445/SPO-/MEDIK/
Tanggal Terbit Ditetapkan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
NIP. 197002132001122005
Pengertian Tindakan resusitasi adalah tindakan bantuan napas pada bayi baru lahir
menggunakan prinsip dasar resusitasi ABCD
Memastikan saluran napas terbuka
1. Meletakkan bayi dalam posisi yang benar
2. Mengisap mulut, kemudian hidung, kalau perlu trakea
3. Bila perlu, masukkan pipa endotrakeal (ET) untuk memastikan
pernapasan terbuka
Memulai pernapasan
1. Lakukan rangsangan taktil untuk memulai pernapasan
2. Bila perlu memakai ventilasi tekanan positis (VTP) menggunakan
sungkup dan balon atau pipa ET dan balon
Mempertahankan sirkulasi darah
1. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
Memberikan obat-obatan sesuai indikasi
1. Bila perlu menggunakan obat-obatan untuk mempertahankan sirkulasi
darah
Tujuan 1. Memberikan rangsangan dan bantuan napas pada bayi baru lahir
dengan asfiksia
2. Mempertahankan kelangsungan pemberian oksigen dan sirkulasi darah
Kebijakan 1. Tindakan resusitas merupakan tindakan life saving pada bayi baru lahir
dengan asfiksia
3
2. Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir harus dilakuakn oleh tim yang
terkoordinasi dan yang telah ditunjuk
3. Penanggung jawab resusitasi neonatus dari masingmasing tim harus
diketahui
4. Perlu pelatihan secara periodik terhadap anggota tim sehingga tercapai
perawatan bayi yang efektif dan terkoordinasi
Prosedur Persiapan alat
1. Periksa kelengkapan alat
2. Lakukan pemasangan alat sesuai dengan fungsinya
3. Lakukan pengujian peralatan yang ada, untuk menjaga keselamatan bayi
Penilaian awal setiap bayi baru lahir
1. Apakah air ketuban tanpa mekoneum ?
2. Apakah bayi bernapas atau menangis ?
3. Apakah tonus otot baik?
4. Apakah kulit bayi berwarna merah muda ?
5. Apakah umur kehamilan cukup bulan ?
Bila semua pertanyaan jawabnya “ya”, bayi memerlukan perawatan rutin bayi
baru lahir (lihat protap perawatan bayi baru lahir)
Bila salah satu jawabnya “ tidak “, bayi memerlukan beberapa langkah awal
resusitasi.
Langkah awal resusitasi (dilakukan dalam waktu 30 detik)
1. Jaga lingkungan yang hangat dan kering
2. Letakkan pada posisi yang benar dan bersihkan jalan napas, terutama jika ada
mekoneum
3. Bayi dikeringkan dan dilakukan stimulasi napas sambil dilakukan reposisi
kepala untuk membuka jalan napas.
4. Berikan oksigen bila perlu, untuk mengurangi sianosis
Evaluasi langkah awal
1. Bila bayi bernapas dan denyut jantung > 100x/menit, kulit berwarna merah
muda, selanjutnya bayi memerlukan perawatan suportif
Bila bayi tidak bernapas (apnea) atau denyut jantung < 100x/menit, bayi
memerlukan tindakan selanjutnya (tahap B-memulai pernapasan)
Ventilasi tekanan positif (VTP) (dilakukan selama 30 detik)
1. Pilih ukuran sungkup sedemikian sehingga menutup mulut, hidung, dan
ujung dagu, tapi tidak menutup mata
2. Pastikan jalan napas bersih, lakukan isapan mulut dan hidung sekali lagi
untuk meyakinkan tidak ada sumbatan pada waktu melakukan bantuan napas
3. Letakkan kepala bayi pada posisi sedikit ekstensi untuk membuka jalan napas
4. Letakkan sungkup ke muka bayi dan rapatkan bantalan sungkup agar tercapai
tekanan positif yang diperlukan untuk mengembangkan paru
5. Pompa balon resusitasi dengan tekanan pertama >30 mmH2O, dengan
frekuensi 4060x/menit
4
Evaluasi VTP
1. Sementara denyut jantung meningkat ke arah normal, tetap lanjutkan
ventilasi dengan kecepatan 4060 kali/menit
2. Bila denyut jantung stabil > 100x/menit, kecepatan dan tekanan ventilasi
diturunkan secara bertahap sambil dilakukan rangsangan agar bayi bernapas
3. Bila bayi bernapas spontan dan denyut jantung telah mencapai normal,
bantuan ventilasi dapat dihentikan setelah denyut jantung dan napas spontan
adekuat
4. Lanjutkan pemberian oksigen arus bebas seperlunya agar bayi tetap berwarna
merah muda
5. Bila denyut jantung tidak meningkat dan < 60 x/menit, lakukan resusitas
tahap C dengan melakukan kompresi dada.
Kompresi dada (dilakukan selama 30 detik)
1. Kompresi dada harus selalu dilakukan bersama VTP, dan dilaksanakan
secara terkoordinir dengan melakukan ventilasi setelah kompresi ke 3 (1:3),
sehingga didapat frekuensi ventilasi 30x dan kompresi 90x/ menit
2. Evaluasi kompresi dada
2.1. Bila denyut jantung > 60x/menit, kompresi dada dapat dihentikan tapi
VTP tetap dilanjutkan
2.2. Bila denyut jantung meningkat 100x/menit dan bayi mulai bernapas
spontan, VTP diturunkan secara perlahanlahan
2.3. Bila denyut jantung tetap < 60x/menit, lanjutkan ke tahap resusitasi D
dengan memberikan pengobatan (epinefrin
Intubasi endotrakheal
Tujuan
1. Bila diperlukan mengisap mekoneum langsung dari trakhea pada bayi lahir
dengan air ketuban bercampur mekoneum disertai distress napas
2. Memperbaiki ventilasi bayi dan memfasilitasi koordinasi ventilasi dan
kompresi dada
3. Jalan untuk memberikan epinephrin
Cara
1. Letakkan bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi
2. Stabilkan kepala bayi dengan tangan kanan. Oksigen aliran bebas harus
diberikan selama prosedur
3. Masukkan daun laringoskop di ats sebelah kanan lidah, tekan lidah ke sisi
kiri mulut, terus masukkan lagi daun laringoskoop sampai ujungnya di
valekula, tepat di bawah lidah
4. Angkat daun sedikit, mengangkat lidah sehingga tidak menghalangi
pandangan untuk memvisualisasikan daerah faring. Pada waktu mengangkat
daun, naikkan seluruh daun dengan menekan ke atas searah dengan pegangan
laringoskop
5. Visualisasikan glotis dengan memberikan tekanan ke bawah pada krikoid
6. Masukkan pipa endotrakheal dengan ukuran yang sesuai menggunakan
tangan kanan lewat sisi kanan mulut
5
7. Fiksasi pipa ET dengan tangan kanan, dan keluarkan laringoskop dengan
tangan kiri
8. Lakukan prosedur tersebut dalam 20 detik saja, bila dalam 20 detik pipa
endotrakheal belum berhasl dimasukkan, lakukan ventilasi dengan balon dan
sungkupsampai keadaan bayi stabil dan lanjutkan memasang pipa ET
kembali
Pemberian epinephrin
Indikasi:
Denyut jantung tetap < 60x/menit setelah dilakukan VTP selama 30 detik
dilanjutkan kompresi dada bersama VTP selama 30 detik
Cara pemberian
1. Dapat diberikan melalui pipa ET dan vena umbilikalis
2. Melalui pipa ET : suntikkan epinephrin langsung melalui pipa ET kemudian
didorong ke paru-paru dengan melakukan VTP
3. Melalui vena umbilikalis
3.1. Pasang tali umbilikal secara longgar di dasar tali pusat
3.2. Isi kateter 3,5F/5F dengan NaCl 0.9%
3.3. Potong tali pusat secara steril dengan skalpel di bawah klem 12 cm di
atas garis kulit
3.4. Masukkan kateter ke v. Umbilikalis dengan arah ke atas menuju jantung,
sedalam 24 cm sampai darah mengalir
3.5. Suntikkan epinephrin sesuai dosis (0,10,3 ml/kgBB larutan 1:10.000)
kemudian diikuti injeksi NaCl 0,9% 0,51 ml
3.6. Bila dalam 30 detik denyut jantung tidak meningkat > 60 x/menit, ulangi
pemberian setiap 35 menit.
3.7. Bila bayi tampak lemah dan ada bukti perdarahan, pikirkan kemungkinan
hipovolemia dan asidosis metabolik
Penanganan hipovolemia akut
1. Cairan yang direkomendasikan adalah kristaloid isotonik (NaCl 0,9 %, RL,
darah golongan O) dan pemberian paling mudah melalui vena umbilikalis
(boleh diberikan secara intra osseus)
2. Berikan dosis awal 10 ml/kgBB, bila belum ada perbaikan, ulangi pemberian
10 ml/kg BB
Penanganan asidosis metabolik
1. Pemberian natrium bikarbonat terlalu awal berbahaya. Jangan berikan
natrium bikarbonat sebelum dilakukan ventilasi yang adekuat pada paruparu
2. Setelah semua langkah resusitasi dilakukan dan belum ada perbaikan, berikan
natrium bikarbonat dengan dosis 2 Meq/kgBB (4 ml/kgBB larutan 4,2 ml)
Cara pemberian melalui v. Umbilikalis yang aliran darahnya baik, diberikan
secara lambat (tidak lebih dari 1 Meq/kg/menit)
Unit terkait
Ruang perinatologi, Kamar Bersalin, Kamar Operasi, Unit Gawat Darurat
6
Alur Resusitasi Bayi Baru Lahir