Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PEMBAHASAN

Pembahasan pada bab ini didasarkan dengan ada atau tidak adanya

kesesuaian antara teori dan realitas di lapangan tentang laporan asuhan kebidanan

komprehensif pada “Ny “UN” dari Kehamilan Trimester III, Bersalin, Nifas dan

Neonatus pada tanggal 8 Maret sampai dengan 10 Mei 2022 di PMB Nina

Siswati”. Dalam pembahasan tersebut penulis menggunakan manajemen tujuh

langkah Varney yang terdiri dari pengumpulan data, interpretasi data dasar atau

analisa masalah, antisipasi masalah potensial, tindakan segera atau kolaborasi,

perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi.

A. Manajemen Asuhan Antenatal Care

1. Kunjungan I

Ny. UN datang ke PMB Nina Siswati pada tanggal 8 Maret 2022

pada pemeriksaan pertama oleh penulis dilakukan pengkajian HPHT

tanggal 15 Juni 2021, maka tafsiran persalinan tanggal 22 Maret 2022,

dihitung dengan rumus Naegel, yaitu hari +7, bulan +9/-3. Hal ini sesuai

dengan teori (Rukiyah, 2014) yang menyatakan untuk mendapatkan

tafsiran persalinan dengan menggunakan rumus Naegel Hari pertama haid

terakhir + 7 - 3 bulan + 1= Tanggal persalinan (untuk bulan baru atau bulan

maret keatas) dan + 7 + 9= Tanggal persalinan (Januari s/d maret). Maka

tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik dilapangan.

Ny. UN merasa gerakan janin pada usia kehamilan 17 minggu. Hal

ini sesuai dengan teori (Walyani 2015) ibu hamil mulai dapat merasakan
gerakan bayinya pada usia kehamilan 16-18 minggu (multigravida) dan 18-

20 minggu (primigravida). Maka tidak ada kesenjangan antara teori

dengan praktik dilapangan.

Ny. UN sudah dilakukan imunisasi TT1 dan TT2 pada kehamilan

ini. Hal ini sesuai dengan teori (Rukiyah, 2014) ibu hamil wajib

mendapatkan TT sebanyak 2 kali dengan jarak waktu antara pertama dan

kedua 4 minggu. Imunisasi diberikan sebelum usia kehamilan 8 bulan.

Suntikan TT1 segera setelah kehamilan terdekteksi masa perlindungannya

langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap tetanus, TT2 4

minggu setelah TT1 masa perlindungannya selama 3 tahun, TT3 6 bulan

setelah TT2 masa perlindungannya selama 5 tahun, TT4 1 tahun setelah

TT3 masa perlindungannya selama 10 tahun, TT5 1 tahun setelah TT4

masa perlindungannya selama >25 tahun/seumur hidup. Maka tidak ada

kesenjangan antara teori dengan praktik dilapangan.

pada pengukuran LILA Ny. UN tidak KEK (memiliki status gizi

yang baik) yaitu 28 cm. hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo,

2014) yang menyatakan bahwa LILA pada wanita hamil kurang 23,5 cm

menandakan KEK, sedangkan LILA 23,5 cm atau lebih menandakan bukan

KEK. Maka tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik

dilapangan.

Pada kunjungan pertama usia kehamilan 38 minggu TFU 32 cm. Hal

sesuai dengan teori Spidelberg (Prawirohardjo, 2014) yang mengatakan

bahwa TFU normal pada usia kehamilan 30 Minggu TFU 29,5-30 cm

diatas simfisis, 34 minggu TFU 34 cm diatas simfisis, 36 minggu TFU 30


cm diatas simfisis, 38 minggu TFU 33 cm diatas simfisis dan 40 minggu

TFU 37,7 cm diatas simfisis. maka tidak ada kesenjangan antara teori

dengan praktik,

Pada Ny. UN didapat hasil pemeriksaan TBJ= (32-12)x155= 3100

gram. Hal ini sesuai dengan teori (Rukiyah,2014) menurut perhitungan

menggunakan rumus Johnson Tausak yaitu: TBJ= (TFU-Stasi) x 155.

