Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

FUNGSI ADVOKASI DAN KOMUNIKASI PADA KEGAWAT


DARURATAN

OLEH :
KELOMPOK 1
1. ADELIA ARFIRA (1914201001)
2. IRMA KHAIRANI (1914201013)
3. NUR KHADIJAH (1914201025)
4. SINTIA REZA (1914201032)
5. TAR APRIYANI (1914201036)
6. ELVIA YULANDA SARAGIH (2114201042)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKes FLORA
MEDAN
T.A 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari Keperawatan
Gawat Darurat.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak
yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa
sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami
sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 9 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………………………….................................. 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

1.4 Manfaat...................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................

2.1 Peran dan Fungsi Perawat.......................................................................................6

2.2 Komunikasi dalam Keperawatan Gawat Darurat.................................................13

2.3 Peran dan Fungsi Advokasi Perawat Gawat Darurat............................................16

BAB III PENUTUP .......................................................................................................17

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................17

3.2 Saran.....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi
yang akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien akan
merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Pada pasien gawat
darurat perlu memperhatikan tehnik-tehnik dan tahapan baku komunikasi terapeutik
yang baik dan benar.
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus – menerus
( Kariyo, 1998 ). Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud
dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut harus
dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan baku interaksi terapeutik perawat klien,
tahapan itu adalah tahap pre orientasi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi
( Stuart and Sunden.1998 ). Pelayanan kesehatan menggunakan komunikasi yang
langsung seperti pelayanan kesehatan, Rumah Sakit merupakan tempat untuk
mendapatkan pelayanan baik yang bersifat medik maupun keperawatan.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44
tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak
mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan
segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak
mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan
anggota tubuhnya seumur hidup.
Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu melakukan
komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran situasi
yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn kecemasan dan
memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan puas ataupun
tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan
petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi
terpeutik yang baik.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana efek kondisi kegawat daruratan terhadap pasien dan keluarga?
2. Bagaimana isu end life pada keperawatan gawat darurat?
3. Bagimana komunikasi dalam keperawatan gawat darurat?
4. Apa saja peran dan fungsi advokasi perawat gawat darurat?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui Fungsi Advokasi dan Komunikasi Pada
Kegawat Daruratan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui bagaimana efek kondisi kegawat daruratan terhadap pasien dan
keluarga.
2. Mengetahui bagaimana isu end life pada keperawatan gawat darurat.
3. Mengetahui bagimana komunikasi dalam keperawatan gawat darurat.
4. Mengetahui apa saja peran dan fungsi advokasi perawat gawat darurat.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
Fungsi Advokasi dan Komunikasi Pada Kegawat Daruratan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Dan Fungsi Perawat


Dalam dunia keperawatan modern respons manusia sebagai pengalaman dan
respon orang terhadap sehat dan sakit juga merupakan suatu fenomena perhatian
perawat (sudarman, 2010). Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang
registrasi dan praktik perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
perawat, baik di dalam maupin diluar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam
melaksanakan praktik keperawatan, perawat juga dituntut melakukan peran dan fungsi
sebagaimana yang diharapkan oleh profesi dan masyarakat sebagai pengguna jasa
pelayanan keperawatan.
1. Peran Perawat
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lalin
terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Kusnanto, 2003).
Dalam melakukan peran, seseorang diharapkan memiliki pemahaman dasar yang
diperlukan mengenai prinsip, dalam menjalankan tanggung jawab secara efisien dan
efektif dalam suatu sistem tertentu. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan
mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat professional, meliputi :
a. Care Giver
Sebagai pemberi asuhan keperawatan; sebagai pelaku atau pemberi asuhan
keperawatan dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan
tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan
informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil
analisa data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi

6
masalah yang muncul dan membuat langkah / cara pemecahan masalah,
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan
melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan
dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukannya.
b. Client Advocate
Sebagai pembela untuk melindungi klien. Sebagai advokat klien, perawat
berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam
upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu
klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.
c. Consellor
Sebagai pemberi bimbingan / konseling klien; berfungsi untuk memberikan
konseling kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
sesuai prioritas.
d. Educator
Sebagai pendidik klien, membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik
yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap
hal-hal yang diketahuinya.
e. Collaborator
Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lain dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan
asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
f. Coordinator
Sebagai coordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan potensi
klien. Perawat berfungsi untuk mengkoordinasi, mengatur, mengembangkan,
memberikan informasi untuk perkembangan pelayanan kesehatan.
g. Change agen
Sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan perubahan-
perubahan. Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara

7
berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien /
keluarga agar menjadi sehat.
h. Consultant
Sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah.
2. Fungsi Perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada, dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya :
a. Fungsi independen
Tindakan keperawatan bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan.
Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari
tindakan yang diambil.
b. Fungsi dependen
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan
khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti
pemasangan infus, pemberian obat, dan melakukan suntikan
c. Fungsi interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan. Perawat berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien bersama
tenaga kesehatan lainnya. Perawat bertanggung jawab lain terhadap kegagalan
pelayanan kesehatan terutama untuk bidang keperawatannya.

B. Landasan Hukum Peran dan Fungsi perawat


Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik
sehat maupun sakit. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh
Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan. Keperawatan sekarang memiliki Undang-
undang tersendiri.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 Oktober
2014 dan UU Keperawatan mulai diberlakukan setelah diundangkan oleh Menkumham

8
Amir Syamsudin di Jakarta dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 307 dan Penjelasan Atas UU 38 tahun 2014 tentang Keperawatan dalam
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612 pada tanggal 17 Oktober
2019.
Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan adalah
Pasal 20, pasal 21 dan pasal 28 C undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945. Latar belakang disahkannya UU Nomor 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan adalah :

1. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan;
2. bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan;
3. bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara bertanggung
jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat yang memiliki
kompetensi, kewenangan, etik, dan moral tinggi;
4. bahwa mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam Peraturan
Perundang-undangan guna memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada
perawat dan masyarakat;
5. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Keperawatan
C. Peran Advokasi Perawat
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-
hak klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi

9
mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan
tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:
1. Penyakit yang dideritanya
2. Tindakan medik apa yang hendak dilakukan
3. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya.
4. A lternatif terapi lain beserta resikonya
5. P rognosis penyakitnya
6. Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya
7. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur
8. Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
9. Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed
consent)
10. Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi
yang jelas tentang penyakitnya.
11. Hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
12. Hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain
13. Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sit
14. Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya
15. Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
16. Hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter
17. Hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau
sarana pelayanan kesehatan
18. Hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya
19. Hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut
(second opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter
yang menangani
20. Hak untuk mengetahui isi rekam medik ( Kusnanto,2004 ).
Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah sakit
yang dilaksanakan di instalasi gawat darurat. Adapun tugas instalasi gawat darurat adalah

10
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan
pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis (Depkes R.I
2006). Dalam memberikan perawatan gawat darurat perawat dituntut untuk berpikir kritis
dan bertindak cepat dengan mempertimbangkan perannya sebagai advokat atau pelindung.
Sebagai pelindung, perawat harus membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi
pasien dalam pengambilan tindakan untuk mencegah dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan. Misalnya memastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat yang
diberikan.
Perawat sebagai advocat berperan melindungi hak klien dan membantu menyatakan
hak-haknya. Contohnya perawat memberikan informasi tambahan untuk membantu kklien
dalam mengambil keputusan atas tindakan keperawatan yang diberikan. Selain itu perawat
juga melindungi hak-hak klien dengan menolak tindakan yang dapat membahayakan klien.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perawat mempunyai peran yang
sangat penting dalam pelayanan gawat darurat salah satunya adalah perannya sebagai
advokat atau pelindung. Peranan ini berfungsi untuk melindungi dan mempertahankan hak-
hak yang dimiliki klien.

D. Peran Advokasi dalam Kasus Kegawatdaruratan


Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah sakit yang
dilaksanakan di instalasi gawat darurat. Adapun tugas instalasi gawat darurat adalah
menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta pelayanan
pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis (Depkes R.I
2006). Dalam memberikan perawatan gawat darurat perawat dituntut untuk berpikir kritis
dan bertindak cepat dengan mempertimbangkan perannya sebagai advokat atau pelindung.
Sebagai pelindung, perawat harus membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi
pasien dalam pengambilan tindakan untuk mencegah dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan. Misalnya memastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat yang
diberikan.
Perawat sebagai advocat berperan melindungi hak klien dan membantu menyatakan hak-
haknya. Contohnya perawat memberikan informasi tambahan untuk membantu kklien
dalam mengambil keputusan atas tindakan keperawatan yang diberikan. Selain itu perawat
juga melindungi hak-hak klien dengan menolak tindakan yang dapat membahayakan klien.

11
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perawat mempunyai peran yang sangat
penting dalam pelayanan gawat darurat salah satunya adalah perannya sebagai advokat atau
pelindung. Peranan ini berfungsi untuk melindungi dan mempertahankan hak-hak yang
dimiliki klien.

2.2 Komunikasi dalam Keperawatan Gawat Darurat


A. Pengertian Komunikasi Terapeutik Kegawatdaruratan
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus – menerus
(Kariyo,1998). Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih
lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya
mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan
atau pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat.
Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau
cacat atau kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik Dalam Keadaan Gawat Darurat


Adapun tujuan dari komunikasi terapeutik dalam keadaan gawat darurat adalah :
1. Untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antar perawat dan klien
melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
2. Menciptakan kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami
kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien
cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.

C. Prinsip Komunikasi Terapeutik Dalam Keadaan Gawat Daruat


Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap

12
1. Caring (sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin
memberikan bantuan).
2. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
3. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
4. Empaty (merasakan perasaan pasien)
5. Trust (memberi kepercayaan)
6. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
7. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
8. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
9. Bahasa yang mudah dimengerti
10. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
11. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
12. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.
D. Teknik Komunikasi Terapeutik Dalam Keadaan Gawat Daruat
1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan
oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan
memandang kearah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang
menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat
berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan
balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien
dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan.
Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang
menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara
sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan
sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam
merespon pembicaraan klien.
3. Mengulang Pernyataan Klien

13
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap
komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan
indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
4. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan
untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan
dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide,
perasaan, dan persepsi
5. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat
menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh
klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih
baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang dibicarakan.

2.3 Peran dan Fungsi Advokasi Perawat Gawat Darurat


Salah satu peran perawat adalah pelaksana pelayanan keperawatan. Perawat
kontemporer menjalankan fungsinya dalam kaitannyadengan berbagai peran pemberi
perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, advokat bagi klien, manajer kasus,
rehabilitator, komunikator dan pendidik (Potter & Perry, 2005). Peran perawat sebagai
advokat adalah perawat sebagai pelindung hak-hak klien. Tulisan ini akan membahas
lebih lanjut mengenai peran perawat sebagai advokat dalam pelayanan gawat darurat.
Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah
sakit yang dilaksanakan di instalasi gawat darurat. Adapun tugas instalasi gawat darurat
adalah menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan serta
pelayanan pembedahan darurat bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis
(Depkes R.I. 2006). Dalam memberikan perawatan gawat darurat perawat dituntut
untuk berpikir kritis dan bertindak cepat dengan mempertimbangkan perannya sebagai
advokat atau pelindung. Sebagai pelindung, perawat harus membantu mempertahankan
lingkungan yang aman bagi pasien dalam pengambilan tindakan untuk mencegah dari

14
kemungkianan efek yang tidak diinginkan. Misalnya memastikan pasien tidak memiliki
alergi terhadap obat yang diberikan.(Potter & Perry, 2005)
Perawat sebagai advokat berperan melindungi hak klien dan membantu
menyatakan hak-haknya. Contohnya perawat memberikan informasi tambahan untuk
membantu klien dalam mengambil keputusan atas tindakan keperawatan yang
diberikan. Selain itu perawat juga melindungi hak-hak klien dengan menolak tindakan
yang dapat membahayakan klien. (Kusnanto, 2004)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat mempunyai peran
yang sangat penting dalam pelayanan gawat darurat salah satunya adalah perannya
sebagai advokat atau pelindung. Peranan ini berfungsi untuk melindungi dan
mempertahankan hak-hak yang dimiliki klien.

BAB III PENUTUP

15
3.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu
melakukan komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran
situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn kecemasan dan
memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan puas ataupun
tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan
petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi
terpeutik yang baik.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa
keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan gawat darurat.

DAFTAR PUSTAKA

Kariyo, Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat, EGC. Jakarta.1998.

16
Stuart and Sunden. Principle and Practice of psychiartric Nursing, Sixth –Edition.
Toronto; CV Masby. Co. 1998

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik keperawatan Profesional. Jakarta:


EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Konsep dan Praktik Keperawatan Profesional Buku
Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses dan Klinik (Vol. 1, pp. 265).
Jakarta: EGC.

Ruland, Cornelia M. RN, PhD & Moore, Shirley, M. RN, PhD. Theory Construction
Based on Standards of Care: A Proposed Theory of the Peaceful End of Life.
Nursing Outlook, 1998, 46 (4), p.169-75.

Friedman, et al. (2010). Buku ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, & Praktik.
Edisi 5. Jakarta: EGC

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC

Morton, et al. (2011). Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8.


Volume 1. Jakarta: EGC

Suryani. (2012). Aspek Psikososial dalam Merawat Pasien Kritis (Converence Paper).
Universitas Padjajaran

17

Anda mungkin juga menyukai