Anda di halaman 1dari 13

Aspek Legal Dalam Praktek

Keperawatan

OLEH KELOMPOK 4 :
• GITA SONIA SIANTURI
NIM:180207003
• ARSITE SITANGGANG
NIM:180207011
• KASTERLINA PURBA
NIM:180207007
  Latar Belakang

Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi


bahan diskusi para perawat. PPNI pada kongres Nasional
keduanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan
perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan
hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya undang-undang
perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh
belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka
lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih
sering terjadi dan beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi
merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran,
fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua
perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
Legislasi Keperawatan

LEGISLASI KEPERAWATAN ADALAH PROSES


PEMBUATAN UNDANG-UNDANG ATAU
PENYEMPURNAAN PERANGKAT HUKUMYANG
SUDAH ADA YANG MEMPENGARUHI ILMU DAN
KIAT DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
(SAND,ROBBLES1981).
a.Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan
1. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
2. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas
system keperawatan.
3. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan
ujian sesuai ketetapan.
4. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
perawat.
b.Fungsi legislasi keperawatan
 1.  Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap
pelayanan keperawatan yang diberikan.
 2.  Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan
 3.  Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga
keperawatan.
 4. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
 5.  Memotivasi pengembangan profesi.
 6.  Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.
c. Mekanisme Legislasi
Persyaratan legislasi antara lain berupa kemampuan
(kompetensi) yang diakui, tertuang dalam ijazah dan
sertifikat.
Legislasi keperawtan mencakup 3 komponen yaitu :
*registrasi
*Sertifikasi
*lisensi atau akreditasi
Semua mekanisme tentang proses legislasi profesi perawat
tersebut sudah sangat jelas tercantum dalam KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001
Beberapa Masalah Hukum Dan Aspek Keperawatan

Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah


diidentifikasi oleh para ahli. Beberapa masalah yang dibahas
secara singkat disini meliputi :
1.Malapraktek
2.Menandatangani Pernyataan Hukum
3.Informed Consent
4.Insident Report
5.Pencatatan
6.Pengawasan Penggunaan Obat
7.Abortus Dan Kehamilan Di Luar Secara Alami
8.Kematian dan masalah terkait
Undang-Undang Yang Berkaitan Dengan Praktek
Keperawatan

a.UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan


b.UU No.6 tahun 1963, tentang tenaga kesehatan
c. UU Kesehatan No.14 tahun 1964, tentang wajib kerja
paramedis
d. Sk menkes No 262/per /VII/1979/ tahun 1979
e. Permenkes.No 363/Menkes/per/XX/1980/tahun 1980
f. Sk Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No
94/Menpan/1986,tanggal 4 November 1989 , tentang jabatan
fungsional tenag keperawata dan sistem kredit poin.
g. UU Kesehatan No.23 tahun 1992
h. KepMenKes No 1239/2001 tentang registrasi dan praktek
keperawatan
  Perlindungan Hukum untuk Keperawatan

Di Indonesia, dengan telah terbitnya UU kesehatan No.23


tahun 1992 memberikan suatu jalan untuk mengeluarkan
Peraturan Pemerintah termasuk disini UU yang mengatur
praktik keperawatan dan perlindungan dari tuntunan
malpraktik. . Di berbagai negara maju dimana tuntutan
malpraktik terhadap tenaga professional semakin meningkat
jumlahnya, maka berbagai area pelayanan kesehatan telah
melindungi para tenaga kesehatan termasuk perawat dengan
asuransi liabilitas atau asuransi malpraktik. Seiring dengan
perkembangan zaman, tidak menutup kemungkinan dimasa
mendatang asuransi malpraktik juga perlu dipertimbangkan
bagi semua tenaga kesehatan termasuk perawat di Indonesia.
Mencegah Masalah Hukum
Dibawah ini akan dibahas beberapa hal yang dapat dilakukan perawat yang
merupakan nurse defender terhadap masalah hukum :
a. Ketahui hukum atau UU yang mengatur praktik anda.
b.  Jangan melakukAn apapun yang anda tidak tahu bagaimana melakukannya
(bila perlu, pelajarilah caranya).
c.  Pertahankan kompetisi praktik anda, penting mengikuti pendidikan
keperawatan berkelanjutan.
d.  Sebagai penuntut untuk meningkatkan praktik, mendapatkan kritik, dan
kesenjangan pengetahuan/keterampilan, lakukan pengkajian diri, evaluasi
kelompok, audit dan evaluasi dari supervisor.
e. Jangan ceroboh dalam melakukan praktik keperawatan.
f.   Tetap perhatian pada pasien dan keluarganya.
g.  Sering berkomunikasi dengan orang lain, jangan menutup diri.
h. Catat secara akurat, objektif dan lengkap, jangan dihapus.
i.   Delegasikan secara aman dan absah, ketahui persiapan dan kemampuan
orang-orang dibawah pengawasan anda.
j.   Bantu pengembangan kebijakan dan prosedur (dalam badan hukum).
k.  Ikuti asuransi malpraktik, jika saat ini tersedia.
   Tujuan Regulasi

Adapun tujuan dari regulasi adalah sebagai berikut :


a. Agar perawat semakin profesional dan
proporsional sesuai dengan tanggung jawab yang
harus dipenuhi.
b Diharapkan tidak terjadi adanya overlap.
c. Menghindari terjadi malpraktik yang
kemungkinan dapat terjadi.
d. Meningkatkan mutu pelayanan profesinya dengan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan bidang.
Komponen Regulasi
Pertama, keperawatan sebagai profesi memiliki karakteristik yaitu adanya kelompok
pengetahuan (body of Knowledge) yang melandasi keperampilan untuk menyelesaikan
masalahg dalam tatanan praktik keperawatan; pendidikan yang memenuhi standard an
diselenggarakan diperguruan tinggi; pengendalian terhadap stndar praktik;
bertanggung jawab dan bertangguang gugat terhadap tindakan yang dilakukan;
memilih profesi keperawatan sebagai karir seumur hidup; dan memperoleh pengakuan
masyarakat karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh untuk melakukan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan system klien
(individu, keluarga, kelompok dan komunitas).
Kedua, kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan yang
dipelajari dalam suatu system pendidikan keperawatan yang formal dan terstandar
menurut perawat untuk akuntabel terhadap keputusan dan tindakan yang
dilakukannya. Kewenangan yang dimiliki berimplikasi terhadap kesediaan untuk
digugat, apabila perawat tidak bekerja sesuai standar dan kode etik. Oleh karena itu,
perlu diatur system registarasi, lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan denga
nperaturan dan perundang-undangan. Sistem ini akan melindungi masyarakat dari
praktik perawat yang tidak kompeten, karena konsil keperawatan Indonesia yang kelak
ditetapkan dalam UU praktik keperawatan akan menjalankan fungsinya. Konsil
Keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi pemberian kewenagan
melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yang mempunyai pengetahuan
yang dipersyaratakan untuk praktik. Sistem registrasi, lisensi dan sertifikasi ini akan
meyakinkan masyarakat bahwa perawat yang melakukan praktik keperawatan
mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja sesuai standar.
Ketiga, perawat telah memberikan konstibusi besar dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
layanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan
perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi
dengan pemberioan perlindungan hukum, bahkan cendrung menjadi objek hukum.
Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional, etis dan professional,
semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur, dan
dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, UU ini memiliki tujuan lingkup
profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak
(masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan yang
seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal,
keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesioan (WHO, 2002).
Keempat, kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya pergeseran paradigm
dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model medical yang menitikberatkan
pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan, ke paradigm sehat yang lebih
holistic yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus
pelayanan (Cohen, 1996). Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan
keperawatan yang mudah dijangkau, pelayanan keperaweatan yang bermutu
sebagai bagian yang integrar dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian
hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai