Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny. “T.S” secara

komprehensif yang dilaksanakan sejak 26 Maret – 7 Mei 2013 di BPS “E.N” di

dapatkan beberapa kesenjangan maupun kesamaan antara teori dan praktek.

A. KEHAMILAN

Asuhan Kehamilan pada Ny. “T.S” sesuai dengan teori tidak ada

kesenjangan, dimana berdasarkan data kehamilan sekunder menurut pengakuan

Ny. “T.S” melakukan pemeriksaan kehamilan dari awal kehamilan sampai akhir

kehamilan sebanyak 6 kali. Seperti yang di ungkapkan oleh Sarwono dalam

Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal (2009 : 90), kunjungan Antenatal

sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, satu kali pada

triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga.

Ibu mendapat immunisasi TT dua kali, pada usia kehamilan 5 bulan dan

kehamilan 6 bulan, ini sesuai dengan kebijakan program terbaru yaitu jadwal

pemberian immunisasi TT 1 ke TT 2 itu 4 minggu (Prawirohardjo, 2009:91)


B. PERSALINAN

1. Kala I

Persalinan Ny. “T.S” pada kala I diobservasi dari mulai pembukaan 6 cm

atau fase aktif pada pkl.01.00 WIB dan pembukaan lengkap pkl 07.30 WIB. Pada

kala I fase aktif sesuai dengan teori Wirakusumah (2010:156-157) yang

menyatakan bahwa fase aktif servik membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan

kecepatan 1 cm per jam pada primi, dan 2 cm per jam pada multi, keadaan yang

ditemukan pada kasus Ny. “T.S”, dari pembukaan 6 cm sampai pembukaan

lengkap berlangsung 6 jam 30 menit, dalam hal ini terjadi perpanjangan kala I

fase aktif, seharusnya berlangsung 4 jam jika 1 cm per jam. Dengan demikian

terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek.

2. Kala II

Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses

ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida (Fitramaya,

2009 : 6).

Berdasarkan pada kasus Ny.”T.S” pembukaan lengkap pada pukul 07.30 WIB,

bayi lahir pukul 09.05 WIB, jadi kala II berlangsung selama 1 jam 35 menit. Jika

dikaitkan dengan teori, maka kala II pada Ny.”T.S” tidak ada kesenjangan dan

sesuai dengan teori yang ada.

3. Kala III

Pada kala III penulis telah melakukan penanganan manajemen aktif kala

III di mulai dengan memberikan oksitosin segera setelah bayi lahir, dilanjutkan

dengan PTT dan dorso kranial untuk melahirkan plasenta, akan tetapi setelah 15
menit dilakukan PTT tidak terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta. Maka

dilanjutkan dengan memberikan oksitosin kedua, mengecek kandung kemih

kosong, kontraksi uterus kurang baik, ada semburan darah, dilanjutkan kembali

dengan melakukan PTT namun setelah pemberian oksitosin kedua 10 IU secara

IM plasenta belum lahir juga, artinya dalam 30 menit setelah bayi lahir plasenta

belum lahir maka Ny. “T.S” diidentifikasi mengalami retensio plasenta adalah

terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi

(Manuaba, 2010 : 399), kemungkinan penyebab terjadinya retensio plasenta

karena kontraksi uterus kurang baik. Sesuai dengan teori penyebab retensio

plasenta, secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat (Rukiyah, 2010 :

296)

Adapun penanganan dari retensio plasenta yaitu malakukan manual

plasenta, dengan langkah yaitu melakukan persiapan manual plasenta diantaranya

mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu, memasang cairan infus RL,

menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan dan mempersiapkan serta

menjalankan prosedur pencegahan infeksi. Kemudian dilakukan manual plasenta,

sebelum melakukan tindakan manual plasenta bidan melakukan anasthesi verbal

tidak memberikan analgesia per rektal.

Setelah dilakukan penanganan dengan manual plasenta dan tidak terjadi

perdarahan postpartum dengan keadaan ibu baik, maka dilanjutkan pada asuhan

persalinan normal kala IV. Dari hal tersebut diatas tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan praktek.


4. Kala IV

Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

postpartum (Sarwono, 2009, hal :101). Pada kala ini keadaan pasien dalam

keadaan baik, TTV normal, TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,

kandung kemih kosong, perdarahan kurang lebih 100 cc, kebutuhan nutrisi ibu

sudah dipenuhi, ibu sudah minum dan makan . Keadaan seperti ini dapat

dikatakan normal jika mengacu pada sebuah teori yang dikemukakan oleh

Wirakusumah dalam Obstetri Fisiologi (2010:187) adalah setelah plasenta lahir

tinggi fundus uteri + 3 jari di bawah pusat akan tetapi sesudah 2 hari uterus

mengecil dengan cepat.

Perdarahan postpartum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-

600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Rukiyah, 2010, hal:322).

Untuk mengantisipasi perdarahan postpartum dengan cara memotivasi ibu untuk

menyusui anaknya sejak dini sebagai ikatan kasih sayang ibu dan bayi juga

menstimulasi puting susu, mengajarkan dan menganjurkan ibu mobilisasi dini,

menganjurkan ibu untuk BAK sebagai upaya mobilisasi dini dan anjurkan ibu

untuk tidak menahan kencing. Hal ini dikarenakan kandung kemih yang penuh

akan menggantikan uterus dari posisinya dan mencegahnya berkontraksi seperti

seharusnya oleh karena itu menyebabkan perdarahan yang lebih banyak.


C. NIFAS

Masa nifas adalah masa yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,

merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan

yang normal. Dijumpai 2 kejadian penting pada puerperium, yaitu involusi uterus

dan proses laktasi (Manuaba, 2001).

Kunjungan masa nifas untuk menilai kondisi ibu dan bayi baru lahir

dilakukan 5 kali yaitu 6 jam postpartum, 2 hari postpartum, 6 hari postpartum, 2

minggu postpartum, dan 6 minggu postpartum. Adapun rasa mules yang Ny“T.S”

rasakan pada hari pertama masa nifas adalah normal karena otot-otot uterus

berkontraksi segera setelah postpartum hal tersebut menyebabkan mules,

pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan

terjepit, proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir (Varney,

2004)

Pada kunjungan 6 hari postpartum, ibu mengeluh badan terasa panas dingin dan

payudara bengkak. Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis yaitu

prubahan fisik, involutio uterus dan pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air

susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan psikis

(Prawirohardjo,2009:124)

Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik, melakukan perawatan payudara dan

memotivasi ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif. Sesuai teori lobus

posterior hipofisis mengeluarkan oksitosin yang merangsang pengeluaran air susu.

Pengeluaran air susu adalah refleks yang ditimbulkan oleh rangsang penghisapan
puting susu untuk menghasilkan oksitosin yang menyebabkan payudara

mengeluarkan air susunya (Wirakusumah,2010:190)

Kunjungan selanjutnya kondisi ibu baik, tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek.
D. Bayi Baru Lahir

1. Bayi Baru Lahir 6 Jam

Pada proses persalinan Ny.”T.S”, bayi lahir hidup langsung menangis,

warna kulit merah, tonus otot aktif dan bayi Ny.”T.S” sehat tanpa kelainan dan

tidak terdapat tanda bahaya bayi baru lahir. Setelah 1 jam kelahiran bayi diberikan

salep antibiotik tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata karena

klamedia/PMS dan memberikan vitamin K injeksi 1 mg intramuskular dipaha kiri

untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru

lahir.

Pada pemeriksaan 6 jam pasca lahir, bayi sudah BAK dan BAB, adapun

tinja bayi berwarna kehitaman, lengket dan lembek itu merupakan hal fisiologis,

ini disebut mekonium, tali pusat tidak diberi zat apapun hanya dibungkus kassa

steril, bayi belum dimandikan karena untuk mencegah terjadinya hipotermi.

Bayi tidak mendapatkan imunisasi HB0 setelah 1 jam mendapatkan

vitamin K1. HB0 diberikan setelah hari k-6 persalinan bersamaan dengan

kunjungan nifas Ny.”T.S”.

Vaksin hepatitis B seharusnya diberikan kepada semua bayi saat

kelahirannya atau jangan sampai ditunda hingga usianya mencapai 7 hari

(Fallow&Russel, 2003, hal:57).

Berdasarkan teori tersebut maka pemberian vaksin hepatits B pada hari ke-

6 dapat dilakukan asal jangan lebih dari hari ke-7 kelahiran bayi sebagaimana

telah diungkapkan oleh Fallow&Russel.


2. Bayi baru Lahir 6 Hari

Pada 6 hari setelah kelahiran Ny.”T.S” beserta bayinya melakukan

kunjungan ke bidan E.N. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah

bayi mengalami ikterus atau tidak, terjadi infeksi atau tidak, BAB nya normal atau

tidak, dan ada kelainan atau tidak. Pada pemeriksaan 6 hari, ibu mengatakan tali

pusat sudah lepas kemarin pada usia bayi 5 hari, keadaan bayi baik, bayi masih

diberikan ASI saja oleh ibunya, tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi

kemudian bayi diberikan imunisasi hepatitis B, pada saat umur bayi kurang dari 1

minggu, perawatan tali pusat tidak menggunakan alkohol atau betadine sebagai

kompresan tali pusat.

Menurut Buku Acuan APN (2007:99) perawatan tali pusat, tidak

menggunakan alkohol atau betadine sebagai kompresan tali pusat karena akan

menyebabkan pusat lembab/basah. Dimana kondisi ini merupakan tempat

potensial tumbuhnya bakteri patogen.

3. Bayi Baru Lahir 2 Minggu

Pada kunjungan kedua kondisi bayi dalam keadaan sehat, bayi masih

diberikan ASI, selain itu tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi seperti tidak

mau menetek, selalu menangis, kuning, demam dan kejang-kejang.

4. Bayi 6 Minggu

Bayi terlihat sangat sehat, sudah dapat dibawa keluar rumah, pada pagi

hari sekitar 08.00 WIB bayi selalu dijemur, bayi masih diberi ASI sesuka yang ia

mau, 5 hari sebelumnya sudah mendapatkan imunisasi BCG dan polio 1 di BPS

“E.N”. Berdasarkan jadwal imunisasi Depkes RI tahun 2011 dan Rekomendasi


Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian BCG diberikan pada bayi

berumur 0-3 bulan sedangkan polio 0 diberikan pada bayi berumur 0 bulan. Maka

dapat disimpulkan bahwa bayi Ny.”T.S” telah sesuai jadwal pada pemberian

imunisasi BCG sedangkan bayi tidak mendapatkan polio 0 pada saat bayi berumur

0 bulan sebagaimana telah direkomendasikan oleh Depkes dan IDAI. Hal ini

disebabkan karena jadwal imunisasi tersebut belum tersosialisasi secara meluas

baik pada bidan dan masyarakat luas.Selain itu tidak ada keluhan yang dirasakan

oleh ibu dan bayi.

Anda mungkin juga menyukai