Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ETIKA KEPERAWATAN

“Aspek Legal Dalam Keperawatan”

Dosen Pengajar :

Suster Intan l.l kotambunan S.Pd.,M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 8

1.CARLOS JANSEN 2021017

2.ANGGIE MONINGKA 2021012

3.ERIKA WALELENG 2021038

4. GRACE MANDANG 2021049

5.SEFANIA RIMPER 2021104

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
limpahan-Nya kami kelompok 8 mampu menyelesaikan tugas etika
keperawatan.Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dan penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan dan kerjasama kelompok sehingga kendala – kendala yang
di hadapi dapat teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan
aspek legal dalam keperawatan. Makalah ini disusun dengan berbagai ragam
rintangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
Yang Maha Esa makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Akademi Keperawatan Bethesda Tomohon,kami kelompok sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pengajar dan mahasiswa, kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah ini di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran.

Tomohon, 21 Februari 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A.LATAR BELAKANG.....................................................................................1

B.RUMUSANMASALAH.................................................................................2

C.TUJUAN..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Pengertian Aspek Legal Keperawatan.............................................................3

B. Landasan Aspek Legal Keperawatan...............................................................4

C.Dasar Hukum Keperawatan..............................................................................5

D. Hal-hal yang Diatur dalam Aspek Legal.........................................................6

E. Masalah Hukum dalam PraktekKeperawatan..................................................8

F. Proses Legalisasi Praktik Keperawatan...........................................................10

G. Isu Etika Dalam Praktek Keperawatan...........................................................15

BAB III PENUTUP.............................................................................................17

A.KESIMPULAN................................................................................................17

B.SARAN............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat menginginkan perubahan


mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan tugas dokter,
menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka
menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah sebagian
besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi tempat kerja. Jika
praktik keperawatan dilihatsebagai praktik profesi, maka harus ada otoritas atau
kewenangan, ada kejelasan batasan, siapamelakukan apa. Karena diberi
kewenangan maka perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung jawab terhadap
tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.Tuntutan perubahan paradigma
tersebut tidak mencerminkan kondisi dilapanganyangsebenarnya, hal ini dibuktikan
banyak perawat di berbagai daerah mengeluhkan mengenaisemaraknya razia
terhadap praktik perawat sejak pemberlakuan UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan
belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien,

Nursing di Indonesia yang tergolong masih muda dibandingkan dengan di negara


Barat memang tertinggal jauh,bahkan di antara negara-negara Asia sekalipun.
Meskipun demikian, geliat perubahan yang dimulai sejak tujuh tahun terakhir di
tanah air merupakan upaya positif yang sudah pasti memerlukan dukungan semua
pihak. Tetapi yang lebih penting adalahdukungan pemikiran-pemikiran kritis
terutama dari nurses itu sendiri. Pola pikir kritis ini merupakan tindakan yang
mendasari evidence-basedpractice dunia nursingyang memerlukan proses
pembuktian sebagaimana proses riset ilmiah. Pola pikir tersebut bukan berarti
mengharuskan setiap individu menjadi peneliti/researcher. Sebaliknya, sebagai
landasan dalam prakteknursing sehari-hari. Dengan demikian kemampuan
merefleksikan kenyataan praktis lapangan dengan dasar ilmunursing ataupun

1
disiplin ilmu lainnya, baik dalam nursing proses kepada pasien ataupun dalam
melaksanakan program pendidikan nursing, sudah seharusnya menyatu dalam
intelektualitasnurses.

B.Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan aspek legal keperawatan.


2. Apa yang di maksud legislasi keperawatan.
3. Bagaimana undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
4. Bagaimana perlindungan hukum untuk keperawatan.

C.Tujuan

Untuk mengetahui deskripsi aspek legal keperawatan, dasar hukum keperawatan,


standart praktik keperawatan serta tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.

BAB II

2
PEMBAHASAN

ASPEK LEGAL KEPERAWATAN

A.Pengertian Aspek Legal Keperawatan

Legal merupakan sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-undang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Setiap aturan yang berlaku untuk seorang
perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas atau fungsi perawat adalah kode etik
perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh
terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Hukum
mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum yang melahirkan
hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang satu
dengan yang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan
kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu keniscayaan
(Praptianingsih, 2006).

Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak
legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum dan sosial. Contoh kasus
mengeluarkan peraturan bahwa perawat memperoleh tunjangan setiap bulan, maka
setiap perawat yang telah memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat
tunjangan tersebut (Hasyim & Prasetyo, 2012).

Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan


asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya. Perawat perlu tahu
tentang hukum yang mengatur praktik, misal untuk memberikan kepastian bahwa
keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip
hukum.

International CouncilofNurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi


bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1) bidang Professional, Ethicaland
Legal Practice, (2)bidang CareProvisionandManagement (3)danbidang
Professional Development. Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu
kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual

3
yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberkan pelayanan yang
penting kepada masyarakat.

Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang


bertanggungjawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat,
baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa cirri profesionalisme
tersebut merupakan cirriprofessiitu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan
yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah
dengan sikap altruis (relaberkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh
seorang professional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan
diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui
pemberian izin.

Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan.


Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga
kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga
berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat
dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam
profesi kesehatanhanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh
Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan
dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti
tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-
masing. Aspek Legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang dan
Peraturan tentang praktek Keperawatan.

B.LandasanAspek Legal Keperawatan

Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan. Aspek


legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu
Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik
Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.

4
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan.
Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga
kemampuan yang didapat secara berjenjang,kewenangan yang diberikan juga
berjenjang.

Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang


tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi
kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh
Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan
dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti
tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-
masing.

C. Dasar Hukum Keperawatan

a. Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO. 1239 TAHUN


2001 Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :

Ø Pasal 32 (ayat 4) : “Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan


ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

Pasal 153 (ayat 1 dan 2) : (ayat 1) : “ Tenaga kesehatan berhak memperoleh


perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”.
Sedangkan (ayat 2) : “tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

Ø Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan


kewenangannya perawat berkewajiban untuk :

1. Menghormati hak pasien

2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani

3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Yang berlaku

5
4. Memberikan informasi

5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

Ø Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat
yang sengaja :

1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin

2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan /Adaptasi

3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal16

4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17

Ø Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992 tentang


kesehatan, barang siapa dengan sengaja:

1.Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4


ayat 1

2.Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana dimaksud


dalam pasal 5 ayat 1

3.Melakukan kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalamPasal 21 ayat 1

4.Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal22 ayat 1

5.Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

D.Hal-hal yang Diatur dalam Aspek Legal

Adapun Hal- hal yang diatur dalam aspek legal keperawatan meliputi :

1.Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang

sesuai dengan hukum.

2.Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.

6
3.Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.

4.Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan


posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

5.Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat berwenang


melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.

6.Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di


ruang praktiknya.

7.Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan
rumah.

8.Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :

A. Tempat praktik memenuhi syarat


B. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir /buku
kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan

Aspek Legal Keperawatan juga meliputi Kewajiban dan hak Perawat :

a) Kewajiban:

1.Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP

2.Menghormati hak pasien,

3.Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani,

4.Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan aturan undang-undang keperawatan,

5.Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan,

6.Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai dgn


kondisi pasien baik secara tertulis maupun lisan,

7.Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP
yang berlaku,

7
8.Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan
praktik,

9.Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK,

10.Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dengan


kewenangan,

11.Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat,

12.Mentaati semua peraturan perundang-undangan,

13.Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dgn anggota
tim kesehatan lainnya.

b) Hak-Hak Perawat

1. Hak perlindungan wanita,

2. Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.

3. Hak mendapat upah yang layak.

4. Hak bekerja di lingkungan yang baik

5. Hak terhadap pengembangan profesional.

6. Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

E.Masalah Hukum dalam Praktek Keperawatan

Tort : Adalah kesalahan yang di buat kepada seseorang atau hak miliknya

1.Tort intensional. Tindakan terencana yang melanggar hak orang lain, seperti
kekerasan, ancaman dan kesalahan penahanan.

8
a) Ancaman adalah intensional yang mengandung maksud melakukan kontak yang
menyerang dan membahayakan. Contoh: perawat mengancam akan tetap
melakukan tindakan x-ray walaupun pasien tidak menyetujui hal itu.

b)Kekerasan adalah segala sentuhan yang disengaja di lakukan tanpa ijin. Contoh:
perawat mengancam untuk melakukan injeksi tanpa persetujuan klien, jika perawat
tetap memberikan injeksi maka itu disebut kekerasan.

c)Kesalahan penahanan terjadi jika seorang ditahan tanpa adanya surat resmi.
Contoh: hal ini terjadi ketika perawat menahan klien dalam area terbatas yang
mengganggu kebebasan klien tersebut.

2.Tort Kuasi-Intensional adalah tindakan yang tidak direncanakan, tidak akan


menimbulkan hal yang tidak diinginkan jika tindakan tersebut dilakukan, seperti
pelanggaran privasi dan pencemaran nama baik.

a) Pelanggaran privasi adalah melindungi hak klien untuk bebas dari gangguan
terhadap masalah pribadinya. 4 tipe pelanggaran pribadi: gangguan terhadap
privasi, peniruan nama, pemberitaan tentang fakta pribadi/fakta yang memalukan,
dan publikasi palsu tentang seseorang. Contoh: pemberian informasi medis klien
kepada pihak yang tidak berwenang seperti wartawan atau atasan klien.

b) Pencemaran nama baik adalah publikasi pernyataan palsu yang merusak


reputasi seseorang. Niat buruk berarti pihak yang mengeluarkan pernyataan
tersebut mengetahui bahwa pernyataan tersebut adalah palsu dan tetapi tetap
melakukannya.

Slander terjadi saat seseorang memberikan pernyataan palsu secara lisan. Contoh:
seorang perawat memberitahukan kepada orang lain bahwa seorang klien menderita
penyakit menular seksual dan hal itu mempengaruhi karir bisnis klien.

Libel adalah pencemaran nama baik secara tertulis. Contoh: penulisan data palsu.

3.Tort Nonintensional adalah kelalaian atau malpraktek.

a) Kelalaian adalah tindakan yang dapat menjatuhkan standar pelayanan. Contoh:


pemasangan cairan intravena yang salah pada klien/memperbolehkan asisten

9
keperawatan memasukan obat, biasanya akan berakibat pendisiplinan terhadap hal
tersebut.

b) Malpraktek adalah salah satu bentuk kelalaian yang sering disebut kelalaian
profesional. Malpraktek keperawatan adalah akibat dari pelayanan keperawatan
yang dilakukan dibawah standar praktek keperawatan. Contoh: perawat
memasukan obat pada klien padahal pada rekam medis klien tercantum bahwa klien
memiliki alergi terhadap obat tersebut.

F.Proses Legalisasi Praktik Keperawatan

Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau


penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan
kiat dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981).

Legislasi praktek keperawatan merupakan ketetapan hukum yang mengatur hak dan
kewajiban seorang perawat dalam melakukan praktekkeperawatan.Legislasipraktek
keperawatan di Indonesia diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
tentang registrasi dan praktek perawat.

Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri Kesehatan


No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang “Perawat sebagai tenaga profesional
bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara
mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kewenangannya.Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur tentang hak dan
kewajiban seseorang untuk terkait dengan pekerjaan/profesi.”

1. Tujuan utama Legalisasi adalah untuk melindungi masyarakat serta melindungi


perawat.

2.Tujuan Yang lainnya adalah:

a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

b. Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan

c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan

d. Menapis IPTEK keperawatan

10
e. Menilai boleh tidaknya praktik

f. Menilai kesalahan dan kelalaian

3. Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan

a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.


b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatassystem
keperawatan.
c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan.
d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.

4. Fungsi legislasi keperawatan :

a. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan


keperawatan yang diberikan.
b. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan
c. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
d. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
e. Memotivasi pengembangan profesi.
f. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain :

A.Surat Izin Perawat (SIP)

Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat setelah lulus dari
pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktek keperawatan.

11
Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib) mendaftarkan diri
pada kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi untuk mendapat Surat Izin
Perawat (SIP) sebagai persyaratan menjalankan pekerjaan keperawatan dan
memperoleh nomor registrasi. Sasarannya adalah semua perawat.Sedangkan yang
berwenang mengeluarkannya adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsidimana
institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja sebelum ditetapkan
keputusan ini memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan kabupaten/kota
diwilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.

Jenis dan waktu registrasi :

a. Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan


keperawatan selambat-lambatnya 2 tahun sejak peraturan ini di keluarkan.

b. Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal registrasi sebelumnya,


diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.

B.Surat Izin Kerja (SIK)

Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktek
keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.SIK hanya berlaku pada satu tempat
sarana pelayanan kesehatan. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIK adalah
kantor dinas kabupaten / kota dimana yang bersangkutan akan melaksanakan
praktek keperawatan.

C.Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)

Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
menjalankan praktek keperawatan secara perorangan atau kelompok.SIPP hanya
berlaku untuk satu tempat praktek perorangan atau kelompok dimana yang
bersangkutan mendapat izin untuk melakukan praktek perawat. Pejabat yang
berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang
bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.

D.Kredensial

Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi


keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi keperawatan

12
mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan
anggotanya. Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi), registrasi
(pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi (KozierErb, 1990).

Proses penetapan dan pemeliharaan kompetensi dalam praktek keperawatan


meliputi:

1.Pemberian Lisensi

pemeliharaan lisensi adalah pemberian izin kepada seseorang yang memenuhi


persyaratan oleh badan pemerintah yang berwenag, sebelum ia diperkenankan
melakukan pekerjaan dan prakteknya yang telah ditetapkan.

Tujuan lisensi ini:

A. Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan


hanya bagi yang kompeten
B. Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai
kompetensi yang diperlukan

II. Registrasi

Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada badan
resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar
diizinkan memakai sebutan registerednurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus
telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan
pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun registrasi harus
diperbaharui setiap satu atau dua tahun. Dalam masa transisi professional
keperawatan di Indonesia, sistem pemberian izin praktik dan registrasi sudah
saatnya segera diwujudkan untuk semua perawat baik bagi lulusan SPK, akademi,
sarjana keperawatan maupun program master keperawatan dengan lingkup praktik
sesuai dengan kompetensi masing-masing.

Register Nurse:

1. Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok


2. Menegakkan diagnosa keperawatan
3. Menentukan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan

13
4. Membuat rencana strategi perawatan
5. Menyusun intervensi keperawatan untuk mengimplementasikan strategi
perawatan
6. Memberi kewenangan intervensi keperawatan yang dapat dilaksanakan
orang lain, dan tidak bertentangan dengan undang-undang

Tujuan registrasi:

1. Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktek keperawatan


2. Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif
3. Mengidentifikasi jumlah dan kwalifikasi perawat yg akan melakukan
praktek keperawatan
4. Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah dan kwalitas
perawat profesional

III. Sertifikasi

Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah memenuhi


standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu seperti kesehatan
ibu dan anak, pediatric, kesehatan mental, gerontology dan kesehatan sekolah.
Sertifikasi telah diterapkan di Amerika Serikat.Di Indonesia sertifikasi belum
diatur, namun demikian tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang hal ini
dilaksanakan.

Tujuan sertifikasi:

1. Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat sesuai dengan


pendidikan tambahan yg diikutinya
2. Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek perawat sesuai
pendidikan
3. Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek keperawatan

IV. Akreditasi

Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status akreditasi


kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau badan
pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil.

14
Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan penilaian/pengukuran
untuk pendidikan DIII keperawatan dan sekolah perawat kesehatan dikoordinator
oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1 oleh Dikti. Pengukuran rumah
sakit dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini
terus dikembangkan.

G. ISU ETIK DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

1. Euthanasia

Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”. Eu ­artinya baik, tanpa
penderitaan ; sedangkan thanathos -artinya mati atau kematian. Dengan demikian,
secara etimologis, euthanasia dapat diartikan kematian yang baik atau mati dengan
baik tanpa penderitaan.Ada pula yang menerjemahkan bahwa euthanasia secara
etimologis adalah mati cepat tanpa penderitaan.

2. Aborsi

Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi pada umumnya
dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan
kontrasepsi yang gagal, perkosaan, ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah.

Pelegalan aborsi dimaksudkan untuk mengurangi tindakan aborsi yang dilakukan


oleh orang yang tidak berkompeten, misalnya dukun beranak. Sepanjang aborsi
tidak dilegalkan maka angka kematian ibu akibat aborsi akan terus meningkat. Ada
yang mengkatagorikan Aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama
agama, ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga
harus dipertahankan, dan lain-lain.

3. Tranplantasi Organ

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari
suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan
persyaratan dan kondisi tertentu.

15
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang
sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini
adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong
penderita/pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan
dibandingkan dengan pengobatan biasa atau dengan cara terapi. Hingga dewasa ini
transplantasi terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini
tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi
non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral. Kendala lain
yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi, adalah
terbatasnya jumlah donor keluarga (LivingRelated Donor, LRD) dan donasi organ
jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para pakar
terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat),
pemerintah dan swata.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Aspek legal keperawatan adalah suatu aturan keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya. Aspek legal
keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktik
profesi, sehingga tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek
Keperawatan. Fungsi hukum dari aspek legal dalam praktik keperawatan
merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam menjalankan praktik keperawatan.
Dengan hukum tersebut, perawat dapat menentukan batas – batas kewenangan serta
hak dan tanggung jawab sebagai perawat.
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Tanggung gugat (akuntabilitas)
adalah mempertanggungjawabkan perilaku dan hasilnya termasuk dalam lingkup

16
peran profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara
tertulis tentang perilaku tersebut dan hasilnya. Perawat memiliki tanggung jawab
dan tanggung gugat kepada pasien, sehingga aspek legal keperawatan sebagai
pedoman perawat perlu dijalankan dengan sebaik-baiknya.

B.SARAN
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan
keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,dalam
menyelesaikan masalah kesehatan dan kompleks, memberikan tindakan
keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian
masalah keperawatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya
memandirikan sistem klien, memberikan pelayanan keperawatan disarana
kesehatan dan tatanan lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan medis
terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis
permintaan obat, melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.
Untuk menunjang kegiatan tersebut seorang perawat diharapkan terdaftar pada
badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

http://kharisshodiq.blogspot.com/2009/10/aspek-legal-dalam-keperawatan.html

https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/UU%20Nomor
%2038%20Tahun%202014.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai