Anda di halaman 1dari 20

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan yang

diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang dilaksanakan di

Praktik Mandiri Bidan (PMB) Az-zahwa Kabupaten Muara Enim

Setelah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. “O”

di Praktik Mandiri Bidan (PMB) Az-zahwa Kabupaten Muara Enim tahun 2022

penulis akan membahas tentang ada atau tidak adanya kesenjangan yang terjadi

antara teori dan praktik saat melakukan pengkajian mulai dari kehamilan,

persalinan, masa nifas, dan bayi baru lahir yang diuraikan sebagai berikut:

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Berdasarkan pengumpulan data subjektif pada Ny. “O”, ibu mengatakan ini
adalah kehamilan yang pertama, ibu mengatakan bahwa Hari Pertama Haid
Terakhirnya (HPHT) pada tanggal 04 Juli 2022 yang kemudian dari HPHT dapat
ditentukan taksiran persalinan ibu yaitu pada tanggal 11 April 2022. Pengkajian
pada Ny. “O” ini dilakukan sejak bulan Februari sampai bulan Mei 2022. Hasil
pemeriksaan yang diperoleh Ny. “O” dalam keadaan normal dan tidak ditemui
adanya komplikasi.
Ny.”O” telah melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar yaitu dua

kali pada trimester I, tiga kali pada trimester kedua, dan tiga kali pada trimester

ketiga. Frekuensi pelayanan antenatal oleh Kemenkes ditetapkan 6 kali kunjungan

ibu ibu hamil dalam pelayanan antenatal, selama kehamilan dengan ketentuan 2

kali pada trimester pertama atau K1 , 1 kali pada trimester II, dan 3 kali pada

trimester III (Kemenkes RI, 2020)


Menurut Kemenkes RI (2018), pelayanan kesehatan ibu hamil yang

diberikan harus sesuai dengan standar pelayanan ibu hamil yang terdiri atas 10 T

yang diuraikan sebagai berikut:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Berat badan ibu hamil akan bertambah 6,5 sampai 16,5 selama hamil atau terjadi

kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu (Manuaba, 2018). Penambahan

berat badan pada Ny.”O” selama masa kehamilan adalah 12 kg. Pengukuran

tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya

faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm

meningkatkan risiko untuk terjadinya Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).

Tinggi badan Ny. “O” adalah 162 cm.

b. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk

mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥140/90 mmHg) pada kehamilan

dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan

atau proteinuria). Tekanan darah Ny.”O” saat dilakukan pemeriksaan masih

dalam batas normal yaitu 110/80 mmHg.

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan

di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis (KEK).

KEK disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah

berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu
hamil dengan KEK akan dapat melahirkan BBLR (Permenkes, 2018).

Pemeriksaan LILA pada Ny.”O” ialah 26 cm.

d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kunjungan antenatal bertujuan untuk

mendeteksi apakah pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan usia kehamilan.

Standar pengukuran menggunakan pita ukur setelah kehamilan > 20 minggu.

Bila ditemukan keadaan TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan, bidan dapat

melakukan rujukan atau penanganan gangguan pertumbuhan janin (Kemenkes

RI, 2018).

Pada pengkajian awal tanggal 10 Februari 2022, pada usia kehamilan 31 minggu

4 hari TFU pertengahan antara pusat dan PX (30 cm). Hal ini sudah sesuai

dengan TFU pada usia 32 minggu yaitu TFU pertengahan antara pusat dan PX

(Elisabeth, 2018: 80)

e. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menghitung DJJ digunakan untuk mengukur tingkat kesejahtaraan janin di

dalam kandungan. DJJ pada usia kehamilan 10 minggu menggunakan Doppler

dan pada usia kehamilan 20 minggu menggunakan fetoskop Pinard (Saifuddin,

2018). DJJ normal antara 120-160 kali per menit (Permnkes, 2018). Pemeriksaan

auskultasi didapatkan DJJ (+) dengan frekuensi 144x/menit bersifat kuat dan

teratur pada punggung janin yang teraba disebelah kanan perut ibu.

f. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid

sesuai status imunisasi


Menurut Kemenkes RI (2018), vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak

mempunyai kontra indikasi dalam pemberiannya. Meskipun demikian imunisasi

TT jangan diberikan pada ibu dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT

pada masa lalunya (contoh: kejang, koma, demam >40 0C, nyeri/bengkak

ekstensif di lokasi bekas suntikan). Ibu dengan panas tinggi dan sakit berat dapat

diimunisasi segera setelah sembuh. Pemberian imunisasi pada wanita usia subur

atau ibu hamil harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis

dan status imunisasi TT yang telah diperoleh selama hidupnya. Pemberian

imunisasi TT tidak mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya

terdapat interval minimal antar dosis TT.

Menurut Kemenkes RI (2018), status TT dihitung sejak imunisasi dasar pada

bayi balita dan masa sekolah. TT1 diberikan pada saat imunisasi DPT-HB-Hib 1

ketika berumur 2 bulan, TT2 diberikan pada saat imunisasi DPT-HB-Hib 2

ketika berumur 3 bulan dengan masa perlindungan 3 tahun, TT3 diberikan pada

saat imunisasi DT kelas 1 SD dengan masa perlindungan 5 tahun, TT4 diberikan

pada saat imunisasi Td kelas 2 SD dengan masa perlindungan 10 tahun dan TT5

diberikan imunisasi Td kelas 3 SD dengan masa perlindungan 25 tahun.

Berdasarkan skrining imunisasi pada Ny.”O” ibu saat bayi balita masa sekolah,

dan kehamilan anak pertama ibu selalu mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.

Hal ini berarti status imunisasi Ny.”O” yaitu TT5 dengan masa perlindungan 25

tahun, dan selama kehamilan Ny “O” tetap melakukan imunisasi TT yaitu TT 1:

pada saat awal kehamilan, TT 2 : Imunisasi TT dilakukan setelah 4 minggu TT

pertama.
Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

Menurut Kemenkes RI (2018), tablet besi selama kehamilan sangat penting

karena dapat membantu proses pembentukan sel darah merah sehingga dapat

mencegah terjadinya anemia/penyakit kekurangan darah merah. Tablet besi

deberikan pada ibu hamil sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Tablet

besi mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 mg besi elemental dan

0,25 mg asam folat. Tablet tersebut wajib dikonsumsi oleh ibu hamil sebanyak

10 tablet setiap bulannya untuk mengurangi gejala-gejala sakit saat masa

kehamilan.

Selama pengkajian pada Ny.”O” diketahui bahwa Ny.”O” telah mendapatkan

tablet Fe sebanyak 90 tablet yang diberikan 18 tablet setiap kali ibu melakukan

ANC di Praktik Mandiri Bidan (PMB Az-zahwa Kabupaten Muara Enim dan

telah dikonsumsi 90 tablet. Tablet Fe yang diberikan yaitu Vitonal F yang

mengandung Fe 91 mg Ferrous Fumaret dan 400 Folic Acid. Kandungan Fe dan

asam folat pada Vitonal F telah mencukupi kebutuhan minimal Fe dan asam

folat pada ibu hamil yaitu 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.

g. Pelayanan tes laboratorium

Menurut Kemenkes RI (2018), pemeriksaan laboratorium rutin meliputi

golongan darah, hemoglobin, protein urin, dan gula darah puasa. Pemeriksaan

khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko seperti

pemeriksaan Hepatitis B, HIV, Sifilis, Malaria, Tuberkulosis, dan Thalasemia.

Tes laboratorium rutin yang dilakukan hanya pemeriksaan protein urine, glukosa

urine dan hemoglobin, dimana pemeriksaan hemoglobin dilakukan minimal


sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan

laboratorium baik pemeriksaan darah atau urine tidak dilakukan di Praktik

Mandiri Bidan (PMB) Az-zahwa Kabupaten Muara Enim. Menurut teori

Saifuddin (2018), kadar Hb ibu normal TM 1 :11,0 gr/dl , TM 2 : 10,5 gr/dl, TM

3 : 11,0 gr/dl. Berdasarkan hasil pemeriksaan Ny. “O” yang dilakukan di PMB

Az-zahwa Muara Enim, didapat kadar hemoglobin ibu 13 gr/dl.

h. Tatalaksana kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani

sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang

tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan (Permenkes, 2018).

Pada kasus ini, Ny. “O” tidak ditemukan masalah lain yang perlu dirujuk karena

ibu sudah selalu mendapatkan KIE tentang kesehatan ibu dengan beristirahat

yang cukup sekitar 7-8 jam perhari dan tidak bekerja yang berat, asupan

makanan yang cukup dengan pola gizi seimbang untuk proses tumbuh kembang

janin, perilaku hidup bersih dan sehat dan tanda-tanda bahaya selama kehamilan

i. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,

termasuk keluarga berencana)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami/keluarga

dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan,

persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi


seimbang, IMD dan ASI Eksklusif, KB pascasalin, dan lain sebagainya

(Permenkes, 2018).

Pada asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. “O”, telah ditegakkan diagnosa

yaitu G1P0A0 35 minggu 1 hari, janin tunggal hidup, preskep. Penatalaksanaan

yang dilakukan adalah memberitahu hasil pemeriksaan, KIE sering BAK di usia

kehamilan TM III, memberikan tablet fe, mengingatkan tetap menjaga asupan

gizi seimbang , mengingatkan tetap menjaga pola istirahat yang cukup,

mengingatkan ibu untuk olahraga ringan agar proses persalinan lancar,

memberitahu untuk menyiapkan perlengkapan persalinan, kendaraan, dan donor

darah, menjelaskan tentang tanda bahaya dalam kehamilan, menjelaskan tentang

tanda-tanda persalinan, menganjurkan melakukan kunjungan ulang 1 minggu

lagi atau apabila ada keluhan, melakukan pendokumentasian dengan metode

SOAP.

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny. “O”

selama kehamilan di Praktik Mandiri Bidan (PMB) Az-zahwa Kabupaten Muara

Enim, berdasarkan pelayanan 10 T penulis tidak menemukan adanya kesenjangan

antara teori dan praktik.


B. Persalinan.

1. Kala I

Berdasarkan data subjektif pada kala I didapatkan hasil tanggal 15 April

2022 pukul 21.00 WIB, Ny. “O” datang ke Praktik Mandiri Bidan (PMB) Az-

zahwa Kabupaten Muara Enim mengatakan hamil 9 bulan anak ke-1 dengan

keluhan sakit perut yang menjalar dari pinggang ke perut bagian bawah sejak

pukul 14.00 WIB.

Menurut Indrayani (2018) tanda-tanda masuk dalam persalinan adalah

nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan, sifat his teratur,

interval makin pendek, dan kekuatan makin besar; terjadi perubahan pada serviks;

pengeluaran lendir dan darah; pengeluaran cairan. Hal ini menunjukkan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

Berdasarkan data objektif pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik

didapatkan ibu dan janin dalam keadaan baik, tanda-tanda vital ibu dalam keadaan

normal, His 3x10’35”, DJJ 148 x/menit, hasil pemeriksaan dalam portio tipis,

pendataran 40%, pembukaan 4 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, penunjuk

UUK kanan depan, dan penurunan kepala di bidang Hodge II-III. Kemudian

dilakukan pemeriksaan palpasi TFU pertengahan pusat-px (McD: 32 cm), sudah

masuk PAP 3/5. Melakukan observasi pada lembar partograf. pada pukul 21.30

wib dilakukan pemeriksaan dalam kembali pembukaan 8 cm.


Menurut Saifuddin (2018), pencatatan pada partograf dimulai dari fase

aktif ketika pembukaan serviks 4 cm. Menilai dan mencatat DJJ, kontraksi, nadi

setiap 30 menit (lebih sering jika terjadi kontraksi); Nilai dan catat tekanan darah

setiap 4 jam (lebih sering jika diduga ada penyulit). Nilai kemajuan persalinan

setiap 4 jam atau jika terdapat indikasi. Hal ini menunjukkan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

Menurut Manuaba (2018), lamanya kala I untuk primigravida berlangsung

± 12 jam, sedangkan pada multigravida berlangsung ± 8 jam. Pada Ny. “O” lama

kala I berlangsung selama 12 jam dihitung dari pembukaan satu sampai

pembukaan lengkap. Dalam hal ini, tidak menunjukkan adanya kesenjangan

antara teori dan praktik.

2. Kala II

Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap

sampai bayi lahir.

Berdasarkan data subjektif, tanggal 16 April 2022 pukul 05:50 WIB, ibu

mengatakan mules semakin sering dan lama, ada rasa ingin meneran, ada tekanan

pada anus. Data objektif diperoleh hasil pemeriksaan terdapat tanda dan gejala

kala II yaitu adanya dorongan untuk meneran, his semakin sering yang teratur,

adanya pengeluaran lendir yang bercampur dengan darah, dorongan untuk

meneran, vulva membuka, dan perineum menonjol. Tanda dan gejala kala II pada

Ny. “O” sesuai dengan teori yaitu adanya pengeluaran lendir yang bercampur

dengan darah, dorongan untuk meneran, vulva membuka, dan perineum menonjol

(Indrayani, 2018 : 45).


Pemeriksaan dalam didapatkan hasil portio tidak teraba, pendataran 100%,

pembukaan lengkap, ketuban (+), presentasi kepala, penunjuk UUK kanan depan,

dan penurunan Hodge III-IV, his 5x10’50” dan DJJ 142 x/menit.

Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang telah dikumpulkan,

diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan adalah Ny.”O” G1P0A0 40 minggu 3

hari inpartu kala II.

Penatalaksanakan memberikan dukungan dan semangat,, menganjurkan

suami menyeka keringat ibu, memberi minum, menganjurkan untuk memilih

posisi dalam persalinan seperti semi duduk, duduk, jongkok, miring kiri/kanan

(Ibu memilih posisi semi duduk), mengajarkan cara meneran yang benar,

menganjurkan meneran jika ada kontraksi dan menganjurkan istirahat apabila

tidak ada rasa kontraksi, memimpin ibu meneran, setelah kepala nampak di vulva

melahirkan kepala, bahu, dan menelusuri badan sampai ke kaki.

Pada pukul 06.00 WIB bayi lahir spontan dengan APGAR skor 8/9, jenis

kelamin perempuan, berat badan 3200 gram, dan panjang badan 52 cm. Kemudian

dilakukan IMD dengan meletakkan bayi di antara payudara selama kurang lebih 1

jam.

Pada kala II, terjadi kesenjangan antara teori dan praktik dikarenakan pada

saat melakukan pertolongan persalinan, langkah APN nomor tiga dari 60 langkah

APN yaitu penggunaan alat pelindung diri (APD) yang dipakai tidak lengkap

seperti penutup kepala, kacamata, dan masker. Sedangkan menurut JNPK-KR

(2018) APD yang digunakan untuk melakukan pertolongan persalinan yaitu

penutup kepala, kacamata, celemek, dan sepatu boot.


3. Kala III

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah

kala II berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-

10 menit (Manuaba, 2018).

Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta. Pada vulva

terdapat tali pusat, dan pada vagina pengeluaran darah tidak aktif, dan dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda lepasnya plasenta, melakukan

Manajemen Aktif Kala III, suntik oksitosin 10 UI, melakukan penegangan tali

pusat terkendali, melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan

dorsokranial pada fundus uteri (indrayani 2018)

Pada pukul 06.05 WIB, terdapat tali pusat pada vulva, dan pada vagina

pengeluaran darah tidak aktif, serta tanda-tanda lepasnya plasenta hal ini sesuai

dengan teori lepasnya plasenta.

Kemudian dilakukan manajemen aktif kala III yang meliputi penyuntikkan

oksitosin 10 IU dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, melakukan penegangan

tali pusat terkendali, melahirkan plasenta dilakukan dengan gerakan dorsokranial,

membantu lahirnya plasenta dengan memilin plasenta searah jarum jam, massase

fundus uteri, dan memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik, mengecek

kelengkapan selaput dan kotiledon plasenta, serta mengevaluasi apakah ada


laserasi jalan lahir. Plasenta lahir lengkap pukul 06.10 WIB, Dalam kasus Ny.

“O”, plasenta lahir 10 menit setelah bayi lahir.

Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik karena

manajemen aktif kala III dilakukan sesuai dengan teori yaitu langkah pertama,

dilakukan penyuntikan oksitosin 10 IU, melakukan penegangan tali pusat, dan

massase uterus (indrayani 2018).

Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang telah dikumpulkan,

diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan adalah Kala III. Penatalaksanaan yang

dilakukan sesuai dengan Manajemen Aktif Kala III (MAK III) yang termasuk

dalam 60 langkah APN.

4. Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Menurut Manuaba (2018),

observasi dilakukan meliputi : tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital

yaitu tekanan darah, nadi, dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan,

perdarahan masih dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

Pada pukul 06.15 WIB, ibu merasa lelah dan perutnya masih terasa mules

dan bahagia atas kelahiran bayinya. Pemeriksaan objektif didapatkan tanda-tanda

vital dalam keadaan normal, jumlah darah keluar kurang lebih 150 cc,

pemeriksaan TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik dengan uterus teraba

keras.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah memberitahukan pada ibu bahwa

persalinan sudah selesai, keadaan ibu dan bayinya dalam keadaan baik, kemudian
memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam, uterus teraba keras, tetap membiarkan bayi melakukan kontak kulit

ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam, mengajarkan ibu atau keluarga cara

melakukan masase uterus dan menilai kontraksi, mengevaluasi dan estimasi

jumlah kehilangan darah, memeriksa nadi dan kandung kemih ibu setiap 15 menit

sekali pada 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua

pasca persalinan, memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernapas dengan baik serta suhu tubuh normal, menempatkan semua peralatan

bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (selama 10 menit),

buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai, bersihkan

ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan

darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih, pastikan ibu merasa nyaman,

bantu ibu mengatur posisi untuk menyusui bayinya dan anjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan, membersihkan tempat

bersalin dengan larutan klorin 0,5 %, celupkan sarung tangan kotor ke dalam

larutan klorin 0,5 %. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat sampai yang

sesuai, cuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir, melengkapi

partograf.

C. Neonatus

Pada tanggal 16 April 2022, pukul 06.00 WIB bayi lahir spontan menangis

kuat, kulit kemerahan, gerakan aktif, berjenis kelamin perempuan. Keadaan

Umum bayi baik, TTV dalam batas normal APGAR score 8/9. Pada pemeriksaan
antropometri, didapat bahwa bayi lahir pukul 06.00 WIB, berat lahir 3200 gram,

panjang lahir 52 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 35 cm, lingkar perut 34

dan lingkar lengan atas 10,5 cm.

Menurut Mochtar (2018) penilaian keadaan umum bayi dinilai satu menit

setelah lahir dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk menilai

apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Adapun penilaian meliputi frekuensi

jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory efoort), tonus otot (muscle tone),

warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsangan (respon to stimuli). Setiap

penilaian diberi angka 0, 1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah

bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai

Apgar 4-6), atau bayi menderita asfiksia berat (nilai Apgar 0-3).

Menurut Elisabeth 2018 ciri-ciri bayi lahir normal yaitu berat badan 2500-

4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35

cm, frekuensi jantung 120-160 x/menit, pernafasan ± 40-60 kali/menit, kulit

kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup, rambut lanugo tidak

terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas,

genitalia: perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, laki-laki testis

sudah turun, skrotum sudah ada, refleks hisap dan menelan sudah terbentuk

dengan baik, reflek morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik, refleks

graps atau menggenggam sudah baik, eliminasi baik, mekonium akan keluar

dalam 24 jam pertama, meconium berwarna hitam kecoklatan. Dalam hal ini,

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.


Asuhan yang diberikan setelah lahir bayi yaitu segera dikeringkan dengan

menggunakan handuk bersih dan membersihkan jalan napas. Tali pusat dipotong

dan diikat serta dibungkus menggunakan kassa steril tanpa diberikan apapun.

Selanjutnya bayi diletakkan di atas dada ibu untuk dilakukan IMD dengan kulit

bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu. Vitamin K (Neo K 0,5 cc)

disuntikkan secara intramuscular (IM) pada anterolateral paha kiri, diberikan

salep mata sebagai profilaktif yaitu salep chlorampenicol dan imunisasi Heaptitis

B 0,5 ml di anterolateral paha kanan.

Bayi diberikan salep mata dan vitamin K setelah IMD. Salep mata

diberikan pada mata kanan dan kiri bayi untuk pencegahan infeksi mata.

Sedangkan vitamin K diinjeksikan secara IM di ⅓ paha kiri bayi dengan dosis 1

mg untuk mencegah perdarahan (JNPK-R 2012). Dalam hal ini, tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.

Kunjungan bayi pertama dilakukan 1 hari setelah lahir pada tanggal 16

April 2022 pukul 16.00.00 WIB, didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal

yaitu HR: 139 x/m, RR: 43x/m, T: 36,70C, BB: 3200 gram, PB: 52 cm, LK : 33

cm, LD : 35 cm, LP : 36 cm dan Lila: 10,5 cm. Tali pusat tidak ada perdarahan,

dan tidak ada tanda infeksi, kulit tidak ikterus, menyusui lancar. Penyusunan

rencana asuhan yaitu penjelasan hasil pemeriksaan, memandikan bayi, pemberian

colostrum, perawatan tali pusat, dan tanda-tanda bahaya pada bayi.

Kunjungan bayi kedua dilakukan saat umur bayi 5 hari pada tanggal 20

April 2022 pukul 10.00 WIB, didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal

yaitu HR: 144 x/m, RR: 42x/m, T: 36,80C, BB: 3200 gram, PB: 52 cm, LK: 33
cm, LD: 35 cm, LP: 34 cm dan LilA: 10.5 cm. Tali pusat belum lepas, tidak ada

tanda infeksi, kulit tidak ikterus, menyusui lancar. Penyusunan rencana asuhan

yaitu penjelasan hasil pemeriksaan, ASI eksklusif, personal hygiene, menjemur

bayi agar tidak ikterus, rutin membawa bayi ke posyandu, KIE Imunisasi, dan

tanda-tanda bahaya pada bayi.

Kunjungan bayi ketiga dilakukan saat umur bayi 25 hari pada tanggal 10

Mei 2022 pukul 13.00 WIB, didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal

yaitu HR: 140 x/m, RR: 44x/m, T: 36,80C, BB: 3400 gram, PB: 53 cm, LK: 34

cm, LD: 36 cm, LP: 35 cm dan LilA: 11 cm. Tali pusat sudah lepas, tidak ada

tanda infeksi, kulit tidak ikterus, menyusui lancar. Penyusunan rencana asuhan

yaitu penjelasan hasil pemeriksaan, ASI eksklusif, personal hygiene, rutin

membawa bayi ke posyandu, KIE Imunisasi, dan tanda-tanda bahaya pada bayi.

Menurut Kemenkes RI (2018), jadwal kunjungan neonatal yang

dilaksanakan saat ini yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari, dan umur 8-28

hari. Asuhan kebidanan pada neonatus Ny. “O” dilakukan dengan kunjungan

sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 16 April 2022 (1 hari) dan tanggal 20 April

2022 (5 hari) dan tanggal 10 mei 2022 (25 hari).

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada masa

neonatus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

D. Masa Nifas
Dalam melaksanakan asuhan secara komprehensif pada Ny. “O” pada

masa nifasnya dilakukan dengan baik, dan telah dilakukan kunjungan sebanyak 3

kali. Menurut Kemenkes RI (2018), frekuensi kunjungan masa nifas yaitu 6 jam-3

hari setelah persalinan, 4 hari-28 hari setelah persalinan, 29 hari sampai 42 hari

setelah persalinan.

Pada kunjungan ke-1 (6 jam postpartum) dari data subjektif dilakukan

pengkajian pada Ny. “O” mengeluh masih mules pada bagian perut. Dari data

objektif yang dikaji melalui pemeriksaan fisik secara umum didapatkan hasil

pemeriksaan dengan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD 110/70

mmHg, RR 20x/menit, Pulse 82x/menit, Temp 36,5°C dan pemeriksaan khusus

didapatkan hasil TFU 2 jari bawah pusat, konsistensi keras, sub involusio baik,

lochea rubra.

Penatalaksanaan ibu pada kunjungan ke-1 dilakukan pemeriksaan keadaan

umum, vital sign, estimasi perdarahan, kontraksi uterus, TFU, serta menganjurkan

ibu untuk makan dan minum, mobilisasi dini (seperti berjalan-jalan) dan

menganjurkan pemberian ASI pada bayi, menjaga bayi agar tetap hangat. Dalam

teori pengawasan 6 jam post partum yakni mencegah perdarahan masa nifas,

pemberian ASI, melakukan hubungan antara ibu dan bayi, menjaga bayi agar tetap

sehat.

Menurut Kemenkes RI (2018), kunjungan nifas pertama dilakukan pada 6–

3 hari postpartum. Menurut Mochtar (2018), TFU setelah plasenta lahir adalah 2

jari di bawah pusat. Menurut Asih (2017), lokia rubra muncul pada hari pertama
sampai hari ketiga postpartum. Dalam hal ini tidak menunjukkan adanya

kesenjangan antara teori dengan praktik lapangan.

Kunjungan nifas kedua dilakukan saat postpartum 5 hari pada tanggal 20

April 2022 pukul 10.00 WIB. Pada kunjungan ke-2 (5 hari post partum) dari data

subjektif dilakukan pengkajian pada Ny.”O” mengatakan pengeluaran ASI-nya

lancar, tali pusat bayinya belum lepas, ibu mengatakan bahwa dirinya sehat, tidak

ada keluhan. Dari data objektif yang dikaji melalui pemeriksaan fisik secara

umum didapatkan hasil pemeriksaan dengan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, TD 120/80 mmHg, RR 24x/menit, Pulse 82x/menit, Temp 36,5°C

dan pemeriksaan khusus didapatkan hasil Tinggi fundus uteri pertengahan pusat

simfisis, konsistensi keras, sub involusio baik, lochea sanguinolenta warna merah

kuning.

Penatalaksanaan yang diberikan pada kunjungan ke-2 (5 hari post partum)

adalah memeriksa, lochea, TFU, pemantauan demam pada ibu nifas, dan

pemeriksaan sub involusio, menjelaskan pola gizi seimbang, pola istirahat yang

cukup. Dalam teori pengawasan 5 hari post menurut Kemenkes RI (2018),

kunjungan nifas kedua dilakukan pada 4 hari-28 hari postpartum tujuan

kunjungan nifas kedua adalah memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, perdarahan normal dan tidak berbau;

menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan kelainan postpartum;

memastikan ibu cukup makan, cairan, dan istrirahat, memastikan ibu menyusui

dengan baik, memberikan KIE mengenai asuhan bayi.


Kunjungan nifas ketiga dilakukan saat postpartum 25 hari pada tanggal 10

Mei 2022 pukul 13.00 WIB. Pada kunjungan ke-3 (25 hari post partum) dari data

subjektif dilakukan pengkajian pada Ny.”O” mengatakan pengeluaran ASI-nya

lancar, tali pusat bayinya sudah lepas, ibu mengatakan bahwa dirinya sehat, tidak

ada keluhan. Dari data objektif yang dikaji melalui pemeriksaan fisik secara

umum didapatkan hasil pemeriksaan dengan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, TD 120/80 mmHg, RR 24x/menit, Pulse 80x/menit, Temp 36,7°C

dan pemeriksaan khusus didapatkan hasil Tinggi fundus uteri pertengahan pusat

simfisis, konsistensi keras, sub involusio baik, lochea alba warna putih.

Penatalaksanaan yang diberikan pada kunjungan ke-3 (25 hari post partum) adalah

memeriksa lochea, TFU, pemeriksaan payudara, menjelaskan tentang perawatan

payudara, menjelaskan pola gizi seimbang, konseling KB.

Dalam hal ini sesuai antara teori dengan praktek.

Hasil pemeriksaan diatas telah sesuai dengan teori bahwa:

a. Proses involusio uteri normalnya pada minggu pertama adalah setinggi 2-3

jari diatas sympisis atau pertengahan pusat sympisis, setelah 14 hari hampir

tidak teraba diatas sympisis, setelah 42 hari sudah normal seperti sebelum

hamil (Manuaba, 2018).

b. Menurut Asih (2018), lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum

uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea rubra (cruenta) berlangsung

selama 2 hari pascapersalinan, lochea sanguinolenta pada hari ke 3-7

pascapersalinan, lochea serosa pada hari ke 7-14 pascapersalinan, dan

lochea alba setelah 2 minggu.


Ada beberapa kebutuhan dasar nifas salah satunya pemberian 1 kapsul Vitamin A

200.000 IU segera setelah persalinan, dan 1 kapsul Vitamin A 200.000 IU

diberikan setelah 24 jam persalinan. Kandungan vitamin A yaitu meningkatkan

kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (ASI), bayi lebih kebal dan jarang kena

penyakit infeksi, kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan.

dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas, penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan yaitu Ny.”O” telah

diberikan kapsul Vitamin A 200.000 IU segera setelah persalinan dan 24 jam

setelah persalinan.

Anda mungkin juga menyukai