Anda di halaman 1dari 6

Persalinan Normal

SOP No. Dokumen


No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
Yustina S Findoro
Puskesmas Mano NIP 19651009 198603 2 014
1.Pengertian Persalinan normal merupakan serangkaian proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu setelah usia kehamilan 37 minggu tanpa
disertai adanya penyulit.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah persalinan normal
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No tentang kebijakan pelayanan klinis
4. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1676)
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No HK
02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

5. Prosedur Alat dan bahan


1. ATK
2. Tensimeter
3. Stetoskop
4. Partus set
5. Oksitosin
6. Spet 3 cc

Langkah-langkah
1. Petugas mengamati tanda dan gejala persalinan Kala Dua, yaitu:
1.1 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
1.2 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
1.3 Perineum tampak menonjol
1.4 Vulva dan sfingter ani membuka
2. Petugas memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat – obatan
esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set
3. Mengenakan celemek plastik yang bersih
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Memakai sarung tangan steril untuk periksa dalam.
6. Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (memakai sarung
tangan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik) dan
meletakan kembali tabung suntik dalam partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati – hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi
air Dekontaminasi Tingkat Tinggi (DTT).
7.1 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
7.2 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia.
7.3 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% dan lanjutkan ke langkah 5.9.
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali/menit).
10.1.1 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
10.1.2 Mendokumentasikan hasil – hasil pemeriksaan dalam, DJJ
dan semua hasil – hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
11. Beritahukan ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman
dan sesuai dengan keinginannya.
11.1 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan Pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada.
11.2 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk
meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran :
13.1 Bimbing ibu untuk dapat meneran secara benar dan efektif
13.2 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
13.3 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring telentang dalam waktu yang lama)
13.4 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
13.5 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
13.6 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
13.7 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
13.8 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)
meneran (multigravida)
13.9 Jika ibu tidak punya keinginan untuk meneran, anjurkan ibu untuk
berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman
13.10 jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk
mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat diantara kontraksi
13.11 jika bayi belum lahir setelah 60 menit meneran, segera rujuk ibu
14. persiapan pertolongan kelahiran bayi, Letakkan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5 – 6 cm.
15. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah pantat ibu.
16. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
17. Pakai sarung tangan steril pada kedua tangan.
18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain yang
bersih
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
20.1 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
20.2 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, pantat, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing – masing mata kaki dengan ibu
jari dan jari – jari lainnya.
25. Lakukan penilaian (selintas) dengan cepat :
25.1.1 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa
kesulitan?
25.1.2 Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap –
megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah
resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian pusatli pusat
27. Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem
kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali
pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil
tindakan yang sesuai
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi,
meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan ransangan
puting susu.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
37.1 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
37.2 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
a. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
b. Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
dengan
c. menggunakan teknik aseptik jika perlu.
d. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
e. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
f. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap
dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat
khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya
dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5
%.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian AS
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60. Melengkapi partograf dan mencatat kegiatan dalam rekam medik
6. Diagram alir

7. Unit Terkait
8. Dokumen Rekam medis
terkait

Anda mungkin juga menyukai