Anda di halaman 1dari 17

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
makalah dengan judul “PERAN DAN FUNGSI PERAWAT,FUNGSI ADVOKASI PADA
KASUS KRITIS TERKAIT BERBAGAI SISTEM ”. Makalah ini dibuat untuk menambah
wawasan dan penulis dalam penanggulan bencana di Indonesia.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian,  penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati
menerima saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan referensi yang bermakna
bagi para pembaca.

Padang, 13 OKTOBER 2020

UMMIYATI LATIFA
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
2.1 Peran dan Fungsi Perawat.............................................................................. 3
2.2 Peran perawat sebagai advocator................................................................... 6
2.3 Tugas Perawat dalam advokasi pasien........................................................... 6
2.4 Pentingnya peran perawat sebagai advocator................................................ 7
2.5 Perbedaan perawat diruang khusus dan umum.............................................. 9
2.6 Tujuan Keperawatan Kritis............................................................................ 10
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 11
3.2 Saran.............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 12
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak


besar terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan
yang dilaksanakan oleh tenaga perawat profesional, dalam melaksanakan tugasnya
dapat bekerja sama dengan profesi lain. Perawat dituntut untuk melaksanakan
asuhan keperawatan untuk pasien baik secara individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang
kompeherensif. Sebagai tenaga yang profesional dalam melaksanakan tugasnya
diperlukan suatu sikap yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik
dan bertanggung jawab secara moral (Ismani 2001).

Masalah moral yang muncul dalam hubungan perawat pasien terjadi tanpa
pengujian, dan banyak masalah pribadi yang dihadapi perawat yang terlibat dalam
manajemen, administrasi dan tanggung jawab publik. Perhatian tertuju pada
kesulitan moral dalam hubungan perawat pasien dalam tujuan untuk memberikan
hak pasien dan tanggung jawab profesional perawat, aspek legal dan hak-hak
moral dalam hubungan kontrak diantara mereka.

Menjadi seorang perawat bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi


membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Kebanyakan masyarakat
mengenal perawat identik dengan sombong, tidak ramah, genit, tidak pintar
seperti dokter dan sebagainya. Bahkan sikap tersebut sering digambarkan di
televisi melalui sinetron-sinetron tidak mendidik. Untuk mengubah citra perawat
seperti itu di masyarakat memang tidak mudah, tetapi merupakan suatu keharusan
bagi semua perawat, terutama seorang perawat professional (Sujana, 2009).

Pada dasarnya, peran perawat sebagai advokat pasien adalah member


informasi dan memberi bantuan kepada pasien atas keputusan apa pun yang dibuat
2

pasien, memberi informasi berarti menyediakan informasi atau penjelasan sesuai yang
dibutuhkan pasien, memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi
dan nonaksi. Dalam menjalankan peran aksi, perawat memberikan keyakinan
kepada pasien bahwa mereka mempunyai hak dan tanggung jawab dalam
menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh
orang lain, sedangkan peran nonaksi mengandung arti pihak advokat seharusnya
menahan diri untuk tidak mempengaruhi keputusan pasien (Sulandra, 2008).

Peran perawat sebagai advokat pasien menuntut perawat untuk dapat


mengidentifikasi dan mengetahui nilai-nilai dan kepercayaan yang dimilikinya
tentang peran advokat, peran dan hak-hak pasien, perilaku profesional, dan
hubungan pasien-keluarga-dokter. Di samping itu, pengalaman dan pendidikan
yang cukup sangat diperlukan untuk memiliki kompetensi klinik yang diperlukan
sebagai syarat untuk menjadi advokat pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah cara mengetahui tentang fungsi advokasi pada kasus kritis


berbagai sistem ?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui fungsi advokasi pada kasus kritis berbagai sistem.


3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Peran dan Fungsi Perawat

Dalam dunia keperawatan modern respons manusia sebagai pengalaman


dan respon orang terhadap sehat dan sakit juga merupakan suatu fenomena
perhatian perawat (Sudarman,2008). Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1239
tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik perawat, perawat adalah seseorang
yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Praktik
keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam melaksanakan praktik
keperawatan, perawat juga dituntut melakukan peran dan fungsi sebagaimana
yang diharapkan oleh profesi dan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan
keperawatan. a. Peran Perawat

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang


lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sIstem (Kusnanto,
2003). Dalam melakukan peran, seseorang diharapkan memiliki pemahaman
dasar yang diperlukan mengenai prinsip, dalam menjalankan tanggungjawab
secara efisien dan efektif dalam suatu sistem tertentu (Bastable,2002). Peran
perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi
keperawatan dan bersifat konstan (Doheny,1982) mengidentifikasi beberapa
elemen peran perawat professional, meliputi:

1. Care Giver,

Sebagai pemberi asuhan keperawatan; Sebagai pelaku atau pemberi


asuhan keperawatan dapat memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian dalam upaya
mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa
4

keperawatan berdasarkan hasil analisa data, merencanakan intervensi


keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat
langkah / cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukannya.

2. Client Advocate

Sebagai pembela untuk melindungi klien. Sebagai advokat klien,

perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan

lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien

dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang

diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun

professional

3. Counsellor

Sebagai pemberi bimbingan/ konseling klien;Berfungsi untuk


memberikan konseling kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehata sesuai prioritas.

4. Educator

Sebagai pendidik klien, sebagai pendidik klien, membantu klien


meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait
dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga
klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya.
5

5. Collaborator

Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja


sama dengan tenaga kesehatan lain dalam menentukan rencana maupun
pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan
klien.

6. Coordinator

Sebagai coordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan


potensi klien Perawat berfungsi untuk mengkoordinasi, mengatur,
mengembangkan, memberikan informasi untuk perkembangan pelayanan
kesehatan
7.Change agen

Sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan


perubahan-perubahan; Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi
dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan
ketrampilan klien/ keluarga agar menjadi sehat (Kustanto,2003)

8. Consultat

Sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan


masalah

b. Fungsi Perawat
1. Fungsi Independen
Tindakan keperawatan bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu
keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat
yang timbul dari tindakan yang diambil
2. Fungsi Dependen
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan
tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya
6

dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, dan


melakukan suntikan
3.Fungsi Interdependen

Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan


atau tim kesehatan. Perawat berkolaborasi mengupayakan kesembuhan
pasien bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat bertanggung jawab lain
terhadap kegagalan pelayanan kesehatan terutama untuk bidang
keperawatannya (Potter dan Perry, 2005).

2.2. Peran Perawat sebagai Advokator

Advokasi (pembelaan) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai proses


bertindak untuk, atau atas nama orang lain yang tidak mampu bertindak untuk diri
mereka sendiri (Basford & Slevin, 2006). Murphy dan Hunter (dalam Basford
&Slevin, 2006) mengatakan bahwa peran perawat dalam mengeksplorasi konsep
pembelaan terangkum dalam pernyataan, “Tujuan perawat bukan untuk
mendapatkan kepuasaan dari professional kesehatan lain tetapi lebih untuk
membantu pasien mendapatkan asuhan yang terbaik, bahkan jika itu berarti pasien
masuk ke rumah sakit dan mencari professional asuhan kesehatan lain”. Oleh
karena itu, fokus utama dari peran advokasi perawat bagi pasien adalah
menghargai keputusan pasien dan meningkatkan otonomi pasien (Blais,2002).

2.3. Tugas Perawat Dalam Advokasi Pasien

Nelson (dalam Blais, 2002) menjelaskan tujuan utama dari advokat pasien
adalah melindungi hak-hak pasien. Peran advokat pasien memiliki tiga komponen
utama, yaitu sebagai pelindung, mediator, dan pelaku tindakan atas nama pasien.
Dari ketiga komponen utama peran perawat sebagai advokat, maka dapat
diuraikan sebagai berikut:

a. Sebagai pelindung,
7

Peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan utama yaitu untuk


membantu pasien dalam membuat keputusan. Peran perawat dalam hal ini
ditekankan untuk menyerahkan segala keputusan tentang perawatan yang
akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri, sesuai dengan nilai-
nilai yang dianut pasien. Tindakan perawat yang termasuk di dalamnya
yaitu perawat memberikan alternatif pilihan kepada pasien saat akan
mengambil keputusan tentang terapi yang akan diambil, menyediakan
format persetujuan tindakan penjelasan atas pemulangan dini pasien dari
perawatan, serta memutuskan dokter yang akan merawatnya;
b. Sebagai mediator
Peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan untuk
menjembatani komunikasi antara pasien dengan tim kesehatan lain di
rumah sakit. Tindakan perawat yang termasuk di dalamnya yaitu perawat
menemani pasien saat kunjungan dokter, menentukan menu diet bersama
ahli gizi, dan juga memberikan penjelasan kepada pasien mengenai
pengobatan yang diterimanya;

c. Sebagai pelaksana tindakan

Peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan utama untuk


melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.
Tindakan perawat yang termasuk didalamnya yaitu dengan memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari
tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan
pasien selama dalam perawatan.

2.4. Pentingnya Peran Perawat Sebagai Advokator

Perannya sebagai advokat, perawat diharapkan mampu untuk


bertanggung jawab dalam membantu pasien dan keluarga menginterpretasikan
informasi dari berbagai pemberi pelayanan yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya serta
mempertahankan dan melindungi hak – hak pasien. Hal ini harus dilakukan,
8

karena pasien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan. Faktor

– Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Advokasi, Faktor yang


mempengaruhi pelaksanaannya terdiri dari 2 faktor yaitu:

a. Faktor penghambat

1. Kepemimpinan dokter

2. Terbatasnya jumlah tenaga perawat

b. Faktor pendukung

1. Kondisi pasien

2. Dukungan instansi rumah sakit (Etty&Madya, 2013)

Hal-hal yang bisa diadvokasi oleh perawat ada beberapa


poin yaitu a. Anticipatory guidance (panduan
antisipatif)

1. Primary prevention (pencegahan primer)

2. Membantu klien kemungkinan mengalami kesulitan

3. Mengantisipasi keluarga dalam menangani masalah –


masalah keterbatasan dan penyakit kronik.

b. Role Modeling

Perawat menjadi role mode dengan


berperilaku yang benar:

berbicara, senyum, penanganan pasien secara professional


9

c. Educational information

1. Pembelajaran dan pemberian informasi

2. Membantu memilih dan menentukan pilihan terhadap


informasi yang diberikan

3. Membantu klien mengumpulkan informasi dan belajar


terhadap
perilaku promosi kesehatan

d. Ongoing support (berkelanjutan dukungan)

1. Memberikan bantuan pada klien dalam membuat


keputusan yang beralasan

2. Perawat sebagai patner dalam menyelesaikan


masalah kebutuhan kesehatan

e. Collaboration and Referral (kolaborasi dan referal)

1. Masalah kesehatan bersifat multidimensi melibatkan


multidisiplin.

2. Perawat memberikan penjelasan terhadap masalah


yang melibatkan tenaga kesehatan lain

3. Pendekatan interdisiplin pada semua anggota tim kesehatan.

2.5. Perbedaan Perawat di Ruangan Khusus dan Umum

Jika dilihat dari segi pengertian dan tugas pelaksanaannya ada perbedaan antara
perawat yang jaga di ruangan khusus dan umum, yaitu sebagai berikut ini:
10

1. Perawat di Ruang Khusus, yaitu seorang tenaga kesehatan yang memiliki


kemampuan dan ketrampilan khusus dalam menangani pasien yang
memerlukan penanganan khusus ataupun darurat, seperti perawat di ruangan
hemodialisa, ICU, IGD danHCU.
2. Perawat di Ruang Umum, yaitu seorang tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan ketrampilan secara umum atau belum memiliki ketrampilan
secara khusus dalam menangani pasien sakit yang tidak memerlukan
penanganan khusus dengan tujuan memulihkan seperti keadaan semula,
perawat tersebut berada di ruangan rawatinap.

2.6. Tujuan Keperawatan Kritis

Tujuan keperawatan Kritis sesuai Standar Pelayanan Keperawatan di ICU


(Dep. Kes. RI , 2006) adalah :
2. Menyelamatkan nyawa

3. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan


monitoring yang ketat, disertai kemampuan menginterpretasikan setiap data
yang didapat dan melakukan tindak lanjut
4. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien

5. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat


proses penyembuhan pasien
Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat di unit perawatan intensif perlu

bekal ilmu dan pengalaman yang cukup, sehingga kompeten dalam penanganan
pasien kritis. Kompetensi teknikal perawat merupakan kompetensi tidak terbatas
pada kemampuan melakukan tindakan keperawatan namun lebih penting adalah
keterampilan mendapatkan data yang valid dan terpercaya serta keterampilan
melakukan pengkajian fisik secara akurat, keterampilan mendiagnostik masalah
menjadi diagnosis keperawatan, keterampilan memilih dan menentukan
intervensi yang tepat (Rosjidi & Harun, 2011).
Selain mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien kritis, perawat
di unit perawatan intensif juga dituntut untuk mampu menjaga mutu pelayanan
11

yang berkulitas. Dalam menjaga mutu pelayanan di unit perawatan intensif,


fungsi dan peran perawat sangat besar, karena proses perawatan pasien
diantaranya dengan observasi kondisi pasien secara ketat yang dilakukan oleh
perawat. Beberapa peran perawat dalam menjaga mutu pelayanan intensif yaitu :
mencuci tangan setiap five moment berinteraksi dengan pasien, mampu mengatasi
pasien dalam keadaan gawat secara cepat, menjaga kesterilan setiap alat invasive
yang terpasang pada pasien, memonitor pasien yang terpasang alat invasif,
mengubah posisi pasien yang tirah baring lama, menjaga keamanan pasien yang
beresiko jatuh, merawat pasien dengan luka post operatif, menjaga kesterilan saat
melakukan suctioning pada pasien dengan ventilasi mekanik serta memelihara
kesterilan selang pada mesin ventilator.

Apabila semua staf perawat dapat melaksanakan perannya dengan, mutu


pelayanan unit perawatan intensif seperti dibawah ini dapat terjamin :

1. Memberikan respon time yang cepat dalam penanganan kegawatan

2. Mencegah terjadinya dekubitus

3. Menurunkan resiko jatuh

4. Mencegah terjadinya infeksi akibat kateter vena perifer

5. Mencegah terjadinya infeksi akibat kateter vena sentral

6. Mencegah terjadinya infeksi atau reaksi alergi akibat transfusi

7. Mencegah terjadinya infeksi luka operasi


8. Mencegah terjadinya infeksi saluran kencing akibat pemasangan catheter urin

9. Mencegah terjadiya ventilator acquired pneumonia

Kompetensi perawat dalam penanganan pasien kritis dan menjaga mutu


pelayanan ini tidak hanya membutuhkan ilmu dan pengalaman yang cukup,
namun juga tingkat kepedulian dalam merawat pasien dengan komunikasi yang
12

efektif. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi perawat dengan pasien,


keluarga pasien serta profesi atau unit lain. Perawat wajib berkomunikasi dengan
pasien sadar maupun yang tidak sadar pada saat melakukan tindakan keperawatan
dan komunikasi penting dilakukan dalam penentuan tingkat kesadaran pasien.
Kepada pihak keluarga, perawat perlu mengorientasikan ruangan, kondisi pasien
yang berubah-ubah setiap saat dan hal-hal penting lainnya agar informasi tentang
pasien diterima dengan baik dan kepuasan keluarga pasien dapat tercapai.
Hubungan perawat dengan unit lain atau profesi kesehatan lain juga memerlukan
komunikasi dan kerjasama yang baik agar pengelolaan pasien kritis bisa optimal
serta sasaran keselamatan pasien dapat tercapai (Yulianingsih, 2015).
13

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan


profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
Peran advokat pasien memiliki tiga komponen utama, yaitu sebagai
pelindung, mediator, dan pelaku tindakan atas nama pasien.

3.2 Saran

Sebaiknya mahasiswa mengerti, paham serta dapat menerapkan hal


baik yang berkaitan dengan peran perawat sebagai advokator khususnya di
bidang keperawatan kritis
14

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta


Blais, Jonice. 2007. Praktik Keperawatan Profesional. Widya Medika. Jakarta
Armstrong, E. Alan. 2007. Nursing Ethics. Macmillan: Palagrave

Dewi. A. I. 2008. Etika Dalam Hukum Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Book


Publisher

Hidayat. A.A. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba


Medika

Purba. 2009. Dilema Etik Dan Pengambila Keputusan Etis. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai