Dosen Pembimbing :
Ns. Erni Yuniati, M.Kep
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas ini dengan judul “KODE
ETIK KEPERAWATAN INDONESIA” dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Komunikasi keperawatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kategori
sempurna,oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran kritik
yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terimakasih yang sedalam dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam
menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................7
2.1 Pengertian..................................................................................................................................7
2.1 Tujuan Dan Fungsi..........................................................................................................................8
1.3 Applying Ethics........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................20
3.2 Saran.........................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mencapai Indonesia sehat adalah melalui profesionalisme di
bidang kesehatan, berupa untuk meningkatkan dan memelihara pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan tetjangkau. Salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan adalah
pelayanan kesehatan yang perlu didukung dengan penerapan nilai-nilai moral dan etika
profesi. Perawat selalu dihadapkan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan etik
sehingga sangat penting untuk memahami kode etik profesi keperawatan.
Etik merupakan perilaku dan sikap yang menuntun perawat dalam bertindak sebagai
anggota profesi. Etika keperawatan sebagai tuntutan bagi profesi bersurnber dari pemyataan
Florence Nightingale dalam ikramya (Nightingale Pledge) yang merupakan ikrar profesi
keperawatan kepada masyarakat yaitu profesi keperawatan berkewajiban membantu yang
sakit untuk mencapai keadaan sehat, membantu yang sehat mempertahankan kesehatannya,
dan membantu mereka yang tidak dapat disembuhkan untuk menyadari potensinya serta
membantu seseorang yang menghadapi kematian untuk hidup seoptimal mungkin sampai
menjelang ajal (Yetti,K. 2014).
Dalam melaksanakan tugasnya perawat akan sering mengalami konflik, baik dengan
pasien beserta keluarganya maupun dengan tim kesehatan lain. Disarnping itu perawat harus
mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya dalarn praktek sesuai dengan
pertimbangan IPTEK keperawatan dan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan
perpanjangan dengan perpanjangan hidup yang sering menimbulkan dilema etik. Etik
keperawatan berkaitan dengan hak, tanggungjawab dan kewajiban dari tenaga keperawatan
profesional dan institusi pelayanan dimana pasien dirawat. Pemyataan kode etik perawat
dibuat untuk membantu dalarn pembuatan standar dan merupakan pedoman dalam .
pelaksanaan tugas. Kode etik ciri mutlak dari suatu profesi yang memberi makna bagi
pengaturan profesi itu sendiri meliputi bentuk pertanggung jawaban dankepercayaan yang
diberikan olehtnasyarakat.
1.3 Tujuan
2. Untuk memahami dan mengetahui kode etik keperawatan
3. Untuk memahami dan mengetahui tujuan dan fungsi kode etik keperawatan
4. Untuk memahami dan mengetahui applying ethics
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
International Council of Nurses (ICN) telah membuat kode etik perawat untuk pertama
kalinya pada tahun 1953 dan beberapa kali direvisi hingga terakhir pada tahun 2012.
Menurut ICN, kode etik perawat adalah panduan terstandar yang digunakan untuk
mengambil keputusan atau tindakan berbasis nilai serta kebutuhan sosial yang tidak dapat
ditawar.
Kode etik internasional ini berfokus pada pelayanan yang diberikan perawat untuk
mencapai kepuasan dan keamanan klien atau pasien.
Etika keperawatan merupakan studi ilmu yang mengupas tentang karakter, motif dan
perilaku yang harus dilakukan seorang perawat. Etika disebut-sebut juga refleksi dari standar,
sifat dan prinsip seseorang agar berperilaku secara profesional.
Saat berbicara etika keperawatan, maka ada yang nama nya kode etik keperawatan. Jadi
kode etik keperawatan adalah standar profesional yang dijadikan sebagai acuan atau
pedoman perilaku perawat saat menjalankan profesi pekerjaannya.
Tentu saja kode etik keperawatan ini bersifat wajib dijalankan bagi setiap perawat.
Tujuannya jelas, untuk meminimalisir terjadinya kasus dan kejadian pelanggaran kode etik
selama praktek dengan pasien.
Menurut Nasrullah (2014), konsep etik keperawatan menegaskan bahwa perawat harus
mempunyai kemampuan yang baik, berfikir kritis dan rasional, bukan emosional dalam
membuat keputusan etis. Teori- teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan apabila
terjadi konflik antara prinsip dan aturan dalam keperawatan. Terdapat beberapa teori terkait
prinsip kode etik keperawatan, diantaranya :
1. Teologi adalah suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi yang menekankan
pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bayi
manusia seperti halnya bayi-bayi yang baru lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal
daripada nantinya menjadi beban masyarakat.
2. Deontologi adalah teori yang berprinsip pada aksi atau tindakan dan tidak menggunakan
pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu,
Karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal calon bayi) merupakan tindakan
yang secara moral buruk.
3. Keadilan (justice) adalah teori yang menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat harus diperlakukan tidak sederajat
sesuai dengan kebutuhan mereka.
4. Otonomi adalah setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan sesuai dengan
rencana yang mereka pilih. Akan tetapi, pada teori ini mengalami terdapat masalah yang
muncul dari penerapannya yakni adanya variasi kemampuan otonomi pasien yang
mempengaruhi banyak hal seperti halnya kesadaran, usia dan lainnya.
Suhaemi (2010) menyatakan etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur
perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat ini, keputusan diambil berdasarkan
kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku dan moral perawat.
Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan di antara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi
keperawatan.
Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantang untuk mengembangkan etika profesi secara
terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru dan mampu menurunkan
etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda , secara terus-menerus jua meletakkan
landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap menyenangi profesinya . Selain itu pula,
agar perawat dapat menjadi wasit untuk anggota profesi yang bertindak kurang profesional
karena melakukan tindakan”di bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan
masyarakat terhadap profesi keperawatan (Sumijatun, 2012).
Menurut American Ethics Commission Bureau On Teaching dalam buku Suhaemi
(2010),tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu:
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status profesional
dengan cara menurut Wulan (2011) adalah sebagai berikut:
a. Advocacy
Advocacy Adalah Salah Satu Strategi Pemasaran yang Ampuh, Ini Penjelasannya!
Bila kita membicarakan tentang peningkatan keuntungan dan profit dari suatu merek
atau produk, maka di dalamnya tidak akan lepas dari penerapan strategi pemasaran
produk yang efektif dan efisien, advocacy adalah salah satu strategi pemasaran yang
ampuh.
Advocacy adalah suatu strategi pemasaran yang fokus pada membuat promosi agresif
dari produk Anda agar bisa mendapatkan pelanggan baru.
Berdasarkan laman Medium penggunaan advocacy ini sudah dilakukan oleh tiga
perusahaan besar di dunia, yaitu Tesla, Apple, dan Starbucks yang berpotensi mampu
meningkatkan rating penjualan.
Salah satu brand advocacy yang dilakukan oleh perusahaan starbucks, yang mana
konsumen hanya harus mention @Tweetacoffee dan akan mendapatkan kartu hadiah.
100 ribu orang pertama yang bergabung dengan program ini akan memperoleh kartu
hadiah sebesar USD 5.
Dengan menggunakan strategi ini, maka Starbucks bisa mendapatkan omset penjualan
sebesar $180.000. Cara ini juga akan membantu perusahaan dalam mengidentifikasi
para brand advocates dan pelanggan potensial, yaitu lebih dari 27 ribu brand advocate
yang berpartisipasi.
Hal ini merupakan salah satu konsep pemasaran yang efektif, yakni konsep penjualan
dan brand promosi yang agresif.
Dalam hal ini, pelanggan Starbucks hanya perlu mention @Tweetacoffee dan para
pelanggan nantinya akan mendapatkan hadiah tersebut. Sebanyak 100 ribu pelanggan
pertama yang bergabung dengan program ini akan mendapatkan kartu hadiah sebanyak
$5.
Menentukan segmen pasar yang tepat sangat penting dalam meningkatkan daya tarik
brand, khususnya target segmen pasar yang tepat untuk para pelanggan. Sehingga,
mereka bisa memberikan rekomendasi pada kerabatnya untuk mau menggunakan
brand yang sama.
Setelah segmentasi, barulah nantinya Anda akan bisa menentukan targeting dan juga
positioning. Hal tersebut adalah bagian dari strategi pemasaran STP atau Segmenting,
Targeting, dan juga Positioning.
b. Responsibility
RESPONSIBILITY berasal dari kata latin ‘responsus’ yang awalnya digunakan untuk
pemberian makna adanya kewajiban moral dalam menyelesaikan tugas yang
dipercayakan kepada seseorang. Hal ini memberikan konotasi adanya internalisasi dari
suatu kewajiban atau rasa kepemilikan pribadi dari suatu penugasan. Gagal
menyelesaikan penugasan dari kewajiban tersebut menjadi dasar dari adanya rasa malu
dan bersalah.
c. Cooperation
Pengertian kerja sama (cooperation) yang telah didefinisikan oleh para ahli
mengatakan bahwa pengertian kerja sama (cooperatuion) adalah usaha bersama antara
orang per orang atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama
ditemui hampir diseluruh kelompok manusia. Di kalangan masyarakat indonesia
dikenal suatu sistem kerja sama yang disebut gotong royong. Kerja sama dalam
kehidupan bangsa indonesia selalu ditanamkan dan ditekankan mulai dari keluarga,
lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan
pemerintah. Ditanamkannya sistem kerja sama dalam diri disebabkan adanya
pandangan bahwa manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa kerja sama dengan orang
lain.
Bentuk-Bentuk Kerja Sama
1). Kerukunan, meliputi gotong royong dan tolong menolong.
2). Bargaining, yaitu perjanjian pertukaran barang-barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.
3). Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan sebuah
organisasi.
4). Koalisi, yaitu gabungan dua badan atau lebih yang mempunyai tujuan sama.
5). Joint venture, yaitu kerja sama dalam penguasahaan proyek-proyek tertentu.
d. Caring
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian,
perasaan empati pada orang lain dengan perasaan cinta atau menyanyangi yang
merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Selain itu caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan
seseorang.orang lain disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab (Swanson dalam
Waston, 2005). Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian,
perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan
kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Caring mempengaruhi cara berpikir
seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari berbagai
macam philosofi dan etis perspektif. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan
karena caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja
untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda, 2011).
e. Consensus
Konsensus dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kesepakatan kata
atau permufakatan bersama (mengenai pendapat, pendirian, dan sebagainya) yang
dicapai melalui kebulatan suara. Dalam Wikipedia bahasa Indonesia, konsensus adalah
sebuah frasa untuk menghasilkan atau menjadikan sebuah kesepakatan yang disetujui
secara bersama-sama antarkelompok atau individu setelah adanya perdebatan dan
penelitian yang dilakukan dalam kolektif intelijen untuk mendapatkan konsensus
pengambilan keputusan.
4. Perawat wajib menjaga setiap informasi apapun yang berkaitan dengan tugas sebagai
seorang perawat namun bisa mengungkapkan informasi kerahasiaan tersebut jika
diperlukan dalam penegakan hukum.
3. Setiap keputusan yang diambil didasarkan atas informasi yang akurat serta dapat
mempertimbangkan kompetensi seseorang apabila hendak melakukan konsultasi,
memberikan delegasi, dan menerima delegasi.
4. Selalu bekerja sebaik mungkin secara profesional untuk menjaga serta menjunjung
nama baik profesi keperawatan.
2. Perawat harus ikut berperan aktif dalam kegiatan pengembangan profesi keperawatan
baik secara di tingkat daerah, nasional, maupun internasional.
2. Perawat wajib menjadi pelindung klien dari tindakan pelayanan yang tidak kompeten
dari tenaga kesehatan, perbuatan buruk, tidak etis, ilegal dan berbahaya.
a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain
Jenis tenaga kesehatan yang umum dikenal masyarakat adalah dokter, dokter gigi,
perawat, dan bidan.
Seorang tenaga kesehatan juga bisa merupakan seorang ahli kesehatan masyarakat.
Dalam setiap bidang keahlian, para praktisi sering diklasifikasikan menurut tingkat dan
spesialisasi pendidikan dan keterampilannya.
Dalam cakupan yang lebih luas, tenaga kesehatan bekerja bersama-sama dengan tenaga
pendukung kesehatan (allied health professions), seperti ilmuwan laboratorium medis,
ahli gizi, dan para pekerja sosial lainnya.
Mereka tak hanya bekerja sama di rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan lainnya,
tetapi juga dalam pelatihan akademik, penelitian, dan urusan administrasi.
Beberapa di antara mereka memberikan layanan untuk merawat dan mengobati pasien di
rumahnya masing-masing.
Di banyak negara, ada sejumlah besar pekerja kesehatan yang bekerja di luar institusi
kesehatan yang formal. Manajer layanan kesehatan, teknisi informasi kesehatan, dan
personel-personel pendukung lainnya juga dianggap sebagai bagian penting dari tim
pelayanan kesehatan.
Paramedis (bahasa Inggris: paramedic) adalah profesi yang memberikan pelayanan medis
pra-rumah sakit dan gawat darurat.
Di luar negeri, Paramedis juga diketahui sebagai field medic atau “medis lapangan”.
Paramedis bisa berasal dari instansi kesehatan/layanan darurat swasta ataupun negara.
Paramedis bisa berasal dari instansi Ppemadam kebakaran, layanan ambulans, tim
pencarian dan penyelamatan (SAR), militer, kepolisian, dll.
Di Indonesia, paramedis belum diakui sebagai sebuah profesi, dan belum memiliki
definisi yang jelas.
Yang pasti, tenaga medis dengan tenaga kesehatan adalah dua hal yang berbeda.
Tenaga kesehatan adalah orang yang terlibat dalam program kesehatan itu sendiri, seperti
tenaga psikologi klinis, tenaga Keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian dan
apoteker.
Tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, juga termasuk
tenaga medis.
Semua yang terlibat di rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan bukan berarti tenaga
kesehatan. Supir ambulan dan orang yang mencuci peralatan medis adalah Penunjang
Tenaga Kesehatan.
Tenaga medis adalah tenaga kesehatan yang lebih spesipik, yang masuk dalam kategori
tenaga medis adalah dokter, dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter umum.
Perbedaan antara medis dan paramedis. Yang dimaksud dengan medis adalah dokternya
dan paramedis adalah perawat dan bidan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kode etik adalah pernyataan standar professional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Kode etik adalah
sistem norma, nilai, dan aturan professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa
yang baik dan benar, serta apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional.
Tujuan kode etik adalah agar professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional.
3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa dapat memperbaiki serta memperhatikan pembuatan makalah
selanjutnya.
3. Bagi Pembaca
Agar pembaca dapat menerapkan dan memehami tentang KODE ETIK
KEPERAWATAN DI INDONESIA.
DAFTAR PUSTAKA
Yeti, K.(2014) Kepedulian pada akhir hidup manusia dalam perspektif. Carol Giligan
: suatu telaah etik pada kematian yang telah diperkirakan. Disertasi.
Nasrullah (2014). Etika dan hukum keperawatan untuk mahasiswa dan praktisi