Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT SERTA FUNGSI ADVOKASI


PADA KASUS KEPERAWATAN KRITIS TERKAIT
BERBAGAI SISTEM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis


Dosen Pengampu : Ns.Maryana,S.SiT.,S.Psi.,S.Kep.,M.Kep

Disusuan Oleh :
Kelompok 5

1. Bs. Nurul Rahmadhani (P07120521009)


2. Hery Susanto (P07120521010)
3. Asya Zahara Ulfiana (P07120521017)
4. Muliyati Rahman (P07120521020)
5. Ni Made Ayu Ari Supramawati (P07120521022)
6. Dira Dwiyuwindriani (P07120521023)
7. Nirmala Sari S. Palupessy (P07120521039)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami telah menyelesaikan makalah mengenai
“Peran dan Fungsi Perawat Serta Fungsi Advokasi Pada Kasus Keperawatan
Kritis Terkait Berbagai Sistem”. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Kritis dari Bapak
Ns.Maryana,S.SiT.,S.Psi.,S.Kep.,M.Kep selaku dosen pengampu.
Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk kita semua. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Oleh karena
itu, kami meminta maaf bila ada kesalahan atau kekurangan dalam kata-kata
maupun penulisan.

16 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusah Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Peran dan Fungsi Perawat.......................................................4
B. Tujuan Peran Perawat Sebagai Advokasi..............................................5
C. Jenis-Jenis Peran dan Fungsi Perawat...................................................5
D. Landasan Hukum Penerapan Peran Advokasi Perawat.......................7
E. Definisi Peran Advokasi Perawat..........................................................8
F. Penerapan Peran Advokasi Perawat dalam Kasus Keperawatan
Kritis......................................................................................................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................12
B. Saran ..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat adalah sebagai salah satu aset penting bagi sebuah rumah
sakit. Perawat menjadi garda terdepan rumah sakit yang berhubungan
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam. Kualitas asuhan sebagaimana
seharusnya dituntut penuh dalam peran penting perawat. Salah satunya peran
perawat sebagai advokat pasien dimana seorang perawat membutuhkan
perlindungan dari perawat dari setiap tindakan medis yang diberikan kepada
pasien dalam proses kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya (Afidah &
Madya, 2013). Sebagai contoh peran perawat pada tindakan pemasangan
ventilator peran perawat pada situasi ini adalah bagaimana perawat
memberikan penjelasan secara detail tentang tindakan yang diberikan dan
peran sebagai advokat dalam pemberian informed consent sebagai persetujuan
pasien dengan tindakan yang diberikan dan pasien atau keluarga sudah
memahami secara jelas tindakan yang akan dilakukan (Kandar, et al, 2015).
Peran advokasi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan dilakukan
untuk menghindari terjadinya kesalahan pemberian asuhan keperawatan. Hal
ini juga mencegah terjadinya malpraktik yang akibatnya merugikan pasien
bahkan kematian pasien (Suryani, et al, 2013). Selama berada dalam masa
perawatan dirumah sakit sangat mungkin terjadinya human error oleh tenaga
kesehatan yang mampu merugikan pasien. Sebagai satu – satunya yang
berhubungan langsung dengan pasien, seorang perawat dituntut untuk lebih
hati – hati dan teliti dalam setiap tindakan yang di lakukannya, baik itu dalam
kolaborasi dengan dokter dalam instruksi pemberian obat – obatan oral,
tindakan injeksi, bahkan sampai tindakan pemberian transfusi. Perawat harus
memastikan apakah hal tersebut dapat berdampak baik kepada pasien. Bukan
malah merugikan atau sampai mengakibatkan kematian pasien. Dalam
penelitian Felle (2018) menuliskan bahwa ada beberapa contoh kelalaian
perawat yang merugikan pasien salah satunya adalah seorang bayi menjadi
hangus dalam incubator karena kelalaian perawat dalam mengontrol suhu
incubator. Sebagai dasar seorang perawat adalah menghargai hak – hak pasien

1
sebagai pengguna layanan kesehatan. Ada tiga komponen perawat sebagai
advokat bagi pasien yaitu pelindung penentuan diri pasien, mediator, dan
sebagai pelaku. Perawat juga harus melindungi pasien sebagai manusia yang
utuh sesuai dengan hukum yang berlaku (Suyanti, dkk, 2014). Perawat
sebelum memberikan tindakan tidak menjelaskan informasi tentang tindakan
prosedur pemberian terapi yang akan dilakukan, dalam hal ini pasien berhak
memutuskan tindakan terapi tersebut ditolak atau diterima oleh pasien
(Simamora, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi peran dan fungsi perawat?
2. Apakah tujuan peran perawat sebagai advokasi?
3. Apakah jenis-jenis peran dan fungsi perawat?
4. Apa landasan hukum penerapan peran advokasi perawat?
5. Apakah definis peran advokasi perawat?
6. Bagaimana penerapan peran advokasi perawat dalam kasus keperawatan
kritis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi peran dan fungsi perawat.
2. Untuk mengetahui tujuan peran perawat sebagai advokasi.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis peran dan fungsi perawat.
4. Untuk mengetahui landasan hukum penerapan peran advokasi perawat
5. Untuk mengetahui definis peran advokasi perawat.
6. Untuk mengetahui penerapan peran advokasi perawat dalam kasus
keperawatan kritis.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan tentang peran dan fungsi perawat serta fungsi
advokasi pada kasus keperawatan kritis.

2
2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang peran dan fungsi perawat serta fungsi
advokasi pada kasus keperawatan kritis serta sebagai bahan referensi dalam
pemenuhan tugas tugas yang terkait dengan peran dan fungsi dalam
keperawatan kritis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Peran dan Fungsi Perawat


Dalam dunia keperawatan modern respons manusia sebagai
pengalaman dan respon orang terhadap sehat dan sakit juga merupakan suatu
fenomena perhatian perawat (Sudarman, 2016). Sesuai dengan Kepmenkes RI
No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik perawat, perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar
negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam
melaksanakan praktik keperawatan, perawat juga dituntut melakukan peran
dan fungsi sebagaimana yang diharapkan oleh profesi dan masyarakat sebagai
pengguna jasa pelayanan keperawatan.
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sIstem
(Kusnanto, 2013) Dalam melakukan peran, seseorang diharapkan memiliki
pemahaman dasar yang diperlukan mengenai prinsip, dalam menjalankan
tanggungjawab secara efisien dan efektif dalam suatu sistem tertentu
(Bastable, 2012). Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya fungsi independent, fungsi dependen, dan fungsi interdependen
(Potter dan Perry, 2010).

4
B. Tujuan Peran Perawat Sebagai Advokasi
Advokasi (pembelaan) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
proses bertindak untuk, atau atas nama orang lain yang tidak mampu
bertindak untuk diri mereka sendiri (Basford & Slevin, 2016). Murphy dan
Hunter dalam Basford & Slevin (2016) mengatakan bahwa peran perawat
dalam mengeksplorasi konsep pembelaan terangkum dalam pernyataan,
“Tujuan perawat bukan untuk mendapatkan kepuasaan dari professional
kesehatan lain tetapi lebih untuk membantu pasien mendapatkan asuhan yang
terbaik, bahkan jika itu berarti pasien masuk ke rumah sakit dan mencari
professional asuhan kesehatan lain”. Oleh karena itu, fokus utama dari peran
advokasi perawat bagi pasien adalah menghargai keputusan pasien dan
meningkatkan otonomi pasien (Blais, et al, 2012).

C. Jenis-Jenis Peran dan Fungsi Perawat


1. Peran Perawat
Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari
luar profesi keperawatan dan bersifat konstan (Doheny, 2012)
mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat professional, meliputi:
a. Care Giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan; Sebagai pelaku/ pemberi
asuhan keperawatan dapat memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian dalam upaya
mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa
keperawatan berdasarkan hasil analisa data, merencanakan intervensi
keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat
langkah/ cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana yang ada, dan 10 melakukan evaluasi berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukannya.
b. Client Advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien. Sebagai
advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan

5
tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan
upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional.
c. Counsellor, sebagai pemberi bimbingan/ konseling klien;Berfungsi untuk
memberikan konseling kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehata sesuai prioritas.
d. Educator, sebagai pendidik klien ; Sebagai pendidik klien, membantu klien
meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait
dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien/ 11
keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya.
e. Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat
bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam menentukan rencana
maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan
kesehatan klien.
f. Coordinator, sebagai coordinator agar dapat memanfaatkan sumber-
sumber dan potensi klien Perawat berfungsi untuk mengkoordinasi,
mengatur, mengembangkan, memberikan informasi untuk perkembangan
pelayanan kesehatan.
g. Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan
perubahan-perubahan; Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi
dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan
ketrampilan klien/ keluarga agar menjadi sehat (Kustanto,2003).
h. Consultat, sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan
masalah
2. Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya:
a. Fungsi Independen Tindakan keperawatan bersifat mandiri, berdasarkan
pada ilmu keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab
terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang diambil.

6
b. Fungsi Dependen Perawat membantu dokter memberikan pelayanan
pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan
seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat,
dan melakukan suntikan
c. Fungsi Interdependen Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan
tim perawatan atau tim kesehatan. Perawat berkolaborasi mengupayakan
kesembuhan pasien bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat
bertanggung jawab lain terhadap kegagalan pelayanan kesehatan terutama
untuk bidang keperawatannya (Potter dan Perry, 2010).

D. Landasan Hukum Penerapan Peran Advokasi Perawat


Untuk menjamin pelindungan terhadap masyarakat sebagai penerima
Pelayanan Keperawatan dan untuk menjamin pelindungan terhadap Perawat
sebagai pemberi pelayanan keperawatan, diperlukan pengaturan mengenai
keperawatan secara komprehensif yang diatur dalam undang-undang. Selain
sebagai kebutuhan hukum bagi perawat, pengaturan ini juga merupakan
pelaksanaan dari mutual recognition agreement mengenai pelayanan jasa
Keperawatan di kawasan Asia Tenggara. Ini memberikan peluang bagi perawat
warga negara asing masuk ke Indonesia dan perawat Indonesia bekerja di luar
negeri untuk ikut serta memberikan pelayanan kesehatan melalui Praktik
Keperawatan. Ini dilakukan sebagai pemenuhan kebutuhan Perawat tingkat
dunia, sehingga sistem keperawatan Indonesia dapat dikenal oleh negara tujuan
dan kondisi ini sekaligus merupakan bagian dari pencitraan dan dapat
mengangkat harkat martabat bangsa Indonesia di bidang kesehatan.
Atas dasar itu, maka dibentuk Undang-Undang tentang Keperawatan
untuk memberikan kepastian hukum dan pelindungan hukum serta untuk
meningkatkan, mengarahkan, dan menata berbagai perangkat hukum yang
mengatur penyelenggaraan Keperawatan dan Praktik Keperawatan yang
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Undang-Undang ini memuat pengaturan
mengenai jenis perawat, pendidikan tinggi keperawatan, registrasi, izin praktik,
dan registrasi ulang, praktik keperawatan, hak dan kewajiban bagi perawat dan

7
klien, kelembagaan yang terkait dengan perawat (seperti organisasi profesi,
kolegium, dan konsil), pengembangan, pembinaan, dan pengawasan bagi
perawat, serta sanksi administratif. Latar belakang disahkannya UU Nomor 38
tahun 2014 tentang Keperawatan adalah :
1. Bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan
nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan pembangunan
kesehatan;
2. Bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan;
3. Bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat
yang memiliki kompetensi, kewenangan, etik, dan moral tinggi;
4. Bahwa mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam
Peraturan Perundang-undangan guna memberikan pelindungan dan kepastian
hukum kepada perawat dan masyarakat;
5. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang
Keperawatan;
Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah
Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

E. Definisi Peran Advokasi Perawat


Nelson dalam Blais et al (2012) menjelaskan tujuan utama dari advokat pasien
adalah melindungi hak-hak pasien. Peran advokat pasien memiliki tiga
komponen utama, yaitu sebagai pelindung, mediator, dan pelaku tindakan atas
nama pasien. Dari ketiga komponen utama peran perawat sebagai advokat,
maka dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Sebagai pelindung, peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan utama
yaitu untuk membantu pasien dalam membuat keputusan. Peran perawat
dalam hal ini ditekankan untuk menyerahkan segala keputusan tentang

8
perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri, sesuai
dengan nilai-nilai yang dianut pasien. Tindakan perawat yang termasuk di
dalamnya yaitu perawat memberikan alternatif pilihan kepada pasien saat
akan mengambil keputusan tentang terapi yang akan diambil, menyediakan
format persetujuan tindakan penjelasan atas pemulangan dini pasien dari
perawatan, serta memutuskan dokter yang akan merawatnya.
b. Sebagai mediator, peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan untuk
menjembatani komunikasi antara pasien dengan tim kesehatan lain di rumah
sakit. Tindakan perawat yang termasuk di dalamnya yaitu perawat menemani
pasien saat kunjungan dokter, menentukan menu diet bersama ahli gizi, dan
juga memberikan penjelasan kepada pasien mengenai pengobatan yang
diterimanya;
c. Sebagai pelaksana tindakan, peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan
utama untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan yang
dibutuhkan pasien. Tindakan perawat yang termasuk didalamnya yaitu dengan
memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi
pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua
kebutuhan pasien selama dalam perawatan.
d. Perannya sebagai advokat, perawat diharapkan mampu untuk bertanggung
jawab dalam membantu pasien dan keluarga menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya serta
mempertahankan dan melindungi hak–hak pasien. Hal ini harus dilakukan,
karena pasien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan.

F. Penerapan Peran Advokasi Perawat dalam Kasus Keperawatan Kritis


Perawat yang berada di area keperawatan kritis memberikan pelayanan secara
langsung dan intensif kepada pasien yang berada pada kondisi kritis atau
mengancam jiwa yang berada pada ruang perawatan khusus (ruang intensif).
Selain memiliki keterampilan untuk melakukan kaji cepat terhadap perubahan
kondisi yang dapat berisiko mengancam jiwa pasien dan kemampuan untuk

9
menggunakan peralatan yang spesifik di ruangan kritis, perawat kritis juga
diharapkan mampu untuk bekerja sama dengan dokter dan anggota tim
kesehatan lainnya maupun keluarga pasien. Perawat kritis diharapkan harus
kompeten secara fisik, mental, dan emosional dalam bekerja menangani pasien
yang berada dalam berada pada kondisi yang tidak stabil sehingga
membutuhkan peralatan untuk memonitor jantung dan paru begitu juga dengan
pengobatan lainnya. Perawat kritis yang ideal mempunyai komunikasi
interpersonal, jiwa kepemimpinan, perencanaan strategis, berpikir kritis, dan
pengambilan keputusan yang baik.
Perawat kritis diharapkan mampu berperan sebagai mediator, fasilitator
yang baik antara pasien, keluarga, maupun tim kesehatan lain. Perawat kritis
bisa membela hak dan nilai pasien dan keluarganya, mengkomunikasikan
harapan dan keinginan pasien dan keluarganya kepada anggota tim kesehatan
lainnya begitu pula sebaliknya. Contoh kasus penerapan peran advokasi perawat
dalam kasus keperawatan kritis yaitu sebagai berikut :
1. Peran perawat saat orientasi pasien dan keluarga masuk ke ruang ICU.
Perawat melakukan orientasi dan edukasi kepada keluarga pasien yang baru
masuk. Perawat memberikan informasi tentang jam berkunjung, dokter
penanggungjawab (DPJP), hak pasien dan keluarga, alur layanan, rencana
terapi, perencanaan, keperluan yang diperlukan oleh pasien, mengajarkan cuci
tangan, pengenalan peralatan dalam perawatan, dll. Perawat juga menjawab
semua pertanyaan keluarga/kakak pasien dan melakukan evaluasi terhadap
tindakan yang dilakukan. Perawat mengarahkan dan langsung menunjukkan
ruangan atau alat, perlu untuk diorientasian nama perawat, ruangan, waktu
dan tempat apabila pasien berada dalam kondisi kesadaran penuh (compos
mentis), penggunaan gelang identitas harus ada dimulai saat pasien masuk ke
rumah sakit. Kelompok sudah menjelaskan dengan baik semua informasi saat
orientasi dan melakukan edukasi pada keluarga pasien yang masuk ke ruang
intensif. Peran perawat saat edukasi pada pasien dan keluarga tentang
penggunaan peralatan hemodinamik di ICU. Perawat melakukan penjelasan
tentang fungsi alat ke pasien dan keluarga, penjelasan kondisi kepada
keluarga, penjelasan oksimetri, alat elektrokardiogram (EKG) dan

10
interpretasinya, nadi, nilai normalnya, saturasi oksigen dan perlunya untuk
pemberian oksigen, pemantauan tekanan darah, pernapasan, suhu tubuh dan
ooordinasi dengan keluarga apabila akan diberikan tindakan perawat
memberikan inform consent untuk ditandatangani keluarga.
2. Peran perawat ketika advokasi kondisi pasien kritis saat ronde multidisiplin
tentang rencana perawatan pasien. Dalam kasus ronde multidisiplin ini
perawat hendaknya berfungsi sebagai penyelia, mediator, fasilitator antara
pasien, keluarga, dan tim kesehatan. Advokasi perawat dalam ronde
multidisiplin adalah dimana perawat dapat menyampaikan keinginan dan
harapan keluarga, begitu pula sebaliknya perawat dapat menjelaskan kondisi
dan keputusan tim kesehatan saat ronde. Perawat dapat memfasilitasi keluarga
untuk pengambilan keputusan dalam keluarga. Perawat diharapkan untuk
tidak mengarahkan keluarga untuk mengambil keputusan tertentu.
3. Peran perawat saat memberikan kabar tidak baik untuk keluarga pasien. Pada
situasi ini perawat memberikan edukasi kepada pada salah seorang anggota
keluarga yang dapat bertanggung jawab dan mengambil keputusan dalam
situasi yang kritis. Perawat dapat memfasilitasi keluarga untuk dapat
mendampingi pasien dalam fase terminal sehingga pasien dapat meninggal
dengan bermartabat.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan serta uraian tentang peran dan fungsi perawat serta fungsi
advokasi pada kasus keperawatan kritis tersebut, maka dapat diambil berbagai
kesimpulan antara lain sebagai berikut.
1. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari
luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Dalam menjalankan perannya,
perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya fungsi independent,
fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
2. Tujuan peran perawat advokadi bukan untuk mendapatkan kepuasaan dari
professional kesehatan lain tetapi lebih untuk membantu pasien mendapatkan
asuhan yang terbaik.
3. Peran perawat dibedakan menjadi : care giver, client advocate, counsellor,
educator, collaborator, coordinator, change agent,consultat, fungsi perawat
dibedakan menjadi :fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi
interdependen.
4. Landasan hukum penerapan peran advokasi perawat UU Nomor 38 tahun
2014 tentang Keperawatan
5. Tujuan utama dari advokat pasien adalah melindungi hak-hak pasien. Peran
advokat pasien memiliki tiga komponen utama, yaitu sebagai pelindung,
mediator, dan pelaku tindakan atas nama pasien.
6. Perawat yang berada di area keperawatan kritis memberikan pelayanan secara
langsung dan intensif kepada pasien yang berada pada kondisi kritis atau
mengancam jiwa yang berada pada ruang perawatan khusus (ruang intensif).

B. Saran
Diharapkan kepada seluruh perawat agar mampu menjadi advokator yang baik
dan handal, yang berkerja secara profesional, yang tidak hanya menjadi
advokator pasien/klien, tapi juga menjadi pembela kelayakan untuk keluarga
pasien, baik itu dari segi kenyamanan, kelayakan dan juga pelayanan- pelayanan

12
keperawatan lainnya, selain itu sebagai sejawat yang berhubungan langsung
dengan pasien perlu saling mengingatkan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, meskipun banyak kesenjangan, konflik, dan latarbelakang yang
berbeda, sebagai suatu tim harus bekerjasama dalam memberikan pelayanan
yang berkualitas dan berintegritas.

13
DAFTAR PUSTAKA
Afidah, E.N., & Madya, S. (2013). Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat
Perawat Di Rumah Sakit Negeri di Kabupaten Semarang, Vol.1, No.2. Diakses
dari https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/view/1008

Basford, L. dan Slevin. (2016) Teori & Praktek Keparawatan. Pendekatan


Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta: EGC

Bastable. (2012). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip Pengajaran. Jakarta: EGC.

Blais, K. K., Hayes, J. S., & Kozier, B. (2012). Praktek Keperawatan


Professional. Jakarta: EGC

Doheny. (2012). Peran Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan. Diakses


dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/peran-perawatasuhan-
keperawatan.html#.Ul84iKI8PhY

Felle, Z.R. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Advokat


Bagi Pasien Di Rumah Sakit Umum Abepura, Jurnal Tropis Papua Vol.1, No.1,
ISSN: 2654 – 5756.

Kandar, Maria S., & Tofi’ah. (2015). Pelaksanaan Peran Perawat Sebagai
Advokad Dalam Pemberian Informed Concent Tindakan ECT Premedikasi Di
RSJD Dr. Amino Gondhoutomo Provinsi Jawa Tengah. Diakses dari
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1602/1654

Kusnanto. 2013. Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.


Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Simamora, R.H. (2013). Upaya Pembinaan Perawat di Rumah sakit Ngesti


Waluyo Parakan Temanggung Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Soedirman,
Vol.8, No.2.

Sudarman, M. (2016). Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Suryani, M., Setyowati, & Luknis, S. (2013). Pemahaman Dan Perilaku Perawat
Dalam Melaksanakan Peran Advokat Pasien Di Rumah Sakit. Diakses dari
http://182.253.197.100/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/15 6/180

UU Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

14

Anda mungkin juga menyukai