Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGAMBILAN KREPUTUSAN ETIK KEPERAWATAN DAN


PERLINDUNGAN HUKUM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN SERTA
PEMBAHASANNYA

KELOMPOK 6 :

NAMA NPM

BELLA DWI RIANTI (2226010112)

AFPRILIA ANGGRAINI (2226010125)

FAUZY MURTANDHO (2226010118)

POPI VIONA TANTRI (2226010139)

SISILIA FIRAHMA ANTIKA (2226010141)

DOSEN PENGAMPU :

Ns. ELSI RAHMADANI, M.Kep.

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul

HALAMAN JUDUL........................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..............................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3.Tujuan............................................................................................................2
1.4.Manfaat..........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1.Konsep Legal Etik.........................................................................................3
2.2.Isi dari prinsip – prinsip legal dan etis..........................................................4
2.3.Masalah Legal Dalam Keperawatan.............................................................6
2.4.Landasan Aspek Legal Keperawatan............................................................7
2.5.Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan..................................................8

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Kasus..........................................................................................................10
3.2. Penyelesaian Kasus....................................................................................10

BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan..................................................................................................12
4.2.Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keperwatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada manusia yaitu dengan
memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk menjalankan
hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan perawat dan pasien adalah
etika. Istilah etika dn moral sering digunakan secara bergantian (Wulan, 2011).

Perawat merupakan salah satu profesi Perawat merupakan salah satu profesi
yang berhubungan dan berinterkasi langsung dengan klien, baik sebagai individu,
keluarga, keompok dan masyarakat.. Oleh karena itu, perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai dengan etika
keperawatan.

Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab maka ia harus memegang teguh
nilai-nilai yang mendasari praktek keperawatan itu sendiri, yaitu perawat membantu
klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat membantu meningkatkan
autonomi klien mengekspresikan kebutuhannya. Perawat mendukung martabat
kemanusiaan dan berlaku sebagai advokat bagi kliennya, perawat menjaga kerahasiaan
klien, berorientasi pada akuntabilitas perawat dan perawat bekerja dalam lingkungan
yang bekerja dalam lingkungan yang kompeten (Dalami, dkk, 2010).

Hubungan antara perawat dan pasien atau tim medis yang lain tidakla selalu
bebas dari masalah. Perawat profesional harus mengahdapi tanggung jawab etik dan
konflik yang mungkin mereka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam
praktek prefesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial
dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standar perilaku
perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan
internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu
menerapkan prinsip etik dalam peng tik dalam pengambilan keputusan dan ambilan
keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan diri klien, profesi, perawat, dan semua
pihak yang terlihat (Ismani, 2001).

Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan


didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhka berbagai alternatif
jawaban yang belum tentu jaaban-jawaban tersbut bersifat memuaskan semua pihak.
Hal itulah yang sering dikatan dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali

1
dijumpai banyak adanya kasus dilema etik sehigga seorang perawat harus benar-benar
tahu tentang etik dan dilema etik, dan cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan
keputusan yang terbaik.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan etika ?


2. Apa saja isi dari prinsip – prinsip legal dan etis ?
3. Apa itu Landasan Aspek Legal Keperawatan ?
4. Apa itu Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan ?

1.3.Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian etika.


2. Untuk mengetahui isi dari prinsip – prinsip legal dan etik.
3. Untuk mengetahui landasan aspek legal keperawatan.
4. Untuk mengetahui aspek legal dalam keperawatan.

1.4.Manfaat

a.Bagi penulis

Makalah pengambilan keeputusan etik keperawatan dan perlindungan hukum


dalam asuhan keperawatan serta pembahasannya ini sebagai jawaban dari perumusan
masalah yang penulis uraikan lebih mendalam. Serta sebagai acuan untuk memperbaiki
karya yang penulis buat.

b.Bagi Pembaca

Supaya makalah ini dapat memberi atau menambah wawasan pembaca akan
pentingnya pengambilan kreputusan etik keperawatan dan perlindungan hukum dalam
asuhan keperawatan. Serta membuat pembaca lebih mudah dalam memahami kode etik.
Pembaca dapat belajar bagaimana mengambil keputusan etik keperawatan.

c.Bagi Dunia Pendidikan

Untuk memberi pembelajaran dalam mengambil keputusan etik keperawatan.


Serta diharap dapat memberi motivasi lebih kepada kalangan peserta didik mengenai
kode etik keperawatan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Legal Etik

Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi


bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur
dalam kode etik keperawatan.

Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam
undang-undang keperawatan.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian


integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian
integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya
untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.

International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi


bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and Legal
Practice, bidang Care Provision and Management dan bidang Professional Development
“Setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang
diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam
melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”.
(Budi Sampurna, Pakar Hukum Kesehatan UI 2006) Praktik keperawatan yang aman
memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam praktik perawat. Sama
dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum dapat
mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk
melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut

3
hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.

2.2. Isi dari prinsip – prinsip legal dan etis adalah :

a. Autonomi ( Otonomi )

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Beneficience ( Berbuat Baik )

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang


baik.Kebaikan,memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan
orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.

c. Justice ( Keadilan )

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan )

4
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.

e. Veracity ( Kejujuran )

Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.

f. Fidellity (Metepati Janji)

Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya


terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.

g. Confidentiality ( Kerahasiaan )

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus


dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.

h. Accountability ( Akuntabilitas )

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang


professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

i. Informed Consent

“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti
telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti
persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian
suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian
“informed consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh
pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

5
2.3. Masalah Legal Dalam Keperawatan

Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga
negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk
menanggung denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari
seorang perawat :

a) Kelalaian

Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien


dengan cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan
ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-hati sehingga mengakibatkan
pasien jatuh dan cedera.

b) Pencurian

Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah


karena mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil
barang yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.

c) Fitnah

Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan


merugikan orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini
benar jika anda menyatakan secara verbal atau tertulis.

d) False imprisonment

Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan


pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau
bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa
juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus
digunakan sesuai dengan perintah dokter.

e) Penyerangan dan pemukulan

6
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh
tubuh orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan
berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa ijin.Perawatan yang kita
berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien harus
mengetahui danmenyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.

f) Pelanggaran privasi

Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan


pribadinya. Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan
itu adalah tindakan yang melawan hukum.

g) Penganiayaan

Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda


terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik
meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.
Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang
paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung
jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa
seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi.
Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir
semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai
seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.

2.4. Landasan Aspek Legal Keperawatan

Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan Aspek


legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat
Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat
(SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok. Kewenangan itu, hanya
diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan
tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara

7
berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam
keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki
tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan
yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa
segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan
yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan
kepada profesi masing- masing.

2.5. Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan

Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang
melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan
maupun berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang
satu dengan yang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan
kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu keniscayaan
(Praptianingsih, S., 2006).

Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan


berbunyi : “Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.”

Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan


pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu”. Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah
satu profesi/tenaga. kesehatan yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada
pasien yang membutuhkan Pelayanan keperawatan di rumah sakit meliputi : proses
pemberian asuhan keperawatan, penelitian dan pendidikan berkelanjutan. Dalam hal ini
proses pemberian asuhan keperawatan sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan
dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian-penelitian yang menunjang terhadap asuhan
keperawatan, juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang

8
diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini semua bertujuan untuk keamanaan
pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga pasien selaku penerima asuhan.

Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239


dan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang
berhubungan dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan yang secara langsung
dapat berhubungan dengan aspek legalisasi keperawatan :

1) Proses Keperawatan

2) Tindakan keperawatan

3) Informed Consent

Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu
ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum,
perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat ditentukan dalam Kepmenkes
1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor
Y.M.00.03.2.6.956.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1.Kasus

Ada seorang calon ibu yang sedang hamil muda tetapi mempunyai penyakit
jantung kronik yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya.Ketika dia datang memeriksakan dirinya pada seorang Dokter. Dokter
pun sepakat kalau janin tersebut tetap dipertahankan menurut dugaan kuat atau hampir
bisa dipastikan nyawa ibu tidak akan selamat atau mati. Dalam kondisi seperti ini,
kehamilannya boleh dihentikan dengan cara menggugurkan kandungannya.Di gugurkan
jika janin tersebut belum berusia enam bulan,tetapi kalau janin tersebut tetap
dipertahankan dalam rahim ibunya,maka nyawa ibu tersebut akan terancam.Di samping
itu,jika janin tersebut tidak digugurkan ibunya akan meninggal,janinnya pun sama
padahal dengan janin tersebut,nyawa ibunya akan tertolong. Hal ini dilakukan untuk
menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa ibunya.Sang calon ibu pun sangat takut dan
bersedih dengan masalah yang dia alami.Tetapi ini semua sudah atas pertimbangan
medis yang matang dan tidak ada jalan keluar lain lagi. Secara medis,penghentian
kehamilan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan nyawa ibu tersebut. Sementara
menurut hukum agama sendiri,hal ini sangat bertentangan. Menggugurkan kandungan
sama dengan membunuh jiwa.Secara umum pun pengguguran kandungan tersebut
dinyatakan dalam konteks pembunuhan atau penyerangan terhadap janin.

3.2.Penyelesaian Kasus

Kasus tersebut merupakan kasus Abortus Provocatus Therapeuticum. Dalam


konisi ini, secara medis kehamilan boleh digugurkan yang dilakukan untuk
menyembuhkan dan meyelamatkan nyawa ibunya. Begitu juga menurut islam,
mengugurkan kandungan diperbolehkan jika ada alasan yang dibenarkan hukum islam.
Seperti kondisi kesehatan ibu buruk dan tidak bisa lagi untuk mengandung sang bayi.
Menurut hukum pun memperbolehkan aborsi dalam keadaan darurat sebagai upaya
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu oleh tim ahli dan melalui persetujuan yang bersangkutan.

10
Jadi,tindakan yang harus dilakukan oleh tim medis dalam menghadapi kasus
dilema etik ini antara lain :

 Memberi penjelaskan kepada yang bersangkutan bahwa tindakan


menggugurkan adalah janin yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa ibu.
 Meminta persetujuan kepada ibu hamil, suami dan keluarganya.
 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
 Menjalankan proses aborsi sesuai dengan prosedur yang benar.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat


dipertanggung jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan
didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku (niat). Prinsip-
prinsip moral telah banyak diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-
nilai moral di dalam profesi keperawatan. Penerapan nilai moral professional sangat
penting dan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek
keperawatan.

Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga
bagi pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun
sedang dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Kedua-duannya
mempunyai hak sesuai posisinya. Disinilah sering terjadi dilema etik, dilema etik
merupakan bentuk konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa factor, baik faktor
internal dan faktor eksternal, disamping itu karena adanya interaksi atau hubungan yang
saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilemma etik harus diselesaikan baik pada tingkat
individu dan institusi serta organisasi profesi dengan penuh tanggung jawab dan tuntas.

4.2.Saran

Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat


dipertanggung jawabkan. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur
dan sebagai bentuk pelindungan hukum baik pemberi dan penerima praktek
keperawatan. Kode etik di Indonesia perlu didukung dengan perangkat-perangkat serta
aturan yang jelas agar dilaksanakan secara baik dilapangan.Keputusan dilema etik perlu
diambil dengan hati-hati dan saling memuaskan dan tidak merugikan bagi pasien, maka
perlu dibentuk komite etik disetiap Rumah Sakit dan bila perlu disetiap ruang ada yang
mengawasi dan mengontrol pelaksanaan etik dalam praktek keperawatan.Perlunya
sosialisai yang luas tentang kode etik profesi keperawatan dan bila perlu diadakan
pelatihan yang bersifat review tentang etika keperawatan secara periodic dan tidak
terbatas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Shari, Prapita Egy. 2018. Contoh Kasus Dilema Etik 1,


https://id.scribd.com/document/377709194/Contoh-Kasus-Dilema-Etik-1, diakses pada
16 Desember 2022 pukul 14.30.

Nida. 2011. MAKALAH LEGAL ETIK KEPERAWATAN DAN KASUS,


https://id.scribd.com/document/409965349/MAKALAH-LEGAL-ETIK-
KEPERAWATAN-DAN-KASUS-docx, diakses pada 16 Desember 2022 pukul 15.30.

13

Anda mungkin juga menyukai