Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH KEPERAWATAN

PROFESIONAL
Dasar Hukum Praktek Keperawatan Di
Indonesia

OLEH
Kelompok5
GITA RAHMADANI

133110202

RETNA SARI

133110217

RHISKA

133110218

VEVI MURNI YANA ABRIANI 13311O227


KELAS :II A
DOSEN PEMBIMBING : Renidayati,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Jiwa
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN AKADEMIK 2013/2014

KATA PENGANTAR


Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Dasar Hukum Praktek Keperawatan di
Indonesia
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, baik dalam penulisan maupun pembahasannya. Hal ini bukanlah suatu
kesengajaan melainkan keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis
mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih.

Padang, 29 September 2014


Penulis

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR.................................................................................................
i

DAFTAR

ISI................................................................................................................

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar

Belakang.................................................................................................

1
B. Rumusan

Masalah............................................................................................

1
C. Tujuan .............................................................................................................
D. Manfaat ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi

hukum................................................................................................

2
B. Tujuan

hukum

dalam

keperawatan..................................................................

hukum

dalam

keperawatan..................................................................

6
C. Fungsi
9
D. Sumber
E. Peran

hukum.................................................................................................

14
perawat

berdasarkan

hukum...................................................................

16
F. Dasar perlindungan hukum..............................................................................
Hukum Praktek Keperawatan.........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................
21
B. Saran.................................................................................................................
21

DAFTAR

PUSTAKA..................................................................................................

22

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar I ( KD I ). Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan kesadaran
masyarakat sebagai penerima jasa keperawatan terhadap hukum, maka tata tertib hukum
dalam pelayanan keperawatan memberikan kepastian hukum kepada perawat, pasien dan
sarana kesehatan. Kepastian hukum berlaku untuk pasien serta perawat sesuai dengan hak
dan kewajiban masing-masing. Hak dan kewajiban perawat harus dilaksanakan
seimbang. Berdasarkan hal tersebut perawat harus mengantisipasi keadaan yang
diinginkan oleh pasien dengan meningkatkan profesionalisme sebagai seorang perawat
juga memahami hak dan kewajiban serta kewenangannya.
Makalah ini membahas tentang perlindungan hukum dalam praktik keperawatan.
Untuk penerapan praktik keperawatan, perlu ketetapan (legislasi) yang mengatur hak dan
kewajiban perawat yang terkait dengan profesi. Legislasi dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dan perawat. Untuk melindungi
tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas apa
hak dan kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan tugasnya. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya
dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat

hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang diharapkan masyarakat dari
penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat memberikan motivasi dan bermanfaat bagi kita semua.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum?
2. Apakah tujuan hukum dalam keperawatan?
3. Apakah fungsi hukum dalam keperawatan?
4. Apakah sumber hukum dalam keperawatan?
5. Apakah peran perawat berdasarkan hukum?
6. Apakah dasar perlindungan hukumnya?

C. Tujuan
Tujuan umum:
Agar mahasiswa mengetahui dengan jelas bagaimana penerapan hukum dalam praktek
keperawatan, hukum itu sendiri,tujuan hukum,fungsi hukum,sumber hukum,serta peran
perawat dalam praktek keperawatan.
Tujuan khusus:
1.
2.
3.
4.

Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan profesional


Sebagai bahan diskusi
Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan
Untuk mengetahui lebih jauh tentang perlindungan hukum dalam praktik
keperawatan.

D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dapat mengetahui apa itu hukum.


Mengetahui tujuan hukum dalam keperawatan.
Mengetahui fungsi hukum dalam keperawatan.
Mengetahui sumber hukum dalam keperawatan
Mengetahui peran perawat berdasarkan hukum.
Mengetahui dasar perlindungan hukum

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hukum dalam Praktik Keperawatan
Hukum adalah seluruh aturan dan undang-undang yang mengatur sekelompok
masyarakat dengan demikian hukum dibuat oleh masyarakat dan untuk mengatur semua
anggota masyarakat.
B. Tujuan hukum dalam keperawatan
Tujuan hukum yang mengendalikan cakupan praktek keperawatan, ketentuaan,
perizinan bagi perawat, dan standar asuhan adalah melindungi kepentingan masyarakat
.perawat yang mengetahui dan menjalankan undang-undang praktik perawat serta standar
asuhan akan memberikan layanan keperawatan yang aman dan kompeten.
C. Fungsi hukum dalam keperawatan
1. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan
yang sah dalam asuhan klien.
2. Hokum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga propesional kesehatan
lain.
3. Hokum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri.
D.Sumber hukum
Pedoman legal yang dianut perawat berasal dari hukum perundang-undangan, hukum
peraturan, dan hukum umum.

1. Hukum Perundang-undangan
Hukum yang dikeluarkan oleh badan legislatif. Menggambarkan dan menjelaskan
batasan legal praktek keperawatan. Undang-undang ini melindungi hak-hak penyandang
cacat di tempat kerja, institusi pendidikan, dan dalam masyarakat.

2. Hukum peraturan atau hukum administratif


Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh badan administratif. Salah satu contoh
hukum peraturan adalah kewajiban untuk melaporkan tindakan keperawatan yang tidak
kompeten atau tidak etis.
3. Hukum umum
Berasal dari keputusan pengadilan yang dibuat di ruang pengadilan saat kasus hukum
individu diputuskan. Contoh hukum umum adalah informed consent dan hak klien untuk
menolak pengobatan.
Tipe Hukum
1. Hukum Pidana (criminal laws) mencegah terjadinya kejahatan dalam masyarakat dan
memberikan hukuman bagi pelaku tindakan kriminal. Contohnya antara lain
pembunuhan, pembunuhan tidak direncana, dan pencurian.
2. Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam masyarakat dan
mendorong perlakuan yang adil dan pantas di antara individu.
Undang-undang dan strategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi.
Good Samaritan Act adalah salah satu contoh hukum yang dibuat untuk melindungi
perawat saat memberikan bantuan dalam suatu kecelakan. Melakukan praktik yang
kompeten dan aman yang sesuai dengan undang-undang dan standar praktik merupakan
landasan hukum utama terkait keamanan bagi perawat. Dokumentasi yang akurat dan
lengkap merupakan komponen perlindungan hukum yang penting bagi perawat.
Undang-undang dan srategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap
litigasi diantaranya:
1. Good Samaritan Act adalah undang-undang yang ditetapkan untuk melindungi
penyediaan layanan kesehatan yang memberikan bantuan pada situasi kegawatan

terhadap tuduhan malpraktek kecuali dapat dibuktikan terjadi penyimpangan berat


dari standar asuhan normal atau kesalahan yang disengaja di pihak penyedia
layanan kesehatan.
2. Asuransi tanggung wajib profesi seiring meningkatnya tuntutan malpraktik
terhadap para propesional kesehatan, perawat dianjurkan mengurus asuransi
tanggung wajib mereka. Kebayakan rumah sakit memiliki asuransi pertanggungan
bagi semua pegawai, termasuk semua perawat. Dokter atau rumah sakit dapat
dituntut karena tindak kelalaian yang dilakukan perawat dan perawat juga dapat
dituntut dan dianggap bertanggung jawab atas kelalaian atau malpraktik.Rumah
sakit dapat menuntut balik perawat saat mereka terbukti lalai dan rumah sakit
mengharuskan untuk membayar. Oleh karna itu perawat dianjurkan mengurus
sendiri jaminan asuransi mereka dan tidak hanya mengandalkan asuransi yang
disediakan oleh rumah sakit saja.
3. Melaksanakan program dokter para perawatdiharap mampu menganalisis
prosedur dan medikasi yang diprogramkan dokter. Perawat bertanggung jawab
mengklarifikasi program yang tampak rancu atau salah dari dokter yang meminta.
4. Memberikan asuhan keperawatan yang kompeten praktik yang kompeten
adalah upaya perlindungan hukum utama bagi perawat. Perawat sebaiknya
memberikan asuhan yang tetap berada dalam batasan hokum praktik mereka dan
dalam batasan kebijakan instansimaupun prosedur yang berlaku.penerapan proses
keperawatan merupakan aspek penting dalam memberikan asuhan klien yang
aman dan efektif.
5. Membuat rekam medis rekam medis klien adalah dokumen hukum dan dapat
digunakan dipengadilan sebagai barang bukti.
6. Laporan insiden adalah catatan instantsi mengenai kecelakaan atau kejadian luar
biasa.laporan insiden digunakan untuk memberikan semua fakta yang dibutuhkan
kepada personel instansi.
E. Peran Perawat Berdasarkan Hukum
Berdasarkan hukum, perawat memiliki tiga peran berbeda yang saling
bergantung, masing-masing dengan hak dan kewajiban yang terkait, yaitu sebagai
penyedia layanan, pegawai atau penerima kontrak sebagai penyedia layanan, dan warga
negara.
1. Penyedia Layanan

Perawat diharapkan memberikan perawatan yang aman dan kompeten. Tersirat dalam
peran ini adalah beberapa konsep hukum, yakni tanggung wajib, standar asuhan, dan
kewajiban kontrak.
a. Tanggung jawab adalah keadaan atau kondisi untuk bertanggung jawab sesuai
hukum terhadap kewajiban dan tindakan seseorang dan pemberian ganti rugi
secara finansial atas tindak pelanggaran. Perawat, contohnya memiliki kewajiban
untuk berpraktik dan mengarahkan praktik yang dilakukan orang lain di bawah
pengawasan perawat tersebut sehingga bahaya atau cedera pada klien dapat
dicegah dan standar asuhan dapat terjaga.
b. Standar asuhan yang dilakukan atau tidak dilakukan perawat secara hukum
dibatasi oloeh undang-undang praktik perawat dan oleh peraturan tindakan yang
rasional dan bijaksana, yaitu tindakan yang dilakukan oleh tenaga profesional
yang rasional dan bijaksana, dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman
yang sama pada situasi yang sama.
c. Kewajiban kontrak adalah tugas perawat yang harus dilakukan perawat, yaitu
tugas untuk memberikan asuhan, yang ditetapkan berdasarkan kontrak tersurat
dan tersirat.
2. Pegawai atau Penerima Kontrak Sebagai Penyedia Layanan
Perawat yang diperkerjakan oleh suatu lembaga bekerja sebagai perwakilan lembaga
tersebut dan kontrak perawat dengan klien merupakan bentuk kontrak tersirat. Namun
perawat yang diperkerjakan secara langsung oleh klien, contohnya perawat pribadi,
mungkin memiliki kontrak tertulis dengan klien tersebut berisi persetujuan perawat untuk
memberikan layanan profesional dengan biaya imbalan tertentu. Perawat dapat tidak
memenuhi ketentuan dalam kontrak bila ia sakit atau meninggal dunia. Namun kendala
dan masalah pribadi, seperti mobil perawat mogok, bukan alasan yang diterima untuk
melanggar kontrak
3. Warga Negara
Hak dan kewajiban perawat sebagai warga negara sama dengan setiap individu yang
berada di bawah sistem hukum. Hak-hak kewarganegaran melindungi klien dari bahaya
dan menjamin pemberian hak atas harta pribadi mereka, hak atas privasi, kerahasian, dan
hak-hak lain. Hak ini juga berlaku bagi perawat.
Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan
Perawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal pada berbagai peran
mereka. Contohnya, sebagai advokat klien, perawat memastikan klien mendapatkan

haknya untuk menyetujui atau menolak tindakan setelah diberikan informasi yang benar,
serta mengidentifikasi dan melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian terhadap
pasien yang rentan. Aspek legal juga mencakup tanggung jawab untuk melaporkan
perawat yang diduga melakukan penyalahgunaan zat kimia.
Standar Pelayanan
Standar pelayanan ( standard of care ) merupakan pedoman legal bagi praktik
keperawatan dan memberikan batasan minimum pelayanan keperawatan yang dapat
diterima. Standar tersebut mencerminkan nilai-nilai dan prioritas profesi.
Dalam sebuah tuntutan malpraktek, standar pelayanan keperawatan mengukur tindakan
keperawatan dan menentukan apakah perawat melakukan tindakan yang layak dan
bijaksana seperti yang dilakukan perawat lainnya dalam situasi yang sama. Pelanggaran
terhadap standar pelayanan keperawatan merupakan salah satu elemen yang harus
dibuktikan dalam kasus kelalaian atau malpraktik keperawatan.
Dalam tuntutan malpraktek atau kelalaian perawat, seorang ahli keperawatan
memberikan kesaksian kepada juri tentang standar pelayanan keperawatan. Juri
menggunakan standar pelayanan sebagai dasar untuk menentukan apakah perawat telah
melakukan tindakan yang sesuai.
Persetujuan
Formulir persetujuan ( consent ) yang telah ditandatangani dibutuhkan untuk semua
pengobatan rutin, prosedur berbahaya seperti operasi, beberapa program pengobatan
seperti kemoterapi dan penelitian yang melibatkan pasien.
Informed Consent
Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan,
seperti operasi atau prosedur diagnostik invasif, berdasarkan pemberitahuan lengkap
tentang risiko, manfaat, alternatif, dan akibat penolakan.
Informed consent merupakan kewajiban hukum bagi penyelengara pelayanan
kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang dimengerti oleh klien
sehingga klien dapat membuat pilihan. Persetujuan ini harus diperoleh pada saat klien
tidak berada dalam pengaruh obat seperti narkotika.
F. Dasar Perlindungan Hukum
1. Pasal 53 (1) UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan:

1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan


tugasnya sesuai dengan profesinya.
2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medis
terhadap

seseorang

dengan

memperhatikan

kesehatan

dan

keselamatan

yang

bersangkutan.
4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien diatur dalam peraturan
pemerintah.
2. Pasal 54
1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksankan tugas profesinya dapat dikenakan tindakan sangsi
2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan keputusan presiden
3. Pasal 24 (1) PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yg melakukan tugasnya sesuai
dengan standar profesi tenaga kesehatan.
4. Pasal 344 KUHP
Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri,
yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh dihukum penjara selamalamanya duabelas tahun.
5.

Pasal 299 KUHP

(1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa dengan pengobatan
itu kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana penjara paling lama empat tahun
atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

(2) Bila yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila dia seorang dokter, bidan
atau juru-obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Bila yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya,
maka haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.
G. HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN
I.
Fungsi Hukum dalam Praktek Keperawatan
Hukum mempunyai beberapa fungsi bagi keperawatan :
a. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana
yang sesuai dengan hukum.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain.
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
d. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier, Erb,
1990)
II.

Undang-Undang Praktek Keperawatan


1. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
a. BAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
1) Pasal 1 ayat 4
Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai

revisi
dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
I.
BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 :
Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun
di
2. luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian
4. kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia.

5. Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk menjalankan
6. pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.
II.

BAB III perizinan,


Pasal 8, ayat 1, 2, & 3 :
1) Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktek perorangan atau kelompok.
2) Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK
3) Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP
Pasal 9, ayat 1
1) SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Pasal 10
1) SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 12
1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengaan kompetensi yang
lebih tinggi.
3) Surat ijin praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan perawat untuk menjalankan praktek perawat.
Pasal 13
1) Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap
kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek keperawatan.
Pasal 15

Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk :

1) Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa


keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
2) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi: intervensi
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
3) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksudhuruf (i) dan
(ii) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi
profesi.
4) Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan permintan tertulis
dari dokter.
Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :
1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat
berwenang

untuk

melakukan

pelayanan

kesehatan

diluar

kewenangan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.


2) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan
untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 21
1) Perawat yang menjalankan praktek perorangan harus mencantum SIPP di ruang
prakteknya.
2) Perawat yang menjalankan praktek perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan
praktek.
Pasal 31
1) Perawat yang telah mendapatkan SIK atau SIPP dilarang :
a) Menjalankan praktek selain ketentuan yang tercantum dalam izin tersebut.
b) Melakukan perbuatan bertentangan dengan standar profesi.
2) Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 butir a

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR HK.02.02/MENKES/148/I/2010
TENTANG
IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;
Dalam peraturan menteri yang dimaksud perawat dan bagaimana ketentuan umum
praktik perawat terdapat pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 sebagai berikut (beberapa
poin penting saja saya kutip):
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan

untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.


3. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara
perorangan dan atau berkelompok.
4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan
5. Profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan satndar prosedur
operasional.

6. Obat bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter.
7. Obat bebas terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat
diperolehtanpa resep dokter.
8. Organisasi Profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Sesuai ketentuan peraturan tersebut. Kita perawat dapat mendirikan praktik mandiri
perawat dan memberikan pelayanan sesuai standard dan ketentuan yang berlaku. Dalam
pasal ini juga mengatur bahwa perawat dapat memberikan obat bebas (bulatan hijau) dan
bebas terbatas (bulatan biru). Tapi di praktik keperawatan kami, pemberian terapi berupa
obat yang dikonsumsi per oral (melalui mulut) tidak kami berikan, kami hanya
memberikan balutan-balutan luka atau topikal terapi yang sudah sesuai dengan
kompetensi yang kita miliki sebagai perawat spesialis luka sesuai standar di Indonesia
dan World Council Enterostomal Therapy Nursing (WCETN). Jika kami memerlukan
terapi atau obat-obatan per oral maka kami bekerjasama dengan dokter umum maupun
dokter spesialis sesuai dengan kewenangan dan kebutuhan pasien.
Berikut Pada BAB II Perizinan pasal 2 menyatakan bahwa;
1. Perawat dapat menjalankan praktik keperawatan pada fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Fasilitas pelayana kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan atau praktik mandiri.
3. Perawat yang menjalankan praktik mandiri minimal berpendidikan Diploma III
(D III) Keperawatan.
Pasal ini, memberikan informasi pada kita dapat menjalankan praktik di fasilitas
pelayanan kesehatan dan minimal syarat pendidikan perawat menjalankan praktik mandi
perawat adalah D III Keperawatan. Pada pasal 3, 4 dan 5 akan dibahas kewajiban perawat
memiliki SIPP dan persyaratannya untuk menjalankan praktik mandiri perawat. Syarat
SIPP yang diwajibkan perawat yang akan menjalankan praktik mandiri perawat, sebagai
berikut;
Pasal 5; untuk memperoleh SIPP, perawat harus mengajukan permohonan kepada
pemerintah daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan;
a.Fotokopi Surat Tanda registrasi (STR) yang masih berlaku dan dilegalisir
b.Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik
c.Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d.Pas foto berwarna terbaru ukuran 46 cm sebanyak 3 (tiga) lembar

e.Rekomendasi dari organisasi profesi (PPNI daerah)


Pengajuan ini hanya pada satu tempat praktik
Praktik mandiri perawat saat ini juga diperbolehkan memasang papan praktek yang
sebelumnya tidak ada pada Permenkes 1239 Tahun 2001 tentang registrasi dan praktik
perawat. Pada pasal 6 menyebutkan bahwa Dalam menjalankan praktik mandiri,
perawat wajib memasang papan nama praktik keperawatan. Adapun petunjuk teknik
dan pelaksanaan pembuatan papan nama praktik sebagai berikut;
1.
2.
3.
4.
5.

Bertuliskan Praktik Perawat


Ukuran 80cm x 60cm
Dituliskan nama yang berpraktek dan gelar
Nomor ijin praktek (SIPP)
Memasang logo PPNI

Hal yang palig krusial dalam pengaturan penyelenggaraan praktik mandiri perawat
ada pada bab III tentang penyelenggaraan praktik. Berikut saya kutip dari aslinya terkait
dengan penyelenggaraan pratik perawat pada Bab III pasal 8;
1. Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama,
tingkat kedua dan tingkat ketiga.
2. Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (10 ditujukan kepada
individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat
3. Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
kegiatan:
a. pelaksanaan asuhan keperawatan,
b. pelaksaanaan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemberdayaan
masyarakat, dan;
c. pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer
4. Asuhan keperawatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi
pengkajian, penetapan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan
5. Implementasi keperawatan sebagaimana maksud ayat (4) meliputi penerapan
perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan
6. Tindakan keperawatan sebagaimana maksud pada

ayat

(5)

meliputi

pelaksanaanprosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan


konseling kesehatan
7. Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dapat memberikan obat bebas dan atau obat bebas terbatas.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada pasal tersebut, perawatan luka yang kami
lakukan adalah salah satu prosedur keperawatan atau intervensi keperawatan mandiri
yang dapat dilakukan oleh perawat. Dalam standar spesialis perawatan luka kami
diperkenankan memberikan balutan-balutan luka dan dapat digunakan bersama tindakan
keperawatan komplemeter (penggunaan herbal ataupun terapi yang terkait untuk
membantu dalam proses kesembuhan pasien). Setiap tindakan yang dilakukan sudah
tentu harus diperdalam mengikuti pelatihan khusus yang diakui oleh Departemen
Kesehatan RI khususnya sehingga sertifikat kompetensi yang dimiliki diakui negara.
Pada Bab III pasal 9 mengingatkan kita sebagai perawat untuk tetap melakukan
praktik sesui dengan kewenangan yang kita miliki. Seperti yang disampaikan
sebelumnya, menjalankan praktik sesuai kompetensi yang kita miliki. Dalam situasi
kegawatdaruratan maka perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangannya yang
diatur dalam pasal 10 dengan mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan
kemungkinan untuk dirujuk. Hak dan Kewajiban perawat juga diatur dalam Permenkes
No. 148 tahun 2010, sebagai berikut;
Pasal 11;
Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak:
a.Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai
standar,
b.Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau keluarganya,
c.Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi,
d.Menerima imbalan jasa profesi dan,
e.Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan tugas.
Pasal 12;
1. Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk:
a.Menghormati hak pasien
b.Melakukan rujukan
c.Menyimpan rahasia dengan peraturan perundang-undangan
d.Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan
yang
dibutuhkan
e.Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

f.Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematik dan


g. mematuhi standar.
Berdasarkan pasal yang diuraikan diatas menjadi dasar kita dalam menjalankan
praktik mandiri perawat yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pada pasal 12 ayat (3) menyebutkan bahwa Perawat dalam menjalankan
praktik wajib membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Walaupun sudah dikeluarkan Permenkes no. 148 tahun 2010 tentang izin
dan penyelenggaraan praktik perawat, Undang-undang keperawatan tetap diperlukan
untuk memberikan kepastian perlindungan hukum bagi perawat yang menjalankan
praktik keperawatan. Semoga undang-undang tersebut bisa memberikan gambaran yang
lebih baik dan memberikan perlindungan hukum bagi perawat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR .
TENTANG
KEPERAWATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945;
b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.
c. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan merupakan bagian integral dari
penyelenggaraan upaya kesehatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan
kaidah etik, nilai-nilai moral serta standar profesi.
d. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang
diberikan kepada perawat karena keahliannya, yang dikembangkan sesuai
dengan

kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan

tuntutan globalisasi.

e. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan dan penyelesaian masalah yang


timbul dalam penyelenggaraan praktik keperawatan, perlu keterlibatan organisasi
profesi.
f. bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima
pelayanan

kesehatan

dan

perawat

diperlukan

pengaturan

mengenai

penyelenggaraan praktik keperawatan;


g. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e
dan huruf f, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Keperawatan.
Mengingat:
1. Undang-Undang Dasar 1945; Pasal 20 dan pasal 21 ayat (1)
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan:UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
(1)
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
(2)
Praktik keperawatan adalah tindakan perawat berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan yang diberikan melalui kesepakatan dengan klien dan atau tenaga kesehatan
lain dan atau sektor lain terkait. Fokus praktik keperawatan adalah pemberian asuhan
keperawatan pada individu, keluarga, dan atau masyarakat pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan.
(3)
Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan
yang dilandasi keilmuan keperawatan dan keterampilan perawat berdasarkan aplikasi
prinsip-prinsip ilmu biologis, psikolologi, sosial, kultural dan spiritual
(4)
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik
Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5)
Perawat terdiri dari perawat vokasional, perawat professional dan perawat
profesinoal spesialis

(6)
Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun tidak
langsung oleh Perawat Profesioal dengan sebutan Lisenced Vocasional Nurse (LVN)
(7) Perawat professional adalah tenaga professional yang mampu melaksanakan praktik
keperawatan secara mandiri dan atau kolaborasi dengan yang lain dan telah
menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan, telah lulus uji kompetensi
perawat profesional yang dilakukan oleh konsil dengan sebutan Registered Nurse (RN)
(8) Perawat Profesional Spesialis adalah seseorang perawat yang disiapkan diatas level
perawat profesional dan mempunyai kewenangan sebagai spesialis atau kewenangan
yang diperluas dan telah lulus uji kompetensi perawat profesional spesialis.
(9)
Konsil Keperawatan Indonesia yang yang selanjutnya disebut Konsil merupakan
suatu badan otonom, mandiri, non struktural yang bersifat independen.
(10) Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang
perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus uji.
(11) Registrasi adalah pencatatan resmi oleh konsil terhadap perawat yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempuyai kualifikasi tertentu lainnya serta
diakui secara hukum untuk melaksanakan profesinya.
(12) Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap perawat yang telah diregistrasi
setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
(13) Surat Izin Perawat adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota kepada perawat yang akan menjalankan praktik keperawatan setelah
memenuhi persyaratan.
(14) Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat vokasional yang telah memenuhi
persyaratan.
(15) Surat Ijin Perawat Profesional (SIPP) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat profesional yang telah memenuhi
persyaratan
(16) Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan praktik keperawatan secara mandiri, berkelompok atau bersama
profesi kesehatan lain.
(17) Klien adalah orang yang membutuhkan bantuan perawat karena masalah kesehatan
aktual atau potensial baik secara langsung maupun tidak langsung
(18) Organisasi profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
(19) Kolegium keperawatan adalah kelompok perawat professional dan perawat
profesional spesialis sesuai bidang keilmuan keperawatan yang dibentuk oleh organisasi
profesi keperawatan.
(20) Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.
(21) Surat tanda registrasi Perawat dalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
Keperawatan Indonesia kepada perawat yang telah diregistrasi.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Praktik keperawatan dilaksanakan berazaskan Pancasila dan berlandaskan pada nilai
ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan
serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan keperawatan.
Pasal 3
Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:

memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada klien dan perawat.


Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
perawat.
BAB III
Lingkup Keperawatan
Pasal 4
Bagian kesatu
Peran dan Fungsi Perawat
(1) Perawat dalam melakukan tugasnya dapat berperan sebagai pelaksana keperawatan,
pengelola keperawatan dan atau kesehatan, pendidik, advokat, peneliti.
(2) Perawat dalam melakukan tugasnya berfungsi secara mandiri, ketergantungan dengan
profesi lain, dan kerjasama (kolaborasi)
Pasal 5
Bagian kedua
Praktik Keperawatan
(1) Praktik keperawatan diberikan melalui Asuhan keperawatan untuk klien individu,
keluarga, masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.
(2) Asuhan keperawatan dapat dilakukan melalui tindakan keperawatan mandiri
dan atau kolaborasi dengan tim kesehatan dan atau dengan sektor terkait
lain
(3) Tindakan mandiri keperawatan antara lain adalah:
Tindakan terapi keperawatan, observasi keperawatan, terapi komplementer, penyuluhan
kesehatan, nasehat, konseling, advokasi, dan edukasi dalam rangka penyelesaian masalah
kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan
klien.
Memberikan pengobatan terbatas dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi,
pertolongan persalinan normal dan khitan tanpa komplikasi.
Pelakaksanaan Program Pemerintah dalam bidang kesehatan
(4) Tindakan ketergantungan dengan tenaga kesehatan lain adalah ; Pelaksanaan program
pengobatan dan atau tindakan medik secara tertulis dari dokter
(5) Tindakan kolaborasi keperawatan dengan tim kesehatan lainnya atau dengan sektor
terkait lain antara lain adalah:
Pembuatan dan pelaksanaan program kesehatan lintas sektoral untuk peningkatan
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
Perencanaan terhadap upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan klien bersama
dengan tenaga profesi kesehatan lain.
Pelaksanaan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan huruf c
dimaksud sesuai dengan kompetensi dan kewenangan masing-masing.
(5) Praktik keperawatan dapat diberikan di sarana kesehatan dan Praktik Mandiri
Keperawatan
Praktik keperawatan di sarana kesehatan adalah asuhan keperawatan profesional yang
diberikan oleh Perawat Profesional dibantu oleh perawat Vokasional.
Ketentuan mengenai rasio dan jumlah tanaga perawat profesional dan vokasional di
sarana kesehatan diatur dalam peraturan konsil.

Praktik Mandiri Keperawatan berdasarkan prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan


atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.
Ketentuan mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan disatu
wilayah diatur dalam peraturan konsil.
Pasal 6
Wewenang Perawat
(1) Dalam menjalankan peran dan fungsinya, perawat memiliki kewenangan untuk
melakukan asuhan keperawatan mandiri dan kolaborasi sebagaimana tercantum pada
pasal 5
(2) Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa klien dan atau
pasien, perawat dapat melakukan tindakan di luar kewenangan.
(3) Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat dapat melakukan tindakan di luar
kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan luar biasa atau bencana tersebut.
(4) Perawat yang bertugas di daerah yang sulit terjangkau dapat melakukan tindakan di
luar kewenangannya sebagai perawat.
(5) Ketentuan mengenai daerah yang sulit terjangkau ditetapkan oleh pemerintah pusat
atau pemerintah daerah melalui peraturan tersendiri.
Pasal 7
Kualifikasi dan Kewenangan
(1) Kualifikasi perawat terdiri dari Perawat vokasional, perawat Profesional dan
Perawat Profesional Spesialis.
(2) Kewenangan Perawat seperi yang dimaksud ayat (1) adalah :
Perawat vokasional mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik dengan batasan
lingkup praktik yang ditetapkan dan dibawah pengawasan langsung maupun tidak
langsung oleh Perawat Profesioal.
Perawat professional mempunyai wewenang untuk melaksanakan praktik keperawatan
secara mandiri dan atau kolaborasi dengan yang lain.
Perawat Profesional Spesialis mempunyai kewenangan untuk melakukan praktik sebagai
seorang spesialis dengan keahlian lanjut dalam satu cabang ilmu di bidang keperawatan.
Kewenangan Perawat sesuai dengan huruf a, b dan c sesuai dengan standard kompetensi
yang ditetapkan oleh konsil.
BAB IV
KONSIL KEPERAWATAN INDONESIA
Bagian Kesatu
Nama dan Kedudukan
Pasal 8
(1) Dalam rangka mencapai tujuan yang dimaksud pada Bab II Pasal 3, dibentuk Konsil
Keperawatan Indonesia yang selanjutnya dalam undang-undang ini disebut Konsil.
(2) Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Presiden.
Pasal 9
Konsil berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.
Bagian Kedua
Fungsi, Tugas dan Wewenang Konsil

Pasal 10
Konsil mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, pembinaan serta penetapan
kompetensi perawat yang menjalankan praktik keperawatan dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan dan praktik keperawatan.
Pasal 11
(1) Konsil mempunyai tugas:
Melakukan uji kompetensi dan registrasi perawat;
Mengesahkan standar pendidikan profesi perawat
Membuat peraturan-peraturan terkait dengan praktik perawat untuk melindungi
masyarakat.
(2) Standar pendidikan profesi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dibuat dan di usulkan oleh organisasi profesi
Pasal 12
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Konsil mempunyai
wewenang :
Mengesahkan standar kompetensi perawat dan standar praktik Perawat yang dibuat oleh
organisasi profesi;
Menyetujui dan menolak permohonan registrasi perawat ;
Menetapkan seorang perawat kompeten atau tidak melalui mekanisme uji kompetensi;
Menetapkan ada tidaknya kesalahan disiplin yang dilakukan perawat;
Menetapkan sanksi disiplin terhadap kesalahan disiplin dalam praktik yang dilakukan
perawat; dan
Menetapkan penyelenggaraan program pendidikan profesi keperawatan berdasarkan
rekomendasi Organisasi Profesi.
Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Konsil serta
pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan Indonesia.

Bagian Ketiga
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 14
(1) Susunan peimpinan Konsil terdiri dari :
Ketua merangkap anggota
Wakil ketua merangkap anggota
Ketua- ketua Komite merangkap anggota.
(2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas :
Komite uji kompetensi dan registrasi
Komite standar pendidikan profesi
Komite praktik keperawatan
Komite disiplin keperawatan
(3) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing dipimpin oleh 1 (satu)
orang Ketua Komite merangkap anggota.
Pasal 15

(1) Ketua konsil keperawatan Indonesia dan ketua komite adalah perawat dan dipilih
oleh dan dari anggota konsil keperawatan Indonesia.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan ketua konsil dan ketua Komite diatur
dalam peraturan konsil
Pasal 16
(1) Komite Uji Kompetensi dan Registrasi mempunyai tugas untuk melakukan uji
kompetensi dan proses registrasi keperawatan.
(2) Komite standar pendidikan profesi mempunyai tugas memvalidasi standar
pendidikan profesi yang disusun oleh organisasi profesi.
(3) Komite Praktik Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pemantauan mutu
praktik Keperawatan dan menetapkan kebutuhan praktik keperawatan.
(4) Komite Disiplin Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan
kepada para perawat, menentukan ada tidaknya kesalahan disiplin yang dilakukan
perawat dalam penerapan praktik keperawatan dan memberikan masukan kepada Ketua
Konsil terkait disiplin perawat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja komite-komite diatur dengan Peraturan
Konsil
Pasal 17
(1) Keanggotaan Konsil terdiri dari unsur-unsur wakil Pemerintah, organisasi profesi,
institusi pendidikan, pelayanan, dan wakil masyarakat.
(2) Jumlah anggota Konsil 21 (dua puluh satu) orang yang terdiri atas unsur-unsur yang
berasal dari:
Anggota yang ditunjuk adalah 12 ( dua belas) orang terdiri dari:
1. Persatuan Perawat Nasional Indonesia 3 (tiga) orang;
2. Kolegium keperawatan 2 (dua) orang;
3. Asosiasi institusi pendidikan keperawatan 2 (dua) orang;
4. Asosiasi rumah sakit 1 (satu) orang;
5. Asosiasi institusi pelayanan kesehatan masyarakat 1 (satu) orang;
6. Tokoh masyarakat 1 (satu) orang;
7. Departemen Kesehatan 1 (satu) orang;
8. Departemen pendidikan Nasional 1 (satu ) orang
9. Anggota yang dipilih adalah 9 (sembilan) perawat dari 3 (tiga) wilayah utama
(barat, tengah, timur) Indonesia.
Pasal 18
Keanggotaan Konsil ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri dengan rekomendasi
organisasi profesi
Menteri dalam mengusulkan keanggotaan Konsil harus berdasarkan usulan dari
organisasi profesi
Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan keanggotaan Konsil diatur dengan Peraturan
Presiden.
Masa bakti satu periode keanggotaan Konsil adalah 5 (lima) tahun
dan dapat diangkat kembali untuk masa bakti 1 (satu) periode berikutnya, dengan
memperhatikan sistem manajemen secara berkesinambungan.

Pasal 19
(1) Anggota Konsil sebelum memangku jabatan terlebih dahulu harus mengangkat
sumpah.
(2) Sumpah /janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut :
Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk melaksanakan
tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun
juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari
siapapun juga suatu janji atau pemberian.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam menjalankan tugas ini, senantiasa
menjunjung tinggi ilmu keperawatan dan mempertahankan serta meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dan tetap akan menjaga rahasia kecuali jika diperlukan untuk
kepentingan hukum.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia, taat kepada Negara Republik Indonesia,
mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945, serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menjalankan tugas dan wewenang
saya ini dengan sungguh-sungguh, saksama, obyektif, jujur, berani, adil, tidak membedabedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan
kewajiban saya dengan sebaik-baiknya serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau
tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap teguh
melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang kepada
saya.

Pasal 20
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Konsil :
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
Warga Negara Republik Indonesia;
Sehat rohani dan jasmani;
Memiliki kredibilitas baik di masyarakat;
Berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan setinggi-tingginya 65 (enam
puluh lima) tahun pada waktu menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia;
Mempunyai pengalaman dalam praktik keperawatan minimal 5 tahun dan memiliki Surat
Tanda Registrasi Perawat, kecuali untuk non perawat;

Cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang tinggi serta memiliki reputasi
yang baik; dan
Melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya pada saat diangkat dan selama
menjadi anggota Konsil.
Pasal 21
(1) Keanggotaan Konsil berakhir apabila :
Berakhir masa jabatan sebagai anggota;
Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;
Meninggal dunia;
Bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia;
Ketidakmampuan melakukan tugas secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan;
Dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau
(2) Dalam hal anggota Konsil menjadi tersangka tindak pidana kejahatan, diberhentikan
sementara dari keangotaannya.
(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Ketua Konsil.
Pasal 22
(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Konsil dibantu sekretariat yang
dipimpin oleh seorang sekretaris konsil
(2) Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan anggota konsil
(4) Dalam menjalankan tugasnya sekretaris bertanggung jawab kepada pimpinan Konsil
(5) Ketentuan fungsi dan tugas sekretaris ditetapkan oleh Ketua Konsil
Bagian Keempat
Tata Kerja
Pasal 23
(1) Setiap keputusan Konsil yang bersifat mengatur diputuskan oleh rapat pleno
anggota.
(2) Rapat pleno Konsil dianggap sah jika dihadiri oleh paling sedikit setengah dari
jumlah anggota ditambah satu.
(3) Keputusan diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat.
(4) Dalam hal tidak terdapat kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka
dapat dilakukan pemungutan suara.
Pasal 24
Pimpinan Konsil melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas anggota dan pegawai
konsil agar pelaksanaan tugas dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Bagian Kelima
Pembiayaan
Pasal 25
(1) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Konsil dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara

(2) Pembiayaan Konsil Keperawatan Indonesia ditetapkan oleh Ketua Konsil


Keperawatan Indonesia.
BAB V
STANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN
Pasal 26
(1) Standar pendidikan profesi keperawatan disusun oleh organisasi profesi
(2) Dalam rangka memperlancar penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan,
organisasi profesi dapat membentuk Kolegium Keperawatan
(3) Standar pendidikan profesi keperawatan dimaksud pada ayat (1):
untuk pendidikan profesi Ners disusun oleh Kolegium Ners generalis dengan melibatkan
asosiasi institusi pendidikan keperawatan.
untuk pendidikan profesi Ners Spesialis disusun oleh Kolegium Ners Spesialis dengan
melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.
BAB VI
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN
Pasal 27
Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan dimaksudkan untuk meningkatkan
kompetensi perawat yang berpraktik dan dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan berkelanjutan.
Pasal 28
(1) Setiap perawat yang berpraktik harus meningkatkan kompetensinya melalui
pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh
organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi.
(2) Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dalam bentuk program sertifikasi yang dilaksanakan sesuai dengan standar
pendidikan berkelanjutan perawat yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
(3) Pemerintah, pemerintah daerah dan atau sarana kesehatan yang memakai jasa
perawat wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kompetensi dan sertifikasi
perawat
BAB VII
REGISTRASI dan LISENSI PERAWAT
Pasal 29
(1) Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus
memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang diterbitkan Konsil melalui mekanisme uji
kompetensi oleh konsil.
(2) Surat Tanda Registrasi Perawat sebagaimana ayat (1) terdiri atas 2 (dua) kategori:
untuk perawat vokasional, Surat Tanda Registrasi Perawat disebut dengan Lisenced
Vocasional Nurse (LVN)
untuk perawat profesional, Surat Tanda Registrasi Perawat disebut dengan Registered
Nurse (RN)
(3) Untuk melakukan registrasi awal, perawat harus memenuhi persyaratan :
memiliki ijazah perawat Diploma untuk Lisenced Vocasional Nurse (LVN)
memiliki ijazah Ners, atau Ners Spesialis untuk Registered Nurse (RN)

lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh konsil


Rekomendasi Organisasi Profesi
Pasal 30
(1) Dalam menjalankan praktik keperawatan di Indonesia, lisensi praktik perawat
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang disebut dengan Surat Ijin Perawat
yang terdiri dari Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) atau Surat Ijin Perawat Profesional
(SIPP)
(2) Perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan LVN berhak memperoleh
SIPV dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan bersama.
(3) Perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan RN berhak memperoleh SIPP
dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan dan praktik
mandiri.
(4) Lisenced vocasional Nurse (LVN) dengan latar belakang Diploma III Keperawatan
dan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di sarana pelayanan kesehatan
dapat mengikuti uji kompetensi Registered Nurse(RN).
(5) Perawat LVN yang telah lulus uji kompetensi RN dapat memperoleh SIPP.
Pasal 31
(1) Syarat untuk memperoleh SIPV :
Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang disebut dengan Lisenced Vocasional
Nurse (LVN)
Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatan
Melampirkan surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan
(2) Syarat untuk memperoleh SIPP :
Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang disebut dengan Registered Nurse(RN)
Tempat praktik memenuhi persayaratan untuk praktek mandiri
Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatan
Melampirkan surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan
(3) SIPV dan SIPP masih tetap berlaku sepanjang:
Surat tanda Regstrasi Perawat masih berlaku
Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPP
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tempat praktik untuk memperoleh SIPP
diatur dalam peraturan Menteri.
Pasal 32
(1) Perawat yang teregistrasi berhak menggunakan sebutan RN (Register Nurse) di
belakang nama, khusus untuk perawat profesional, atau LVN (Lisence Vocasional Nurse)
untuk perawat vokasional.
(2) Sebutan RN dan LVN ditetapkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia.
Pasal 33
(1) Surat Tanda Registrasi Perawat berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi
ulang setiap 5 (lima) tahun sekali.
(2) Registrasi ulang untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Perawat dilakukan
dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 29 ayat (3), ditambah dengan
angka kredit pendidikan berlanjut yang ditetapkan Organisasi Profesi.
(3) SIPP hanya diberikan paling banyak di 2 (dua) tempat pelayanan kesehatan.

Pasal 34
(1) Perawat Asing yang akan melaksanakan praktik keperawatan di Indonesia harus
dilakukan adaptasi dan evaluasi sebelum di registrasi.
(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan
milik pemerintah sesuai dengan jenjang pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai Adaptasi selanjutnya diatur oleh Peraturan Menteri
(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
keabsahan ijazah;
registrasi perawat dari negera asal
kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan surat
keterangan telah mengikuti program adaptasi dan memiliki Surat Tanda Registrasi
Perawat yang dikeluarkan oleh konsil
memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan
membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan kode etik keperawatan
Indonesia yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
(5) Perawat asing selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
harus melengkapi surat izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan kemampuan berbahasa Indonesia.
(6) Perawat asing yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan (3) dapat diregistrasi oleh konsil dan selanjutnya dapat diberikan Surat Ijin Perawat
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kualifikasi perawat vokasional atau
Profesional.
Pasal 35
(1) Surat Ijin Perawat vokasional sementara atau Surat Ijin Perawat Profesional
sementara dapat diberikan kepada perawat warga negara asing yang melakukan kegiatan
dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan keperawatan yang bersifat
sementara di Indonesia.
(2) Surat Ijin Perawat vokasional semetara atau Surat Ijin Perawat Profesional
sementara sebagai mana dimaksud ayat (1) berlaku selama 1 ( satu) tahun dan dapat
diperpanjang untuk 1 ( satu) tahun berikutnya.
(3) Surat Ijin Perawat vokasional sementara atau Surat Ijin Perawat Profesional
sementara dapat diberikan apabila telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada pasal 31.
Pasal 36
(1) Surat Ijin Perawat Vokasional bersyarat atau Surat Ijin Perawat Profesional
bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan keperawatan warga negara asing
yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
(2) Perawat warga negara asing yang akan memberikan pendidikan dan pelatihan
dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan untuk waktu tertentu,
tidak memerlukan SIPP bersyarat.
(3) Perawat warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat
persetujuan dari Konsil.
(4) Surat Ijin Perawat bersyarat dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (3) diberikan melalui program adaptasi.

Pasal 37
SIPV atau SIPP tidak berlaku karena:
dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;
habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang;
atas permintaan yang bersangkutan;
yang bersangkutan meninggal dunia; atau
e. dicabut oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Pejabat yang berwenang
Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara uji kompetensi, registrasi, registrasi ulang,
registrasi sementara, dan registrasi bersyarat diatur dengan Peraturan Konsil.
BAB VIII
PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN
Pasal 39
Praktik keperawatan dilakukankan berdasarkan pada kesepakatan antara perawat dengan
klien dalam upaya untuk peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.
Pasal 40
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memililki SIPV atau SIPP
berwenang untuk:
melaksanakan asuhan keperawatan yang didasari proses keperawatan terdiri dari
pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan evaluasi keperawatan;
tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi seperti yang tercantum dalam pasal 5
dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b
harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;
kewenangan perawat yang mempunyai SIPV dan SIPP seperti yang tercantum pada pasal
6

Pasal 41
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memiliki SIPV berwenang
untuk :
melakukan tindakan keperawatan di bawah pengawasan perawat yang memiliki SIPP
melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 huruf a harus
sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;
Pasal 42
(1) Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan perawat
vokasional (LVN).
(2) LVN dalam melaksanakan tindakan keperawatan di bawah pengawasan RN.
(3) Perawat dapat mendelegasikan dan atau menyerahkan tugas kepada perawat lain
yang setara kompetensi dan pengalamannya.

Pasal 43
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan perawat yang tidak
memiliki SIPV atau SIPP untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan
kesehatan tersebut.
Pasal 44
Hak Klien
Klien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai hak:
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
meminta pendapat perawat lain;
mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar
menolak tindakan keperawatan; dan
Pasal 45
Kewajiban Klien
Klien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai kewajiban:
memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;
mematuhi nasihat dan petunjuk perawat;
mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Pasal 46
Pengungkapan Rahasia Klien
Pengungkapan rahasia klien hanya dapat dilakukan atas dasar:
Persetujuan klien
Perintah hakim pada sidang pengadilan
Ketentuan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 47
Hak Perawat
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai hak :
Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai
standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP);
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan /atau keluarganya;
Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi;
Memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasi
Memperoleh fasilitas kerja yang mendukung pekerjaan perawat profesional
Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan
tugasnya;
Menerima imbalan jasa profesi
Pasal 48
Kewajiban Perawat
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai kewajiban :
Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan SOP
Merujuk klien fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai keahlian atau kemampuan
yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau tindakan;

Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien kecuali
untuk kepentingan hukum;
Menghormati hak-hak klien sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku;
Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan untuk menyelamatkan jiwa
Menambah dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
keperawatan dalam upaya peningkatan profesionalisme.

Pasal 49
Praktik Mandiri
(1) Praktik mandiri dapat dilakukan secara perorangan dan atau berkelompok dan atau
kunjungan rumah
(2) Perawat yang melakukan praktik mandiri mempunyai kewenangan sesuai yang
tercantum pada pasal 5
(3) Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada praktik mandiri meliputi:
Tindakan terapi keperawatan, terapi komplementer, konseling, advokasi dan edukasi
keperawatan
Perawatan dirumah atau dalam bentuk lain sesuai dengan peraturan yang berlaku
Pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan, khitan tanpa komplikasi.
Pemberian pengobatan terbatas dan tindakan medik terbatas,
(4) Perawat dalam melakukan praktik mandiri sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan:
Memiliki tempat praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan;
Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi untuk melakukan asuhan keperawatan
(5) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan
standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
(6) Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan praktik mandiri wajib
memasang papan nama praktik keperawatan.
BAB IX
PENGHARGAAN DAN PERLINDUNGAN
Pasal 50
Penghargaan
(1) Perawat yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus
berhak memperoleh penghargaan.
(2) Perawat yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus memperoleh
penghargaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Pasal 51
(1) Penghargaan dapat diberikan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan.
(2) Penghargaan dapat diberikan pada, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat
provinsi, tingkat nasional, dan/atau tingkat internasional.

(3) Penghargaan kepada perawat dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan
pangkat istimewa, finansial, piagam, dan/atau bentuk penghargaan lain.
(4) Penghargaan kepada perawat dilaksanakan dalam rangka memperingati hari ulang
tahun kemerdekaan Republik Indonesia, hari ulang tahun provinsi, hari ulang tahun
kabupaten/kota, hari ulang tahun satuan pendidikan, hari pendidikan nasional, hari
perawat nasional, dan/atau hari besar lain.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PERLINDUNGAN
Pasal 52
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau institusi
sarana kesehatan wajib memberikan perlindungan terhadap perawat dalam melaksanakan
tugas.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perlindungan hukum,
perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
(3) Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan
hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau
perlakuan tidak adil dalam melaksanakan pekerjaan profesinya.
(4) Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan
terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan
pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat
menghambat perawat dalam melaksanakan tugas.
(5) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko
lain.

BAB X
PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN
Pasal 53
Pemerintah, Konsil , dan Organisasi Profesi membina, mengembangkan dan mengawasi
praktik keperawatan sesuai dengan fungsi serta tugas masing-masing.
Pasal 54
(1) Pembinaan dan pengembangan perawat meliputi pembinaan profesi dan karir
(2) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) meliputi kompetensi profesional dan kepribadian
(3) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat dilakukan melalui Jenjang Karir
Perawat.
(4) Pembinaan dan pengembangan karir perawat sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi penugasan, kenaikan pangkat /Peringkat dan promosi.
Pasal 55

(1) Pemerintah, konsil dan organisasi profesi membina serta mengembangkan


kualifikasi dan kompetensi perawat pada institusi baik pemerintah maupun swasta;
(2) Pemerintah memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme perawat
pada institusi pelayanan pemerintah;
(3) Pemerintah menetapkan kebijakan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme
perawat pada institusi pelayanan swasta
Pasal 56
Pembinaan, pengembangan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 53,
diarahkan untuk:
Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.
Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan perawat
Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat;
Melindungi perawat terhadap keselamatan dan risiko kerja.
Pasal 57
(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat yang
telah memiliki SIPV atau SIPP.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan
yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan.
Pasal 58
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan perawat yang menyelenggarakan praktik
keperawatan dapat dilakukan supervisi dan audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
5 (lima) tahun.
Pasal 59
Sanksi Administratif dan Disiplin
(1) Perawat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam Pasal 37 dikenakan sanksi
administrasi berupa pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 1 (satu) tahun
(2) Perawat yang dinyatakan melanggar disiplin Profesi dikenakan sanksi sebagai
berikut:
Pemberian Peringatan Tertulis
Kewajiban mengikuti Pendidikan atau Pelatihan pada Institusi Pendidikan Keperawatan.
Rekomendasi Pencabutan Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Perawat
(3) Pelanggaran disiplin sebagai mana dimaksud ayat (2) diteliti dan ditetapkan oleh
konsil.
(4) Pencabutan Surat Izin Perawat sebagaimana dimaksud ayat (2) c dapat berupa:
Pelanggaran ringan dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama
6 (enam) bulan
Pelanggaran sedang dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama
1 (satu) tahun
Pelanggaran berat dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 3
(tiga) tahun

(5) Sanksi Administratif terhadap pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud ayat (4)
dilakukan oleh Kepala Dinas Kab/Kota atau Pejabat yang berwenang setelah dilakukan
penelitian dan usul dari Komite Disiplin Keperawatan Konsil.
Pasal 60
Sanksi Pidana
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain
yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat
yang telah memiliki SIPV atau SIPP dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).
Pasal 61
Institusi pelayanan kesehatan, organisasi, perorangan yang dengan sengaja
mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPV atau SIPP sebagaimana dimaksud
dalam pasal 43 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda
paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 62
Perawat yang dengan sengaja:
(1). tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 huruf b sampai
dengan huruf e
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 63
Penetapan sanksi pidana harus didasarkan pada motif pelanggaran dan berat ringannya
risiko yang ditimbulkan sebagai akibat pelanggaran.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
(1). Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini semua peraturan perundangundangan yang merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik keperawatan, masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan Undang-undang ini.
(2). Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini, ijin praktik yang diberikan sesuai
KepMenKes Nomor 1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan,
masih tetap berlaku sampai berakhirnya izin praktik tersebut sesuai ketentuan.
Pasal 65
Dengan telah diberlakukannya Undang Undang Keperawatan, sebelum terbentuknya
Konsil Keperawatan Indonesia maka dalam kegiatan perijinan dilaksanakan sesuai
ketentuan yang ada.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 66

Konsil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dibentuk paling lama 6 (enam)
bulan sejak Undang-undang ini diundangkan.
Pasal 67
Undang-Undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR .
TENTANG
PRAKTIK KEPERAWATAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Ayat (1) ;
Cukup jelas

Ayat (2) ;

Cukup jelas

Ayat (3) ;
Cukup jelas

Ayat (4) ;
Cukup jelas

Ayat (5) ;
Cukup jelas

Ayat (6) ;
Cukup jelas

Ayat (7) ;
Cukup jelas

Ayat (8) ;
Cukup jelas
Ayat (9) ;

Cukup jelas

Ayat (10) ;
Cukup jelas

Ayat (11) ;
Cukup jelas

Ayat (12) ;
Cukup jelas

Ayat (13) ;
Cukup jelas

Ayat (14) ;
Cukup jelas

Ayat (15) ;
Cukup jelas

Ayat (16) ;
Cukup jelas

Ayat (17) ;
Cukup jelas

Ayat (18) ;
Cukup jelas

Ayat (19) ;
Cukup jelas

Ayat (20) ;
Cukup jelas

Ayat (21) ;
Cukup jelas

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan;
1. nilai ilmiah adalah bahwa praktik keperawatan harus didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan tehnologi yang diperoleh baik melalui penelitian, pendidikan
maupun pengalaman praktik.
2. Nilai moral (Etika dan etiket) adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan
harus

mengacu

pada

prinsip-prinsip

moral

antara

lain

beneficience,

nonmaleficience, veracity, justice, non-diskriminatif dan otonomi.


3. Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan harus memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan harus mampu
memberikan pelayanan yang dan tidak diskriminatif, merata, terjangkau dan
bermutu dalam konteks pelayanan kesehatan.
5. Kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik keperawatan
memberikan perlakuan yang memenuhi hak azazi manusia sebagai penerima
pelayanan yaitu hak memperoleh pelayanan yang aman, hak untuk mendapatkan
informasi, hak untuk didengar serta hak untuk memilih.
6. Keseimbangan adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan
atas keseimbangan antara hak dan kewajiban penerima dan pemberi pelayanan.
7. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan praktik
keperawatan dilakukan dengan kehati-hatian sesuai dengan standard praktik
keperawatan.

Pasal 3

Cukup Jelas

BAB III
Lingkup Praktik Keperawatan

Pasal 4 ;
Cukup Jelas

Pasal 5
Ayat (1)
Asuhan keperawatan diberikan akibat kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi, akibat
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan
untuk berfungsi optimal, dan kurangnya kemampuan melaksanakan kegiatan hidup
sehari-hari secara mandiri
Ayat (2) Cukup Jelas

Ayat (3)

Huruf a ;
cukup jelas
Huruf b ;

cukup jelas
Huruf c.
Pegobatan adalah pemberian obat-obatan (kecuali obat-obat yang berlabel merah
tidak termasuk obat-obat yang masuk dalam DOA /Daftar obat Apotik)

Tindakan medik terbatas yang dimaksud adalah tindakan medik termasuk pengobatan
dalam rangka penyembuhan dan pemulihan penyakit-penyakit ringan yang lazim timbul
di masyarakat di suatu wilayah (common illness) yang dilakukan oleh perawat
professional yang kompeten sesuai dengan Protokol.

Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas

BAB IV
KONSIL KEPERAWATAN INDONESIA
Bagian Kesatu
Nama dan Kedudukan

Pasal 8
Cukup Jelas

Pasal 9
Cukup Jelas

Bagian Kedua
Fungsi, Tugas dan Wewenang Konsil
Pasal 10

Pasal 11
Cukup Jelas

Ayat (1)
Huruf b
Yang dimaksud dengan standar pendidikan profesi keperawatan adalah pendidikan
profesi yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan sistim pendidikan nasional.

Penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan dilakukan oleh organisasi profesi


termasuk kolegium

Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas

Bagian Ketiga
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas

Pasal 16;
Ayat (1) ;
Uji kompetensi adalah suatu proses penilaian terhadap perawat yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan serta sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang
sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.

Pasal 17 ;
Ayat (1);
cukup jelas

Ayat (2);
Yang dimaksud dengan anggota konsil yang dipilih sebagaimana huruf (b) adalah
pemilihan melalui mekanisme pencalonan dari 3 wilayah, masing-masing 3 orang
kemudian dilakukan pemilihan secara serempak di tiga wilayah utama yaitu; barat
meliputi pulau sumatera dan Jawa. Wilayah tengah meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali
dan NTB. Wilayah timur meliputi NTT, Kepulauan Maluku dan Papua.

Pasal 18
Cukup Jelas

Pasal 19
Cukup Jelas

Pasal 20
Cukup Jelas

Pasal 21

Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas

Bagian Keempat
Tata Kerja

Pasal 23
Cukup Jelas

Pasal 24
Cukup Jelas
Bagian Kelima
Pembiayaan

Pasal 25
Cukup Jelas

BAB V

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN

Pasal 26
Cukup Jelas

BAB VI
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN
Pasal 27
Cukup Jelas

Pasal 28
Cukup Jelas

BAB VII
REGISTRASI dan LISENSI PERAWAT

Pasal 29
Cukup Jelas

Pasal 30

Cukup Jelas

Pasal 31
Cukup Jelas

Pasal 32
Cukup Jelas

Pasal 33
Ayat (1);
Cukup jelas
Ayat (2);
Cukup jelas

Ayat (3);
Cukup jelas

Pasal 34
Cukup Jelas

Pasal 35
Cukup Jelas

Pasal 36
Ayat (1);
Cukup jelas
Ayat (2);
Cukup jelas

Ayat (3);
Cukup jelas

Pasal 37

Huruf a, b, c, d ; cukup jelas

Huruf e ;

Pencabutan SIPP oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota karena perawat dinyatakan


melanggar ketentuan administratife atau disiplin.

Pasal 38
Cukup Jelas

BAB VIII
PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN
Pasal 39
Cukup Jelas

Pasal 40
Cukup Jelas

Pasal 41
Cukup Jelas

Pasal 42;

Ayat (1);
Cukup jelas
Ayat (2);
Pengawasan yang dilakukan oleh perawat professional kepada perawat vokasional adalah
dimaksudkan agar praktik keperawatan berjalan dengan aman sesuai standar profesi dan
dalam rangka melindungi masyarakat memperoleh pelayanan keperawatan yang aman.

Ayat (3);
Pendelegasian kepada perawat yang setara kemampuan dan pengalamanya dimaksudkan
agar praktik keperawatan yang diberikan berjalan dengan aman.

Pasal 44;
Cukup jelas

Pasal 45
Cukup Jelas

Pasal 46
Cukup Jelas

Pasal 47
Cukup Jelas

Pasal 48
Cukup Jelas

Pasal 49

Ayat (3)
Hurup d

BAB IX
PENGHARGAAN DAN PERLINDUNGAN
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52

Cukup Jelas
BAB IX
PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN

Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas

Pasal 55
Cukup Jelas

Pasal 56
Cukup Jelas

Pasal 57
Cukup Jelas

Pasal 58
Cukup Jelas

Pasal 59
Cukup Jelas

Pasal 60
Cukup Jelas

Pasal 61
Cukup Jelas

Pasal 62
Cukup Jelas

Pasal 63
Cukup Jelas

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 64

Cukup Jelas

Pasal 65
Cukup Jelas

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 66
Cukup Jelas

Pasal 67
Cukup Jelas

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu

ditetapkan dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat agar tiadak
terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya.
B.

Saran

1. Sebagai seorang perawat hendaknya mengetahui dengan jelas hak dan kewajiban
serta kewenangannya

2. Sebagai seorang perawat hendaknya tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat
hukum sebagai dasar pemahaman terhadap harapan masyarakat pada penyenggara
pelayanan keperawatan yang profesional

DAFTAR PUSTAKA
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/19915875/PMKTTGIzinDanPenyelenggaraan
PraktikPerawat.pdf.html. diakses 4 Oktober 2014
Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai