SITI AZIZATUL FITRI 152201001 EYS NOVIANTI. S 152201002 YOVITA MARIA LORENSA 152201003 PUTRI DARWATI 152201004
PRODI S1 KEBIDANAN NGUDI WALUYO
TAHUN AJARAN 2020/2021 KASUS 1
Ny. A usia 40 tahun P5 telah anda tolong persalinannya 1 jam
yang lalu. Saat anda melakukan observasi Ny. A mengeluh pusing dan keluar darah banyak dari jalan lahir. Apa yang anda lakukan sebagai bidan! Penatalaksanaan Atonia uteri 1. Lakukan pemijatan uterus (maksimal 15 detik). 2. Pastikan plasenta lahir lengkap 3. Jika uterus berkontraksi lakukan evaluasi rutin. Jika tidak berkontraksi bersihkanbekuan darah, selaput ketuban dan vagina. 4. Berikan 20-40 unit oksitosin 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti. 5. Bila tidak tersedia oksitosin perdarahan tidak berhenti, berikan ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. 6. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV. 7. Lakukan pemasangan kondom kateter untuk mengkosongkan kandung kemih penggunaan kondom kateter ini untuk menahan perdarahan, karena tindakan yang tepat adalah mencoba melakukan kompresi pada uterus atau menggunakan kondom kateter (balon tampon). Kemudian lanjutkan Kompresi bimanual internal (KBI) selama 2 - 5 menit. 8. Jika setelah 2 - 5 menit uterus berkontraksi dengan baik dan perdarahan berkurang kita menghentikan tindakan KBI dan langsung memantau ibu pada kala IV persalinan. 9. Apabila setelah 5 menit uterus tidak berkontraksi dan perdarahan masih berlangsung periksa ulang perineum, vagina, serviks apakah terjadi laserasi, jika demikian lakukan penjahitan. Dan anjurkan keluarga untuk membantu kompresi bimanual eksternal (KBE). 10. Jika uterus tidak berkontraksi dalam 1-2 menit segera rujuk.secara operatif ke fasilitas yang lebih memadai sebagai antisipasi bila perdarahan tidak berhenti. 11. Sambil membawa ibu ketempat rujukan teruskan tindakan KBE dan berikan cairan infus. KASUS 2
Ny. B melahirkan bayinya, saat lahir bayinya mengalami gagal nafas
spontan untuk pertama kali, langkah apa yang anda lakukan sebagai seorang bidan? Sebagai seorang bidan langkah awal yang harus bidan lakukan adalah penilaian terhadap bayi baru lahir yaitu apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap, apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif, jika bayi megapmegap atau gagal nafas dan tonus otot lemah/bayi tidak bergerak segera melakukan Manjemen bayi baru lahir dengan asfiksia yaitu : 1. Melakukan langkah Awal. 2. Hangatkan bayi 3. Memposisikan bayi dengan baik. 4. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia seperti deele. 5. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat sambil melakukan rangsangan taktil 6. Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai: usaha nafas, frekuensi denyut jantung dan warna kulit Jika bayi sudah bernafas dengan normal maka selanjutnya dilakukan Asuhan Pasca Resusitasi namun jika keadaan bayi belum membaik lanjutkan untuk melakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP): 1. Pasang sungkup dan perhatikan lekatan 2. Lakukan VTP percobaan 2 kali dengan tekanan 30 cm air. Jika dada mengembang maka lakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP) dengan menggunakan ambu bag sebanyak 20 kali dalam 30 detik sampai bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi jantung >100 kali/menit. 3. Apabila bayi sudah bernafas spontan dan frekuensi jantung sudah normal tetapi masih biru maka dilakukan pemberian oksigen 1 liter/menit lewat nasal kanul 4. Apabila bayi sudah bernafas spontan dan frekuensi jantung sudah normal langkah selanjutnya melakukan APGAR score dan perawatan BBL.
5. Jika setelah dilakukan VTP bayi belum bisa bernafas dengan normal maka dilakukan VTP kedua dengan tekanan dinaikan namun jika bayi tidak bernafas normal sesudah 2 menit resusitasi maka siapkan Rujukan dan nilai Denyut jantung bayi.
6. Lakukan penatalaksanaan rujukan dengan konseling kepada keluarga,
lanjutkan resusitasi, pemantauan tanda bahaya, perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi, pemberian vit K1, pemberian saleb mata / tetes mata, dan pencatatan laporan. DAFTAR PUSTAKA Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Sayeba Akhter, dkk. (2003). Use of a condom to control massive postpartum hemorrhage. Medscape General Medicine. SEKIAN & TERIMAKASIH