Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin

Pada pembahasan ini berdasarkan pada, ada atau tidaknya kesenjangan antara teori

dan praktek di lapangan, tentang laporan persalinan normal, nifas dan perawatan Bayi

Baru Lahir pada Ny. S umur 21 tahun G1P0A0 sejak tanggal 27 Agustus 2013

(kehamilan38 minggu 5 hari) sampai tanggal 28 Agustus 2013 (1 hari pasca

melahirkan) di Klinik dan Rumah Bersalin Tazakka. Dalam pembahasan tersebut

penulis membuat langkah-langkah berdasarkan tujuh langkah varney dan catatan

perkembangan dengan SOAP (pada kala I, II, III dan IV pada persalinan), yang terdiri

dari pengkajian data, analisa masalah atau interpretasi data, antisipasi masalah

potensial, tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pembahasan persalinan kala 1

Pengkajian Data

Pada saat di lakukan pengkajian ibu secara kooperatif menjawab semua yg di

ajukan bidan, ibu tampak sedikit kesakitan dan masih mampu jalan-jalan. Ibu

mengatakan mules yang sering menjalar dari pinggang ke bagian perut, belum keluar

air-air, sudah keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya. Keluhan yang di

sampaikan ibu masih dalam batas normal, karena dalam literature Prawirohardjo

(2010) tanda-tanda persalinan adalah mules yang sering, keluar air bercampur darah
dari vagina, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan di

lapangan.

Berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 01-12-2012, taksiran persalinan

08-09-2013, sedangkan kenyataannya ibu bersalin pada tanggal 27-08-2013.

Sehingga terdapat kesenjangan antara hasil taksiran persalinan dengan menggunakan

rumus neagle yaitu selisih 2 minggu 1 hari, namun masih berada dalam batas

fisiologis selama usia kehamilan tidak serotinus atau premature, dengan usia

kehamilan saat ini 38 minggu. Usia kehamilan ibu termasuk pada Trimester III yaitu

antara 28 minggu sampai 40 minggu. (Rukiyah, 2009). Usia kehamilan Ny. S

termasuk dalam kehamilan aterm karena dalam teori usia kehamilan 39 minggu

termasuk pada rentang waktu usia kehamilan aterm yaitu antara 37 minggu sampai 42

minggu. (Sarwono,2009). Sehingga untuk usia kehamilan Ny. S tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kenyataan.usia kehamilan saat ini 38 minggu.

Tinggi Fundus Uteri ibu sesuai dengan usia kehamilan 38 minggu yaitu 32 cm.

Dalam referensi Lusa (2009) tinggi fundus uteri yang normal pada saat inpartu yaitu

tidak lebih dari 33 cm. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

Perhitungan taksiran berat janin, dilakukan dengan menggunakan rumus Johnson

Tausak (32-11)x155 = 3255 gram. (Farrer, 2010). Leopold I Fundus teraba satu

bagian lunak, kurang bulat, tidak melenting (bokong). Leopold II bagian kanan

teraba satu bagian keras, memanjang seperti papan dan ada tahanan (punggung),

bagian kiri teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas). Leopold III bagian

terendah janin teraba satu bagian keras, bulat, tidak bisa digoyangkan (kepala) sudah
masuk Pintu Atas Panggul. Leopold IV Divergen, 4/5 bagian terendah janin masuk

Pintu Atas Panggul, 1/5 teraba diatas simfisis. (Sarwono, 2009)

Denyut Jantung Janin 134x/menit teratur dalam batas normal, karena menurut

(JNPK-KR, 2009) dikatakan gawat janin bila Denyut Jantung Janin <120 atau >160

kali permenit. His ibu frekuensinya 4 kali dalam 10 menit dan lamanya 40 detik,

adekuat dan relaksasi secara teratur menunjukan ibu dalam kala I persalinan dalam

batas normal karena menurut teori Amplitudo uterus meningkat terus sampai 60

mmHg pada akhir kala I dan frekuensi his menjadi 2 sampai 4 kontraksi tiap 10

menit. (Sarwono, 2009)

Pada perkembangan selanjutnya kemajuan persalinan ibu berlangsung cepat.

Berawal dari ibu datang sudah masuk kala I fase aktif persalinan (pembukaan 6 cm),

frekuensi his ibu 4x/10 menit lamanya 40 detik, dan mengalami kemajuan sampai

frekuensi his 5x/10 menit lamanya 45 detik, his kuat relaksasi (+), semua kondisi ibu

dalam kala I sudah sesuai dengan teori. Dan dalam pemantauan partograf semua

dalam keadaan baik, garis waspada dalam partograf tidak terlampaui, janin dalam

keadaan baik apabila dilihat dari Denyut Jantung Janin dan moullagenya. Serta

keadaan His pun meninggi sesuai dengan teori menurut Sarwono (2009).

Adanya kemajuan persalinan secara bertahap, pada pemeriksaan obstetri

didapatkan hasil pemeriksaan dalam Vaginal toucher : dinding vagina tidak ada

kelainan, portio sentralis,tipis, konsistensinya lunak, pembukaan 6 cm, keadaan

selaput ketuban utuh, dengan penunjuk Ubun Ubun Kecil/sutura sagitalis kanan

depan, tidak ada mollage dan tidak teraba tali pusat menumbung, pemeriksaan dalam
dilakukan untuk menilai keadaan vagina dan jalan lahir sesuai dengan teori menurut

Prawirohardjo, (2009).

Lamanya persalinan kala I pada Ny. S berlangsung selama 11 jam hal ini tidak

sesuai dengan teori, Karena menurut Rukiyah (2009) lamanya persalinan kala I pada

primigravida berlangsung selama 12 jam.

Interpretasi Data

Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif yang telah dilakukan

didapatkan diagnosa G1P0A0H 38 minggu 5 hari inpartu partus kala I fase aktif.

Diagnosa Janin : hidup, tunggal, dengan presentasi kepala. Dalam fase aktif yang

ditandai dengan dimulai sejak awal kontraksi meningkat yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks

membuka 10 cm, pada umumnya fase aktif akan terjadi kecepatan pembukaan dengan

rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm

(multipara). Sesuai dengan teori menurut Prawirohardjo (2009).

Ditemukan keluhan yang menjadi masalah yaitu mules dan sakit pinggang. Mules

dan nyeri serta sakit atau panas pada pinggang disebabkan adanya kontraksi pada

uterus akibat penurunan kadar progesterone pada akhir 1-2 minggu sebelum partus,

kontraksi mula-mula jarang dan tidak teratur dengan intensitas yang ringan,

kemudian menjadi lebih sering, lebih lama dan intensitasnya semakin kuat seiring

kemajuan persalinan. Nyeri juga disebabkan anoxia dari sel-sel otot tekanan pada

ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim, regangan dari serviks, regangan dan

tarikan pada peritonieum, itu semua terjadi pada saat kontraksi. (Rukiyah dkk, 2009)
Potensial Masalah

Setelah melakukan diagnosa disimpulkan bahwa Ny S G1 P0 A0 hamil 38 minggu 5

hari, partus kala I fase aktif dan Diagnosa Janin : hidup, tunggal presentasi kepala,

dengan ketidaknyamanan fisiologis yang biasa terjadi pada persalinan kala I sehingga

tidak perlu intervensi untuk mengantisipasi masalah potensial.

Tindakan Segera

Pada langkah ini adalah tindakan segera yang harus bidan lakukan pada ibu yang

mengalami ancaman persalinan. Dalam pemeriksaan yang dilakukan tidak dapat

masalah yang berarti terhadap ibu maka dalam langkah ini bidan tidak perlu

melakukan kolaborasi dan tindakan segera.

Perencanaan

Adapun rencana asuhan (intervensi) yang dibuat penulis antara lain : berikan

informasi hasil pemeriksaan, berikan asuhan sayang ibu, berikan asupan nutrisi per

oral, berikan dukungan psikologis, persiapan peralatan dan ruangan persalinan,

lakukan observasi, dokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang di berikan.

Pelaksanaan

Penatalaksanaan langsung dengan asuhan yang efisien dan aman. Pada langkah

ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan dilaksanakan secara

efisien dan aman. Penulis melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang sudah

dibuat.
Evaluasi

Hasil evaluasi secara keseluruhan semua asuhan telah dilaksanakan dan semua

kebutuhan ibu telah terpenuhi. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan

asuhan yang sudah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan

tersebut terpenuhi dan mengatasi diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi.

Rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaanya.

A. Pembahasan Asuhan Persalinan Kala II

Data Subyektif

2,5 jam kemudian Ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan bertambah kuat,

ibu juga mengatakan lendir bercampur darah semakin bertambah banyak keluar dari

kemaluannya. Ibu mengatakan semakin meningkatnya tekanan pada bagian anus dan

vagina seakan-akan bayi ingin segera lahir, ibu juga rasanya ingin mengedan seperti

ingin Buang Air Besar. Keluhan yang ibu rasakan dalam batas normal karena

menurut Prawirohardjo (2009). Tanda dan gejala kala dua yaitu Ibu merasakan ingin

meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan makin meningkatnya

tekanan pada rectum dan vaginanya, perineum kelihatan menonjol, vulva vagina dan

sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Data Obyektif

Keadaan Umum baik, kesadaran : Compos mentis, tekanan darah 120/70 mmHg,

nadi 82x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu, 36,50C,Leopold III teraba kepala sudah

tidak bisa digoyangkan, Leopold IV divergen, 1/5 teraba diatas symfisis, 4/5 kepala

janin sudah masuk Pintu Atas Panggul. Kandung kemih kosong, His 5 kali dalam 10
menit lamanya 45 detik. DJJ (+) 140 x/menit, teratur, punctum maximum 3 jari

dibawah pusat kuadran. pembukaan lengkap (10cm), selaput ketuban (-) pukul 09.30

WIB warnanya jernih, penunjuk ubun-ubun kecil kanan depan, tidak ada mollage,

penurunan kepala di Hodge IV, tidak ada bagian lain yang menumbung.

Analisa

Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif yang telah dilakukan

didapatkan diagnosa ibu G1P0A0 hamil 38 minggu 5 hari,partus aterm kala II, Hodge

IV, Janin hidup tunggal intra uterin dengan presentasi kepala. Diagnosis kala dua

dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan : pembukaan

serviks sudah lengkap, terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina atau

kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. (Sarwono, 2009)

Penatalaksanaan

Melakukan pertolongan persalinan kala II dengan cara 58 Langkah APN, dengan

melakukan penekanan oleh tangan kanan terhadap perineum dengan menggunakan

kain steril untuk menahan terjadinya fleksi kepala janin dan menjaga supaya janin

tidak lahir terlampau cepat dan tidak terjadi robekan (Ruptura perineum).

(Prawirohardjo, 2009). Tiga puluh menit kemudian bayi lahir spontan dengan jenis

kelamin perempuan, menangis kuat, tidak ada bayi kedua. Persalinan spontan apabila

persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. (Prawirohardjo,

2009)

Lamanya kala II pada ibu berlangsung selama 30 menit, hal ini tidk sesuai dengan

teori Karena menurut Rukiyah dkk (2009). Lamanya persalinan bagi primigravida

adalah 80 menit.
B. Pembahasan Asuhan Persalinan Kala III

Data Subyektif

Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya dan ibu merasa lelah telah melewati

proses persalinan. Ibu mengatakan merasa mules lagi, ibu tidak merasa pusing dan

tidak nyeri ulu hati. Ibu dan anggota keluarga merasakan kegembiraan ketika melihat

kelahiran seorang bayi yang sebelumnya merasa cemas dan khawatir akan

kemampuan sang ibu dalam menangani rasa sakit pada proses persalinan. (Rukiyah

dkk, 2009)

Data Obyektif

Pada pukul 10.15 WIB, ibu berada dalam kala III yaitu pengeluaran plasenta,

fundus ibu sepusat, globuler dan keras, dilakukan peregangan untuk mengetahui

apakah plasenta telah lepas, pada pemeriksaan anogenital terdapat tanda-tanda

pelepasan plasenta yaitu adanya semburan darah, tali pusat memanjang, uterus

globuler. Hal ini sesuai dengan teori karena menurut Rukiyah dkk (2009). Tanda-

tanda pelepasan plasenta adalah Uterus menjadi globuler, terdorong keatas karena

plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terdapat

semburan darah.

Analisa

Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif yang telah dilakukan

didapatkan diagnosa ibu P1A0 partus aterm kala III, kala III dimulai setelah bayi lahir

dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. (Rukiyah, 2009). Di dapat

masalah ibu tampak lelah sehingga kebutuhan ibu adalah Manajemen aktif kala III

dan rehidrasi oral, keuntungan manajemen aktif kala III adalah persalinan kala III
lebih singkat, mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi kejadian retensio plasenta.

