Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PRESENTASI KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU

BERSALIN PATOLOGIS NY E USIA 32 TAHUN G4P2A1


USIA KEHAMILAN 39 MINGGU DENGAN KPD
DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO
PURWOREJO

Disusun Oleh :

1. Silvia Devi Anggraeni (102017030)


2. Yunita Eka Saputri (102017035)

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologis ini diajukan oleh :

NAMA NIM

1. Silvia Devi Anggraeni (102017030)

2. Yunita Eka Saputri (102017035)

Program Studi : D-III Kebidanan

Judul :Presentasi Kasus Patologi Tentang “Laporan Asuhan

Kebidanan Ibu Bersalin Patologis Ny E Usia 32 Tahun

G4P2A1 Usia Kehamilan 39 Minggu dengan KPD”

Telah disetujui untuk presentasi kasus di lahan.

Ditetapkan Di : Purworejo

Hari/Tanggal : Selasa/20 Agustus 2019

Praktikan Praktikan

Silvia Devi Anggraeni Yunita Eka Saputri

NIM : 102017030 NIM : 102017035

Pembimbing Lahan

Ayu Anggraini D, S.S.T

NIP : 11160156
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus PKK II A tentang Presentasi Kasus Patologiss dengan “ Ibu

Bersalin Patologis pada Ny. E usia 32 Tahun G4P2A1 Usia Kehamilan 39

Minggu dengan KPD”

Telah disahkan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 30 Agustus 2019

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Dosen Supervisi

Ayu Anggraini D, S.S.T Nurma Ika Z, S.S.T., M.Kes

NIP : 1116015 NIPY : 20052008027


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
Laporan Presentasi Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Patologis Ny E Usia 32 Tahun G4P2A1 Usia Kehamilan 39 Minggu dengan
KPD” sebagai tugas Praktek Klinik Kebidanan (PKK) II A.
Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Ayu Anggraini D, S.S.T selaku CI lahan RS Panti Waluyo Purworejo
2. Ibu Nurma Ika Zuliyanti, S.S.T., M.Kes selaku direktur Akbid Bhakti
Putra Bangsa Purworejo
3. Seluruh dosen Akbid Bhakti Putra Bangsa Purworejo
4. Seluruh karyawan/karyawati RS Panti Waluyo Purworejo
5. Orang tua dan keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang serta
dukungan moril dan materi
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan presus ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun bagi kesempurnaan laporan ini pada masa
mendatang.

Penulis berharap presus ini dapat memberikan manfaat bagi tenaga


kesehatan khususnya di bidang kebidanan. Dan juga dapat memberikan
manfaat bagi pembaca pada umumnya.
Purworejo, 18 Agustus 2019

Hormat Kami,

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................


LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................
C. Tujuan Penulisan .................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI ..............................................................


A. Tinjauan Khusus Persalinan Normal ...................................
B. Tinjauan Khusus Persalinan Patologi ..................................
C. Tinjauan Khusus KPD .........................................................
D. Tinjauan Khusus Masa Nifas ..............................................

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................


BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................
BAB V PENUTUP ..............................................................................
Simpulan ..................................................................................
Saran ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya


(KPSW) sering disebut dengan premature repture of the membrane (PROM)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada
primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini
dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm.
(Purwaningtyas, 2017).

KPD disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau


meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. KPD merupakan suatu kejadian obstetrik
yang banyak ditemukan, dengan insiden sekitar 10,7% dari seluruh
persalinan, dimana 94% diantaranya terjadi pada kehamilan cukup bulan. Ini
terjadi pada sekitar 6-20% kehamilan.

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada


usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal
(Prawirohardjo, 2014 : 678).

Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden


PROM (prelobour rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua
kelahiran. KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus
KPD terjadi pada kehamilan aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan
penyebab kelahiran prematur (WHO, 2014).

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014


bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai 289.000 jiwa. Dimana
terbagi atas beberapa Negara, antara lain Amerika Serikat 9.300 jiwa, Afrika
Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di
Negara- Negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 jiwa, Vietnam 49 jiwa,
Thailand 26 jiwa, Brunei 27 jiwa, Malaysia 29 jiwa. Sebagian besar kematian
ibu terjadi di negara berkembang karena kurang mendapat akses pelayanan
kesehatan, kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan persalinan disertai
keadaaan social ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong
rendah (WHO, 2014).

Penyebab kematian langsung ibu akibat dari penyakit penyulit


kehamilan, persalinan, dan nifas. misalnya infeksi, eklamsia, perdarahan,
emboli air ketuban, trauma anestesi, trauma operasi, dan lain-lain. Infeksi
yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari adanya
komplikasi/penyulit kehamilan, seperti febris, korioamnionitis, infeksi
saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah KPD karena KPD yang banyak
menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)


merupakan salah satu indikator untuk mencerminkan derajat kesehatan ibu
dan anak, serta cerminan dari status kesehatan suatu negara. Hasil survey
demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015, AKI yaitu 305 per
100.000 kelahiran hidup yang mengalami penurunan dari tahun 2012 yaitu
359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB sendiri menurut survey
penduduk antar sensus (SUPAS) pada tahun 2015 yaitu 22,23 per 100.000
kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23
per 1.000 kelahiran hidup (KemenKes, 2016). Indonesia masih tergolong
tinggi pada Negara-negara di ASEAN (Association South East Asian Nation)
dan menjadi salah satu Negara yang menjalankan program Milleneum
Development Goals (MDG’s), memiliki target menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Bayi (AKB) menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Presentase komplikasi pada persalinan dengan KPD yaitu infeksi


sebanyak 28,3%, premature 19,1%, partus lama sebanyak 13,4%, perdarahan
7,3%, sindrom gawat napas 33%, dan kompresi tali pusat yaitu 32%
(Prediatri, 2013:318).

Berdasarkan data register obstetri dari bulan Januari sampai bulan


Agustus tahun 2019 di Rumah Sakit Panti Waluyo Purworejo tercatat
sebanyak 22 kasus kejadian persalinan dengan KPD. Sehingga penulis
tertarik untuk mengambil kasus persalinan dengan KPD untuk dijadikan
laporan presentasi kasus dalam pemenuhan tugas Praktik Klinik Kebidanan
IIA (PKK).
RUMUSAN MASALAH

Bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny E usia 32 tahun


G4P2A1 usia kehamilan 39 minggu dengan KPD?

B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny E usia 32 tahun
G4P2A1 usia kehamilan 39 minggu dengan KPD.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif
asuhan kebidanan pada Ny E usia 32 tahun G4P2A1 usia kehamilan
39 minggu KPD di RS Panti Waluyo Purworejo
b. Mampu melakukan interpretasi data asuhan kebidanan pada Ny E
usia 32 tahun G4P2A1 usia kehamilan 39 minggu dengan KPD di
RS Panti Waluyo Purworejo
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada
asuhan kebidanan pada Ny E usia 32 tahun G4P2A1 usia kehamilan
39 minggu dengan KPD di RS Panti Waluyo Purworejo
d. Mampu melakukan pelaksanaan tindakan segera pada asuhan
kebidanan Ny E usia 32 tahun G4P2A1 usia kehamilan 39 minggu
dengan KPD di RS Panti Waluyo Purworejo
e. Mampu merencanakan tindakan menyeluruh pada asuhan kebidanan
pada Ny E usia 32 tahun G4P2A1 usia kehamilan 39 minggu dengan
KPD di RS Panti Waluyo Purworejo
f. Mampu melaksanakan implementasi atau pelaksanaan pada asuhan
kebidanan pada Ny E usia 32 tahun G4P2A1 usia kehamilan 39
minggu dengan KPD di RS Panti Waluyo Purworejo
g. Mampu mengevaluasi pada asuhan kebidanan Ny E usia 32 tahun
G4P2A1 usia kehamilan 39 minggu dengan KPD di RS Panti
Waluyo Purworejo
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Khusus tentang Persalinan Normal


1. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (Janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010)
Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan
cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput
ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala), dari rahim
ibu melalui jalan lahir (baik jalan lahir lunak maupun kasar), dengan
tenaga ibu sendiri (tidak ada intervensi dari luar).

2. Tanda dan Gejala Persalinan


a. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu : pengeluaran
lendir dan lendir bercampur darah melalui vagina.
c. Dapat disertai ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan dalam, di jumpai perubahan servik :
perlunakan servik, pendataran servik, dan terjadi pembukaan
servik (Manuaba,2010).
3. Faktor Yang Berpengaruh Pada Persalinan
a. Power atau tenaga yang mendorong bayi
Adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.Power
merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang di hasilkan
oleh adanya kontraksi dan retraksi otot – otot rahim.
b. Passage atau jalan lahir
Adalah bagian tulang panggul, servik, vagina dan dasar
panggul.Janin harus berjalan lewat rongga panggul, servik
dan vagina sebelum di lahirkan.
c. Passanger atau fetus
Adalah janin (secara khusus bagian kepala janin ) dan plasenta,
selaput dan cairan ketuban atau amnion.
d. Mekanisme Persalinan Normal
1) Masuknya kepala janin pada pintu atas panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul (PAP)
biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi
ringan
2) Flexion ( Fleksi)
Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah
hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun
besar.
3) Internal rotation (Putar Paksi Dalam)
Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis)
atau ke belakang (sakrum). Putaran paksi dalam merupakan
suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir.
4) Extension
Setelah putar paksi selesai dan kepala sampai dasar panggul
maka terjadi extensi atau defleksi dari kepala, karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan
atas sehingga kepala harus mengadakan extensi untuk
melaluinya.
5) External rotation (putar paksi luar)
Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutar ke
arah punggung untuk menghilangkan torsi pada leher
karena putaran paksi dalam tadi.putaran ini disebut putaran
restitusi kemudian putaran dilanjutkan hingga kepala
berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri).
5) Expulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah
simfisis dan menjadi hypomochilion untuk melahirkan bahu
belakang kemudian bahu depan menyusul seluruh badan anak
lahir searah dengan paksi jalan lahir.
e. Kala Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :

1) Kala I ( Kala Pembukaan )

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi


uterus atau dikenal dengan his yang teratur dan meningkat
(baik frekuensi maupun kekuatannya) hingga serviks
berdilatasi hingga 10cm atau kala pembukaan berlangsung
dari mulai adanya pembukaan sampai pembukaan lengkap.
Darah yang keluar saat proses pembukaan berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar kanalis servikalis
akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase :
a) Fase Laten : pembukaan servik yang berlangsung lambat
sampai pembukaan 3 cm, lama 7 – 8 jam.
b) Fase Aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3
sub fase:
Periode Akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan dari
3cm menjadi 4cm
Periode Dilatasi Maksimal (steadi) :selama 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat dari pembukaan
4cm menjadi 9 cm.
Periode Deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9cm menjadi 10 cm (lengkap).
2) Kala II ( Kala Pengeluaran Janin )
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat,
cepat dan lebih lama kira-kira 2 – 3 menit sekali.Kepala janin
telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot- otot dasar panggul yang melalui
lengkung refleks menimbulkan rasa mengeran. Karena
tekanan pada rektum ibu merasa seperti mau buang air besar,
dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai terlihat, vulva
membuka dan perineum meregang. Dengan his dan
mengejan terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh
badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1½ - 2
jam. Pada multi ½- 1 jam.
3) Kala III ( Kala Pengeluaran Uri )

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat


sebentar.Uteus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat dan berisi plasenta yang menjadi 2 kali lebih
tebal.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri.

Dalam waktu 5 – 10 menit, seluruh plasenta terlepas,


terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau
dengan sedikt dorongan dari atas simpisis atau fundus
uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit
setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100 – 200 cc.

Masalah atau komplikasi yang sering muncul pada kala


II adalah preeklamsi/eklamsia.

4) Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah
bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama
terhadap bahaya perdarahan post partum. Lamanya persalinan
primi sekitar 14 ½ jam, pada multi 7 ¾ jam.

B. Tinjauan Khusus Tentang Persalinan Patologi


1. Pengertian Persalinan Patologi
Persalinan patologi adalah persalinan dengan komplikasi (Sarwono,
2010)
2. Klasifikasi Persalinan Patologi
Menurut Sarwono (2010), klasifikasi persalinan patologi meliputi :
a. Persalinan dengan Perdarahan
Adalah persalinan yang disebabkan karena plasenta previa,
solusio plasenta, robekan jalan lahir, atonia uteri, dan anemia
sehingga banyak mengeluarkan darah dari jalan lahir.
b. Persalinan dengan KPD
Adalah persalinan yang didahului dengan pecahnya selaput
ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan.
c. Persalinan dengan Eklamsi atau Preeklamsi
Persalinan dengan tekanan darah sistiolik dan diastolic lebih dari
140/90 mmHg dengan disertai cirri-ciri protein urin (+) dan
oedem diseluruh tubuh.
d. Persalinan Lama
Adalah persalinan abnormal atau sulit yang disebabkan kelainan
his, kelainan janin ataupun kelainan jalan lahir.
e. Persalinan dengan Distosia
Adalah kelainan diperlukannya tambahan maneuver obstetric
f. Persalinan Preterm
Persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir.
C. Tinjauan Khusus Tentang Ketuban Pecah Dini (KPD)
1. Fisiologi Air Ketuban
Air ketuban adalah cairan jernih agak kekuningan yang
menyelimuti janin di dalam Rahim selama kehamilan yang memiliki
berbagai fungsi yaitu melindungi pertumbuhan janin, menjadi
bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar,
menstabilkan dari perubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang
memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam
Rahim. Selain itu ketuban juga berfungsi melindungi janin dari
infeksi, dan pada saat persalinan, ketuban yang mendorong servik
untuk membuka, juga meratakan tekanan intera-uterin dan
membersihkan jalan lahir bila ketuba pecah (Mika, 2016).
Air ketuban berkembang dan mengisi kantong ketuban mulai 2
minggu sesudah pembuahan. Kantung ketuban terbentuk saat usia
kehamilan 12 hari setelah pembuahan. Setelah 10 minggu, kemudian
air ketuban mengandung protein, karbohidrat, lemak, fosfolipid, urea,
dan elektrolit untuk membantu pertumbuhan janin. Pada saat akhir
kehamilan sebagian besar air ketuban dari urin janin. Saat minggu-
minggu awal ketuban berisi terutama air yang berasal dari ibu, setelah
20 minggu urin janin membentuk sebagian air ketuban yang
mengandung nutrient, hormon, dan anti bodi yang melindungi janin
dari penyakit.
Air Ketuban terus menerus di telan/dihirup dan di ganti lewat
proses eksresi seperti juga di keluarkan lewat urin. Hal demikian
merupakan hal yang penting bahwa air ketuban di hirup dalam paru
janin untuk membantu janin mengembang sempurna. Air ketuban
yang tertelan membantu pembentukan mekonium saat ketuban pecah.
Apabila ketuban pecah terjadi selama proses persalinan di sebut
dengan ketuban pecah spontan, apabila terjadi sebelum persalinan
disebut dengan KPD. Sebagian besar air ketuban akan berada dalam
rahim sampai neonatus lahir (Kosim, 2010).
2. Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)
KPD adalah pecahnya selaput ketuban (amnion dan korion) tanpa
diikuti persalinan pada kehamilan aterm atau pecahnya selaput
ketuban pada kehamilan preterm (Fairus, 2012). KPD yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (>37 minggu) disebut KPD aterm,
sedangkan KPD yang terjadi pada usia kehamilan kurang bulan (<37
minggu) disebut KPD preterm.
Dalam keadaan normal ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan di bawah
37 minggu disebut ketuban pecah dini premature. Dalam keadaan
normal 8-10% perempuan hamil aterm mengalami ketuban pecah dini.
(Prawirahardjo, 2014: 677).
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase
laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan (Nugroho, 2010). Dampak yang paling
sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory Disterss
Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
akan meningkat pada prematuritas, asfiksia, dan hipoksia, prolapse
(keluarnya tali pusat), resiko kecacatan, dan hypoplasia paru janin
pada aterm.
Ada macam-macam batasan tentang KPD atau Premature
Rupture Of Membrane (PROM) yakni:
a. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum inpartu, misalnya
2, 4 atau 6 jam sebelum inpartu.
b. Ada juga yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks atau
leher rahim pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum
pembukaan serviks 3 cm Pada primipara atau 5 cm pada multipara.
c. Prinsipnya adalah ketuban pecah sebelum waktunya (Norma Dan
Dwi, 2013: 247).
3. Klasifikasi KPD
Menurut pogi tahun 2014, KPD diklasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu KPD preterm dan KPD aterm.
a. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern pada usia
kehamilan <37 minggu sebelum persalinan. KPD psangat preterm
adalah pecahnya ketuban saat umur kehamilan ibu di antara 24
minggu sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm
saat usia kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang dari 37
minggu .
b. KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan
tes fern pada usia kehamilan ≥37 minggu.
4. Etiologi KPD
Penyebab KPD belum di ketahui dengan pasti. Kejadian KPD
mendekati 10% dari semua persalinan pada umur kehamilan kurang
dari 34 minggu, kejadian sekitar 4% kemungkinan di sebabkan karena
berbagai jenis faktor yaitu infeksi vagina dan servik, fisiologi selaput
ketuban yang abnormal, inkompetensi servik, dan defisiensi zat gizi
(asam askorbat) pecahnya selaput ketuban berkaitan erat dengan
perubahan proses biokimia yang terjadi dalam faktor kolagen, infeksi
dan peregangan selaput ketuban (Manuaba, 2010). Kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisi adalah:
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban yang
berasal dari vagina atau infeksi cairan ketuban yang menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
b. Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih
beresiko tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.
Kehamilan yang terlalu sering dapat mempengaruhi
embryogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah
sebelum waktunya dan semakin banyak paritas semakin mudah
terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks pada
persalinan sebelumnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eka Purwani (2014)
penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
ketuban pecah dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang tahun
2014 menyebutkan ada hubungan antara umur ibu dan paritas
dengan kejadian ketuban pecah dini (p=0,032<0,05) dan tidak ada
hubungan antara kelainan letak janin dengan ketuban pecah dini
(p=0,897>0,05). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah
dini.
c. Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka
yang di sebabkan karna kelainan pada serviks uteri (akibat
persalinan, curatage).
d. Tekanan pada intera uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus), misalnya trauma, hidramnion,
gemelli.
e. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena
biasanya di sertai infeksi.
f. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. Kelainan
letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD karena kelainan
letak dapat memungkinkan ketegangan otot rahim meningkat
sehingga dapat menyebabkan KPD. Besar kecinya janin dan posisi
janin yang dikandung tidak menyebabkan peregangan pada selaput
ketuban seperti pada keadaan normal, sungsang ataupun melintang,
karena sebenarnya yang dapat mempengaruhi KPD adalah kuat
lemahnya selaput ketuban menahan janin (Budi, Ayu Novita,
2017).
5. Mekanisme Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban sangat
kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban akan
muda pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya
dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada
trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang
fisiologis. KPD pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya
faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.
Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidromnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta (Prawirohardjo,2014:678).
6. Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini (KPD)
a. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
7. Diagnosa
Menegakkan diagnosa KPD sangat penting. Karena diagnosa
yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirlan bayi
terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada
indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negativ palsu berarti akan
membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan
mengancam kehidupan janin, ibu dan keduanya. Oleh karena itu di
perlukan diagnosa yang cepat dan tepat.
Diagnosa ketuban pecah dini dapat ditegakkan melakukan
pemeriksaan dalam, pemeriksaan dengan spekulum, inspeksi, dan
anamnesa (Nugroho, 2010). Diagnosa potensial pada kasus ketuban
pecah dini yaitu dapat mengakibatkan pengeluaran cairan dalam
jumlah besar dan terus menerus (Varney, 2009).
Diagnosa KPD dapat ditegakkan dengan cara :
a. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas,
dan perlu juga di perhatikan warna, keluarnya cairan tersebut his
belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lender
dan darah.
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih
banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
c. Tes Valsava
Dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan
menutup mulut dan hidung yang akan menambah tekanan pada
telinga dan tekanan pada bagian fundus, sehingga jika terjadi KPD,
maka air ketuban akan keluar (Fadlun, 2011 : 114)
d. Pemeriksaan Dengan Spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak
keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum
juga tampak keluar, fundus uteri di tekan, penderita di minta batuk,
mengejan atau mengadakan manuver valsava, atau bagian terendah
di goyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan
terkumpul pada fornik anterior.
e. Pemeriksaan dalam
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu di
pertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum
dalam persalian tidak perlu di adakan pemeriksaan dalam. Karena
pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina di lakukan bila dalam persalinan atau
yang di lakukan induksi persalinan dan di batasi sedikit mungkin
(Norma dan Dwi, 2013:249-250).
Selain itu menentukan diagnosa dengan tentukan pecahnya
selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak
ada dapat di coba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah
janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan
ketuban dapat di lakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah
menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan
pemeriksaan USG. Tentukan tidak ada infeksi, tanda-tanda infeksi
adalah bila suhu ibu lebih dari 37,5oC serta air ketuban keruh dan
berbau. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami
infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring
pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam
dilakukan bila akan di lakukan penanganan aktif (terminasi
kehamilan) (Prawirahardjo,2014:680).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan vagina yang keluar dari vagina harus di periksa : warna,
konsentrasi, bau dan pHnya
1) Tes Lakmus (tes nitrazin)
Jika kertas lakmus berubah merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (Tes Pakis)
Dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri.
9. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas
janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan
normal (Prawirohardjo, 2014 : 678).
Resiko yang lebih sering terjadi pada kasus ketuban pecah dini
dengan janin kurang bulan adalah sindrom distress pernapasan (RDS)
dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang
bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal
untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya
paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis
pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan
mortalitas janin (Nugroho, 2010)
Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan
dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya periode laten.
Kebanyakan penulis sepakat mengambil 2 faktor yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap
penderita ketuban pecah dini yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya
tanda-tanda infeksi pada ibu (Nugroho, 2010).
a. Pada Ibu
Komplikasi yang bisa disebabkan KPD pada ibu yaitu intrapartal
dalam persalinan, infeksi puerparalis/masa nifas, partus lama,
pendarahan post partum, meningkatkan tindakan operatif obstetric
(khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.
b. Pada janin
1) Prematuritas
Kemungkinan masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan
lahir prematur yakni sebagai berikut :
a) Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga dengan
sindrom gangguan pernapasan. Hal ini terjadi karena paru-
paru bayi belum matang sehingga tidak bisa menghasilkan
zat surfaktan dalam jumlah memadai. Surfaktan
memungkinkan permukaan paru-paru mengembang
dengan baik ketika bayi keluar dari dalam rahim untuk
menghirup udara sesuai kebutuhan bayi. Akan tetapi, jika
bayi lahir sebelum paru-parunya berfungsi dengan
sepenuhnya, kemungkinan akan mengalami masalah
pernapasan. Tanpa adanya asupan oksigen yang memadai,
organ-organ yang lain juga bisa terpengaruh.
b) Hipotermia
Kondisi bayi yang prematur biasanya akan menurunkan
suhu dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan karena bayi
prematur biasanya tidak memiliki cadangan lemak yang
cukup untuk melindungi proses penurunan suhu.
Hipotermia pada bayi yang lahir prematur juga bisa
menyebabkan kondisi lain seperti gangguan pernapasan
dan kadar gula yang sangat rendah.
c) Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia terjadi karena bilirubin terlalu tinggi,
ditandai oleh perubahan warna kulit dan sklera mata
menjadi kuning (bayi kuning). Bilirubin adalah pigmen
kuning yang memang ada pada sel darah.
Hiperbilirubinemia lebih umum terjadi pada bayi
premature dibandingkan pada bayi lahir cukup bulan.
d) Anemia
Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya konsentrasi sel
darah merah. Sel darah merah sangat penting karena
mengandung hemoglobin, zat yang membawa oksigen ke
seluruh tubuh. Sebagian besar bayi baru lahir memiliki
level sel darah merah lebih dari 15 gram. Namun bayi
premature beresiko tinggi memiliki level rendah sel darah
merah.
e) Sepsis
Sepsis adalah kondisi dimana bakteri masuk ke dalam
aliran darah. Sepsis sering menyebabkan infeksi terbawa
ke paru-paru dan bisa mengakibatkan pneumonia.
f) Retinopathy Of Prematurity (ROP)
Retinopathy Of Prematurity (ROP) adalah pertumbuhan
abnormal pembuluh darah di mata yang dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan. Hal ini terjadi
terutama pada bayi yang lahir sebelum 32 minggu
kehamilan.
g) Intraventricular Hemorrhage (IVH)
Intraventricular Hemorrhage (IVH) disebut juga
Perdarahan Intraventrikular. Pendarahan di otak terjadi
pada beberapa bayi premature, terutama yang lahir
sebelum usia kehamilan 32 minggu. Pendarahan yang
lebih parah dapat menyebabkan struktur ventrikel otak
berkembang pesat terisi cairan, menyebabkan otak
tertekan dan dapat menyebabkan kerusakan otak seperti
cerebral palsy, gangguan belajar dan masalah perilaku.
h) Necrotizing Enterocolitis (NEC)
Necrotizing Enterocolitis (NEC) terjadi ketika sebagian
usus bayi memiliki aliran darah yang buruk, yang dapat
menyebabkan infeksi di dinding usus.
i) Prolaps funiculli (penurunan tali pusat).
j) Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen
pada bayi)
k) Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, partus
lama, skor apgar rendah, ensefalopati, cerebral palsy,
perdarahan intraknial, gagal ginjal, distress pernapasan.
l) Sindrom deformitas janin
m) Morbiditas dan mortalitas perinatal (Budi Rahayu, 2017).
10. Penatalaksanaan
KPD termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan
dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. Penatalaksanaan KPD
masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang
cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan
insidensi bedah sesarea, dan kalau menunggu persalinan spontan akan
menaikkan insidensi korioamnionitis.
Adapun penatalaksanaan ketuban pecah dini, diantaranya :
a. Tatalaksana Umum
1) Berikan eritmisin 4x500 mg selama 10 hari.
2) Rujuk ke fasilitas yang memadai.
b. Tatalaksana khusus
1) Di Rumah Sakit rujukan, tatalaksana sesuai dengan usia
kehamilan :
a) ≥34 minggu.
Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi.
b) 24-34 minggu
(1) Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan
kematian janin, lakukan persalinan segera.
(2) Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48
jam atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48
jam.
(3) Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu
dan janin. Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu,
atau di usia kehamilan 32-33 minggu, biladapat dilakuka
pemeriksaan kematangan paru dan hasil menunjukkan
bahwa paru sudah matang (komunikasikan dan
sesuaikan dengan fasilitas perawatan bayi preterm).
c) <24 minggu
1) Pertimbangan dilakukan dengan melihat resiko ibu dan
janin.
2) Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan
mungkin menjadi pilihan.
3) Jika terjadi infeksi (korioamnionitis), lakukan tatalaksana
korioamnionitis.
Berikut ini penatalaksanaan korioamnionitis, yaitu :
1. Tatalaksana Umum
a) Rujuk pasien ke rumah sakit.
b) Beri antibiotika kombinasi : ampisilin 2 g IV tiap 6
jam ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24
jam
c) Terminasi kehamilan. Nilai serviks untuk
menentukan cara persalinan :
Jika seviks matang : lakukan induksi persalinan
dengan oksitosin dan Jika seerviks belum matang :
matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin
atau lakukan seksio caesarea.
d) Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan
antibiotika setelah persalinan. Jika persalinan
dilakukan dengan seksio caesarea, lanjutkan
antibiotika dan tambahkan metronidazole 500 mg IV
tiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.
2. Tatalaksana Khusus
a) Jika terdapat metritis (demam, cairan vagina berbau,
berikan antibiotika.
b) Jika bayi mengalami sepsis, lakukan pemeriksaan
kultur darah dan beri antibiotika yang sesuai selama
7-10 hari.
Adapun penanganan yang dapat dilakukan adalah :
a. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit, berikan antibiotic
(ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan ampisilin dan metronidazole 2x500 mg
selama 7 hari).
2) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat
selama air ketuban masih keluar, atau sampai air
ketuban tidak lagi keluar.
3) Jika usia kehamilan 32–37 minggu, belum
inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif
berikan deksametason,
4) Observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan
janin.
5) Jika usia kehamilan 32–37 minggu, sudah
inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi
sesudah 24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32–37 minggu,ada infeksi,
beri antibiotik dan lakukan induksi, niali tanda-
tanda infeksi (suhu, leokosit, tanda-tanda infeksi
intrauterine).
7) Pada usia kehamilan 32–37 minggu, berikan
steroid untuk memacu kematangan paru janin,
dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama
2 hari, deksametason I.M 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali.
b. Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin.
Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan
misoprostsol 25 ug–50 ug intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Apabila ada tanda-tanda infeksi
berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri. Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan
serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksio caesarea. Apabila skor
pelvik >5, induksi persalinan.
D. Tinjauan Khusus tentang Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Fitri, 2017).
Secara etimologi, puer berarti bayi dan parous adalah
melahirkan. Jadi puerperium adalah masa setelah melahirkan bayi
yang biasa disebut dengan masa pulih kembali dengan maksud
keadaan pulihnya alat reproduksi seperti sebelum hamil (Dewi an
Sunarsih, 2011)
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah sebanyak
500ml atau lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan.
Perdarahan ini menyebabkan perubahan tanda vital, seperti
pasien mengeluh lemah, menggigil, tekanan darah sistolik
<90mmHg, nadi >100x/menit, kadar HB <8gr%.
Berikut ini adalah tabel tanda dan gejala serta kemungkinan
penyebab terjadinya perdarahan dan infeksi (Hall dkk, 2012)

PERDARAHAN INFEKSI
a. Rahim terlalu lemas dan tidak a. Endometritis
mengerut akibat proses persalinan b. Persalinan SC
terlalu lama dan melelahkan c. Persalinan terlalu
b. Persalinan traumatic lama
c. Rahim pernah mengembang terlalu d. KPD
Penyebab besar e. Retensio plasenta
d. Cairan ketuban terlalu banyak f. Infeksi luka leher
e. Bentuk plasenta tidak normal rahim, vagina, vulva
f. Terdapat miom
g. Kondisi umum ibu yang lemah
ketika persalinan.
a. Perdarahan tidak normal setelah Tanda dan gejala
persalinan berbeda tergantung pada
b. Warna darah merah terang hingga sumber infeksi
hari ke 4
Tanda dan c. Perdarahan tidak melambat meski
Gejala istirahat
d. Berbau busuk
e. Terdapat gumpalan darah besar
f. Merasa nyeri atau perut bawah
bengkak
a. Masase uterus Pemberian antibiotic
b. Pemberian obat (oksitosin, sesegera mungkin
Perawatan ergometrin atau prostaglandin)
c. Mencari dan mengobati luka
d. Pemberian infuse intra vena

b. Menjaga kesehatan ibu dan bayi


Berikut merupakan cara yang tepat untuk menjaga kesehatan ibu
dan bayi :
1) Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi ibu
bersalin dengan mengonsumsi tambahan kalori 500 kalori
setiap hari karena ibu sedang berada dalam masa menyusui,
melakukan diet berimbang untuk mendapatkan karbohidrat,
protein, lemak, mineral dan vitamin yang cukup, serta minum
air sedikitnya 3 liter air setiap hari untuk mendukung
proliferasi sel. (Brown dan Philips, 2010)
2) Menghilangkan Terjadinya Anemia
Anemia merupakan suatu penyakit berkurangnya
kandungan hemoglobin (Hb) dalam darah (kurang dari
10,5gr/dL). Peningkatan volume darah dibutuhkan untuk
membangun rahim dan organ tubuh yang bekerja lebih keras
saat hamil dan membangun jaringan payudara ibu.
Dibutuhkan banyak zat besi (Fe) untuk menghasilkan
sel darah merah agar pengenceran darah saat hamil tidak
mengganggu fungsi darah sebagai pengangkut oksigen dan
nutrisi ke seluruh tubuh. Setelah persalinan selesai, maka
anemia harus dihilangkan karena dapat memicu perdarahan.
Bisa dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi
dan suplemen zat besi dari dokter.
3) Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan
sterilisasi
4) Pergerakan otot yang cukup agar otot menjadi lebih baik,
peredaran darah lebih lancer sehingga metabolism lebih cepat
5) Menjaga psikologis atau emosi ibu
Menghadapi peran baru sebagai ibu dalam keadaan
masih sakit pada tubunya pasca melahirkan terkadang
membuat ibu baru merasa ragu. Awal peran sebagai ibu
terkadang mengalami permasalahan dalam hal menyusui.
Oleh karenanya diperlukan dukungan dan pendampingan dari
orang-orang terdekat untuk meyakinkan bahwa ibu mampu
menjalankan perannya dengan baik. Hal ini dimaksudkan
agar ibu dapat melaksanakan perawatan bayi dengan baik
supaya pertumbuhan dan perkembangan bayinya normal.
c. Menjaga kebersihan diri
Perawatan kebersihan pada daerah kelamin bagi ibu yang
bersalin secara normal lebih kompleks daripada ibu yang
bersalin dengan operasi karena pada umumnya ibu akan
mempunyai luka pada perineumnya.
Berikut merupakan cara merawat perineum bagi ibu yang
melahirkan secara normal/spontan (Hall dkk, 2012) :
1) Mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali atau bila pembalut
sudah penuh agar tidak tercemar oleh bakteri
2) Melepas pembalut dengan hati-hati dari arah depan ke
belakang untuk mencegah pindahnya bakteri dari anus ke
vagina
3) Mengurangi memegang perineum sampai pulih
4) Menghindari duduk terlalu lama karena dapat menekan
perineum terlalu lama
5) Rasa gatal menunjukkan bahwa luka perineum hampir
sembuh. Lakukan kompres hangat untuk mengurangi rasa
gatal.
d. Melaksanakan screening secara komprehensif
Screening yang dimaksud dalam hal ini adalah
pengawasan kala IV meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan
Tinggi Fundus Uteri (TFU), pengawasan tanda tanda vital
(TTV), pengawasan kontraksi rahim dan pengawasan keadaan
umum ibu.
e. Pendidikan laktasi dan payudara
Berikut merupakan beberapa hal yang harus diketahui ibu
bersalin untuk menyiapkan diri dalam proses menyusui :
1) Menjaga payudara agar tetap bersih dan kering
2) Menggunakan bra yang menyoong payudara atau
menggunakan bra menyusui supaya ibu merasa lebih nyaman
3) Menjelaskan dan mengajari teknik menyusui dan perlekatan
yang benar
4) Kosongkan payudara dengan pompa ASI apabilaa bengkak
dan terjadi bendungan ASI
5) Memberikan semangat pada ibu agar tetap menyusui
walaupun masih merasakan sakit pasca melahirkan
f. Konseling Keluarga Berencana
Berikut adalah konseling yang dapat diberikan pada ibu
pasca bersalin:
1) Pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali
2) Wanita akan mengalami ovulasi sebelum mendapatkan haid
kembali setelah persalinan, sehingga KB dibutuhkan sebelum
haid pertama untuk mencegah kehamilan baru. Umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah persalinan.
3) Sebelum menggunakan KB sebaiknya ibu mengetahui
efektivitas, efek samping dan kapan metode tersebut dapat
digunakan
4) Jika ibu dan suami telah memilih metode KB tertentu, maka
dalam waktu 2 minggu ibu harus kembali ke tenaga
kesehatan untuk mengetahui apakah KB yang telah
digunakan tersebut bekerja dengan baik atau terdapat
masalah.
3. Tahapan Masa Nifas
a. Puerperium Dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
kembali dan sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna
berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.
4. Keadaan yang dirasakan ibu bersalin
a. Rasa kram atau kejang di bagian bawah perut akibat kontraksi
atau pengecilan rahim (Involusi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayilahir, sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. Kontraksi rahim ini penting
untuk mengembalikan rahim ke ukuran semula, seperti
sebelum hamil dan juga untuk menejpit pembuluh darah yang
terbuka di area tempat plasenta lepas.
b. Keluarnya sisa darah dari vagina (Lokhea)

Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri


Terdiri dari darah segar, jaringan sisa
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman plasenta, dinding rahim, lemak bayi
dan mekonium bayi
Merah kecoklatan
Sanguinolenta 4-7 hari Sisa darah bercampur lendir
dan berlendir
Lebih sedikit darah dan lebih banyak
Kuning
Serosa 7-14 hari serum, juga terdiri dari leukosit dan
kecoklatan
robekan atau laserasi plasenta
Mengandung leukosit, sel desidua
Alba >14 hari Putih dan sel epitel, selaput lendir serviks
dan serabut jaringan yang mati
Terjadi infeksi keluar cairan seperti
Purulenta
nanah yang berbau busuk
Lokheastasis Lokhea yang tidak lancar keluarnya

c. Payudara membesar karena terjadi pembentukan ASI


Payudara semakin keras dan nyeri apabila tidak dihisap
oleh bayi. Fase ini adalah saat yang tepat untuk mendorong ibu
menyusui bayinya. Ibu yang baru pertama kali mengalami masa
persalinana masih belum tahu bagaimana cara menyusui dengan
benar sehingga akan timbul beberapa masalah yang
berhubungan dengan payudara.
d. Kesulitan BAK dan BAB
Ibu bersalin akan sulit dan nyeri saat BAK sekurang-
kurangnya selama 1-2 hari. Penyebabnya adalah trauma
kandung kemih dan nyeri serta pembengkakan pada perineum.
Kesulitan BAB disebabkan oleh trauma usus bawah akibat
persalinan sehingga untuk sementara usus tidak berfungsi
dengan baik. Sedangkan dari segi psikologis, ibu merasa
khawatir perineum akan robek lebih besar lagi.
e. Perlukaan Jalan Lahir
Melalui persalinan normal akan timbul rasa nyeri, tidak enak
atau kebal di daerah perineum yang disebabkan oleh trauma
perineum setelah dilewati bayi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGIS NY E USIA 32


TAHUN G4P2A1 USIA KEHAMILAN 39 MINGGU DENGAN KPD
DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO PURWOREJO

PENGKAJIAN

Tanggal : 03 Agustus 2019

Jam : 23.30 WIB

Tempat : IGD

IDENTITAS PASIEN

Nama Ibu : Ny E Nama Suami : Tn. R

Umur : 32 tahun Umur : 34 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Wonoboyo 03/II Alamat : Wonoboyo 03/II

Ngombol, Pwr Ngombol,Pwr

I. DATA SUBYEKTIF

A. Alasan Datang
Ibu mengatakan datang kiriman dari Puskesmas Ngombol dan sudah
merasakan kenceng-kenceng sejak tanggal 02 Agustus 2019 pukul
15.00 WIB dan ketubannya sudah pecah
B. Keluhan Utama
1. Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng dan ketuban
sudah pecah sejak kemarin tanggal 02 Agustus 2019 pukul
15.00 WIB
2. Ibu mengatakan warna ketuban jernih
C. Tanda-tanda Persalinan
1. Kontraksi : Lemah
2. Frekuensi : 1 x 10’/10’’
3. Lokasi Ketidaknyamanan : Perut bagian bawah
4. PPV : Lendir darah disertai cairan ketuban
berwarna jernih
D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Ibu
Penyakit/kondisi yang pernah dialami :
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menurun (Diabetes
Melitus, Hipertensi, Asma) menular (HIV/AIDS, TBC, Asma)
dan menahun (Jantung, Diabetes)
2. Riwayat kesehatan keluarga
a. Penyakit menurun dalam keluarga :
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit menurun seperti Diabetes Melitus,
Hipertensi, Asma
b. Penyakit menular dalam keluarga :
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, Hepatitis

E. Riwayat Obstetri
1. Riwayat haid
Menarce : 13 tahun Nyeri Haid : Tidak
Siklus : 28 hari Lama : 7 hari
Warna darah : Merah Leukorea : Tidak
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut
2. Riwayat kehamilan sekarang
Hamil ke empat usia kehamilan 39 minggu
HPHT : 26 Oktober 2018
HPL : 03 Agustus 2019
Gerakan Janin : 12x dalam 12 jam
TT : TT 2
Minum jamu/obat : Tidak
selain vitamin
ANC : 10x
ANC I : 3x
Tempat ANC : Bidan
Keluhan/Masalah : Mual
Suplemen/obat : Asam Folat x|1x1, B6 x|1x1
yang didapat
Pendidikan Kesehatan: Cara mengatasi mual
ANC II : 3x
Tempat ANC : Bidan
Keluhan/Masalah : Tidak ada keluhan
Suplemen/obat : Asam Folat x|1x1, Kalk x|1x1
yang didapat
Pendidikan Kesehatan: Nutrisi pada ibu hamil
ANC III : 4x
Tempat ANC : Bidan
Keluhan/Masalah : Sakit Punggung
Suplemen/obat : Asam Folat x|1x1, Kalk x|1x1
yang didapat
Pendidikan Kesehatan:Ketidaknyamanan TM III,
Persiapan persalinan
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan
Tahun Nifas Ket
ANC Masalah UK Jenis Penolong JK/BB Penyulit
Tidak Tidak
2006 9x 39 mgg Spontan Bidan P/2800 Normal -
Ada Ada
2009 10x Tidak 40 mgg Spontan Bidan L/3000 Tidak Normal -
Ada Ada
2016 3x Abortus 8mgg Kuret Dokter - - - -

F. Riwayat Perkawinan
Usia saat menikah : 20 tahun
Lama perkawinan : 14 tahun
Status perkawinan : sah

G. Riwayat KB

Jenis Alkon Lama Penggunaan Keluhan Alasan Berhenti


IUD 8 tahun Tidak ada keluhan Ingin memiliki anak

H. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


1. Pola nutrisi (makan/minum terakhir) :
a. Ibu mengatakan makan terakhir jam 21.00 WIB, porsi nasi,
sayur, lauk
b. Ibu mengatakan minum terakhir jam 22.30 WIB, variasi : air
putih
2. Pola eliminasi (BAB/BAK terakhir) :
a. Ibu mengatakan BAB terakhir jam 17.00 WIB, konsistensi :
padat
b. Ibu mengatakan BAK terakhir jam 23.00 WIB, warna urin :
kuning
3. Pola aktifitas (aktifitas terakhir) :
Ibu mengatakan aktivitas terakhirnya jalan-jalan ringan
4. Pola istirahat dan tidur (terakhir) :
Ibu mengatakan tidur terakhir selama ± 3 jam
5. Pola seksual (terakhir) :
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual terakhir ±6 minggu
yang lalu
6. Pola hygiene (terakhir) :
Ibu mengatakan mandi terakhir jam 16.30 WIB
I. Data Psikososial dan Spiritual
a. Ibu mengatakan keluarganya mendukung dan menantikan
kehadiran bayi ibu
b. Ibu mengatakan sangat senang dan tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya
c. Ibu mengatakan sudah menjalankan ibadahnya
J. Data Pengetahuan
Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda persalinan yang
meliputi : kontraksi yang semakin sering dan teratur dalam rentan
waktu 10 menit, keluarnya cairan ketuban serta keluarnya lendir darah
dari jalan lahir.

II. DATA OBYEKTIF

A. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik Tensi :120/80mmHg
Kesadaran : Composmentis Nadi : 84x/menit
BB sebelum/selama hamil :50/58kg Suhu : 36,5ºC
TB : 155cm RR : 22x/menit
IMT : 24,16kg/m² LILA : 24cm
2. Status present
Kepala :Bersih, tidak ada ketombe, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada rambut rontok
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : Simetris, tidak ada polip
Mulut : Simetris, tidak ada caries gigi, tidak ada
stomatitis
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada :Simetris, putting susu menonjol, areola
menghitam, tidak ada benjolan abnormal
Perut : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea
nigra
Vulva : Tidak oedem, tidak ada varises
Ektremitas : Tidak oedem, dapat digerakkan
Reflek patella: Kanan (+) Kiri (+)
Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang
Anus : Tidak ada haemorrhoid
3. Status obstetric
a. Inspeksi
Muka :Tidak oedem, tidak ada chloasma
gravidarum
Mammae :Simetris, putting menonjol, areola
menghitam
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea
nigra
Vulva : Tidak ada varises
b. Palpasi
Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting
(kepala)
Leopold II
Kanan : Teraba bagian kecil janin (ekstremitas)
Kiri : Teraba keras seperti papan (punggung)
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (kepala)
Leopold IV : Sudah masuk PAP (divergen)
TFU : 28 cm
TBJ : 2635 gram
c. Auskultasi
DJJ : 142x/menit
d. Pemeriksaan dalam :
Tgl/jam : 03 Agustus 2019/00.30 WIB oleh : Bidan
Atas Indikasi :Ibu merasa kenceng-kenceng pada perutnya
Hasil :
Vulva/ vagina : Tenang (Tidak ada kelainan)
Serviks
Keadaan : Tebal
Pembukaan : 3cm (fase laten)
Effecement : 30%
Kulit Ketuban : (-)
Warna ketuban : Jernih
Teraba : Kepala
POD : UUK
Moulage :0
Penurunan : Kepala
bagian terendah
Bagian lain : Tidak ada
STLD : (+)
B. Pemeriksaan Penunjang
EKG : Normal
USG : Jenis Kelamin : Perempuan
Umur Kehamilan : 39 minggu
TBJ : 2635 gram
Posisi Janin : Kepala
Letak Plasenta : di fundus
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

NO PEMERIKSAAN HASIL

1 Hemoglobin 13,4 g/dL

2 Hematokrit 42,9 %

3 Lekosit 13,7 ribu/mm³

4 Trombosit 283 ribu/uL

5 Eritrosit 4,69 juta/uL

6 GDS 80 mg/dL

7 HbsAg (-) Negatif

III. ASSESMENT

Ny E usia 32 tahun G4P2A1 usia kehamilan 39 minggu janin


tunggal hidup intrauteri, puki, divergen, preskep dalam inpartu
kala I dengan KPD

DS : Ibu mengatakan bernama Ny E dan berusia 32 tahun

Ibu mengatakan ketubannya sudah pecah sejak kemarin


tanggal 02 Agustus 2019 jam 15.00 WIB

DO :Tensi :120/80mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 22x/menit

Pembukaan : 3cm (fase laten)


Kulit Ketuban : (-) Negatif

Warna ketuban: Jernih

Leopold I : Bokong

Leopold II

Kanan : Ekstremitas

Kiri : Punggung

Leopold III : Kepala

Leopold IV : Sudah masuk PAP (divergen)

TFU : 28 cm

TBJ : 2635 gram

Masalah : Ketuban Pecah Dini (KPD)

Diagnosa Potensial : Infeksi chorioamnionitis pada ibu, dan


fetal disstres pada janin

Antisipasi Masalah : induksi uterotonika dan pemberian


antibiotik, observasi keadaan umum ibu, periksa DJJ, serta
berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk menentukan asuhan
yang akan diberikan.

IV. PELAKSANAAN

Hari/Tanggal : Sabtu, 03 Agustus 2019 Jam : 01.00 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, meliputi :

Bahwa ketuban ibu sudah pecah, pembukaan 3 cm, dan DJJ :


142x/menit

Hasil : Ibu telah mengetahui terkait dengan kondisinya


2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada
kontraksi

Hasil : Ibu bersedia untuk makan dan minum

3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri untuk


memperlancar aliran oksigen dari ibu ke bayi

Hasil : Ibu bersedia tidur miring ke kiri

4. Mengajarkan teknik relaksasi dan pengaturan nafas saat ada


kontraksi dengan menarik nafas dari hidung dan dikeluarkan
dari mulut

Hasil : Ibu telah melakukan teknik relaksasi

5. Melakukan skintest (cefaperazone) pada ibu untuk


mengetahui apakah ibu memiliki riwayat alergi terhadap obat
tersebut atau tidak

Hasil : Telah dilakukan skin test jam : 00.40 WIB

Ibu tidak memiliki alergi terhadap antibiotik


tersebut

6. Memberikan injeksi cefaperazone 1 gr (antibiotik) yang telah


dilarutkan dengan aqua bidest sebanyak 10 cc pada ibu secara
IV bolus

Hasil : injeksi cefaperazone telah dilakukan pada jam


01.00 WIB

7. Berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian induksi


oxytosin 1 ampul 12 tpm dan cefoperazone 1 gr

Hasil : Terpasang infuse RL drip oxytosin 12 tpm jam :


00.30 WIB
8. Melakukan pencatatan dalam partograf

Hasil : Sudah dilakukan pencatatan dalam partograf

Tabel Observasi Kala 1 :

Penurunan
Jam Kontraksi TD Nadi Suhu VT Ketuban DJJ
Kepala

00.30 1x10’/10’’ 110/80 82 36,6 3cm 5/5 Jernih 145x/menit

01.00 5x10’/10’’ 120/80 81 36,6 10cm 1/5 Jernih 150x/menit

KALA II

I. DATA SUBYEKTIF

Ibu mengatakan ingin meneran, kenceng-kenceng semakin


sering

II. DATA OBYEKTIF

Pembukaan : 10cm
Ketuban : Jernih

Serviks : Tidak teraba

HIS : 4x10’/10’’

Hodge IV, vulva membuka, ada tekanan pada anus dan


perineum menonjol

III. ASSESMENT

Ny E usia 32 tahun G4P2A1 umur kehamilan 39 minggu janin


tunggal hidup intreuteri, puki, divergen, preskep dalam
persalinan Kala II dengan KPD

IV PELAKSANAAN

Tanggal : 03 Agustus 2019 Jam : 01.20 WIB

1. Mendengar dan memastikan tanda kala II persalinan seperti


adanya dorongan kuat untuk meneran, tekanan pada rectum
dan vagina, perineum menonjol dan sfingter ani membuka

Hasil : Bidan melihat adanya tanda kala II persalinan

2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan


essensial untuk menolong persalinan dan penatalaksana
komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir

Hasil : Bidan sudah memastikan kelengkapan peralatan,


bahan dan obat-obatan essensial

3. Memakai celemek plastic atau dari bahan tidak tembus cairan

Hasil : Bidan sudah memakai celemek plastik


4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.

Hasil :Perhiasan sudah dilepas, cuci tangan sudah


dilakukan

5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan


digunakan untuk pemeriksaan dalam

Hasil : Bidan sudah memakai sarung tangan DTT

6. Memasukkan oksitosin ke dalam spuit

Hasil : Oksitosin sudah dimasukkan dalam spuit

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan


hati- hati dari anterior ke posterior menggunakan kapas atau
kassa yang dibasahi air DTT

Hasil : Vulva hygiene sudah dilakukan

8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan


pembukaan lengkap.

Hasil : Pembukaan sudah lengkap

9. Dekontaminasi sarung tangan selama 10 menit dalam larutan


klorin. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
Tutup kembali partus set.

Hasil : Dekontaminasi sarung tangan telah dilakukan, cuci


tangan telah dilakukan

10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi)


untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
Hasil : DJJ 140x/menit

11. Memberitahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap


dan keadaan janin baik, kemudian bantu ibu menemukan
posisi nyaman dan sesuai keinginannya.
Hasil : Ibu sudah mengerti
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada
kondisi itu, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
Hasil : Ibu tetap memilih berbaring
13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa
ingin meneran atau timbul kontraksi yang kuat
Hasil : Sudah dilakukan bimbingan meneran
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang diinginkan jika belum merasa ada
dorongan meneran dalam waktu 60 menit
Hasil : Ibu sudah mengerti
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut bawah ibu jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6cm
Hasil : Handuk sudah diletakkan di perut bawah ibu
16. Meletakkan kain bersih 1/3 bagian sebagai alas bokong
(underpad)
Hasil : Kain bersih sudah dipasang
17. Membuka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan
peralatan dan bahan
Hasil : Partus set sudah lengkap
18. Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
Hasil : Bidan sudah memakai sarung tangan DTT
19. Setelah tamoak kepala bayi dengan diameter 5-6cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan tangan yang
dilapisi kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan
bagian belakang kepala untuk mempertahankan posisi fleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara
efektif atau bernapas cepat dan dangkal
Hasil : Perineum sudah dilindungi dengan 1/3 kain bersih
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi
Hasil : Tidak ada lilitan tali pusat
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang
berlangsung spontan
Hasil : Bidan menunggu putaran paksi luar
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang
Hasil : Bidan sudah melakukan tindakan dengan baik
23. Setelah bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu
belakang, tangan yang lain menyusuri dan memegang lengan
dan siku bayi sebelah atas.
Hasil : Bidan sudah melakukan tindakan dengan baik
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (memasukkan telunjuk di antara kedua kaki
dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada
satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu
dengan jari telunjuk)
Hasil : Bidan telah melakukan tindakan dengan baik
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi berwarna kemerahan ?
b. Apakah bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Hasil : Bayi kemerahan, menangis kuat dan gerakan aktif
26. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk atau kain yang kering. Pastikan bayi
dalam posisi dan kondiri aman di perut bagian bawah ibu
Hasil : Bayi sudah dikeringkan
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya ada satu
bayi lahir dan bukan kehamilan ganda (gemeli)
Hasil : Sudah dilakukan, hanya ada satu bayi lahir
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
Hasil : Ibu sudah mengerti
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin
10 unit (IM) di 1/3 distal lateral paha
Hasil : Oksitosin sudah disuntikkan
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Gunakan jari
telunjuk dan jari tengah tangan yang lain untuk mendorong
isi tali pusat kearah ibu dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm
distal dan klem plasenta
Hasil : Plasenta sudah diklem menggunakan umbilical
chord
31. Memotong dan mengikat tali pusat
a. Dengan satu tangan pegang tali pusat yang sudah dijepit
(lindungi pusat bayi) dan lakukan pengguntingan tali
pusat di antara 2 klem tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali
pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
Hasil : Tali pusat sudah dipotong dan diklem
32. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kuliuyt
ibu dan bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi
menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di
antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
susu atau areola mamae ibu
a. Selimuti bayi-ibu dengan kain kering dan hangat, pasang
topi dikepala bayi
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
minimal 1 jam
c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD
dalam waktu 30-60 menit
d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayu sudah berhasil menyusu
Hasil : Bayi sudah diletakkan diatas dada ibu,
sudah dilakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi dan sudah
ilakukan IMD pada bayi

KALA III

I. DATA SUBYEKTIF
Ibu mengatakan perutnya masih kenceng-kenceng

II DATA OBYEKTIF
1. Terdapat semburan darah secara tiba-tiba
2. Tali pusat bertambah panjang
3. Uterus teraba keras
4. Kandung kemih kosong
5. TFU setinggi pusat

III ASSESMENT
Ny. E usia 32 tahun P3A1 dalam persalinan Kala III

IV PELAKSANAAN
Tanggal : 03 Agustus 2019 Jam : 01.17 WIB
33. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva
Hasil : Klem sudah dipindahkan
34. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu
(diatas simfisis) untuk mendeteksi kontaksi. Tangan lain
memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
Hasil : Sudah dilakukan tindakan dengan benar
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati untuk
mencegah invertio uteri. Jika plaasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikkan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali
prosedur di atas.
Hasil : Sudah dilakukan PTT
36. Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke
arah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke
arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga
plaasenta plasenta dapat dilahirkan .
Hasil : Sudah dilakukan PTT dan dorso kranial
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang disediakan.
Hasil : Plasenta lahir pada jam 01.20 WIB
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan difundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi.
Hasil : Sudah dilakukan masase uterus hingga fundus
teraba keras
39. Memeriksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan
plasenta telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke
dalam tempat khusus (kendi)
Hasil : Plasenta lahir lengkap, selaput ketuban utuh dan
ditempatkan dalam kendi
40. Meletakkan evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi 1 dan 2
yaang menimbulkan perdarahan.
Hasil : Terjadi laserasi derajat II dan sudah dilakukan
penjahitan.

KALA IV

I DATA SUBYEKTIF
Ibu mengatakan merasa lega karena bayinya sudah lahir

II DATA OBYEKTIF
Keadaan Umum : Baik Kontraksi : Keras
Tensi : 120/80 mmHg Perdarahan: ± 100 cc
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,6ºC
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kandung Kemih : Kosong
III ASSESMENT
Ny E usia 32 tahun P3A1 dalam persalinan kala IV
IV PELAKSANAAN
Tanggal : 03 Agustus 2019 Jam : 01.20 WIB
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
Hasil : Uterus teraba keras dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
42. Memastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan
kateterisasi
Hasil : Kandung kemih kosong dan tidak dilakukan
kateterisasi
43. Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan
tubuh, dan bilas dengan air DTT tanpa melepas sarung
tangan, kemudian keringkan dengan handuk
Hasil : Sudah dilakukan tindakan dengan benar
44. Mengajarkan ibu atau keluarga cara masase uterus dan
menilai kontraksi
Hasil : Ibu dan keluarga sudah mengerti
45. Memeriksa nadi ibu dan memasikan keadaan ibu baik
Hasil : Ibu dalam keadaan baik dan nadi ibu 80x/menit
46. Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah
Hasil : Jumlah kehilangan darah ± 100ml
47. Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernafas
dengan baik (40-60x/menit)
Hasil : Bayi bernafas 45x/menit
48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (selama 10 menit). Cuci
dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
Hasil : semua peralatan bekas pakai sudah ditempaatkan
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan sudah
dicuci serta dibilas
49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
Hasil : Bahan-bahan terkontaminasi sudah ddibuang ke
tempat sampah yang sesuai
50. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan ketuban
menggunakan air DTT. Bersihkan cairaan ketuban dan
darah disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian
yang kering dan bersih.
Hasil : Ibu sudah bersih dan berganti pakaian
51. Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan
ASi. Anjurkan keluarga untuk member ibu minuman dan
makanan yang diinginkannya.
Hasil : Ibu sudah merasa nyaman dan sudah memberikan
ASI pada bayinya
52. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%
Hasil : Tempat bersalin sudah didekontaminasi
53. Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
Hasil : Sarung tangan sudah direndam dalam larutan
klorin 0,5%
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
Hasil : Sudah dilakukan cuci tangan
55. Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi
Hasil : Sarung tangan sudah dipakai
56. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan
kondisi baik :
a. Pernafasan normal ( 40-60x/menit ), temperature tubuh
normal 36,5-37,5ºC setiap 15 menit
b. Dalam satu jam pertama beri salf mata/ tetes mata
profilaksis infeksi, vit K 1 mg secara Im di paha kiri
bawah lateral
Hasil : Pernafasan normal 45x/menit, suhu 36,6ºC, sudah
diberi salf mata Gentamicin 1% pada mata kanan dan kiri,
dan sudah diberi Vit K 1mg pada paha kiri bawah lateral
57. Setelah 1 jam pemberian imunisasi Vit K 1mg, berikan
suntikan hepatitis B dipaha kanan bawah lateral.
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
dapat disusukan.
Hasil : Sudah diberi suntikan Hb 0 di paha kanan bawah
lateral dan bayi sudah ditempatkan dijangkauan ibu.
58. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Hasil : Sarung tangan suah dilepas dalam keadaan terbalik
dan sudah direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering
Hasil : Sudah dilakukan cuci tangan
60. Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan berikan asuhan
kala IV persalinan.
Hasil : Partograf sudah dilengkapi
Tabel Observasi Kala IV :

Jumlah
Jam Kandung
Waktu Tensi Nadi Suhu Kontraksi TFU Darah yang
Ke Kemih
Keluar

I 01.20 120/80 80 36,6ºC Keras Setinggi pusat Kosong ± 5cc

01.35 120/80 80 Keras Setinggi pusat Kosong ± 10cc

1 jari dibawah
01.50 120/80 80 Keras Kosong ± 15cc
pusat
2 jari dibawah
02.05 120/80 81 Keras Kosong ± 20cc
pusat
2 jari dibawah
II 02.35 120/80 80 36,6ºC Keras Kosong ± 25cc
pusat
2 jari dibawah
03.35 120/80 81 Keras Kosong ± 35cc
pusat
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas kasus tentang


Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologis pada Ny. E Usia 32 Tahun
G4P2A1 Usia Kehamilan 39 Minggu dengan KPD. Karena penulis
menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney,
maka pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut :

1. Langkah 1 : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua


data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap,
yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
meninjau data laboratorium. (Muslihatun, Mufdillah, dan Setiyawati,
2009).
Data mengenai hal tersebut dapat diperoleh dengan cara
anamnesis, yang mencakup biodata atau identitas, riwayat menstruasi,
kesehatan, kehamilan, persalinan dan nifas, data psikospiritual, dll;
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan;
pemeriksaan khusus, seperti palpasi, auskultasi, perkusi, dan
pemeriksaan penunjang (Mamik, 2010).
Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 Agustus 2019 pukul
23.30 WIB. Dari hasil pengkajian diperoleh data subyektif dan data
obyektif, sebagai berikut :
Data Subyektif : Ny. E usia 32 tahun G4P2A1 usia kehamilan 39
minggu dengan KPD.
Data Obyektif :
Keadaan umum : Baik DJJ : 142x/menit
Kesadaran : Composmentis Leopold 1:Bokong
BB sebelum/selama : 50/55 Kg Leopold II: Puka
TB : 155 cm Leopold III: Kepala
IMT : 22,9 kg/m² Leopold IV: Divergen
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Vulva/Vagina:Tenang
Nadi : 84x/menit Pembukaan : 3 cm
Suhu : 36,5ºC Kulit Ketuban : (-)
Respirasi : 22x/menit Teraba : Kepala
LILA : 24 cm POD
: UUK
HB : 13,4 gr/dL Moulage :0
Hematokrit : 42,9% Penurunan : Hodge I
Lekosit : 13,7 ribu/m³ bagian terendah
Trombosit : 283 ribu/uL STLD : (+)
Eritrosit : 4,69 juta/uL
GDS : 80mg/dL
Dan teori menurut (Widaningsih,2015) mengatakan bahwa Pengkajian
yang dilakukan adalah anamnesa Data subyektif dan data obyektif.
Jadi dalam data pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik di lahan.
2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosa yang spesifik.
Diagnosa tersebut berupa pendalaman masalah yang dialami
oleh klien, dalam hal ini diagnosa yang ditemukan dari hasil
pengkajian pada Ny.E yaitu KPD (Ketuban Pecah Dini).
3. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini dilakukan pengidentifikasian masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial
benar-benar terjadi (Yulifah,2014).
Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada ibu, yaitu : infeksi
chorioamnionitis dan fetal distress pada janin dalam kandungan,
4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Tindakan segera merupakan tindakan yang di lakukan dengan
cara menetapkan kebutuhan tentang perlunya tindakan segera oleh
bidan/dokter untuk konsultasikan atau di tangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah
keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Pada kasus ini persalinan dengan KPD, tindakan antisipasi
atau tindakan segera yang harus di lakukan yaitu memberikan infus
Ringer Lactat (RL), induksi uterotonika dan pemberian antibiotik,
observasi keadaan umum ibu, periksa DJJ, serta berkolaborasi dengan
dokter SpOG untuk menentukan asuhan yang akan diberikan.
5. Langkah V : Perencanaan
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan dari langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau antisipasi. Setiap rencana asuhan haruslah di setujui
oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari
pelaksanaan rencana tersebut. Semua perencanaan yang dibuat harus
berdasarkan pertimbangan yang meliputi pengetauan, teori yang
terbaru, dan evidence based care.
Rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien atas
indikasi KPD, yaitu :
a. Lakukan pemantauan keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu
b. Lakukan pemeriksaan DJJ
c. Lakukan skintest Cefaperazone
d. Lakukan pemasangan infuse RL 500 ml drip Oxytosin 5 IU 12
tpm
e. Lakukan pemantauan his serta kemajuan persalinan
f. Lakukan pemberian dukungan mental kepada ibu dan keluarga
6. Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan
merupakan penatalaksanaan dari asuhan yang telah direncanakan
sebelumnya berdasarkan kebutuhan klien. Adapun pelaksanaan pada
klien yaitu sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan
sebelumnya.
Dalam memberikan asuhan bidan telah melaksanakan sesuai
dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya dan tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik dilahan.
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan keburuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah di identifikasi didalam masalah dan diagnosis.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
asuhan yang berikan kepada pasien.(Mufdillah dkk, 2011 : 111-118).
Hasil yang di harapkan dari manajemen kebidanan pada ibu
bersalin dengan KPD adalah dapat di lakukan partus secara spontan,
komplikasi akibat tindakan medik dapat di atasi serta ibu dan janin
dalam keadaan baik dan sehat.
Pada kasus Ny. E setelah diberikan asuhan kebidanan dan
setelah dievaluasi diperoleh hasil penanganan persalinan dengan
ketuban pecah dini dapat teratasi dengan baik. Keadaan ibu dan bayi
dalam kondisi cukup baik.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
1. Dari hasil pengkajian diperoleh data subjektif Ny E meliputi alasan
datang dan keluhan utama sehingga didapatkan hasil bahwa Ny.E
merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Ngombol dengan keluhan
perutnya terasa kenceng-kenceng dan ketuban sudah pecah sejak
kemarin tanggal 02 Agustus 2019 pukul 15.00 WIB. Selain data
subjektif, juga diperoleh data objektif meliputi keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan dalam sehingga
didapatkan hasil bahwa keadaan umum Ny E saat datang ke RS Panti
Waluyo adalah baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital
dalam batas normal dan dari hasil pemeriksaan dalam diperoleh hasil
pembukaan serviks 3cm dan ketuban sudah pecah dengan warna
ketuban jernih.
2. Diagnosa dari kasus Ny E yaitu KPD (Ketuban Pecah Dini).
3. Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada Ny E, yaitu : infeksi
chorioamnionitis dan fetal distress pada janin dalam kandungan.
4. Tindakan antisipasi atau tindakan segera yang harus di lakukan pada
kasus Ny E dengan KPD yaitu memberikan infus Ringer Lactat (RL),
induksi uterotonika dan pemberian antibiotik, observasi keadaan
umum ibu, periksa DJJ, serta berkolaborasi dengan dokter SpOG
untuk menentukan asuhan yang akan diberikan.
5. Rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny E dengan KPD,
yaitu : melakukan pemantauan keadaan umum dan tanda-tanda vital
ibu, pemeriksaan DJJ, pemasangan infus RL, pemantauan His dan
pemberian dukungan pada ibu.
6. Penatalaksanaan pada kasus Ny E dengan KPD adalah sebagai berikut
:
a. Melakukan pemantauan keadaan umum dan tanda-tanda vital
b. Melakukan pemeriksaan DJJ
c. Melakukan pemasangan infus
d. Melakukan pemantauan His
e. Memberikan motivasi pada ibu
7. Pada kasus Ny. E setelah diberikan asuhan kebidanan dan setelah
dievaluasi diperoleh hasil penanganan persalinan dengan ketuban
pecah dini dapat teratasi dengan baik. Keadaan Ny E dan bayi dalam
kondisi cukup baik.
B. Saran

Bagi Mahasiswa :

1. Dapat dijadikan sebagai pembelajaran mengenai Persalinan dan KPD


2. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan yang diberikan kepada pasien
dengan KPD

Bagi Institusi :

1. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi institusi


2. Dapat dijadikan sebagai bahan penilaian bagi mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Wiwi. “Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada


Ny.M dengan Persalinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh
Yusuf Gowa Tanggal 18 Juli 2018”. KTI. (pdf. Diakses tanggal
15 Agustus 2019)
Anggraini, Eva. “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan
Ketuban Pecah Dini Di RSUD Majenang Tahun 2016”. Naskah
Publikasi (pdf.Diakses tanggal 15 Agustus 2019)

Budi Rahayu Dan Ayu Novita Sari “Study Deskriptif Penyebab


Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin. Vol V,
No 2 (2017)

Fadlun. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis . Jakarta :


SalembaMedika

Indah, dkk. “Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny


“N” dengan Usia Kehamilan Preterm di RSUD Syekh Yusuf
Gowa Tanggal 01 Juli 2018. Jurnal Midwifery Vol 1 No 1 Tahun
2019”.pdf. Diakses tanggal 15 Agustus 2019

Indrayani, dkk. 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.


Jakarta : CV. Trans Info Media

Kosim, M Saleh. “Pemeriksaan Kekeruhan Air Ketuban” Jurnal Sari


Pediatric. Vol 11, No.5 (Februari 2010)

Kurniati Solikah, Maulida dan Imung Hidayati. “Manajemen


Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny. M usia 39 Tahun G3P2A0
Umur Kehamilan 40 Minggu dengan KPD 10 Jam di Ruang
Mawar RSUD Majenang Tahun 2015. (laporan kasus.pdf.diakses
tanggal 15 Agustus 2019)

(Print), ISSN 2549-2748 (Online)”.pdf. Diakses tanggal 15 Agustus


2019

Mamik. 2010. Konsep, Proses, Organisasi dan Manajemen


Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan
Manuaba.2010. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Marni,dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Patologi.Yogyakart: Pustaka


Belajar

Mufdillah, dkk. 2011. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Muslihatun, dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta:


Fitramaya.

Norma, Nita Dan Mustika Dwi. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi


Teori Dan Tijauan Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika

Nugroho, Taufan. 2011. Obsgyn: Obstetri Dan Genekologi.


Yogyakarta: Nuha Medika

Nurmawati, Nur dan Arulita Ika Fibriana. “Ketuban Pecah Dini di


RSUD Ungaran Semarang. HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC
HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT. HIGEIA 2 (1)
(2018)”. Pdf. Diakses tanggal 15 Agustus 2019

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Puspitasari, Reni Novi. “Korelasi Karakteristik dengan Ketuban


Pecah Dini pada Ibu Bersalin di RSU Denisa Gresik. Indonesian
Jurnal For Health Sciences. Vol.3, No.1, Maret 2019, Hal. 24-32
ISSN 2549-2721

Sarwono, Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina


Pustaka Sarwono Prawirahardjo
Siwi Walyani, Elisabeth. 2015. Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : PT
PUSTAKA BARU

Susila, Ida dan Puji Wandayanti. “Asuhan Kebidanan Pada Ny. P


G2P0A1 dengan Ketuban Pecah Dini”. Naskah Publikasi (pdf.
Diakses tanggal 15 Agustus 2019)

Tuanger, Deltriana. “Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. S


G1P0A0 dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD dr. Moewardi
Surakarta”. KTI (pdf. Diakses tanggal 15 Agustus 2019

Varney Helen, Kriebs, Boger Carolyn L, 2008. Buku Asuhan


Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC

Vita Sutanto, Andina. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.


Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS

Yulifah, Rita Dan Surachmindari. 2014. Konsep Kebidanan. Jakarta


Selatan: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai