Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

PEMBAHASAN

Manajemen asuhan kebidanan ini digunakan dalam bentuk VARNEY.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kepada Ny. I yang dilakukan penulis sejak

tanggal 16 Oktober 2021 sampai dengan 05 Maret 2022 atau sejak usia

kehamilan 33 minggu sampai dengan kunjungan KB, penulis tidak

menemukan kesulitan yang berarti ketika pelaksanaan, berkat kerjasama antara

pasien, keluarga, dan bidan. Namun terdapat kesenjangan antara teori dan

kenyataan dalam beberapa tindakan pada asuhan kebidanan. Adapun

pembahasan pada studi kasus pada Ny. I adalah sebagai berikut :

A. Kehamilan

a. Subjektif

Kehamilan didefinisikaan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau

9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3

trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke 27),dan trimester

ketiga 13 minggu, minggu ke 28 hingga minggu ke 40 (Elisabeth,

2018).

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu

305
306

atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester yaitu

kehamilan trimester pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan trimester

kedua mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga mulai 28-

42 minggu (Yuli, 2017). Kemudian dalam menentukan usia kehamilan

yang mana menggunakan rumus 4 1/3 dari kunjungan dikurang HPHT

dikali 4 1/3 (Sulistyawati, 2017). Dengan HPHT Ny. I adalah tanggal

06 Maret 2021 dan pemeriksaan kunjungan pertama dilakukan pada

tanggal 16 Oktober 2021 dengan usia kehamilan 33 minggu. Menurut

rumus Neagle untuk menentukan hari perkiraan lahir maka

menggunakan rumus HPL = HPHT + 7 hari + 9 bulan tahun tetap

(Hanni, 2016). Maka didapat HPL Ny. I dengan HPHT 06 Maret 2021

yaitu pada tanggal 13 Desember 2021. Namun demikian Ny. I

menjalani proses persalinan pada tanggal 07 Desember 2021.

Sehingga terdapat sedikit kesenjangan antara teori dan praktek.

Kunjungan antenatal sebaiknya paling sedikit dilakukan 6 kali,

dua kali kunjungan selama trimester pertama (awal kehamilan – 12

minggu), satu kali kunjungan selama trimester kedua (kehamilan

diatas 12 minggu – 24 minggu), dan tiga kali kunjungan selama

trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu – 40 minggu). Dan

selama kehamilan sebaiknya pada trimester pertama dua kali dengan

dokter dan trimester ketiga dua kali dengan dokter. Tetapi bagi ibu

hamil dengan resiko tinggi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

kehamilan setiap bulannya. Pelayanan Antenatal adalah pelayanan


307

kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa

kehamilannya. (Kemenkes RI 2020). Pada kasus Ny. I usia 35 tahun

G5P4A0 dengan melakukan pemeriksaan kehamilan melebihi 6 kali

selama kehamilan yaitu melakukan kunjungan Antenatal Care

trimester I sebanyak 2 kali, pada trimester II sebanyak 2 kali dan pada

trimester III sebanyak 3 kali sehingga pada Ny. I sudah melakukan

pemeriksaan kehamilan lebih dari teori yang ada.

b. Objektif

Pelayanan antenatal standar meliputi anamnesis, pemeriksaan

fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan

khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai resiko yang

ditemukan dalam pemeriksaan). Menurut Kementrian Kesehatan RI,

pelayanan antenatal care terdiri atas 14T terdiri dari, ukur tinggi

badan atau berat badan, ukur tekanan darah, ukur lingkar lengan atas,

ukur tinggi fundus uteri, presentasi janin dan tentukan DJJ,

pemeriksaan Hb, imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan

golongan darah, pemeriksaan protein urine, pemeriksaan reduksi

urine, perawatan payudara, senam hamil, pemberian obat malaria.

Pada Ny. I usia 35 tahun G5P4A0 belum mendapatkan

pelayanan/asuhan standar kebidanan dengan 14T, yaitu ukur tinggi

badan dan berat badan, ukur tekanan darah, ukur lingkar lengan atas,

ukur tinggi fundus uteri, presentasi janin dan tentukan DJJ,

pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan Hb, pemeriksaan protein


308

urine, pemeriksaan reduksi urine), pemberian tablet Fe, ibu belum

melakukan imunisasi TT, perawatan payudara, senam hamil, Tata

laksanan kasus. Tidak dilakukan imunisasi TT 4 dan TT 5

dikarenakan keputusan pada Ny. I dan suami. Pada saat pemeriksaan

terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.

Kemenkes RI (2018), menurut IMT (Indeks Masa Tubuh) cara

menetukan status gizi ibu hamil yaitu IMT= (berat badan dalam

kilogram)/(tinggi dalam meter)2. Pada Ny. I berat badan sebelum hamil

adalah 52 kg. Pada Trimester pertama pertambahan berat badan Ny. I

2 kg, Trimester kedua bertambah sekitar 4 kg, dan trimester terakhir

bertambah sekitar 5 kg, jadi pertambahan berat badan pada kehamilan

sampai usia kehamilan 34 minggu menjadi 55 kg dan pada saat

persalinan 38 minggu 5 hari berat badan Ny.I bertambah menjadi 60

Kg. Selama kehamilan berat badan Ny.I menjadi ≥13 kg. Menurut

rumus IMT di bawah 18,5 (berat badan di bawah normal), IMT sekitar

18,5–22,9 (berat badan normal), IMT di atas sekitar 23 (kelebihan

berat badan), IMT di atas 25 (obesitas). Dari Asuhan yang diberikan

didapatkan IMT Ny. I adalah 22,8 yaitu berat badan normal, sehingga

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

Pantikawati (2017), tekanan darah diukur dan diperiksa setiap

kali ibu datang atau berkunjung. Pemeriksaan tekanan darah sangat

penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Deteksi

tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala kearah


309

hipertensi dan preeklampsi. Apabila turun dibawah normal kita

pikirkan anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole :

110/80-120/80 mmHg.

Pada Menurut WHO, (2018) Batas normal tekanan darah adalah

kurang dari atau 120 mmHg untuk tekanan siastolik, dan kurang dari

atau 80 mmHg untuk tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan

hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.

Peningkatan atau penurunan tekanan darah masing– masing

merupakan indikasi gangguan hipertensi pada kehamilan atau syok,

peningkatan suhu menunjukan proses infeksi atau dehidrasi.

Peningkatan deyut nadi dan frekuensi pernafasan dapat menunjukan

syok, ansietas dan dehidrasi. Pada kasus Ny.I dari hasil pemeriksaan

tekanan darah Ny.I berkisar antara 110/70 mmHg sampai 120/80

mmHg merupakan normal sehingga tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan praktek.

Menurut Pantiwati (2017), Standar minimal untuk ukuran

Lingkar Lengan Atas pada wanita dewasa (reproduksi) adalah 23,5

cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka interpretainya adalah

kurang Energi Kronis (KEK). Pada kasus Ny.I ukuran LILA yaitu 27

cm, maka ibu tergolong normal. Sehingga antara praktek dan teori

tidak terdapat kesenjangan.

Menurut (Mochtar, 2017), tinggi fundus uteri sesuai usia

kehamilan adalah 22-28 minggu (24-25 cm diatas simpisis), 28


310

minggu (26,7 cm diatas simpisis), 30 minggu (29,5-30 cm diatas

simpisis), 32 minggu (29,5-30 cm diatas simpisis), 34 minggu (31 cm

diatas simpisis), 36 minggu (32 cm diatas simpisis), 38 minggu (33

cm diatas simpisis), 40 minggu (37,7 cm diatas simpisis). Dari hasil

pemeriksaan Ny. I pada kunjungan I pada usia kehamilan 33 minggu

dengan TFU 30 cm, pada TFU tidak terdapat kesenjangan pada teori

dan praktek.

Menurut Mochtar (2017) Peningkatan berat badan janin

berdasarkan usia kehamilan dapat dilihat berdasarkan Tabel 2.5, Pada

Ny.I kunjungan pertama usia kehamilan 33 minggu berat badan janin

2.565 gram jika dibandingkan dengan tabel berat badan janin usia

kehamilan 33-34 minggu 1.810 gram, hasilnya terdapat kesenjangan

antara teori dan praktek.

Menurut Kemenkes (2018), DJJ baru dapat didengar pada usia

kehamilan 18-20 minggu Dalam menghitung Frekuensi denyut

jantung janin rata-rata sekitar 120-160 kali per menit. Disebut

takhikardi apabila frekuensi dasar > 160 kali per menit. Dan

bradikardi bila frekuensi dasar < 120 kali per menit. Dari hasil

pemeriksaan hasil djj Ny. I dari kunjungan I yaitu 140 kali per menit.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

Hasil pemeriksaan Hb Ny. I adalah 12,2 gr%. Menurut penulis

Hb melebihi batas normal dikatakan tidak anemia. Hal ini sesuai

sesuai dengan pendapat Manuaba (2018), Hb 11 gr% tidak anemia, 9-


311

10 gr% anemai ringan, 7-8 gr% anemia sedang, < 7gr% anemia berat.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil maka

dilakukan pemeriksaan protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil

kearah pre-eklampsi. (Depkes, 2017) Berdasarkan hasil pemeriksaan

Ny. I adalah negatif tidak ada ditemukan kekeruhan dan gumpalan

pada sampel urine Ny. I yang diperiksa. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dengan praktek.

Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine ibu hamil maka

dilakukan pemeriksaan reduksi urine ini untuk mendeteksi ibu hamil

kearah penyakit gula atau diabetes atau karena adanya riwayat

penyakit diabetes pada keluarga. (Depkes, 2017) Berdasarkan hasil

pemeriksaan Ny. I adalah negatif tidak ada ditemukan perubahan

warna pada sampel urine Ny. I yang diperiksa. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dengan praktek.

Menurut Kemenkes (2018), DJJ baru dapat didengar pada usia

kehamilan 18-20 minggu. Dalam menghitung Frekuensi denyut

jantung janin rata-rata sekitar 120-160 kali per menit. Disebut

takhikardi apabila frekuensi dasar > 160 kali per menit dan bradikardi

bila frekuensi dasar < 120 kali per menit. Pada Ny.I usia 35 tahun

G5P4A0 denyut jantung janin berkisar 120-150 x/i sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.


312

Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil

harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan

status imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama

hidupnya. Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval (selang

waktu) maksimal, hanya terdapat interval minimal antar dosis TT

(Kemenkes, 2018). Jika ibu belum pernah imunisasi atau status

imunisasinya tidak diketahui, berikan dosis vaksin (0,5 ml IM di

lengan atas), Pada Ny I telah didapatkan hasil skrining TT yaitu TT1

didapatkan pada saat sekolah dasar, TT2 didapatkan pada saat sekolah

dasar, TT3 didapatkan pada saat imunisasi calon pengantin, TT4 dan

TT5 tidak dilakukan karena keinginan ibu dan suami. Sehingga terjadi

kesenjangan antara teori dan praktek.

Menurut WHO (2017) kadar Hb pada ibu hamil dapat dibagi

menjadi beberapa kategori, yaitu Hb > 11 gr % tidak anemia (normal)

Hb 9-10 gr % anemia ringan Hb 7-8 gr % anemia sedang Hb < 7 gr %

anemia berat. Pada Ny. I sudah dilakukan pemeriksaan Hb didapatkan

hasil yaitu 12,2 gr % ibu tidak mengalami anemia, sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

c. Assesment

Menurut teori Walyani, 2018 analisa atau diagnosa yang

ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif yang dikumpulkan

atau disimpulkan. Pada Ny. I diagnosa yang ditegakkan adalah Ny.I

usia 35 tahun G5P4A0, Usia kehamilan 33 minggu, janin hidup, tunggal,


313

intrauterine, punggung kiri, presentasi kepala saat ini keadaan umum

ibu dan janin baik. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan praktek.

d. Planning

Menurut Yeni dan Heni (2019) pada ibu hamil sebaiknya

memiliki jam istirahat atau tidur yang cukup. Usahakan ibu untuk

istirahat yang cukup yaitu tidur malam 7-8 jam dan tidur siang 1-2 jam

agar stamina ibu tetap terjaga dan ibu tidak lelah. Apabila ibu bekerja

maka minta bantuan kepada keluarga agar pekerjaan dirumah dibantu

dan istirahat sebelum berangkat kerja. Pada Ny. I setelah di kaji pola

istirahatnya pada siang hari 1-2 jam dan pada Asuhan persalinan yang

dilakukan pada Ny. I pada proses persalinan berjalan dengan lancar

dan tidak ada komplikasi pada saat proses persalinan. Asuhan

persalinan normal dapat terlaksana dengan baik dengan istirahat

malam hari 7-8 jam sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan praktek.

Menurut Yeni dan Heni (2019) Kebersihan diri selama

kehamilan penting untuk dijaga oleh seorang ibu hamil. Personal

Hygiene yang buruk dapat berdampak terhadap kesehatan ibu dan

janin. Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi, dan ganti pakaian

minimal 2x sehari, menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian

dalam serta menjaga kebersihan payudara. Menjaga kebersihan diri

terutama pada lipatan kulit dengan cara dibersihkan dengan air dan
314

dikeringkan. Pada Ny. I sudah dilakukan personal hygiene sesuai

dengan teori , sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Pantikawati (2017), pada saat kunjungan antenatal, petugas

kesehatan harus menjelaskan pada pasien dan suami tentang kondisi

ibu dan janinnya, dan jika penyulit terjadi beritahu ibu, suami dan

keluarga serta ajak ibu, suami dan keluarga untuk membahas rujukan

dan rencana rujukan. Pada Ny.I usia 35 tahun G 5P4A0 telah dijelaskan

pada klien dan suami tentang kondisi ibu dan janinnya serta

membahas mengenai rujukan yang diperlukan jika terdapat penyulit

selama kehamilan ibu sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan praktek.

Pantikawati, 2017, ibu hamil di anjurkan untuk mengkonsumsi

tablet FE kurang lebih 90 tablet selama hamil. Tujuan pemberian

tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan

nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring

dengan pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk

mengkompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama

kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan

janin yang adekuat. Pada Ny. I usia 35 tahun G5P4A0 telah

mendapatkan tablet Fe selama kehamilan.

Menurut Yeni dan Heni (2017) kebutuhan dasar ibu hamil yaitu

a) oksigen b) nutrisi dalam kehamilan c) pakaian d) personal hygiene

e) eliminasi f) mobilisasi g) istirahat h) pekerjaan i) traveling j)


315

seksualitas. Pada Ny. I usia 35 tahun G5P4A0 telah sudah dijelaskan

mengenai kebutuhan dasar pada ibu hamil sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktek.

B. Persalinan

a. Subjektif

Menurut teori Walyani dkk, 2018 yaitu Persalinan adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan

(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung selama 18 jam spontan. Produk konsepsi dikeluarkan

sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang

nampaknya tidak saling bekerja dalam keharmonisan untuk

melahirkan bayi. Bentuk-bentuk Persalinan spontan yaitu proses

lahirnya bayi pada Letak Belakang Kepala dengan tenaga ibu sendiri,

tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang

umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Pada Ny. I persalinan

terjadi di usia kehamilan 38 minggu 5 hari sehingga tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan praktek.

Adanya tanda – tanda inpartu yang ibu rasakan yaitu rasa nyeri

oleh adanya his yang lebih kuat, sering dan teratur, keluar lendir

bercampur darah dari kemaluan ibu (Walyani dkk, 2018). Pada kasus

Ny.I tanda tanda persalinan yaitu :

Kala I adalah Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya

kontaksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan


316

lengkap (10 cm). Proses ini terbagi 2 fase yaitu fase laten (8jam)

dimana serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (6jam) dimana

serviks membuka 4-10 cm (Walyani dkk, 2018). Lamanya kala I

untuk primigravida berlangsung 13-14 jam sedangkan multigravida 6-

7 jam (Walyani dkk, 2018). Pada Ny. I umur 35 tahun datang ke

BPM. D jam 22.30 WIB, mengeluh keluar lendir bercampur darah dan

mulai terasa mules jam 16.00 WIB. Saat periksa dalam pembukaan 4

cm jam 22.50 WIB dan jam 03.25 WIB pembukaan lengkap, total

lama kala I Ny. I adalah 6 jam. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktek.

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan

sayang ibu adalah mengikutsertakan suami atau keluarga selama

proses persalinan dan kelahiran bayi. Menurut Kemenkes RI (2020)

pada masa pandemi Covid-19 pendamping persalinan maksimal satu

orang dengan menggunakan masker. Pada proses persalinan Ny. I

didampingi oleh salah satu keluarga ibu sehingga tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan kasus.

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Tanda gejala

kala II persalinan adalah ibu merasa ingin meneran, adanya tekanan

pada rektum atau vagina, perineum menonjol, vulva-vagina dan

spinter ani membuka, adanya pengeluaran lendir bercampur darah.


317

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir biasanya

berlangsung 1,5-2 jam pada primi dan ½ -1 jam pada multi (Walyani

dkk, 2018). Pada Ny. I kala II berlangsung selama 20 menit, yaitu

pembukaan lengkap pada pukul 03.25 WIB kemudian bayi lahir

selamat tanpa ada komplikasi pada ibu maupun bayi pukul 03.45

WIB. Sehingga ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Asuhan persalinan kala II yang diberikan yaitu, (1)

Menganjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama

proses persalinan dan kelahiran bayinya. Hal ini dikarenakan hasil

persalinan yanng baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan

dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan, (2)

Menganjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, (3) Memberikan

dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarganya dengan

menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan atau kelahiran bayi

pada mereka, (4) Menganjurkan keluarga untuk tetap melakukan

pencegahan penularan COVID 19, jaga jarak minimal 1 meter jika

tidak diperlukan tindakan. (5) Membantu ibu memilih posisi yang

aman saat meneran, (6) Menganjurkan ibu untuk meneran hanya bila

ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran pada saat pembukaan

sudah lengkap, (7) Menganjurkan ibu untuk minum selama kala II

persalinan, (8) Memberikan rasa aman dan semangat serta tentramkan

hatinya selama proses persalinan berlangsung. Pada Ny. I usia 35

tahun pada saat kala II, asuhan persalinan yang diberikan sesuai
318

dengan teori yang ada, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan praktek.

Manuaba (2017), kala III biasanya adalah dimulai setelah

lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput

ketuban. Pada kala III persalinan, otot uterus berkontraksi mengikuti

berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya

bayi. Tanda-tanda pelepasan plasenta akan terjadi kontraksi rahim,

sehingga rahim membulat, keras, dan terdorong keatas, plasenta

didorong kearah segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang,

dan terjadi perdarahan mendadak. Manajemen aktif kala III terdiri dari

tiga langkah utama, yaitu : pemberian suntikan oksitosin, melakukan

peregangan tali pusat terkendali, dan massase fundus uterus dan lama

kala III pada primipara dan multipara adalah 5-30 menit. Pada Ny. I

Selama kala III adalah 10 menit dan sudah dilakukan suntikan

oksitosin, peregangan tali pusat terkendali, serta massase uterus.

Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.

Marni (2018), pada kala III persalinan asuhan yang dapat

dilakukan pada ibu antara lain, (a) Memberikan kesempatan kepada

ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera, (b) Memberitahu

setiap tindakan yang akan dilakukan, (c) Pencegahan infeksi pada kala

III, (d) Memantau keadaan ibu (Tanda vital, kontraksi, perdarahan),

(e) Melakukan kolaborasi atau rujukan bila terjadi kegawatdaruratan,

(f) Pemenuhan nutrisi dan dehidrasi, (g) Memberikan motivasi dan


319

pendampingan selama kala III. Pada Ny. I pada saat kala III persalinan

asuhan yang diberikan sesuai dengan teori yang ada, sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

JNPK-KR (2016), pada kala III segera setelah plasenta lahir,

lakukan massase fundus uterus dengan cara gerakkan tangan dengan

arah memutar pada fundus uteri selama 15 detik hingga uterus

berkontraksi dengan baik. Pada Ny. I telah dilakukan massase fundus

uterus selama 15 detik dan fundus teraba keras, sehingga tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan praktek.

IMD berdasarkan teori dilakukan selama 1 jam, pada Ny.I

dilakukan IMD selama 30 menit untuk meningkatkan hubungan kasih

sayang antara ibu dan bayi, selama IMD 30 menit bayi sudah berhasil

menemukan putting susu ibu dan melakukan IMD. Terdapat

kesenjangan antara teori dan praktek yang dilakukan.

Kala IV batasnya adalah 2 jam setelah plasenta lahir. Selama

kala IV petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam

pertama setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua

setelah persalinan. Yang dipantau pada kala IV adalah tekanan darah,

nadi, temperature, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung

kemih dan perdarahan (Walyani dan Purwoastuti, 2017). Jumlah

pendarahan dalam batas normal < 350 cc, bila pendarahan lebih dari

500 cc ini sudah dianggap abnormal. Pada Ny. I dilakukan

pengawasan selama 1 jam pertama setiap 15 menit, dan 1 jam kedua


320

setiap 30 menit dan di dokumentasikan di dalam partograf hasilnya

dalam batas normal sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dan praktek.

Menurut Harry (2018), Laserasi jalan Lahir terbagi: (1)

Robekan derajat pertama ini hanya mengenai mukosa vagina, dan

kulit perineum. (2) Robekan derajat kedua ini hanya mengenai

mukosa vagina, kulit perineum dan otot-otot perineum. (3) Robekan

derajat ketiga Robekan ini hanya mengenai mukosa vagina, kulit

perineum, otot-otot perineum dan sfingter ani eksterna. (4) Robekan

derajat keempat, robekan ini hanya mengenai mukosa vagina, kulit

perineum otot-otot perineum, sfingter ani eksterna dan dinding rektum

anterior. Bila laserasi jalan lahir berada pada derajat III dan IV: Rujuk

segera. Pada Ny. I setelah plasenta lahir dilakukan observasi

perdarahan dan robekan jalan lahir, terdapat laserasi derajat dua pada

ibu yaitu mengenai mukosa vagina, kulit perineum dan otot-otot

perineum, dan dilakukan penjahitan pada Ny. I. Sehingga ada

kesenjangan antara teori dan praktek.

b. Objektif

Menurut Asrinah (2018), tekanan darah meningkat selama

kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata–rata 10–20 mmHg dan

kenaikan diastolik rata–rata 5–10 mmHg. Diantara kontraksi-kontraksi

uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan

dan akan naik lagi jika terjadi kontraksi dan kontraksi dapat
321

menyebabkan metabolisme meningkat, yang mengakibatkan kerja

jantung meningkat pula sehingga denyut jantung meningkat selama

kontraksi. Pada kasus Ny. I tekanan terjadi peningkatan diastolik

meningkat 10 mmHg Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek.

Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan

segera setelah melahirkan. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,2-

10°C dianggap normal, nilai tersebut mencerminkan peningkatan

metabolisme persalinan. Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah

normal dalam persalinan, namun bila persalinan berlangsung lebih

lama peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasikan dehidrasi. Pada

kasus Ny. I tejadi peningkatan suhu tubuh dari 36,8 °C menjadi 36,9

°C. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

Rachmawati (2018), pemeriksaan leopold untuk mengetahui

posisi janin di dalam perut ibu. Leopold I bertujuan untuk mengetahui

TFU dan bagian janin yang ada di fundus. Leopold II bertujuan untuk

mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan dan kiri ibu.

Leopold III bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di

bawah uterus. Leopold IV bertujuan untuk mengetahui bagian janin

yang ada di bawah dan untuk mengetahui apakah kepala janin sudah

masuk panggul atau belum. Pada Ny. I dilakukan pemeriksaan leopold

I yaitu teraba lunak, bulat, tidak melenting yaitu bokong janin, tfu 34

cm. Leopold II bagian kanan teraba panjang, memapan, yaitu


322

punggung janin, bagian kiri teraba lunka, kecil-kecil yaitu ekstermitas

janin. Leopold III teraba keras, bulat, melenting yaitu kepala janin.

Leopold IV kepala sudah masuk PAP 4/5 bagian. Sehinga tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

Menurut Manuaba (2017), fase aktif persalinan dimulai sejak

kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara

bertahap. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam

sedangkan multigravida 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman,

diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam dan pembukaan

multigravida 2cm/jam. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya

meningkat (kontraksi dianggap adekuat dan memadai jika terjadi tiga

kali atau lebih dalam waktu 10 menit dengan durasi 40 detik atau

lebih). pada pemeriksaan Ny. I datang pukul 22.30 WIB dengan

pembukaan 4 cm, dilakukan pemeriksaan setiap 4 jam sekali, tetapi

karena kontraksi kuat maka di lakukan pemeriksaan dalam pada pukul

01.00 WIB pembukaan 6 cm, pukul 03.25 WIB pembukaan lengkap

(10 cm). sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Pemeriksaan Kala III yang dilakukan adalah keadaan umum

ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70mmHg, nadi

80 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8 °C, TFU setinggi

pusat, kontraksi uterus baik, tidak ada janin kedua, pendarahan ± 70

cc.
323

Pemeriksaan kala IV yang dilakukan adalah keadaan umum

ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi

78 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,6 °C, TFU 2 jari

dibawah pusat, kontraksi uterus baik, tidak ada janin kedua,

pendarahan ± 50 cc.

c. Asassement

Ibu mengatakan ini kehamilan kelima dan tidak pernah

keguguran, hari pertama haid terakhir ibu yaitu 06 Maret 2021. Pada

pemeriksaan leopold I yaitu teraba lunak, bulat, tidak melenting yaitu

bokong janin, tfu 34 cm. Leopold II bagian kanan teraba panjang,

memapan, yaitu punggung janin, bagian kiri teraba lunak, kecil-kecil

yaitu ekstermitas janin. Leopold III teraba keras, bulat, melenting

yaitu kepala janin. Leopold IV kepala sudah masuk PAP 4/5 bagian.

Jantung janin terdengar di satu tempat di kuadran kanan bawah perut

ibu. Pemeriksaan dalam (VT) dilakukan pada ibu dan hasilnya

pembukaan 4 cm pada pukul 22.30 WIB. Sehingga diagnosa ibu : Ny.

I usia 35 tahun G5P4A0 usia kehamilan 38 minggu 5 hari, janin hidup

tunggal intrauterin, punggung kanan, presentasi kepala, inpartu kala I

fase laten dengan keadaan ibu dan janin baik.

Pemeriksaan dalam (VT) yang ketiga dilakukan pada ibu dan

hasilnya pembukaan 10 cm pada pukul 03.25 WIB tanggal 07

Desember 2021. Sehingga diagnosa ibu : Ny. I usia 35 tahun G5P4A0

usia kehamilan 38 minggu 5 hari, janin hidup tunggal intrauterine,


324

pungung kanan, presentasi kepala, inpartu kala II fase aktif dengan

keadaan ibu dan janin baik.

Ibu merasa sudah lega dan senang atas kelahiran bayinya.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah keadaan umum ibu baik,

kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80

kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8 °C, TFU setinggi

pusat, kontraksi uterus baik, tidak ada janin kedua, pendarahan ± 80

cc. Sehingga diagnosa ibu : Ny. I usia 35 tahun P5A0H4 dalam kala III

persalinan normal.

Pemeriksaan kala IV adalah keadaan umum ibu baik,

kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78

kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,6 °C, TFU 2 jari

dibawah pusat, kontraksi uterus baik, tidak ada janin kedua,

pendarahan ± 50 cc. Sehingga diagnosa ibu : Ny. I usia 35 tahun

P5A0H4 2 jam postpartum dalam pemanatauan kala IV.

d. Planning

Adapun persiapan dan asuhan yang dapat dilakukan pada kala

I adalah sebagai berikut : mempersiapkan alat dan obat-obatan untuk

persalinan, memberikan dukungan emosioanal kepada ibu,

mengizinkan suami atau keluarga untuk ikut menemani ibu dalam

proses persalinan, mengajarkan ibu teknik meneran, membantu

mengatur posisi ibu agar lebih nyaman, memberikan ibu minum dan

makan diantara rasa sakit ibu untuk menambah energi dan ibu tidak
325

diehidrasi, melakukan pencegahan infeksi dengan menggunakna alat

pelindun diri saat persalinan. Pemeriksaan pada Ny. I saat kala I

persalinan asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan tepri yang ada,

sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

Menurut Marni (2018), setelah bayi lahir langsung meletakkan

bayi di dada ibunya dan membiarkan bayi untuk menemukan papilla

mammae ibu untuk menyusu sendiri. Inisiasi menyusui dini (IMD)

harus dilakukan langsung saat lahir, bayi tidak boleh dibersihkan

hanya dikeringkan kecali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin

to skin antar ibu dan bayi. Pada By. Ny. I setelah lahir dilakukan IMD

sehinga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Menurut Manuaba (2017), penanganan bayi baru lahir adalah

membersihkan jalan nafas, memotong dan merawat tali pusat,

mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi dan pencegahan

infeksi. Pada Ny. I penangangan bayi baru lahir dilakukan sesuai teori

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Menurut Marni (2018), pada kala III segera setelah plasenta

lahir, masase fundus uteri dengan cara gerakkan tangan dengan arah

memutar searah jarum jam pada fundus uteri hingga uterus

berkontraksi dengan baik selama 15 detik. Pada Ny. I telah dilakukan

masase fundus uteri selama 15 detik dan fundus teraba keras, sehingga

tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.


326

Menurut Sudarti (2019), penanganan bayi baru lahir adalah

memberikan vitamin K untuk mencegah pendarahan, memberikan

salep mata untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit

seksual), perlu diberikan obat mata eritromicin 0,5 % atau tetrasiklin

1%. Pada By. Ny. I sudah diberikan injeksi Neo-K dan salep mata

setelah proses IMD bayi (1 jam setelah lahir). Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek.

C. Nifas

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai

sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil.

Lamanya masa nifas yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin,2017). Menurut

Kepmenkes RI (2018) pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan

Menurut Kepmenkes RI (2018), pelayanan kesehatan ibu nifas adalah

pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari

pasca salin oleh tenaga kesehatan

a. Subjektif

Pada kunjungan I Ny.I mengatakan masih terasa mules dan

nyeri pada luka jahitannya. Menurut teori rasa mules tersebut

merupakan keadaan yang normal hal itu disebut dengan involusi

uterus yaitu keadaan dimana bentuk rahim berubah menjadi ukuran

normal, jika tidak ada kontraksi hal itu bisa mengakibatkan

perdarahan. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktek.
327

Kemenkes RI (2020), pelayanan kesehatan ibu nifas adalah

pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai

42. Kunjungan Nifas I dilakukan 6 jam-2 hari pasca persalinan,

kunjungan II hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setalah persalinan,

kunjungan III hari ke-8 sampai dengan hari ke-28, dan kunjungan

III hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan oleh

tenaga kesehatan. Pada Ny. I kunjungan I dilakukan pada 6 jam

setelah persalinan. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan praktek.

b. Objektif

Menurut teori Elisabeth, 2018 Pada uterus terjadi involusi.

Proses involusi adalah proses kembalinya uterus kedalam keadaan

sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera

setelah plasenta keluar karena kontraksi otot-otot polos uterus.

Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-

kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada

promontorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama

besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dan beratnya kira-

kira 100 gr. Tinggi fundus saat bayi lahir yaitu setinggi pusat, saat

plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 1 minggu setelah lahir TFU

yaitu pertengahan pusat dan simpisis, 2 minggu setelah lahir TFU

yaitu tidak teraba diatas simpisis, 6 minggu setelah lahir TFU

bertambah kecil, 8 minggu setelah lahir Normal. Pada Ny.I di KF 1


328

setelah plasenta Lahir tinggi Fundus Ny.I yaitu 2 jari dibawah

pusat. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktek.

Berikut adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada

wanita pada masa nifas (Vivian, 2017) yaitu Lochea rubra/merah

(cruenta) Lockea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga

masa post partum. Warnanya merah dan mengandung darah dari

perobekan/luka pada plasenta an serabut dari desidua dan chorion.

Lockea ini terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo,

sisa mekonium, dan sisa darah. Lochea sanguinolenta. Lockea ini

berwarna merah kuning berisi darah dan lender karena pengaruh

plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3–5 postpartum.

Lochea serosa. Lockea ini berwarna kekuningan atau kecoklatan,

Muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Lockea ini terdiri atas lebih

sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan

robekan laserasi plasenta. Lochea alba. Lokea ini muncul lebih

dari hari ke-10 postpartum.Warnanya lebih pucat, putih

kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput

lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Pada Ny.I di KF 1 6

jam post partum pengeluarannya berupa Loche Rubra (merah).

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.


329

c. Assasment

Menurut teori Walyani, 2018 analisa atau diagnosa yang

ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif yang

dikumpulkan atau disimpulkan. Pada kunjungan I diagnosa yang

didapat adalah Ny.I usia 35 tahun P5A0H4 6 jam post partum

dengan keadaan umum ibu baik. Sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktek.

d. Planning

Menurut Kepmenkes RI (2018) pelayanan kesehatan ibu

nifas pada KF I adalah Mencegah perdarahan masa nifas oleh

karena atonia uteri, mendeteksi dan perawatan penyebab lain

perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut,

memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara

mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri, pemberian ASI

awal, mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir, menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

D. Bayi Baru Lahir

Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam

presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat

badan 2500- 4000 gram, nilai Apgar 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah,

2012). By. Ny. I lahir pada usia kehamilan 38 minggu 5 hari, berat lahir
330

3200 gram, dengan apgar score 8/9. Sehingga tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan praktek.

a. Subjektif

Menurut (Depkes RI, 2017), pelayanan kesehatan neonatus

adalah pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang diberikan

oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3

kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di

fasilitas kesehatan maupun maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus antara lain : Kunjungan

Neonatal (KN 1) dilakukan kurun waktu 6 sampai 48 jam setelah

lahir, Kunjungan Neoanatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun

waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir, Kunjungan

Neonatal ke-3 (KN3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai

hari ke 28 setelah lahir. Pada By. Ny. I dilakukan KN I pada 6 jam,

Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

b. Objektif

Menurut teori Marni (2018), ciri-ciri bayi lahir normal adalah

sebagai berikut Lahir aterm antara 37-42 minggu, Berat badan 2.500-

4.000 gram, Panjang badan 45-55 cm< Lingkar dada 30-33 cm,

Lingkar kepala 32-36,8 cm, Lingkar lengan 11-12 cm, Frekuensi

denyut jantung 120-160 kali/menit, Pernapasan 40-60 kali/menit,

Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup, Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya


331

telah sempurna, Kuku agak panjang dan lemas, Nilai APGAR > 7,

Gerak aktif, Bayi lahir langsung menangis kuat, Refleks rooting

(mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah

mulut) sudah terbentuk dengan sempurna, Refleks sucking (isap dan

menelan) sudah terbentuk dengan baik, Refleks moro (gerakan

memeluk jika dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, Refleks

grasping (menggenggam) sudah baik dan Genetalia Pada laki-laki

kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan

penis yang berlubang. Pada perempuan kematangan ditandai dengan

vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia mayora dan

labia minora.

Pada By.Ny.I Lahir Post term antara 37-42 minggu, Berat

badan 3.200 gram, Panjang badan 49 cm, Lingkar dada 34 cm,

Lingkar kepala 35 cm, Lingkar lengan 11 cm, Frekuensi denyut

jantung 134 kali/menit, Pernapasan 44 kali/menit, Kulit kemerah-

merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, Rambut

lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna,

Kuku agak panjang dan lemas, Nilai APGAR 8/9, Gerak aktif, Bayi

lahir langsung menangis kuat, Refleks rooting (mencari putting susu

dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah

terbentuk dengan sempurna, Refleks sucking (isap dan menelan)

sudah terbentuk dengan baik, Refleks moro (gerakan memeluk jika

dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, Refleks grasping


332

(menggenggam) sudah baik dan Genetalia vagina dan uretra yang

berlubang, serta adanya labia mayora dan labia minora. Sehingga

tidak terdapatnya kesenjangan antara teori dan praktek.

c. Assasment

Menurut teori Walyani, 2018 analisa atau diagnose yang

ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif yang

dikumpulkan atau disimpulkan. Pada Kunjungan I dapat ditegakkan

diagnosa pada bayi yaitu By.Ny.I umur 6 jam post partum dengan

keadaan umum baik. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan praktek

d. Planning

Menurut Depkes RI 2017 asuhan yang diberikan yaitu: Setelah

bayi lahir, di lakukan pemeriksaan pernafasan, Warna kulit, gerakan

aktif atau tidak, timbang dan ukur panjang badan, lingkar lenggan

dan lingkar dada, pemberian salep mata,vitamin K dan hepatitis B-0.

KN 1 pada By. Ny. I dilakukan pada kurun waktu 6 jam

setelah lahir. Asuhan yang diberikan yaitu: melakukan pemeriksaan

fisik, menjaga kehangatan tubuh bayi, memberitahu perawatan tali

pusat, memberikan ASI Ekslusif, Waktu pemberian ASI,

memberikan salep mata, menyuntikkan Vit-K, menyuntikkan

imunisasi Hepatitis-B.

Pada bayi Ny. I usia 6 jam asuhan yang diberikan pada KN 1

yaitu memandikan bayi, menyuntikkan Vit-K dan imunisasi


333

Hepatitis-B, memberikan konseling kepada ibu untuk menjaga

kehangatan tubuh bayi, melakukan dan memberikan konseling untuk

perawatan tali pusat, memberikan konseling untuk ASI eksklusif dan

teknik menyusui yang benar serta memberitahu ibu tanda bahaya

pada bayi. Asuhan telah sesuai dengan teori. Sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktek.

E. Kontrasepsi

a. Subjektif

Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan, bisa bersifat sementara bisa juga bersifat permanen

(BKKBN, 2019).

Pada kunjungan I Ny. I usia 35 tahun peneliti menjelaskan berbagai

macam KB yang dapat ibu gunakan terutama KB pasca bersalin,

keuntungan dan kerugian dari macam-macam KB, terdapat beberapa

pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan setelah persalian

karena tidak mengganggu proses menyusui yaitu metode amenorea

laktasi,  kontrasepsi mantap, alat kontrasepsi dalam rahim, iud,

suntikan progestin, pil progestin dan kondom. Pada kasus Ny. I

sedang menyusui dan ia menggunakan alat kontrasepsi pil progestin

sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.

b. Objektif

BKKBN (2019) dalam memberikan konseling khususnya bagi

calon akseptor KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam


334

langkah yaitu, (a) Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan

sopan. Berikutnya perhatian sepenuhnya kepada klien dan berbicara

ditempat yang nyaman dan terjaga privasinya. Tanyakan kepada

klein apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat

diperolehnya, (b) Tanyakan kepada klien mengenai informasi

mengenai dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai

pengalaman ber KB, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan

kesehatan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh

klien, (c) Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu

apa pilihan kontrasepsi yang paling mungkin, termasuk pilihan

beberapa jenis kontrasepsi lainnnya. Jelaskan juga mengenai alat

kontrasepsi alternatif lainnya, (d) Bantulah klien menentukan

pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa yang paling sesuai

dengan keadaan dan kebutuhannya. Jika memungkinkan diskusikan

mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya

yakinkan bahwa klien telah membantu suatu keputusan yang tepat,

(e) Jelaskan secara lengkap bagaimana cara menggunakan

kontrasepsi pilihannya. Jika diperlukan, perlihatkan alat atau obat

kontrasepsi. Cek pengetahuan klien tentang pengetahuan kontrasepsi

pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar, (f)

Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk mengetahui keluhan atau

kesulitan yang dirasakan klien setelah menggunakan alat kontrasepsi

pilihannya serta perlu mengingatkan kien untuk kembali apabila


335

terjadi suatu masalah. Pada kasus Ny. I asuhan yang diberikan sudah

sesuai dengan teori yang ada sehingga tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan praktek.

WHO (2018) KB suatu usaha untuk mendapatkan objektif-

objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang diinginkan mengatur internal diantara

kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Ny. I

sedang menyusui dan ia memilih unuk menggunakan alat

kontrasepsi Pil progestin sehingga tidak terjadi kesenjangan antara

teori dan praktek.

c. Asassment

Ny. I usia 35 tahun mengatakan ini sesudah persalinan pada

tanggal 07 Desember 2021 WIB hingga 05 Januari 2022. Sehingga

diagnosa pada kunjungan pertama adalah : Ny. I usia 35 tahun

P5A0H4, dengan calon akseptor KB dengan hasil PP test (negative)

dan keadaan umum ibu baik.

d. Planning

Pada kasus Ny. I telah diberikan penjelasan tentang macam-

macam kb, keuntungan, kerugian serta manfaat Kb. Ini sesuai

dengan teori Nugraha tahun 2016 bahwa asuhan pada kunjungan

pertama pada kb yaitu menjelaskan tentang macam-macam Kb.

Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.

Anda mungkin juga menyukai