(Prawirohardjo, 2009)

Penatalaksanaan

Intervensi yang diberikan adalah melakukan manajemen aktif kala III, yaitu

penyuntikan oksitosin, peregangan tali pusat terkendali dan masasse fundus, karena

dalam teori disebutkan bahwa dalam kala III harus segera dilakukan manajemen aktif

kala III. (Sarwono, 2009). Penyuntikan oksitosin dilakukan pada kala III, dalam buku

standar pelayanan kebidanan penyuntikan okositosin dilakukan pada kala III. (Depkes

RI, 2010)

Melakukan prasat kustner pelepasan plasenta dengan cara tangan kanan

meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah di atas

simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum

lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina,

berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-

hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.

(Saifuddin, 2009)

Setelah dilakukan manajemen aktif kala III selama 5 menit kemudian plasenta

lahir secara spontan, lengkap, melakukan masasse fundus selama 15 detik secara

sirkuler. Dilakukan pemeriksaan plasenta dengan berat ±500 gram, panjang tali pusat

50 cm dan tebal plasenta kurang lebih 2 cm, diameter tali pusat 18 cm, kotiledon 20

lobus, insersi sentral. Pengeluaran darah ibu berjumlah ±150 cc, hal ini dapat

dikatakan normal karena dikatakan perdarahan bila mencapai ±500cc.


(Prawirohardjo, 2009). Pada pelaksanaannya intervensi yang dilakukan sudah sesuai

dengan teori yang ada serta tidak ada kesenjangan yang berarti.Pada kala II asuhan

yang diberikan yaitu memberitahu hasil pemeriksaan, memberi rehidrasi oral,

memberi ibu rasa nyaman dan melakukan pimpinan persalinan sesuai 58 langkah

asuhan persalinan normal.

Kala II berlangsung selama 30 menit, bayi lahir spontan dengan jenis kelamin

perempuan, menangis kuat, tonus otot baik, pernafasan baik. Menurut Prawirohardjo

(2009) pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam sehingga pada kasus

ini persalinan dapat dikatakan normal. Pada pelaksanaannya dilakukan inisiasi

menyusu dini, ini berarti sesuai dengan teori JNPK-KR (2009) yang menyatakan

bahwa dalam 58 langkah asuhan persalin normal harus dilakukan inisiasi menyusu

dini dengan membiarkan bayi kontak kulit dengan ibu selama 1 jam.

C. Pembahasan Asuhan Persalinan Kala IV

Data Subyektif

15 menit kemudian, ibu mengatakan senang dan tenang karena bayi dan

plasentanya telah lahir. Ibu masih merasakan mules, dan merasa tidak nyaman karena

badannya masih kotor.

Data Obyektif

Untuk perkembangan selanjutnya ibu dalam kala IV pengawasan, tanda-tanda vital

Tekanan Darah 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, Suhu 36,5oC, Respirasi 24x/menit,

fundus uteri ibu 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong dan

pengeluaran darah sekitar 60 cc, tidak terdapat luka laserasi dan badan ibu kotor oleh

keringat, darah dan air ketuban, dalam teori dikatakan bahwa apabila setelah lahir
plasenta maka fundus akan mengecil (involusi) akan tetapi proses involusinya

bertahap, sedangkan umumnya pada ibu pasca bersalin Tinggi Fundus Uteri akan

berinvolusi 1-2 jari bawah pusat. (Saleha, 2009). Sehingga dapat dikatakan keadaan

Tinggi Fundus Uteri ibu sudah normal dan sesuai serta pengeluaran darah ibu normal

karena hanya 60 cc.

Analisa

Dari hasil pengkajian data subjektif dan data objektif yang telah dilakukan

didapatkan diagnosa ibu P1A0 Kala IV tanpa luka laserasi. Masalah yang didapat, Ibu

merasa lemas dan lelah. Sehingga kebutuhan ibu adalah berikan ibu rasa nyaman dan

anjurkan untuk beristirahat, personal hygiene ibu, observasi kontraksi. Tidak ada

masalah potensial dan tidak ada tindakan segera.

Penatalaksanaan

Intervensi yang diberikan pada ibu yaitu menginformasikan hasil pemeriksaan

kepada ibu, mengajarkan masasse uterus pada ibu/keluarga, melakukan pemantauan

dalam 2 jam pertama pasca persalinan sesuai dengan teori dalam asuhan persalinan

normal, periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik,

tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi, buang

bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai, bersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah, bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering,

pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan Air Susu Ibu, anjurkan keluarga

untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan yaitu 1 gelas teh manis

±250cc dan makanan, memastikan ibu merasa nyaman, dekontaminasi tempat


bersalin dengan larutan klorin 0,5 %, celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin (bagian depan dan belakang). Cuci kedua tangan dengan sabun dan air yang

mengalir dan lengkapi partograf. Dalam hal ini intervensi yang telah diberikan sudah

sesuai dengan kebutuhan ibu, sesuai dengan teori 58 langkah Asuhan Persalinan

Normal.

Kala IV, hal-hal yang direncanakan adalah memberitahukan hasil pemeriksaan,

membersihkan ibu, anjurkan ibu untuk minum dan makan, melakukan pemprosesan

alat bekas pakai, mengajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa rahim (masasse

uterus), menjelaskan tanda bahaya masa nifas, anjurkan ibu untuk tidak menahan

kemih, observasi kala IV dan mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan

asuhan yang telah diberikan. (JNPK-KR, 2009)

Observasi kala IV dalam teori ada 7 aspek yang harus di pantau, yaitu tekanan

darah, nadi, suhu, respirasi, Tinggi Fundus Uteri, kontraksi, perdarahan dan kandung

kemih menurut Rukiyah tahun 2009. Untuk keseluruhan hasil observasi kala IV

masih berada dalam batasan normal. Tekanan darah ibu yaitu 120/70 mmHg, seperti

yang telah dibahas pada kala II, jika untuk tekanan darah ibu masih berada dalam

batasan fisiologis, selama keadaan umum ibu baik, dan asupan nutrisi cukup, nadi

berada dalam batasan normal yaitu 80x/menit seperti yang telah di bahas pada kala II

jika batasan normal nadi adalah 60-80x/menit,suhu dan respirasi juga masih berada

batasan normal untuk suhu 36,50C dan respirasi 22x/menit, Tinggi Fundus Uteri

normal 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik uterus globuler, perdarahan normal

±100cc dan kandung kemih kosong, sehingga tidak akan menghambat proses

ovulasi. Dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara kasus di lapangan dengan teori
yang sudah di bahas di bab II. Karena nilai keseluruhan berada dalam batasan

fisiologis. (Rukiyah, 2009)

B. Pembahasan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Pengkajian Data

Pada pengkajian ibu nifas data diperoleh dari anamnesa, observasi melalui

pemeriksaan fisik. Pada tahap ini pengkajian dilakukan melalui wawancara antara

petugas kesehatan dengan klien dan pemeriksaan fisik dilakukan sesuai standar

pelayanan kebidanan.

Setelah melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada waktu setelah 6

jam pertama pasca persalinan, ibu berada dalam kondisi yang baik, dengan tekanan

darah 120/70 mmHg, R: 22x/mnt, N: 80x/mnt, dan S: 36,5 0C, hal ini dalam batas

normal Karena menurut Saleha (2009) Suhu tubuh pada wanita inpartu tidak lebih

dari 37,2oC, sesudah melahirkan dapat naik ±0,50C, Nadi berkisar antara 60-80/menit

setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia, pada beberapa kasus ditemukan

hipertensi post partum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat

penyakit-penyakit lain yang menyertai.

