Disusun Oleh:
Esme Anggeriyane
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana, guna memenuhi tugas Mata Kuliah Etik dan Hukum dalam
Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan pembuatan makalah penulis
dimasa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bentuk asuhan keperawatan itu sendiri merupakan suatu proses dalam praktek
keperawatan yang langsung diberikan klien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman
pada standar keperawatan, dilandasi etik keperawatan dalam lingkup
wewenang dan tanggungjawab keperawatan.
1
kegiatan perawat dilaporkan secara jujur dengan begitu klien akan merasa
yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan,
pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya dengan begitu
akan terlihat citra perawat secara positif.
Namun, persepsi perawat di masyarakat saat ini masih rendah karena menurut
masyarakat perawat identik dengan sombong, judes, tidak ramah. Hal ini
didukung dengan penelitian Peluw (2007) yang menggambarkan adanya
persepsi yang negatif seperti melakukan tindakan yang kurang tepat, kurang
terampil, kurang komunikasi dengan pasien, kurang cepat menanggapi
keluhan pasien. Bahkan tayangan-tayangan yang menggambarkan hal-hal
yang tidak baik dan tidak sesuai dengan perawat, entah itu dari keprofesianya,
maupun atribut-atribut yang dikenakan oleh perawat.
Dengan fakta dan masalah yang sudah berkembang dimasyarakat perlu adanya
revolusi langkah strategis dari seluruh elemen keperawatan dari kalangan
pendidikan (dosen dan mahasiswa), perawat praktisi, dan peran serta tokoh
masyarakat untuk menumbuhkan citra perawat yang baik.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan menganalisa pandangan masyarakat terkait
peran perawat.
2
3. Mengetahui dan memahami gambaran pandangan masyarakat terkait
peran perawat
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah seseorang yang
berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi
seseorang karena sakit, luka, proses penuaan yang telah menyelesaikan
pendidikan perawatnya baik didalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4
3.2 Peran Perawat
Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari
luarprofesi keperawatan yang bersifat konstan.
5
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
3.2.1.6 Konsultan, perawat sebagai tempat konsultasi terhadap
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
3.2.1.7 Peneliti, perawat mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis yang terarah sesuai dengan
metode pemberi pelayanan keperawatan.
6
3.3 Fungsi Perawat
Menurut Budiono & Pertami (2015) Fungsi perawat adalah suatu
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi
tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada, perawat
dalam menjalankan perannya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
7
3.4 Tugas dan Tanggungjawab Perawat
3.4.1 Tugas dan tanggungjawab perawat disepakati dalam lokakarya
tahun 1983, yang berdasarkan tugas dan tanggungjawab
perawat dalam memberi asuhan keperawatan sebagai berikut:
3.4.1.1 Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien.
3.4.1.2 Jika perawat terpaksa menunda pelayanan maka
perawat bersedia memberikan penjelasan dengan ramah
kepada kliennya (explanation about the delay).
3.4.1.3 Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect)
yang ditunjukan dengan perilaku perawat. Misalnya
mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk,
bersalaman dan sebagainya.
3.4.1.4 Berbicara dengan klien berorientasi pada perasaan klien
(subject the patients desires) bukan pada kepentingan
dan keinginan perawat.
3.4.1.5 Tidak mendiskusikan klien lain didepan pasien dengan
maksud menghina (derogatory).
3.4.1.6 Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami
klien dalam sudut pandang klien (see the patient point
of view).
8
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Tren dan Issue tentang Pandangan Masyarakat terkait Peran Perawat
3.1.1 Kasus 1
Menurut majalah Online Kompasiana.com, 2010 menyatakan Selama
ini profesi perawat memiliki persepsi berbeda dikalangan masyarakat.
Banyak masyarakat sekarang ini menganggap bahwa perawat hanyalah
sekedar pembantu dokter, yang tanpa dokter perawat tidak dapat
melakukan tugasnya dengan sempurna, anggapan ini telah menjadi
penilaian utama terhadap profesi seorang perawat. Akibatnya banyak
masyarakat yang menganggap bahwa profesi seorang perawat itu
rendah.
9
sehari-hari, seperti ketika pasien mau makan, minum, mandi, buang air
besar maupun kecil. Melihat tugas keseharian perawat seperti inilah
yang membentuk pandangan masyarakat akan tugas seorang perawat
tidak lebih dari seorang pembantu.
Jika dikaji lebih dalam sebenarnya tanggung jawab seorang perawat itu
sangat besar, di balik tugasnya yang harus memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat seorang perawat juga berperan dalam
kesembuhan pasien. Bila perawat yang menangani pasien tidak
profesional maka pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien pun akan
terganggu. Obat yang bagus dan dokter yang hebat pun akan tidak
berpengaruh jika perawatnya salah. Jadi peran perawat sangat besar
dalam proses penyembuhan seorang pasien. Tanpa sadari, perawat
sebenarnya mengemban tugas yang berat. Mereka harus bisa menjadi
seperti seorang dokter, apoteker, psikiater, psikolog bahkan teman yang
dapat menjadi tempat curhat bagi pasien. Hal itu karena perawat
memang harus memeriksa atau mendiagnosa, menyarankan obat,
menjadi tempat curhat, memberi nasehat pada pasien, menemani pasien,
bahkan hingga menjadi tempat pelampiasan pasien yang marah.Seorang
perawat sering menjadi tempat pelampiasan kemarahan pasien, hal ini
bisa terjadi ketika seorang pasien mengalami gangguan kejiwaan atau
ketika pasien didiagnosa oleh seorang dokter mengidap penyakit
tertentu, tentu pasien shock ketika mendengar berita tersebut. Dalam
situasi seperti ini peran perawat sangat dibutuhkan terlebih-lebih untuk
penenangan jiwa pasien. Selain itu peran perawat juga dapat dilihat
ketika seorang pasien yang sedang putus asa. Walaupun dokter
mengatakan dia baik-baik saja, tapi pasien tersebut tetap merasa bahwa
dia sakit. Hal yang seperti ini dapat dirawat agar perasaan itu tidak ada
lagi. Selain tugas seorang psikiater dan psikolog, di sini perawat juga
dapat berperan untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien tersebut
agar menjadi sehat seutuhnya atau dengan kata lain sehat jasmani dan
10
rohani. Bahkan, orang yang sudah divonis mati pun harus tetap dilayani
oleh perawat untuk memenuhi kebutuhannya agar tetap semangat dan
bisa meninggal dengan keadaan damai. Karena di sini, tugas dokter
hanya memeriksa biologisnya saja, atau seorang psikolog hanya dari
psikologinya saja. Tapi bagi perawat, belum tentu orang sehat dibilang
sehat bila orang tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya. Hal ini sesuai dengan prinsip perawat yang harus
mendiagnosa pasien dilihat dari biologisnya, sosialnya, psikologisnya,
dan spiritualnya.
3.1.2 Kasus 2
Menurut majalah Online Kompasiana.com, 2015 memaparkan Tuntutan
masyarakat terkait perawat harus kompeten dalam pelayanan
keperawatan menjadi isu yang menarik. Masyarakat menganggap
perawat adalah bawahan dokter yang tidak bisa bekerja tanpa instruksi
dokter. Dari beberapa kebijakan publik seperti Undang-undang
Keperawatan, Undang-undang Rumah sakit dan lainnya maka dapat
ditarik benang merahnya yaitu bahwa undang-undang merupakan
perangkat yang melindungi masyarakat akan terjaminnya pelayanan
kesehatan di Indonesia. Undang-undang tersebut juga melindungi
tenaga kesehatan terutama perawat terhindar dari tuntutan dengan tetap
menjaga kompetensi dan mutu layanan. Beberapa rekomendasi yang
dapat disampaikan adalah dengan meningkatkan motivasi, isentif dan
fasilitas kerja perawat agar kinerja perawat baik. Supervisi juga perlu
ditingkatkan oleh para manajer keperawatan untuk optimalisasi proses
keperawatan, peningkatan peran PPNI dan rumah sakit untuk menjaga
dan meningkatkan kompetensi perawat sebagai salah satu tenaga
kesehatan.
11
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pembahasan 1
Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup bahkan
merupakan suatu cita-cita bagi sebagian orang. Namun, adapula orang
yang menjadi perawat karena suatu keterpaksaan atau kebetulan,
bahkan menjadikan profesi perawat sebagai alternatif terakhir dalam
menentukan pilihan hidupnya. Terlepas dari semua itu, perawat
merupakan suatu profesi yang mulia. Seorang perawat mengabdikan
dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa membeda-bedakan
mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi yang tepat yang
dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa
orang lain. Seorang perawat juga mengemban fungsi dan peran yang
sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik
kepada klien.
Menjadi seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi
untuk membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Hal ini
dikarenakan kebanyakan masyarakat telah didekatkan dengan citra
12
perawat yang identik dengan sombong, tidak ramah, genit, tidak pintar
seperti dokter dan sebagainya. Seperti itulah kira-kira citra perawat di
mata masyarakat yang banyak digambarkan di televisi melalui sinetron-
sinetron tidak mendidik.
13
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan merupakan peran yang
paling utama bagi seorang perawat. Perawat profesional yang dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan terampil akan
membangun citra keperawatan menjadi lebih baik di mata masyarakat.
Saat ini, perawat vokasional memang masih mendominasi praktik
keperawatan di rumah sakit maupun di tempat pelayanan kesehatan
lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perawat vokasional memiliki
kemampuan aplikasi yang baik dalam melakukan praktik keperawatan.
Namun, perawat vokasional memiliki pengetahuan teoritis yang lebih
terbatas jika dibandingkan dengan perawat profesional.
14
rasa nyaman. Kenyamanan yang tercipta akan membantu klien dalam
proses penyembuhan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.
15
membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Masih banyak lagi
hal lain yang dapat dilakukan oleh seorang perawat profesional untuk
menciptakan citra perawat ideal yang lebih baik lagi di mata
masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, tentu saja diperlukan
kompetensi yang memadai, kemauan yang besar, dan keseriusan dari
dalam diri perawat sendiri untuk membangun citra keperawatan
menjadi lebih baik. Perawat yang terampil, cerdas, baik, komunikatif,
dan dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sesuai dengan
kode etik, tampaknya memang merupakan sosok perawat ideal di mata
masyarakat. Semoga kita dapat menjadi perawat profesional yang
mampu menjadi role model bagi perawat-perawat lain dalam membawa
citra perawat ideal di mata masyarakat.
3.2.2 Pembahasan 2
16
Pada hak yang ke 17 dan 18 pada UU No.44/2009 Tentang Rumah
Sakit dinyatakan: pasien berhak “menggugat dan/ atau menuntut Rumah
Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana” dan pasien
berhak “mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”. Dari hal tersebut terbukti
bahwa masyarakat atau penerima jasa pelayanan kesehatan rumah sakit
mendapatkan perlindungan dan penyaluran penyampaian pendapat atau
keluhan terhadap pelayanan yang tidak sesuai dengan standar.
Standar Akreditasi KARS 2012 standar Hak Pasien dan Keluarga (HPK
3) menyatakan bahwa rumah sakit memberikan penjelasan kepada
pasien dan keluarga mengenai proses untuk menerima dan bertindak
terhadap keluhan, konflik dan perbedaan pendapat tentang pelayanan
pasien serta hak pasien untuk berpartisippasi dalam hal ini (KARS,
2011). Pada standar ini pasien dan keluarga mempunyai peluang untuk
mengajukan komplain dan tuntutan kepada rumah sakit termasuk
terhadap kompetensi perawat bila tidak sesuai standar.
17
boleh melakukan tuntutan terhadap pelayanan yang diberikan apabila
tidak sesuai yang diharapkan. Hal ini juga sesuai dengan standar
akreditasi rumah sakit pada standar Hak Pasien dan Keluarga (KARS,
2011) Pada UU No. 49/ 2014 Tentang Keperawatan yang mengatur
jenis perawat sampai kewenangan dan bagaimana untuk menjaga
kompetensi agar perawat kompeten. Dalam UU ini juga dituntut
perawat harus terregistrasi yaitu dengan kepemilikan Surat Tanda
Registrasi (STR). Untuk mendapatkan STR perawat harus lulus uji
kompetensi dan pemenuhan 25 satuan kredit profesi (SKP), sehingga
dalam UU Keperawatan sendiri perawat dituntut untuk kompeten dan
profesional.
18
Dalam melakukan praktik keperawatan, perawat harus memiliki surat
ijin praktek perawat (SIPP), untuk mendapatkan SIPP perawat harus
memiliki Surat Tanda Reegistrasi (STR), dan untuk mendapatkan STR
harus melalui rekomendasi organisasi profesi dalam hal ini adalah
PPNI. Untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi diperlukan peran
PPNI yang lebih aktif dan mampu memfasilitasi perawat untuk
mendapatkan STR dan SIPP. Sesuai UU No.44/2009 Tentang Rumah
Sakit bahwa pelayanan rumah sakit harus memenuhi standar yang
ditetapkan dan sesuai standar akreditasi maka rumah sakit mempunyai
kewajiban untuk memenuhi standar pelayayan rumah sakit termasuk
standar pelayanan keperawatan. Rumah sakit harus berperan dalam
peningkatan mutu layanan keperawatan dan meningkatkan standar
kompetensi yang sesuai ketentuan sehingga kompetensi perawat akan
tetap terjaga dan terjamin. Kepuasan kerja perawat pada praktik
keperawatan tercapai apabila perawat merasa telah memberikan
kontribusi, dianggap penting, mendapat dukungan dari sumber-sumber
yang ada, dan out-come keperawatan banyak tercapai (Huber, 2006)
19
keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa (Wirawan E.A,
Dwi Novitaasri & Fiki W, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa perlu
peningkatan peran manajer keperawatan yaitu supervisi untuk menjaga
mutu layanan termasuk didalamnya kompetensi perawat. Sesuai UU
No.12/2012 Tentang Pendidikan Tinggi pasal 55 tentang akreditasi
perguruan tinggi termasuk perguruan tinggi kesehatan atau
keperawatan, maka perlu peningkatan standar perguruan tinggi
keperawatan baik negeri maupun swasta dengan melakukan pembinaan
dan pengawasan oleh Dinas Penddidikan Tinggi (Dikti) dan organisasi
profesi PPNI. Dari beberapa kebijakan publik diatas maka dapat ditarik
benang merahnya yaitu bahwa undang-undang merupakan perangkat
yang melindungi masyarakat akan terjaminnya pelayanan kesehatan di
Indonesia. Undang-undang tersebut juga melindungi tenaga kesehatan
terutama perawat terhindar dari tuntutan dengan tetap menjaga
kompetensi dan mutu layanan.
20
profesi khususnya PPNI mempunyai peran yang strategis yaitu
mengawal dan mendorong perawat untuk menjaga dan meningkatkan
kompetensi perawat. PPNI merokemndasikan siapa yang berhak
mendapat STR dan menerbitkan satuan kredit profesi (SKP) sebagai
pengawalan kompetensi perawat. Sesuai amanah UU Tentang
Pendidikan Tinggi perlu peningkatan standar perguruan tinggi
keperawatan baik negeri maupun swasta dengan melakukan pembinaan
dan pengawasan oleh Dinas Penddidikan Tinggi (Dikti) dan organisasi
profesi PPNI sehingga lulusan pendidikan tinggi khususnya perawat
sesuai standar dan kompetensinya.
21
3.2.3.5 Keoptimalan dan kerja sama antara perawat, instansi terkait
dan masyarakat akan sangat membantu dalam peninggakatan
citra perawat tersebut.
3.2.3.6 Dalam penggunaannya, media masa dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk mempromosikan kinerja perawat
professional sebagai pembuktian kesalahan citra yang terlanjur
tertanam dalam masyarakat. Jika melirik dari segi media masa
elektronik, tenaga kesehatan yang marak muncul saat ini yaitu
dokter dengan promosi rajin menyikat gigi malam hari, atau
bidan dengan program BKKBN yang sedang marak di
tayangkan di media masa. Lalu bagai mana dengan perawat?.
Dengan wacana seperti ini bukan tidak mungkin perawat hadir
dengan program senyum, sapa, salam, yang mampu
memberikan informasi maksimal dalam pelayanan masyarakat.
Bahkan bisa jadi perawat hadir dengan inovasi baru seperti
melakukan penyuluhan pencegahan HIV-AIDS dengan secara
berkala, maupun mengadakan tukar pendapat dengan beberapa
perawat di lain daerah maupun di lain Negara. Hal-hal yang
demikian yang secara tidak langsung memperbaiki citra
perawat di mata masyarakat. Pengembangan-pengembangan
informasi yang seharusnya dapat perawat tunjukkan dengan
cara penyatukan berbagai opini perawat dari berbagai tempat,
setidaknya akan lebih membantu memperkaya ide demi
memajukan citra perawat itu sendiri.
22
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuandan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki
diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
4.1.2 Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem,
dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat
maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
4.1.3 Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan
dengan keadaan yang ada.
4.1.4 Tugas dan tanggungjawab perawat diatur dalam perundang-undangan
sehingga diharapkan perawat yang telah menyelesaikan pendidikan
berkompeten berdasarkan standar kompetensi yang harus dimilikinya.
4.2 Saran
Seorang perawat dan mahasiswa keperawatan di dalam berkehidupan di
masyarakat haruslah memperhatikan norma dan etika yang berlaku di
masyarakat, karena etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani
hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari dan membantu dalam
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan yang
perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala
aspek atau sisi kehidupan kita.
23
DAFTAR PUSTAKA
24