawah usia 18 tahun
terkadang dianggap menyepelekan dan menghina menyebabkan orang tua
menikahkan putrinya. Hal menarik dari prosentase pernikahan dini di Indonesia
adalah terjadinya perbandingan yang cukup signifikan antara di pedesaan dan
perkotaan. Berdasarkan Analisis survei penduduk antar sensus (SUPAS) 2005
dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) didapatkan
angka pernikahan di perkotaan lebih rendah dibanding di pedesaan, untuk
kelompok umur 15-19 tahun perbedaannya cukup tinggi yaitu 5,28% di
perkotaan dan 11,88% di pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa wanita usia
muda di perdesaan lebih banyak yang melakukan perkawinan pada usia muda.
C. Dampak Pernikahan Dini
1. Segi Kesehatan
Pasangan usia remaja, mempunyai resiko yaitu angka kematian yang tinggi.
Yaitu kematian pada ibu saat melahirkan, angka kematian bayi, dan rendahnya
derajat kesehatan ibu dan anak.
Menurut ilmu kesehatan usia yang kecil resiko dalam melahirkan adalah usia
antara 20-35 tahun. Artinya melahirkan pada usia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun mengandung resiko tinggi. Ibu hamil usia dibawah 20 tahun biasanya
mengalami prematuritas (melahirkan sebelum waktunya), cacat bawaan, cacat fisik
ataupun cacat mental, Kebutaan dan ketulian.
2. Segi Fisik
Pasangan usia muda biasanya belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang
memerlukan keterampilan fisik, untuk mendatangkan rejeki baginya dan mencukupi
kebutuhan keluarganya. Faktor ekonomi adalah faktor yang berperan dalam
mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga. Dan generasi muda tidak
boleh berspekulasi apa kata nanti, Utamanya untuk pria, rasa ketergantungan kepada
orang tua harus dihindari.
3. Segi Mental/Jiwa
Pasangan usia muda lebih banyak belum siap bertanggung jawab secara
moral,pada setiap apa saja yang merupakan tanggung jawabnya. Mereka sering
mengalami kegoncangan mental, karena masih memiliki sikap labil dan belum
matang emosinya.
4. Segi Pendidikan
Pendewasaan usia pernikahan ada kaitannya dengan usaha memperoleh
pendidikan yang lebih tinggi dan persiapan yang sempurna.
5. Segi Kependudukan
Pernikahan di usia muda ditinjau dari segi kependudukan mempunyai tingkat
fertilitas (kesuburan) yang tinggi, sehingga kurang mendukung pembangunan
kesejahteraan.
6. Segi Kelangsungan Rumah Tangga
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang sangat rawan dan belum stabil,
tingkat kemandiriannya masih rendah serta menyebabkan banyak terjadi perceraian.
D. Issue Pernikahan Dini pada Remaja
Pernikahan adalah ikatan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan yang maha esa. (Undang undang republik indonesia nomor 1 tahun 1974).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2012 menunjukan bahwa sebanyak 16 juta
kelahiran terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun atau 11% dari seluruh kelahiran
didunia yang mayoritas (95%) terjadi di negara berkembang. Pernikahan dini di
lingkungan remaja cenderung berdampak negatif baik dari segi sosial ekonomi,
mental/psikologis,fisik, dan terutama bagi kesehatan reproduksi bagi remaja tersebut.
(Nad,2014).
Berdasarkan Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan
usia 15-19 tahun yang menikah dipedesaan meningkat menjadi 36%. Bila dibandingkan
dengan lima tahun lalu, presentasi pernikahan dini diperkotaan 26%. Selain itu, usia
kehamilan umur remaja yakni dari usia 15-19 tahun sebesar 1,97%. Organisasi kesehatan
dunia (WHO) tahun 2012 menunjukan bahwa sebanyak 16 juta kelahiran terjadi pada ibu
yang berusia 15-19 tahun atau 11% dari seluruh kelahiran didunia yang mayoritas (95%)
terjadi di negara berkembang. Pernikahan dini di lingkungan remaja cenderung
berdampak negatif baik dari segi sosial ekonomi, mental/psikologis,fisik, dan terutama
bagi kesehatan reproduksi bagi remaja tersebut. (Nad,2014).
Menurut teori Lawrence Green dari Soekidjo Notoatmodjo 2010 terdapat 3 faktor
yang berhubungan dengan kejadian pernikahan dini adalah faktor predisposisi
(pengetahuan,sikap, pendidikan, kepercayaan, jenis kelamin, nilai-nilai, budaya ), faktor
pemungkin (Sarana dan prasarana, keterjangkauan fasilitas,sumber informasi,
lingkungan),faktor penguat (sikap dan perilaku petugas kesehatan, guru ,orangtua ,teman
sebaya ).
Upaya pemerintah dalam pencegahan terjadinya pernikahan dini oleh BKKBN
adalah mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan pengetahuan,
kesadaran sikap dan perilaku remaja dan orang tua agar peduli dan bertanggungjawab
dalam kehidupan berkeluarga,serta pemberian pelayanan kepada remaja yang memiliki
permasalahan khusus. Sasaran program kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah agar
seluruh remaja dan keluarganya memiliki pengetahuan,kesadaran sikap dan perilaku
kesehatan reproduksi sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas.
Upaya pemerintah meliputi meningkatkan kesehatan reproduksi remaja, meningkatkan
sokongan (advokasi)kesehatan reproduksi remaja, meningkatkan aktivitas konseling
remaja melalui KIE (Yani,2009).
E. Peran Bidan dalam Mengatasi Issue Pernikahan Dini
Peran bidan dalam menekan pernikahan dini di Indonesia dengan cara memberi
penyuluhan kepada masyarakat tentang dampak negative pernikahan dini, serta
memberikan penjelasan tentang organ reproduktif wanita yang belum siap untuk
mengandung. Serta bidan juga dapat memberikan saran kepada pasangan muda yang
sudah terlanjur menikah dengan memberi pengetahuan pentingnya menggunakan alat
kontrasepsi ketika sedang berhubungan suami istri. Alat kontrasepsi ini digunakan untuk
menunda kehamilan hingga organ reproduksi wanita siap mengandung. Bidan juga dapat
memberi penjelasan kepada salah satu warga yang dipercaya dalam Desa tersebut untuk
menjelaskan ulang kepada warganya tentang bahaya dan dampak pernikahan dini.
Serta bidan juga dapat memberikan penyuluhan di sekolah-sekolah. Yang bertujuan
agar remaja dapat mengerti tentang baik buruk pernikahan dini, sehingga remaja-remaja
tersebut memiliki gambaran akan bagaimana nanti kedepannya, akan menikah diusia
berapa nantinya dan mereka mampu mewaspadai akan bahaya pernikahan dini.
Mencegah dari sedini mungkin memang lebih baik. Dari pada mereka melakukan
pernikahan setelah lulus bangku Sekolah Menengah Atas atau bahkan setelah lulus
Sekolah Menengah Pertama.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R dan Neneng, J. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Pernikahan Dini Pada Remaja Putri Di Dusun Iii Desa Karang Baru Kab.Bekasi
Tahun 2018. Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan : Institut Medika Drg.
Suherman

Maudina, Lina Dina. 2019. Dampak Pernikahan Dini Bagi Perempuan. Jurnal Harkat :
Media Komunikasi Gender, 15 (2), 2019, 89-95. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mubasyaroh. 2016. Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini Dan Dampaknya Bagi
Pelakunya. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 7 No.2

Wati, I.K dan Eti, R dan Retno, A.S. 2013. Hubungan Antara Persepsi Wanita Yang Menikah
Dini (< 20 Tahun) Tentang Peran Petugas Kesehatan Dengan Usia Menikah Wanita Di
Desa Kebumen Kecamatan Tersono Kabupaten Batang 2011. JURNAL VISIKES Vol.
12 No. 2

Anda mungkin juga menyukai