BAB IV
PEMBAHASAN
1. Gambaran umum
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan yang ada dalam
pembuatan laporan tugas akhir ini, yaitu antara teori dengan penerapan
yang diperoleh di lapangan, selama memberikan Asuhan Kebidanan
Komprehensif Ny “S” di Lingkungan Rangas Timur di Wilayah
Puskesmas Totoli Kecamatan Banggae Kabupaten Majene Tanggal 09
Februari- 28 Maret 2016.
Menurut Helen Varney (2008), alur pikir bidan dalam menghadapi
klien meliputi 7 Iangkah yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa
potensial, antisipasi penanganan segera, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Menurut Ai yeyeh rukiah, dkk (2012) bahwa pendokumentasian
atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode
SOAP. Adapun uraian pembahasannya sebagai berikut:
2. Kehamilan
Dalam pengkajian data pada kasus, ibu mengatakan benama Ny “S”
umur 35 tahun.
Pada keluhan utama ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah.
Menurut Suryati romauli (2011) Pada akhir kehamilan uterus akan terus
membesar dalam rongga pelvis dan seiring berkembangnya uterus akan
menyentuh dinding abdomen, mendorong usus kesamping dan keatas,
terus tumbuh hingga menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan
berotasi kearah kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya
rektosigmoid didaerah kiri pelvis. Dengan demikian tidak ada kesenjangan
antara teori dengan kasus.
Berat badan Ny “S” sebelum hamil 53 kg dan selama hamil 60 kg,
kenaikan berat badan Ny “S” adalah 7 kg. Menurut Suryati romauli (2011)
kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg/minggu, penambahan berat badan dari
184
mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg. Maka hal
ini terjadi kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus.
Dari hasil anamesa ibu mengkonsumsi tamblet tambah darah yang
diberikan dan dilihat dari buku KIA (2015) ibu tablet tambah darah hanya
di berikan sebanyak 70 tablet. Berdasarkan buku KIA yang menjelaskan
ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari
minimal 90 tablet. Maka dari hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan
tinjauan kasus.
3. Persalinan
a. Kala I
Ny. “S” merasa mules-mukes sejak jam 09.30 wita Tanggal 16
Februari 2016 yang hilang timbul, semakin lama mulesnya semakin
sering dan kuat serta nyeri perut bagian bawah tembus belakang
disertai pelepasan lendir dan darah. Berdasarkan teori Ai yeyeh rukiah,
dkk (2012) bahwa tanda-tanda persalinan yaitu terjadi his yang lebih
kuat, sifatnya sering dan teratur, interval makin pendek, keluar lendir
bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan–robekan
kecil pada serviks serta cairan ketuban. Dengan demikian antara kasus
dengan teori tidak terdapat kesenjangan.
b. Kala II
Dalam pengkajian Ny “S” didapatkan, ibu mengatakan sakitnya
makin bertambah, ingin mengedan dan ingin buang air besar.
Sesuai dengan teori Nurul jannah (2015), dijelaskan tanda gejala
persalinan kala II yaitu His terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul secara
reflektoris menimbulkan rasa mengejan, Tekanan pada rektum anus
terbuka, serta vulva membuka dan perineum meregang Dengan
demikian antara kasus dengan teori tidak terdapat adanya kesenjangan.
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada Ny “S”
didapatkan hasil yaitu keadaan vulva dan vagina tidak ada kelainan,
185
imunisasi HB0 dosis 0,5 ml dan identifikasi bayi. Hal ini sesuai dengan
teori (Hasdianah Hasan Rohan, dkk, 2013) yang menyatakan bahwa
penatalaksanaan pada bayi baru lahir yaitu mengeringkan dengan segera
dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat untk mencegah
hipotermi, mengisap lendir untuk membersihkan jalan nafas, memotong
dan mengikat tali pusat, bonding attacment (kontak kulit dini) dan segera
ditetekan pada ibunya, menilai apgar menit pertama dan menit kelima,
memberi identitas bayi, pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu,
mengukur suhu, pernafasan dan denyut nadi, memberikan salep mata
antibiotika eritromisin 1% pada kedua mata, pemeriksaan fisik dan
antropometri, pemberian vitamin K 1 mg dengan dosis 0.1 ml secara IM,
rooming in (rawat gabung), Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml secara IM,
di paha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian
vitamin K1.
Selama melakukan pengawasan pada bayi baru lahir 6 jam sampai
usia 2 minggu, penulis melakukan asuhan sesuai dengan bayi baru lahir
pada umumnya, seperti IMD, pencegahan hipotermi, perawatan tali pusat
dan melakukan kontak sedini mungkin antara ibu dan bayi yaitu rawat
gabung. Penulis juga menambahkan asuhan sesuai dengan kebutuhan bayi
yaitu ibu dianjurkan menyusui bayinya sesering mungkin dan ASI
eksklusif. Evaluasi juga dilakukan penulis untuk menilai keefektifan
rencana asuhan yang diberikan, dimana tidak ditemukan kelainan atau
masalah pada bayi dan tidak ada tanda bahaya pada bayi.
Dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dari pemeriksaan 1 jam
sampai dengan pemeriksaan 2 minggu, penulis menyatakan bahwa tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik.
188
5. Nifas
Masa nifas pada Ny “S” berjalan normal dilakukan kunjungan
sebanyak 4 kali yaitu kunjungan 6 jam, 7 hari , 14 hari dan 40 hari. Hal
ini sesuai dengan teori Reni yuli astutik (2015) yaitu Kunjungan masa
nifas dilakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi.
Pada kunjungan 6 jam pasca persalinan berdasarkan hasil pemeriksaan
didapatkan keadaan ibu baik, data tanda-tanda vital dalam batas normal,
TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, lokhea rubra. Pada
kunjungan nifas ke dua pada hari ke 7 post partum Ny “S” hasil
pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU 2 jari
atas simfisis, lokhea serosa, pengeluaran ASI lancar, tidak ada
pembengkakan payudara dan ibu dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Pada kunjungan nifas ke tiga 2 minggu post partum pada hasil
pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU tidak
teraba di atas simfisis, lokhea alba, pengeluaran ASI lancar, tidak ada
pembengkakkan payudara dan ibu dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Pada kunjungan ke empat hari ke-40 post partum hasil pemeriksaan dalam
dalam batas normal.
Proses pengeluaran pervaginam Ny ‘‘S’’ selama masa nifas
berlangsung normal dan tidak ada kelainan karena pada setiap kunjungan
nifas didapatkan hasil pengeluaran pervaginam yang sesuai dengan
masanya.
Dari asuhan kebidanan pada ibu nifas dari kunjungan 6 jam setelah
persalinan sampai dengan 40 hari post partum, penulis menyatakan terjadi
kesenjangan antara teori dan praktik.
189