Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN PELAYANAN

PERINATOLOGI 2021
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SATYA
NEGARA NOMOR: 007/PER-DIR/RSSN/III/2021
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KAMAR
BERSALIN DIREKTUR RUMAH SAKIT
SATYA NEGARA
MENIMBANG : a. bahwa dalam meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Satya Negara, diperlukan
Pedoman Pelayanan Perinatologi yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar Pelayanan Kamar Perinatologi Rumah Sakit dapat terlakana dengan
baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit sebagai landasan
penyelenggaraan pelayanan kamar Perinatologi di Rumah Sakit Satya Negara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b,
perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
4. Permenkes no. 80 tahun 2020 tentang komite mutu Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.369/Menkes/SK/III/ 2007
tentang Standar Profesi Bidan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.938/Menkes /SK/VII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 604/Menkes/SK/VII/2008
Tentang Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B,
Kelas C Dan Kelas D;
8. Surat Keputusan Nomor 006/ SK-DIR/BKB/VII/2019 tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Satya Negara

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SATYA NEGARA TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN PERINATOLOGI
KEDUA : Pedoman Pelayanan Perinatologi sebagaimana tercantum dalam lampiran ini
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini;
KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal penetapan, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya;
KEEMPAT : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan maupun perbaikan, maka Direktur berhak
meninjau kembali dan mengadakan perubahan seperlunya.

Ditetapkan Di : Jakarta
Pada Tanggal : 26 Maret 2021
Direktur,

dr. Paul Leonard Irawan, MPH


Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya Pedoman
Pelayanan Perinatologi dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan pelayanan di ruang Perinatologi
setiap pasien yang mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan di Rumah Sakit Satya Negara.
Disadari bahwa pedoman ini masih terus mengalami penyempurnaan yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Oleh karena itu komentar dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih
dan penghargaan kepada semua pihak yang mendukung dalam penyusunan pedoman ini.

Mudah-mudahan pedoman ini dapat memberikan manfaaat yang optimal, khususnya Pedoman
pelayanan diruang dalam upaya meningkatkan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit Satya
Negara.

Jakarta, 26 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Hal
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SATYA NEGARA i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN 1
C. RUANG LINGKUP 2
D. BATASAN OPERASIONAL 3
E. LANDASAN HUKUM 4
BAB II STANDAR KETENAGAAN 5
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA 5
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN 5
C. PENGATURAN JAGA 5
BAB III STANDAR FASILITAS 6
A. DENAH RUANG 6
B. STANDAR FASILITAS 6
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN 8
A. Kriteria pasien masuk ruang perinatologi 8
B. Kriteria pasien keluar perinatologi 8
C. Prosedur penerimaan pasien 8
D. Prosedur penerimaan pasien 9
E. Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan 9
BAB V LOGISTIK 10
BAB VI KESELAMATAN PASIEN 11
A. PENGERTIAN KESELAMATAN PASIEN SAFETY 11
B. TUJUAN 11
C. STRUKTUR KESELAMATAN PASIEN DI RS 11
D. 7 LANGKAH KESELAMATAN PASIEN 11
E. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD) 11
F. KTD YANG DAPAT DICEGAH 12
G. KNC 12
H. KEJADIAN MEDIS 12
I. INSIDEN KESELAMATAN PASIEN 12
J. KEJADIAN SENTINEL 12
K. TATALAKSANA KERJA UNTUK KESELAMATAN PASIEN 12
BAB VII KESELAMATAN KERJA 14
A. PENDAHULUAN 14
B. TUJUAN 14
C. TATALAKSANA KESELAMATAN KERJA 14
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA 14
E. HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI UNTUK PETUGAS TERPAJAN 14
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU 15
A. UPAYA PENGENDALIAN MUTU KEPERAWATAN 15
BAB IX PENUTUP 16

iii
LAMPIRAN 1
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SATYA NEGARA
NOMOR : NOMOR: 007/PER-DIR/RSSN/III/2021
TANGGAL : 26 Maret 2021

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kita semua mengetahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di indonesia
masih tinggi yaitu AKI : 307/100.0000 kelahiran hidup dan AKB : 35/1000 kelahiran hidup (SDKI
2002/2003). Sedangkan target RPJMN Depkes 2004-2009 AKI : 226/100.000 KH dan AKB : 26/1000 KH.

Dalam Konferensi Tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa (2000) telah disepakati berbagai komitmen tentang
Tujuan Pembangunan ( Millennium Development Goals ) pada tahun 2015, ada dua sasaran dan
indikator yang secara khusus terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu :
 Mengurangi Angka Kematian Bayi dan Balita sebesar 2/3 dari angka pada tahun 1990 (Menjadi 20
dan 25/1000 KH ).
 Mengurangi Angka Kematian Ibu sebesar ¾ dari AKI pada tahun 1990.
 (Menjadi 125/100.000 kelahiran ).

Angka Kematian Ibu di Indonesia masih menempati peringkat teratas diantara negara-negara Asia
Tenggara. Penyebab kematian Ibu terbanyak adalah perdarahan 28%, Eklampsia 24%, Infeksi 11%,
partus macet/lama 8% dan aborsi 5% (SKRT 2001).

Mengingat kematian bayi khususnya dalam periode perinatal berkaitan erat dengan kesehatan ibu
dimana AKI masih tinggi maka dengan ini pelayanan Rumah sakit yang ada sekarang ini harus
dikembangkan bagi masyarakat, diperlukan suatu peningkatan pelayanan kesehatan agar dapat bersaing
dalam memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu Rumah Sakit Satya Negara menyediakan
Ruang Perinatologi yang merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan yang harus bisa
memberikan tindakan medis yang aman, efektif dengan memberdayakan Sumber Daya Manusia yang
kompeten dan profesional dalam menggunakan peralatan, obat-obatan yang sesuai dengan standar
therapy di Indonesia.

Pelayanan di Ruang Perinatologi meliputi : Perawatan BBLR, Makrosemia, ikterus, bayi dengan masalah
minum/muntah, bayi yang lahir dengan infeksi intra uterin, bayi yang lahir dengan tindakan vakum
ekstraksi, forceps ekstraksi, Sectio Caesarea dan bayi dengan kelahiran sungsang yang bermasalah/sulit
serta bayi dengan masalah yang belum memerlukan perawatan intensif.
Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut di atas, maka disusunlah pedoman
pelayanan Ruang Perinatologi. Pedoman ini adalah pedoman minimal dan dapat dikembangkan
kapanpun seiring dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan Pelayanan Maternal dan Perinatal yang bermutu dalam rangka pemenuhan hak
masyarakat di bidang kesehatan sehingga terjadi penurunan angka kematian ibu dan bayi.

1
2. TUJUAN KHUSUS
a. Memiliki standar ketenagaan di Ruang Perinatologi
b. Memiliki standar fasilitas di Ruang Perinatologi
c. Memiliki tata laksana di Ruang Perinatologi
d. Memiliki standar logistik di Ruang Perinatologi
e. Memiliki standar keselamatan pasien di Ruang Perinatologi
f. Memiliki standar keselamatan kerja di Ruang Perinatologi
g. Memiliki standar pengendalian mutu di Ruang Perinatologi.

C. RUANG LINGKUP
Pelayanan dan asuhan untuk kasus perinatologi diberikan pada bayi baru lahir sampai dengan
usia 28 hari.
Perinatologi Rumah Sakit Kelas C
1. Pelayanan Perinatal mampu memberikan pelayanan sesuai dengan level I yaitu :
- Rawat bersama ibu dan bayi (Rawat gabung).
- Bayi baru lahir di RS dirawat bersama ibu/rawat gabung (Room In).
- Mampu melakukan diagnosis dini kelaianan bawaan dan keganasan, foto terapi dan
melaksanakan imunisasi.
- Mampu melakukan perawatan pada bayi dalam incubator.
- Mampu memberikan pelayanan sesuai kompetensi rumah sakit tipe C dengan :
a. Penilaian Fisik
b. Termoregulasi
c. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
d. Sepsis
e. Hiperbilirubinemia
2. Pelayanan Maternal
- Mampu memberikan pelayanan antenatal dan post natal
- Mampu mendiagnosis dan menangani vaginitis, servisitis, adnixitis dan ekstirpasi kista, kelenjar
Bartholini
- Mampu memberikan pelayana KB (Keluarga Berencana)
- Mampu memberikan pertolongan persalinan normal dan patologik (Ekstraksi vakum, forceps,
embriotomi dan Sectio Caesarea)
- Inpartu : Neonatus premature
- Mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi dengan memberikan pelayanan
paripurna pada kasus-kasus obgyn umum dan Keluarga Berencana :
 Kegawatdaruratan Obgyn
 Pencegahan Infeksi
 Transfusi darah dan infus cairan
 Anestesi dan analgesia
 Perawatan Operatif
 Terapi Antibiotika
 Asuhan Kehamilan
 Asuhan Persalinan
 Asuhan Nifas
 Asuhan BBL
 Syok
 Perdarahan pada kehamilan lanjut/persalinan
 Hipertensi / kejang / koma
 Persalinan lama

2
 Malpresentasi dan malposisi
 Distosia bahu
 Persalinan dengan distensi Uterus
 Persalinan dengan parut uterus
 Gawat janin dalam persalinan
 Prolapsus tali pusat
 Demam dalam kehamilan, persalinan dan paska persalinan
 Nyeri perut pada kehamilan
 Gangguan pernafasan
 Gerak janin tidak dirasakan
 Ketuban Pecah Dini (KPD)
 Asuhan Bayi Baru Lahir bermasalah
 Kontrasepsi sederhana
 Kontrasepsi hormonal
 AKDR
 Sterilisasi W/P
 Konseling
- Memberikan pelayanan terbatas dan merujuk kepada fasilitas pelayanan lebih lengkap kasus-
kasus jenis pelayanan khusus :
 Amniosentesis
 Onkologi Ginekologi
 Fistula Urogenital
 Prolapsus Genitalia
 Inkontinensia Urine

3. Pemeriksaan Penunjang meliputi :


a. Laboratorium
b. Radiodiagnostik non invasive dengan atau tanpa kontras
c. USG
d. CTG

D. Batasan Operasional
Batasan Operasional Pelayanan Neonatus yang diberikan di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Satya
Negara didasarkan pada 2 (DUA) Level, yaitu :
1. Pelayanan Keperawatan Neonatus Resiko Rendah ( Low Risk )
Yaitu perawatan neonates khusus/perawatan bayi baru lahir normal dan sehat dan diharapkan
pulih secara cepat yang memerlukan observasi dan pengobatan yang memiliki asuhan
keperawatan normal sampai bayi dan bersama ibu pulang dengan Kriteria :
a. Persalinan normal / tindakan tanpa komplikasi
b. Nilai Apgar 5 menit > 7
c. Berat lahir 2500 – 4000 gram
d. Usia kehamilan ( gestasi ) : 37 – 41 minggu
e. Tanpa kelainan kongenital
f. Tanpa resiko penyulit : mempunyai anti bodi Rhesus , defenisi G6PD, Ketuban pecah dini dll.
g. Melakukan rawat gabung / rawat bersama ibu sampai pulang
2. Pelayanan Keperawatan Neonatus Resiko sedang ( Middle Risk )
Semua bayi baru lahir yang memerlukan observasi dan perawatan selama periode neonatal
lebih dari bayi baru lahir normal dan sehat
1) Kriteria : kelompok bayi –bayi
a. BBLSR < 1000 gram tanpa komplikasi

3
b. BBLR < 2500 gram tanpa komplikasi
c. BBL > 4000 gram/makrosomia
d. Nilai APGAR 5 menit 4 -7
e. Gangguan napas ringan- sedang
f. Infeksi lokal/infeksi ringan- sedang
g. Kelainan bawaan ringan sampai sedang yang bukan keadaan gawat
h. Penyakit komplikasi lain tanpa memerlukan perawatan intensive
2) Rawat di level peri II ( HCU /IMC )

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit .
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor . 340 / MenKes/PER /III/2010 tentang
klasifikasi Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 604 /Menkes /SK/VII/2008 Tentang
Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas C dan Kelas D

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi dan tenaga yang harus ada pada pelayanan maternal dan perinatal di rumah sakit.
Kriteria :
1. Tenaga Medis
Dokter Spesialis yang diakui oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen
Kesehatan. Harus memiliki latar belakang pendidikan, pelatihan dan pengalaman dalam bidangnya.
2. Tenaga Keperawatan ( Bidan )
Pelayanan perawatan di ruang maternal dan perinatal harus dikepalai oleh seorang bidan yang
memiliki pendidikan, pelatihan dan pengalaman mengenai perawatan maternal dan perinatal.
3. Tenaga pendukung ( Tenaga POS )
Harus disediakan tenaga pendukung lain dalam bidang usaha dan pemeliharaan peralatan.
4. Staf dan Pimpinan
Adanya SK pengangkatan dari Direktur Rumah Sakit Umum Satya Negara Kepada penanggung
jawab / manajer pelayanan maternal dan perinatal untuk mengelola sumber daya manusia (SDM)
ditetapkan penanggung jawab / manajer / pelayanan maternal dan perinatal.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Poliklinik kebidanan
Setiap hari kerja dari senin-sabtu ada dokter kebidanan yang praktek dari pukul 09.00 wib – 20.00
wib. Untuk malam hari dokter jaga kebidanan sudah dibuatkan jadwal oncall jaga yang
bertanggungjawab di ruang IGD PONEK dan kamar bersalin dari pukul 08.00 wib - 20.00 wib, jadwal
oncall terlampir.

2. Kamar Bersalin
Buka 24 jam setiap hari senin - minggu untuk pengaturan ketenagaannya bidan berdasarkan shift.

C. PENGATURAN JAGA
Pola pengaturan ketenagaan Kamar Bersalin yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
yang bertugas sejumlah 3 ( Tiga ) orang, Kategori :
 Orang Ka Ru
 Bidan untuk Kamar bersalin
b. Untuk Dinas Sore :
Yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang, Kategori :
Bidan untuk kamar bersalin
c. Untuk Dinas malam
Yang bertugas sejumlah 2 (dua ) orang
Kategori :
2 Bidan untuk kamar bersalin
 Untuk ketenagaan dokter anak dan anastesi menggunakan sistem on call dan sistem jaga saat
praktek.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas Ruang Perinatologi RS Satya Negara Terdiri dari satu ruang untuk perawatan bayi bermasalah
dengan menggunakan alat incubator , bersalin yang cukup cahaya, ventilasi yang cukup dan tersedia cuci
tangan di dalam ruangan.
NO JENIS JUMLAH MINIMAL KETERANGAN
ALAT
1 INCUBATOR 2 BAIK
2 INCUBATOR TRANSPORTASI 1 BAIK
3 HADE BOX 1 BAIK
4 CANUL NASAL 1 ADA
5 CPAP 1 ADA
6 KIT RESUSITASI 1 ADA
7 UNIT POMPA ASI 1 ADA
8 UNIT MEJA RESUSITASI 1 ADA
9 NEONATAL MONITORING 1 ADA
10 RADIAN WARMER 1 ADA
11 BLOOD WARMER - TIDAK ADA
12 MICRO BURET 1 ADA
13 SYIRINGE PUMP 1 ADA
14 USG 1 ADA

6
15 UNIT VENASEKSI 1 ADA
16 FOTOTHERAPI 1 ADA
OBAT-OBATAN
1 VIT K 1 ADA
2 ADRENALIN 1 ADA
3 DOPAMIN 1 ADA
4 SULFAS ATROPIN 1 ADA
5 AMPICILLIN 1 ADA
6 GENTAMICIN 1 ADA
CAIRAN
1 NaCL 0,9% 1 ADA
2 NaCL 3% 1 ADA
3 KCL 3% 1 ADA
4 BICNAT 1 ADA
5 DEXTROSE 5% 1 ADA
6 DEXTROSE 10% 1 ADA
7 LARUTAN 1:4 1 ADA
8 LARUTAN KAEN 4B 1 ADA
9 LARUTAN KAEN 3B 1 ADA
10 ALKOHOL 70% 1 ADA
11 ALKOHOL qt 1 ADA
12 BETADINE 1 ADA

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kriteria pasien masuk ruang perinatologi


1. Bayi sakit dengan umur bayi 0 – 28 hari dengan berat badan bayi < 2500 gram dan > 4000 gram
2. Umur sampai dengan 30 hari dengan berat badan kurang dari 4000 gram
3. Bayi lahir cukup bulan yang mempunyai masalah / kelainan penyerta
4. Bayi lahir kurang bulan (Premature)
5. Bayi dengan hiperbilirubinemia atau dengan infeksi neonatus
6. Post resusitasi lama (sampai tahap VTP) dan memerlukan monitoring

B. Kriteria pasien keluar perinatologi


1. Bayi telah menunjukan tanda vital stabil di boks terbuka selama 24-48 jam. Normalnya, suhu
tubuh bayi 36,50 C-37,50 C, frekuensi peraanapasan 30-40 x/mt,nadi 120-160 x/mt.
2. Keberhasilan menyusui sudah mulai tercapai
3. Penambahan berat badan dengan pemberian asupan per oral telah terlihat
4. Semua obat yang diperlukan dapat diberikan per oral
5. Nilai laboratorium telah normal
6. Tingkat aktivitas normal telah tercapai
7. Ibu dan ayah memperlihatkan kemampuan untuk mengasuh neonatus

C. Prosedur penerimaan pasien


1. Persiapan alat:
- Menghidupkan incubator
- Menyiapkan oksigen k/p
- Menyiapkan timbangan bayi, termometer, stetoskop, pita ukur, pulse oxymetri,
perangkat pertolongan darurat, perangkat pemberian infus, cairan desinfektan
- Menyiapkan alat tenun
- Perlengkapan administrasi, antara lain : formulir persetujuan perawatan ruang perinatologi, buku
register, dan lembar catatan perawatan.
2. Langkah-langkah:
a. Pasien dari poli klinik atau dari IGD datang ke ruangan disertai status dan diantar oleh petugas
perawat
b. Memberikan salam, menyebutkan nama petugas
c. Melakukan kebersihan tangan procedural yang berlaku dan sudah menjadi SOP
d. Membaringkan bayi ditempat tidur periksa/infant warmer
e. Memeriksa identitas bayi sesuai data : tanda pengenal (gelang biru untuk jenis kelamin laki-laki
dan gelang pink untuk jenis kelamin perempuan) , nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor
register bayi, nama ibu dan ayah (orang tua), alamat orang tua
f. Memberikan identifikasi pasien jatuh warna kuning resiko pasien jatuh
g. Oporan pasien kepada petugas yang mengantar pasien dan meneliti kelengkapan catatan medis
(status medis bayi), obat-obatan. Apabila ada data yang kurang jelas atau tidak sesuai, segera
tanyakan pada perawat / petugas yang mengantar
h. Memeriksa fisik bayi secara lengkap. Perkirakan masa kehamilan neonatus dengan memplot
berbagai hasil pengukuran tersebut dalam Penilaian Usia Kehamilan Neonatus.
i. Tempatkan bayi di dalam incubator atau boks bayi sesuai dengan berat badan dan kondisi
klinisnya dalam posisi yang nyaman sesuai kebutuhan
j. Memberikan penjelasan kepada orang tua / keluarga mengenai:
- Nama petugas yang jaga dinas dan dokter DPJP
8
- Orientasi ruangan kepada keluarga pasien
- Tata tertib rumah sakit, antara lain: waktu kunjungan dan ketentuan peraturan administrasi
yang berlaku.
- Keadaan fisik bayi secara keseluruhan (terutama mengenai kecacatan)
- Tindakan-tindakan yang akan dilakukan
- Memberikan formulir persetujuan perawatan ruang perinatalogi untuk diisi dan
ditandatangani keluarga
k. Mengobservasi bayi: keadaan umum (tanda-tanda vital) dan warna kulit setiap 30 menit sampai 1
jam sekali, sampai keadaanya stabil, setelah itu cek 4 jam sekali.
l. Mencatat identitas bayi dalam buku register ruangan dan keadaan umum bayi dalam catatan
perawatan.
m. Melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Sampai keadaanya
stabil, setelah itu cek 4 jam sekali.
n. Mencatat identitas bayi dalam buku register ruangan dan keadaan umum bayi dalam catatan
perawatan.
o. Melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

D. Jenis pelayanan diruangan perinatologi


1. Pemeriksaaan dan konsultasi oleh dokter spesialis.
2. Perawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan secara berkala.
3. Edukasi keluarga pasien oleh perawat dan TIM kesehatan lain.
4. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan.
5. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis.
6. Pemeriksaan penunjang diagnostik.
7. Tindakan Medis yang bersifat diagnostik dan terapeutik.
8. Pemberian obat-obatan pada pasien sesuai dengan catatan daftar obat pasien dan instruksi dokter
spesialis.
9. Pelayanan Tranfusi Darah.

E. Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan


1. Laporan Harian catatan CPPT dan lembar observasi pasien
Laporan harian dibuat untuk seluruh pasien perina, laporan ini terdiri dari laporan 3 shiff yaitu pagi,
siang dan malam yang dilakukan saling berkesinambungan isi dari laporan tersebut adalah
a) Identitas pasien
b) Observasi tanda – tanda vital
c) Cairan yang didapat pasien, dan jumlah cairan yang keluar dan masuk.
d) Pemeriksaan yang dilakukan pada apsien setiap harinya
e) Obat obatan yang didapat pasien dan alat – alat yang terpasang pada apsien
f) Catatan gambaran keadaaan pasien dan asuhan yang telah kita lakukan pada pasien.
2. Laporan bulanan
Laporan kepala ruang kepada manajer keperawatan
3. Laporan 3 bulan
Laporan kegiatan PERISTI terhadap manajer keperawatan

9
BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan
penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan
materi atau alat. Lebih lanjut, logistik diartikan bagian dari instansi yang bertugas menyediakan bahan
atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional suatu instansi dalam jumlah, kualitas dan pada
waktu yang tepat (Sesuai kebutuhan ) dengan harga serendah mungkin (Adiatama, 2002).
Pelaksanaan manajamen yang baik, maka unsur manajemen diproses melalui fungsi manajemen dan
fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi logistik. Rumah sakit
merupakan suatu usaha yang melakukan produksi jasa sehingga logistik dalam rumah sakit bukan
logistik pendistribusian barang, tetapi hanya menyangkut manajemen persediaan bahan barang serta
peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi jasa tersebut.
Logistik dalam rumah sakit bermula dari perolehan dan berakhir dengan dokumen penuh dari usaha
pembedahan dan pengobatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen logistik dalam lingkungan
rumah sakit adalah suatu proses pengolahan secara strategis terhadap pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, serta pemantauan persediaan barang (Stok, material, supplies, inventory, dll ) yang
diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di rumah sakit dapat
dikelompokan menjadi :
a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam proses pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu komponen utama pendapatan rumah sakit.
Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di rumah sakit secara baik tergolong tinggi. Berbagai
pihak terlibat dalam logistik obat di rumah sakit.
Di dalam pelayanan kebidanan untuk pasien-pasien yang membutuhkan obat dilayani dengan
pelayanan resep secara online dan petugas langsung mengambil obat yang sudah diresepkan. Jadi,
pelayanan kebidanan RS Satya Negara tidak ada stok obat hanya obat emergensi yang dibutuhkan
oleh pasien.
b. Logistik Alat Kesehatan
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan dalam pelayanan
kesehatan rumah sakit. Alat kesehatan di RS Satya Negara bila terjadi kerusakan dapat dibuat
laporan kepada manajemen untuk melakukan permintaan alat ulang.
c. Logistik barang kuasi
Kegiatan logistik yang terkait dengan barang kelengkapan administrasi rumah sakit. Pelayanan kamar
bersalin RS Satya Negara selalu melakukan permintaan stok administrasi pada hari rabu dan jumat
(2x dalam seminggu).

d. Logistik Sarana dan Prasarana Gedung


Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan sarana dan prasarana gedung rumah sakit. Nilai sarana
dan prasarana gedung rumah sakit dapat mencapai sekitar 40 % dari nilai asset total rumah sakit.
Masalah yang sering muncul :
1) Pembangunan sarana dan prasarana yang tidak efisien.
2) Pemeliharaan saran dan prasarana yang tidak sesuai standar.

e. Logistik linen
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan kelompok linen. Masalah pelayanan diruangan
kamar bersalin mendapatkan alat tenun ( Linen : sprei, selimut, stik laken, sarung bantal dan perlak )
mendapatkan dari ruangan perawatan umum.

1
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian Keselamatan Pasien (Patient Safety)


Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi:
a. Assesment resiko jatuh.
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien.
c. Pelaporan dan analisis insiden.
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko

Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Satya Negara.


2. Meningkatnya kuntabilitas Rumah Sakit Satya Negara terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di Rumah Sakit Satya Negara.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan

C. Standar keselamatan pasien di rumah sakit


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. 7 Langkah keselamatan pasien


Uraian 7 langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut :
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
b. Pimpin dan dukung staf terkait.
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko.
d. Kembangkan sistem pelaporan.
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
g. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

E. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


Adverse event :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil suatu tindakan yang seharusnya diambil dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis
atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

1
F. Kejadian tidak diharapkan yang dapat
dicegah Unpreventable adverse event
Suatu kejadian tidak diharapkan akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
yang mutakhir.

G. Kejadian Nyaris Cedera


(KNC) Near miss :
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (Commision) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (Ommision) yang dapat menciderai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi
karena keberuntungan (Misalnya pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat) karena pencegahan (Suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan) atau peringanan
(Suatu obat dengan overdosis lethal diberikan tetapi diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya).

H. Kesalahan Medis
Medical Errors :
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien termasuk gagal melaksanakan
sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya, dapat
merupakan akibat dari melaksanakan suatu tindakan (Commision) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (Ommision).

I. Insiden Keselamatan
Pasien Patient Safety
Incident :
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi cedera pada pasien.

J. Kejadian Sentinel
Sentinel event :
Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera serius. Biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak bisa diterima secara operasi pada bagian
tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan
dan prosedur yang berlaku.

K. Tatalaksana kerja untuk keselamatan pasien


a. Semua pasien yang datang baik dalam kondisi inpartu maupun observasi kebidanan harus
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
b. Memperhatikan identitas pasien, khususnya nama dan nomor rekam medis.
c. Memastikan pasien telah mendapatkan informed consent dari dokter penanggung jawab pasien
atau dokter konsulen sebelum pasien mendapatkan penatalaksanaan medis.
d. Seluruh persalinan normal wajib ditolong oleh dokter spesialis kebidanan, bidan boleh menolong
persalinan dalam kondisi emergensi, disaat tidak ada dokter atau dokter spesialis kebidanan.
e. Pemeriksaan pervaginam dalam proses persalinan dilakukan setiap 4 jam sekali atau bila ada
indikasi.
f. Observasi pasien ODC dilakukan selama 3-4 jam pasca tindakan, pasien baru diperbolehkan
pulang setelah sadar penuh dan keadaan umumnya baik.
g. Seluruh pemeriksaan penunjang medis harus disertai dengan identitas pasien yang lengkap, benar
dan jelas.
h. Setiap bayi yang lahir, langsung dilakukan pemeriksaan fisik, dicap kaki dan diberikan gelang untuk
identitas.
i. Penghalang tempat tidur pasien selalu dalam keadaan terpasang bila ada pasien di atas tempat

1
tidur.
j. Selalu memperhatikan prinsip benar pemberian obat.

1
k. Kuku petugas harus pendek.
l. Mencuci tangan sesuai prosedur sebelum dan sesudah tindakan.
m. Mempertahankan sterilitas dan menjaga kebersihan.

1
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang melakukan kontak 24 jam dengan pasien
mempunyai resiko terpajan lebih besar, oleh karena itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan
dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan dapat melindung dirinya sendiri, pasien dan masyarakat dari penularan infeksi
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
2. Petugas kesehatan harus menerapkan prinsip universal precaution dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya sehingga dapat mengurangi resiko terpajan atau terinfeksi penyakit menular.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


Ada beberapa hal yang dapat membuat seseorang tenaga kesehatan dapat terpajan dengan infeksi
menular yaitu :
1. Cuci tangan yang tidak benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang kurang benar.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip keselamatan kerja


Prinsip utama dari prosedur universal precaution dalam kaitannya dengan keselamatan kerja
khususnya di instalasi kamar bersalin adalah menjaga higiene sanitasi individu, Hygiene dan sanitasi
ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam kegiatan yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.
2. Pemakaian APD yaitu pelindung kaki/sandal sepatu khusus kamar bersalin, apron/gaun pelindung,
topi, masker, google/kaca mata dan sarung tangan.
3. Pengelolaan instrumen bekas pakai dan alat kesehatan lainnya.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam lainnya untuk mencegah perlukaan.
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
6. Pengelolaan alat tenun bekas pakai.
7. Pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi tenaga kesehatan dan pemberian imunisasi.

E. Hal-hal yang harus diketahui oleh petugas terpapar


Sebagai petugas kesehatan wajib mengetahui hal-hal yang harus dilakukan jika terpajan atau
terpapar dengan infeksi menular sehingga dapat ditanggulangi dengan tepat dan cepat. Hal-hal yang
harus diketahui oleh petugas kesehatan yang terpapar adalah :
1. Tindakan sesuai dengan jenis paparan
2. Status kesehatan petugas terpapar
3. Status kesehatan sumber paparan
4. Kebijakan yang ada
5. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
6. Tindakan pasca tertusuk jarum bekas pakai atau benda tajam bekas pakai lainnya

1
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Upaya Peningkatan Mutu Keperawatan

Upaya untuk menjamin mutu pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan di RS Satya Negara
bidang keperawatan membuat Program Pengendalian dan Peningkatan Mutu sebagai pedoman
dalam melaksanakan kegiatan pengendalian dan peningkatan mutu tersebut.

Perumusan dan penyusunan kebijakan pengendalian dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan
dilakukan berdasarkan hasil evaluasi melalui masukan dari seluruh jajaran dan staf keperawatan yang
terlibat dan berdasarkan hasil evaluasi kinerja bidang keperawatan secara periodik yang kemudian
ditindaklanjuti untuk dilaporkan kepada Direktur.

Kegiatan dalam upaya pengendalian dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan, dapat dilakukan
melaui :
1. Audit Keperawatan
Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Hal ini cukup penting karena kekurangan dalam
pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan kehilangan nyawa klien.

Langkah-langkah dalam melaksanakan audit keperawatan


a. Menentukan masalah tertentu untuk dipelajari dan diulas.
b. Menentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, obyektif dan rinci
c. Mempelajari catatan keperawatan dan catatan medik
d. Para perawat mempelajari kasus yang tidak memenuhi kriteria, dianalisis, didiskusikan
kemungkinan penyebabnya.
e. Membuat rekomendasi penanganan kasus yang tidak memenuhi kriteria.
f. Membuka lagi topik yang sama di lain waktu, misalnya setelah 6 bulan kemudian, untuk
menilai dan meyakinkan bahwa kelemahan/ kekurangan yang diidentifikasi telah diperbaiki
dan tidak diulang kembali.
g. Perlu dipastikan bahwa audit keperawatan ini bukan acara pengadilan dari kekurangan
pelayanan yang ada tetapi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
h. Audit keperawatan paling tidak dilakukan sebulan sekali membahas tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan/kebidanan di RS Satya Negara.
2. Ronde Keperawatan
Merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien
yang dilakukan oleh perawat dengan melibatkan pasien, perawat, kepala perawat dan seluruh
anggota tim. Ronde Keperawatan minimal dilakukan 2x setahun di ruang perawatan rawat
inap/rawat jalan
3. Survey Kepuasan Pasien.
Suatu kegiatan untuk mendapatkan masukan dari pasien atau keluarga mengenai kepuasan
pasien terhadap mutu pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan melalui pengisian angket
oleh pasien atau keluarga pasien.
4. Monitoring dan Evaluasi Mutu Keperawatan
Monitoring terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan oleh seluruh pengelola
keperawatan termasuk kepala perawat di unit pelayanan masing-masing. Upaya perbaikan yang
berkaitan dengan mutu keperawatan akan dilakukan secara terus menerus di unit pelayanan.
Sedangkan evaluasi akan dilakukan setahun sekali oleh Manager Keperawatan.

1
BAB IX
PENUTU
P

Buku pedoman pelayanan kamar bersalin ini disusun dalam rangka memberikan acuan bagi tenaga
kesehatan yang bekerja di unit kamar perinatologi agar dapat menyelenggarakan pelayanan Perinatologi
yang bermutu, aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan keselamatan pasien. Apabila
dikemudian hari diperlukan adanya perubahan maka buku pedoman ini akan disempurnakan.

Mudah-mudahan Pedoman ini dapat berguna dan bermanfaat dalam pelayanan pasien di Rumah Sakit
Satya Negara, khususnya di ruang Perinatologi.

Anda mungkin juga menyukai