Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ISU YANG TERJADI DALAM MASALAH KOMUNIKASI

ANTARA BIDAN DENGAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA

Dosen : Ibu Dr.Fitriani Nur Damayanti, S.ST, M.HKes

Di Susun oleh :
Kelompok 3

Annisa Nur Fitri G2E222040


Ayu Indah Setiawati G2E222039
Astri Lusmiati G2E222037
Fitriyanti G2E222042
Fitri Permatasari G2E222019
Helsi Surasi G2E222045
Inca Tiara G2E222038
Ine Nur Rahmawati G2E222041
Norjaidah G2E222050
Nurul Dwi Linda Lestari G2E222047
Nuzulul Salisu Hartanti G2E222027
Najmiyyah Mizaniyyah G2E222048
R.Trisna Dharmayanti G2E222044
Silfia Nur Laeli G2E222043
Siti Umi Ustadzah G2E222012
Seri Supeni G2E222051
Wilda Kurnia Asri G2E222030

PROGRAM STRATA SATU (S1) KEBIDANAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat dan
KaruniaNya kami masih diberikan kesempatan untuk bekerjasama dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah Komunikasi Efektif dalam Praktek Kebidanan. Salawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya dan kita
selaku umatnya.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Ibu Dr.Fitriani Nur
Damayanti, S.ST, M.HKes dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini

Tujuan pembuatan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi
Efektif dalam Praktek Kebidanan. Pembuatan tugas ini telah dilaksanakan secara sungguh-
sungguh, namun karena keterbatasan kemampuan serta pengetahuan, maka masih terdapat
kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, sumbangan saran dan kritikan para pembaca
akan sangat berguna bagi penyempurnaan kegiatan selanjutnya.

Akhir kata, semoga dari sekian banyak yang tidak berguna, ada setitik pengalaman
yang dapat dituangkan dalam pembelajaran. Semoga Allah SWT senantiasa membuka jalan
dan nikmat kepada kita semua. Aamiin.

Semarang, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Bidan Dengan Tenaga Kesehatan Lainnya.....................................3
2.2 Pengertian Issu Dan Etik Dalam Pelayanan Kebidanan...................................8
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Analisa, Pencegahan Dan Penanganan Kasus…………………….11
3.2 Contoh Analisa, Pencegahan Dan Penanganan Kasus………………………..11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................13
3.2 Saran.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain
mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat  bidan
juga harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam
memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan. 
Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang beretika. Hal
ini tentu akan sangat menguntungkan baik bidan yang mempunyai etika yang baik
karena akan mudah mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga
akan percaya pada bidan. Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama
diberbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi
pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses yang
menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan
keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan pelayanan kepada ibu
sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan
intensif pada neonatal, dan postpartum serta mempersiapkan ibu untuk pilihannya
meliputi persalinan di rumah, kelahiran seksio sesaria, dan sebagainya. Bidan sebagai
pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan akuntibilitas serta
aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus
menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based ( Fakta yang ada)
sehingga berbagai dimensi etik dan bagaimna kedekatan tentang etika merupakan hal
yang penting untuk digali dan dipahami. Dari uraian di atas makalah ini akan 
membahas “Menjalin Kerjasama Dengan Tenaga Kesehatan Dalam Memberikan
Pelayanan Kebidanan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hubungan dengan sesame profesi ?
2. Apa yang dimaksud dengan kesadaran dari adanya dimensi etis dan berprofesi ?
3. Apa yang dimaksud dengan hubungan dengan profesi ?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui hubungan dengan sesama profesi
2. Untuk mengetahui kesadaran dari adanya dimensi etis dan berprofesi
3.  Untuk mengetahui  hubungan dengan profesi lain.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hubungan Bidan Dengan Tenaga Kesehatan Lainnya


Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi dan bisa saling bertukar pikiran dalam
menjalankan tugas. Bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati
terhadap tenaga Kesehatan lainnya.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
(Nursalam, 2007)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dapat berlangsung manakala
individu-individu yang bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan memiliki
kesadaran untuk bekerja sama guna mencapai kepentingan mereka tersebut.
Pelayanan kebidanan merupakan pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai
kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan  ibu dan
anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualiats,bahagia,dan sejahtera.
Dalam sistem pelayanan kesehatan kerjasama merupakan kolaborasi dimana
kolaborasi merupakan hubungan saling berbagai tanggung jawab  atau kerja sama 
dengan rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada
pasien .Dalam praktiknya, kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis
pasien serta  bekerjasama dalam penatalaksanaan dan pemberian asuhan.
Masing – masing tenaga kesehatan dapat saling berkonsultasi dengan tatap muka
langsung atau melalui alat komunikasi  lainnya dan tidak perlu hadir ketika tindakan
dilakukan. Petugas kesehatan  yang ditugaskan menangani pasien bertanggung jawab
terhadap keseluruhan penatalaksanaan asuhan.
Dalam praktik pelayanan kebidanan, layanan kolaborasi adalah asuhan
kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama semua
pemberi pelayanan yang terlibat. Misalnya: bidan, dokter, dan atau tenaga kesehatan
profesional lainnya. Bidan merupakan anggota tim. Bidan meyakini bahwa dalam
memberi asuhan harus tetap menjaga, mendukung, dan menghargai proses fisiologis
3
manusia. Intervensi dan penggunaan teknologi dalam asuhan hanya atas indikasi.
Rujukan yang efektif dilakukan untuk menjamin kesejahteraan ibu dan bayinya. Bidan
adalah praktisi yang mandiri. Bidan bekerja sama mengembangkan kemitraan dengan
anggota dan kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan
kolaborasi, konsultasi, dan perujukan sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan, dan
kemampuannya.
Kunci efektifitas kolaborasi :
1)      Kerjasama : menghargai pendapat orang lain bersedia untuk memeriksa beberapa
alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan
2)      Asertifitas : saling mendukung dengan keyakinan masing – masing
3)      Tanggung jawab : saling mendukung keputusan yang diperoleh dari hasil yang
dilaksanakan
4)      Komunikasi : setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi
penting mengenai isu yang terkait.
5)      Otonomi : Kemadirian anggota tim dalam batas kompetensinya
6)      Koordinasi : efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien
7)      Polegalitas : saling menghargai
8)      Konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana individu mengartikannya
sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi proses dinamis antara orang orang
yang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap
anggota
9)      Kepercayaan : konsep untuk semua elemen kolaborasi

Elemen kolaborasi mencakup :


a. Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda ,yang dapat
bekrja sama secara timbal balik dengan baik.
b. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerja sama.
c. Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi
pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam
menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan
terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan
kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial
dengan orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini

4
menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai
bagian dari sistem sosial.
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak
yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok.
Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar
individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai
salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada
unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan Rumah Sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan
konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu
yang bekerja di Rumah Sakit , komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai
modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin termasuk keperawatan,
unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran
dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi
menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga
maupun masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi
pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi
antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut. Kerjasama dalam pelayanan
kebidanan meliputi: dokter, farmasi, perawat, gizi, tenaga laboratorium.
Setiap profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien
namun tetap memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan kesehatan yang
prima, hanya pelaksanaanya saja yang berbeda disesuaikan dengan profesi masing-
masing. Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi di tuntut untuk mempertahankan
kode etik profesi masing-masing. Kelancaran masing-masing profesi tergantung dari
ketaatanya dalam menjalankan dan mempertahankan kode etik profesinya.
Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan
dapat terjalin dengan baik, walaupun pada pelaksanaanya sering juga terjadi konflik-
konflik etis. Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi dapat berjalan
secara harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal. kerjasama dalam
pelayanan kesehatan terwujud, semua jenis profesi harus mempunyai keinginan untuk

5
berkolaborasi. Ketergantungan antara profesi tetap ada asalkan sesuai dengan aturan
yang ada.

Kolaborasi didasarkan pada      :


1. Konsep tujuan umum
2. Kontribusi praktisi profesional
3. Kolegalitas
4. Komunikasi
5. Praktek yang di fokuskan kepada pasien
Kolegasi menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional
untuk masalah-masalah dalam tim dari pada menyalahkan seseorang atau
menghindari tanggung jawab.
Agar kolaborasi dapat berjalan dengan baik dan pelayanan kesehatan
masyarakat dapat menigkat perlu adanya komunikasi yang baik antara sesama tenaga
kesehatan, rasa saling percaya dengan profesi tenaga kesehatan lainnya, menghargai
profesi lain dalam pengambilan keputusan bersama (dalam kolaborasi). Tidak ada
kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa di atas yang lainya. Masing-masing
profesi memiliki profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat
menjadi kekuatan untuk mencapai tujua yang diharapkan.
Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya
pelayanan pasien yang berkualitas.

1. Menjalin kerjasama dalam pelayanan kebidanan yang ditinjau dari segi


hubungan dengan profesi dokter.
secara operasional, definisi “Dokter” adalah seorang tenaga kesehatan (dokter)
yang menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk
menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis
penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat
mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinabung, dan dalam koordinasi serta
kolaborasi dengan profesional kesehatan lainya, dengan menggunakan  prinsip
pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab
profesional, hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah
sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperoleh selama pendidikan
kedokteran. Perasaaan saling tergantung (interdependensi) untuk kerja sama dan
6
bekerja sama. Bekerja bersama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi
kolaborasi yang baik.
Bidan harus menghormati kewenangan profesi lain seperti profesi dokter dan
bidan hanya boleh melakukan sebatas kewenangan bidan tidak boleh mengambil
kewenangan profesi lain.
Contoh kerjasama dalam pelayanan kebidanan dengan dokter yaitu      :
a. Bidan harus melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan jika
ada ibu hamil yang patofisiologis seperti : preeklamsia, DM, jantung dll.
b. Bidan harus melakukan rujukan ke dokter spesialis kandungan jika ada ibu
bersalin dengan patofisiologi seperti : letak sungsang, distosia bahu.
c. Bidan harus melakukan rujukan ke dokter spesialis anak jika ada balita sakit
seperti diare, anemia dll.

2. Menjalin kerjasama dalam pelayanan kebidanan yang ditinjau dari Segi


hubungan dengan profesi farmasi
Farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-
kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan,
peracikan, dan distribusi obat.
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.
Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut proses produksi, proses penyaluran
dan proses pelayanan dari Sediaan Farmasi yang tidak boleh diketahui oleh
umum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bidan harus menghormati kewenangan profesi lain seperti profesi farmasi
dalam pembuatan dan peracikan obat dan bidan hanya boleh melakukan
sebatas kewenangan bidan tidak boleh mengambil kewenangan profesi lain.
Contoh kerjasama dalam pelayanan kebidanan dengan farmasi yaitu     :
a. Dalam pelayanan kebidanan, bidan hanya dapat melakukan diaognosa
pada ibu, bayi sakit.

7
b. Dalam memberikan resep obat ibu dapat membeli obat keapotek. Bidan
dapat berkolaborasi dengan bagian farmasi untuk memberikan obat di
klinik.

3. Menjalin kerjasama dalam pelayanan kebidanan yang ditinjau dari Segi


hubungan dengan profesi Perawat
Menurut Kusnanto (2006) perawat adalah seseorang (seorang
profesionalisme) yang mempunyai kemampuan, tanggungjawab dan
kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan pada berbagai
jenjang pelayanan keperawatan.
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional / ners
melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga
kesehatan lain dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk praktik keperawatan individu dan berkelompok.
Sementara praktik keperawatan profesional adalah tindakan mandiri
perawat professional dengan menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap
dan kokoh mencakup ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan dan
menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan dalam melakukan
asuhan keperawatan. .
Praktek keperawatan dilakukan berdasarkan pada kesepakan antara perawat
dan pasien dalam upaya untuk pencegahan penyakit, pemelihara kesehatan,
kuratif, dan pemulihan/ perawatan kesehatan.
Bidan harus menghormati kewenangan profesi lain seperti profesi perawat
dan bidan hanya boleh melakukan sebatas kewenangan bidan tidak boleh
mengambil kewenangan profesi lain.
Contoh kerjasama dalam pelayanan kebidanan dengan perawat yaitu           :
a. Bidan tidak boleh melakukan perawatan luka pada orang sakit hal tersebut
dapat bidan lakukan kolaborasi dengan perawat.
b. Bidan tidak dapat melakukan perawatan orang sakit umum, hal tersebut
dapat diberikan pada perawat karena hal tersebu merupakan kewenangan
perawat.

2.2 Pengertian Isu Dan Etik Dalam Pelayanan Kebidanan


8
Isu merupakan suatu masalah yang berkembang dilingkungan masyarakat
yang belum dapat dipastikan kebenarannya dan membutuhkan suatu pembuktian.
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
penilaiannya baik atau buruk (Jones;1994)
Isue etik adalah topik yang cukup penting untuk dibicarakan sehingga
mayoritas individu akan mengeluarkan opini terhadap masalah tersebut sesuai dengan
asas ataupun nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai benar salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Contoh kasus issu etik yaitu 
1. disuatu desa di sebuah BPS, suatu hari ada seorang ibu hamil berusia 35 tahun
dengan usia kehamilan12 minggu keadaannya sudah lemah. Bidan menanyakan
kepada keluarga pasien apa yang terjadi pada pasien. Dari suami pasien menjawab
Ketika dirumah, pasien jatuh dan terjadi perdarahan hebat. Setelah itu bidan
memberikan pertolongan, dengan memberikan infus kepada pasien tersebut. Bidan
menjelaskan pada keluarga, agar istrinya dibawa ke RS untuk dilakukan curettage,
tetapi keluarga pasien menolaksaran bidan tersebut, dan meminta bidan yang
melakukan curettage, kemudian bidan tersebut melakukan curettage. Selang waktu
2 hari pasien mengalami perdarahan lagi kemudian keluarga merujuk ke RS.
Dokter menanyakan kepada suami pasien apa yang sebenarnya terjadi, kemudian
keluarga pasien menjelaskan bahwa 3 hari yang lalu istrinya mengalami
keguguran dan dicurretage bidan didesanya. Dokter mendatangi bidan tersebut,
maka terjadilah konflik antara bidan dengan dokter.
2. Ada seorang ibu dating ke bidan untuk suntik KB, klien awalnya memakai suntik
KB satu bulan, tetapi klien tersebut ingin menggunakan KB tiga bulan, disini
bidan menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi apabila berganti KB, salah
satunya terjadi perdarahan. Saat bidan melakukan inform consent keluarga
tersebut menyetujuinya. Dua bulan kemudian ibu tersebut mengeluarkan darah
dari vaginanya. Suami minta diberikan obat untuk menghentikan perdarahan tetapi
bidan menolak dengan alasan tidak terjadi penyakit, setelah beberapa menit
perdarahan semakin banyak , lalu bidan dengan tanggap menolong dan
memberikan obat untuk menghentikan perdarahan hebat. Dua jam kemudian
keadaan umum pasien semakin melemah, setelah itu bidan langsung merujuk ke
dokter Obgyn. dokter Obgyn pun menanyakan bagaimana kejadian sebelumnya,

9
terus bidan mengatakan kejadian sebenarnya. Atas kejadian tersebut bidan ditegur
oleh dokter Obgyn. Maka timbullah konflik antara bidan dengan dokter.
3. Disuatu klinik dokter B terdapat asisten dokter yaitu bidan A, pada suatu hari
datang seorang pasien berusia 10 tahun datang Bersama ibunya, pada saat itu
dokter sedang tidak berada diklinik , tetapi klinik tetap buka yang dijaga oleh
seorang bidan. Kemudian bidan menjelaskan kepada klien bahwa dokternya
sedang tidak ada, tetapi klien bersikeras untuk berobat di klinik itu karena
kurangnya biaya untuk berobat ke Rumah Sakit. Akhirnya bidan melakukan
tindakan dan memberikan obat kepada klien tersebut padahal Tindakan tersebut
bukan kewenangan seorang bidan. Dua hari kemudian pasien datang Kembali ke
klinik dengan keluhan merah-merah pada kulit setelah minum obat tersebut.
Kemudian dokter menanyakan pada bidan obat apa yang telah diberikan kepada
klien tersebut, lalu bidan tersebut menjawab dengan jujur apa yang telah
dilakukan tersebut.

10
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengertian Analisa, Pencegahan Dan Penanganan Kasus


Analisa/Analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus
kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu
yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap

maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya (Satori dan Komariyah; 2014)
Menurut Spradley (2015) Analisa/Analisis sebuah kegiatan untuk mencari suatu
pola selain itu analisis merupakan cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian dan
hubungannya dengan keseluruhan.
Pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar
suatu tidak terjadi atau suatu upaya yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran.
Penanganan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses,cara,
perbuatan menangani.

2. Contoh Analisa, Pencegahan Dan Penanganan Kasus


2.1 Dari contoh kasus Issu Etik yang nomor 1 :
a. Analisanya : bidan melakukan curettage diluar wewenangnya sehingga
terjadilah konflik antara bidan dan dokter
b. Pencegahan : bidan sebaiknya tidak melakukan Tindakan diluar
wewenangnya seperti curettage
c. Penanganan : sebagai tenaga Kesehatan, bidan dalam melakukan Tindakan
harus sesuai dengan kode etik bidan dan melakukan inform
consent pada Tindakan yang akan dilakukan, agar mendapat
perlindungan hukumterhadap suatu kegagalan yang bersifat
negatif dan bidan berkolaborasi dengan dokter spesialis
kandungan dan ginekologi
2.2 Dari contoh kasus Issu Etik yang nomor 2 :

11
a. Analisanya : bidan memberikan obat pada klien karena kegawat
daruratan
tanpa konsultasi ke dokter
b. Pencegahan : bidan sebaiknya berkonsultasi pada dokter sebelum
memberikan obat kepada klien
c. Penanganan : sebaiknya bidan harus bijak dalam mengambil keputusan dan
sesegera mungkin merujuk ke RS atau dokter Obgyn
2.3 Dari contoh kasus Issu Etik yang nomor 3 :
a. Analisanya : bidan memberi pengobatan yang bukan wewenang profesi
Bidan
b. Pencegahan : Sebaiknya bidan menghubungi dokter sebelum memberikan
Pengobatan
c. Penanganan : harusnya bidan tersebut menghubungi dokter dan melakukan
inform consent yang baik sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam melakukan tindakan

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setiap profesi memiliki etika dalam menjalankan profesinya. Tidak terkecuali dengan
profesi bidan. Dalam melaksanakan pelayanan seorang bidan melakan interaksi dengan
pasien, masyarakat, teman sejawat ,tenaga kesehatan lainnya maupun organisasi. Seorang
bidan memiliki kewajiban untuk menjalin hubungan baik dengan berbagai sektor yang
berkaitan dengan meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.
Setiap bidan wajib tahu kode etik dalam profesi agar terhindar dari pelanggaran etik
maupun moral. Saat ini lulusan bidan cukup banyak. Oleh karena itu semakin kekat
persaingan atar bidan. Seorang bidan wajib menjalin kejasama dan menciptakan
hubungan baik antar sesama bidan dan profesi lain agar bisa melaksanakan pelayanan
kebidanan dengan baik tanpa harus melanggar kode etik yang ada.

3.1 Saran
Diharapkan bidan dapat mengatur tata cara pergaulan baik didalam tata tertib
masyarakat maupun tata cara didalam organisasi profesi lainnya. Manusia sebagai
makhluk sosial tentunya selalu memerlukan oranglain dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin bila setiap
individu melakukan komunikasi diantara sesamanya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuningsih, Heni Puji.(2008).Etika Profesi Kebidanan;Fitramaya,Yogyakarta.
Marimbi, Hanum.(2008).Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan; Mitra Cendikia,
Yogyakarta.
Mitra Cendekia, Purwanti.(2013). Materi Kuliah Etika Profesi dan Hukum Kebidanan D4
Kadiri di Unissula Lamongan.
http://dianpurwanti12.blogspot.com/2013/04/materi-kuliah-etika-profesi-dan-hukum.html
Zullaidah.(2013). Etika Profesi dan Hukum Kesehatan-Dian Husada.
https://zullaidah.blogspot.com/p/dilema-dan-konflik-moral.html
RISTEKDIKTI,(2022). Lembaga Pelayanan Pendidikan Tinggi Wilayah VI Jawa Tengah.
https://www.kopertis6.or.id/akreditasi/879-pelayanan-kesehatan-perlu-ada-praktik-
kolaborasi.html.
Sakinah,(2013). Hubungan Kerja Perawat Dengan Profesi Lain.
https://www.slideshare.net/kampus-sakinah/hubungan-kerja-perawat-dengan-profesi-lain-
489183.html.

14

Anda mungkin juga menyukai