Keterangan : 11 bila kepala sudah masuk PAP dan 12 bila kepala masih

belum masuk PAP. Maka hal ini sesuai antara teori dengan praktik

dilapangan.

Pada kunjungan pertama dilakukan pemeriksaan DJJ (detak jantung

janin) dalam pemeriksaan didapatkan hasil dalam batas normal yaitu 142

x/menit. Hal tersebut sesuai dengan teori 60 Langkah APN

(Prawirohardjo, 2014) yang menyatakan bahwa nilai normal denyut

jantung janin antara 120 - 160 x/menit.

Status gizi Ny. UN baik, hal ini terlihat dari penambahan berat badan

sebanyak 8 kg atau dari berat badan sebelum hamil 56 kg menjadi 64 kg

sampai persalinan, dalam teori indeks masa tubuh didapat IMT Ny. UN

adalah 24,56 yang menyatakan Ny. UN adalah Nomal. Hal tersebut sesuai

dengan teori (Prawirihardjo, 2018) yang menyatakan bahwa IMT

kategori berat badan rendah yaitu <19,8 dengan rekomendasi penambahan

berat badan selama kehamilan berkisar antara 12,5-18 kg, IMT kategori

berat badan normal yaitu 19,8-26 dengan rekomendasi penambahan berat

badan selama kehamilan berkisar antara 11,5-16 kg, IMT kategori berat

badan tinggi yaitu 26,0-29,00 dengan rekomendasi penambahan berat


badan selama kehamilan berkisar 7-11,5 kg dan IMT kategori berat badan

obesitas yaitu >29,0 dengan rekomendasi penambahan berat badan selama

kehamilan berkisar 5-9 kg. Maka tidak ada kesenjangan antara teori

dengan praktik dilapangan.

Ny. UN telah melakukan pemeriksaan kadar Hb yaitu 12 gram %.

Hal tersebut sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2014) yang

menyatakan bahwa kadar Hb dalam darah normal pada wanita hamil

berkisar antara 11 gram % - 13,2 gram %.

Pada kunjungan Ny. UN yang pertama di usia kehamilan 38 minggu

penulis melakukan penerapan evidence based berbasis komplementer

dengan melakukan teknik Pijat Oksitosin. Efek fisiologis dari pijat

oksitosin ini adalah merangsang kontraksi otot polos uterus baik pada

proses saat persalinan maupun setelah persalinan Berdasarkan hasil

pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis tidak adanya kesenjangan hasil

pemeriksaan kehamilan pana Ny. UN dengan terori yang ada.

2. Kunjungan II

Ny. UN datang ke PMB Nina Siswati tanggal 14 Maret 2021 pukul

16.00 WIB, Ny. UN datang sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

Hal ini sesuai dengan teori (Kemenkes RI, 2018) Setiap bulan pada usia

kehamilan 6 sampai 7 bulan, setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8

bulan, setiap satu minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi

persalinan dan pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu.

Dalam pemeriksaan palpasi kunjungan ke-2 didapatkan hasil TFU Ny.

UN dengan usia kehamilan 39 minggu adalah 31 cm. Hal sesuai dengan


teori Spidelberg (Prawirohardjo, 2014) yang mengatakan bahwa TFU

normal pada usia kehamilan 30 Minggu TFU 29,5-30 cm diatas simfisis, 34

minggu TFU 34 cm diatas simfisis, 36 minggu TFU 30 cm diatas simfisis,

38 minggu TFU 33 cm diatas simfisis dan 40 minggu TFU 37,7 cm diatas

simfisis. maka tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik,

Pada kunjungan ANC ke-2 dilakukan pemeriksaan leopold dengan

hasil pemeriksaan yaitu Leopold I: bagian fundus teraba agak bulat, lunak,

tidak melenting (bokong), Leopold II: bagian kanan perut ibu teraba

panjang, keras seperti papan (punggung), bagian kiri uterus ibu teraba

bagian-bagian kecil janin (ekstremitas), Leopold III: bagian terendah janin

teraba bulat, keras, melenting (kepala), Leopold IV: konvergen. Hal ini

sesuai dengan teori (Rukiyah, 2014) yang menyatakan bahwa pemeriksaan

palpasi abdomen Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri dan

bagian apa yang terletak di fundus uteri, Leopold II untuk menentukan

bagian apa yang berada di bagian samping, Leopold III untuk menetapkan

bagian apa yang terdapat di ataUs simfisis pubis, dan Leopold IV untuk

menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul. Tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Pada pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui denyut jantung janin

yang dihitung dalam waktu 1 menit penuh didapat DJJ 148 x/menit dalam

batas normal. Hal tersebut sesuai dengan teori 60 Langkah APN

(Prawirohardjo, 2014) yang menyatakan bahwa nilai normal denyut

jantung janin antara 120 - 160 x/menit.


B. Manajemen IntraNatal Care

Masa persalinan Ny. UN tanggal persalinannya tanggal 19 Maret 2022

namun dilihat dari usia kehamilan saat inpartu yaitu 39 minggu 3 hari sudah

dikatakan cukup bulan atau aterm. Hal tersebut sesuai dengan teori

(Saifuddin, 2014) menyatakan proses pengeluaran janin terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada

ibu maupun pada janin. Maka tidak ada kesenjangan antara teori dengan

praktik dilapangan.

1. Persalinan Kala I Tanggal 19 Maret 2022 pukul 11.00 WIB

Pada pukul 11.00 WIB Ny. UN datang dengan keluhan mulas-,ulas

yang sering dan kuat, sudah keluar lendir bercampur darah, belum keluar

air-air. Hal tersebut sesuai dengan teori (Manuaba, 2014) yang

menyatakan tanda persalinan dimulai dengan kekuatan his yang lebih kuat

dan teratur, dapat terjadi pengerluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,

lendir bercampur darah), dapar disertai ketuban pecah dengan sednirinya.

Maka tidak ada kesenjangan teori dengan praktik dilapangan.

Pemeriksaan Objektif, keadaan umum ibu baik, kesadaran

komposmetis, dalam pemeriksaan TTV dalam keadaan normal. Menurut

(Pantikawati dkk, 2014) tekanan darah normal bagi ibu hamil berkisar

systole/diastole: 110/80-120/80 mmHg.

Pada pemeriksaan leopold didapatkan hasil Leopold I: bagian fundus

teraba agak bulat, lunak, tidak meleniting (bokong); Leopold II: bagian
kanan perut ibu teraba panjang, keras seperti papan (punggung), bagian kiri

perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas), Leopold III: teraba

bulat, keras, tidak melenting (kepala), Leopold IV: divergen. Hal ini sesuai

dengan teori (Rukiyah, 2014) yang menyatakan bahwa pemeriksaan

palpasi abdomen Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri dan

bagian apa yang terletak di fundus uteri, Leopold II untuk menentukan

bagian apa yang berada di bagian samping, Leopold III untuk menetapkan

bagian apa yang terdapat di atas simfisis pubis, dan Leopold IV untuk

menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Selama dilakukan pemantauan observasi DJJ (detak jantung janin)

dalam partograf, hasil observasi dalam batas normal antara 130 x/m dan <

160 x/m. Hal tersebut sesuai teori (Prawirohardjo, 2014) yang

menyatakan bahwa nilai normal denyut jantung janin antara 120 – 160 x/m.

Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik dilapangan.

Penulis melakukan penerapan evidence based berbasis komplementer

pada ibu, melakukan Brithball. Teknik brithball pada ibu bertujuan

membantu mengurangi ketegangan otot, mengurangi sakit punggung,

meningkatkan aliran darah ke rahim dan membantu memperbesar diameter

panggul guna mengoptimalkan posisi janin dan membantu masuknya

kepala bayi ke pintu atas panggul (PAP) proses persalinan nantinya.

2. Persalinan Kala II Pukul 13.40-14.00 WIB

Proses persalinan Ny. UN pada pembukaan lengkap, ketuban pecah

pukul 13.40 WIB ada rasa ingin meneran, terlihat pada perineum menonjol,
vulva membuka dan ada tekanan pada anus. Hal ini sesuai dengan teori

(JNPK-KR, 2017) menyatakan bahwa kala II menurut gejala dan tanda kala

II, telah terjadi pembukaan lengkap, ada rasa ingin meneran, ada dorongan

pada rektum dan vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan spingter ani

membuka. Selama menolong persalinan, penolong mengenakan baju

penutup atau celemek plastik yang bersih, melepaskan semua perhiasan

yang dipakai di bawah siku. Mencuci kedua tangan dan memakai sarung

tangan. Hal tersebut sesuai teori dari (JNPK–KR, 2017) yang

menyatakan bahwa mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang

bersih, melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci

kedua tangan dan memakasi sarung tangan.

proses persalinan pada Ny. UN berlangsung selama 20 menit. Dalam

hal ini tidak sesuai dengan teori (Manuaba, 2014) yang menyatakan

proses berlangungnya persalinan ± 1 jam pada primipara dan ± 30 menit

pada multipara. Ny. UN merupakan pasien primipara dan proses

persalinannya kurang dari 1 jam. Maka terdapat kesenjangan antara

teori dengan praktik dilapangan, hal ini dikarenakan kemungkinan

power ibu yang kuat dan fokus untuk meneran dan mendengarkan

arahan penolong dengan baik.

Menolong persalinan dengan 60 langkah APN, melahirkan kepala saat

kepala bayi membuka vulva (5-6 cm) lindungi perineum dengan satu

tangan yang dilapisi duk steril, letakkan tangan yang lain yang lain pada

belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap

fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus vagina.


Memeriksa lilitan tali pusat dan menunggu putaran paksi luar. tidak ada

lilitan tali pusat dan putaran paksi luar telah terjadi. Melahirkan bahu secara

biparietal lalu sanggah susur untuk melahirkan seluruh badan. Hal tersebut

sesuai dengan 60 langkah APN menurut materi pelatihan MU 2020.

3. Persalinan Kala III Pukul 04.10 WIB

Setelah bayi baru lahir terdapat perubahan bentuk dan tinggi fundus

uteri, tali pusat tampak memanjang dan semburan darah tiba-tiba. Hal

tersebut sesuai teori (JNPK-KR, 2017) yang menyatakan bahwa tanda

pelepasan plasenta ditandai dengan perubahan bentuk dan tinggi fundus

uterus, tali pusat bertambah panjang, terdapat semburan darah tiba-tiba.

Melakukan manajemen aktif kala III meliputi oksitosin 10 IU secara IM

segera setelah kelahiran bayi, melakukan peregangan tali pusat terkendali

(PTT) untuk mengeluarkan plasenta dan kemudian melakukan massase

selama 15 detik. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (JNPK-KR,

2017) yang menyatakan bahwa manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga

langkah utama yaitu Pemberian suntikan oksitosin dalam 1-2 menit

pertama setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali dan

massase fundus uteri.

Melakukan IMD dengan meletakkan bayi diatas perut ibu. IMD

dilakukan selama 1 jam. Hal tersebut sesuai dengan teori (JNPK-KR,

2017) yang menyatakan bahwa segera setelah bayi lahir dan tali pusat

diikat, letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi langsung

bersentuhan dengan kulit ibu. Biarkan kontak kulit, kekulit ini berlangsung
setidaknya 1 jam atau lebih bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri.

Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik dilapangan.

Kala III (kala pelepasan dan pengeluaran plasenta) pada Ny. UN

berjalan dengan lancar berlangsung selama 10 menit setelah bayi lahir. Hal

tersebut sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017) yang menyatakanbahwa

biasanya plasenta lepas dalam waktu 5-30 menit setelah bayi lahir dan

keluar spontan.

4. Kala IV Pukul 14.10-16.10 WIB

Kala IV (observasi) pada Ny. UN telah dilakukan asuhan pada kala IV

yaitu diantaranya melakukan masase, menilai tinggi fundus uteri, menilai

perdarahan, memeriksa kemungkinan perdarahan dari robekan,

memperhatikan keadaan umum dan TTV ibu. Hal tersebut sesuai dengan

teori (Manuaba, 2014), menyatakan bahwa setelah plasenta lahir

melakukan observasi, yaitu melakukan masase uterus untuk merangsang

uterus berkontraksi baik dan kuat, evaluasi tinggi fundus dengan

meletakkan telapak tangan anda secara melintang dengan pusat sebagai

patokan.

Penolong mengajarkan pada ibu masase fundusnya untuk memastikan

kontraksi baik, bila keras berarti kontraksi baik. Hal tersebut sesuai

dengan teori (Manuaba, 2014), menyatakan bahwa massase uterus untuk

membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam

pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat.

Ny. UN P1A0 lahir spontan terdapat robekan pada perineum grade I.

Hal tersebut sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017) yang menyatakan


bahwa penyebab utama terjadinya ruptur perineum adalah terjadinya

peregangan atau tekanan yang kuat pada bagian vagina atau jalan lahir

ketika ibu mengejan pada proses persalinan. Biasanya ruptur perineum

terjadi pada ibu yang melahirkan secara normal dengan resiko persalinan

pertama kali, melahirkan janin dengan ukuran yang besar.

Setelah persalinan dilakukan dekontaminasi alat-alat persalinan dan

dilakukan dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin 0,5%. Hal

tersebut sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017) yang menyatakan bahwa

dilakukan dekontaminasi alat plastik, tempat tidur dan matras dengan

larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen dan bilas dengan air

bersih.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis tidak

adanya kesenjangan hasil pemeriksaan persalina pada Ny. UN di kala

I, II, III dan IV dengan terori yang ada.

C. Nifas

1. Kunjungan ke-1 pada saat 6 jam Post Partum

Penulis melakukan kunjungan nifas pada Ny. UN setelah 6 jam

postpartum. Hal ini sesuai dengan teori (Siti Saleha, 2012) menyatakan

bahwa pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu pada masa 6-8 jam

setelah persainan, 1 minggu setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan

dan 6 minggu setelah persalinan.

Pada kunjungan 6 jam postpartum Ny. UN terdapat pengeluaran lochea

setelah persaluan berwarna merah. Hal ini sesuai dengan teori (Nurjanah,

2013) menyatakan bahwa lochea rubra muncul pada hari 1-4 hari masa
postpartum dan berwarna merah tua berisi darah dari robekan/luka pada

plasneta dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desisua dan korion, verniks

kaseosa, lanugo, sisa darah dan meconium, selama 3 hari postpartum.

Pada kunjungan 6 jam postpartum TFU 3 jari dibawah pusat. Pada

kunjungan 6 hari hari postpartum hasil pemeriksaan TFU di pertengahan

antara pusat – simfisis. Pada kunjungan 2 minggu postpartum TFU tidak

teraba diatas simfisis. Pada kunjungan 6 minggu postpartum TFU sudah

kembali normal dan tidak teraba lagi. Hal tersebut sesuai dengan teori (Yefi

Marliandiana, 2015) yang menyatakan bahwa setelah placenta lahir TFU 2

jari di bawah pusat, 6 hari TFU pertengahan pusat simfisis, 2 minggu TFU

tidak teraba diatas simfisis.

Pada kunjungan 6 jam postpartum Ny. S di berikan asuhan tentang

pemberian ASI awal, tanda bahaya nifas dan masase fundus uteri. Hal

tersebut sesuai dengan teori (Nainaban, 2019) yang menyatakan bahwa

tujuan asuhan 6-8 jam setelah persalinan memberikan konseling pada ibu

atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan pada

masa nifas karena atonia uteri, yaitu konseling tentang tanda bahaya nifas

dan masase fundus uteri, Konseling tentang pemberian ASI awal.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis tidak

adanya kesenjangan hasil pemeriksaan Nifas 6 Jam Ny. UN di dengan teori

yang ada.

2. Kunjungan ke-2 pada saat 1 minggu postpartum

Penulis melakukan kunjungan nifas pada Ny. UN pada 1 minggu

postpartum. Hal ini sesuai dengan teori (Siti Saleha, 2012) menyatakan
bahwa pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu pada masa 6-8 jam

setelah persalinan, 1 minggu setelah persalinan, 2 minggu setelah

persalinan dan 6 minggu setelah persalinan.

Pada kunjungan 1 minggu postpartum TFU pertengahan pusat-simfisis.

Hal tersebut sesuai dengan teori (Yefi Marliandiana, 2015) yang

menyatakan bahwa 6 hari TFU pertengahan pusat simfisis.

Pada kunjungan 1 minggu postpartum Ny. UN terdapat pengeluaran

lochea sanguinolenta. Hal ini sesuai dengan teori (Nurjanah, 2013)

menyatakan bahwa lochea sanguinolenta muncul pada hari ke 4-7 hari

masa postpartum dan berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

Pada kunjungan 1 minggu postpartum Ny. UN diberikan asuhan tentang

makanan yang bergizi untuk memenuhi nutrisinya dan istirahat yang cukup.

Hal tersebut sesuai dengan teori (Siti Saleha, 2012) yang menyatakan

bahwa 7-14 hari postpartum yaitu memastikan proses involusi uterus

berjalan dengan normal, memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan

dan istirahat.

Pada kunjungan 1 minggu postpartum penulis melakukan penerapan

evidance based berbasis komplementer pada ibu nifas, dengan melakukan

tehnik pijat effleurage. Dimana Pijat effleurage bermanfaat untuk membuat

tubuh ibu lebih tenang atau relaks, mengurangi rasa sakit pada bagian

punggung dan leher.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis tidak ada

kesenjangan hasil pemeriksaan nifas 1 minggu Ny. UN dengan teori yang

ada.
3. Kunjungan ke-3 pada saat 40 hari postpartum

Penulis melakukan kunjungan nifas pada Ny. UN pada 40 hari

postpartum. Hal ini sesuai dengan teori (Siti Saleha, 2012) menyatakan

bahwa pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu pada masa 6-8 jam

setelah persalinan, 1 minggu setelah persalinan, 2 minggu setelah

persalinan dan 6 minggu setelah persalinan.

Pengkajian data subjektif dan objektif ibu mengatakan dirinya sangat

sehat. ibu mampu merawat bayinya sehari-hari, ibu mengatakan dapat

menyusui bayinya dengan baik, ibu mengatakan tidak ada lecet pada puting

susunya, Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun, ibu mengatakan selalu

makan-makanan yang bergizi.

Pada kunjungan 40 hari postpartum Ny. UN terdapat pengeluaran

lochea alba setelah persalinan berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori

(Nurjanah, 2013) menyatakan bahwa lochea alba muncul pada hari ke > 14

berlangsung 2-6 selesai nifas, karena mengandung leukosit.

Pada kunjungan 40 hari post partum Ny. N diberikan asuhan tentang

konseling KB. Hal tersebut sesuai teori (Siti Saleha, 2014) yang

menyatakan bahwa asuhan 40 hari setelah persalinan yaitu menanyakan

penyulit yang dialami ibu dan bayi dan memberikan konseling untuk KB

secara dini.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis tidak ada

kesenjangan hasil pemeriksaan nifas 40 hari Ny. UN dengan teori yang ada.

D. Bayi Baru Lahir

1. Kunjungan ke-1 pada Bayi Baru Lahir usia 2 jam


Bayi Ny. UN lahir spontan, langsung menangis kuat, warna kulit

kemerahan dan pergerakannya aktif ini menunjukan bayi Ny. UN normal

dan sehat. Hal ini sesuai dengan teori (Marmi,dkk, 2015) yaitu tanda

bayi baru lahir normal adalah segera menangis, tonus otot aktif, warna

kulit kemerahan.

Pada By. Ny. UN lahir pada tanggal 19 Maret 2022 pukul 14.00 WIB

dengan jenis kelamin laki-laki, dengan Score apgar 9/10. Berat badan 3200

gram, panjang 48 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 33 cm, pada

pemeriksaan refleks secara keseluruhan didapatkan hasil positif. Hal

tersebut sesuai dengan teori (Mochtar,2016) yaitu yang menyatakan

bahwa Bayi Baru Lahir (neonatus) adalah bayi yang lahir dari kehamilan

37-42 minggu dan berat badan lahir adalah 2500-4000 gram, PB 48-52 cm,

lingkar kepala 33-35, lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12cm,

APGAR SCORE nilai > 7.

Sesaat setelah 1 jam dilakukan IMD, By. Ny. UN diberikan salep mata

oxytetracycline 1 % untuk mencegah infeksi mata dan pemberian Vit.K1

Injeksi 1 mg, untuk mencegah perdarahan pada otak. Hal tersebut sesuai

dengan teori (JNPK-KR, 2017) yang menyatakan bahwa pemberian salep

mata untuk mencegah infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke

kulit dan bayi selesai menyusu diberikanVit. K1 injeksi 0,5-1 mg IM

setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan

BBL akibat deifisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

By. Ny. UN diberikan imunisasi hepatitis B setelah 1 jam postpartum. Hal

tersebut sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2017) yang menyatakan bahwa


Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vit. K1

pada saat bayi baru berumur 2 jam.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis tidak

adanya kesenjangan hasil pemeriksaan Bayi Baru Lahir 1 jam pada

By.Ny.UN dengan teori yang ada.

2. Kunjungan ke-2 pada bayi baru lahir usia 2 minggu

Pada kunjungan 2 minggu hasil pemeriksaan bayi Nadi: 140 x/m,

Suhu: 36,50C, RR: 40 x/m, BB: 3150 gr, PB: 48 cm, BAB sudah, BAK

sudah. Reflek menghisap dan menelan (+) positif. Hal tersebut sesuai

dengan teori (Rukiyah, 2014) yang menyatakan bahwa Frekuensi denyut

jantung 120-160 x/menit, Pernapasan ±40-60 x/menit, Kulit kemerah-

merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, Refleks sucking

(isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik. Tidak ada kesenjangan

antara teori dengan praktik dilapangan.

3. Kunjungan ke-3 pada bayi baru lahir usia 40 hari

Pada kunjungan 40 hari, ibu mengatakan bayi sudah diberikan

imunisasi BCG dan polio 1 pada saat usia bayi 1 bulan dan mengingatkan

ibu untuk membawa bayinya untuk imunisasi DPT 1 dan Polio 2, saat usia

bayi 2 bulan. Hal tersebut sesuai dengan teori (JNPK-KR,2017) yang

menyatakan bahwa imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan pada usia bayi

kurang dari atau sama dengan 1 bulan dan imunisasi DPT 1 dan Polio 2

diberikan pada usia bayi kurang dari atau sama dengan 2 bulan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis tidak

adanya kesenjangan hasil pemeriksaan Bayi Baru Lahir 40 hari pada By.

Ny. UN dengan teori yang ada.

Anda mungkin juga menyukai