Anda di halaman 1dari 8

183

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Gambaran umum

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan yang ada dalam
pembuatan laporan tugas akhir ini, yaitu antara teori dengan penerapan
yang diperoleh di lapangan, selama memberikan Asuhan Kebidanan
Komprehensif Ny “S” di Lingkungan Rangas Timur di Wilayah
Puskesmas Totoli Kecamatan Banggae Kabupaten Majene Tanggal 09
Februari- 28 Maret 2016.
Menurut Helen Varney (2008), alur pikir bidan dalam menghadapi
klien meliputi 7 Iangkah yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa
potensial, antisipasi penanganan segera, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Menurut Ai yeyeh rukiah, dkk (2012) bahwa pendokumentasian
atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode
SOAP. Adapun uraian pembahasannya sebagai berikut:
2. Kehamilan
Dalam pengkajian data pada kasus, ibu mengatakan benama Ny “S”
umur 35 tahun.
Pada keluhan utama ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah.
Menurut Suryati romauli (2011) Pada akhir kehamilan uterus akan terus
membesar dalam rongga pelvis dan seiring berkembangnya uterus akan
menyentuh dinding abdomen, mendorong usus kesamping dan keatas,
terus tumbuh hingga menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan
berotasi kearah kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya
rektosigmoid didaerah kiri pelvis. Dengan demikian tidak ada kesenjangan
antara teori dengan kasus.
Berat badan Ny “S” sebelum hamil 53 kg dan selama hamil 60 kg,
kenaikan berat badan Ny “S” adalah 7 kg. Menurut Suryati romauli (2011)
kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg/minggu, penambahan berat badan dari
184

mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg. Maka hal
ini terjadi kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus.
Dari hasil anamesa ibu mengkonsumsi tamblet tambah darah yang
diberikan dan dilihat dari buku KIA (2015) ibu tablet tambah darah hanya
di berikan sebanyak 70 tablet. Berdasarkan buku KIA yang menjelaskan
ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari
minimal 90 tablet. Maka dari hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan
tinjauan kasus.
3. Persalinan
a. Kala I
Ny. “S” merasa mules-mukes sejak jam 09.30 wita Tanggal 16
Februari 2016 yang hilang timbul, semakin lama mulesnya semakin
sering dan kuat serta nyeri perut bagian bawah tembus belakang
disertai pelepasan lendir dan darah. Berdasarkan teori Ai yeyeh rukiah,
dkk (2012) bahwa tanda-tanda persalinan yaitu terjadi his yang lebih
kuat, sifatnya sering dan teratur, interval makin pendek, keluar lendir
bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan–robekan
kecil pada serviks serta cairan ketuban. Dengan demikian antara kasus
dengan teori tidak terdapat kesenjangan.
b. Kala II
Dalam pengkajian Ny “S” didapatkan, ibu mengatakan sakitnya
makin bertambah, ingin mengedan dan ingin buang air besar.
Sesuai dengan teori Nurul jannah (2015), dijelaskan tanda gejala
persalinan kala II yaitu His terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul secara
reflektoris menimbulkan rasa mengejan, Tekanan pada rektum anus
terbuka, serta vulva membuka dan perineum meregang Dengan
demikian antara kasus dengan teori tidak terdapat adanya kesenjangan.
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada Ny “S”
didapatkan hasil yaitu keadaan vulva dan vagina tidak ada kelainan,
185

porsio melesap, pembukaan 10 cm, selaput ketuban pecah jam 14.40


warna jernih, LBK, UUK dibawah sympisis, tidak ada molase,
penurunan hodge IV, tidak ada bagian yang terkemuka/ menumbung.
Hal ini sesuai teori menurut Rohani, dkk (2011) faktor penyebab
terjadinya persalinan : Teori keregangan (Otot rahim mempunyai
keregangan/kemampuan meregang dalam batas-batas tertentu, setelah
melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai). Teori penurunan progesterone (progesteron menimbulkan
relaksasi otot-otot rahim, estrogen meninggikan ketegangan otot-otot
rahim, selama kehamilan terhadap keseimbangan antara progesteron
dan estrogen dalam darah, tapi pada akhir kehamilan progesteron
menurun sehingga adanya his). Teori oksitosin (oksitosin dikeluarkan
oleh kelenjar hipofisis posterior, menurunnya konsentrasi progesteron
akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas,
sehingga persalinan dapat dimulai). Teori prostaglandin (prostaglandin
meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, dikeluarkan oleh
desidua).

Menurut teori Nurul jannah (2015), persalinan kala II atau disebut


juga “pengusiran”, dimulai dengan pembukaan lengkap serviks (10cm)
dan berakhir dengan kelahiran bayi. Dengan demikian tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktik.
c. Kala III
Pada Ny “S” dilakukan penyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM
di 1/3 paha bagian luar setelah dipastikan tidak ada janin kedua,
melakukan peregangan tali pusat terkendali dan melahirkan plasenta
dengan teknik secara dorso kranial serta melakukan masase fundus
uteri selama 10 detik. Pada kala III Ny “S” berlangsung
selama 7 menit. Hal ini sesuai dengan teori Nurul jannah (2015) yang
menyatakan bahwa pemberian suntik oksitosin 10 UI secara IM pada
⅓ bawah paha bagian luar, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan
186

fundus uteri (masase). Dengan demikian antara kasus dengan teori


tidak terdapat kesenjangan.
d. Kala IV
Pada kala IV berdasarkan hasil anamnesa Ny “S” mengatakan
perutnya masih mules, hasil pemeriksaan fisik tanda-tanda vital dalam
batas normal, hasil pemeriksaan kebidanan ditemukan TFU 1 jari di
bawah pusat, kontraksi uterus baik, pengeluaran darah pervaginam ±
50 cc. Melakukan pemantauan kala IV setiap 15 menit dalam 1 jam
pertama dan 30 menit pada 1 jam berikutnya. Hal ini sesuai dengan
teori Nurul jannah (2015) yang menyatakan bahwa selama kala IV,
petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan
setiap 20-30 menit pada jam kedua setelah persalinan.
Dari asuhan kebidanan pada ibu bersalin selama kala I sampai
dengan kala IV, dengan demikian menyatakan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik.

4. Bayi Baru Lahir (BBL)


Pada pemeriksaan didapatkan bayi Ny “S” lahir spontan pada
Tanggal 16 Februari 2016 pukul 15.52 wita, pada usia kehamilan 38-40
minggu, dengan berat badan 2700 gram, panjang badan 49 cm jenis
kelamin perempuan. Pada pemeriksaan didapatkan data keadaan umum
bayi baik, Apgar skor 8/10, keadaan fisik tidak ada kelainan, tanda-tanda
vital dalam batas normal, refleks hisap baik. Hal ini sesuai dengan teori
(Hasdianah Hasan Rohan, dkk, 2013) yang menyatkan bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat lahir 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm,
Apgar skor >7.
Pada bayi Ny“S” telah dilakukan penatalaksanaan pada bayi baru lahir
yaitu klem dan potong tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi,
perawatan mata dengan memberikan salep mata eritromisin 1 % pada
kedua mata, pemberian vitamin K dosis 0,1 ml secara IM, pemberian
187

imunisasi HB0 dosis 0,5 ml dan identifikasi bayi. Hal ini sesuai dengan
teori (Hasdianah Hasan Rohan, dkk, 2013) yang menyatakan bahwa
penatalaksanaan pada bayi baru lahir yaitu mengeringkan dengan segera
dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat untk mencegah
hipotermi, mengisap lendir untuk membersihkan jalan nafas, memotong
dan mengikat tali pusat, bonding attacment (kontak kulit dini) dan segera
ditetekan pada ibunya, menilai apgar menit pertama dan menit kelima,
memberi identitas bayi, pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu,
mengukur suhu, pernafasan dan denyut nadi, memberikan salep mata
antibiotika eritromisin 1% pada kedua mata, pemeriksaan fisik dan
antropometri, pemberian vitamin K 1 mg dengan dosis 0.1 ml secara IM,
rooming in (rawat gabung), Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml secara IM,
di paha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian
vitamin K1.
Selama melakukan pengawasan pada bayi baru lahir 6 jam sampai
usia 2 minggu, penulis melakukan asuhan sesuai dengan bayi baru lahir
pada umumnya, seperti IMD, pencegahan hipotermi, perawatan tali pusat
dan melakukan kontak sedini mungkin antara ibu dan bayi yaitu rawat
gabung. Penulis juga menambahkan asuhan sesuai dengan kebutuhan bayi
yaitu ibu dianjurkan menyusui bayinya sesering mungkin dan ASI
eksklusif. Evaluasi juga dilakukan penulis untuk menilai keefektifan
rencana asuhan yang diberikan, dimana tidak ditemukan kelainan atau
masalah pada bayi dan tidak ada tanda bahaya pada bayi.

Dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dari pemeriksaan 1 jam
sampai dengan pemeriksaan 2 minggu, penulis menyatakan bahwa tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik.
188

5. Nifas
Masa nifas pada Ny “S”  berjalan normal dilakukan kunjungan
sebanyak 4 kali yaitu kunjungan 6 jam, 7 hari , 14 hari dan 40 hari.  Hal
ini sesuai dengan teori Reni yuli astutik (2015) yaitu Kunjungan masa
nifas dilakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi.
Pada kunjungan 6 jam pasca persalinan berdasarkan hasil pemeriksaan
didapatkan keadaan ibu baik, data tanda-tanda vital dalam batas normal,
TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, lokhea rubra. Pada
kunjungan nifas ke dua pada hari ke 7 post partum Ny “S”  hasil
pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU 2 jari
atas simfisis, lokhea serosa, pengeluaran ASI lancar, tidak ada
pembengkakan payudara dan ibu dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Pada kunjungan nifas ke tiga 2 minggu post partum pada hasil
pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU tidak
teraba di atas simfisis, lokhea alba, pengeluaran ASI lancar, tidak ada
pembengkakkan payudara dan ibu dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Pada kunjungan ke empat hari ke-40 post partum hasil pemeriksaan dalam
dalam batas normal.
Proses pengeluaran pervaginam  Ny ‘‘S’’ selama masa nifas
berlangsung normal dan tidak ada kelainan karena pada setiap kunjungan
nifas didapatkan hasil pengeluaran pervaginam yang sesuai dengan
masanya.
Dari asuhan kebidanan pada ibu nifas dari kunjungan 6 jam setelah
persalinan sampai dengan 40 hari post partum, penulis menyatakan terjadi
kesenjangan antara teori dan praktik.
189

6. Keluarga Berencana (KB)


Hasil anamnese yang di dapatkan Ny “S” mempunyi 4 orang anak dan
satu meninggal pada tahun 2000, untuk itu ibu ingin menggunakan KB
mengingat usia sudah 35 tahun dan tidak ingin hamil lagi. Ibu di beri
konseling mengenai macam-macam Kb serta keuntungan, kekurangan dan
cara kerja dari berbagai jenis KB. Pemeriksaan yang di lakukan pada Ny
“S” adalah mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital. Berdasarkan
hasil pemeriksaan tidak ada penyulit atau komplikasi dan ibu ingin
menggunakan alat KB suntikan 3 bulan yang boleh digunakan pada ibu
menyusui.
Setelah ibu mengetahui tentang macam-macam alat kontrasepsi, ibu
memutuskan ingin menggunakan alat kontrasepsi suntikan 3 bulan. Dalam
teori Nina siti mulyani, dkk (2013), KB suntik 3 bulan mengandung
hormone progesterone, hormone progesterone tidak mengganggu produksi
ASI sehingga dapat di gunakan pada ibu menyusui. Dalam hal ini tidak
terjadi kesenjangan antara teori dengan praktek.
Asuhan yang di berikan yaitu menganjurkan ibu untuk tetap memberi
ASI pada bayinya, kembali ke puskesmas jika merasa ada keluhan dan
melakukan kunjungan ulang untuk melanjutkan KB sesuai jadwal.
190

Anda mungkin juga menyukai