Payudara ibu membesar kanan dan kiri, puting susu menonjol dan bersih, tidak

teraba massa atau benjolan, pengeluaran kolostrum sudah ada. Sampai hari ketiga

efek prolaktin mulai bisa dirasakan, pembuluh darah di payudara menjadi bengkak

terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. (Saleha, 2009)

Tinggi Fundus Uteri pada waktu pemeriksaan yaitu 1 jari dibawah pusat, hal ini

tidak sesuai dengan teori. Karena dalam teori dikatakan Tinggi Fundus Uteri ibu
setelah plasenta lahir yaitu kira-kira 2 jari dibawah pusat, kemudian terjadi penurunan

Tinggi Fundus Uteri pada waktu 6 hari postpartum Tinggi Fundus Uteri menjadi 2

jari diatas simfisis, serta pada usia 2 minggu postpartum fundus uteri sudah tidak

teraba lagi diatas symfisis. (Mochtar, 2009). Hal ini sudah sesuai dengan teori karena

menurut Saleha tahun 2009, dikatakan Tinggi Fundus Uteri ibu setelah plasenta lahir

yaitu kira-kira 1-2 jari bawah pusat, satu minggu kemudian Tinggi Fundus Uteri akan

turun menjadi pertengahan simfisis dengan pusat, pada 2 minggu postpartum fundus

uteri sudah tidak teraba lagi diatas simfisis, pada 42 hari normal.

Uterus teraba keras, kontraksi baik, pengeluaran lochea berwarna merah segar

(rubra) dan tidak berbau sesuai dengan teori involusi uteri hari ke enam menurut

Rukiyah (2009), kandung kemih kosong. Pada ekstremitas tidak ada oedema, refleks

positif kanan dan kiri, tidak ada tanda Homan Sign.Ibu merasa senang karena

bayinya telah lahir selamat dan plasentanya telah lahir lengkap, ibu masih merasa

mules, dan lelah.

Interpretasi Data

Pada langkah ini penulis membuat diagnosa ibu P1 A0 postpartum 6 jam normal,

atas dasar ibu baru melahirkan pada tanggal 27-08-2013 pukul 10.00 WIB, dengan

bayi hidup dan sehat. Perawatan payudara serta konseling tanda bahaya nifas.

Masalah Potensial

Setelah melakukan diagnosa disimpulkan bahwa Ny. S P1A0 Post Partum 6 jam

normal dengan ketidaknyamanan fisiologis yang biasa terjadi pada persalinan kala IV

sehingga tidak perlu intervensi untuk mengantisipasi masalah potensial.


Tindakan Segera

Ibu berada dalam masa nifas 6 jam normal, sehingga tidak di perlukan tindakan

segera.

Perencanaan Tindakan

Intervensi yang dilakukan yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan, memberikan

intake makanan dan minuman untuk memulihkan stamina ibu, serta pemberian tablet

antibiotik amoxillin 500 mg dan vitamin A 100.000 iu dan Fe 60 mg untuk menjaga

daya tahan tubuh ibu. Beritahu ibu bahwa mules yang ibu rasakan saat ini adalah hal

yang normal. Beritahu tanda bahaya pada ibu nifas. Lakukan pemeriksaan pada

tanda-tanda vital, kontraksi uterus, kandung kemih, perdarahan, pengeluaran lochea.

Berikan ibu konseling ASI (Air Susu Ibu) eksklusif. Ingatkan ibu kembali untuk

perawatan payudara. Jadwalkan kunjungan ulang 1 minggu kemudian.

Dokumentasikan hasil pemeriksaan. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas menurut

Saleha (2009) adalah kebersihan diri, istirahat, eleminasi, ambulasi, latihan,

pemenuhan nutrisi dan cairan, perawatan payudara, aktivitas seksual, dan keluarga

berencana.

Pelaksanaan Tindakan

Adapun pelaksanaannya mengacu pada teori yang ada.

Evaluasi

Hasil evaluasi secara keseluruhan semua asuhan telah dilaksanakan dan semua

kebutuhan ibu telah terpenuhi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan

yang sudah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan tersebut

terpenuhi dan mengatasi diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi. Rencana
asuhan tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaanya.

C. Pembahasan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Pengkajian Data

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada bayi Ny. S

didapatkan analisa data bahwa bayi baru lahir normal dan sehat, dengan nilai Apgar

score 8/9 pada menit 1 warna kulit (score 2), frekuensi jantung (score 2), reaksi

terhadap rangsangan (score 1), tonus otot (score 1), respirasi (score 2) dan untuk

menit ke 5 score keseluruhan 9 hal tersebut adalah normal karena menurut Mochtar

(2009) klasifikasi klinik 7-10 untuk bayi normal, 4-6 untuk bayi asfiksia ringan-

sedang, nilai 0-3 untuk bayi asfiksia berat.

Diagnosa Neonatal cukup bulan – Sesuai Masa Kehamilan, dengan partus spontan

hari pertama. Atas dasar bayi lahir pada usia kehamilan 39 minggu 4 hari (Bayi Baru

Lahir 3100 gram dan Panjang Bayi 48 cm), lahir dengan persalinan spontan pada

tanggal 27 Agustus 2013 pada pukul 10.00 WIB. Adapun masalah yang dihadapi saat

ini adalah bayi masih kotor. (JNPK-KR, 2009)

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, denyut nadi 145x/mnt, pernafasan

45x/menit, Suhu 36,60C, berat badan 3100 gram, panjang badan 48 cm, lingkar

kepala 34 cm, lingkar dada 31cm, bayi bergerak aktif, refleks menghisap dan

menelan bayi baik dan kuat. Bayi baru lahir nomal adalah bayi dengan umur

kehamilan 37 minggu- 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram.

(Prawirohardjo, 2009)
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dari ujung kaki sampai ujung kepala

dengan hasil normal, tidak ada kelainan. Pemeriksaan fisik dilakukan secara

sistematis, mulai dari ujung kepala sampai keujung kaki tidak boleh ada yang

terlewatkan, karena jika ada kelainan atau cacat bawaan, atau ada luka/lecet akan

segera diketemukan sejak awa. (Rukiyah, 2009)

Selain itu berat badan bayi tidak berkurang. Dalam teori disebutkan bahwa bayi

baru lahir akan mengalami penurunan dalam berat badanya sekitar 10 hari pertama

setelah melahirkan, hal ini dikarenakan bayi akan mengalami fase adaptasi dengan

dunia luar. (Sarwono, 2010). Sehingga dapat disimpulkan sesuai dengan teori karena

tidak semua bayi akan mengalami penurunan berat badannya ketika melakukan fase

adaptasi dengan dunia luar, asalkan bayi dalam keadaan sehat dan normal.

Interpretasi Data

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka didapatkan

diagnosa Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan 1 jam normal. Adapun

kebutuhan untuk bayi yaitu evaluasi keberhasilan Inisiasi Menyudu Dini,

pemeriksaan Bayi Baru Lahir, pemberian Vit k 0,1 cc Intra Muscular, imunisasi

Hepatitis B 0,5 cc, dan pemberian profilaksis salep mata 1%.

Masalah Potensial

Pemeriksaan fisik lainnya menunjukan bayi dalam keadaan sehat dan normal

sehingga tidak didapatkan adanya potensial masalah atau kegawatdaruratan.

Tindakan Segera
Pemeriksaan fisik lainnya menunjukan bayi dalam keadaan sehat dan normal

sehingga tidak didapatkan adanya potensial masalah atau kegawatdaruratan.

Perencanaan

Intervensi yang dilakukan adalah beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, beri

tanda pengenal pada bayi dan ibu, cap telapak kaki bayi kanan dan kiri, berikan salep

mata profilaksis 1% pada pukul 10.00 WIB, berikan suntikan Vitamin K1 0,1 cc pada

pukul 10.00 WIB, berikan vaksin Hepatitis B 0,5cc pada pukul 11.00 WIB,

beritahukan bahwa bayi akan di mandikan 6 jam kemudian, beritahu perawatan tali

pusat, beritahu cara mencegah hipotermi, beritahu tanda bahaya pada bayi baru lahir,

dokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan.

Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir meliputi pencegahan infeksi, penilaian segera

setelah lahir, pencegahan kehilangan panas, asuhan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini,

manajemen laktasi, pencegahan infeksi mata, pamberian vitamin K1 0,1 cc, pemberian

vaksin Hepatitis B 0,5 cc dan pemeriksaan Bayi Baru Lahir. (JNPK-KR, 2009)

Pelaksanaan

Dalam melaksanakan pelaksanaan ada sebagian perencanaan yang dilakukan bidan

dan sebagian lagi dilakukan dengan bantuan ibu. Sebelum melaksanakan perencanaan

tentunya klien telah diberi pengarahan oleh bidan yang sesuai dengan teori.

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana dan mengacu pada teori yang ada.

Evaluasi

Evaluasi secara keseluruhan semua perencanaan telah dilakukan dan sesuai dengan

kebutuhan bayi, asuhan Bayi Baru Lahir telah dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai