Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1


(DOSEN PENGAMPU : EDISON SIRINGIRINGO,S.KEP.NS.M.KEP)

KELOMPOK : TIGA
KETUA : ANDI AISAH
ANGGOTA : 1. NURWANA 6. SYAHRANIA MUTMAINNA
2. NUR ILMA 7. SILVINA AYU
3. SAKINA 8. ADELIA CITRA
4. IMELDA 9. NURUL HAJRAH
5. RESKI ANDRIANI PUTRI

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


DOMSILI SELAYAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa. Hanya dengan berkah dan
anugerah-Nya, proses penulisan naskah dan penyusunan tentang makalah konsep dasar
keperawatan 1 ini dapat berjalan dengan lancar. Dunia keperawatan sejatinya tidaklah mudah
dimengerti, seperti yang banyak orang kira. Begitu banyak hal yang harus dipahami dan
dmengerti.

Makalah yang kami susuan ini membahas tentang perlindungan hukum dalam praktik
keperawatan, nursing advocacy, pengambilan keputusan legal etis. Dengan hadirnya makalah ini,
diharapkan dapat memberi manfaat bukan hanya bagi mereka yang terlebih dahulu menggeluti
profesi perawat. Tetapi juga dapat digunakan bagi mereka yang awam yang ingin terjun dalam
keperawatan, praktisi keperawatan, hingga masyarakat umum yang ingin menjadi cerdas dalam
memeriksakan kesehatannya.

Dengan segenap hati, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
turut memberikan konstribusi dalam proses penyusunan makalah ini. Kami berharap dapat terus
menyempurnakan makalah ini pada waktu mendatang. Oleh karena itu, kami menantikan
komentar, kritik dan masukan dari pembaca sekalian. Akhir kata selamat membaca, semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi sumber inspirasi bagi siapa saja yang membacanya.

Selayar,18 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat pada era sekarang
berhadapan dengan perawatan klien yang mengharapkan asuhan keperawatan yang
berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional sebagai penyedia perawatan
kesehatan terdidik dengan baik.
Pelayanan kesehatan mempunyai peranan penting dalam menentukan
keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Salah satu factor yang mendukung
keyakinan diatas adalah kenyataan yang dapat dilihat di unit pelayanan kesehatan seperti
dirumah sakit. Namun pada saat ini sangat disayangkan bahwa pelayanan kepperawatan
masih jauh dari apa yang diharapkan, keadaan ini bukan hanya disebabkan oleh
terbatasnya kemampuan professional yang dimiliki oleh sebagian besar jenis tenaga.
Proses keperawatan merupakan suatu jawaban atas pemecahan masalah dalam
keperawatan, karena proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan
secara sitematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah digunakan secara sistematis
dalam mencapai diagnose masalah kesehatan pasien. Merumuskan tujuan yang ingin
dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan keperawatan.
Proses keperawatan mempunyai kontrak social dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat mempercayai perawat sebagai tenaga kerja untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan. Perawat selalu dihadapkan pada situasi atau dilemma etik
dalam penelitian maupun praktik klinis. Tantangan terkait etika dalam keperawatan sudah
sejak lama dihadapi oleh perawat, terutama Florence nightingale. Membahasa tentang
tugas etika kerahasiaan, komunikasi serta sentrilisasi dalam pemenuhan kebutuhan
pasien.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perlindungan hukum dalam praktik keperawatan?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan nursing advocacy?
3. Bagaimana pengambilan keputusan legal etis?
C. TUJUAN MASALAH
1. Agar mengetahui perlindungan hukum dalam praktik keperawatan;
2. Agar mengetahui maksud dari nursing advocacy;
3. Agar mengetahui pengambilan keputusan legas etis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan

Dalam praktik keperawatan, tentu saja seorang perawat tidak terlepas dari prinsip
hukum . Hukum adalah keseluruhan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu
kehidupan bersama atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu
kehidupan bersama, yang dpaat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum
kesehatan merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik dari
tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan
masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif,
preventif, kuratif,dan rehabilitative serta organisasi dan sarana. Disamping itu, tujuan
hukum yang mengendalikan cakupan praktik keperawatan, ketentuan , perizinan bagi
perawat, dan standar asuhan adalah melindungi kepentingan masyarakat, perawat yang
mengetahui dan menjalanan undang-undang praktik perawat, serta standar asuhan akan
memberikan layanan keperawatan yang aman dan kompeten.

1. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan


keperawatan yang sah dalam asuhan keperawatan klien.
2. Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga professional
kesehatan lain.
3. Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri
4. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan.
5. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain.
6. Membantu mempertahankan standar praktik keperawatan yang meletakkan
posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

Sementara itu,sumber hukum yang dianut perawat berasal dari hukum perundang
undangan ,hukum peraturan ,dan hukum umum.

1.Hukum perundangan undanngan


Hukum yang dikeluarkan oleh badan legislative.mengambarkan dan menjelaskan batasan
legal praktik keperawatan.undang undang ini melindungi hak hak penyandang cacat ditempat
kerja,instuti pendidikan,dan dalam masyarakat.

2.Hukum peraturan atau hukum administrasi


pengambilan keputusan yang dilakukan oleh badan administrasi.Salah satu contoh hukum
peraturan adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan keperawatan tidak kompeten atau todak
etis.

3.Hukum umum

Berasal dari keputusan pengadilan yang dibuat diruang pengadilan saat kasus hukum
individu diputuskan.contoh hukum umum adalah informed consent dan hak klien untuk menolak
pengobatan.

Berdasarkan hukum,perawat memiliki tiga peran berbeda yang saling bergantung,masing


masing dengan hak dan kewajiban yang terkait yaitu sebagai penyedia layanan,pengawai atau
penerima kontrak sebagai penyedia layanan dan warga negara

1.Penyedia layanan
perawat diharapkan memberikan perawatan yang aman dan kompeten.Tersirat
dalam ini adalah beberapa konsep hukum,yakni tanggung jawab,standar,asuhan dan
kwajiban kontrak

2.Pengawai atau penerima kontrak sebagai penyedia layanan


perawat yang diperkerjakan oleh suatu lembaga bekerja sebagai perwakilan
lembaga tersebut dan kontrak perawat dengan klien merupakan bentuk kontrak tersirat.

3.Warga negara
Hak dan kewajiban perawat sebagai warga negara sama dengan setiap induvidu
yang berada dibawah system hukum.Hak hak kewarganegaraan melindungi klien dari bahaya
dan menjamin pemberian hak atas harta pribadi mereka,hak atas privasi,kerahasiaan,dan hak
hak lain.hak ini juga berlaku bagi perawat.
Hal hal yang berkaitan dengan praktik keperawatn diatur dalam undang
undang.Meskipun di indonesi belum terdapat undang undang perlindungan bagi perawat secara
resmi,di indonesia terdapat undang undang yang berkaitan dengan praktik keperawatan,yaiyu
sebagai berikut:

1.Undang undang No.9 tahun 1960,tentang pokok pokok kesehatan bab II (tugas pemerintah)
pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum,wewenang,
dan kesanggupan hukum.

2.Undang undang No.6 tahun 1963 tentang kesehatan undang undang ini merupakan penjabaran
dari undang undang no 9 tahun 1960.undang undang ini membedakan tenaga kesehatan sarjana
dan bukan sarjana.Tenaga sarjana meliputi dokter,dokter gigi dan apoteker.Tenaga perawat
termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,termasuk
bidan dan asisten farmasi dimana menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter gigi dan
apoteker.Pada keadaan tertentu pada tenaga pendidikan rendah dapat diberikan kewenangan
terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.

Undang undang ini boleh dikatakan sudah using karena hanya mengklasifikasikan tenaga
kesehatan secara dikotomis(tenaga sarjana dan bukan sarjana).Undang undang ini juga tidak
mengatur landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan perkerjaan nya.Dalam
undang undang ini belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang
ini dan perawat ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab
mandiri kerena harus tergantung pada tenaga kesehatan lain.

3.UU kesehatan No 14 tahun 1964, tentang wajib kerja paramedis pada pasal 2 ayat (3)dijelaskan
bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,menengah dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada
pemerintah selama 3 tahun.dalam pasal 3 dijelaskan bahwa selama bekerja di pemerintah,tenaga
kesehatan pada pasal 2 memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri sehingga peraturan
peraturan negeri juga diberlakukan terhadapnya.

UU tersebut untuk saat ini tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam mengangkat
pegawai negeri.Penata laksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut,contohnya
bagaimana system rekruitman calon peserta wajib kerja,apa sanksinya bila seseorang tidak
menjalankan wajib kerja dan lain lain.Hal yang perlu di[erhatiakn bahawa UU ini, yaitu posisi
perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk
dokter,sehingga dari aspek profesionalisasi perawat rasanya masih jauh dari kewenangan,tanggu
g jawab terhadap pelayanannya sendiri.

4.SK menkes No.262/per/VII/1979 tahun 1979 SK menkes ini, membedakan paramedic menjadi
2 golongan menjadi 2 yaitu paramedic keperawatan(termasuk bidan)dan paramedic
keperawatan.apabila ditinjau dari aspek hukum,suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga
bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.

5.Permenkes No.363/mankes/per/XX/1980 tahun 1980 pemerintah membuat suatu perbedaan


yang jelas antara tenaga keperawatan dan bidan.tidak seperti halnya dokter,diizinkan
mengadakan praktik swasta ,sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diizinkan.Dokter
dapat membuka praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan bidan dapat menolong
persalinan dan pelayanan KB.Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi profesi
keperawatan.Kita ketahui dinegara lain,perawat diizinkan membuka praktek swasta.Dalam
bidang kuratif,banyak perawat harus menggantikan atau mengisi kekurangan tenaga dokter untuk
menegakkan penyakit dan mengobati terutama dipuskesmas.Akan tetapi,secara hukum hal
tersebut tidak dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang pelayanan rumah.Jika
memang secara resmi tidak diakui,maka seyogyanya perawat harus dibebaskan dari pelayanan
kuratif atau pengobatan benar benar melakukan nursing care.

6.SK Menteri negara pendayagunaan aparatur negara No.94/menpan/1986,tanggal 4 november


1986,tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan system kredit point.Dalam system ini
dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik pangkatnya setiap dua
tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.Dalam SK ini,tenaga keperawatan yang dimaksud
adalah yang sudah mencapai golongan II/a.pengatur rawat/perawat kesehatan/bidan,sarjana
muda/D III keperawatan dan sarjana/S1 keperawatan.sistem ini menguntungkan perawat,karena
dapat naik pengkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/goglongan atasnya.

7. Undang undang kesehatan No.23 tahun 1992 undang undang yang banyak memberi
kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik keperawatan professional,karena dalam
undang undang ini dinyatakan tentang standar praktik,hak hak pasien,kewenangan,maupun
perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
Beberapa pernyataan undang undang kesehatan No.23 tahun 1992 yang dapat dipakai sebagai
acuan pembuatan undang undang praktik keperawatan adalah:

a. Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak
hak pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah
b. Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggrakan
atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangnya
c. Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukumbagi
tenaga kesehatan.

Undang undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat PPNI
pada kongres nasional keduanya disurabaya tahun 1980.setelah kongres tersebut,kemudian para
perawat mulai merekomendasikan perlunya bahan bahan perundang undangan untuk
perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan.

Tidak adanya undang undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh
belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.Tumpang tindih antara
tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi
merasa frustasi kerena tidak adanya kejelasan tentangperan,fungsi,dan kewenangannya.Hal ini
juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan keterampilannya,tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki persatuan perawat nasional
Indonesia(PPNI) telah mendorong disahkannya undang undang praktik keperawatan yaitu:

Pertama,keperawatan sebagai profesi memiliki karakteristik yaitu,adanya kelompok


pengetahuan (body of knowledge)yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah
dalam tatanan praktik keperawatan,pendidikan yang memenuhi standar dan diselenggarakan
diperguruan tinggi,pengendalian terhadap standar praktik,bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap tindakan yang dilakukan,memilih profesi keperawatan sebagai karir seumur
hidup,dan memperoleh pengakuan masyarakat kerena berfungsi mandiri dan kewenangan penuh
untuk melakukan pelayanan dan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan system
klien (individu,keluarga,kelmpom dan komunitas).
Kedua, kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan yang
dipelajari dalam suatu system pendidikan keperawatan yang formal dan terstandar menuntut
perawat untuk akun table terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukannya. Kewenangan
yang dimiliki berimplikasi terhadap kesediaan untuk digugat, apabila perawat tidak bekerja
sesuai standar dan kode etik. Oleh karena itu, perlu diatur system registrasi, lisensi dan sertifikasi
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Kemudia system ini akan melindungi
masyarakat dari praktik perawat yang tidak kompeten karena konsil keperawatan Indonesia yang
kelas ditetapkan dalam undang-undang praktik keperawatan akan menjalankan fungsinya. Konsil
keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi pemberian kewenangan melaksanakan
praktik keperawatan hanya bagi perawat yang mempunyai pengetahuan yang dipersyaratkan
untuk praktik. System registrasi, lisensi, dan sertifikasi ini akan menyakinkan masyarakat bahwa
perawat melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja
sesuai standar.
Ketiga, perawat telah memberikan kosntribusi besar dalam peringkatan derajat kesehatan.
Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan
swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut
pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung
menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan
professional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan
dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, undang-undang ini memiliki tujuan, lingkup
profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepetingan bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi,
pemerintahan dan pihak terkait lainnya).keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi,
fleksibilitasi, efisien dan keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian
interprofesional.
Keempat, kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan semakin meningkat. Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan
keperawatan yang mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum kepada pemberian dan
penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
Bebagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi oleh para ahli.
Beberapa masalah yang dibahas secara singkat disini meliputi:
1. Menandatangani pernyataan hukum

Perawat sering kali diminta menandatangani atau diminta untuk sebagai saksi.
Dalam hal ini perawat hendaknya tidak membuat pernyataan yang dapat
diinterpretasikan menghilangkan pengaruh. Dalam kaitan dengan kesaksian perawat
disarankan mengacu pada kebijakan rumah sakit atau kebijakan dari atasan.

2. Format persetujuan (consent)

Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi pelayanan dalam bentuk


yang cukup bervariasi. Beberapa rumah sakit memberikan format persetujuan pada
awal pasien masuk rumah sakit yang mengandung pernyataan kesanggupan pasien
untuk dirawat dan menjalani pengobatan. Bentuk persetujuan lain adlaah format
persetujuan operasi. Perawat dalam proses persetujuan ini biasanya berperan sebagai
saksi. Sebelum informasi dari dokter ahli bedah atau perawat tentang tindakan yang
akan dilakukan beserta resikonya.

3. Report

Setiap kali perawat menemukan suatu kecelakaan baik yang mengenai pasien,
pengunjung maupun petugas kesehatan, perawat harus segera membuat suatu laporan
tertulis yang disebut incident report. Dalam situasi klinik, kecelakaan sering terjadi
misalnya pasien jatuh dari kamar mandi, jarinya terpotong oleh alat sewaktu melakukan
pengobatan, kesalahan memberikan obat, dll.

Dalam setiap kecelakaan, dokter harus segera diberitahu. Beberapa rumah sakit
telah menyediakan format untuk keperluan ini. Apabila format tidak ada, maka kejadian
dapat ditulis tanpa menggunakan format buku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pencatatan insiden report antara lain sebagai berikut:

a. Tulis kejadian sesuai apa adanya


b. Tulis tindakan yang anda lakukan
c. Tulis nama dan tanda tangan anda dengan jelas
d. Sebutkan waktu dan kapan ditemukan
4. Pencatatn
Pencatatn merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak lepas dari asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat. Pencatatan merupakan salah satu komponen yang
penting yang memberikan sumber kesaksian hukum. Betapapun mahirnya
keterampilan kita dalam memberikan keperawatan, apabila tidak dicatat atau dicatat
tetapi tidak lengkap, maka tidak dapat membantu dalam persidangan. Setiap selesai
melakukan suatu tindakan, maka perawat harus segera mencatat secara jelas tindakan
yang dilakukan oleh pasien. Selain itu, perawat juga harus mencatat respon pasien
terhadap tindakan, serta harus mencantumkan waktu tindakan, kemudian tanda tangan
bagi yang memberikan tindakan.
5. Pengawasan penggunaan obat
Pemerintah indineia telah mengatur pengedaran dan penggunaan obat. Obat ada yang
dapat dibeli secara bebas dan ada pula yang harus dibeli dengan resep dokter. Obat-
obatan tersebut misalnya narkotik disimpan ditempat aman dan terkunci dan hanya
orang-orang yang berwenang yang dapat mengeluarkannya. Untuk secara hukum
hanya dapat diterima dalam pengeluaran dan penggunaan obat golongan narkotik ini,
perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan pencatatan yang benar.
6. Abortus dan kehamilan diluar secara alami
Abortus merupakan pengeluaran awal janin sebelum usia kehamilan 20 minggu,
sehingga janin tidak mempunyau kekuatan untuk bertahan hidup. Abortus merupakan
tindakan pemusnahan yang melanggar hukum, atau menyebabkan lahir prematur
vetus manusia sebelum lahir secara alami.
Abortus telah menjadi masalah internasional dan berbagai pendapat telah diajukan
baik yang menyetujui maupun menentang. Factor-faktor yang mendorong abortus
antara lain sebagai berikut:
a. Pemerkosaan
b. Pria tidak bertanggung jawab
c. Demi kesehatan mental
d. Kesehatan tubuh
e. Tidak mampu merawat bayi
f. Usia remaja
g. Masih sekolah
h. Ekonomi
Kelahiran yang diluar secara alami merupakan kelahiran yang diperoleh dengan
tidak melalui hubungan intim suami istri sebagaimana mestinya. Misalnya melalui
vertilisasi invirto(bayi tabung).
7. Kematian dan masalah yang terkait
Masalah hukum yang berkatian dengan kematian antara lain meliputi pernyataan
kematian, bedah mayat atau otopsi dan donor organ. Kematian dinyatakan oleh dokter
dan ditulis secara sah dalam surat pernyataan kematian.
Surat ini biasanya dibuat beberapa rangkap dan keluarga mendapat satu lembar untuk
digunakan sebagai dasar pemberitahuan, kepada kerabat serta keperluan asuransi.
Pada keadaan tertentu misalnya untuk keperluan peradilan, dapat dilakukan bedah
mayat pada orang yang telah meninggal.
Masalah hukum memamng merupakan hal yang kompleks karena menyangkut nasib
manusia. Menanggapi hal tersebut sebaiknya kita tanamkan bahwa” mencegah lebih
baik daripada mengobati”. Jadi, mencegah masalah hukum lebih baik daripada
memberikan sanksi hukum.

B.Nursing Advocacy
Advokasi adalah tindakan membela hak-hak pasien dan bertindak atas nama pasien. Perawat
mempunyai kewajiban untuk menjamin diterimanya hak-hak pasien. Perawat harus membela pasien
apabila haknya terabaikan (Vaartio, 2005; Blais, 2007). advokasi juga mempunyai arti tindakan
melindungi, berbicara atau bertindak untuk kepentingan klien dan perlindungan kesejahteraan (Vaartio,
2005). Seringkali pasien mengalami ketakutan dan kecemasan berlebihan terhadap penyakitnya. Perawat
atau tim kesehatan lain seharusnya dapat memberikan saran mengenai pengobatan dan proses
kesembuhannya.

> Definisi peran advokasi perawat Informan mengatakan advokasi didefinisikan sebagai:
1. Tindakan perawat dalam memberikan saran tentang pengobatan dan proses kesembuhan.
Berikut pernyataan informan: “….advokasi perawat itu kan peran perawat dimana dia
memberikan saran kepada pasien. Saran yang berhubungan dengan pengobatan dan proses
kesembuhannya dia….”
2. pembelaan kepada pasien dalam hal ekonomi, kenyamanan dan lingkungan. Berikut
pernyataan informan: “….advokat adalah pembelaan artinya perawat itu yang membela
pasien. Itu dari sisi katakanlah ekonomi bisa, dari e….dari kenyamanan juga bisa,
lingkungan juga bisa….”.
3. perlindungan kepada pasien dalam hal kesehatan, tentang cara hidup sehat dan biaya.
Berikut pernyataan “….advokasi perawat itu mungkin perlindungan dari perawat baik itu di
rumah sakit maupun pada fasilitas kesehatan lainnya, perlindungan pasien dalam segala hal.
Mungkin yang pertama itu ya….untuk kesehatannya, perlindungan dalam kesehatannya
ya…kemudian mungkin bisa dari e…cara hidup sehatnya…kemudian dari biaya juga ya….”

>Pelaksanaan tindakan peran advokasi perawat sebagai berikut:


1. Informan mengatakan advokasi dilakukan dengan memberikan informasi tentang diagnose,
diit, latihan, dan penyembuhan. Berikut pernyataan informan: “….Jadi misalkan pasien itu
kok terdiagnosa sakit ini, harus makan-makan harus diit dan lain sebagainya terus apa ya
latihan, exercise atau gimana, itu perawat sedikit banyak ngasih tahu….”. Seluruh
2. informan mengatakan advokasi dilakukan dengan menjadi penghubung antara pasien dengan
tim kesehatan lain seperti dokter atau ahli gizi. Berikut pernyataan informan: “…dan sebagai
penengah juga antara medis dan pasien itu…” .“…kalau perawat kolaborasi ya dengan
dokter, pengobatan apa yang dibutuhkan oleh pasien ya kemudian kita sampaikan pengobatan
yang terbaik untuk pasien dan apakah pasien itu bisa menerima apa enggak…”.
3. informan mengatakan advokasi dilakukan dengan melindungi pasien dari tindakan berbahaya.
Berikut pernyataan informan: “….Terus untuk tindakan kadang-kadang dokter itu menyuruh
kita untuk meresusitasi bayi karena mungkin dia sudah saturasi O2 sudah gak bagus gitu
disuruh bagging, akan tetapi kita menemukan kepada bayi yang mana beratbadannya sangat
ekstrim rendah kita gak bisa karena ketika kita bagging terus menerus yang terjadi nanti
adalah perdarahan kalau enggak nanti perutnya kembung malah kadang ketika bagging malah
bisa jadi nanti dalam memberikan penekanannya terlalu kuat nanti malah g nyampe ke paru-
parunya, karena kita tahu bahwa bagging itu kan manual ya…beda pada bayi-bayi yang
memakai ventilator seperti itu.….”.
>Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran advokasi ialah
1. Informan mengatakan faktor yang menghambat terlaksananya peran advokasi perawat yaitu
kepemimpinan dokter. Berikut pernyataan informan: “….Ya sementara ini kita berusaha
jalan, cuma hambatan tetep masih banyak ya…karena seperti yang mbak sendiri ketahui
bahwa perawat disini kan bukan menjadi mitra tapi yang berjalan kan semacam asisten,
masih dalam tahap perjuangan untuk kita biar bisa dikatakan mitra dengan dokter….”.“…
Karena kita tahu dokter itu yang menguasai rumah sakit. Ketika dokter memberikan terapi
terus kita bilang dokter nanti kalau dikasih ini nanti menjadi seperti ini gimana, yaudah gak
papa. Malah kadang ketika kita menyampaikan kepada dokter gimana kalau pasien dikasih
perawatan seperti ini malah dokter itu mengangggap kita suruh seperti itu. Dokter biasanya
ada yang seperti itu, merasa disuruh dalam memberikan terapi...”.
2. Informan mengatakan faktor yang menghambat terlaksananya peran advokasi perawat yaitu
terbatasnya jumlah tenaga perawat. Berikut pernyataan informan: “….Terus mungkin kendala
waktu juga ya…karena e….dalam kita berinteraksi kepada pasien itu waktunya sangat
sedikit, di dalam satu ruangan misalkan yang kita jaga sore ataupun malam itu cuma 2 orang
padahal pasien banyak malah kadang lebih dari 10 atau lebih dari 15 kan itu yang menjadi
kendala kita juga karena kita begitu banyak merawat pasien, mungkin advokat yang lain dia
hanya punya 1 klien tapi kalau perawat itu kliennya banyak yaitu pasien”.
3. Informan mengatakan faktor yang mendukung terlaksananya peran advokasi perawat yaitu
kondisi pasien yang membutuhkan perawat. Berikut pernyataan informan: “….Faktor
pendukung yang menurut saya kalau disini dari kondisi pasien ya, dokternya juga
mendukung karena dia yang nyuruh gitu kalau pasiennya sendiri kalau kondisi ekonomi
seperti itu kita yang ngomong kan kita lebih dihormati dibanding mungkin untuk kelas
menengah ke atas mereka kan menginginkan langsung oleh tim medis. Maksudnya mereka
biasanya minta langsung kepada dokternya. Tapi kalau mungkin di bangsal ini pasiennya mau
menerima apa yang kita omongkan….”
4. Informan mengatakan faktor yang mendukung terlaksananya peran advokasi perawat yaitu
dukungan instansi yang selalu memotivasi dan memberikan kemudahan untuk melakukan
peran advokasi. Berikut pernyataan informan: “…kaya informasi dari atasan, direktur,
kemudian dari kepala bidang keperawatan terus kepala ruang sendiri memang kita dianjurkan
diharuskan untuk selalu memberikan advokasi pada pasien, perlindungan-perlindungan
seperti yang saya sebutkan tadi, jadi pasien itu tidak merasa terbebani selama opname dan
menjalani perawatan di rumah sakit.

C.Pengambilan keputusan legal etis


Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang
harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat , terutama yang terkait dengan permasalahan pada
tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan praktik keperawatan yang semakin
kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan ditengah situasi yang selalu berubah, serta
perkembangan budaya yang ada menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi lebih berat.
Dampak dari pengambilan keputusan yang tepat akan dibayar dengan harga yang tinggi baik untuk
individu yang memutuskan maupun institusi individu tersebut bekerja.

Dalam Sumijatun(2009), dikatakan bahwa pembuatan keputusan selalu dihubungkan dengan


suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan penerapannya diharapkan akan menjawab
persoalan atau menyelesaikan konflik. Pendapat Kepner dan George tentang pengambilan keputusan
adalah “A decision is always choice between various ways of getting a particular thing done on end
accomplished”.  Pengambilan keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif atau
kemungkinan. Pengambilan keputusan dalam keperawatan diaplikasikan dengan cara membangun model
dari beberapa disiplin ilmu antara lain ekonomi, filosofi, politik, psikologi, sosiologi, budaya, kesehatan,
dan ilmu kperawatan itu sendiri.

- Berpikir Kritis

Untuk dapat mengambil keputusan yang benar perawat harus dapat menerapkan pola
berpikir kritis. Marriner A-Tomey(1996) menyatakan bahwa berpikir kritis  merupakan elemen-
elemen yang yang berasal dari dimensi dasar yang memberikan logika umum untuk suatu alasan
mengapa kegiatan tersubut dilakukan. Elemen-elemen tersebut meliputi tujuan, pusat masalah
atau pertanyaan yang mengarah pada isu yang berkembang, sudut pandang atau kerangka
referensi, dimensi empiris, dimensi konsep, asumsi, implikasi dan konsekuensi yang ada, serta
kesimpulan.

- Analisis Kritis

Analisis kritis merupakan instrumen yang digunakan dalam berpikir kritis dengan
mengembangkan beberapa pertanyaan tentang isu yang ada dan validitasnya, karena pertanyaan-
pertanyaan tersebut dapat membantu dalam menganalisis tahap-tahap dalam pengambilan keputusan.

Pertanyaan dalam analisis kritis


1.      Apakah isu tersebut nyata?

2.      Asumsi apa yang paling utama?

3.      Apakah ada bukti nyata yang valid dan dapat dipercaya?

a.       Yang harus dicari

-         Akurasi data

-         Konsistensi

-         Adanya hubungan/keterkaitan

-         Efek dari kasus

-         Masukkan dalam bingkai pertimbangan

-         Identifikasi secara jelas tentang nilai dan perasaan

b.      Apa yang keluar/tampak

-         Bias

-         Apa yang menimbulkan munculnya emosi

-         Tidak konsisten

-         Kontradiksi

-         klise

c.       Apakah ada konflik dengan sistem yang dianut?

- Berpikir Logis Dan Kreatif

Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa berpikir logis dan kreatif
mempunyai keuntungan-keuntungan seperti memaksimalkan proses-proses pemecahan masalah
secara kreatif, membiarkan otak kanan bekerja pada situasi-situasi yang menantang, memahami
peran paradigma pribadi dalam proses-proses kreatif, mempelajari bagaimana curah-
gagasan(brain Storming) dapat memberikan pemecahan inovatif bagi berbagai masalah, dan
menemukan keberhasilan dalam “berpikir tentang hasil(outcome thinking)”.
- Pemecahan Masalah

Marriner A-Tomey (1996), dalam Sumijatun (2009) menyatakan bahwa mekanisme


berpikir dari otak manusia telah dikonsepkan dalam dua sisi, sisi kanan adalah intuitif dan
konseptualyang digunakan untuk mendorong kreativitas berpikir; sedangkan sisi kiri adalah
analisis dan rangkaian-rangkaian.

Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa pemecahan masalah dikenal
adanya 7 istilah yang sering digunakan, yakni berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis, strategis,
berpikir tentang hasil, dan juga berpikir kreatif.

- Kedudukan Etika Dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan etik merupakan salah satu proses dari pengambilan keputusan,
yang didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan etika. Proses ini mencakup ara pemecahan
masalah, situasi dari permasalahan  dan/ dilema yang dapat dicapai. Jadi proses pengambilan
keputusan merupakan hal yang sama dan di temukan di berbagai situasi yang bermasalah, dengan
demikian situasi sangat bergantung dari norma yang diacu masyarakat seperti etika, interaksi
sosial, dan situasional kontekstual.

- Prinsip Etik sebagai Panduan Pengambilan Keputusan

Dalam Sumijatun (2009) dikatakan bahwa praktik keperawatan melibatkan interaksi yang
kompleks antara nilai individu, sosial dan politik, serta hubungannya dengan masyarakat tertentu.
Sebagai dampaknya perawat sering mengalami situasi yang berlawanan dengan hati nuraninya.
Meskipun demikian, perawat tetap akan menjaga kewajibannya sebagai pemberi pelayanan yang
lebih bersifat kemanusiaan. Dalam membuat keputusan, perawat akan berpegang teguh pada pola
pikir rasional serta tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip etik dan hukum yang
berlaku.

- Model Pengambilan Keputusan Etik

1.      Kozier, dkk(1997)

          ·  Mengidentifikasi fakta dan situasi spesifik

      ·  Menerapkan prinsip dan teori etika keperawatan


       ·  Mengacu kepeda kode etik keperawatan

         ·  Melihat dan mempertimbangkan kesesuaiannya untuk klien

          ·  Mengacu pada nilai yang dianut

 ·   Mempertimbangkan faktor lain seperti nilai, kultur, harapan, komitmen,


penggunaan waktu, kurangnya pengalaman, ketidaktahuan atau kecemasan terhadap hukum,
dan adanya loyalitas terhadap publik.

2.      Potter dan Perry (2005)

·  Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa semua orang mempunyai


maksud yang baik untuk menjelaskan masalah yang ada.

·  Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa semua orang yang terlibat
dalam proses pengambilan keputusan merupakan orang penting dan perlu didengar pendapatnya.

· Mengumpulkan informasi yang relevan, informasi yang relevan meliputi data tentang
pilihan klien, sistem keluarga, diagnosis dan prognosis medis, pertimbangan sosial, dan dukungan
lingkungan.

· Mengidentifikasi prinsip etik yang dianggap penting

· Mengusulkan tindakan alternatif

· Melakukan tindakan terpilih

- Kode Etik Perawat Indonesia

Keputusan Munas VI PPNI di Bandung, Nomor: 09/MUNAS-VI/PPNI/2000 tentang


Kode Etik Keperawatan Indonesia.

Yaitu:

·   Perawat dan Klien

·   Perawat dan Praktik

·   Perawat dan Masyarakat

·   Perawat dan Teman Sejawat

·   Perawat dan Profesi


- Prinsip-Prinsip Etik

Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement (ANA, 1985), dalam Potter dan
Perry(1997) dan juga PPNI (2003) dalam Sumijatun (2009), prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal
sebagai berikut.

1.   Respek

    Perilaku perawat yang menghormati klien dan keluarganya.

2.   Otonomi

       Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat keputusan
sendiri, meskipun demikian masih terdapat berbagai keterbatasan.

3.   Beneficence (Kemurahan Hati)

4.   Non-malaficence

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian
atau cedera pada kliennya.

5.   Veracity (Kejujuran)

6.   Konfidensialitas(Kerahasiaan)

7.   Fidelity (kesetiaan)

8.   Justice (Keadilan)
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dalam memecahkan suatu masalah harus ada yang namanya pengambilan keputusan.
Keputusan adalah pemilihan strategi atau tindakan. Maka pengertian pengambilan keputusan adalah
tindakan memilih strategi atau aksi yang di yakini manajer akan memberikan solusi terbaik atau masalah
tersebut. Jadi kunci pemecahan masalah adalah mengidentifikasi berbagai alternative dari kjeputusan.

B.Saran

Sebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik maupun keperawatan
adalah hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan berbagai macam kasus. Oleh sebab itu baik sekali
bila perawat menumbuhkan minat baca untuk menambah wawasan. Perawat juga harus mampu
menemukan masalah-msalah yang sungguh-sungguh terjadi pada klien untuk menegakkan suatu diagnose
keperawatan yang memerlukan penanganan segera.

Tahap- Tahap Pengambilan Keputusan


1.  Mengidentifikasi masalah.
2.  Mengumpulkan data masalah.BBBBBABABAUIROU48TUIJER4IO3OEBABB
3.  Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative
4.  Memikirkan masalah etis secara berkesinambungan.
5.  Membuat keputusan
6.  Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil evaluasi tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Rifiani,nisya and sulihandari hartanti,2013.Prinsip prinsip dasar keperawatan,jakarta


timur:perpustakaan nasional RI.

Afidah ,etty nurul and sulisno madya,2013.peran advocate perawat dirumah


sakit,kabupaten semarang:fakultas kedokteran.

http://mydocumentlaila.blogspot.com/2016/12/makalah-keperawatan-tentang-
pengambilan.html?=1

Anda mungkin juga menyukai