Anda di halaman 1dari 78

ISSN 1907-3046

JURNAL ILMIAH

PANNMED
(Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwifery, Environment, Dentist)

VOL. 11, NO. 1, MEI – AGUSTUS 2016


TERBIT TIGA KALI SETAHUN (PERIODE JANUARI, MEI, SEPTEMBER)

Penanggung Jawab: DAFTAR ISI


Dra. Ida Nurhayati, M.Kes. Editorial

Redaktur: Analisa Kadar Besi (Fe) pada Bayam Hijau Sesudah


Drg. Herlinawati, M.Kes. Perebusan dengan Masa Simpan 1 Jam 3 Jam dan 5
Jam oleh Sri Bulan Nasution.......................................1-3
Penyunting Editor:
Soep, SKp., M.Kes. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan
Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes. Tindakan Perawatan pada Pasien Penderita Kanker
Nelson Tanjung, SKM., M.Kes. Serviks di Rumah Sakit Haji Medan oleh Elisabeth
Fauzi Romeli, SKM, M.Kes. Surbakti, Efendi Sianturi..............................................4-7
Cecep Triwibowo, S.Kp., M.Kes.
Pengaruh Mengkonsumsi Buah Pepaya Terhadap
Desain Grafis & Fotografer: Indeks Plak pada Siswa/i Kelas VII SMP Negeri 31
Nastika Sari Lubis, S.Kep., Ns. Kodya Medan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun
Julia Hasanah 2016 oleh Herlinawati, Aminah Br. Saragih, Hana
Meyliani Harahap.......................................................8-11
Sekretariat:
Sumarni, SST Hubungan Sikap Tentang Mekanika Tubuh dengan
Robert Boyke R. Sinaga Nyeri Punggung Bawah Petani di Dusun V Desa
Dologhuluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun
Mitra Bestari: Tahun 2015 oleh Agustina Boru Gultom...............12-16
Dr. dr. Juliandi Harahap, M.A. (FK. USU Medan)P
Dr. Saryono, S.Kp., M.Kes. (FIKes Universitas Jenderal Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Perempuan
Sudirman, Purwokerto) Premenopause Menghadapi Perubahan pada Masa
Menopause di Kelurahan Buluran Kenali Kota Jambi
Alamat Redaksi: Tahun 2016 oleh Diniyati, Neny Heryani, Nelly
Jl. Let Jend Jamin Ginting KM 13.5 Herwani....................................................................17-22
Kelurahan Laucih Kec. Medan Tuntungan
Telp: 061-8368633 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil
Fax: 061-8368644 Terhadap Senam Hamil di Desa Sei Litur Tasik
Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat oleh
Elizawarda................................................................23-32

Pengaruh Pemberian Terapi Oksigen dengan


Menggunakan Non-Rebreathing Mask (NRM)
Terhadap Nilai Tekanan Parsial CO2 (PaCO2) pada
Pasien Cedera Kepala Sedang (Moderate Head Injury)
di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUP H Adam
Malik Medan Tahun 2016 oleh Marlisa.................33-38

Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Siswa/i


Terhadap Keluhan Sakit Gigi SMA PGRI 24 Talun
Kenas Kecamatan Stm Hilir Tahun 2016 oleh Nelly
Katharina Manurung................................................39-41
Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Lansia Terhadap
Pencegahan Peningkatan Asam Urat di Poskesdes
Desa Parulohan Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2016 oleh Adelima C R
Simamora..................................................................42-46

Analisa Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku


Karyawan Kilang Papan dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri di PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun
2014 oleh Netty Jojor Aritonang, Sitti Raha Agoes
Salim, Makmur Sinaga............................................47-50

Hubungan Perilaku Caring Perawat Terhadap


Kepuasan Pasien di Ruangan Penyakit Dalam Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2016 oleh Suriani
Ginting......................................................................51-55

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia


Muda di Desa Saribudolok Kecamatan Silimakuta
Tahun 2016 oleh Wiwik Dwi Arianti.....................56-60

Efektifitas Perawatan Luka Menggunakan Madu


dengan Lomatulle Terhadap Proses Penyembuhan
Luka Diabetik oleh Sri Siswati, Syammar Kurnia
Nasution....................................................................61-68

Aktivitas Sehari-Hari Pasien Stroke Non Hemoragik di


RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016 oleh Solihuddin
Harahap, Erika Siringoringo .......................................69-73

Diterbitkan oleh : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


Jl. Jamin Ginting KM. 13,5 Kel. Lau Cih Medan Tuntungan Kode Pos : 20136
www.poltekkes-medan.ac.id/pannmed
PENGANTAR REDAKSI

Jurnal PANNMED merupakan salah satu wadah untuk menampung hasil penelitian Dosen Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan.

Jurnal PANNMED Edisi Mei – Agustus 2016 Vol. 11 No.1 yang terbit kali ini menerbitkan sebanyak 14
Judul Penelitian.

Redaksi mengucapkan terima kasih kepada:


1. Ibu Direktur atas supportnya sehingga Jurnal ini dapat terbit
2. Dosen-dosen yang telah mengirimkan tulisan hasil penelitiannya dan semoga dengan terbitnya jurnal
ini dapat memberi semangat kepada dosen yang lain untuk berkreasi menulis hasil penelitian sehingga
bisa diterbitkan ke Jurnal Pannmed ini.

Akhir kata, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar jurnal ini dapat menjadi jurnal yang
berkualitas seperti harapan kita bersama.

Redaksi
ANALISA KADAR BESI (Fe) PADA BAYAM HIJAU SESUDAH
PEREBUSAN DENGAN MASA SIMPAN 1 JAM 3 JAM DAN 5 JAM

Sri Bulan Nasution


Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Medan

` Abstrak

Bayam (Amaranthus) dianggap sebagai raja sayuran karena kandungan gizinya yang tinggi. Bayam banyak
mengandung vitamin, kalsium, fosfor dan besi. Zat besi yang berupa ferro (Fe2+) dalam bayam yang terlalu
lama berinteraksi dengan udara (teroksidasi) maka bisa berubah menjadi ferri (Fe3+). Walau keduanya sama-
sama zat besi, ferro (Fe2+) adalah zat besi yang bermanfaat, sedangkan ferri (Fe3+) bersifat racun bagi tubuh
kita Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar besi total pada bayam hijau sesudah perebusan
dengan masa simpan 1 jam, 3 jam dan 5 jam. Angka kecukupan besi sehari yang dianjurkan berdasarkan
Widyakarta Nasional Pangan dan Gizi (2004) untuk pria berumur 19-29 tahun adalah 13 mg dan untuk
wanita berumur 19-29 tahun adalah 26 mg. Kadar besi pada rebusan bayam hijau ditentukan dengan metode
kuantitatif yaitu mengukur kadar besi (Fe) pada bayam hijau sesudah perebusan dengan masa simpan 1 jam, 3
jam dan 5 jam. Penelitian ini dilakukan pada laboratorium kimia air dinas kesehatan provinsi sumatera utara
upt. Laboratorium kesehatan daerah jalan william iskandar pasar v barat I no.4 medan. Metode destruksi
basah menggunakan alat spektrofotometer serapan atom. Dari hasil penelitian diperoleh kadar besi pada
bayam hijau sesudah perebusan dengan masa simpan 1 jam, 3 jam dan 5 jam adalah 29,59 mg/kg; 29,54
mg/kg; 29,46 mg/kg. Kadar besi yang terdapat pada rebusan bayam hijau memiliki kadar besi yang hampir
sama. Diharapkan kepada masyarakat sebaiknya mengkonsumsi sayur bayam sekali makan dan tidak
dianjurkan untuk dipanaskan. Rebusan bayam hijau sebaiknya menggunakan sedikit air dan dimasak
menggunakan panci alumunium.

Kata kunci : Rebusan Sayur Bayam Hijau, Besi

PENDAHULUAN penyakit. Kandungan vitamin A dalam bayam berguna


untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam
Sayuran merupakan bahan pangan yang mudah
menanggulangi penyakit mata, vitamin C dapat
didapatkan diberbagai tempat. Ada beberapa jenis
membantu menyembuhkan sariawan. Zat besi dapat
sayuran yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia.
mencegah penyakit anemia atau anemia gizi besi.
Contohnya sayuran yang berasal dari daun daunan
(Haryadi,2013)
seperti bayam, daun singkong, pakis dan sawi.
Tetapi bayam juga mengandung zat yang bersifat
Dipasaran, bayam dijual dalam bentuk untaian yang
merugikan, salah satunya adalah asam oksalat. Asam
diikat dengan batangnya. Jenis bayam yang digunakan
oksalat merupakan racun dalam bayam yang mampu
sebagai sayuran yaitu bayam merah dan bayam hijau.
mengikat nutrien dalam tubuh. Hal ini menyebabkan
(Murdiati,dkk,2013)
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung
Bayam banyak digemari oleh masyarakat
asam oksalat secara berlebihan bisa mengakibat
Indonesia karena rasanya yang enak, lunak dan dapat
penghambatan penyerapan zat besi dan kalsium dalam
memperlancar pencernaan. Selain itu, bayam juga
tubuh.(Haryadi, 2013)
mudah diperoleh dipasar-pasar dengan harga yang
Tubuh manusia membutuhkan zat besi untuk
relative murah.
kesehatan darah dan otot. Hal ini memainkan peranan
Bayam (Amaranthus sp) dianggap sebagai raja
penting dalam produksi sel darah putih dan sel darah
sayuran karena kandungan gizinya yang tinggi.Bayam
merah yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh.
banyak mengandung vitamin A, B dan C, selain itu
(Sunarya,2015)
bayam banyak mengandung garam-garam mineral yang
Besi merupakan mineral yang membantu
penting seperti kalsium,fosfor dan besi. Bayam
mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Angka
mengandung zat mineral yang tinggi yaitu zat besi
kecukupan besi sehari yang dianjurkan berdasarkan
untuk mendorong pertumbuhan badan dan menjaga
Widyakarta Nasional Pangan dan Gizi (2004) untuk
kesehatan. Kandungan besi dalam 100 gram bayam
pria berumur 19-29 adalah 13 mg dan untuk wanita
hijau yaitu 3,9 (Rizki,2013)
berumur 19-29 adalah 26 mg. (Sunita,2009)
Selain sebagai sayuran yang bergizi tinggi, bayam
juga dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam

1
Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat Sampel penelitian ini adalah sayur bayam hijau
menyebabkan anemia defesiensi besi dan anemia gizi. sesudah perebusan yang simpan selama 1 jam, 3 jam
Kekurangan zat besi banyak dialami para ibu yang dan 5 jam.
sedang mengandung, menyusui dan wanita yang
sedang haid. (Almatsier,2009) HASIL
Zat besi yang berupa ferro (Fe2+) dalam bayam
yang terlalu lama berinteraksi dengan udara Tabel 1. Data Pembacaan Pada AAS
(teroksidasi) maka bisa berubah menjadi ferri (Fe3+). No. Berat Sampel (gr) Absorbansi Pembacaan
Walau keduanya sama-sama zat besi, ferro (Fe2+) Sampel
adalah zat besi yang bermanfaat, sedangkan ferri (Fe3+) (ppm)
bersifat racun bagi tubuh kita (Rizki,2013) 1 10,1242 0,389 2,996
Sayur bayam dilarang dimasak menggunakan 2 10,1024 0,343 2,985
panci alumunium karena alumunium yang bereaksi 3 10,0985 0,341 2,976
dengan zat besi dalam bayam bisa menyebabkan
terjadinya racun. Bagi yang memiliki kadar asam urat Tabel 2. Kadar Besi (mg/kg) Pada Rebusan Bayam Hijau
dalam darah yang cukup tinggi tidak dianjurkan No. Waktu Sesudah Kadar Fe
mengkonsumsi bayam dalam jumlah banyak karena Perebusan
kandungan purin yang cukup tinggi dalam bayam dapat 1 1 Jam 29,59 mg/kg
menyebabkan rasa nyeri yang berlebihan. (Rizki, 2013) 2 3 Jam 29,54 mg/kg
Untuk mendapatkan manfaat sayur bayam 3 5 Jam 29,46 mg/kg
sebaiknya mencuci bayam pada air mengalir kemudian
didihkan dahulu airnya setelah itu masukan bayam, Pembahasan
dapat ditambah dengan bahan makanan lainnya seperti Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap
garam. Merebus sayuran adalah cara aman untuk kadar besi (Fe) pada sampel rebusan bayam hijau yang
mengkonsumsi sayuran secara sehat. Bayam yang disimpan selama 1 jam, 3 jam dan 5 jam yang telah
direbus sebaiknya menggunakan sedikit air karena diperiksa di Laboratorium Kimia Air Dinas Kesehatan
sayuran ini cepat sekali masak yaitu hanya 4-6 menit. Provinsi Sumatera Utara UPT. Laboratorium Kesehatan
Kandungan dalam bayam tidak tahan panas artinya Daerah kadar besi (Fe) yang terdapat pada rebusan bayam
dapat berkurang atau rusak karena proses pemanasan. hijau memiliki kadar yang hampir sama. Kadar besi yang
Bayam sebaiknya habis sekali makan sebab masakan tertinggi terdapat pada rebusan bayam hijau dengan masa
bayam tak layak dikonsumsi setelah lebih dari 5 jam simpan 1 jam yaitu 29,59 mg/kg dan kandungan besi yang
dan tidak dianjurkan untuk dimasak ulang atau terendah terdapat pada rebusan bayam hijau dengan masa
dipanaskan. (Indrati,dkk, 2014) simpan 5 jam yaitu 29,46 mg/kg. Dari hasil penelitian
Berdasarkan penjabaran diatas penulis ingin sebelumnya yang dilakukan oleh Novary (2014) di
mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar besi pada Makassar menunjukkan kadar besi pada rebusan bayam
bayam hijau sesudah perebusan dengan masa simpan 1 hijau dengan masa simpan 5 jam memiliki kadar besi yaitu
jam, 3 jam dan 5 jam. 30,12 mg/kg.
Tingginya kadar besi pada sayur bayam hijau dapat
Tujuan Penelitian mencukupi asupan besi sehari-hari. Berdasarkan angka
Tujuan Umum kecukupan besi yang dianjurkan oleh Widyakarta Nasional
Untuk mengetahui kadar besi total pada bayam hijau Pangan dan Gizi untuk pria berumur 19-29 tahun yaitu 13
sesudah perebusan dengan masa simpan 1 jam, 3 jam dan 5 mg dan untuk wanita berumur 19-29 yaitu 26 mg.
jam. Dari data hasil penelitian di atas menunjukkan
bahwa kadar besi pada rebusan bayam hijau dengan masa
Tujuan Khusus simpan 1 jam, 3 jam dan 5 jam tidak memiliki perbedaan
Untuk menentukan kadar besi total pada bayam hasil yang tinggi. Kadar besi pada rebusan bayam hijau
hijau sesudah perebusan dengan masa simpan 1 jam, 3 memiliki kadar yang hampir sama ini disebabkan karena
jam dan 5 jam. besi merupakan zat anorganik yang tidak dapat terurai
sehingga dalam penyimpanan yang lama pun tidak
METODE mempengaruhi kadar besinya. Pemberian pupuk pada
tanaman bayam akan mempengaruhi pada kualitas mineral
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian bayam tersebut. (Bandini, 2009). Kesalahan juga terdapat
deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kadar besi pada metode kerja pemeriksaan yang dilakukan dalam
pada bayam hijau sesudah perebusan dengan masa pengolahan sampel dan alat yang digunakan.
simpan 1 jam, 3 jam dan 5 jam.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Kesimpulan
Air Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara UPT. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap
Laboratorium Kesehatan Daerah Jalan Williem rebusan sayur bayam hijau dengan masa simpan 1 jam,
Iskandar Pasar V Barat I No.4 Medan yang dilakukan 3 jam dan 5 jam diperoleh hasil yang hampir mendekati
dari bulan Maret sampai Juni 2016. yaitu 29, 54 mg/kg - 29,46 mg/kg. Hal ini dapat

2
disebabkan karena besi merupakan zat anorganik yang Indrati, Retno dan Gardjito Murdjiati, 2014. Pendidikan
tidak dapat terurai walau dalam penyimpanan yang Konsumsi Pangan. Cetakan ke I. Jakarta : PT
lama. Namun sayur bayam hijau yang disimpan terlalu Fajar Interpratama Mandiri
lama atau dipanaskan tidak layak dikonsumsi karena Murdiati, Agnes dan Amaliah, 2013. Panduan Penyiapan
zat besi berupa ferro (Fe2+) akan teroksidasi menjasi Pangan Sehat Untuk Semua. Cetakan ke I.
ferri (Fe3+) dimana ferri (Fe3+) bersifat racun bagi tubuh Jakarta : Kencana Prenadamedia Group
kita. Rizki, Farah, 2013. The Miracle Of Vegetables. Cetakan
ke I. Jakarta : PT Agromedia Pustaka
Saran Sediaoetama, Ahmad Djaeni, 2008. Ilmu Gizi. Jakarta :
1. Masyarakat sebaiknya mengonsumsi sayur bayam Dian Rakyat
hijau habis sekali makan dan tidak dianjurkan Sunarya, DR, 2015. Memilih Makana Bergizi dan
untuk dipanaskan. Aman. Cetakan ke I. Depok : Papas Sinar
2. Rebusan bayam hijau sebaiknya menggunakan Sinanti.
sedikit air dan dimasak menggunakan panci
alumunium.
3. Kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti zat-zat
lain yang terdapat pada bayam hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, 2009. Prinsip Dasar IlmuGizi. Cetakan


ke VIII. Jakarta : PT Gramedia Pustakan Utama
Bandini,Yusni, 2009. Bayam. Cetakan ke V. Jakarta :
Penebar Swadaya
Haryadi, J., 2013. Fakta Buah Dan Sayur Yang
Berbahaya. Cetakan ke I. Jakarta : Niaga Swadaya
http :// novary. Blogspot.com/2014/06/Pemeriksaan kadar
besi pada bayam hijau yang disimpan 5 jam.
dipublikasikan oleh novary, kamis, 19 Juni 2014

3
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN
TINDAKAN PERAWATAN PADA PASIEN PENDERITA
KANKER SERVIKS DI RUMAH
SAKIT HAJI MEDAN

Elisabeth Surbakti, Efendi Sianturi


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan

` Abstrak

Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi pada serviks, suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina,
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap bidan dengan tindakan perawatan pada pasien penderita kanker serviks di
Rumah Sakit Haji Medan. Jenis penelitian ini analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Bidan yang ada di rumah sakit Haji Medan sebanyak 33 Orang. Pengambilan
sampel dengan teknik total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Pengumpulan data
dilakukan melalui pengisian kuesioner. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan bidan dengan
tindakan perawatan pada pasien penderita kanker serviks, dimana nilai p value = 0,013. Ada hubungan sikap
bidan dengan tindakan perawatan pada pasien kanker serviks, p value = 0,018. Kepada pihak Rumah Sakit
agar memberi pelatihan yang berkelanjutan dan evidence base kepada bidan terkait dengan perawatan pada
pasien penderita kanker serviks untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan bidan dalam hal
perawatan pada pasien kanker serviks yang berkunjung. Kepada pasien penderita kanker serviks agar dapat
mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh pihak rumah sakit serta aktif berkonsultasi sesuai dengan anjuran
petugas kesehatan dalam hal ini bidan.

Kata kunci : Pengetahuan dan Sikap Bidan, Tindakan Perawatan Pada Pasien Kanker serviks

Pendahuluan Menurut data Organisasi Kesehatan Sedunia


Kanker merupakan penyakit yang tidak menular. (WHO) setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia
Kanker serviks merupakan keganasan atau neoplasma bertambah 6,25 juta orang atau setiap 11 menit ada satu
yang terdapat pada daerah leher rahim atau mulut rahim. penduduk yang meninggal dunia karena kanker dan setiap
Penyakit ini timbul akibat kondisi tubuh yang tidak normal 3 menit ada satu penderita kanker baru. Dalam 10 tahun
dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang mendatang diperkirakan 9 juta akan meninggal setiap
berbagai jaringan di dalam organ tubuh, termasuk organ tahun akibat kanker, 2/3 dari penderita kanker tersebut
reproduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim, berada di negara-negara yang sedang bekembang termasuk
indung telur dan vagina. Angka kejadian dan angka Indonesia (Ratna, 2008).
kematian akibat kanker serviks di dunia mempunyai urutan Menurut Rono (2007) di Amerika Selatan dan
kedua setelah kanker payudara. Sementara itu di negara beberapa Negara Asia ditemukan kejadian kanker serviks
berkembang masih menempati urutan teratas sebagai sebanyak 40/100.000 penduduk, sedangkan diwilayah
penyebab kematian akibat kenker di usia reproduksi Australia Barat tercatat setiap tahunnya sebanyak 85 orang
(Rasjidi, 2007). wanita di diagnose positif menderita kanker serviks.
Kanker serviks merupakan salah satu penyakit Di Indonesia di perkirakan terdapat 200 ribu
yang menimbulkan dampak psikososial yang luas, kasus baru per tahunnya. Insidens rate penderita kanker di
terutama bagi pasien dan keluarganya. Menurut Indonesia berjumlah 100 orang per 100.000 (Ratna, 2008).
Rachmadahniar (2008), pada tahun 2000 sekitar 80% Data Departemen Kesehatan di Indonesia saat ini
penyakit kanker serviks ada di negara berkembang yaitu di ada sekitar 200.000 kasus kanker serviks setiap tahunnya,
Afrika sekitar 69.000 kasus, di Amerika Latin sekitar atau 100 kasus per 100.000. Wanita, 70% kasus yang
77.000 kasus, dan di Asia sekitar 235.000 kasus. Penelitian datang ke rumah sakit ditemukan dalam stadium lanjut
oleh Vavuhala (Rachmadahniar, 2008) pada tahun 2004 (Mustari, 2009).
menunjukkan setiap tahunnya di dunia terdapat sekitar Masalah kanker serviks di Indonesia karena
500.000 kasus baru kanker serviks dengan tingkat beberapa kendala antara lain luasnya wilayah demografi,
kematian sekitar 200.000 kasus. kesinambungan dan kekurangan sumberdaya manusia

4
sebagai pelaku screening sehingga harapan untuk meningkatkan kinerjanya dalam program pencegahan
menemukan kanker serviks stadium dini masih jauh kanker serviks.
(Suwiyoga, Ketut 2008) Data dari Rumah Sakit Haji Medan pada tahun
Data RS dr. Pringadi Medan tahun 2002 2010 terdapat 27 kasus kanker serviks dan pada tahun
menunjukkan bahwa kanker serviks menempati peringkat 2011 terdapat 32 kasus kanker serviks.
teratas dari seluruh kanker pada wanita. Pada tahun 2007
terdapat 345 kasus, tahun 2009 sebanyak 48 kasus, tahun Metode
2010 sebanyak 40 kasus, tahun 2011 sebanyak 263 kasus, Jenis penelitian ini adalah metode analitik
tahun 2012 sebanyak 58 kasus, tahun 2013 sebanyak 64 dengan desain penelitian cross sectional, yang
kasus, dan tahun 2014 sebanyak 294 kasus. bertujuan untuk mengetahui hubungan Pengetahuan
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan dan Sikap Bidan dengan tindakan perawatan pada
kejadian kanker serviks yaitu usia, status sosial ekonomi, pasien kanker serviks di Rumah Sakit Haji Medan.
pasangan seks yang berganti-ganti, paritas, kurang menjaga Besar sampel 33 Orang, dengan pengambilan sampel
kebersihan genital, merokok, riwayat penyakit kelamin, total populasi
trauma kronis pada serviks, serta penggunaan kontrasepsi Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
oral dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun (Diananda, kuesioner untuk Bidan, Data yang telah dikumpulkan
2007). berupa jawaban dari setiap pernyataan kuesioner akan
Menurut Bustan (2008) kanker bisa disembuhkan diolah dan dianalisa secara Univariat dan Bivariat
jika dideteksi dan di tanggulangi sejak dini, namun
dikarenakan minimnya gejala yang ditimbulkan oleh Hasil
kanker serviks, penanganan terhadap penyakit ini sering Karakteristik Responden
terlambat yang menyebabkan kematian. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik
Di sisi lain, Indonesia mempunyai sejumlah di Rumah Sakit Haji Medan
bidan, dimana bidan merupakan tenaga kesehatan yang No Umur Frekuensi %
dekat dengan masalah kesehatan wanita yang potensinya 1 ≤30 tahun 12 36,4
perlu dioptimalkan khsususnya untuk program skrining 2 >30 tahun 21 63,6
kanker serviks. Dari data sekretariat IBI (Ikatan Bidan Total 33 100
Indonesia) Pusat, pada tahun 1997 jumlah bidan di desa Masa kerja Frekuensi %
sebanyak 55.000 orang dan bidan praktek swasta sebanyak 1 ≤5 tahun 11 33,3
16.000 orang. Dari penelitian Nuranna L dan Aziz MF 2 >5 tahun 22 66,7
pada tahun 1991, diperoleh data bahwa diantara petugas Total 33 100
kesehatan termasuk bidan, kemampuan kewaspadaannya
terhadap kanker serviks masih perlu diberdayakan. Berdasarkan tabel 1 bahwa umur bidan mayoritas
(Nuranna L, 1999, Sheperd JH) >30 tahun 21 orang (63,6%), dan masa kerja bidan
Penting bagi seorang bidan untuk memiliki mayoritas >5 tahun sebanyak 22 orang (66,7%).
kepercayaan diri dalam keterampilan kebidanannya
mengenai observasi dan intervensi minimal dengan Tabel 2.Gambaran distribusi Pengetahuan, sikap dan
maksud mengkaji kesehatan dan kemajuan maternal agar tindakan Perawat di RS Haji Medan
bidan dapat mempercayai dan bertanggung jawab terhadap No Pengetahuan N %
tindakan mereka sendiri (Vicky Chapman, 2010) 1 Baik 22 66,6
Dalam penelitian Suaidah (2010), didapatkan 2 Cukup 8 24,2
bahwa tingkat pengetahuan bidan dan perawat terhadap 3 Kurang 3 9,1
bahaya kanker serviks yang baik adalah 18 orang 33 100
(54,5%) dan yang sedang adalah 15 orang (45,5%) dari Sikap
11 bidan dan 22 perawat yang menjadi responden. 1 Positif 29 87,9
Sedangkan responden yang memiliki sikap yang baik 2 Negatif 4 12,1
adalah 28 orang (84,8%) dan yang memiliki sikap 33 100
sedang adalah 5 orang (15,2%), serta responden yang Tindakan
memiliki tindakan baik ada 26 orang (70 %) dan 1 Baik 28 84,8
responden yang memiliki tindakan buruk ada sebanyak 2 Kurang 5 15,2
4 orang (30 %). Total 33 100
Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan, sikap serta tindakan bidan dan Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa
perawat adalah cukup baik. Untuk itu kepada para pembuat pengetahuan bidan mayoritas baik 22 orang (66,6%),
kebijakan kesehatan agar lebih memperhatikan upaya sikap bidan mayoritas positif 29 orang (87,9%) dan
tindakan pencegahan kanker serviks secara dini. tindakan bidan mayoritas baik 28 orang (84,8%).
Sedangkan kepada bidan dan perawat untuk memperluas
wawasan tentang kanker serviks secara berkelanjutan
berdasarkan evidence base, dengan cara lebih banyak
mencari informasi tentang kanker serviks agar dapat

5
Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Tindakan tindakan menjadi baik, seseorang bisa bertindak baik
Perawatan Pada Pasien Penderita Kanker serviks sesuai dengan apa yang diketahuinya.
Tabel 3. Distribusi Hubungan Pengetahuan Bidan
dengan Tindakan Perawatan Pada Pasien Hubungan Sikap Bidan Dengan Tindakan
Penderita Kanker serviks di Rumah Sakit Perawatan Pada Pasien Penderita Kanker serviks
Haji Medan Tabel 4. Distribusi Hubungan Sikap Bidan Dengan
Tindakan Tindakan Perawatan Pada Pasien Penderita
Total Kanker Serviks di Rumah Sakit Haji Medan
No Pengetahuan Baik Kurang P Value
n % n % n % Tindakan
Total
1 Baik 21 63,6 1 3,0 22 66,7 No Sikap Baik Kurang P value
2 Cukup 6 18,2 2 6,1 8 24,2 n % n % n %
0,013
3 Kurang 1 3,0 2 6,1 5 9,1 1 Positif 26 78,8 3 9,1 29 87,9 0,018
Total 28 84,8 5 15,2 33 100 2 Negatif 2 6,1 2 6,1 4 12,1
Total 28 84,8 5 15,2 33 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada
21 orang (63,6%) bidan yang berpengetahuan baik dengan Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa 26
tindakan baik, 6 orang (18,2%) bidan yang berpengetahuan orang (78,8%) bidan yang memilik sikap positif dengan
cukup dengan tindakan baik, serta ada 2 orang (6,1%) tindakan baik, dan ada 2 orang (6,1%) bidan yang memiliki
bidan yang berpengetahuan kurang dengan tindakan sikap negatif dengan tindakan baik. Berdasarkan hasil uji
kurang.Berdasarkan hasil uji chisquare diperoleh nilai p chisquare diperoleh nilai p value = 0,018 yang berarti ada
value = 0,013 yang berarti ada hubungan yang signifikan hubungan yang signifikan antara sikap bidan dengan
antara pengetahuan bidan dengan tindakan perawatan pada tindakan perawatan pada pasien penderita kanker serviks.
pasien penderita serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi Pembahasan
pada leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi Hubungan Sikap Bidan Dengan Tindakan Perawatan
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, Pada Pasien Penderita Kanker Serviks
letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa
vagina, Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita ada sebanyak 26 orang (78,8%) bidan yang memilik sikap
berusia 35-55 tahun (Notodiharjo, 2008). positif dengan tindakan baik, dan ada 2 orang (6,1%) bidan
Bidan mengetahui tentang perawatan kanker yang memiliki sikap negatif dengan tindakan baik.
serviks, merupakan penyakit yang terjadi pada kandungan Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan
(organ reproduksi), kanker yang terjadi pada wanita yang kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor-faktor
sudah pernah melakukan hubungan seksual, terjadi pada penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2008) :
wanita usia 30-45 tahun, Tidak memakai kondom saat Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks
melakukan hubungan seks dengan pria yang bukan pada usia muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-
pasangan hidupnya, dapat menjadi pencetus kanker ganti pasangan seks. Wanita usia di atas 25 tahun, telah
serviks. menikah, dan sudah mempunyai anak perlu melakukan
Bidan pada umumnya mengetahui perawatan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut
penderita kanker serviks. Bila dilihat dari pendidikan pada petunjuk dokter. Kontrasepsi dengan metode barrier,
umumnya D-III, sehingga memperoleh informasi tentang seperti diafragma dan kondom, dapat memberi
kanker serviks baik dimasa pendidikan maupun sesudah perlindungan terhadap kanker serviks
bekerja sehingga pengetahuan bidan tentang kenker serviks Bidan memiliki sikap positif dalam penanganan
mayoritas baik. Dengan pengetahuan yang baik maka kanker serviks seperti bidan harus selalu mencari informasi
bidan dapat memberikan konseling kepada klien yang terbaru (Evidance base), pendidikan (pelatihan) kesehatan
berkunjung ke pelayanan kesehatan, sehingga dapat yang berkelanjutan dalam perawatan penderita kanker
mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi. serviks. Bidan akan melakukan tindakan untuk perawatan
Dalam penelitian Suaidah (2010), didapatkan penderita kanker serviks, dengan mengidentifikasi
bahwa tingkat pengetahuan bidan dan perawat terhadap penyebabnya. Sebaiknya bidan menginformasikan pada
bahaya kanker serviks baik adalah 18 orang (54,5%) dan keluarga tentang keadaan ibu sebelum melakukan
yang sedang adalah 15 orang (45,5%) dari 11 bidan dan 22 penanganan.
perawat yang menjadi responden. Hasil penelitian diperoleh bahwa sikap bidan
Berdasarkan hasil uji chisquare diperoleh nilai p value mayoritas positif sebanyak 29 orang (87,9%). Hal ini
= 0,013 yang berarti ada hubungan yang signifikan terjadi karena pengetahuan bidan yang baik maka sikap
antara pengetahuan bidan dengan tindakan perawatan bidan juga menjadi positif. Sikap positif ini seperti bidan
pada pasien penderita kanker serviks. Hal ini sesuai aktif untuk mencari informasi berkaitan dengan kanker
dengan penelitian Rospita (2007) bahwa ada hubungan serviks, memberikan dukungan serta perawatan kepada
pengetahuan bidan dengan tindakan perawatan kanker pasien kanker serviks. Tindakan bidan baik seperti bidan
serviks, dimana nilai p value = 0,001. Dalam menganjurkan pasien menjalani kemoterapi bila kanker
penelitiannya ini dapat dikatakan bahwa pengetahuan telah menyebar ke luar panggul, mencatat semua tindakan
bidan yang baik maka akan dapat mempengaruhi yang dilakukan bidan di catatan perawat.

6
Sikap sangat menentukan seseorang ke arah lebih Diananda E,2007, Hubungan Pengetahuan dan Sikap
baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sikap Anggota Persatuan Isteri TNI AD Terhadap
tersebut dapat diwujudkan melalui pemberdayaan tenaga Upaya Deteksi Dini Kanker Leher Rahim di
kesehatan untuk memberikan pemahaman tentang Denkavkud Bandung, Yogyakarta.
pentingnya pencegahan kanker serviks dengan pap smear Maulana Y, 2009, Cara Bijak Menaklukkan Kanker, PT
atau IVA kepada masyarakat secara berkala. Sikap positif Agromedia Pustaka, Depok
akan memunculkan perilaku yang baik untuk melakukan Mubarak, 2009, Standar pelayanan Kebidanan, Jakarta.
pencegahan kanker serviks. Notoatmodjo S,2007,Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-
Berdasarkan hasil uji chisquare diperoleh nilai p Prinsip Dasar, Cetakan Kedua, PT Rineka
value = 0,018 yang berarti ada hubungan yang signifikan Cipta,Jakarta
antara sikap bidan dengan tindakan perawatan pada pasien Notodiharjo R, 2008, Reproduksi, Kontrasepsi, dan
penderita kanker serviks. Hal ini sesuai dengan penelitian Keluarga Berencana, Yogyakarta.
Yanti (2008) yaitu ada hubungan sikap bidan dengan Nuranna L. Skrining kanker serviks, uapaya down
tindakan perawatan pasien kenker serviks, dimana nilai staging dan metode skriming alternatif. Jakarta
p value = 0,010. Sikap yang baik maka tindakan juga : subbagian onkologi Bagian Obstetri dan
menjadi baik. Menurut Notoadmodjo (2007) menyatakan genekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto
bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk Mangunkumo, 1999
praktek. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan Rasjidi I, Sulistiyanto H, 2007, Vaksin Human Papilloma
yang nyata (praktik) diperlukan faktor pendukung atau Virus dan Eradikasi Kanker Mulut Rahim,
kondisi yang memungkinkan. Jakarta
Rasjidi I, Sulistiyanto H. 2007, Vaksin Human Papilloma
Kesimpulan Virus dan Eradikasi Kanker Mulut Rahim,DIVA
1. Ada hubungan pengetahuan bidan dengan tindakan press, Jakarta.
perawatan pada pasien penderita kanker serviks Rono Yohanes, 2010, Kanker Leher Rahim, Dept of
2. Ada hubungan sikap bidan dengan tindakan perawatan Sugery Holliwood Hospital, Australia
pada pasien penderita kanker serviks. Sagung O, 2007, Hubungan Antara Karakteristik Ibu
Dengan Partisipasi Ibu Melakukan Pemeriksaan
Saran Papsmear di Klinik Adhiwarga PKBI
1. Kepada pihak Rumah Sakit agar memberi pelatihan Yogyakarta,Yogyakarta.
yang berkelanjutan dan evidence base kepada bidan Saragih, R. (2012). Peranan Dukungan Keluarga dan
terkait dengan perawatan pada pasien penderita Koping Pasien dengan Penyakit Kanker terhadap
kanker serviks, untuk meningkatkan pemahaman dan Pengobatan Kemoterapi di RB 1 Rumah Sakit
pengetahuan bidan dalam memberikan pelayanan. Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
2. Kepada pasien penderita kanker serviks agar dapat 2010. Jurnal Keperawatan. FIK, UDA, Medan.
mengikuti setiap penyuluhan yang diberikan oleh Sheperd JH. Curent management of the abnormal
pihak rumah sakit serta aktif berkonsultasi dengan smear and cervical intraepithelia neoplasia.
dokter setiap kali berkunjung di tempat pelayanan Consultant gynecological surgeon and
kesehatan. oncologist, St. Bartholomeus’s and the Royal
Marden hospital, London, England, In:
DAFTAR PUSTAKA Bengkel HJ, Kresno SB,
Soekidjo Y, 2005 dan Wahyuningsih H. P. Etika Profesi
Adi, T. N. (2011). Wanita dan Deteksi Dini Kanker Kebidanan Cetakan Kedua, PT Ftramaya,
Serviks (Studi Korelasi antara Sikap dan Norma Jakarta.
Subjektif dengan Intensi Wanita Dewasa dalam Sofien 2007 AB, Buku Panduan Acuan Nasional
Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks). Acta Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
diurnA│ Vol, 7(2). Edisi I, Yayasan Bina Pustaka Sarworo
Bakhtiar MN, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Prawiroharjo, Jakarta.
Menular, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Wiknyosastro H, 2005, Ilmu Kandungan.Yayasan Bina
Dalimartha, 2008, Essential of Obstetri dan Gynecology, Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta.
alih bahasa Edi Nugroho, Penerbit J George
Hypocrates.
Dep Kes RI,2000 Rencana Strategis Nasional Making
Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010,
Jakarta.

7
PENGARUH MENGKONSUMSI BUAH PEPAYA TERHADAP INDEKS
PLAK PADA SISWA/I KELAS VII SMP NEGERI 31 KODYA MEDAN
KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2016

Herlinawati, Aminah Br. Saragih, Hana Meyliani Harahap


Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Medan

` Abstrak

Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh mengkonsumsi buah pepaya terhadap indeks plak. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah analitik dengan metode Quasi Eksperiment dengan desain penelitian one group pre test
post test design. Penelitian ini dilakukan pada Siswa/i Kelas VII SMP Negeri 31 Kodya Medan Kecamatan
Medan Tuntungan Tahun 2016 dengan pengambilan sampel secara purposive sampling yang berjumlah 40
orang. Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan siswa/i tentang pengaruh
mengkonsumsi buah pepaya terhadap Indeks Plak. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan
adanya penurunan indeks plak setelah mengkonsumsi buah pepaya, dimana rata-rata sebelum
mengkonsumsi buah pepaya adalah 2,32, sedangkan sesudah mengkonsumsi buah pepaya rata-rata indeks
plak menjadi 1,18. Hasil t-Test dependent didapat bahwa nilai probabilitas p < 0,0001, maka Ho ditolak (jika
p < 0,05) yang artinya adanya pengaruh mengkonsumsi buah pepaya terhadap penurunan indeks plak.
KeKesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan dari mengkonsumsi buah pepaya terhadap
penurunan indeks plak. Diharapkan kepada siswa/i agar meningkatkan kesehatan gigi dengan cara
mengkonsumsi makanan berserat dan mengandung air yang baik untuk kesehatan gigi, misalnya buah
pepaya

Kata kunci: buah papaya, indeks plak

PENDAHULUAN mulut mencapai 25,9 persen, sebanyak 14 provinsi


mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting angka nasional. Prevalensi nasional menyikat gigi
bagi setiap manusia untuk dapat melakukan berbagai setiap hari adalah 94,2 persen sebanyak 15 provinsi
aktivitas baik secara fisik, mental dan kesejahteraan berada dibawah prevalensi nasional.
sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak Karies gigi adalah penyakit multifaktor yang
mengidap penyakit atau kelemahan (WHO : Organisasi merupakan hasil kombinasi dari 4 faktor utama yaitu
Kesehatan Sedunia). Salah satu upaya kesehatan adalah host (gigi), substrat, mikroorganisme di dalam plak dan
mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat waktu (Samaranayake, 2002). Plak gigi memegang
(Depkes RI 2010). Kesehatan menjadi hal yang sangat peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
penting bagi setiap individu. Hal ini membuat sebagian Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
orang yang peduli dengan kesehatan melakukan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
berbagai upaya proteksi kesehatan. Tubuh yang sehat matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
tidak terlepas dari memiliki rongga mulut yang sehat. permukaan gigi yang tidak dibersihkan (Pintauli S,
Banyak ahli mengatakan rongga mulut merupakan Hamada T, 2008). Upaya pencegahan timbulnya plak
bagian integral dari kesehatan umum (Petersen, 2003). disebut dengan kontrol plak. Ada 3 cara yang
Menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 digunakan dalam kontrol plak yaitu mekanik, khemis,
Tahun 2009 Pasal 93 ayat 1 dan 2 yaitu pelayanan dan modifikasi. Sampai saat ini, kontrol plak masih
kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara mengandalkan pada kebersihan secara mekanik yaitu
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang menyikat gigi dan membersihkan gigi dengan
dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan penyakit menggunakan bantuan ahli medis.
gigi, serta pemulihan kesehatan gigi yang dilaksanakan Konsumsi buah yang segar dan kaya akan
oleh pemerintah setempat dan dapat juga dilakukan vitamin, serat dan air dapat melancarkan pembersihan
melalui pelayanan kesehatan gigi perorangan, sekolah sendiri pada gigi, sehingga luas permukaan plak dapat
dan masyarakat. Berdasarkan hasil riset kesehatan dikurangi dan pada akhirnya karies gigi dapat dicegah.
dasar (2013), prevalensi nasional masalah gigi dan Kebiasaan makan- makanan berserat tidak bersifat

8
sebagai pengendali plak secara alamiah. Makanan METODE
padat dan berserat secara fisiologis akan meningkatkan
Jenis dan Desain
intensitas pengunyahan dalam mulut. Proses
Penelitian ini menggunakan metode Quasi
pengunyahan makanan ini akan merangsang dan Eksperiment dengan desain penelitian one group pre test
meningkatkan produksi saliva. Saliva akan membantu post test design yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada
membilas gigi dari partikel-partikel makanan yang satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.
melekat pada gigi dan juga melarutkan komponen gula
dari sisa makanan yang terperangkap dalam sela-sela Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti
pit dan fisur permukaan gigi (Mcdonald dan Avery,
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian adalah
2006). Siswa/i Kelas VII SMP Negeri 31 Kodya Medan
Pepaya merupakan tanaman sumber vitamin, Kecamatan Medan Tuntungan dengan jumlah 235
mineral, serat dan mengandung enzim yang berguna orang.
untuk kesehatan tubuh. Lebih dari 50 asam amino Sampel adalah objek penelitian yang dianggap
terkadung dalam getah pepaya, antara lain asam mewakili keseluruhan populasi. Pengambilan sampel
aspartat, treonin, serin, asam glutamate, prolin, glisin, secara purposive sampling, yaitu teknik sampling yang
alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin, fenilanin, digunakan oleh peneliti karena peneliti mempunyai
histidin, lysine, arginin, tritophan, dan sistein. Mereka pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan
bersatu padu menjadi bahan baku industri kosmetik sampel (Arikunto, 2013). Sampel penelitian adalah
untuk menghaluskan kulit, menguatkan jaringan agar siswa/i kelas VII 5 yang berjumlah 40 Siswa/i SMP
lebih kenyal, dan menjaga gigi dari timbunan plak Negeri 31 Kodya Medan Kecamatan Medan
(Faralia, 2012). Enzim papain dalam buah pepaya juga Tuntungan.
dapat dijadikan bahan aktif dalam pembuatan pasta
gigi. Papain dalam pasta gigi dapat membersihkan sisa HASIL
protein yang melekat pada gigi.
(http://www.digilib.unimed.ac.id). Data yang dikumpulkan adalah hasil penelitian
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan yang dilakukan terhadap Siswa/i Kelas VII SMP Negeri 31
peneliti di SMP Negeri 31 Kodya Medan Kecamatan Kodya Medan Kecamatan Medan Tuntungan.
Medan Tuntungan Tahun 2016 pada siswa/i sebanyak Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemeriksaan
40 orang, dimana peneliti melakukan wawancara secara langsung pada siswa/i yang dijadikan sampel. Dari
langsung kepada siswa/i, ditemukan bahwa siswa/i penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data
kurang dalam melakukan kebersihan gigi dan mulut indeks plak sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah
sehingga mengakibatkan terjadinya plak. pepaya. Setelah seluruh data terkumpul, dibuatlah analisa
Membersihkan gigi tidak hanya dengan menyikat gigi, data dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi untuk
tetapi bisa dilakukan dengan mengkonsumsi buah- masing-masing sampel, kemudian dilakukan pengolahan
buahan seperti pepaya. data statistik dengan menggunakan t-Test.
Berdasarkan uraian di atas dan studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada anak Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Persentase Indeks
Siswa/i Kelas VII SMP Negeri 31, maka dari data Plak Sebelum Mengkonsumsi Pepaya
tersebut peneliti akan meneliti pengaruh mengkonsumsi Pada Siswa/i Kelas VII SMP Negeri 31
buah pepaya terhadap Indeks Plak pada Siswa/I Kelas Kodya Medan Kecamatan Medan
VII SMP Negeri 31 Kodya Medan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2016
Tuntungan Tahun 2016. Adapun tujuan penelitian No Kategori Frekuensi Persentase
adalah untuk mengetahui pengaruh mengkonsumsi Indeks
buah pepaya terhadap Indeks Plak. Sedangkan Plak
manfaat Penelitian yaitu :
1 Baik 0 0
1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi
2 Sedang 7 17,5
pihak sekolah tentang pengaruh mengkonsumsi
3 Buruk 33 82,5
buah pepaya terhadap Indeks Plak pada Siswa/i
Kelas VII SMP Negeri 31 Kodya Medan Total 40 100,0
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2016.
2. Menambah pengetahuan pada Siswa/i Kelas VII Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 40 orang
SMP Negeri 31 Kodya Medan Kecamatan sampel yang telah diteliti sebelum mengkonsumsi buah
Medan Tuntungan Tahun 2016 tentang pepaya dapat dikategorikan bahwa siswa/i memiliki indeks
pengaruh mengkonsumsi buah pepaya plak sedang berjumlah 7 orang (17,5%), dan siswa/i yang
terhadap Indeks Plak. memiliki indeks plak buruk berjumlah 33 orang (82,5%).

9
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Persentase Indeks dilakukan dimana diperoleh hasil yang signifikan dengan
Plak Sesudah Mengkonsumsi Pepaya probabilitas (p) yaitu 0,0001.
Pada Siswa/i Kelas VII SMP Negeri 31
Kodya Medan Kecamatan Medan PEMBAHASAN
Tuntungan Tahun 2016
No Kategori Frekuensi Persentase Pada penelitian ini peneliti ingin melihat
Indeks pengaruh mengkonsumsi buah pepaya terhadap
Plak penurunan indeks plak. Jumlah sampel pada penelitian
1 Baik 14 35,0 ini adalah 40 sampel dari Siswa/i Kelas VII SMP
2 Sedang 26 65,0 Negeri 31 Kodya Medan Kecamatan Medan Tuntungan
3 Buruk 0 0 Tahun 2016 yang dipilih secara purposive sampling
Total 40 100,0 pada kelas VII 5. Dari hasil penelitian yang di dapat
maka diketahui banyak siswa/i yang memiliki indeks
plak dengan kategori buruk. Hal ini disebabkan karena
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 40 orang
kurangnya pengetahuan siswa/i tentang cara menjaga
sampel yang telah diteliti sesudah mengkonsumsi buah
kebersihan gigi dan mulut.
pepaya dapat dikategorikan bahwa siswa/i tidak memiliki
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
indeks plak buruk tetapi dari 40 sampel siswa/i sesudah
mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
mengkonsumsi pepaya memiliki kategori baik berjumlah
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
14 orang (35,0%), dan siswa/i yang memiliki kategori
permukaan gigi yang tidak dibersihkan (Pintauli S,
sedang berjumlah 26 orang (65,0%).
Hamada T, 2008). Plak memegang peranan penting
dalam terjadinya penyakit gigi dan mulut. Bakteri yang
Tabel 4.3. Perbedaan Rata-Rata Mengkonsumsi
terdapat dalam plak bertanggung jawab pada terjadinya
Buah Pepaya Terhadap Penurunan
kerusakan gigi, karena bakteri-bakteri tersebut akan
Indeks Plak Pada Siswa/i Kelas VII SMP
melakukan metabolisme terhadap sisa-sisa makanan
Negeri 31 Kodya Medan Kecamatan
yang tertinggal (Putri, Megananda Hiranya, Eliza H,
Medan Tuntungan Tahun 2016
Neneng N, 2010).
Berdasarkan t-Test
Makanan padat dan berserat secara fisiologis
No Indeks Plak Mean N
akan meningkatkan intensitas pengunyahan dalam
1 Indeks Plak Sebelum 2,32 40
mulut. Proses pengunyahan makanan ini akan
Mengkonsumsi
Buah Pepaya merangsang dan meningkatkan produksi saliva. Saliva
2 Indeks Plak Sesudah 1,18 40 akan membantu membilas gigi dari partikel-partikel
Mengkonsumsi makanan yang melekat pada gigi dan juga melarutkan
Buah Pepaya komponen gula dari sisa makanan yang terperangkap
dalam sela-sela pit dan fisur permukaan gigi (Mcdonald
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa dari hasil t-Test dan Avery, 2006).
sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah pepaya
Pepaya merupakan tanaman sumber vitamin,
didapat dengan nilai rata-rata indeks plak sebelum
mineral, serat dan mengandung enzim yang berguna
mengkonsumsi buah pepaya 2,32 dan indeks plak
untuk kesehatan tubuh. Enzim papain dalam buah
sesudah mengkonsumsi buah pepaya 1,18, maka dapat
pepaya dapat dijadikan bahan aktif dalam pembuatan
disimpulkan bahwa terjadi penurunan indeks plak
pasta gigi. Papain dalam pasta gigi dapat
sesudah mengkonsumsi buah pepaya.
membersihkan sisa protein yang melekat pada gigi
(htttp://www.digilib.unimed.ac.id).
Tabel 4.4. Perbedaan Mengkonsumsi Buah Pepaya
Dari hasil t-Test dependent yang dilakukan oleh
Terhadap Penurunan Indeks Plak Pada
peneliti diperoleh nilai probabilitas (p) 0,0001, maka Ho
Siswa/i Kelas VII SMP Negeri 31 Kodya
ditolak (jika p<0,05). Maka dari hasil tersebut
Medan Kecamatan Medan Tuntungan
menunjukkan bahwa ada pengaruh mengkonsumsi buah
Tahun 2016 Berdasarkan t-Test
pepaya terhadap penurunan indeks plak pada Siswa/i Kelas
Selisih Mean SD T Df Sig.(2- VII SMP Negeri 31 Kodya Medan Kecamatan Medan
Indeks tailed) Tuntungan Tahun 2016. Dimana dapat dilihat dari rata-rata
Plak sebelum mengunyah buah pepaya pada sampel adalah 2,32
IP Sbl- IP 1,14 .27 26,29 39 .0001 sedangkan sesudah mengkonsumsi buah pepaya rata-rata
Ssd indeks plak berubah menjadi 1,18. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mengkomsi buah pepaya dapat
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa dari hasil t-Test menurunkan nilai indeks plak. Hasil penelitian ini sesuai
dependent yang telah dilakukan adanya terjadi penurunan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Faralia (2012)
indeks plak sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah yaitu 1001 Khasiat Istimewa Buah-buahan dan Sayuran,
pepaya, yang berarti ada perbedaan mengkonsumsi buah yang menyatakan bahwa pepaya dapat menurunkan indeks
pepaya terhadap indeks plak. Hal ini terlihat dari hasil yang plak

10
Kesimpulan Haryoto., 1998. Membuat Saus Pepaya. Yogyakarta :
1. Indeks plak rata-rata sebelum mengkonsumsi Kanisius.
buah pepaya pada sampel adalah 2,32, Hongini S Y, M Aditiawarman., 2012. Kesehatan Gigi dan
sedangkan sesudah mengkonsumsi buah pepaya Mulut. Bandung : Pustaka RekaCipta.
dengan rata-rata indeks plak berubah menjadi Irianto K, K Waluyo., 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat.
1,18. Bandung : Yrama Widya.
2. Hasil dari t-Test dependent didapat hasil bahwa M Edwina A, S Joyston., 1991. Dasar Dasar Karies.
hipotesis ditolak yang artinya ada pengaruh Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
yang signifikan dari mengkonsumsi buah McDonald RE, Avery DR, Dean JE. Dentistry For The
pepaya terhadap penurunan indeks plak sebesar Child And Andolescent. 8th ed. Mosby Elsevier.,
1,14 pada siswa/i Kelas VII SMP Negeri 31 2006.
Kodya Medan Kecamatan Medan Tuntungan Mulyana W., 1996. Bercocok Tanam Pepaya. Semarang :
Tahun 2016. Aneka Ilmu Semarang.
Notoatmodjo S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Saran Jakarta : RinekaCipta.
1. Perlu adanya peningkatan penyuluhan kepada Petersen., 2003. Serious Sequele of Maxilofacial Infection.
Siswa/i Kelas VII SMP Negeri 31 Kodya Medan Royal Brisbane Hospital.
Kecamatan Medan Tuntungan tentang Pintauli S, T Hamada., 2008. Menuju Gigi dan Mulut
kebersihan gigi serta manfaat mengkonsumsi Sehat Pencegahan dan Pemeliharaan. Medan : USU
makanan berserat dan mengandung banyak air Press.
yang baik untuk kesehatan gigi, misalnya buah Putri, Megananda Hiranya, Eliza H, Neneng N., 2010.
pepaya. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
2. Diharapkan kepada Siswa/i Kelas VII SMP Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : Buku
Negeri 31 Kodya Medan Kecamatan Medan Kedokteran EGC.
Tuntungan agar meningkatkan kebersihan gigi Rusilanti, M Kusharto., 2007. Sehat dengan Makanan
dan mulut dengan cara menyikat gigi dan Berserat. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
melakukan pemeriksaan gigi secara berkala. Samaranayake LP, MacFarlane TW (eds). Oral
Candidosis. Cambridge : Butterworth & Co.
DAFTAR PUSTAKA (Publisher) Ltd, 1990.
Silaban R, 2013, Pemanfaatan Enzim Papain Getah Buah
Arikunto S., 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pepaya Untuk Melunakkan Daging, Medan,
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. http://www.Urldigilib.Unimed.Pdf, 27 April 2013.
Depkes RI., 2000. Rencana Pembangunan Kesehatan. World Health Organization. The World Health Report
Jakarta. 2003. Geneva, 2003.
Faralia., 2012. 1001 Khasiat Istimewa Buah-buahan dan .
Sayuran. Yogyakarta : Aulia Publishing.

11
HUBUNGAN SIKAP TENTANG MEKANIKA TUBUH DENGAN NYERI
PUNGGUNG BAWAH PETANI DI DUSUN V DESA DOLOGHULUAN
KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2015

Agustina Boru Gultom


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan

` Abstrak

Nyeri punggung bawah atau low back pain merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama dan
mempengaruhi individu, komunitas dan secara global. Nyeri punggung bawah adalah masalah gangguan
muskuloskletal yang sangat umum terjadi diantara petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganlisis
hubungan sikap tentang mekanika tubuh dengan nyeri punggung bawah pada petani di Dusun V Desa
Dologhuluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
korelatif dengan desain cross sectional untuk menganalis hubungan sikap tentang mekanika tubuh dengan
nyeri punggung bawah pada petani. Analisis data menggunakan uji statistik exact fisher dengan α = 0.05.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan sikap tentang mekanika tubuh dengan nyeri
punggung bawah (0,017 < 0,05). Disarankan adanya peningkatan pemahaman sikap tentang mekanika
tubuh yang baik bagi petani di Dusun V Desa Dologhuluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun
melalui Puskesmas setempat.

Kata kunci : Sikap Tentang Mekanika tubuh, Nyeri Punggung Bawah, Petani

PENDAHULUAN Prevalensi penyakit musculoskletal di


Indonesia berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga
Nyeri punggung bawah atau low back pain kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis
merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama atau gejala yaitu 24,7 persen. Prevalensi penyakit
dan mempengaruhi individu, komunitas dan secara muskuloskletal tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah
global. (Hoy et al,2012) Nyeri punggung bawah pada pada petani, nelayan atau buruh yaitu 31,2
hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan persen.(Riskesdas, 2013)
merupakan penyakit spesifik. Penyebab nyeri Sikap seseorang berkaitan dengan mekanika
punggung bawah antara lain kelainan muskuloskletal, tubuh memiliki keterkaitan dengan terjadinya resiko
sistem saraf, vascular, visceral dan psikogenik. cedera. Menurut Kozier et al (2010), mekanika tubuh
(Pinzon,2012). adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
Prevalensi nyeri muskuloskletal, termasuk low penggunaan tubuh secara efisien, terkoordinasi, dan
back pain, dideskripsikan sebagai sebuah epidemik. aman untuk memindahkan benda dan melaksanakan
Sekitar 80 persen dari populasi pernah menderita nyeri aktifitas kehidupan sehari-hari. Tujuan utama
punggung bawah paling tidak sekali dalam hidupnya. mekanika tubuh adalah untuk memfasilitasi
(Dellito et al, 2012). Nyeri punggung bawah penggunaan kelompok otot yang tepat secara efisien
merupakan masalah utama didunia, dengan prevalensi dan aman untuk mempertahankan keseimbangan,
tertinggi pada populasi perempuan antara umur 40 mengurangi energi yang dibutuhkan, mengurangi
sampai 80 tahun. (Hoy et al, 2012). keletihan dan menurunkan resiko cedera.
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa Berat beban yang diangkat, frekuensi angkat
nyeri punggung bawah (LBP) adalah masalah serta cara atau teknik mengangkat beban sering dapat
gangguan muskuloskletal yang sangat umum terjadi mempengaruhi kesehatan pekerja berupa kecelakaan
diantara petani. Pada negara-negara berkembang, rata- kerja ataupun timbulnya nyeri atau cedera pada
rata prevalensi pertama diantara petani sebesar 47 % di punggung. (Effendi, 2007). Sekitar 90% dari seluruh
Sweden, 23% di Finland dan 37% di US. Namun, cedera punggung bawah bukan disebabkan oleh
dinegara-negara berkembang rata-ratanya lebih tinggi kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi
terutama South West Nigeria sebesar 72% dan China tubuh dalam bekerja. Data penelitian menunjukkan
sebesar 64%. Prevalensi nyeri punggung bawah adalah dalam satu bulan rata-rata 23% pekerja tidak bekerja
tinggi pada petani padi di komunitas desa yaitu dengan benar dan absen kerja selama delapan hari
Phitsanulok yang ada di Thailand (Taechasubamorn et dikarenakan sakit pinggang. Berdasarkan hasil survey
al, 2011) tentang akibat sakit leher dan pinggang, produktifitas
kerja dapat menurun sebesar 60% (Mayrika, 2009).

12
Nyeri punggung biasanya terjadi pada petani tindakan mekanika tubuh yang baik dalam mencegah
dikarenakan gambaran fisik dari pekerjaan sebagai terjadinya nyeri punggung bawah meliputi sikap
petani. Petani membutuhkan untuk mengangkat beban berdiri, duduk, mengangkat, menarik dan mendorong,
yang berat dan jumlah berjalan dalam kapasitas yang diukur dengan skala ordinal. Sedangkan variabel
lama dan penggunaan dorongan dan tarikan dalam dependen adalah nyeri punggung bawah adalah
penyelesaikan tugas-tugas. (Jepsen et al, 2013). pernyataan yang diungkapkan responden mengenai
Penelitian yang dilakukan oleh Samara dkk, perasaan yang tidak enak pada bagian punggung bawah
2005 mengenai sikap membungkuk dan memutar yang diukur dengan skala ordinal. Metode
selama bekerja sebagai faktor resiko nyeri punggung pengumpulan data untuk sikap tentang mekanika tubuh
bawah, didapatkan bahwa prevalensi nyeri punggung menggunakan kuesioner, sedangkan untuk kejadian
bawah pada pekerja pabrik sebesar 36,8% dan faktor nyeri punggung bawah diukur menggunakan numerical
resiko utama untuk timbulnya nyeri punggung bawah rating scale atau skala pengukuran numerik dimana
adalah sikap membungkuk dan memutar serta tidak responden diminta untuk memberikan pilihan
mengertinya pekerja akan sikap yang benar. pernyataan atas perasaaan nyerinya dari angka 1
Berdasarkan survey pendahuluan yang sampai 10. Tehnik analisa data menggunakan uji chi
dilakukan di Dusun V Desa Dologhuluan, petani di square bila tidak terdapat terdapat nilai expected count
dusun tersebut sering mengeluhkan terjadinya nyeri ≤ 5 dan bila terdapat nilai expected count ≤ 5 maka
pada otot-otot mereka setelah melakukan pekerjaan mempergunakan uji statistik eksak fisher (α = 0,05).
mereka sehari-hari sebagai petani. Rasa nyeri yang
dialami petani berkisar dari rasa nyeri ringan sampai HASIL
dari rasa nyeri sedang. Menurut penuturan beberapa
petani, rasa nyeri disebabkan sikap mengenai pola Karakteristik Responden
gerak petani dalam bekerja.Tujuan umum penelitian Karakteristik responden dalam penelitian ini
ini adalah untuk menganlisis hubungan sikap tentang meliputi umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
mekanika tubuh dengan nyeri punggung bawah pada
petani di Dusun V Desa Dologhuluan Kecamatan Raya Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden
Kabupaten Simalungun. Variabel Frekuensi Total (%)
Umur
METODE 25 – 35 19 31,7%
36 – 45 15 25,0%
Jenis penelitian ini merupakan penelitian 46 - 55 13 21,7%
deskriptif korelatif dengan desain cross sectional untuk >55 13 21,7%
menganalis hubungan sikap tentang mekanika tubuh Jenis Kelamin
dengan nyeri punggung bawah pada petani. Penelitian ini Laki-Laki 30 50,0%
dilakukan di Dusun V Desa Dologhuluan Kecamatan Raya Perempuan 30 50,0 %
Kabupaten Simalungun bulan Juli 2015. Populasi dalam Pendidikan
penelitian ini adalah seluruh petani di dusun V Desa SD 5 8,3%
Dologhuluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun SMP 15 25,0%
berjumlah 147 orang. Pengambilan sampel dalam SMA 31 51,7%
penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus sampel Perguruan TInggi 9 15,0%
yaitu :
n= N____ Tabel 1 menunjukkan distribusi karakteristik
1+N (d2) responden paling banyak berumur 25-35 tahun
sebanyak 19 orang (31,7%). Sedangkan berdasarkan
n= 147___ = 60 orang jenis kelamin sama laki-laki dan perempuan yaitu
1+147 (0,12) masing-masing sebanyak 30 responden (50%).
Keterangan : Responden paling banyak berpendidikan SMA
n : jumlah sampel sebanyak 31 orang (51,7%).
N : jumlah populasi
d : nilai kepercayaan Sikap Tentang Mekanika Tubuh
(Saryono, 2010) Hasil penelitian ini menggambarkan frekuensi sikap
Tehnik pengambilan sampel adalah dengan responden tentang mekanika tubuh, dapat dilihat pada tabel
simple random sampling dengan menggunakan undian. 2.
Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1) petani mempunyai usia ≥ 25 tahun; Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap Responden
2) petani palawija penggarap milik; 3) petani yang Tentang Mekanika Tubuh
bersedia menjadi responden. Variabel penelitian No Sikap F %
meliputi variabel independen yaitu sikap tentang 1 Positif 51 85,0
mekanika tubuh adalah suatu respon responden yang 2 Negatif 9 15,0
menunjukkan kecenderungan untuk melakukan Total 60 100,0

13
Tabel 2 menunjukkan responden paling mekanika tubuh menarik dan mendorong yang tepat,
banyak memiliki sikap tentang mekanika tubuh dampak mekanika tubuh yang tidak baik.
kategorii positif sebanyak 51 orang (85,0%). Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert, dan
Charles Osgood dalam Azwar (2011), sikap adalah
Kejadian Nyeri Punggung Bawah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
Hasil penelitian ini menggambarkan frekuensi seorang terhadap suatu objek adalah perasaan
kejadian nyeri punggung bawah, dapat dilihat pada tabel 3. mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nyeri Punggung Bawah (unfavorable) pada objek tersebut. Menurut
Responden Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau
Nyeri
N Punggung f % respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
Bawah
o stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu
1 Ringan 44 73,3 tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan
2 Sedang 16 26,7 predisposisi tindakan atau perilaku.
Total 60 100,0 Sikap kerja yang salah merupakan penyebab
terjadinya kelelahan dan keluhan nyeri otot yang sering
Tabel 3 menunjukkan responden paling tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap kerja
banyak memiliki kejadian nyeri punggung bawah yang telah menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang
ringan sebanyak 44 responden (73,4%). seperti duduk, berdiri, membungkuk dapat
menyebabkan terjadinya kelelahan, ketegangan otot,
Hubungan Sikap Tentang Mekanika Tubuh Dengan dan akhirnya rasa sakit selain itu tulang tidak jadi lurus,
Kejadian Nyeri Punggung Bawah otot-otot, ruas serta ligamen pun akan tertarik lebih
Hasil penelitian ini menggambarkan hubungan sikap keras (Widyastoeti, 2009 dalam Payuk, Kasih L dkk,
tentang mekanika tubuh dengan kejadian nyeri punggung 2013)
bawah, dapat dilihat pada tabel 4. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Samara dkk (2005), mengenai sikap membungkuk dan
Tabel 4. Hubungan SIkap Tentang Mekanika memutar selama bekerja sebagai faktor resiko nyeri
Tubuh Dengan Kejadian Nyeri punggung bawah, didapatkan bahwa prevalensi nyeri
Punggung Bawah punggung bawah pada pekerja pabrik sebesar 36,8%
No Sikap Nyeri Punggung Bawah P dan faktor resiko utama untuk timbulnya nyeri
punggung bawah adalah sikap membungkuk dan
Rgn Sdg memutar serta tidak mengertinya pekerja akan sikap
% % yang benar.
1 (-) 4 6,7 6 10 0,017 Hasil penelitian menunjukkan mayoritas
2 (+) 40 66,7 10 16,6 responden memiliki kejadian nyeri punggung bawah
Total 44 73,4 16 26,6 dengan kategori ringan sebannyak 44 responden (73,3
%). Hal ini menunjukkan bahwa kejadian nyeri
Tabel 4 menunjukkan paling banyak punggung bawah pada petani didesa dologhuluan
responden memiliki nyeri punggung bawah ringan kecamatan raya kabupaten simalungun adalah
dengan sikap tentang mekanika tubuh positif sebanyak mayoritas kategori nyeri ringan atau nyeri skala 1
40 responden (66,7%). Berdasarkan tabel 4 juga sampai 3. Menurut Bull dan Archard (2007), nyeri
didapat berdasarkan hasil analisis chi-square terdapat merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat
nilai expected count ≤ 5 maka sebaiknya keparahannya sangat dipengaruhi oleh pendapat pribadi
mempergunakan uji statistik eksak fisher. Berdasarkan dan keadaan saat nyeri tersebut terjadi. Dengan
hasil uji dengan menggunakan fisher’s exact test nilai membuat klasifikasi nyeri pada skala 1-10 dapat
ρ = 0,017 lebih kecil dari 0,05, menunjukkan ada membantu untuk lebih mudah menggambarkan nyeri.
hubungan signifikan sikap tentang mekanika tubuh Berdasarkan hasil penelitian Umami, dkk
dengan nyeri punggung bawah. (2014), mengenai hubungan antara karakteristik
responden dan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri
PEMBAHASAN punggung bawah (low back pain) pada pekerja batik
tulis, dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS)
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas yang ditandai dari awal garis (0) penanda tidak ada
responden memiliki sikap yang positif tentang nyeri dan akhir garis (10) yang menandakan nyeri
mekanika tubuh sebanyak 51 responden (85,0%), Hal hebat, dengan kategori 0 menunjukkan tidak ada nyeri,
ini menunjukkan bahwa sikap petani tentang mekanika 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-10 nyeri berat
tubuh didesa dologhuluan kecamatan raya kabupaten terkontrol, dan 10 nyeri sangat hebat, didapat tidak ada
simalungun adalah mayoritas positif atau menyetujui nyeri sebanyak 3 responden, nyeri ringan 7 responden,
tentang definisi mekanika tubuh yang tepat, mekanika nyeri sedang 24 responden dan nyeri berat terkontrol 2
tubuh berdiri yang tepat, mekanika tubuh duduk yang responden.
tepat, mekanika tubuh mengangkat yang tepat,

14
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan yang negatif tidak menyebabkan peningkatan kejadian
tabulasi silang antara kejadian nyeri punggung bawah nyeri punggung bawah. Hal ini kemungkinan
dengan sikap tentang mekanika tubuh adalah mayoritas disebabkan oleh karena adanya penyebab lain terjadi
berada pada pada kejadian nyeri punggung bawah nyeri punggung bawah.
ringan dengan sikap tentang mekanika tubuh positif Berdasarkan penelitian Umami, dkk (2014),
sebanyak 40 responden (66,7%). Hal ini menunjukkan mengenai hubungan antara karakteristik responden dan
bahwa mayoritas sikap tentang mekanika tubuh petani sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung
didesa dologhuluan kecamatan raya kabupaten bawah (low back pain) pada pekerja batik tulis, didapat
simalungun yang positif menyebabkan kejadian nyeri semakin tua umur seseorang yaitu diatas 30 tahun maka
punggung yang ringan. Berdasarkan fisher’s exact test mayoritas terjadi keluhan nyeri punggung bawah
nilai ρ = 0,017 lebih kecil dari 0,05, menunjukkan ada sedang, semakin lama bekerja seseorang yaitu lebih
hubungan sikap tentang mekanika tubuh dengan nyeri dari 10 tahun maka mayoritas terjadi keluhan nyeri
punggung bawah. punggung bawah sedang, kebiasaan berolahraga yaitu
Sikap tubuh yang baik sangat penting karena tidak berolahraga maka mayoritas terjadi keluhan nyeri
akan membantu tubuh bekerja maksimal juga punggung bawah sedang, status gizi yaitu kurus maka
membuat daya tahan dan pergerakan tubuh jadi efektif mayoritas terjadi keluhan nyeri punggung bawah
dan dapat menyumbang kesehatan secara menyeluruh sedang.
(Tarwaka, 2011). Tidak hanya itu, sikap tentang Oleh karena adanya hubungan sikap tentang
mekanika tubuh yang baik ternyata juga merupakan mekanika tubuh dengan kejadian nyeri punggung
pencegahan yang terbaik agar tidak menderita keluhan bawah pada petani didusun V desa dologhuluan
nyeri punggung bawah kecamatan raya kabupaten simalungun maka perlu
Hal ini sesuai dengan penelitian Umami, dkk peningkatan sikap petani mengenai mekanika tubuh
(2014), mengenai hubungan antara karakteristik yang baik dalam bekerja. Menurut Azwar (2011),
responden dan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang
punggung bawah (low back pain) pada pekerja batik dialami oleh individu, Dalam interaksi sosial, individu
tulis, dimana didapat sikap kerja yang ergonomis bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap
mayoritas mengalami keluhan nyeri punggung bawah berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Salah
yang ringan, dan sikap kerja yang tidak ergonomis satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
mayoritas mengalami keluhan nyeri punggung bawah melalui pendidikan dengan memberikan pengertian
yang sedang dibanding dengan ringan dan sangat berat. dalam diri individu mengenai pemahaman akan baik
Penelitian lain yang sejalan adalah penelitian dan buruk secara khusus tentang sikap tentang
Samara, dkk (2005), mengenai sikap membungkuk dan mekanika tubuh yang baik dan yang buruk.
memutar selama bekerja sebagai faktor risiko nyeri
punggung bawah, menunjukkan bahwa pekerja dengan KESIMPULAN
sikap kerja yang cenderung membungkuk atau miring,
maupun sikap batang badan kombinasi yaitu dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap tentang
berbagai sikap tegak, membungkuk, miring atau mekanika tubuh dengan kategori positif ada 51 orang
memutar ternyata merupakan faktor resiko utama (85%), dan dengan kategori negatif ada 9 orang (15%),
terjadinya nyeri punggung bawah. kejadian nyeri punggung bawah dengan kategori nyeri
Hasil penelitian menunjukkan masih ada 10 ringan ada 44 orang (73,3%), dan dengan kategori nyeri
responden (16,6%) yang memiliki sikap tentang mekanika sedang ada 16 orang (26,7%) dan dengan menggunakan
tubuh yang positif tetapi memiliki kejadian nyeri punggung fisher’s exact test nilai ρ = 0,017 lebih kecil dari 0,05,
bawah dalam kategori sedang atau antara skala 4 sampai 6. menunjukkan ada hubungan signifikan sikap tentang
Hal ini menunjukkan bahwa sikap yang positif tentang mekanika tubuh dengan nyeri punggung bawah pada
mekanika tubuh tidak menyebabkan penurunan kategori petani di Dusun V Desa Dologhuluan Kecamatan Raya
kejadian nyeri punggung bawah. Hal ini kemungkinan Kabupaten Simalungun. SIkap tentang mekanika tubuh
disebabkan oleh karena adanya penyebab lain terjadinya merupakan salah satu faktor penting untuk
kejadian nyeri punggung bawah. Menurut WHO (2013), meminimalisir nyeri punggung bawah pada petani, oleh
ada faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan nyeri karena itu.
punggung bawah antara lain faktor penyebaba fisik antara
lain trauma pada bagian punggung, osteoporosis dengan SARAN
fraktur, atau penggunaan kortikosteroid pada waktu dahulu
dalam jangka waktu lama pada lanjut usia, kegemukan dan Perlu ada peningkatan pemahaman tentang sikap
faktor psikologis. Faktor-faktor ini belum diteliti, dan dapat tentang mekanika tubuh yang baik bagi petani di Dusun
diteliti dalam penelitian lanjutan. V Desa Dologhuluan Kecamatan Raya Kabupaten
Hasil penelitian menunjukkan masih ada 4 Simalungun melalui Puskesmas setempat.
responden (6,7%) yang memiliki sikap tentang
mekanika tubuh yang negatif tetapi memiliki kejadian
nyeri punggung bawah yang ringan. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap tentang mekanika tubuh

15
DAFTAR PUSTAKA ____________ , 2007. Metodologi Penelitian
Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, S, 2011. Sikap Manusia. Teori dan Payuk, Kasih L Dkk, 2013. Hubungan Faktor
Pengukurannya, Edisi 2, Yogyakarta : Pustaka Ergonomis Dengan Beban Kerja Pada Petani
Belajar. Padi Tradisional Di Desa Congko Kecamatan
Bull, E., Archard, G., 2007. Nyeri Punggung, Jakarta : Marioriwawo Kabupaten Soppeng, Jurnal
Erlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Dellito,A., George,S,Z., Dillen,L,V., Whitman,J,M., Hasanuddin, Makassar.
Sowa,G., Shekelle,P., et al, 2012. Low Back Pinzon,R., 2012. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung
Pain Clinical Practice Guidelines Linked To The Bawah, Cermin Dunia Kedokteran 198, vol 39
International Classification Of Functioning, no 10 tahun 2012
Disability, And Health From The Orthopaedic Potter&Perry, 2009. Fundamental of Nursing.
Section Of The American Physical Therapy Fundamental Keperawatan, Edisi 2 Buku 7,
Association, J.Orthop Sports Phys Ther 2012; Terjemahan, Penerjemah :Nggie, A,F.,
42(4):A11 Albar,M., Singapore : Elsevier.
Effendi,F., 2007. Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Riskesdas, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
Informal, Cermin Dunia Kedokteran 2007; 34:1- (RISKESDAS) Nasional, Badan Penelitian dan
154 Pengembangan Kesehatan.
Hoy,D., Bain,C., Williams,G., March,L., Brooks,P., Samara,D., Sulistio,J., Rachmawati,M,R., Harrianto,R.,
Blyth,F., Woolf,A., Vos,T., Buchbinder,R., 2005. Sikap Membungkuk Dan Memutar
2012. A Systematic Review of the Global Selama Bekerja Sebagai Faktor Risiko Nyeri
Prevalence Low Back Pain, Arthritis & Punggung Bawah, Jurnal Universa Medicina
Rheumatism,Vol 64,No.6,June 2012, pp 2028- Juli-September 2005, Vol 24 No.3.
2037,DOI 10.1002/art.34347, American College Saryono, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan,
of Rheumatology Jogjakarta : Mitra Cenokia Press
Jepsen,S,D., McGuire,K., Poland,D., 2013. Farming Taechasubamorn,P., Nopkesorn,T., Pannarunothai,S.,
with Chronic Back Pain, Fact Sheet. Agriculture 2011. Prevalence of Low Back Pain among Rice
and Natural Resources, Ohio AgrAbility Fact Farmers in a Rural Community in Thailand, J
Sheet Series, The Ohio State University Med Assoc Thai Vol.94 No.5.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990, Cetakan 3, Tim Umami, A,R., Hartanti, R,I., Dewi P S, A., 2014.
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Hubungan antara Karakteristik Responden dan
Pengembangan Bahasa Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri
Kozier,B., Erb,G., Berman,A., Snyder,S,J., 2010. Buku Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada
Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Pekerja Batik Tulis, e-Jurnal Pustaka Kesehatan,
Proses, & Praktik, Terjemahan, Edisi 7 Volume vol 2 (no.1) Januari 2014
2, Alih Bahasa Wahyuningsih,E., Yulianti,D., WHO, 2003. Low Back Pain, Bulletin of the World
Yuningsih,Y., Lusyana,A., Jakarta : EGC Health Organization 2003, 81 : 671-6.
Mayrika,P., et al., 2009. Beberapa Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri
Punggung Bawah Pada Penjual Jamu Gendong,
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia vol 4
No.1/Januari 2009. (serial online)
Noor, Z,H., 2012. Buku Ajar Gangguan
Muskuloskletal, Jakarta : Salemba Medika
Notoatmodjo, S, 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu
dan Seni, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
____________ , 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta.

16
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PEREMPUAN
PREMENOPAUSE MENGHADAPI PERUBAHAN PADA MASA
MENOPAUSE DI KELURAHAN BULURAN
KENALI KOTA JAMBI TAHUN 2016

Diniyati, Neny Heryani, Nelly Herwani


Jurusan Kebidanan Poltekkes Jambi

Abstrak

Setiap perempuan akan mengalami menopause, pada saat menjelang menopause akan terjadi perubahan
dalam tubuh seperti gejala vasomotor yang disebabkan ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan
progesteron sehingga akan mengganggu psikososial, fisik, dan seksual pada perempuan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap perempuan premenopause dalam
menghadapi perubahan pada masa menopause. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
crossectional. Metode pengambilan sampel dengan stratifait random sampling. Dengan jumlah sampel 100
orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner . analisa dengan menggunakan chai square. Hasil
penelitian menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan baik 24%, cukup 74%, kurang 2%.
Responden yang memiliki pengetahuan baik dan sikap positif 24%, cukup 71%, kurang 1% sedangkan yang
memiliki pengetahuan cukup dan sikap negati 4%. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap (p=
0,5). Diharapkan bagi keluarga selalu mendukung kegiatan positif pada perempuan menjelang menopause
agar dapat menjalani masa premenopaue dengan baik dan dapat berperilaku secara wajar dengan menerima
bahwa hal tersebut adalah masa yang dapat dilalui dengan tenang dan bahagia.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Premenopause

PENDAHULUAN menjadi kemerahan terjadi beberapa bulan atau beberapa


tahun sebelum dan sesudah berhentinya menstruasi.
Sejalan dengan bertambahnya usia, banyak terjadi Perasaan panas terjadi akibat peningkatan aliran darah di
proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia, dalam pembuluh darah wajah, leher, dada, punggung, dan
namun suatu saat akan terhenti pada suatu tahapan, disertai keringat yang berlebihan. Hot flush dialami sekitar
sehingga berikutnya akan terjadi penurunan fungsi tubuh. 75% perempuan premenopause sampai menopause terjadi.
Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada perempuan Hot flush kebanyakan dialami selama lebih dari satu tahun
karena pada proses menua terjadi suatu fase yaitu fase dan 25−50% hot flush berlangsung selama 30 detik sampai
menopause.1,2 5 menit.5-7
Menopause adalah proses alami dari penuaan ketika Kekurangan estrogen dapat menyebabkan
perempuan tidak lagi mendapatkan menstruasi selama satu gangguan pada beberapa organ yaitu otak, saluran kencing,
tahun. Perempuan Indonesia memasuki menopause pada payudara, dan tulang. Penurunan hormon estrogen secara
usia rata-rata 50 tahun. Sebagian ada yang mengalami fisiologis dimulai pada masa klimakterium. Penurunan ini
pada usia awal atau lebih lanjut, faktor fisik dan faktor menyebabkan keluhan yang mengganggu, diawali
psikis yang memengaruhi kapan terjadi menopause.2 umumnya dengan gangguan menstruasi yang tadinya
Perempuan yang mengalami masa menopause, baik teratur dan siklis, menjadi tidak teratur, tidak siklik, serta
menopause dini, premenopause, perimenopause dan jumlah darah dapat berkurang atau bertambah. Perempuan
pascamenopause akan mengalami gejala klimakterium nulipara akan memasuki masa perimenopause lebih awal
serta mempunyai masa transisi atau masa peralihan. dibandingkan dengan perempuan multipara.1,11
Periode klimakterium ini ditandai dengan rasa panas, haid Penelitian telah membuktikan bahwa perempuan yang
tidak teratur, jantung berdebar dan nyeri saat buang air keinginan seksualnya berkurang selama menopause lebih
kecil, hal ini disebabkan keluarnya hormon dari ovarium banyak melaporkan gangguan tidur, keringat malam, dan
berkurang, masa menstruasi menjadi tidak teratur dan depresi, sehingga masalah ini mengganggu kehidupan
kemudian tidak menstruasi lagi. Perubahan fisik pada perempuan.
tahap perimenopause terjadi pula pergeseran atau erosi Keluhan vasomotor pada masa menopause telah
dalam kehidupan psikis pribadi, hal tersebut tentunya akan dilaporkan terjadi sekitar 18% dari pekerja pabrik Cina di
semakin memperbesar terjadinya sindrom perimenopause.1 Hongkong, 70% perempuan Amerika Utara, dan 80%
Gangguan vasomotor berupa perasaan panas dari dada perempuan di Belanda. Langenberg dkk3 menemukan
hingga wajah dan menjadi berkeringat menyebabkan kulit variasi etnis yang signifikan dalam insiden gejala

17
vasomotor setelah histerektomi. Perempuan kulit hitam Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
secara signifikan lebih cenderung memiliki gejolak panas mengungkap hubungan pengetahuan dan sikap perempuan
dibandingkan dengan perempuan kulit putih. Pada dalam menghadapi menopause di kelurahan buluran kenali
perempuan Eropa dijumpai keluhan menopause lebih kota jambi tahun 2016.
tinggi yaitu sekitar 45−75% dan penelitian lain Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan
menunjukkan angka keluhan menopause sekitar 53% dan rmasalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
51%.12 hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu
Keluhan psikis sifatnya sangat individual yang premenopause dalam menghadapi perubahan pada masa
dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan, menopause di kelurahan buluran kenali kota jambi tahun
dan ekonomi. Keluhan fisik maupun psikis ini tentu saja 2016.
akan mengganggu kesehatan perempuan yang
bersangkutan termasuk perkembangan psikisnya. Keadaan TINJAUAN PUSTAKA
ini akan memengaruhi hubungannya dengan suami
maupun lingkungan sosialnya, selain itu usia dikaitkan Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tahun 2006
dengan timbulnya penyakit kanker atau penyakit lain yang jumlah penduduk di Indonesia sekitar 225 juta dan 52%-
sering timbul pada saat perempuan tersebut memasuki usia nya adalah perempuan. Pada tahun 2001 usia 50−55 tahun
premenopause atau pascamenopause.1 diperkirakan mencapai 30,3 juta atau kira-kira 15% dari
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa jumlah penduduk. Pada usia tersebut sebenarnya
tekanan psikis yang timbul dari nilai sosial mengenai perempuan masih produktif dalam mendukung
perempuan menopause memberikan kontribusi terhadap perekonomian keluarga, namun banyak perempuan yang
gejala fisik selama periode perimenopause dan menghadapi permasalahan alami yaitu menurunnya
pascamenopause. Gejala fisik yang dirasakan dapat aktivitas hormon estrogen dan progesteron yang berakibat
memicu masalah psikis. Perasaan yang biasa muncul pada berhentinya haid.6,11
fase ini antara lain rapuh, sedih, tertekan, depresi, tidak Berhentinya haid tersebut dalam istilah kedokteran
konsentrasi bekerja, serta mudah tersinggung. Pada suku dinamakan menopause. Sebenarnya menopause diawali
Bugis fase menopause dinilai sebagai hal positif karena sejak perempuan mulai berusia 40−45 tahun yang disebut
perempuan menopause merasa tubuhnya lebih bersih dan pramenopause yang ditandai dengan tidak teraturnya haid,
dapat menjalankan ibadah dengan penuh.1,13,14 sakit pada saat haid, dan kondisi ini terjadi selama 6 tahun.
Survei pendahuluan yang dilaksanakan di kelurahan Fase berikutnya adalah perimenopause yaitu fase peralihan
buluran Kenali Kota Jambi di dapatkan 6 dari 10 antara pra dan pascamenopause.15-18
perempuan premenopause yang tidak memahami tentang Secara harfiah kata menopause yang berasal dari
perubahan masa menopause. Dapat disimpulkan bahwa bahasa Yunani berarti akhir siklus bulanan, istilah ini
pengetahuan perempuan premenopause terhadap bersinonim dengan akhir kesuburan. Secara istilah
perubahan pada masa menopasue cukup. menopause berarti penghentian fisiologi permanen fungsi
Berdasarkan uraian di atas, maka tema sentral utama ovarium karena usia lanjut. Kedua fungsi ovarium
penelitian ini bahwa menopause adalah fase alami yang berhenti tersebut untuk mematangkan dan melepas
dalam kehidupan setiap perempuan yang menandai sel telur, serta melepaskan hormon yang mendukung
berakhirnya masa subur. Banyak perempuan di pembentukan serta peluruhan dinding rahim. Menopause
Indonesia yang memasuki usia menopause kurang baik terjadi apabila ovarium berhenti berfungsi secara permanen
dan belum banyak terungkap keluhan pada masa selama satu tahun.27,28,29
perimenopause dan pascamenopause. Menopause Beberapa negara menyatakan batas usia lanjut
merupakan suatu hal yang alami terjadi karena berbeda-beda, di Amerika Serikat usia lanjut
penurunan sekresi hormon ovarium sehingga terjadi Apabila estrogen berkurang, aliran darah ke saluran
perubahan sistem hormonal yang memengaruhi reproduksi dan saluran kemih ikut menurun. Gejala
vasomotor, psikososial, fisik, dan seksual. Faktor menopause dialami sekitar 75%, di Eropa 70−80%, di
biopsikososial perempuan yang mengalami menopause Amerika 60%, di Malaysia 57%, di Cina 18%, sedangkan
sangat dipengaruhi oleh budaya, agama, organ di Jepang dan di Indonesia 10%. Dari beberapa data salah
reproduksi, persepsi, dan Pendahuluan masalah satu faktor dari perbedaan jumlah tersebut yaitu karena
psikososial yang dialami sebelumnya. Keluhan pola makannya.20,28
perempuan pada masa perimenopause dan Penelitian tentang ovarium manusia, percepatan
pascamenopause seperti pada urogenital berkaitan kehilangan mulai terjadi ketika jumlah folikel mencapai
dengan keluhan seksual dan kekeringan vagina. Kadar kira-kira 25.000, suatu jumlah yang dicapai pada
hormon estrogen yang rendah menyebabkan perempuan normal usia 37−38 tahun. Kehilangan ini
perlindungan terhadap penyakitpun menurun dan hal berkaitan dengan peningkatan FSH yang tidak terlihat
ini akan menimbulkan berbagai keluhan fisik, baik tetapi nyata dan penurunan inhibin. Percepatan kehilangan
yang berhubungan dengan organ reproduksi maupun disebabkan oleh pengaruh sekunder terhadap rangsangan
organ tubuh lainnya, proses pada tulang juga terganggu peningkatan FSH, merefleksikan penurunan kualitas dan
dan mempermudah terjadinya osteoporosis serta risiko kapabilitas folikel-folikel yang menua, dan penurunan
untuk terkena penyakit jantung dan pembuluh darah sekresi inhibin yaitu produk sel granulosa yang
meningkat. menghasilkan pengaruh umpan balik negatif pada sekresi

18
FSH oleh kelenjar hipofise. Kemungkinan bahwa kedua 3. Faktor yang memengaruhi sikap
inhibin-A dan inhibin-B berperan, karena kadar inhibin-A a. Pengalaman pribadi
dan inhibin-B pada fase luteal menurun dengan usia b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
semakin tua dan mendahului peningkatan FSH.2,8,9 c. Pengaruh kebudayaan
d. Media massa
Pengetahuan e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini METODE
terjadi setelah orang melakukan tindakan
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan A. Rancangan Penelitian
terjadi melalui indera manusia yaitu indra Penelitian ini merupakan penelitian survei
penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. analitik. Desain penelitian ini adalah
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh crosssectional yaitu pengukuran variabel
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 A independen dan dependen dilakukan dalam waktu
:139). yang sama.
2. Proses Adopsi Perilaku Pengetahuan B. Tempat dan Waktu Penelitian
3. Tingkatan Pengetahuan Penelitian ini dilakukan di kelurahan buluran
Menurut Notoatmodjo (2007 A:140–142) kenali Kota Jambi pada bulan Juni ̶ September
pengetahuan yang dicakup dalam domain 2016.
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: C. Populasi dan sampel
a. Tahu (know) 1. Populasi
b. Memahami (comprehension) Populasi adalah keseluruhan objke penelitian
c. Aplikasi (aplication) atau objek yang diteliti (Arikunto, 2010) pada
d. Analisis (analysis) penelitian ini populasi yang dimaksud adalah
e. Sintesis (synthesis) seluruh perempuan premenopause di
f. Evaluasi (evaluation) kelurahan buluran kenali kota jambi
4. Indikator tentang Kesadaran dan Pengetahuan 2. Sampel
Terhadap Kesehatan Sampel adalah bagian populasi yang akan
Menurut Notoatmodjo (2007 B:146– diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik
147) Indikator yang dapat digunakan untuk yang dimiliki oleh populasi
mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran a. Besar sampel
terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan Sampel dalam penelitian ini diambil
menjadi : dengan cara random sampling dan
a. Pengetahuan tentang sakit dan Rumus besar sampel didapat adalah
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan dengan rumus Slovin:
kesehatan dan cara hidup sehat
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
5. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengetahuan
Menurut Teori Rogers (1974) dalam Keterangan :
Wawan dan Dewi (2010: 16) faktor-faktor yang N=Jumlah populasi
mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai n= Jumlah sampel
berikut: d= Tingkat Kesalahan (0,1)
a. Faktor Internal Didapatkan sampel sejumlah 95 orang,
1) Pendidikan dibulatkan menjadi 100
2) Pekerjaan b. Kriteria inklusi
3) Umur 1. Perempuan premenopause usia
b. Faktor Eksternal 40−50 tahun
1) Lingkungan 2. Bersedia menjadi responden
2) Sosial Budaya 3. Bisa baca tulis

Sikap Hasil
1. Menurut Campbel (1950) dalam buku Notoadmojdo Penelitian ini dilaksanakan bulan September di
(2003) mengemukakan bahwa sikap adalah sekumpulan Kelurahan Buluran Kenali. Jumlah responden sebanyak
respon yang konsisten terhadap objek sosial 100 orang.
2. Tingkatan sikap
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
c. Menghargai( valuing)
d. Bertanggung jawab (responsible)

19
1. Distribusi responden berdasarkan tingkat usia di 5. Distribusi responden berdasarkan status pekerjaan
kelurahan Buluran Kenali tahun 2016 di kelurahan Buluran Kenali tahun 2016
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan tingkat Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan
usia di kelurahan Buluran Kenali Tahun pekerjaan di kelurahan Buluran Kenali
2016 Tahun 2016
No Usia Jumlah % No Pekerjaan Jumlah %
1 40 − 45 59 59 1 Tidak bekerja 85 85
2 45−50 41 41 2 Wiraswasta 0 0
3 PNS 14 14
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa usia 4 Lain-lain 1 1
responden rata-rata 40−45 tahun yaitu 59%.
Dari tabel 5.5 diketahui bahwa pekerjaan
2. Distribusi responden berdasarkan tingkat responden yang paling banyak terdapat di kelurahan
pendidikan di kelurahan Buluran Kenali tahun 2016 buluran kenali tahun 2016 adalah lain-lain sebesar 85 %.
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat
pendidikan di kelurahan Buluran Kenali 6. Distribusi responden berdasarkan sikap di
Tahun 2016 kelurahan Buluran Kenali tahun 2016
No Pendidikan Jumlah % Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan sikap di
1 Tidak sekolah 3 3 kelurahan Buluran Kenali Tahun 2016
2 SD 27 27 No Sikap Jumlah %
3 SMP 25 25 1 Negatif 4 4
4 SMU 30 30 2 Positif 97 97
5 PT 14 14
Dari tabel 5.6 diketahui bahwa responden yang
Dari tabel 5.2 diketahui bahwa tingkat paling banyak terdapat di Kelurahan Buluran Kenali tahun
pendidikan terakhir responden yang paling banyak terdapat 2016 adalah sikap positif sebesar 97%.
di kelurahan buluran kenali tahun 2016 adalah SMU
sebesar 30%. 7. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan di
kelurahan Buluran Kenali tahun 2016
3. Distribusi responden berdasarkan tingkat Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan
pendapatan di kelurahan Buluran Kenali tahun 2016 pengetahuan di kelurahan Buluran
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat Kenali Tahun 2016
pendapatan di kelurahan Buluran Kenali No Pengetahuan Jumlah %
Tahun 2016 1 Baik 24 24
No Pendapatan (rupiah) Jumlah % 2 Cukup 74 74
1 1-2 juta 75 75 3 Kurang 2 2
2 2-3 juta 23 23
Dari tabel 5.7 diketahui bahwa responden yang
Dari tabel 5.3 diketahui bahwa tingkat paling banyak terdapat di Kelurahan Buluran Kenali tahun
pendapatan responden yang paling banyak terdapat di 2016 adalah pengetahuan cukup sebesar 74%.
kelurahan buluran kenali tahun 2016 adalah 1-2 juta
sebesar 75%. 8. Hubungan pengetahuan dan sikap perempuan
premenopause dalam menghadapi perubahan pada
4. Distribusi responden berdasarkan status perkawinan masa menopause di Kelurahan Buluran Kenali Kota
di kelurahan Buluran Kenali tahun 2016 Jambi tahun 2016.
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan status Tabel 5.8 Hubungan pengetahuan dan sikap
perkawinan di kelurahan Buluran Kenali perempuan premenopause dalam
Tahun 2016 menghadapi perubahan pada masa
No Status perkawinan Jumlah % menopause di kelurahan Buluran Kenali
1 Menikah 99 99 Tahun 2016
2 Janda 1 1 Sikap Menghadapi Menopause
Pengetahuan Positif negatif Jumlah P
f % f % f % value
Dari tabel 5.4 diketahui bahwa status perkawinan
responden yang paling banyak terdapat di kelurahan Baik 24 24 0 0 24 100 0.5
buluran kenali tahun 2016 adalah menikah sebesar 99 %.
Cukup 71 71 4 4 75 100

urang 1 1 0 0 1 100

Jumlah 96 96 4 4 100

20
Dari tabel di atas didapatkan bahwa dari 100 7. Corwin EJ. Subekti NB (alih bahasa), 2009.
responden yang berpengetahuan baik terdapat 24 orang Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: Buku
yang bersikap positif sedangkan yang berpengetahuan kedokteran EGC.
cukup 71 orang yang bersikap positif dan 4 orang yang 8. Dinas kesehatan provinsi Jambi, 2010.
bersikap negatif. Dari analisis hasil statistik uji chi-square Profil kesehatan provinsi Jambi.
diperoleh nilai p value 0,5 ≥ 0,005 sehingga tidak ada 9. Geri M, Carole H, Obstetri & Ginekologi, 2009.
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan Panduan praktik. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.
sikap perempuan premenopause menghadapi perubahan 10. Gress Maretta, 2010.
pada masa menopause. Jangka reproduksi wanita di Lampung [tesis].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Kesimpulan Bogor.
1. Responden yang memiliki pengetahuan baik 24%, 11. Hajikazemi E, Javadikia M, Seyedfatemi N,
cukup 74%, kurang 2%. Nikpour S, Hossini F, 2010.
2. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan Relation between menopause age, body mass
sikap positif 24%, cukup 71%, kurang 1% index, and reproductive history European Journal
sedangkan yang memiliki pengetahuan cukup dan of Scientific Research, 46:410−415.
sikap negatif 4 % 12. Jusup L, 2011.
3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Kiat menghadapi masalah kesehatan lansia (usia
pengetahuan dengan sikap perempuan lanjut) + 35 resep pilihan hidangan sehat. Jakarta:
premenopause menghadapi perubahan pada masa Gramedia Pustaka Utama.
menopause. 13. Kumalaningsih S, 2008.
Sehat + bahagia menjelang dan saat menopause.
Saran Surabaya: Tiara Aksa.
1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi 14. Li L at,al, 2013.
masukan penelitian lebih lanjut sehingga hasilnya Factors associated with the age of natural
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu menopause and menopausal symptoms in Chinese
kebidanan terutama untuk memberikan asuhan women. [serialonline][diunduh 2 maret 2013].
dalam penatalaksaan pada perempuan menjelang http://www.ncbi.nlm. nih.gov/ pubmed/17019377.
menopause. 15. Manuaba IAC, Manuaba IBG, Manuaba IBG,
2. Bagi keluarga agar selalu mendukung kegiatan 2009.
yang positif pada perempuan menjelang Memahami kesehatan reproduksi wanita. Edisi
menopause agar dapat menjalani masa ke-2. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
premenopause dengan baik dan dapat berperilaku 16. Mary T, Isaac C, Debu T, 2007.
secara wajar dengan menerima bahwa hal tersebut The new menopause book: ihwal yang perlu anda
adalah masa yang dapat dilalui dengan tenang dan ketahui tentang menopause. Jakarta: PT. Indeks.
bahagia serta menerima bahwa menopause adalah 17. Noor Verawati S, Rahayu L, 2011.
hal yang alami. Menjaga dan merawat kesehatan seksual wanita.
Bandung: Grafindo. hlm 219−267.
DAFTAR PUSTAKA 18. Pangkahila Wimpie, 2011.
Anti-aging tetap muda dan sehat. Jakarta: PT.
1. Anwar M, Baziad A, Prabowo P, 2011. Kompas Media Nusantara.
Ilmu kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina 19. Sinclair C, 2010.
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Buku saku kebidanan (Amidwife’s handbook).
2. Baziad A, 2003. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; hlm 704−734.
Menopause dan andropause. Jakarta: Yayasan 20. Srikandi W, Budhi MP, 2010.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 100 Questions & answers: Menopause atau mati
3. Beliveau R, Gingras D, 2009. haid. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
11 Makanan ampuh pencegah kanker hidup sehat 21. Sulistyawati E, Proverawati A, 2010.
melalui pola makan. Jakarta: PT Gramedia Menopause dan sindrom premenopause.
Pustaka Utama. Jogjakarta: Nuha Medika.
4. Benson C,Ralph, Pernol L, Martin, 2008. 22. Susan K, Fiona T, 2010.
Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi ke-9. Panduan lengkap kebidanan.Yogyakarta: Palmaal.
Jakarta: EGC. hlm 361−382.
5. Brashers VL. Kuncara HY (alih bahasa), 2008. 23. Sutanto B Luciana, Sutanto B Doddy, 2007.
Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan Wanita dan gizi menopause. Jakarta: Fakultas
manajemen. Cetakan ke-1. Jakarta: Buku Kedokteran Universitas Indonesia.
kedokteran EGC. 24. Varney H, Jan MK, Carolyn LG, 2006.
6. Ceballos PAO et al, 2006. Buku ajar asuhan kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta:
Reproductive and lifestyle factors associated with EGC.
early menopause in mexican women. Salud
Publica Mex,2006;48:300.

21
25. Yanti, 2010.
Buku ajar kesehatan reproduksi (bagi mahasiswa
DIII kebidanan). Yogyakarta: Pustaka Rihama.
26. Yeyeh AR, Yulianti L, Maemunah, Susilawati L,
2009.
Asuhan kebidanan 2 (Persalinan). Jakarta: CV.
Trans Info Media. hlm 176−180.
27. Zan Pieter H, Namora LL, 2010.
Pengantar psikologi untuk kebidanan. Edisi ke-1.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

22
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP
SENAM HAMIL DI DESA SEI LITUR TASIK KECAMATAN SAWIT
SEBERANG KABUPATEN LANGKAT

Elizawarda
Jurusan Kebidanan Medan Poltekkes Medan

Abstrak

Angka kematian maternal masih cukup tinggi. Menurut WHO (Word Health Organization), 1400
perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena
kehamilan dan persalinan.Senam hamil sangat memiliki andil yang besar dalam proses kehamilan dan
persalinan. Salah satu manfaatnya adalah ibu hamil yang melakukan senam hamil sekitar 3-5 jam setiap
minggunya mempunyai peluang yang lebih kecil untuk melahirkan dini ( premature ) dari pada yang tidak
melakukan senam hamil.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan
sikap ibu hamil terhadap senam hamil di desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten
Langkat. Desain penelitian bersifat analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan
mencari hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu hamil terhadap senam hamil.Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di Desa Sei Litur tasik Kecamatan Sawit Seberang
kabupaten langkat sebanyak 36 orang dengan menggunakan kuesioner. Analisis datanya diolah secara SPSS
dengan menggunakan uji chi-square dengan tarap signifikansi (α) 0,05. Setelah dilakukan perhitungan
didapat nilai X2 = 9,00 dan nilai X2 tabel adalah 3,841. diperoleh nilai X2 hitung sebesar 9,0 dan nilai X2
tabel sebesar 3,841 (df=1), karena ada 2 cell atau 50% yang nilainya < 5 maka yang digunakan adalah
“Fisher’s Exact Test” dan ternyata hasil yang diperoleh adalah < 0,05 atau 0,06 hasil tersebut menunjukkan
yang berarti bahwa Hipotesa alternat Hal ini berarti bahwa Ho di tolak berarti hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan sikap ibu hamil terhadap senam hamil di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit
Seberang Kabupaten Langkat. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk tetap memberikan motivasi dan
informasi kepada ibu hamil tentang pentingnya senam hamil, Bagi prangkat desa tempat penelitian di
harapkan membuat kebijakan untuk mendorong ibu hamil melakukan senam hamil. Demikian juga untuk
ibu hamil diharapkan menambah pengetahuan tentang senam hamil sehingga sikapnya semakin positif
terhadap senam hamil.

Kata kunci : Pengetahuan. sikap ibu hamil. senam hamil

PENDAHULUAN program Making Pregnancy Saver (MPS) dengan program


antara lain Program Perencanaan Persalinan dan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Pencegahan Komplikasi (P4K) (Depkes, 2010).
Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan Menurut WHO (Word health organization) di
layanan kesehatan di suatu Negara, AKI di Indonesia seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal
relatif tinggi dibandingkan dengan negara lain di ASEAN karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan
(Association of South East Asia Nations ) yaitu sebesar persalinan. Dengan kata lain, 1400 perempuan meninggal
373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT, 2002). Menurut setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (2001) setiap tahun karena kehamilan dan persalinan (Riswandi,
menunjukkan bahwa terdapat penurunan AKI dari 390 2005). AKI di Indonesia masih tertinggi di Negara
menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Depkes ASEAN . Berdasarkan data resmi Dapartemen Kesehatan
2000, AKI di Indonesia sekitar 3-6 kali lebih besar dari AKI terus mengalami penurunan . Pada tahun 2003 di
negara-negara lain di ASEAN dan 50 kali lebih besar dari Indonesia yaitu 307 per 100.000 KH , tahun 2006 yaitu
angka di negara lebih maju. Diharapkan pada tahun 2010, 255 per 100.000 KH, tahun 2007 yaitu 248 per 100.000
menurun menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup KH . Target Millennium Development Goals (MDGS)
(Prawiharjo, 2002). Departemen Kesehatan sendiri AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per
menargetkan angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226 100.000 KH (Barata, 2008 ).
orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang per tahun. AKI dan AKB mengalami penurunan yang
Untuk mewujudkan hal ini, Depkes sedang menggalakkan cukup signifikan dari tahun 2004 sampai tahun 2007.Di

23
tahun 2007,angka kematian bayi mencapai 26,9 persen per Di negara maju Metode senam hamil telah lama
1000 kelahiran hidup, dan AKI berkisar 248 per 100.000 diterapkan, begitu juga di negara berkembang seperti
ribu kelahiran hidup.Padahal di tahun 2004 AKB sekitar Indonesia. Namun, penerapanya belum merata diseluruh
30,8 persen per 1000 kelahiran hidup dan AKI sekitar 270 daerah hanya diterapkan dibeberapa Rumah Sakit
persen dari per 100.000 ribu kelahiran (Menkes, 2009). terkemuka, seperti Medan misalnya, metode Senam hamil
Angka kematian maternal dan perinatal di hanya diterapkan dibeberapa klinik terkemuka saja seperti,
Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab RS. Colombia Asia, RS. Stella Maris, RS. Santa Elisabeth
kematian maternal dan perinatal di Indonesia dan negara – dan beberapa klinik lainya, di Rumah Sakit pemerintah
negara berkembang lainya adalah akibat partus lama. sekalipun seperti RS.Pirngadi, senam hamil tampaknya
Menurut SDKI tahun 2003 penyebab kematian ibu, yaitu belum diterapkan, hal ini mungkin dikarenakan belum
karena komplikasi persalinan (45 %), retensio plasenta tersedianya tempat atau lokasi untuk melakukan senam
(21%), robekan jalan lahir (19 %), partus lama (11 %), hamil dan juga dikarenakan ketidaktahuan ibu hamil
perdarahan dan pre eklamsi masing-masing (10 %), tetang senam hamil tersebut.
komplikasi selama nifas (5 %) dan demam infeksi (4 %) Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang
(Dinkes Sumut, 2008). dilakukan di desa sei litur tasik Kecamatan Sawitseberang
Dalam proses persalinan ada 3 faktor yang Kabupaten Langkat dari 10 orang ibu hamil yang penulis
menyebabkan persalinan memanjang atau lama yaitu : wawancara dengan pertanyaan seputar senam hamil ada 8
tenaga, jalan lahir dan janin. Salah satu cara orang yang tidak mengetahui tentang apa itu senam hamil,
mengendalikan masalah tersebut seperti masalah tenaga dan apa manfaatnya. Selain itu peneliti juga mendapatkan
yaitu dengan senam hamil. Senam hamil merupakan informasi secara lisan dari delapan orang ibu hamil yang
bentuk olahraga yang berguna untuk membantu wanita tidak mengetahui senam hamil tersebut mengatakan bahwa
hamil untuk memperoleh tenaga yang baik sehingga alasan mereka tidak mengikuti senam hamil karena kurang
memperlancar proses persalinan (Huliana, 2001). mengerti tentang senam hamil dan tidak ada waktu untuk
Selain tujuan persiapan fisik, senam hamil mengikuti kelas senam hamil tersebut.
memiliki tujuan untuk mempersiapkan mental ibu hamil, Berdasarkan Pendahuluan diatas , penulis tertarik
yaitu untuk tercapainya ketenangan rohani dan untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “
terbentuknya percaya diri dalam menghadapi persalinan Hubungan Pengetahuanan dengan sikap Ibu Hamil
(Huliana, 2001). terhadap Senam Hamil di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan
Menurut Depkes RI, 2003, senam hamil dapat Sawit Seberang Kabupaten Langkat”.
mengoptimalkan keseimbangan fisik, sikap serta gerak
selama kehamilan, mengurangi keluhan - keluhan fisik TUJUAN PENELITIAN
seperti sakit pinggang dan kejang otot dan menurut
penelitian yang lain menyatakan bahwa wanita yang Tujuan Umum
melakukan senam hamil secara teratur selama Untuk mengetahui Hubungan Antara pengetahuan
kehamilanya, melaporkan tingkat kelemahan yang` rendah dengan sikap ibu hamil terhadap Senam hamil di Desa
selama kehamilan dan persalinan, sedikit mengalami Sei Litur Tasik Kec.Sawitseberang Kab. Langkat.
ketidaknyamanan dan lebih cepat sembuh dari pada ibu
yang tidak melakukan senam hamil (Ammilliya, 8 Tujuan Khusus
Http://infoolo.blogspot.com diperoleh 14 oktober 2011). a.Untuk mengetahui pengetahuan resonden terhadap
Selain itu, menurut Supriatmaja (2005), Senam senam hamil di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan
hamil juga memberikan efek positif terhadap pembukaan Sawit Seberang Kabupaten Langkat
serviks dan aktifitas uterus yang terkoordinasi saat b.Untuk mengetahui sikap responden terhadap senam
persalinan, hal ini menyebabkan proses persalinan yang hamil di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit
lebih cepat dan dan singkat dibandingkan dengan yang Seberang Kabupaten Langkat
tidak melakukan senam hamil. Penemuan ini juga c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
didukung oleh penelitian Artal dkk (1999) menyatakan sikap responden terhadap senam hamil di Desa Sei
bahwa lama persalinan lebih singkat pada wanita yang Litur Tasik Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten
melakukan senam hamil dibandingkan yang tidak Langkat
melakukan senam hamil, dengan perbandingan 233 menit
vs 302 menit. Manfaat Penelitian
Manfaat lainya menurut penelitian Hatch (2001), Bagi tempat penelitian
diungkapkan bahwa ibu hamil yang melakukan senam Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
hamil sekitar 3-5 jam setiap minggunya mempunyai
menambah informasi sebagai masukan untuk
peluang yang lebih kecil untuk melahirkan dini (prematur)
meningkatkan kesehatan masyarakat di Desa Sei
dari pada yang tidak melakukan senam hamil (Kurnia,
Litur Tasik Kec.Sawitseberang Kab. Langkat.
2009).
Bagi institusi pendidikan
Semua sasaran ini akan mengarah kepersiapan
Sebagai bahan referensi tambahan di perpustakaan
untuk menjadi orang tua yang berhasil, maka diperlukan
Akademi Kebidanan Bakti Inang Persada Medan
upaya - upaya untuk meningkatkan hal tersebut terutama
tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap
bagi ibu - ibu hamil dalam hal peningkatan pengetahuan
Ibu Hamil terhadap senam hamil.
ibu hamil tentang senam hamil.

24
Bagi Ibu hamil terakhir. Umur merupakan konsep yang masih abstrak
Sebagai bahan masukan agar menambah bahkan cenderung menimbulkan valiasi dalam
pengetahuan dan wawasan ibu hamil tentang pengukurannya. Seseorang menghitung umur dengan
senam hamil. tepat tahun kelahirannya, sementara yang lain
Bagi peneliti selanjutnya menghitungnya dalam ukuran tahun saja .
Untuk menambah pengetahuan serta bermanfaat b. Pendidikan
sebagai sumber informasi dalam merancang dan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap
menyelesaikan penelitian. dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia mulai upaya pengajaran dan
TINJAUAN TEORITIS pelatihan, maka jelas jika dikerucutkan sebuah visi
pendidikan yaitu mencerdaskan manusia (Meliono, 2007).
Pengetahuan Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan
Menurut Maulana (2009, hlm 194) pada dasarnya wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. maka diharapkan stok modal semakin meningkat.
Pengetahuan juga merupakan pedoman dalam membentuk Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kualitas.
tindakan seseorang. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh
Pengertian Pengetahuan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003, hlm 95).
Pengetahuan, yaitu merupakan hasil dari c. Sumber informasi
tahu.yang terjadi setelah orang melakukan Informasi adalah data yang telah diproses kedalam
penginderaan terhadap objek tertentu (Maulana suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan
2009, hlm 192). mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini
Tingkat Pengetahuan atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari
Menurut Maulana (2009, hlm 195), tingkat pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan.
pengetahuan di dalam domain kofnitif di kualifikasikan Selain itu sumber informasi dapat diperoleh dari media
menjadi 6 tingkatan, yakni : cetak, media elektronik, non - media seperti keluarga,
a. Tahu ( Know ) teman, tenaga kesehatan (Notoatmodjo, 2005 hlm 65).
Tahu, yaitu suatu materi yang dipelajari
sebelumnya termasuk di dalamnya mengingat Sikap
kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
rangsangan yang diterima. tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifestasi
b. Memahami ( Comperhention ) sikap tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan. Sikap
Memahami, yaitu kemampuan menjelaskan merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri
secara benar tentang objek yang diketahui dan individu untuk berkelakuan dengan pola - pola tertentu,
tempat menginterprestasikan materi tersebut secara terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan
benar. terhadap objek tersebut (Azwar, 2008 hlm 5).
c. Aplikasi ( Application ) Pengertian Sikap
Aplikasi, yaitu suatu kemampuan untuk Sikap adalah suatu pola prilaku, tendensi atau
menggunakan materi. kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
d. Analisis ( Analysis ) dalam situasi social, atau secara sederhana, yang
Analisa, yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang telah
materi atau objek ke dalam komponen – komponen, terkoordinasi. Sikap dapat juga didefenisikan sebagai asfek
tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek
dan masih ada kaitannya satu sama lain. (Azwar, 2008 hlm 5).
e. Sintesis ( syntetis ) Komponen Pokok Sikap
Sintesis, yaitu suatu kemampuan meletakkan atau Menurut Maulana (2009, hlm 198), Komponen pokok
menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu sikap meliputi hal - hal berikut :
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu a . Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi dari b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu
formulasi yang sudah ada. objek.
f. Evaluasi ( Evaluation ) c. Kecenderungan bertindak.
Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan Tingkatan Sikap
justifikasi atau penelitian suatumateri atau obek Menurut Maulana (2009, hlm 200), tingkatan sikap
pengukuran pengetahuan. meliputi :
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Menerima diartikan mau dan memperhatikan
Menurut Notoatmodjo (2003, hlm 15), faktor - stimulasi yang diberikan objek.
faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya b. Merespon, yaitu memberikan jawaban jika ditanya,
sebagai berikut: mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
a. Umur diberikan merupakan indikasi sikap.
Umur adalah lama seorang hidup dihitung dari
tahun lahirnya sampai dengan ulang tahunnya yang

25
c. Menghargai, yaitu pada tingkat ini individu Ibu Hamil
mengajak orang lain untuk mengerjakan atau Ibu hamil adalah ibu yang mengalami proses
mendiskusikan suatu masalah. ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40
d. Bertanggung jawab, yaitu merupakan sikap yang minggu), dan tidak boleh dari 300 hari (43 minggu).
paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung Kehamilan 40 minggu ini kehamilan matur (cukup bulan)
jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih. (Priwiraharjo, 2000).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Ibu hamil adalah seseorang wanita yang
Menurut Maulana (2009, hlm 202), faktor - faktor mengalami perubahan terutama pada alat kandungan dan
yang mempengaruhi sikap yaitu: juga organ lainnya (Mochtar, 2000).
a. Faktor Internal, yaitu faktor yang terdapat dalam
diri pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa Senam Hamil
daya pilih seseorang untuk menerima atau menolak Pengertian Senam Hamil
pengaruh – pengaruh yang datang dari luar. Senam hamil adalah latihan fisik berupa
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang terdapat dari luar beberapa gerakan tertentu yang dilakukan khusus untuk
diri manusia itu sendiri.Faktor ini berupa interaksi meningkatkan kesehatan ibu hamil (Mandriwati, 2008 hlm
sosial di luar kelompok. Misalnya interaksi antara 171).
manusia dalam bentuk kebudayaan yang sampai Senam hamil adalah terapi latihan gerak yang
kepada individu melalui surat kabar, majalah dan diberikan kepada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya,
sebagainya. baik persiapan fisik maupun mental untuk menghadapi dan
mempersiapkan persalinan yang cepat, aman dan spontan
Kehamilan (Huliana, 2001 hlm 90).
Beberapa Defenisi Kehamilan Senam hamil merupakan suatu program latihan
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu bagi ibu hamil sehat untuk mempersiapkan kondisi fisik
antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu ibu dengan menjaga kondisi otot – otot persendian yang
dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah berperan dalam proses persalinan, serta mempersiapkan
gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio kondisi psikis ibu terutama menumbuhkan kepercayaan
(minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai diri dalam menghadapi persalinan. Senam hamil
kelahiran). memberikan manfaat terhadap otot yang dilatih, dan juga
Seorang wanita yang hamil untuk pertama dapat meningkatkan daya tahan tubuh dengan
kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang meningkatkan konsumsi oksigen (nelly, 2002).
wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0 Senam hamil adalah sebuah program berupa
(Williams, 2000). latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu untuk
Dalam banyak masyarakat definisi medis dan mempersiapkan saat persalinannya (Indiarti, 2008 hlm
legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode 28).
triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari Tujuan Senam Hamil
perkembangan janin. Triwulan pertama membawa risiko Menurut Mandriawati (2008, hlm 171) tujuan
tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), senam hamil adalah :
sedangkan pada masa triwulan ke-2 perkembangan janin a. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot -
dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 otot dinding perut, ligamen – ligamen, otot dasar
menandakan awal 'viabilitas', yang berarti janin dapat tetap panggul yang berhubungan dengan proses
hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran pesalinan.
dipaksakan (Williams, 2000). b. Membentuk sikap tubuh. Sikap tubuh yang baik
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamia selama kelahiran dan persalinan dapat mengatasi
dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ keluhan - keluhan umum pada wanita hamil,
reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan mengharapkan letak janin normal , mengurangi
melakukan hubungan seksual dengan pria yang organ sesak nafas akibat bertambah besarnya perut.
reproduksinya sehat maka sangat besar kemungkinannya c. Menguasaai teknik - teknik pernafasan yang
akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2008). mempunyai peranan penting dalam persalinan dan
Kehamilan merupakan saat yang menakjubkan selama hamil untuk mempercepat relaksasi tubuh
dalam kehidupan seorang wanita. Hal itu juga merupakan yang diatasi dengan napas dalam , selain itu juga
saat yang menegangkan ketika sebuah kehidupan baru untuk mengatasi rasa nyeri pada saat his.
yang misterius tumbuh dan berkembang di dalam rahim. d. Menguatkan otot - otot tungkai, mengingat tungkai
Sekali kehamilan terjadi, berbagai macam efek terjadi akan menopang berat tubuh ibu yang makin lama
dalam tubuh wanita, baik efek karena perubahan hormon, makin berat seiring dengan bertambahnya usia
bentuk tubuh, maupun kondisi emosional wanita yang kehamilan.
mengalami kehamilan e. Mencegah varises, yaitu pelebaran pembuluh darah
(Asrinah, 2010). balik (vena) secara segmental yang tak jarang
terjadi pada ibu hamil.
f. Memperpanjang nafas, karena seiring bertambah
besarnya janin maka dia akan mendesak isi perut ke

26
arah dada . Hal ini akan membuat rongga dada c. Emboli Paru
lebih sempit dan nafas ibu tidak bisa optimal. d. Perdarahan pervaginam
Dengan senam hamil maka ibu akan dapat berlatih e. Ada tanda kelainan pada janin
agar nafasnya lebih panjang dan tetap relaks. f. Plasenta previa
g. Latihan pernapasan khusus yang disebut panting Waktu Untuk Melakukan Senam Hamil
quick breathing terutama dilakukan setiap saat Menurut Mandriawati (2008, hlm 172)
perut terasa kencang. dianjurkan untuk melakukan senam hamil yaitu setelah
h. Latihan mengejan latihan ini khusus utuk usia kehamilan 22 minggu.
menghadapi persalinan, agar mengejan secara Tempat Melakukan Senam Hamil
benar sehingga bayi dapat lancar keluar dan tidak Untuk menjamin dilakukanya senam hamil
tertahan di jalan lahir. dengan aman dan benar dibutuhkan tuntunan yang jelas
i. Mendukung ketenangan fisik (Huliana, 2001 hlm atau instruktur yang berpengetahuan dan terampil. Oleh
91). karena itu, dianjurkan agar ibu hamil melakukan senam
j. Memberi dorongan serta melatih jasmani dan hamil bersama ibu hamil yang lain di Rumah Sakit atau
rohani dari ibu secara bertahap agar ibu dapat Rumah Bersalin yang akan digunakan untuk bersalin.
menghadapi persalinan dengan tenang, sehingga Karena ditempat tersebut akan ada saling tukar
proses persalinan dapat berjalan lancar dan mudah pengalaman, bertambah semangat juga akan ada
(Salmah, 2006 hlm 117). penambahan wawasan bisa diberikan oleh petugas medis
Manfaat Senam Hamil yang merangkap sebagai instruktur (Kushartanti, 2004
Menurut Mandriawati (2008, hlm 172) manfaat hlm 24).
senam hamil adalah : Namun jika tidak sempat atau jarak rumah terlalu
a. Mengatasi sembelit (konstipasi), kram dan nyeri jauh dari Rumah Sakit atau Klinik, bisa juga dilaksanakan
punggung dirumah dengan dibantu instruktur atau ibu sudah pernah
b. Memperbaiki sirkulasi darah mengikuti senam hamil dan sudah mengerti bagaiman cara
c. Membuat tubuh segar dan kuat dalam aktivitas melakukannya misalnya diteras atau diruang keluarga
sehari – hari (Musbikin, 2005 hlm 145).
d. Tidur lebih nyenyak Tahapan Senam Hamil
e. Mengurangi resiko kelahiran premature a. Latihan Pendahuluan
f. Mengurangi stress Lakukan pemanasan ( pendahuluan ) sebelum
g. Membantu mengembalikan bentuk tubuh lebih memulai program olah raga yang berguna merangasang
cepat setelah melahirkan sirkulasi darah, menggendorkan otot-otot dan tulang-tulang
h. Tubuh lebih siap dan kuat di saat proses sendi sehingga bergerak bebas, yang berarti mengurangi
persalinan resiko kerusakan (Stoppartd, 2002 hlm 191).
i. Bertemu dengan calon ibu lain bila ibu Cara melakukan latihan pemanasan yaitu :
melakukannya kelas senam hamil (Huliana , 1) Latihan I. Duduk tegak bersandar pada kedua
2001 hlm 91) lengan, kedua tungkai diluruskan dan dibuka
j. Mengurangi pembengkakan sedikit, seluruh tubuh lemas .
k. Memperbaiki keseimbangan otot 2) Latihan II. Duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus
l. Menguatkan otot perut (Salmah, 2006 hlm 118). dan rapat.
Syarat Melakukan Senam Hamil 3) Latihan III. Duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus,
Menurut Mandriawati (2008, hlm 172) syarat rapat dan releks.
yang harus dipenuhi dalam melakukan senam hamil 4) Latihan IV. Duduk bersila tegak, kedua tangan
adalah : diatas bahu dan kedua lengan disamping buah dada.
a. Kehamilan berjalan normal 5) Latihan V. Berbaring terlentang, kedua lengan
b. Diutamakan pada kehamilan pertama atau disamping badan dan kedua lutut ditekuk.
kehamilan berikutnya yang mengalami kesulitan 6) Latihan VI. Berbaring terlentang, kedua lengan
persalinan disamping badan kedua tungkai luarus dan enak.
c. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan 7) Latihan VII. Putarkan panggul kekiri sebanyak 4
kehamilan oleh dokter atau bidan kali dan kanan 4 kali dengan menggerakan panggul
d. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam kekiri, tekannkan punggung kekanan sambil
batas kemampuan fisik ibu mengempiskan perut dan mengerutkan liang
e. Jangan membiarkan tubuh ibu kepanasan dalam dubur. Gerakkan panggul kekanan, anggkat
jangka waktu panjang. istirahatlah sejenak pinggang, gerakan kembali panggul kekiri dan
f. Gunakan bra yang cukup baik untuk olah raga seterusnya sampai 4 kali gerakan memutar,
dan semacam decker yang bisa menyokong kemudian lakukan hal tersebut kearah kanan
kaki. sebanyak 4 kali.
Menurut Mandriawati (2008, hlm 174) b. Latihan Inti
kontraindikasi senam hamil adalah : Latihan inti ini bertujuan untuk pembentukan
a. Kelainan jantung sikap tubuh yang baik. Sikap tubuh yang baik akan
b. Tromboplebitis menyebabkan tulang panggul naik, sehingga janin berada

27
pada kedudukan yang normal. Latihan kontraksi dan Jenis Penelitian
relaksasi latihan untuk memperoleh dan mengatur sikap Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian
tubuh untuk releks pada saat yang diperlukan.Latihan ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross
pernafasan untuk menguasai berbagai aspek pernafasan. sectional yang bertujuan mencari hubungan antara
Cara melakukan latihan inti yaitu : pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap senam hamil.
1) Berbaring dengan satu bantal di bawah kepala dan Dalam penelitian cross sectional, variabel
satu bantal lagi di bawah lutut, silangkan kaki dan sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada
dekaplah kedua kaki secara bersama erat-erat. objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan
Kencangkan otot - otot pantat dan tarik ke atas (dalam waktu bersamaan). Pengumpulan data untuk jenis
seolah - olah ingin menghabiskan kencing secara penelitian ini, baik untuk variabel sebab (independent
perlahan. Ini akan membantu memantapkan otot - variable) maupun variabel akibat (dependent variable)
otot dasar panggul. dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus.
2) Sikap merangkak, jarak antara kedua tangan sama (Notoatmodjo, 2005).
dengan jarak antara kedua bahu. Keempat anggota
tubuh tegak lurus pada lantai dan badan sejajar Populasi dan Sampel
dengan lantai. Populasi
3) Berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua Populasi adalah keseluruhan objek ibu hamil
lengan di samping badan, dan rileks. yang ada di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit
c. Latihan pendinginan Seberang Kabupaten Langkat. Pada saat di lakuan survey
Senam hendaknya diakhiri dengan gerakan pendahuluan terdapat 36 ibu hamil. Diantara 36 ibu hamil
pendinginan. Latihan ini berguna untuk mengembalikan tersebut terdadap 2 diantaranya dengan usia kehamilan 33
denyut jantung kearah normal dan mencegah dan 35 minggu. Maka yang akan dijadikan sampel
mengumpulnya darah pada bagian kaki. sebanyak 34 ibu hamil. 34 orang tersebut diantaranya
Cara melakukan latihan pendinginan, berada pada usia kehamilan 16 – 28 minggu.
yaitu berjalan secara biasa, lalu berjalan secara menjinjit,
berjalan dengan telapak kaki menggenggam sambil Sampel
menarik dan membuang napas, dan sambil mengerakkan Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
tangan naik turun. Lakukan selama 5-10 menit. hamil yang ada di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit
Seberang Kabupaten Langkat sebanyak 36 orang, 2
METODE diantaranya berada pada usia kehamilan 33 dan 35 minggu.
Maka yang akan dijadikan sampel sebanyak 34 orang.
Defenisi Operasional Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total
Pengetahuan Ibu Hamil sampling, dimana keseluruan populasi ibu hamil yang ada
Pengetahuan ibu hamil adalah segala sesuatu yang di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit Seberang
diketahui oleh ibu hamil untuk menjawab pertanyaan Kabupaten Langkat akan di jadikan sampel seluruhnya.
tentang senam hamil, yang akan dinilai dari jawaban yang
diberikan atas pertanyaan yang diajukan dari kuesioner. Lokasi dan Waktu Penelitian
Kategori : Lokasi Penelitian
a. Baik bila menjawab ( 11- 20 soal) dengan skor 55 Penelitian ini dilaksanakan Di Desa Sei Litur Tasik
- 100 Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat. Alasan
b. Kurang bila menjawab ( < 11 soal ) dengan skor < peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian
55 adalah:
Skala : Ordinal a. Di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit Seberang
Alat Ukur : Kuesioner sebanyak 20 soal. Kabupaten Langkat terdapat jumlah populasi ibu hamil
yang mencukupi untuk dijadikan sampel dalam
Sikap Ibu Hamil penelitian.
Sikap adalah pendapat atau pandangan ibu b. Di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit Seberang
hamil mengenai senam hamil. Untuk Mengetahui sikap Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat
dapat dilakukan berdasarkan pada jawaban responden merupakan desa yang belum pernah dijadikan tempat
dari semua pertanyaan yang diberikan. Pengukuran penelitian dengan judul yang sama, lokasinya mudah
terhadap sikap dilakukan dengan menggunakan Skala dijangkau oleh peneliti dan lokasinya dekat dengan
Likert yang terdiri dari 5 kategori.berdasarkan pada tempat tinggal peneliti.
jawaban responden, diperoleh kategori sebagai berikut
a. Positif, apabila responden mendapat nilai > 50 Waktu Penelitian
b. Negatif, apabila responden mendapat nilai < 50 Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
Skala ukura : Nominal penelitian ini adalah mulai dari bulan Oktober 2011- Juni
Alat ukur : kuesioner 2012.

28
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data a. Positif, apabila responden mendapat nilai > 50
Jenis Data b. Negatif, apabila responden mendapat nilai < 50
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer a . Sangat setuju ( SS )
untuk kedua variabel yaitu pengetahuan dan sikap ibu b. Setuju ( S )
hamil. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri c. Ragu – Ragu ( RR )
oleh peneliti. d.Tidak Setuju ( TS )
e.Sangat Tidak Setuju ( STS )
Metode Pengumpulan Data Penilaian untuk pertanyaan yang bersufat
Metode pengumpulan data merupakan cara positif ( Favorable ), yaitu :
peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan a. Sangat Setuju ( SS ) bernilai 5
dalam penelitian. Metode pengumpulan data dalam b.Setuju ( S ) bernilai 4
penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner atau angket c.Ragu – Ragu ( RR ) bernilai 3
yang berjenis angket tertutup untuk variabel pengetahuan d.Tidak Setuju ( TS ) bernilai 2
ibu hamil tentang senam hamil dan menggunakan daftar e.Sangat Tidak Setuju ( STS ) bernilai 1
cek (checklist) untuk variabel sikap ibu hamil terhadap Penilaian untuk pertanyaan yang bersifat
senam hamil.Dimana prosedur pengumpulan data negative ( Infavorable ), yaitu :
dilakukan dengan cara : a.Sangat Tidak Setuju ( STS ) bernilai 5
1. Peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan ibu b.Tidak Setuju ( TS ) bernilai 4
hamil untuk menjadi responden c.Ragu – Ragu ( RR ) bernilai 3
2. Peneliti memberikan penjelasan singkat kepada d.Setuju ( S ) bernilai 2
responden tentang cara pengisian kuesioner e.Sangat Setuju ( SS ) bernilai 1
3. Peneliti membagikan kuesioner untuk diisi oleh Sebelum menentukan kategori sikap terlebih
responden dengan jawaban yang sesuai dengan dahulu menentukan criteria (tolak ukur), yaitu Median:
dirinya tanpa menghiraukan jawaban dari responden Median : Jumlah skor maksimum x jumlah soal = 5 x 20 = 50
lain 2 2
4. Data yang telah diisi oleh responden dikumpulkan Kategori dari pengukuran sikap adalah sebagai berikut :
kembali kepada peneliti a. Positif, apabila responden mendapat nilai >50.
5. Peneliti memperhatikan kembali kelengkapan dari b.Negatif, apabila responden mendapat nilai < 50
kuesioner yang diisi oleh responden, jika data Skala ukur : Nominal
maupun kuesioner tidak lengkap, peneliti langsung Alat ukur : Kuesioner 20 soal
meminta responden untuk melengkapi data saat itu Dengan kisi – kisi sebagai berikut:
juga.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Sikap
Instrumen Penelitian Pernyataan Nomor Soal
Pengetahuan Jumlah
No. Indikator
Soal
Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk Positif Negatif Positif Negatif
pengetahuan adalah menggunakan kuesioner. Diukur 1. Senam hamil 2 1 1, 2 3 3
dengan menggunakan pertanyaan tettutup dengan pilihan 2. Manfaat Senam 2 2 4, 5 6, 7 4
jawaban seperti a, b, c dengan jumlah 20 pertanyaan 3. Hamil 1 2 8 9, 10 3
dimana jika satu jawaban benar diberi skor 5 dan jika Waktu pelaksanaan
4. Senam Hamil 4 3 11, 12, 15, 16, 7
jawaban salah diberi skor 0 sehingga skor maksimal adalah Syarat melakukan 13, 14 17
100 dan skor minimum 0, dengan kisi-kisi sebagai berikut: 5 Senam Hamil 1 2 19, 20 3
Tempat 18
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pengetahuan Pelaksanaan Senam
hamil
No. Indikator Jumlah Soal Nomor Soal Motivasi ibu
1. Defenisi senam hamil 1 1 Waktu mulai
2. Tujuan senam hamil 1 2 menggunakan
3. Manfaat Senam Hamil 4 3, 4, 5, 6
4. Syarat dilakukan Senam 7 7, 8, 9, 10,
5. Hamil 1 11, 12,13
6. Tempat pelaksanaan 6 14
. Senam Hamil 15, 16, 17, Jumlah 20 soal
Cara awal melakukan 18, 19, 20
Senam Hamil
Jumlah 20 soal 20 soal Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisa
Sikap bevariate untuk mengetahui adanya hubungan antara
Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
mengukur sikap adalah menggunakan angket dalam Skala (Notoatmodjo, 2002 ).
Likert.

29
Analisa data ini menggunakan tes kemaknaan chi- Hasil uji berdasarkan Uji chi- square diperoleh
square dengan signifikansi nilai X2 hitung sebesar 9,0 dan nilai X2 tabel sebesar 3,841
( α = 0,05 ) dengan titik kritis x2 pada α = 0,05. Hasil (df=1), karena ada 2 cell atau 50% yang nilainya < 5 maka
perhitungan statistik dapat menunjukan ada tidaknya yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test dan ternyata
hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti hasil yang diperoleh adalah < 0,05 atau 0,06 hasil tersebut
yaitu dengan melihat nilai X2 . Bila nilai X2 hitung > X2 menunjukkan yang berarti bahwa Hipotesa alternative (Ha)
tabel, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan diterima atau Hipotesa nol (Ho) ditolak, artinya terdapat
bahwa terdapat hubungan antara dua variabel katagori hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
pada α yang sesuai. Karena adanya dua cell dengan sikap ibu hamil terhadap senam hamil di Desa Sei Litur
nilai 50% yang nilainya < 5 maka, yang digunakan Tasik Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat .
adalah “ Fisher’s Exact Test.
PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Setelah dilakukan penelitian berjudul “Hubungan
terhadap “Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Terhadap Senam
Hamil Terhadap Senam Hamil Di Desa Sei Litur Tasik Hamil di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit Seberang
Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat “ dengan Kabupaten Langkat.
jumlah sampel 36 responden dan dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat bantu penelitian, yang hasilnya Pengetahuan Responden
disajikan dalam bentuk tabel dan pembahasan sebagai Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil dari 36
berikut : responden mayoritas responden memiliki pengetahuan
Analisa Univariat baik sebanyak 26 orang (72,2%) dan yang berpengetahuan
Setelah data dikumpulkan kemudian dianalisis kurang sebanyak 10 orang ( 27%). Dapat dinyatakan
dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi bahwa mayoritas pengetahuan responden adalah baik.
seperti dibawah ini : Pengetahuan ini diperoleh dengan cara baru atau
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu modern yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap
Hamil Terhadap Senam Hamil di Desa Sei gejala – gejala alam atau masyarakat, kemudian hasil
Litur Tasik Kecamatan Sawitseberang pengamatan tersebut dikumpulkan, diklasifikasikan dan
Kabupaten Langkat akhirnya pengamatan tersebut diambil keKesimpulan
No Kategori F % ( Persentase ) umum. Faktor –faktor yang mempengaruh pengetahuan
1 Baik 26 72,2 adalah umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan
hasil interaksi dengan lingkungan. (Notoatmodjo, 2005 ).
2 Kurang 10 27,8 Pengetahuan merupakan hasil dari “ tahu” dan
Total 36 100,0 ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu
objek tertentu. Dalam pembagian tingkat pengetahuan
Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil dinyatakan bahwa tahap evaluasi itu kemampuan untuk
Terhadap Senam Hamil di Desa Sei Litur melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi
Tasik Kecamatan Sawitseberang atau objek pengukuran pengetahuan (Maulana, 2009).
Kabupaten Langkat Menurut asumsi penulis tidak ada kesenjangan
No Kategori F % ( Persentase ) antara hasil penelitian dengan teori. Bahwa dari hasil
1 Positif 27 75,0 penelitian didapat mayoritas ibu berpengetahuan baik dan
2 Negatif 9 25,0 pada teori dikatakan bahwa pengetahuan didapat dari hasil
Jumlah 36 100,0 pengalaman pribadi seseorang berarti semakin banyak
pengalaman pribadi seseorang maka akan semakin baik
Analisa Bivariat pengetahuannya. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh
Berdasarkan Hubungan Pengetahuan Dengan beberapa faktor antara lain umur, pendidikan dan sumber
Sikap Ibu Hamil Terhadap Senam Hamil Di Desa Sei informasi serta hasil berinteraksi dengan lingkungan
Litur Tasik Kecamatan Sawitseberang Kabupaten Langkat, sekitar.
didapat tabel distribusi silang sebagai berikut :
Tabel 4. 3 Tabulasi SilangAntara Pengetahuan Sikap Responden
Dengan Sikap Ibu Hamil Terhadap Senam Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa dari
Hamil Di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan 36 responden mayoritas memiliki sikap positif yaitu 27
Sawitseberang Kabupaten Langkat responden (75,0 %) terhadap senam hamil dan ada 9
No Pengetahuan Sikap Ibu Hamil Total % 𝒙𝟐 hitung X2 responden ( 25,0 %) yang bersikap negatif terhadap senam
Ibu Hamil Positif Negatif tabel hamil.Dapat dinyatakan bahwa mayoritas responden
F % F %
mempunyai sikap positif.
1 Baik 23 88,5 3 11,5 26 72,2
2 Kurang 4 40,0 6 60,0 10 27,8 Menurut G. W. All Port (1935), sikap merupakan
9,0 3,841 keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur
Total 27 75,0 9 25,0 36 100,0
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik
atau terarah terhadap respon individu pada suatu objek dan

30
situasi yang berkaitan dengannya .Sikap adalah suatu pola menyelesaikan diri dalam situasi sosial, atau sederhana,
prilaku, kesiapan antisifatif, predisposisi untuk yang merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang
menyelesaikan diri dalam situasi sosial, atau sederhana, telah terkoordinasi. Sikap dapat juga didefenisikan sebagai
yang merupakan respon terhadap stimulasi sosial yang aspek atau penilaian positif atau negative terhadap suatu
telah terkoordinasi. Sikap dapat juga didefenisikan sebagai objek (Azwar,2008)
aspek atau penilaian positif atau negative terhadap suatu . Sikap seseorang dipengaruhi oleh factor internal
objek (Azwar,2008). dan eksternal.Faktor internal tersebut antara lainfactor yang
Sikap seseorang dipengaruhi oleh factor internal terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri dan factor
dan eksternal.Faktor internal tersebut antara lainfactor yang eksternal yaitu factor yang terdapat dari luar diri manusia
terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri dan factor itu sendiri.
eksternal yaitu factor yang terdapat dari luar diri manusia (Maulana, 2009 ).
itu sendiri. Menurut pernyataan Bloum (2003) terbentuknya
(Maulana, 2009 ). suatu prilaku baru dimulai pada dominan kongitif dalam
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih arti subjektiferlebih dahulu terhadap standart yang berupa
tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek.manginfestasi maksud atau objek sehingga menimbulkan pengetahuan.
sikap tidak dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan.Sikap Pada subjek terhadap objek yang diketahui dan didasari
merupakan kecendrungan yang berasal dari dalam diri sepenuhnya, tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh
individu unt berkelakuan dengan pola – pola tertentu, lagi yaitu berupa tindakan (action) sehingga dengan
terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan sekaligus dapat diketahui.
terhadap objek tersebut (Azwar, 2008). Pernyataan ini tidak sejalan dengan hasil
Menurut asumsi penulis, tidak ada kesenjangan penelitian Wismanto (2003) yakni hasil korelasi antara
antara hasil penelitian dengan teori.Bahwa dari hasil sikap dengan pengetahuan sebesar 0,366 hasil ini relatif
penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden kecil, hal ini kemunginan disebabkan bahwa antara
mempunyai sikap yang positif. Hal ini sesuai dengan teori pengetahuan dan sikap tidak berhubungan secara, akan
yang menyatakan bahwa semakin banyak pengalaman berbeda terhadap variable antara yaitu kehendak atau niat.
seseorang maka semakin terarah sikapnya untuk merespon Beberapa penelitian sebelumnya meneliti tentang
sesuatu artinya sikapnya akan semakin baik karna sudah hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu hamil
ada hasil pembelajaran dari pengalaman tersebut. Sama terhadap senam hamil. Menurut penelitian yang dilakukan
halnya dengan pengetahuan, sikap juga dipengaruhi oleh oleh Rahayuningsih (2005), ada hubungan yang cukup
beberapa faktor yaitu tingkat pengetahuan, sumber kuat antara pengetahuan ibu dengan sikap ibu hamil
informasi, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain dan terhadap senam hamil. Sama halnya dengan penelitian
lingkungan sekitar. yang dilakukan oleh Wahyuningrum (2007) yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil antara pengetahuan ibu hamil dengan sikap ibu hamil
Terhadap Senam Hamil terhadap senam hamil. Selain kedua penelitian tersebut,
Dari hasil penelitian didapat bahwa dari 36 ada pula penelitian yang meneliti tentang hubungan sikap
responden, mayoritas berpengetahuan baik dan bersikap terhadap perilaku ibu untuk malakukan senam hamil.
positif yaitu 23 responden (88,5 %) sedangkan responden Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuliarti (2009) di
yang berpengetahuan kurang dan bersikap positif sebanyak Kabupaten Sragen dengan hasil bahwa ada hubungan
4 responden (40,0 %) . yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu
Pengetahuan ini diperoleh dengan cara baru atau modern terhadap senam hamil.
yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala – Hasil uji berdasarkan Uji chi- square diperoleh
gejala alam atau masyarakat, kemudian hasil pengamatan nilai X2 hitung sebesar 9,0 dan nilai X2 tabel sebesar 3,841
tersebut dikumpulkan, diklasifikasikan dan akhirnya (df=1), karena ada 2 cell atau 50% yang nilainya < 5 maka
pengamatan tersebut diambil keKesimpulan umum. Faktor yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test dan ternyata
–faktor yang mempengaruh pengetahuan adalah umur, hasil yang diperoleh adalah < 0,05 atau 0,06 hasil tersebut
pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan hasil menunjukkan yang berarti bahwa Hipotesa alternative (Ha)
interaksi dengan lingkungan. (Notoatmodjo, 2005 ). diterima atau Hipotesa nol (Ho) ditolak, artinya terdapat
Pengetahuan merupakan hasil dari “ tahu” dan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu sikap ibu hamil terhadap senam hamil di Desa Sei Litur
objek tertentu. Dalam pembagian tingkat pengetahuan Tasik Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat
dinyatakan bahwa tahap evaluasi itu kemampuan untuk Tahun 2012 .
melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi
atau objek pengukuran pengetahuan (Maulana, 2009). KESIMPULAN
Menurut G. W. All Port (1935), sikap merupakan keadaan
mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu
terarah terhadap respon individu pada suatu objek dan Hamil Terhadap Senam Hamil di Desa Sei Litur Tasik
situasi yang berkaitan dengannya .Sikap adalah suatu pola Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat Tahun
prilaku, kesiapan antisifatif, predisposisi untuk 2012”.

31
1 Dari hasil penelitian mayoritas responden memiliki DinkesPropsu. (2008). ProfilKesehatanPropinsi Sumatera
tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 26 orang Utara 2007.DinasKesehatanPropinsi Sumatera
(72,22 %). Utara. Medan
2 Dari hasil penelitian mayoritas responden memiliki Hidayat, Azis Alimul. 2010. Metode Kebidanan Teknik
sikap yang positif terhadap senam hamil yaitu Analisa Data . Jakarta : Salemba Medika
sebanyak 27 orang (75,0 %). Huliana, Mellyna. (2006). Panduan Menjalani Kehamilan
3 Terdapat hubungan yang signifikan antara Sehat. Puspa Swara. Jakarta
Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Terhadap Indiarti, MT. (2008). Senam Hamil dan Balita. Cemerlang
Senam Hamil di Desa Sei Litur Tasik Kecamatan Publishing. Yogyakarta
Sawit Seberang Kabupaten Langkat. Kushartanti.( 2005). Senam Hamil. Lintang Pustaka.
Yogyakarta
SARAN Kurnia, S. Nova. (2009). Menghindari Gangguan Saat
Melahirkan dan Panduan Lengkap mengurut Bayi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Paji Pustaka. Yogyakarta
Desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit Seberang Mandriawati, G.A. (2008). Panduan Belajar Asuhan
Kabupaten Langkat, menyarankan : Kebidanan Ibu Hamil. EGC. Jakarta
1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk Maulana, J.D.H. (2009). Promosi Kesehatan. EGC. Jakarat
melanjutkan penelitian ini lebih lanjut dengan Muchtar, 2000. Kebutuhan Selama Kehamilan, Jakarta :
variable yang berbeda. EGC
2. Diharapkan kepada ibu-ibu hamil, sikap yang Musbikin, imam. (2005). Panduan Bagi Ibu Hamil dan
positif harus diikuti dengan perilaku nyata yaitu Melahirkan. Mitra Pustaka. Yogyakarta
mengikuti senam hamil dan bukan hanya sebatas Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi
keinginan. Meskipun ibu bekerja, ibu masih tetap Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Salemba
bisa melakukan senam hamil yaitu minimal Medika. Jakarta
dengan menggerakkan badan agar metabolisme Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodeologi Penelitian
tubuh bekerja. Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta
3. Kepada perangkat desa terutama kepala desa atau , (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. PT.
lurah, hendaknya membuat suatu kebijakan Rineka Cipta. Jakarta
tentang pentingnya melakukan senam hamil , (2005). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. PT.
terutama di masa kehamilan trimester II, serta Rineka Cipta. Jakarta
melakukan kerjasama dengan petugas-petugas Sudjana, Dr.(2002). Metode Statistik Cetakan ke-IV.
kesehatan yang ada diwilayahnya untuk Tarsito. Bandung.
melakukan penyuluhan kepada ibu hamil yang Ammililliya, Kiki Riski. (2009). Hubungan Pengetahuan
ada dalam suatu keluarga tersebut tentang manfaat ibu Hamil tentang Senam Hamil dengan Minat Ibu
dan tujuan Senam Hamil bagi bayi dan ibu. Ayah Hamil untuk Melakukan Senam Hamil di RB. Riens
dapat mendorong ibu agar mau melakukan senam Kediri.Http://infoolo.blogspot.com/2009/08/hubun
hamil, dan diharapkan agar kader-kader yang ada gan-pengetahuan-ibu-hamil-tentang 28.html/14
lebih aktif mengajak para ibu hamil untuk datang Oktober 2011
ke posyandu sehingga dapat memberikan David, Januarahmawati. (2008). Hubungan antara
penyuluhan tentang senam hamil sehingga Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang
pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil senam hamil di RSU Islam Kustanti Surakarta.
meningkat. Http://www.bidanku..com.14Oktober2011
4. Kepada pihak Puskesmas Kecamatan Meliono, I. (2007). MPKT Modul I.
Sawitseberang Kabupaten Langkat hendaknya (http://id.wikipedia.org/wiki/pengetahuan)
lebih meningkatkan pelayanan terutama promosi Supriatmaja. (2005). Pengaruh Senam Hamil terhadap
kesehatan dan sosialisasi tentang Senam Hamil Persalinan Kala Satu dan Kala Dua di RS.
sehingga dapat menumbuhkan kesadaran ibu Sangladenpasar. www.resep.web.id/kehamilan/6-
hamil untuk mau melakukan senam hamil.Jadi, manfaat-senam-hamill14Oktober2011
bukan hanya sekedar menumbuhkan sikap setuju
saja terhadap senam hamil tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asrina, dkk, 2010. Asuhan kebidanan Pada Masa


Kehamilan
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

32
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DENGAN MENGGUNAKAN
NON-REBREATHING MASK (NRM) TERHADAP NILAI TEKANAN
PARSIAL CO2 (PaCO2) PADA PASIEN CEDERA KEPALA SEDANG
(MODERATE HEAD INJURY) DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSUP H ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2016

Marlisa
Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan

Abstract
Head injury is any cases that caused high disability and mortallity rate. In neurology, head injury occupies
the first squence and become the main of health problem to most youth, health and productive peoples. The
treatment of head injury treatment is to prevent damage of brain cells by adequate oxygenation. The
objective of the research was to find out the influence of giving oxygent therapy by using non-rebreathing
mask (NRM) towards changing of partial pressure CO2 (PaCO2) value to head injury patients in ICU room
of H. Adam Malik Hospital Medan. The research used the quasi experiment method with time series design.
The samples were 10 respondents, taken by purpossive sampling technique. The instrument of the research
was observation sheet. The result of the research showed that before given the oxygent therapy by using non-
rebreathing mask (NRM), 5 respondents (50%) had normal blood pH value, 6 respondents (60%) had low
blood HCO3- value, and 6 respondents (60%) had normal blood PaCO2 value. After given oxygent therapy
found that 5 respondents (50%) had low blood pH value, 6 respondents (60%) had low blood HCO3- value,
and 7 respondents (70%) had low blood PaCO2 value. The result of statistic analyze with T-Test was found
significant influence of changing PaCO2 value with p value = 0,000 (p<0,05). The reduction of PaCO2 value
is followed by increasing of blood pH value and reduction of blood HCO3- value. Using of non-rebreathing
mask (NRM) is only effective for head injury patients with high blood PaCO2.

Keywords : Oxygent Therapy, Non-Rebreathing Mask (NRM), Partial Pressure CO2 (PaCO2), Head Injury

PENDAHULUAN Dibandingkan dengan trauma lainnya, persentasi


cedera kepala (head injury) adalah yang tertinggi, yaitu
Cedera kepala (head injury) merupakan salah satu sekitar lebih atau sama dengan 80%. Kira-kira sekitar 5%
kasus penyebab kecacatan dan kematian yang tinggi. korban gawat darurat cedera kepala (head injury),
Cedera kepala (head injury) dalam neurologi menempati meninggal ditempat kejadian. Cedera kepala (head injury)
urutan pertama dan menjadi masalah kesehatan utama oleh memiliki dampak emosi, psikososial, ekonomi yang cukup
karena korban gawat darurat pada umumnya sebagian besar sebab korban gawat daruratnya sering menjalani
besar orang muda, sehat dan produktif (Sartono et al, perawatan rumah sakit yang panjang, dan 5-10% setelah
2014). perawatan rumah sakit masih membutuhkan fasilitas
Cedera kepala (head injury) meliputi luka pada pelayanan jangka panjang (Sartono et al, 2014).
kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera kepala (head Cedera kepala (head injury) akan terus menjadi
injury) dapat menimbulkan berbagai kondisi, dari gegar problem masyarakat yang sangat besar, meskipun
otak ringan, koma, sampai kematian; kondisi paling serius pelayanan medis sudah sangat maju pada abad 21 ini.
disebut dengan istilah cedera otak traumatik (traumatik Sebagian besar korban dengan cedera kepala (head injury)
brain injury [TBI]). Penyebab paling umum TBI (75-80%) adalah cedera kepala ringan, sisanya merupakan
(traumatik brain injury) adalah jatuh (28%), kecelakaan trauma dengan kategori sedang dan berat dalam jumlah
kendaraan bermotor (20%), tertabrak benda (19%), dan yang sama. Di indonesia, data tentang cedera kepala (head
perkelahian (11%). Kelompok beresiko tinggi mengalami injury) ini belum ada. Yang ada barulah data dari beberapa
TBI (traumatik brain injury) adalah individu yang berusia Rumah Sakit (sporaditis) (Sartono et al, 2014).
15-19 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan Di Amerika Serikat, insidensi terjadinya cedera
perempuan 2:1. Individu yang berusia 75 tahun atau lebih otak traumatika sebesar 1,7 juta penduduk/tahun, dari
memiliki angka rawat inap (hospitalisasi) dan kematian jumlah tersebut sebanyak 50.000 penduduk/tahun
TBI (traumatik brain injury) tertinggi (Brunner & Suddart, mengalami kematian, dan sebanyak 5 juta penduduk/tahun
2013). mengalami disabilitas akibat cedera kepala. Cedera kepala

33
umumnya mengenai penderita usia muda (15-19 tahun) menggunakan Non-Rebreathing mask (NRM) masing-
dan dewasa tua usia lebih atau sama dengan 65 tahun, masing 32,06 ± 6,35 dan 39,00 ± 3,74. Nilai pH darah
dimana angka kejadian pada laki-laki 2 kali lebih sering setelah pemberian terapi ini 75% berada pada nilai normal
dibandingkan perempuan. Mekanisme cedera kepala di (Hendrizal, 2013).
Amerika Serikat adalah akibat terjatuh (35,2%), Berdasarkan hasil study pendahuluan yang
kecelakaan kendaraan bermotor (34,1%), perkelahian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tanggal
(10%), dan penyebab lain yang tidak diketahui (21%) 22 Desember 2015, ditemukan data pasien cedera kepala
(Iwan A et al, 2015). (head injury) yang dirawat di ruang bedah syaraf mulai
Di Indonesia, cedera kepala (head injury) dari Januari 2015-22 Desember 2015 sebanyak 116 orang.
diakibatkan para pengguna kendaraan bermotor roda dua Angka ini telah menurun secara signifikan apabila
terutama bagi yang tidak memakai helm. Hal ini menjadi dibandingkan dengan jumlah kasus yang terjadi selama
tantangan yang sulit karena diantara mereka datang dari dua tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2014 sebanyak
golongan ekonomi rendah sehingga secara sosioekonomi 235 orang dan pada tahun 2013 sebanyak 572 orang
cukup sulit memperoleh pelayanan kesehatan. Cedera (Rekam Medik, 2015).
kepala diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan
meningkatnya pengguna kendaraan bermotor roda dua dan METODE
diperkirakan 39% kenaikan per tahun (Lumban toruan,
2015). Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi
Data di ruang bedah saraf RSCM pada September experiment dengan desain penelitian time series design.
2014 sampai dengan Maret 2015, pasien cedera kepala Penelitian dilakukan Di ICU RSUP H. Adam Malik
(head injury) yang mengalami intra Cerebral Haematoma Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
(ICH) sebanyak 8 orang, Sub Dural Haematoma (SDH) pasien cedera kepala sedang yang dirawat di ruang ICU
sebanyak 14 orang, Sub Arachnoid Haematoma (SAH) RSUP H. Adam Malik Tahun 2016.
sebanyak 1 orang, Epidural Haematoma (EDH) sebanyak Sampel dalam penelitian ini adalah pasien cedera
18 orang. Cedera kepala ringan (CKR) sebanyak 2 orang, kepala yang baru masuk dari IGD dengan GCS 9-13.
Cedera kepala sedang (CKS) sebanyak 2 orang, dan Pengambilan sampel menggunakan Puposive Sampling.
Cedera kepala berat (CKB) sebanyak 2 orang (Lumban Besar sampel dalam penelitian ini adalah 10 responden.
toruan, 2015).
Pengelolaan yang benar dan tepat akan HASIL
mempengaruhi outcome pasien. Tujuan utama pengelolaan
cedera kepala (head injury) adalah untuk mencegah atau Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh
mengurangi kerusakan sel-sel otak yang diakibatkan oleh peneliti di Ruang ICU RSUP H. Adam Malik Medan pada
keadaan iskemia dan mengoptimalkan pemulihan. Metode tanggal 17-24 Juli 2016 ditemukan data sebagai berikut:
dasar dalam melakukan proteksi otak adalah dengan cara
membebaskan jalan nafas dan oksigenasi yang adekuat. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
Pasien cedera kepala (head injury) penting menjaga kadar Berdasarkan Nilai pH Darah Sebelum
PaO2 dalam batas normal minimal 100 mmHg, bahkan Diberikan Terapi Oksigen Dengan
nilai yang lebih tinggi, yaitu berkisar antara 140-160 Menggunakan Non-Rebreathing Mask
mmHg. Apabila PaO2 berada dalam kadar yang terlalu (NRM)
rendah, maka akan menimbulkan hipoksia yang dapat Nilai Rujukan pH
f %
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan Darah
diikuti oleh peningkatan laju aliran darah ke otak, dan Rendah (<7.35) 2 20.0
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan Normal (7.35-7.45) 5 50.0
intrakranial. Apabila kadar PaO2 terlalu tinggi, akan terjadi Tinggi (>7.45) 3 30.0
vasokonstriksi pembuluh darah (Safrizal, 2013). Total 10 100.0
Salah satu cara tata laksana untuk mengendalikan
peningkatan tekanan intrakranial adalah dilakukan suatu Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 10
tindakan penurunan PaCO2, pada fase akut terjadinya responden mayoritas responden memiliki nilai pH
trauma. Penurunan dilakukan hingga mencapai kadar darah yang normal yaitu, 5 responden (50%).
PaCO2 sekitar 20-30 mmHg, yang dikenal sebagai
tindakan hiperventilasi. Penurunan PaCO2 ini akan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak dan Berdasarkan Nilai pH Darah Sesudah
kondisi ini secara langsung akan menyebabkan penurunan Diberikan Terapi Oksigen Dengan
laju aliran darah ke otak; dengan akibat (secara tidak Menggunakan Non-Rebreathing Mask
langsung) akan menurunkan tekanan intrakranial (NRM)
(Hendrizal, 2013). Nilai Rujukan pH Darah f %
Penelitian terhadap 16 sampel pasien cedera kepala Rendah (<7.35) 5 50.0
sedang dari bulan Desember 2012 sampai Januari 2013 Normal (7.35-7.45) 5 50.0
yang masuk IGD RS. Dr. M. Djamil Padang didapatkan Total 10 100.0
nilai rata-rata pCO2 sebelum dan sesudah terapi oksigen

34
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 10 Tabel 4.6 1Distribusi Frekuensi Responden
responden responden sebanyak 5 responden (50%) Berdasarkan Nilai Tekanan Parsial CO2
memiliki nilai pH darah yang normal dan 5 responden (PaCO2) Dalam Darah Sesudah
(50%) memiliki nilai pH darah yang rendah. Diberikan Terapi Oksigen Dengan
Menggunakan Non-Rebreathing Mask
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden (NRM)
Berdasarkan Nilai Bikarbonat (HCO3-) Nilai Rujukan Tekanan
Dalam Darah Sebelum Diberikan Terapi Parsial CO2 (PaCO2) f %
Oksigen Dengan Menggunakan Non- Darah
Rebreathing Mask (NRM) Rendah (<35 mmHg) 7 70.0
Nilai Rujukan Bikarbonat Normal (35-45 mmHg) 3 30.0
f %
(HCO3-) Darah Total 10 100.0
Rendah (<22 mmol/L) 6 60.0
Normal (22-26 mmol/L) 3 30.0 Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa dari 10
Tinggi (>26 mmol/L) 1 10.0 responden mayoritas responden memiliki nilai tekanan
Total 10 100.0 parsial CO2 (PaCO2) dalam darah yang rendah, yaitu 7
responden (70%).
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 10
responden mayoritas responden memiliki nilai Tabel 4.7Distribusi Pengaruh Perubahan Nilai
Bikarbonat (HCO3-) dalam darah yang rendah, yaitu 6 Pengaruh Perubahan Tekanan Parsial
responden (60%). CO2 (PaCO2) Terhadap Perubahan Nilai
pH Darah Sesudah Diberikan Terapi
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Oksigen Dengan Menggunakan Non-
Berdasarkan Nilai Bikarbonat (HCO3-) Rebreathing Mask (NRM)
Dalam Darah Sesudah Diberikan Terapi PaCO2
Oksigen Dengan Menggunakan Non- AGDA <35 35-45 Total %
Rebreathing Mask (NRM) % %
mmHg mmHg
Nilai Rujukan Bikarbonat f % <7.35 3 60 2 40 5 50
(HCO3-) Darah pH 7.35-
4 80 1 20 5 50
Rendah (<22 mmol/L) 7 70.0 7.45
Normal (22-26 mmol/L) 3 30.0 Total 10 100
Total 10 100.0
Dari tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa penurunan nilai
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 10 tekanan parsial CO2 (PaCO2) diikuti dengan peningkatan
responden mayoritas responden memiliki nilai nilai pH darah, yaitu sebanyak 4 responden (80%).
Bikarbonat (HCO3-) dalam darah yang rendah, yaitu 7
responden (70%). Tabel 4.8 Distribusi Pengaruh Perubahan Nilai
Pengaruh Perubahan Tekanan Parsial
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden CO2 (PaCO2) Terhadap Perubahan Nilai
Berdasarkan Nilai Tekanan Parsial CO2 Bikarbonat (HCO3-) Dalam Darah
(PaCO2) Darah Sebelum Diberikan Sesudah Diberikan Terapi Oksigen
Terapi Oksigen Dengan Menggunakan Dengan Menggunakan Non-Rebreathing
Non-Rebreathing Mask (NRM) Mask (NRM)
Nilai Rujukan Tekanan PaCO2
f % AGDA <35 35-45 Total %
Parsial CO2 (PaCO2) Darah % %
Normal (35-45 mmHg) 6 60.0 mmHg mmHg
Tinggi (>45 mmHg) 4 40.0 <22
7 100 0 0 7 70
H mmol/L
Total 10 100.0
CO3- 22-26
0 0 3 100 3 30
mmol/L
Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa dari 10 Total 10 100
responden mayoritas responden memiliki nilai tekanan
parsial CO2 (PaCO2) dalam darah yang normal, yaitu 6 Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa
responden (60%). penurunan nilai tekanan parsial CO2 (PaCO2) diikuti
dengan penurunan nilai bikarbonat (HCO3-) dalam darah,
yaitu sebanyak 7 responden (100%).
Berdasarkan hasil analisis dengan mengunakan
Uji-T berpasangan ditemukan pengaruh yang
bermakna/signifikan dari terapi oksigen dengan
menggunakan non - rebreathing mask (NRM) terhadap

35
perubahan nilai tekanan parsial CO2 (PaCO2) sebelum dan Berdasarkan hasil Uji-T berpasangan ditemukan
sesudah dengan nilai p value = 0,000 (p<0.05). hubungan bermakna perubahan nilai PaCO2 sebelum
dan sesudah diberikan terapi oksigen dengan
PEMBAHASAN menggunakan Non-Rebreathing Mask (NRM) dengan
nilai nilai p value = 0,000 (p<0,05) dan hubungan
Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada bermakna perubahan nilai PaCO2 terhadap perubahan
kepala yang disebabkan oleh benturan fisik dari luar, nilai pH dan dan HCO3- sesudah diberikan terapi
yang dapat mengurangi dan mengubah kesadaran yang oksigen dengan menggunakan Non-Rebreathing Mask
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif (NRM), dengan nilai p value = 0,000 (p<0.05). Dari
dan fungsi fisik. Tujuan utama pengelolaan cedera hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam
kepala adalah untuk mencegah dan mengurangi penelitian ini diterima.
kerusakan sel-sel otak dengan cara membebaskan jalan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
napas dan oksigenasi yang adekuat. Suplai oksigen ke Hendrizal (2013). Penelitian yang dilakukan terhadap
jaringan otak bergantung pada molekul Hb dan 16 sampel pasien cedera kepala sedang dari bulan
selanjutnya bergantung pada pH darah dan PaCO2 Desember 2012 sampai Januari 2013 yang masuk IGD
darah. Kadar CO2 akan menimbulkan efek asiditas atau RS. Dr. M. Djamil Padang didapatkan nilai rata-rata
alkalinitas darah. Hal ini ditentukan oleh nilai paCO2 sebelum dan sesudah terapi oksigen
bikarbonat darah (HCO3-) sebagai sistem bufer utama menggunakan Non-Rebreathing mask (NRM) masing-
dalam tubuh. Salah satu tata laksana untuk masing 32,06 ± 6,35 dan 39,00 ± 3,74. Nilai pH darah
mengendalikan tekanan intrakranial dilakukan dengan setelah pemberian terapi ini 75% berada pada nilai
tindakan penurunan PaCO2. normal.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-24 Menurut Guyton, A (2008) konsentrasi CO2
Juli 2016 di ruang ICU RSUP H. Adam Malik Medan. dalam alveolus 40 mmHg (5,3%) dan konsentrasi O2
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui 104 mmHg (13,6%). Sedangkan terapi oksigen dengan
pengaruh pemberian terapi oksigen dengan menggunakan Non-Rebreathing mask (NRM)
menggunakan Non-Rebreathing Mask (NRM) terhadap memungkinkan penghantaran oksigen dengan
perubahan nilai tekanan parsial CO2 (PaCO2) pada konsentrasi 95%. Hal ini akan menyebabkan
pasien cedera kepala sedang (moderate head injury). peningkatan ekskresi CO2 dan menurunkan
Non-Rebreathing Mask (NRM) memungkinkan konsentarasi CO2 dengan cepat. Keadaan ini disebut
penghantaran oksigen dengan konsentrasi sekitar 95% Efek Haldane. Efek Haldane disebabkan oleh gabungan
pada laju aliran 12 L/mnt untuk mempertahankan kadar O2 dengan Hb dalam paru menyebabkan Hb menjadi
tekanan parsial CO2 (PaCO2) darah sekitar 20-30 asam yang lebih kuat. Hal ini akan menyebabkan
mmHg. berpindahnya CO2 dengan dua cara yaitu, (1) semakin
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10 tinggi keasaman Hb, semakin berkurang
sampel pasien cedera kepala sedang di ruang ICU kecenderungannya untuk bergabung dengan CO2 untuk
RSUP H. Adam Malik Medan ditemukan bahwa membentuk karbaminohemoglobin, jadi memindahkan
sebelum diberikan terapi oksigen dengan menggunakan banyak CO2 dari darah dalam bentuk karbamino dan
Non-Rebreathing Mask (NRM) mayoritas responden (2) meningkatnya keasaaman Hb juga menyebabkan
memiliki nilai pH darah yang normal yaitu sebanyak Hb melepaskan sejumlah H+, dan ion-ion ini akan
5 responden (50%), nilai Bikarbonat (HCO3-) dalam berikatan dengan bikarbonat (HCO3-) untuk
darah yang rendah, yaitu 6 responden (60%), dan nilai membentuk asam karbonat (H2CO3), kemudian akan
tekanan parsial CO2 (PaCO2) dalam darah yang normal, terurai menjadi H2O dan CO2 yang akan dikeluarkan
yaitu 6 responden (60%). Sesudah diberikan terapi dari darah masuk ke alveoli dan akhirnya ke udara.
oksigen dengan menggunakan Non-Rebreathing Mask Penurunan 1 mEq bikarbonat (HCO3-), akan
(NRM) ditemukan bahwa sebanyak 5 responden (50%) menurunkan tekanan parsial CO2 (PaCO2) sebesar 1,3
memiliki nilai pH darah yang normal dan 5 mmHg. Sementara itu, apabila kadar PaCO2 arteri turun
responden(50%) memiliki nilai pH darah yang rendah, terlalu rendah, melalui mekanisme vasokonstriksi akan
nilai Bikarbonat (HCO3-) dalam darah yang rendah, menyebabkan spasme pada pembuluh darah otak serta
yaitu 7 responden (70%) dan tekanan parsial CO2 mengancam terjadinya iskemik. Karena penurunan
(PaCO2) dalam darah yang rendah, yaitu 7 responden PaCO2 1 mmHg akan menurunkan laju aliran darah ke
(70%). Berdasarkan hasil crosstab perubahan nilai otak sebesar 2%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa,
tekanan parsial CO2 (PaCO2) terhadap nilai pH dan tidak semua pasien cedera kepala terutama pasien
nilai Bikarbonat (HCO3-) dalam darah setelah terapi cedera kepala sedang harus diberikan terapi oksigen
oksigen dengan menggunakan Non-Rebreathing Mask dengan menggunakan Non-Rebreathing Mask (NRM).
(NRM) memperlihatkan bahwa penurunan nilai Penggunaan Non-Rebreathing Mask (NRM) hanya
tekanan parsial CO2 (PaCO2) diikuti dengan efektif pada pasien cedera kepala dengan PaCO2 darah
peningkatan nilai pH darah, yaitu sebanyak 4 yang tinggi (Hiperkarbia).
responden (80%) dan penurunan nilai bikarbonat Berdasarkan pembahasan diatas, diperlukan
(HCO3-) dalam darah, yaitu sebanyak 7 responden manajemen keperawatan dalam menlaksanakan
(100%). tindakan pemberian terapi oksigen dengan

36
menggunakan Non-Rebreathing Mask (NRM). 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Manajemen keperawatan adalah rangkaian kegiatan Diharapkan pada peneliti selanjutnya meneliti
pelayanan keperawatan yang menerapkan fungsi-fungsi tentang pengaruh pemberian terapi oksigen dengan
manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, menggunakan Non-Breathing Mask (NRM)
penggerakan dan pengawasan (Suarli, 2013). Fungsi terhadap perubahan nilai tekanan intrakranial
perawat dalam perencanaan adalah melakukan (TIK) pada pasien cedera kepala.
penilaian awal terhadap kondisi pasien dengan cedera
kepala sedang. Fungsi perawat dalam pengorganisasian DAFTAR PUSTAKA
adalah melaporkan hasil pengkajian kepada dokter
untuk menentukan terapi oksigen yang akan diberikan, AR, Iwan et al. 2015. Terapi Hiperosmolar Pada
melibatkan keluarga pasien dengan cara memberikan Cadera Otak Traumatika. Jurnal Neurologi
informed consent dan menjelaskan tujuan terapi terapi Indonesia:http://inasnacc.org/images/Artikel/
oksigen Non-Rebreathing Mask (NRM). Fungsi vol4no2juni2015/iwanAjuni2015.pdf, diunduh
perawat dalam penggerakan adalah melukukan pada tanggal 03 Desember 2015
implementasi keperawatan dengan cara berkolaborasi Brunner & Suddart. 2013. Keperawatan Medikal –
dengan dokter dalam pemberian terapi oksigen dengan bedah Edisi 12. Jakarta : EGC
menggunakan Non-Rebreathing Mask (NRM). Dan Depkes RI. 2006. Standart Pelayanan Keperawatan di
fungsi perawat dalam pengawasan adalah melakukan ICU.http://perpustakaan.depkes.go.id:8
pemantauan tehadap kondisi fisik pasien dan hasil 180/bitstream//123456789/760/4/BK2006-
AGDA pasien. G90.pdf, diunduh pada tanggal 31 Januari
2016
KESIMPULAN Dewi, NMA. 2012. Autoregulasi Serebral Pada
CederaKepala.http://download.portalgaruda.
1. Sebelum dan sesudah diberikan terapi oksigen org/article.php?article=82587&val=970,
dengan menggunakan Non-Rebreathing Mask diunduh pada tanggal 02 Desember 2015
(NRM) adalah mayoritas responden memiliki nilai Francis, Caia. 2008. Perawatan Respirasi. Jakarta:
pH darah normal dan nilai Bikarbonat (HCO3-) Erlangga
darah rendah sedangkan nilai tekanan parsial CO2 Ganong, FW. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
(PaCO2) darah responden mayoritas normal dan EGC
rendah. Guyton & Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran.Jakarta:
2. Penurunan nilai tekanan parsial CO2 (PaCO2) EGC
sesudah diberikan terapi oksigen dengan Hendrizal, 2013. Pengaruh Pemberian Terapi Oksigen
menggunakan Non-Rebreathing Mask (NRM) Dengan Menggunakan Non- Rebreathing Mask
diikuti dengan peningkatan nilai pH darah dan (NRM) terhadap Nilai Tekanan Parsial CO2
penurunan nilai bikarbonat (HCO3-) darah. (PaCO2) pada Pasien Cedera Kepala
3. Ditemukan pengaruh yang bermakna/signifikan Sedang. http://jurnal.fk.unand. ac.id/index
perubahan nilai tekanan parsial CO2 (PaCO2) .php/jka/article/download/23/18, diunduh
sebelum dan sesudah terapi dengan nilai p value = pada tanggal 01 Desember 2015
0,000 (p<0.05). Isyan, YA et al. 2009. Cedera Kepala Dan Fraktur
Kriris. Riau: Fakultas Kedokteran
SARAN Riau
Japardi, Iskandar. 2004. Cedera Kepala. Jakarta:
1. Bagi Keluarga Pasien PT Buana Ilmu Populer
Keluarga pasien harus lebih aktif dalam Jevon, Philip et al. 2008. Pemantauan Pasien Kritis
pengambilan keputusan tentang terapi yang akan Edisi 2. Jakarta: Erlangga
diberikan. Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data
2. Bagi Perawat Klinik.http://binfar.kemkes.go.id/?wpdmact=p
Perawat diharapkan selalu melakukan pemantauan rocess&did=MTcyLmhvdGxpbms=, di
terhadap hasil AGDA pasien cedera kepala sedang unduh pada tanggal 06 Juli 2015
untuk menentukan terapi apa yang harus diberikan Kemenkes RI. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
kepada pasien selanjutnya. Intensive Care unit (ICU) di Rumah Sakit.
3. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan http://www.perdici.org/wp- content/uploads/Pedoman-
Tenaga kesehatan perlu diberikan pelatihan ICU.pdf, diunduh pada tanggal 25 Februari 2016
mengenai perawatan terbaru pasien cedera kepala Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan
sedang. Sehingga tenaga kesehatan lebih hati-hati Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
dalam pemberian terapi oksigen dengan Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
menggunankan Non-Rebreathing Mask (NRM) Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.
pada pasien cedera kepala sedang. Jakarta: Rineka Cipta
Sartono, H et al. 2014. Basic Trauma Cardiac Life
Support.Bekasi: GADAR Medik Indonesia

37
Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC
Suarli, S et al. 2013. Manajemen Keperawatan Dengan Price, Sylvia A et al.2005. Patofisiologi Konsep
Pendekatan Praktis.Jakarta: Erlangga Klinis dan Proses – Proses Penyakit.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Jakata: EGC.
CV. Alfabeta
Sumatri, Fritz. 2005. Resiko kematian pada pasien
cedera kranioserebral berat ditinjau dari
aspek PaO2 dan PaCO2.
http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-
110377.pdf, diunduh pada 03 Desember
20015

38
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SISWA/I TERHADAP
KELUHAN SAKIT GIGI SMA PGRI 24 TALUN KENAS
KECAMATAN STM HILIR TAHUN 2016

Nelly Katharina Manurung


Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Medan

Abstrak

Persepsi sakit bisa dipengaruhi oleh pengetahuan tentang penyakit karena semakin besar persepsinya
terhadap sakit, semakin besar pengetahuannya tentang penyakit. Banyak orang keliru dalam memilih cara
pengobatan yang tepat, disebabkan mereka tidak tahu tentang penyebab penyakit dan upaya pencegahannya.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan tindakan siswa/i terhadap keluhan
sakit gigi di SMA PGRI 24 Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan metode survey yang menggunakan kuesioner. Sampel dalam penelitian ini adalah total
populasi yang berjumlah 52 orang siswa/i SMA PGRI 24 Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa/i tentang keluhan sakit gigi paling banyak
dalam kriteria baik, yaitu sebanyak 44 responden (84,6%). Sebagian besar (71,15%) siswa/i pernah
mengalami sakit gigi. Tindakan siswa/i dalam mengatasi keluhan sakit gigi paling banyak berada dalam
kriteria baik, yaitu sebanyak 35 responden (67,3%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan dan tindakan siswa/i sudah baik. Namun siswa/i belum mengetahui tindakan yang tepat untuk
menanggulangi gigi berlubang.

Kata kunci: Pengetahuan, Tindakan, Keluhan Sakit Gigi

Pendahuluan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman,


Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat (UU
kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani. Kesehatan, 2009).
Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua Di Indonesia masalah kesehatan gigi cukup
menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang besar, hal ini di sebabkan karena kesadaran masyarakat
secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut masih
sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain rendah, terlihat masih tingginya angka kesehatan gigi
kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan dan mulut. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar
mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat (Riskesdas) nasional tahun 2013, sebesar 25,9 persen
mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan
Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut mulut. Sebanyak 31,1 persen diantaranya menerima
merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi
keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan (perawatan gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis),
tubuh secara umum. Untuk mencapai kesehatan gigi sementara 68,9 persen lainnya tidak dilakukan
dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan. Secara keseluruhan
perawatan secara berkala (Kusumawardani, E, 2011). keterjangkauan/kemampuan untuk mendapatkan
Pada UU kesehatan tahun 2009 BAB VI pasal pelayanan dari tenaga medis gigi hanya 8,1 persen
93 dan pasal 94, di sebutkan bahwa pelayanan (Depkes RI, 2013).
kesehatan dan mulut dilakukan untuk memelihara dan Penyebab sakit gigi yang sering terjadi adalah
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam gigi berlubang atau karies gigi. Karies mula-mula
bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan
penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi dan pemulihan tidak segera ditambal, karies akan menjalar ke dentin
kesehatan gigi oleh pemerintah, pemerintah daerah, hingga sampai ke ruangan pulpa yang berisi pembuluh
atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu, saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan rasa
terintegrasi dan berkesinambungan. Pelayanan sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati
kesehatan gigi dapat dilaksanakan meliputi pelayanan (Kusumawardani, E, 2011).
kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi Rasa nyeri merupakan tanda adanya masalah
masyarakat, dan usaha kesehatan gigi sekolah. fisik yang harus segera diatasi termasuk rasa nyeri pada
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin gigi. Rasa nyeri ini bisa terjadi pada anak-anak dan
ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat orang dewasa. Rasa nyeri pada gigi yang dirasakan
kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan biasanya terjadi akibat abses pulpa dan abses

39
dentoalveolar. Rasa nyeri ini dapat muncul tiba-tiba Hasil
dan biasanya ditandai dengan inflamasi dan infeksi Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
pada gigi yang berlubang, mengalami trauma, dan gigi 52 orang siswa/i SMA PGRI 24 Talun Kenas
yang ditambal. Nyeri akan terasa selama beberapa jam Kecamatan STM Hilir. Data yang sudah terkumpul
terakhir pada saat tidur, makan , minum minuman yang dibuat kedalam tabel distribusi frekuensi sebagi
sangat dingin, atau kegiatan lainnya (Mumpuni, Y, berikut.
2013).
Persepsi sakit ini bisa dipengaruhi oleh Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan kriteria
pengetahuan tentang penyakit. Semakin besar pengetahuan siswa/i dalam mengatasi
persepsinya terhadap sakit, semakin besar keluhan sakit gigi di SMA PGRI 24 Talun
pengetahuannya tentang penyakit. Banyak orang keliru Kenas Kecamatan STM Hilir
memilih cara pengobatan yang tepat, disebabkan Kriteria Sampel (n) Persentase
mereka tidak tahu tentang penyebab penyakit dan Pengetahuan
upaya pencegahannya. Baik 44 84,6
Rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan Sedang 7 13,5
merupakan factor predisposisi dari perilaku kesehatan Buruk 1 1,9
yang mengarah kepada timbulnya penyakit.
Jumlah 52 100
Pengetahuan ini erat pula kaitannya dengan sikap
seseorang tentang penyakit dan upaya pencegahannya.
Hubungan perilaku berupa tindakan dengan Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat
pengetahuan, kepercayaan, dan persepsi dijelaskan oleh bahwa tingkat pengetahuan siswa/i SMA PGRI 24
Rosenstock (1974) dalam model kepercayaan Talun Kenas Kecamatan STM Hilir yang paling banyak
kesehatan atau Health Belief Model. Penjelasannya dalam kriteria baik yaitu sebanyak 44 responden
adalah bahwa kepercayaan seseorang terhadap (84,6%), kriteria sedang sebanyak 7 responden (13,5%)
kerentanan dirinya dari suatu penyakit dan potensi dan hanya 1 orang (1,9%) dengan kriteria buruk.
penyakit, akan menjadi dasar seseorang melakukan
tindakan pencegahan atau pengobatan terhadap Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan kriteria
penyakit tersebut (Budiharto, 2010). tindakan siswa/i dalam mengatasi keluhan
Hasil survey awal di SMA PGRI 24 Talun sakit gigi di SMA PGRI 24 Talun Kenas
Kenas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa/i yang Kecamatan STM Hilir
pernah mengalami sakit gigi. Berdasarkan dari uraian Kriteria Sampel (n) Persentase
diatas maka peneliti tertarik meneliti gambaran Tindakan
pengetahuan dan tindakan siswa/i terhadap keluhan Baik 35 67,3
sakit gigi di SMA PGRI 24 Talun Kenas Sedang 17 32,7
Buruk 0 0
Tujuan Penelitian Jumlah 52 100
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan dan tindakan siswa/i terhadap Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat
keluhan sakit gigi di SMA PGRI 24 Talun Kenas bahwa tingkat tindakan siswa/i SMA PGRI 24 Talun
Kecamatan STM Hilir Tahun 2016. Kenas Kecamatan STM Hilir yang paling banyak
Metode dalam kriteria baik yaitu sebanyak 35 responden
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif (67,3%), kriteria sedang sebanyak 17 responden
dengan metode survey. Pengumpulan data dilakukan (32,7%) dan tidak ada (0%) dengan kriteria buruk.
dengan menggunakan kuesioner tentang pengetahuan
dan tindakan siswa/i SMA PGRI 24 Talun Kenas Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pengalaman pernah
Kecamatan STM Hilir terhadap keluhan sakit gigi. dan tidak pernah mengalami sakit gigi
pada siswa/i SMA PGRI 24 Talun Kenas
Lokasi Penelitian Kecamatan STM Hilir
Lokasi penelitian dilakukan di SMA PGRI 24 NO Pengalaman Sampel (n) Persentase
Talun Kenas Kecamatan STM Hilir, dengan Sakit Gigi
pertimbangan bahwa di tempat tersebut belum pernah 1. Pernah 37 71,15
dilakukan penelitian sejenis. 2. Tidak pernah 15 28,85
Jumlah 52 100
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat
siswa/i SMA PGRI 24 Talun Kenas Kecamatan STM Hilir bahwa pengalaman pernah dan tidak pernah mengalami
yang berjumlah 52 orang. sakit gigi siswa/i SMA PGRI 24 Talun Kenas
Kecamatan STM Hilir yang paling banyak pernah
Sampel
Sampel dalam penelitian ini siswa/i SMA PGRI mengalami sakit gigi yaitu sebanyak 37 responden
24 Talun Kenas Kecamatan STM Hilir yang pernah (71,15%), dan yang tidak pernah mengalami sakit gigi
mengalami sakit gigi sebanyak 52 orang. yaitu sebanyak 15 responden (28,85%).

40
Pembahasan kesehatan masyarakat di Indonesia, karena hampir
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat mengenai separuh penduduk di Indonesia (Evida, D,
pengetahuan siswa/i SMA PGRI 24 Talun Kenas 2015).
Kecamatan STM Hilir dalam kriteria baik yaitu sebanyak
44 responden (84,6%). Namun masih ada siswa/i yang Kesimpulan
tidak tahu tindakan apa yang sebaiknya dilakukan terhadap Dari hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan
gigi berlubang yaitu sebanyak 24 responden (46,15%). dan tindakan siswa/i terhadap keluhan sakit gigi di
Gigi yang berlubang harus segera dirawat karena SMA PGRI 24 Talun Kenas Kecamatan STM Hilir
dapat mengakibatkan rasa sakit pada gigi yang timbul dapat ditarik keKesimpulan sebagai berikut :
secara berulang-ulang dan dapat mengganggu aktivitas 1. Pengetahuan siswa/i tentang sakit gigi berada
sehari–hari. Gigi berlubang sangat rentan terhadap infeksi dalam kriteria baik, yaitu sebanyak 44 responden
bakteri, untuk gigi berlubang pada permukaan, penambalan (84,6%).
gigi dapat dilakukan segera setelah keluhan sakit gigi 2. Sebagian besar siswa/i (35 responden atau 67,3%)
berkurang. Sedangkan untuk gigi berlubang yang dalam, sudah dapat mengatasi keluhan sakit gigi dengan
sebelum dilakukan penambalan terlebih dahulu harus tepat.
dilakukan perawatan PSA yang bertujuan untuk
membersihkan saluran akar gigi agar menjadi steril dan Saran
terbebas dari infeksi bakteri. Saluran akar gigi ini Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
kemudian diisikan dengan bahan pengisi saluran akar peneliti memberikan saran sebagai berikut:
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pada 1. Diharapkan kepada pihak Sekolah SMA PGRI 24
saluran akar. Setelah beberapa hari kemudian dan pasien Talun Kenas Kecamatan STM Hilir agar dapat
tidak mempunyai keluhan pada gigi, lubang yang menyampaikan materi tentang kesehatan gigi dan
menganga tersebut kemudian ditutup dengan cara restorasi mulut dalam pendidikan jasmani dan kesehatan
(Muhlisin, A, 2016). bagi siswa/i.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat 2. Diharapkan agar Kepala Sekolah SMA PGRI 24
tindakan siswa/i SMA PGRI 24 Talun Kenas Talun Kenas Kecamatan STM Hilir dapat bekerja
Kecamatan STM Hilir dalam kriteria baik yaitu sama dengan Puskesmas atau instansi kesehatan
sebanyak 35 responden (67,3%). Namun 39 responden terkait untuk mengadakan penyuluhan tentang
(75%) tidak melakukan tindakan yang tepat agar gigi sakit gigi dan cara mengatasinya.
berlubang tidak semakin meluas (parah) dan tidak sakit.
Penambalan merupakan suatu prosedur medis DAFTAR PUSTAKA
untuk mengembalikan fungsi gigi akibat kerusakan
gigi, seperti fraktur gigi, pembusukan gigi (karies) atau Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
akibat trauma lain pada permukaan gigi. Penambalan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar.
ada kalanya diawali pengeboran yang tujuan untuk Jakarta: 2013
mengangkat dan membersihkan struktur gigi yang telah Budiharto. 2010. Pengetahuan Ilmu Perilaku Kesehatan
dirusak oleh asam yang diproduksi bakteri. Setelah Dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.
struktur yang rusak dibersihkan, lubang gigi harus diisi Kusumawardani, E. 2011. Buruknya Kesehatan Gigi dan
kembali untuk mengembalikan fungsi gigi seperti Mulut. Yogyakarta: Hanggar Kreator.
semula dan untuk mencegah proses kerusakan gigi Margareta, S. 2012. 101 Tips dan Terapi Alami Agar Gigi
yang lebih lanjut. Gigi yang mengalami kerusakan akan Putih dan Sehat. Yogyakarta: Pustaka Cerdas.
sulit digunakan untuk makan, dapat menjadi nyeri, atau Mumpuni, Y dan E Pratiwi. 2013. 45 Masalah dan Solusi
bahkan mengalami infeksi. Tindakan penambalan gigi Penyakit Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Rapha
tanpa pengeboran hanya dilakukan pada karies dini dan Publishing.
pada gigi yang rentan terhadap karies (Pratiwi, 2009). Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian Jakarta: Rineka Cipta.
besar siswa/i (71,15%) pernah mengalami sakit gigi. Tarigan, R. 2012. Karies Gigi. Jakarta: EGC.
Masalah terbesar yang dihadapi saat ini di Pratama, A . 2015. Karies Gigi.
bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit http://adifkgugm.blogspot.co.id/2015/09/karies-
jaringan keras gigi (caries dentis) dan penyakit gusi. gigi.html. 22 Februari 2016
Menurut Riskesdas 2013 terjadi peningkatan prevalensi Zulmiyusrini, P. 2014. Sakit Gigi.
terjadinya karies aktif pada penduduk Indonesia http://www.kerjanya.net/faq/10947-sakit-gigi.html. 22
dibandingkan tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4 % (2007) Februari 2016.
menjadi 53,2 % (2013). Hal ini menunjukkan suatu Evida,D, 2015. 93 Juta Lebih Penduduk Indonesia
peningkatan yang cukup tinggi terlebih jika kita Menderita Karies Aktif
konversikan ke dalam jumlah absolut penduduk http://www.kompasiana.com/de-be/93-juta-lebih-
Indonesia. Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan penduduk-indonesia-menderita-karies-aktif. 30 Juni
prevalensi karies aktif karies yang belum ditangani atau 2016.
belum dilakukan perawatan 53,2 %, ini berarti bahwa Muhlisin, A, 2016. Gigi dan mulut, obat sakit gigi
di Indonesia terdapat 93.998.727 jiwa yang menderita http://mediskus.com/tips/obat-sakit-gigi. 30 Juni
karies aktif. Angka ini cukup fantastis dalam status 2016.

41
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU LANSIA TERHADAP
PENCEGAHAN PENINGKATAN ASAM URAT DI POSKESDES
DESA PARULOHAN KECAMATAN LINTONGNIHUTA
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2016

Adelima C R Simamora
Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan

Abstrak

Asam urat adalah sisa metabolik berupa kristal purin yang secara alamiah berada dalam darah, kadar asam
urat normal dalam darah pria dewasa adalah 3,5 -7,2 mg/dl dan pada wanita 2,6 - 6,0 mg/dl. Zat purin adalah
zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA yang berasal dari
hasil produksi tubuh sendiri dan dari makanan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan Design Crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia penderita asam urat
yang datang berobat ke Poskesdes Desa Parulohan. Besar sampel adalah 35 responden. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji uji chi-square dengan taraf signifikasi α = 0,05. Dari
hasil penelitian terhadap 35 responden menunjukkan bahwa mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 20
orang (57,1%), mayoritas perilaku kategori baik sebanyak 17 orang (48,6%). Sedangkan mayoritas untuk
pencegahan kategori baik sebanyak 27 orang (80,0%). Tidak ada hubungan pengetahuan lansia asam urat
terhadap pencegahan peningkatan asam urat dimana X2 hitung < X2 tabel dan ada hubungan perilaku lansia
asam urat terhadap pencegahan peningkatan asam urat dimana uji chi-square X2 hitung > X2 tabel. Kepada
lansia penderita asam urat agar lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai pencegahan peningkatan
asam urat dan memperhatikan kesehatannya khususnya dalam mengurangi mengonsumsi makanan tinggi
protein dan pemeriksaaan dini..

Kata kunci : Pengetahuan, Perilaku, lansia, terhadap peningkatan asam urat

Pendahuluan Menurut badan kesehatan dunia/WHO


Masalah asam urat atau biasa disebut dengan (2007), penderita asam urat pada tahun 2004 mencapai
gout merupakan salah satu penyakit tertua yang 230 juta. Prevalensi asam urat di dunia sangat
dikenal manusia. Asam urat dianggap sebagai penyakit bervariasi dan penelitian epidemiologi menunjukkan
para raja atau penyakit kalangan sosial elite yang peningkatan kejadian asam urat, terutama di Negara –
disebabkan karena terlalu banyak makan dan minum negara maju, karena di Negara maju mereka
minuman keras, seperti daging dan anggur, atau dapat mengkonsumsi makanan yang berlemak dan
dikatakan bahwa asupan makanan dan minuman yang mengandung kadar purin yang tinggi. Berdasarkan
tidak teratur sangat berhubungan erat dengan kejadian data asam urat di dunia tercatat sebanyak 47.150 jiwa
asam urat. orang di dunia menderita asam urat, kejadian asam urat
Asam urat dapat tertimbun di mana saja. terus meningkat pada tahun 2005 dan menyerang pada
Sekitar 75 % serangan pertama gout adalah sendi pada usia pertengahan 40-59 tahun (Achmad, 2009).
pangkal ibu jari kaki. Selain pada sendi, penimbunan Berdasarkan survei WHO, Indonesia
asam urat bisa juga pada ginjal, saluran kencing, merupakan Negara terbesar ke 4 di dunia yang
jantung, telinga dan ujung-ujung jari (ibu jari kaki). penduduknya menderita asam urat dan berdasarkan
Tumpukan asam urat di sendi dan jaringan sekitar sendi sumber dari Buletin Natural, di Indonesia penyakit
akan menyebabkan rasa nyeri yang kuat dan asam urat 35% terjadi pada pria di bawah usia 34
pembengkakan sekitar sendi. Timbunan asam urat di tahun. Peningkatan kadar asam urat darah atau
ginjal dan saluran kencing akan menyebabkan penyakit hiperurisemia adalah kadar asam urat darah di atas 7
pada ginjal yang bisa berkembang menjadi gagal ginjal mg/dl pada laki-laki dan di atas 6 mg/dl pada
permanen, akibatnya seseorang harus melakukan cuci perempuan. Insiden gout meningkat dengan usia,
darah sepanjang hidupnya. Selain itu, timbunan asam memuncak pada usia 30 sampai 50 tahun, dengan
urat pada jantung, akan menimbulkan penyakit jantung kejadian tahunan berkisar dari 1 dalam 1.000 untuk pria
dan hipertensi (Damayanti, 2012). berusia antara 40 hingga 44 tahun dan 1,8 banding

42
1.000 bagi mereka yang usia 55-64 tahun.Tingkat Desa Parulohan Kecamatan Lintongnihuta
terendah gout yaitu pada wanita muda, kira-kira 0,8 Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016.
kasus per 10.000 pasien.
Di Indonesia, pertama kali di teliti oleh seorang METODE
dokter Belanda, Horst (1935) yaitu menemukan 15 kasus
asam urat berat pada masyarakat kurang mampu. Dari Jenis Penelitian
beberapa data hasil penelitian seperti di Sinjai (Sulawesi Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
Selatan) di dapatkan angka kejadian asam urat 10% pada dengan menggunakan Design Crossectional. Yang
pria dan 4% pada wanita. Di Minahasa (Sulawesi Utara) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana “
diperoleh angka kejadian asam urat 34,30% pada pria dan Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Lansia Terhadap
23,31% pada wanita usia dewasa awal, sedangkan Pencegahan Peningkatan Asam Urat di Poskesdes Desa
penelitian yang dilakukan di Bandungan (Jawa Tengah) Parulohan Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang
kerja sama dengan WHO-COPCORD terhadap 4.683 Hasundutan Tahun 2016”.
sampel berusia antara 15-45 tahun didapatkan angka
kejadian asam urat pada pria 24,3% dan wanita 11,7%. Populasi
Penyakit peningkatan kadar asam ini tidak hanya Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau
menyerang lanjut usia tetapi seseorang dengan usia objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
produktif juga bisa terserang penyakit ini (Mutoharoh, seluruh lansia penderita asam urat yang datang berobat ke
2013). Poskesdes Desa Parulohan berjumlah 70 orang.
Asam urat adalah kelompok keadaan
heterogenous yang berhubungan dengan defek genetik Sampel
pada metabolisme purin. Pada keadaan ini bisa terjadi Sampel adalah sebagian dari objek yang diteliti
oversekresi asam urat atau defek renal yang dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo,
mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat, atau 2010). Pada penelitian ini menggunakan metode
kombinasi keduanya (Smeltzer, 2013). Systematic Random Sampling. Caranya adalah membagi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah
Eni Kurniawati, dkk (2014) yang berjudul “Pengaruh sampel yang diinginkan hasilnya adalah interval sampel.
Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Sikap Klien Gout Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur sebagian dari jumlah populasi akan diambil menjadi
Kabupaten Sangihe” didapat ada pengaruh penyuluhan sampel penelitian. Dimana sebagian dari pasien asam urat
kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap klien Gout yang berobat ke Poskedes Desa Parulohan sebanyak 35
Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur, dimana orang.
berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai
α = 0.000, yang berarti nilai α lebih kecil dari α (0,05). HASIL
Dari hasil observasi awal di Poskesdes Desa
Parulohan Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Analisa Univariat
Humbang Hasundutan didapat jumlah lansia sebanyak Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan
168 orang dengan yang menderita asam urat sebanyak penyajian data dari beberapa variabel dalam bentuk
70 orang. tabel distribusi frekuensi meliputi pengetahuan dan
Dari Pendahuluan diatas, peneliti tertarik perilaku lansia terhadap pencegahan peningkatan asam
untuk melakukan penelitian tentang Hubungan urat.
Pengetahuan dan Perilaku Lansia terhadap Pencegahan
Peningkatan asam urat di Poskesdes Desa Parulohan Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Berdasarkan Pengetahuan dan Perilaku
Hasundutan Tahun 2016. Lansia Terhadap Pencegahan Peningkatan
Asam Urat di Poskesdes Desa Parulohan
Tujuan Umum Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan Humbang Hasundutan Tahun 2016
perilaku lansia terhadap pencegahan peningkatan asam urat No Variabel Jumlah Presentase
di poskesdes Desa Parulohan Kecamatan Lintongnihuta (%)
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016. 1. Pengetahuan
Baik 12 34,3
Tujuan Khusus Cukup 20 57,1
1. Mengetahui hubungan pengetahuan lansia Kurang 3 8,6
terhadap pencegahan peningkatan asam urat di Total 35 100,0
Poskesdes Desa Parulohan Kecamatan 2. Perilaku
Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Baik 17 48,6
Tahun 2016. Cukup 13 37,1
2. Mengetahui hubungan perilaku lansia terhadap Kurang 5 14,3
pencegahan peningkatan asam urat di Poskesdes Total 35 100,0

43
3 Pencegahan peningkatan Dengan menggunakan uji chi-square dengan
asam urat tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan df=2 diperoleh
Baik 28 80,0 X2 hitung (3,422) < X2 tabel (5,591), maka Ho
Tidak baik 7 20,0 diterima, Ha ditolak berarti tidak ada hubungan
Total 35 100,0 pengetahuan lansia terhadap pencegahan peningkatan
asam urat di Poskesdes Desa Parulohan Kecamatan
Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa dari 35 Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun
jumlah responden, lansia asam urat yang berpengetahuan 2016.
baik sebanyak 12 orang (34,3%), yang berpengetahuan
cukup sebanyak 20 orang (57,1%), dan yang Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden
berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (8,6%). Berdasarkan Perilaku Lansia Asam Urat
Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa dari 35 Dengan Pencegahan Peningkatan Asam
jumlah responden, lansia asam urat yang memiliki perilaku Urat di Poskesdes Desa Parulohan
baik sebanyak 17 orang (48,6%), cukup sebanyak 13 orang Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten
(37,1%), dan yang memiliki perilaku kurang sebanyak 5 Humbang Hasundutan Tahun 2016
orang (14,3%). No Perilaku Pencegahan Peningkatan df X2
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa mayoritas Asam Urat
pencegahan terhadap pencegahan peningkatan asam urat Baik Tidak Total
adalah baik sebanyak 27 orang (80,0%) dan minoritas baik
pencegahan peningkatan asam urat adalah tidak baik n % n % n %
sebanyak 8 orang (20,0%). 1 Baik 16 94,1 1 5,9 17 100,0 2 7,195
2 Cukup 10 76,9 3 23,1 13 100,0
Analisa Bivariat 3 Kurang 2 40,0 3 60,0 5 100,0
Analisa bivariat adalah setelah diketahui Total 35 100,0
variabel, maka dilakukan analisa lebih lanjut berupa
analisa bivariat, data yang didapat dari kedua variabel Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 35
merupakan data kategori. responden yang memiliki perilaku baik sebanyak 17 orang
dengan mayoritas yang memiliki perilaku baik dalam
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden melakukan pencegahan peningkatan asam urat dengan baik
Berdasarkan Pengetahuan Lansia Asam sebanyak 16 responden (94,1%), dan minoritas yang
Urat Dengan Pencegahan Peningkatan melakukan pencegahan peningkatan asam urat dengan
Asam Urat di Poskesdes Desa Parulohan tidak baik sebanyak 1 responden (5,9%). Dari 13
Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten responden yang memiliki perilaku cukup, mayoritas yang
Humbang Hasundutan Tahun 2016 melakukan pencegahan peningkatan asam urat dengan
No Pengetahuan Pencegahan Peningkatan df X2 baik sebanyak 10 responden (76,9%), dan minoritas yang
Asam Urat melakukan pencegahan peningkatan asam urat dengan
Baik Tidak Total
tidak baik sebanyak 3 responden (23,1%). Dari 5
baik
responden yang memiliki perilaku kurang, mayoritas yang
n % n % n %
1 Baik 12 100,0 0 0 12 100,0 2 3,422 melakukan pencegahan peningkatan asam urat dengan
2 Cukup 16 80,0 4 20,0 20 100,0 tidak baik sebanyak 3 responden (60,0%) dan minoritas
3 Kurang 2 66,7 1 33,3 3 100,0 yang melakukan pencegahan peningkatan asam urat
Total 35 100,0 dengan baik sebanyak 2 responden (40,0%).
Dengan menggunakan uji chi-square dengan
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 35 tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan df=2 diperoleh X2
responden yang berpengetahuan baik sebanyak 12 orang hitung (7,195) > X2 tabel (5,591), maka Ho ditolak, Ha
dengan mayoritas yang melakukan pencegahan diterima berarti ada hubungan perilaku lansia terhadap
peningkatan asam urat dengan baik sebanyak 12 responden pencegahan peningkatan asam urat di Poskesdes Desa
(100%), dan minoritas yang melakukan pencegahan Parulohan Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang
peningkatan asam urat dengan tidak baik sebanyak 0 Hasundutan Tahun 2016.
responden (0%). Dari 20 responden yang berpengetahuan
cukup, mayoritas yang melakukan pencegahan PEMBAHASAN
peningkatan asam urat dengan baik sebanyak 16 responden
(80,0%), dan minoritas yang melakukan pencegahan Hubungan Pengetahuan Lansia Terhadap Pencegahan
peningkatan asam urat dengan tidak baik sebanyak 4 Peningkatan Asam Urat di Poskesdes Desa Parulohan
responden (20,0%). Dari 3 responden yang berpengetahuan Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang
kurang, mayoritas yang melakukan pencegahan Hasundutan Tahun 2016.
peningkatan asam urat dengan baik sebanyak 2 responden Dari tabel 2 diketahui bahwa dari 35 responden,
(66,7%) dan minoritas yang melakukan pencegahan presentase yang berpengetahuan cukup sebanyak 20
peningkatan asam urat dengan tidak baik sebanyak 1 responden, mayoritas yang melakukan pencegahan
responden (33,3%). peningkatan asam urat dengan baik sebanyak 16 responden

44
(80,0%), dan minoritas yang melakukan pencegahan Saran
peningkatan asam urat dengan tidak baik sebanyak 4 Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
responden (20,0%). Berdasarkan uji chi-square, tidak ada memberikan beberapa saran sebagai berikut :
hubungan pengetahuan lansia terhadap pencegahan 1. Diharapkan bagi lansia penderita asam urat untuk
peningkatan asam urat di Poskesdes Desa Parulohan lebih meningkatkan pengetahuan dan perilakunya
Kecamatan Lintongnihuta. tentang pencegahan peningkatan asam urat.
Menurut asumsi peneliti pada penelitian ini 2. Diharapkan bagi lansia supaya rutin memeriksakan
diketahui bahwa tingkat pengetahuan seseorang itu dapat kadar asam urat ke petugas kesehatan, Serta
dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga pengetahuan mengurangi mengkonsumsi makanan yang
seseorang itu berbeda- beda. Dalam penelitian ini mengandung tinggi protein.
Pengetahuan responden tidak ada hubungannya terhadap 3. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya meneliti
pencegahan peningkatan asam urat. Buktinya kurangnya hubungan lansia penderita asam urat terhadap
kesadaran dalam menjaga kesehatan. Pengetahuan pencegahan peningkatan asam urat dengan faktor
responden perlu ditingkatkan dengan mengikuti segala gaya hidup diluar dari pengetahuan dan perilaku.
penyuluhan atau instruksi dari tim kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hubungan Perilaku Lansia Terhadap Pencegahan
Peningkatan Asam Urat di Poskesdes Desa Parulohan Aminah, N, 2013. Rematik dan Asam Urat. PT. Bhuana
Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Ilmu Populer: ndry, dkk, 2009. Analisis Faktor-
Hasundutan Tahun 2016. factor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat pada
Dari tabel 3 diketahui bahwa dari 35 responden, Pekerja Kantordi Kabupaten Brubes, Jurnal
presentase yang memiliki perilaku baik sebanyak 17 Keperawatan Soediman
responden dengan mayoritas yang memiliki perilaku baik Arikunto, Prof. Dr. Suharimi. 2010. Prosedur Penelitian
dalam melakukan pencegahan peningkatan asam urat (Suatu Pendekatan Praktik). Edisi Previsi. Jakarta:
dengan baik sebanyak 16 responden (94,1%), dan PT. Rineka Cipta
minoritas yang melakukan pencegahan peningkatan asam Damayanti. 2012. Mencegah dan Mengobati Asam Urat.
urat dengan tidak baik sebanyak 1 responden (5,9%). Jogyakarta: Araska
Berdasarkan uji chi-square, ada hubungan perilaku lansia Depkes, RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia.
terhadap pencegahan peningkatan asam urat di Poskesdes Departemen Republik Indonesia: Jakarta
Desa Parulohan Kecamatan Lintongnihuta kabupaten Eni Kurniawati, dkk. 2014. Pengaruh Penyuluhan
Humbang Hasundutan Tahun 2016. Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Klien
Menurut asumsi peneliti bahwa perilaku Gout Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur
seseorang dalam melakukan sesuatu memiliki nilai Kabupaten Sangihe
tersendiri baik untuk dirinya maupun orang lain. Dimana Heri Irwan Tedy Kanis, dkk. 2010. Hubungan Tingkat
perilaku dapat mempengaruhi aspek kehidupan seseorang. Pengetahuan Masyarakat Tentang Asam Urat
Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi Dengan Perilaku Pencegahan Asam Urat di Dusun
pencegahan peningkatan asam urat adalah perilaku, oleh Janti, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
sebab itu dengan perilaku yang baik, maka perilaku Hidayat, A, 2008. Metode Keperawatan, dan Tehnik
responden terhadap pencegahan peningkatan asam urat Analisa Data. Surabaya: Salemba Medika
juga baik. Dari hasil penelitian menunjukkan ada Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi
hubungan perilaku terhadap pencegahan peningkatan asam keempat. Jakarta: EGC
urat. Mutoharoh. (2013). Perbedaan Tingkat Nyeri Sendi Lutut
Pada Penderita Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Kesimpulan Terapi Kompres Air Dingin Di Desa Lelayan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Kecamatan Unggaran Timur Kabupaten.
Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Lansia Terhadap http://xa.yimg.com/kq/groups/40920657/1093964501/nam
Pencegahan Peningkatan Asam Urat di Poskesdes Desa e/GOUT. Diakses tanggal 10 Desember 2014
Parulohan Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku
Hasundutan tahun 2016 dengan jumlah responden 35 Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
orang, peneliti dapat mengambil keKesimpulan sebagai Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
berikut: Jakarta: PT. Rineka Cipta
1. Tidak ada hubungan pengetahuan lansia terhadap Petri, K, (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Arthritis
pencegahan peningkatan asam urat di Poskesdes Gout Terhadap Perilaku Pencegahan Arthritis
Desa Parulohan Kecamatan Lintongnihuta Gout Pada Lansia di Posyandu Kedungtangkil
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016. Karangsari Pengasih Kulon Progo Yogyakarta.
2. Ada hubungan perilaku lansia terhadap http://sim.stikesaisyiyah.ac.id/simptt-
pencegahan peningkatan asam urat di Poskesdes pencarianpustaka/datapustaka.zul?kdpustaka=9278
Desa Parulohan Kecamatan Lintongnihuta &kddetailpustaka=98640501541. Diakses tanggal
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016. 10 Desember 2014

45
Pipit, F, 2010. Hubungan Antara Pola Makan dengan http://ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.php/gizido/artic
Kadar Asam Urat DarahPada Wanita Post le/download/21/69. Diakses tanggal 13 Desember
Menopause Di Posdyandu Lansia Wilayah Kerja 2014
Puskesmas dr. Soetomo Surabaya, Jurnal Smeltzer, Dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Keperawatan. Jakarta: EGC
Ranti, I, 2012. Pengaruh Pemberian Buku Saku Gout Sutanto, I, 2013. Asam Urat. PT. Bintang Pustaka:
Arthritis Terhadap Pengetahuan Sikap Dan Yogyakarta
Perilaku Pasien Gout Arthritis Rawat Jalan Di
RSUP. Prof. Dr. R. Kandow.

46
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU
KARYAWAN KILANG PAPAN DALAM PENGGUNAAN ALAT
PELINDUNG DIRI DI PT HIDUP BARU KOTA BINJAI
TAHUN 2014

Netty Jojor Aritonang1, Sitti Raha Agoes Salim2, Makmur Sinaga2


1
Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Medan
2
Staf Pengajar FKM USU

Abstract

Occupational health and safety is an attempt to guarantee safety and improve the health standard of workers
by preventing them from accidence and illness caused by job, controlling danger in the job sites, and
promoting health, medication, and rehabilitation. The use of personal protection equitment (PPE) is one of
the efforts to decrease the incidence of health danger and job accidence. The objective of the research is to
analyze some factors which influenced the behavior of lumber mill workers in using personal protection
equitment at PT Hidup Baru, Binjai, in May, 2014. Cross sectional design was used to analyze some factors
which influenced the behavior of lumber mill workers in using personal protection equitmentat PT Hidup
Baru. The population was all 43 lumber mill workers. The data were analyzed by using chi square test and
multiple logistic regression tests. The result of the research showed that there was the influence of the
workers’ knowledge (p = 0.038) and attitude (p = 0.026) at PT Hidup Baru, Binjai, on the use of personal
protection equitment. The variable of attitude had the most dominant influence on the use of PPE at Odds
Ratio (OR) of 7,405 which indicated that the workers who had positive attitude had the opportunity to use
personal protection equitment 9.7,405 times than those who had negativeattitude. It is recommended
that the management of the lumber mill, PT. Hidup Baru, Binjai, should improve the workers’ knowledge of
the risk and provide facility of training about job health and safety for them and the workers improve their
knowledge, attitude, and behavior about their job safety in their job.

Keywords : PPE, Knowledge, Attitude, Workers

PENDAHULUAN kesejahteraan sosial, dimana ada pencegahan risiko


mengalami kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kondisi
Pertumbuhan dan perkembangan industri yang pekerjaan, ada perlindungan pekerja dari resiko yang dapat
begitu pesat telah mendorong makin meningkatnya merugikan kesehatan menempatkan dan memelihara
penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan bahan kimia pekerja dalam lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
dalam proses produksi dengan disertai tehnik dan tehnologi peralatan fisiologis yang tidak membahayakan nyawa
dari berbagai tingkatan di segenap sektor. Kemajuan ilmu (Suma’mur, 2009). Secara implisit kesehatan kerja
dan tehnologi tersebut di satu pihak akan memberikan mencangkup sebagai alat mencapai derajat kesehatan
kemudahan dan meningkatkan produktivitas tetapi dilain tenaga kerja setinggi-tingginya, yang terdiri dari pekerja
pihak cenderung akan menimbulkan risiko kecelakaan informal dan formal, dan sebagai alat untuk meningkatkan
apabila tidak dibarengi dengan peningkatan produksi yang berlandaskan kepada meningkatnya
pengetahuan,dan ketrampilan pekerja. Kecelakaan dan efisiensi dan produktivitas.
sakit ditempat kerja, membunuh dan memakan lebih Melalui upaya kesehatan kerja akan terwujud
banyak korban jika dibandingkan dengan perang tenaga kerja yang sehat dan produktif hingga mampu
dunia(Suardi,R, 2007). Oleh karena itu saat ini ilmu meningkatkan kesejahteraan dan keluarganya serta
kesehatan kerja semakin berkembang. masyarakat yang luas. Tenaga kerja tidak saja diharapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah upaya sehat dan produktif selama masa kerjanya tetapi juga
untuk memberikan jaminan keselamatan dan sesudahnya, sehingga ia dapat menjalani masa pensiun dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara hari tuanya tanpa diganggu oleh berbagai penyakit dan
pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, maupun lingkungan kerja pada waktu masih aktif bekerja.
pengobatan dan rehabilitasi (KepMenkes-RI, 2010). Oleh karena salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
Kesehatan dan Keselamatan kerja juga merupakan promosi melalui Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
dan pemeliharaan tertinggi tingkat fisik, mental dan

47
Kondisi Keselamatan dam Kesehatan Kerja (K3) dalam tindakan penggunaan alat pelindung diri di PT
dalam lingkungan kerja di Indonesia cukup Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014.
memprihatinkan sehingga angka kecelakaan kerja yang
mengakibatkan tenaga kerja mengalami cacat dan TUJUAN PENELITIAN
meninggal dunia cukup tinggi. Berdasarkan data dari PT
Jamsostek selama Tahun 2010, petugas setiap hari Tujuan penelitian ini adalah untuk
melayani klaim asuransi kematian sebanyak 52 kasus dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kecelakaan kerja berupa jatuh dan lainnya sebanyak 400 perilaku karyawan kilang papan dalam tindakan
kasus dan jumlah itu meningkat setiap tahunnya. Hal ini penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota
disebabkan karena faktor perilaki 31.776 kasus (32,06% Binjai Tahun 2014.
dari total kasus), dan kondisiyang tidak aman 57.626 kasus
(58,15%) dari total kasus. MANFAAT PENELITIAN
PT Hidup Baru adalah industri formal yang
bergerak di bidang kilang papan. Pada olahan produksinya Memberikan masukan bagi PT Hidup Baru
memiliki potensi bahaya yaitu debu yang dihasilkan oleh Kota Binjai dalam meningkatkan perilaku pekerja
serpihan kayu yang dapat menyebabkan terganggunya dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) untuk
fungsi paru, serpihan kayu yang dapat menyebabkan mencapai derajat kesehatan pekerja setinggi-tingginya
tertusuknya tangan hingga terluka, suara mesin yang bising sehingga dapat meningkatkan kualitas produktivitas
yang lama kelamaan dapat menggangu pendegaran para kerja.
pekerja dan potensi bahaya lainnya yaitu tertimpa balok
kayu saat memindahkan kayu. METODE
Alat pelindung diri adalah suatu alat yang
mempunyai kemempuan untuk melindungi seseorang Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik
dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional.
kerja dari bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri Penelitian dilaksanakan di di PT Hidup Baru Kota
dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja Binjai Tahun 2014. Penelitian dilaksanakan mulai Mei
yang aman telah maksimun (Depnakertrans RI, 2004). 2014. Sampel penelitian adalah 43 karyawan. Data
Penggunakan alat pelindung diri sangat dipengaruhi oleh penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
motivasi pekerja. Pekerja sering merasa remeh dan Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat,
menganggap ringan potensi bahaya kerja yang ada di dan analisis bivariat(ujiChi-square).
tempat kerja. Perilaku demikian disebabkan karena
kurangnya pengetahuan, sikap para pekerja dalam menjaga HASIL
dirinya dari potensi bahaya kesehatan dan kecelakaan
kerja. 1. Karakteristik Responden
Dari survei pendahuluan yang dilakukan pada proporsi umur responden tertinggi pada
kilang papan di PT Hidup Baru. Saat ini pihak kelompok 21-40 tahun sebesar 88,4%. Sebesar 100%
manajemennya tidak menyediakan APD seperti masker, karyawan yang bekerja di kilang papan berjenis kelamin
sarung tangan, ear plug, maupun pakaian ganti dahulu laki-laki. Berdasarkan pendidikan, proporsi pendidikan
pihak manajemen menyediakan alat pelindung diri bagi yang paling banyak tamat SMA yaitu sebesar 53,5%.Pada
pekerjanya seperti masker dan sarung tangan, akan tetapi perusahaan kilang papan di bagian pabriknya sangatlah
banyak pekerja yang tidak mau menggunakan, sehingga dibutuhkan tenaga laki-laki sehingga perekrutan bagi
perusahaan tidak lagi menyediakan APD. Sebagian kecil pekerja wanita tidak ada. Para pekerja sebagian besar
pekerja sudah memakai APD, walaupun APD yang adalah tamatan SMA, hal ini disebabkan saat ini
mereka gunakan masih belum lengkap ada yang hanya perekurutan pekerja lebih banyak diutamakan tamatan
menggunakan masker saja ataupun hanya menggunakan SMA Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
sarung tangan saja dan sebagian besar dari pekerja tersebut
tidak menggunakan APD. Dari Pendahuluan di atas, Tabel 1 Distribusi Karakteristik Karyawan Kilang
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian analisa faktor- Papan di PT Hidup Baru Kota Binjai
faktor yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang No Identitas Responden n Persentase
papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup 1 Umur
Baru Kota Binjai Tahun 2014. ≤ 20 tahun 2 4,7
21-40 tahun 38 88,4
PERMASALAHAN ≥ 41 tahun 3 7,0
2 Jenis Kelamin
Penggunaan alat pelindung diri merupakan upaya Laki-laki 43 100,0
untuk mengurangi terjadinya bahaya kesehatan dan Perempuan 0 0,0
kecelakaan kerja, namun hasil observasi yang dilakukan di 3 Pendidikan
lapangan masih banyak pekerja yang tidak menggunkan SD 4 9,3
APD. Maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa SMP 16 37,2
saja yang mempengaruhi perilaku karyawan kilang papan SMA 23 53,5
Total 43 100,0

48
2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi Motivasi
dengan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Tidak ada 34 79,1% 9 20,9% 43 100,0
-
Diri Ada 0 0,0 0 0,0 0 100,0
Hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan
antara pengetahuandengan tindakan penggunaan alat 3. Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan
pelindung diridi PT Hidup Baru Kota Binjai dengan nilai Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup Baru
p=0,038. Hasil penelitian ini sesuai dengan Mulyanti Kota Binjai
(2008) tentangpenggunaan alat pelindung diri dalam Hasil analisa bivariat yang dilakukan terhadap variabel
asuhan persalinan normal di Rumah Sakit Meuraxa Banda bebas dan variabel terikat ternyata yang mempunyai
Aceh tahun 2008, dimana hasil penelitiannya menyatakan hubungan bermakna adalah variabel pengetahuan dan
variabel pengetahuan mempengaruhi perilaku terhadap sikapsecara bersama-sama dihubungkan dengan tindakan
penggunaan APD.Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa penggunaan alat pelindung diri melalui regresi ganda,
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat maka ternyata pengetahuan dan sikapyang berpengaruh
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. terhadap tindakan penggunaan alat pelindung diri
Hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan Variabel yang terpilih dalam model akhir regresi logistik
antara antara sikapdengan tindakan penggunaan alat seperti pada Tabel berikut :
pelindung diridi PT Hidup Baru Kota Binjaidengan nilai
p=0,014, dengan demikian terdapat hubungan. Menurut Tabel 3 Pengaruh Pengetahuan dan Sikap
Newcomb dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk di PT Hidup Baru Kota Binjai
bertindak. Dalam penelitian ini sikap yang baik Exponen
menunjukkan perilaku yang baik terhadap penggunaan Variabel Koefisien B (B)/ Odds p
APD saat bekerja. Sikap karyawan tersebut terwujud dari Ratio
tingkat pemahamannya tentang kegunaan APD, akibat Pengetahuan 1,991 7,323 0,038
yang ditimbulkan jika tidak menggunakan APD. Sikap 2,002 7,405 0,026
Hasil penelitian ini diperkuat oleh Ratnaningsih Constant -3,362
(2010)) di PT.X Semarang (Studi proyek pembangunan
Rumah Sakit Pendidikan) menyatakan bahwa terdapat Uji statistik regresi logistik berganda
hubungan antara sikap dengan praktik pemakaian APD. menunjukkan variabel pengetahuan menunjukkan
Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa seseorang adapengaruh terhadap tindakan penggunaan APD dengan
bertindak yang baik bukan hanya karena memiliki sikap nilai p= 0,022 <α=0,05.Hal ini dikarenakan perilaku
yang positif saja tetapi juga bisa dipengaruhi oleh faktor karyawan dipengaruhi oleh pengetahuan. Seorang
lingkungannya. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak karyawan akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan
sejalan dengan penelitian Farida (2006) yang berjudul yang dimilikinya. Selain itu pengetahuan akan
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian Alat menimbulkan kesadaran dan akhirnya menyebakan
Pelindung Diri (APD) pada juru las listrik diwilayah karyawan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
Kecamatan Tembalang Kota Semarang yang menyatakan dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini
bahwa tidak ada hubungan antara sikap responden dengan memakan waktu yang lama karena didasari oleh kesadaran
pemakaian APD. mereka sendiri bukan karena paksaan.
Hasil penelitian didapatkan tidak terdapat Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Farida
hubungan antara antara motivasidengan tindakan (2006) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan alat pelindung diridi PT Hidup Baru Kota pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada juru las listrik
Binjai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada diwilayah kecamatan Tembalang kota Semarang
motivasi dari pihak perusahaan hal ini dikarenakan tidak mengatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
ada peraturan yang ditetapkan, sehingga pihak perusahaan responden dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
kurang peduli kepada karyawan yang menggunakan atau dengan tingkat keeratan sedang
tidak menggunakan APD. Uji statistik regresi logistik berganda
menunjukkan variabel sikap menunjukkan adapengaruh
Tabel 2 Hubungan Variabel Pengetahuan. Sikap, dan terhadap tindakan penggunaan APD dengan nilai p= 0,026
Motivasi Motivasi dengan Tindakan <α=0,05.Green dan Kreuter (2005) juga menyatakan sikap
Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Hidup merupakan faktor untuk mempermudah terjadinya
Baru Kota Binjai perubahan perilaku.Faktor-faktor yang mempengaruhi
Tindakan Penggunaan pembentukan sikap menurut Azwar (2007) antara lain
APD Jumlah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
Variabel p
Tidak Ya penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga
n % n % n %
agama serta pengaruh factor emosional.
Pengetahuan
Rendah 22 91,7% 2 8,3% 24 100,0 0,022
Menurut Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa
Tinggi 12 63,2% 7 36,8% 19 100,0 pengetahuan selain diperoleh dari bangku pendidikan, juga
Sikap dapat diperoleh dari pengalaman langsung seperti
Negatif 26 89,7% 3 10,3% 29 100,0 informasi yang diterima dari pelayanan yang sering
0,014
Positif 8 57,1% 6 42,9% 14 100,0

49
dikunjungi dan pengalaman tidak langsung seperti Saran
informasi yang didapatkan dari media massa dan media 1. Disarankan kepada manajemen pabrik kilang
elektronik, hal ini dapat mempengaruhi tingkat papan, PT Hidup Baru Kota Binjaiuntuk
pengetahuan.Oleh karena itu pihak perusahaan perlu meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai
meningkatkan pengetahuan karyawan terutama pentingnya resiko pekerjaan di setiap bagian produksi,
penggunaan APD saat bekerja sehingga resiko terjadinya menjelaskan perilaku yang aman bagi pekerja,
cedera dan kecelakaan kerja dapat diminimalis atau bahkan menjelaskan cara menghadapi resiko pekerjaan di
meniadakan kecelakaan kerja dan meningkatkan setiap bagian produksi, memberikan pelatihan
pengetahuan pekerja tentang keselamatan kerja, yaitu lebih mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi
diberikan arahan atau pelatihan oleh manajemen karyawan dan menyediakan sarana dan prasarana
perusahaan agar semua pekerja memiliki pengetahuan untuk mendukung kesehatan dan keselamatan
yang cukup tentang penggunaan APD. Pelatihan dapat pekerja.
dilakuakan dengan cara simulasi yang tidak perlu terlalu 2. Diharapkan agar para pekerja meningkatkan
lambat, sehingga tidak menggangu proses produksi pengetahuan dan sikap atas keselamatan mereka
perusahaan. Selain itu perusahaan dapat melakukan disaat bekerja, dan berperilaku aman.
berbagai cara dalam mengingatkan kembali para 3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk
karyawannya dengan cara menempelkan poster-poster melakukan penelitian lebih lanjut untuk
ataupun arahan-arahan mengenai penggunaan APD. mengetahui faktor lain yang diduga berpengaruh
Sikap mempunyai segi motivasi berarti segi terhadap penggunaan APD
dinamis menuju suatu tujuan berusaha mencapai suatu
tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan, tetapi DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan yang disertai kesediaan kecenderungan
bertindak sesuai dengan pengetahuan itu. Sikap juga akan Depnakertrans RI. 2004. Pengawasan K3 Lingkungan
diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan berdasarkan pada Kerja. Jakarta: Ditjen Pembinaan Pengawasan
banyak atau sedikitnya pengalaman yang dimiliki oleh Ketenagakerjaan
seseorang. Sikap juga di pengaruhi oleh nilai-nilai yang Farida, A, M. 2006. Faktor-faktor yagberhubungan dengan
menjadi pegangan setiap orang dalam bermasyarakat. pemakaian AlatPelindung Diri (APD) pada
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap ditentukan jurulaslistrik di wilayah Kecamatan
oleh beberapa faktor salah satunya adalah pengetahuan. TembalangKota Semarang. Semarang: Skripsi
Sikap negatif yang ditampilakan oleh karyawan bukan FKM UNDIP
hanya dipengaruhi oleh pengetahuan karyawan, tetapi juga Green, L. W. dan Kreuter, M. W. 2005. Health Program
faktor lain. Kebiasaan menganggap remeh dan merasa Planning: An Educational and Ecological
bahwa pemakaian APD tidak begitu penting tidak begitu Approach. Fourth edition. New York: MC Graw-
penting justru memberikan efek buruk bagi keselamatan Hil
kerja karyawan. Pembentukan sikap dapat dilakukan Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis
secara berlahan dan dapat memberikan hasil saat dilakukan Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta:
dengan disiplin. Kementrian Kesehatan
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kesimpulan Prinsip-Prinsip Dasar Jakarta: PT Rineka Cipta
1. Ada pengaruh pengetahuan karyawan (p = 0,038) Suardi, Rudi .2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan
terhadap tindakan penggunaan Alat Pelindung diri Kesehatan Kerja, seri
di PT Hidup Baru Kota Binjai. Manajemen Operasi No.11, PMM, Jakarta Pusat
2. Ada pengaruh Sikap karyawan (p = 0,026) Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan
terhadap tindakan penggunaan Alat Pelindung diri Kerja (Hiperkes). Jakarta : Sagung Seto.
di PT Hidup Baru Kota Binjai.
3. Tidak ada pengaruh motivasi terhadap tindakan
penggunaan Alat Pelindung diri di PT Hidup Baru
Kota Binjai.
4. Sikap merupakan pengaruh yang paling dominan
terhadap tindakan APD yaitu karyawan yang
memiliki sikap positif mempunyai peluang untuk
menggunakan APD 7 kali lebih besar
dibandingkan dengan karyawan yang sikapnya
negatif.

50
HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN
PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

Suriani Ginting
Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan

Abstrak

Caring adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dengan praktik aktivitas manusia itu sendiri, karena caring
memiliki sifat yang holistik yang terarah pada iman, harap dan kasih. Teori Jean Watson yang telah
diaplikasikan dalam keperawatan yaitu Human Science and Human Care, yang menjadi menjadi prinsip
utama dalam teori ini adalah care dan cinta yang merupakan energi utama dan universal yang menjadi syarat
hidup utama pada manusia. Kepuasan klien menjadi prioritas utama dalam lingkungan yang penuh
ketegangan atau kesibukan seperti unit rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
perilaku caring perawat terhadap kepuasan pasien di ruangan penyakit dalam. Desain penelitian cross
sectional, sampel penelitian sebanyak 40 orang, pengambilan sampel purpose sampling, menggunakan
kriteria inklusi dalam penentuan sampel. Dari hasil penelitian ini didapatkan 38 (95,2%) orang pasien
mengatakan perilaku caring perawat baik dan 2 (4,7%) orang pasien mengatakan perilaku caring perawat
kurang baik. Untuk nilai kepuasan 38 (95,2%) orang pasien mengatakan baik dan 2 (4,7%) orang
mengatakan kurang baik. Hasil uji chi-square P=0,000 yang berarti p< 0,05, disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara perilaku caring perawat terhadap kepuasan pasien. Dalam hal ini caring merupakan kunci
utama dalam keperawatan sehingga caring harus selalu ditingkatkan dalam pelayanan keperawatan bagi
setiap perawat dengan mengadakan pembinaan seminar maupun pelatihan-pelatihan di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan terhadap perawat dan diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian ini
dirumah sakit yang berbeda.

Kata kunci : perilaku caring perawat, kepuasan pasien

PENDAHULUAN sekitar, baik fisik maupun nonfisik seperti: iklim, manusia,


sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya (Retno,
Pelayanan kesehatan merupakan suatu organisasi 2010).
yang sangat kompleks, karena bergerak dalam pelayanan Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas
jasa yang melibatkan berbagai kelompok profesi dengan pelayanan rumah sakit, klien, dan profesional kesehatan
berbagai Pendahuluan pendidikan dan kehidupannya. lain. Perawat yang berkomunikasi secara efektif lebih
Kelompok keperawatan merupakan salah satu komponen mampu membina hubungan antara diri mereka sendiri dan
profesi yang dianggap sebagai kunci dari keberhasilan orang lain, termasuk klien dan keluarga serta komponen
asuhan kesehatan di rumah sakit. Hal ini terjadi karena masyarakat lainnya. Untuk perilaku caring perawat sangat
perawat harus selalu berada di samping pasien, sentuhan diperlukan dalam membina hubungan agar tercipta
asuhan keperawatan telah di rasakan pasien sejak dia hubungan yang baik antara perawat, klien, dan keluarga
masuk ke rumah sakit, selama dirawat dan pada waktu (Yuni, 2009).
pulang (Sumijatun, 2010). Caring adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dan
Keperawatan mempunyai pengetahuan tersendiri pada saat yang sama mengindikasikan bahwa beberapa
yaitu teoritis dan praktis. elemen, dan fase dari sebuah aktivitas praktik dilakukan dalam proses caring di
konsep keperawatan. Tujuan pengetahuan teoritis lingkungan keperawatan. Sudut pandang ini diperluas oleh
merangsang pemikiran, kreasi dan praktik disiplin Grifin (1980, 1983) dalam kutipan Morrison & Burnard
keperawatan, sedangkan pengetahuan praktis merupakan (2009) yang membagi konsep caring ke dalam dua domain
dasar pengalaman perawat dalam memberikan pelayanan utama. Salah satu konsep caring ini berkenaan dengan
kepada klien (Potter & Perry, 2009). sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring yang
Perilaku caring dipengaruhi oleh berbagai faktor lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal melaksanakan fungsi keperawatannya (Morrison &
yaitu pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi dan Burnard, 2009).
sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan Periaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli,
dari luar sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan hormat dan menghargai orang lain, artinya memberikan

51
perhatian yang lebih kepada sesorang dan bagaimana ini yaitu sebanyak 40 orang yang diambil dari data yang
seseorang bertindak. Perilaku caring merupakan perpaduan sesuai dengan kriteria inklusi yaitu St. Melania 85 orang,
perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat St. Ignasius 48 orang, St. Pia 38 orang, St. Yosef 35 orang,
kesehatan dalam membantu klien yang sakit. Perilaku St. Fransiskus 92 orang, St. Laura 38 orang, dan St. Pauline
caring sangat penting dalam pelayanan keperawatan karena 32 orang dengan jumlah populasi secara keseluruhan yaitu
akan memberikan kepuasan pada klien dalam perawatan 368 orang.
akan lebih memahami konsep caring, khususnya perilaku
caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan keperawatan HASIL
(Kozier, 2010).
Tidak semua klien sama, setiap individu Kepuasan pasien rawat inap dinilai berdasarkan
mempunyai Pendahuluan pengalaman, nilai-nilai, dan jawaban responden dalam menjawab kuisioner yang telah
kultur dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Caring dibagikan.
bersifat khusus bergantung pada hubungan perawat-klien. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki perawat, Berdasarkan Data Demografi Pasien
mereka biasanya akan mempelajari bahwa caring tehadap perilaku caring perawat dan
membantu mereka untuk fokus pada klien yang mereka Kepuasan Pasien
layani. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk n = 40
mengenali masalah klien dan mencari serta melaksanakan Kategori Jenis Kelamin F %
solusinya (Perry & Potter, 2009). Laki-laki 23 57.5
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Perempuan 17 42.5
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan di ruangan penyakit Total 40 100%
dalam, dari 10 responden yang diwawancarai, 5 pasien Kategori Jenis Kelamin F %
mengatakan puas terhadap pelayanan rumah sakit dan Tidak sekolah 0 0
perawat, mereka mengatakan perawatnya sangat ramah SD 1 2.5
dan selalu ada apabila pasien membutuhkan. Tetapi 5 SMP 13 32.5
pasien mengatakan kurang puas terhadap pelayanannya SMA 18 45.0
terutama perawat yang terkadang kurang ramah, terkadang PT 8 20.0
muka tampak cemberut ketika melakukan suatu tindakan Total 40 100%
keperawatan. Dan berdasarkan hasil praktek klinik yang
pernah peneliti lakukan di salah satu ruangan penyakit Berdasarkan tabel 1 di atas didapatkan bahwa
dalam Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan bahwa ada jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki dengan 53
pasien yang mengatakan bahwa perawat kurang care dan (57,5%), untuk jenis pendidikan responden mayoritas
kurang ramah pada saat melakukan tindakan keperawatan. berpendidikan SMA sekitar 18 (45%)
Berdasarkan hasil data rekam medis Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan tahun 2016 didapatkan jumlah Tabel 2. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan
pasien yang dirawat diruangan penyakit dalam yaitu Perilaku Caring Perawat Yang di Berikan
sebesar 6547 pasien yang mencakup ruangan St. Melania, Kepada Pasien
St. Ignasius, St. Pia, St. Yosef, St. Fransiskus, St. Laura, St. n=40
Pauline. Berdasarkan data tersebut maka sekitar 35,73% Perilaku Caring Perawat F %
pasien mengatakan puas terhadap pelayanan yang Baik 38 95.2
dilakukan oleh perawat dan sekitar 29,73% pasien kurang Kurang baik 2 4.7
puas terhadap pelayanan yang dilakukan oleh perawat.
Total 40 100%
METODE
Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh data bahwa
95,2% perilaku caring perawat sudah baik dan sekitar 4,7%
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian
dikatakan kurang baik.
yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun
peneliti untuk dapat memperoleh jawaban peneliti. Dalam
Tabel 3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan
pengertian yang lebih luas desain penelitian mencakup
Kepuasan Pasien Rawat Inap di rumah
pelbagai hal yang dilakukan peneliti, mulai dari identifikasi
Sakit Santa Elisabeth Tahun 2013
masalah, rumusan hipotesis, operasionalisasi hipotesis, cara
n=40
pengumpulan data. Desain penelitian yang digunakan
Kepuasan Pasien F %
adalah analitik dengan menggunakan desain cross
sectional. Baik 38 95.2
Kurang baik 2 4.7
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang
rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Total 40 100%
terkhusus di ruangan penyakit dalam, sampel adalah pasien
yang rawat inap kurang lebih tiga hari yang sudah dirawat Berdasarkan tabel 3 di atas diperoleh data bahwa
terkhusus diruangan penyakit dalam di Rumah Sakit Santa 38 orang (95,2%) kepuasan pasien yang baik dan kepuasan
Elisabeth Medan. Adapun jumlah sampel dalam penelitian pasien yang kurang baik sekitar 2 orang (4,7%).

52
Tabel 4 Tabulasi Hubungan Perilaku Caring Perawat Perilaku perawat yang caring membuat pasien
Terhadap Kepuasan Pasien di ruangan merasa dihargai, sehingga hal tersebut memberi kepuasan
penyakit dalam Rumah Sakit Santa Elisabeth yang sesuai dengan harapan pasien, dimana hasil penelitian
Medan tahun 2016 menunjukkan bahwa hasil analisa data memperlihatkan
n=40 94,3% perilaku caring perawat baik sehingga pasien
Kepuasan Pasien memiliki harapan yang tinggi terhadap caring dan sekitar
Perilaku Tidak Total 78,6% pasien merasa puas terhadap perilaku caring
Baik perawat (Novayanti Tanjung, 2012).
caring perawat Baik
F % F % F % Responden mengatakan perilaku caring yang
Perilaku caring dilakukan tidak baik karena sebagian besar perawatnya
Baik 38 95.2 0 0 38 100 angkuh saat melakukan tindakan keperawatan, jarang
Kurang baik 0 0 2 4.7 2 100 untuk memperkenalkan diri kepada pasien, dan sebagian
perawat bersikap ceroboh dalam melakukan tindakan
Berdasarkan tabel 4 diperoleh hasil bahwa perilaku keperawatan kepada pasien. Perilaku caring tidak hanya
caringnya baik dan kepuasan pasien yang baik sebanyak 38 dipengaruhi oleh kualitas pribadi dan sikap tetapi juga
orang (95,2%), perawat perilaku caringnya dan kepuasan dapat dipengaruhi dari gaya kerja perawat, pendekatan
pasien kurang baik sebanyak 2 orang (4,7%). interpersonal, tingkat motivasi, perhatian terhadap orang
lain dan penggunaan waktu.
PEMBAHASAN Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti
bahwa perilaku caring yang dilakukan oleh seseorang itu
1. Perilaku caring perawat sangat dipengaruhi oleh sikap, keramahan dan kedekatan
Hasil penelitian yang didapat diketahui distribusi kepeda seseorang, sehingga apabila seseorang telah
proporsi caring perawat di ruangan penyakit dalam Rumah melakukan perilaku tersebut maka caring akan tercapai
Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2016, perawat yang dengan sebaik-baiknya.
memiliki perilaku caring yang baik sebesar 95,2%, perawat
yang perilaku caring tidak baik sebesar 4,7%. 2. Kepuasan pasien yang rawat inap di ruangan
Jean Watson mengemukakan praktek caring penyakit dalam rumah sakit Santa Elisabeth
merupakan pusat/inti dari perawatan. Prinsip utama yang Medan
mendasari nilai keperawatan ini adalah care dan cinta yang Hasil penelitian yang didapat, diketahui distribusi
merupakan energi utama dan universal yang menjadi proporsi kepuasan pasien yang rawat inap di ruangan
syarat hidup pada manusia. Caring juga tidak dapat penyakit dalam yang dikategorikan baik adalah sekitar
terpisahkan terhadap praktik hidup manusia karena caring 95,2% sedangkan kepuasan pasien yang tidak baik adalah
memiliki suatu sifat yang holistik yaitu iman, harap dan 4,7%. Menurut asumsi Burnard dan Suddarth,
kasih. Caring dapat di dilihat dari setiap perilaku seseorang menunjukkan bahwa pasien yang merasa puas lebih
yang sedang melakukan tugasnya misalkan kelengkapan cenderung lebih mematuhi regimen medis dan perawat
seragam (uniform), ketamakan dalam melakukan tindakan memainkan peran penting dalam menyampaikan dan
dalam pemberian asuhan keperawatan. menguatkan instruksi serta menjadi agen promosi
Morrison dan Burnard (2002) mendefenisikan kesehatan.
Caring sebagai sesuatu yang tidak dapat terpisahkan antara Pasien yang merasa puas dengan asuhan profesional
praktik dalam aktivitas manusia itu sendiri. Dimana teori lebih cenderung menggunakan pelayanan di waktu
ini memiliki dua konsep domain yang utama yaitu sikap mendatang sehingga asuhan psikologis yang baik dapat
dan emosi. Sementara konsep caring yang lain terfokus membuat perbedaan yang signifikan pada konsumen.
pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan Fokus lain dalam literatur adalah konsep ketidak berdayaan
fungsi keperawatannya dari reaksi. yang dipelajari dalam rumah sakit. Penelitian mengenai
Sikap merupakan pandangan atau perasaan yang pengalaman pasien selama di rawat di rumah sakit
disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan khususnya diruangan penyakit dalam menguatkan
sikap yang ada, jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu pendapat bahwa rasa ketidakberdayaan yang dipelajari
hal yang mempunyai bermacam-macam komponen antara menggabarkan keadaan psikologis yang sangat baik, ini
lain bagian evaluasi atau perasaan terhadap objek, merupakan asumsi salah yang dimiliki pasien.
keyakinan dan behavioural (perilaku). Sikap tersebut dapat Hasil penelitian Wike Diah (2009) mengatakan
bersifat positif maupun negatif. Dalam sikap positif bahwa kepuasan bagi pasien adalah jika perawat banyak
kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, senyum, ramah, terampil, dan cepat dalam penanganan,
dan mengharapkan objek tertentu sedangkan sikap yeng sehingga pasien nyaman dan tenang. Dalam penelitiannya,
bersifat negatif memiliki kecendrungan untuk menjauhi, pasien tidak berani berkomentar banyak mengenai
menghindari, membenci dan tidak menyukai objek ketidakpuasan yang dialaminya. Kualitas pelayanan
tertentu. kesehatan sebenarnya menunjukkan kepada penampilan
Begitu juga halnya dengan perawat, sikap sangat (fermormance), dari pelayanan kesehatan. Secara umum
mempengaruhi respon yang diterima oleh pasien yang disebutkan bahwa semakin sempurna penampilan
dalam arti perawat menyesuaikan sikapnya kepada pasien pelayanan kesehatan, maka semakin sempurna pula
sehingga pasien dapat berespon terhadap sikap yang kualitasnya.
diekspresikan oleh seorang perawat.

53
Penelitian ini dilakukan dengan membagikan hendaknyabperawat menempatkan caring sebagai pusat
kuesioner terhadap pasien yang dirawat diruangan penyakit perhatian yang sangat mendasar dalam praktek
dalam bahwa pasien sudah merasa puas terhadap keperawatan. Perilaku caring perawat juga berdampak
pelayanan yang diberikan oleh perawat maupun rumah pada peningkatan rasa percaya diri perawat, walaupun
sakit, akan tetapi sebagian kecil pasien merasa tidak puas kenyataan yang dihadapi hingga saat ini perawat masih
akan pelayanan perawat dan pelayanan rumah sakit yang melaksanakan tugas yang berorientasi pada proses
diberikan kepada pasien terutama dalam perawat yang penyakit dan tindakan medik.
tidak menanyakan kecukupan dan rasa makanan pasien
setiap hari, kelengkapan dan peralatan yang tersedia KESIMPULAN
tampak tidak bersih dan rapi dan tidak tersedianya
kecukupan kursi untuk keluarga. 1. Perilaku caring perawat di Rumah Sakit Santa
Seseorang merasa puas apabila perawat telah Elisabeth Medan tahun 2016 ditemukan 95,2%
melakukan tugasnya dengan baik, terutama dalam baik.
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Apabila 2. Kepuasaan pasien di ruangan penyakit dalam
perilaku tersebut sudah tercapai maka seseorang akan rumah sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2016
merasa puas. sudah baik atau pasien sudah merasa cukup puas
terhadap tindakan yang telah diberikan bahwa
3. Hubungan perilaku caring perawat terhadap sebagian besar responden mengatakan sudah
kepuasan pasien di ruangan penyakit dalam rumah merasa puas akan pelayanan yang telah diberikan
sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2016 oleh perawat maupun rumah sakit. Kepuasan
Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil bahwa diperoleh sangat berpengaruh terhadap tindakan atau
hasil bahwa perilaku caringnya baik dan kepuasan pasien perilaku yang diberikan kepada seseorang
yang baik sebanyak 38 orang (95,2%), perawat perilaku khususnya dalam bidang keperawatan.
caringnya dan kepuasan pasien kurang baik sebanyak 2 3. Adanya hubungan yang signifikan antara perilaku
orang(4,7%). caring perawat dengan kepuasan pasien, dimana
Hasil uji SPSS 14 didapat data pada Tabel crosstab diperoleh nilai alpha yaitu 0,03 dimana angka
ada dua cell yang expected count kurang dari 0,05, maka tersebut menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima.
didapatkan p = 0,000 sehingga p < 0,05 dimana nilai alpha
yaitu 0,03. Angka tersebut menunjukkan Ho ditolak dan SARAN
Ha diterima sehingga terdapat hubungan yang signifikan
antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien. 1. Bagi instansi rumah sakit
Maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif Kepada pihak rumah sakit agar lebih menekankan
antara perilaku caring perawat terhadap kepuasan pasien di dalam pemberian informasi mengenai perilaku caring
ruangan penyakit dalam rumah sakit Santa Elisabeth khususnya kepada perawat dalam pemberian asuhan
Medan tahun 2016. Terdapat hubungan yang positif antara keperawatan misalnya dalam mengadakan seminar
perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien, yaitu ataupun pelatihan kepada perawat.
perilaku caring perawat baik dan kepuasan pasien sudah 2. Bagi perawat
baik atau puas. Kepada perawat agar lebih meningkatkan skillnya
Hipotesis menunjukkan perilaku caring perawat misalkan perawat mengikuti suatu pelatihan atau
berhubungan dengan kepuasan pasien di ruangan penyakit seminar mengenai caring, apabila perilaku caring
dalam rumah sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2016. perawat kurang terhadap pasien terutama dalam
Perilaku caring perawat yang baik akan pemberian asuhan keperawatan maka kepuasan
menunjukkan kepuasan yang tinggi terhadap pelanggan. pasien belum tercapai secara optimal.
Dimana kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh 3. Bagi peneliti
pengalaman, kemampuan dalam berkomunikasi, peka Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan
terhadap kesulitan orang lain,memiliki rasa percaya diri, wawasan peneliti tentang hubungan perilaku caring
ketanggapan dalam melaksanakan tindakan keperawatan perawat terhadap kepuasan pasien diruangan
dan adanya sikap yang ramah dan tidak sombong kepada penyakit dalam Rumah Sakit Santa Elisabeth
pasien selama memberikan asuhan keperawatan. Perilaku Medan tahun 2016. Peneliti mengharapkan kepada
caring yang tidak baik dan menurunnya angka kepuasan peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian
pasien dipengaruhi oleh perawat yang bekerja dengan tidak ini dirumah sakit lain.
sungguh-sungguh dan tidak menyadari akan profesinya
sendiri dan tidak bertanggung jawab akan tindakannya dan DAFTAR PUSTAKA
kurang tepat dalam melakukan setiap tindakan
keperawatannya. Kozier. (2010). Fundamental Keperawatan Konsep,
Perawat merupakan sumber daya terbanyak di Proses, dan praktik, edisi.7 vol. 1. Jakarta: EGC
rumah sakit, diharapkan mempunyai pengetahuan dan Morisson & Burnard, 2008. Caring & Communicating.
keterampilan untuk membantu pasien mengembalikan dan Jakarta: EGC
mencapai keseimbangan dirinya. Perilaku caring perawat Potter & Perry, 2009. Fundamental Keperawatan, buku 1
sangat dibutuhkan dalam memberi asuhan keperawatan, edisi 7. Jakarta. Salemba Medika

54
Retno. 2010. Tingkat Steres Kerja Dan Perilaku Caring Yuni.dkk. 2009. Perilaku Caring Perawat Meningkatkan
Perawat. Journal Ners. Volume 5 (2). 165-171 Kepuasan Ibu Pasien. Journal Ners.Volume 4
Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan (2)146-145.
Profesional. Jakarta: Trans Info Media
(TIM).
Wike Diah. 2009. Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap
Pelayanan Perawat di RSUD Tugu Rejo
Semarang. eprints. undip.ac.Indonesia / 23824 /
1/ WIKE_DIAH_ANJARYANI.pdf

55
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA
DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA
TAHUN 2016

Wiwik Dwi Arianti


Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan

Abstrak

Pernikahan usia muda merupakan pernikahan yang terjadi dimana salah satu pasangan berusia kurang dari
18 tahun atau remaja, atau sedang mengikuti pendidikan sekolah menengah atas. Faktor – faktor yang
mempengaruhi pernikahan usia muda adalah Pendahuluan pendidikan orangtua, status ekonomi orangtua,
tanggungjawab orangtua, serta pengaruh lingkungan masyarakat. Tujuan umum dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda di Desa Saribudolok Kecamatan
Silimakuta Tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan desain Cross Sectional,
teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik total sampel, dimana semua populasi dijadikan
sampel. Data dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden sebanyak 38 orang. Dari
hasil penelitian diperoleh berdasarkan Pendahuluan pendidikan orangtua responden mayoritas SD sebanyak
16 orang (42%). Status ekonomi orangtua yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah pada Keluarga
Sejahtera Tahap I yaitu sebanyak 21 orang (55%). Berdasarkan tanggungjawab orangtua, mayoritas
responden mendapatkan tanggungjawab kurang dari orangtua, yaitu sebanyak 16 orang (42%), sedangkan
berdasarkan pengaruh lingkungan masyarakat mayoritas responden menikah karena MBA (married by
accident), yaitu sebanyak 24 orang (63%). Mengingat banyaknya dampak dari pernikahan usia muda, maka
peran profesional pihak promosi kesehatan sangat dibutuhkan dalam memberikan pendidikan kesehatan
kepada para remaja yang beresiko menikah di usia muda.

Kata kunci : Faktor yang mempengaruhi : pernikahan muda

PENDAHULUAN tetapi di Jerman dan Polandia hanya 3-4% yang menikah


di usia muda.
Pernikahan di usia muda pada era sekarang ini Pernikahan di usia muda sudah berkurang
masih sering terjadi. Mayoritas perempuan muda di dibandingkan generasi yang lalu, walau terdapat perbedaan
sebagian wilayah dunia, menikah pada usia belasan tahun. di dalam daerah, misalnya di Afrika Sub Sahara, proporsi
Jumlah wanita muda yang menikah di usia muda, seperti di wanita yang menikah sebelum 18 tahun sudah hampir 39%
Negara Amerika Latin dan Karabia sekitar 50%-75%. Di dari 40-44 tahun dibanding usia 20-24 tahun. Di Pantai
Negara-negara maju mencapai 75% atau bahkan lebih, dan Gading (49% dibanding 44%), tetapi di Kenya telah
berbagai Negara di Afrika Sub Sahara ada 9 dari 10 wanita menurun dengan tajam (47% dibanding 28%), penurunan
yang menikah di usia muda. hebat juga terjadi di wilayah Asia, sedangkan di Amerika
Di Negara Afrika Sub Sahara paling sedikit 50% latin dan Karabia tingkat pernikahan di usia muda boleh
perempuan muda mulai hidup bersama sebelum usia 18 dikatakan tidak stabil.
tahun, ini terjadi melalui pernikahan formal secara agama Di Indonesia jumlah pasangan yang menikah di usia
atau hukum atau keputusan bersama, yang menuju muda sekitar 45%, dan tidak sedikit dari mereka yang
pernikahan. Tetapi di beberapa Negara di wilayah itu, hal menikah di bawah umur 17 tahun. Berdasarkan catatan
demikian hanya dilakukan oleh satu dari tujuh wanita kantor Pengadilan Agama, di Malang angka pernikahan di
muda. Di Amerika Latin dan Karabia terdapat 20-40% bawah usia 15 tahun meningkat 50% dibanding 2010,
wanita yang menikah di usia muda. Di Afrika Utara dan hingga September 2011 tercatat 10 pernikahan di usia
Timur Tengah, jumlah wanita muda yang menikah di usia pengantin perempuannya yang masih anak-anak.
muda sekitar 30%. Tingginya angka pernikahan di usia muda disebabkan oleh
Di Asia kemungkinan pernikahan muda berbeda beberapa faktor diantaranya lingkungan, status ekonomi,
sekali. Sekitar 73% perempuan di Bangladesh memasuki dan orangtua. Begitu juga yang terjadi di Kabupaten Nias,
kehidupan bersama sebelum usia 18 tahun, Srilangka 14%, berdasarkan hasil penelitian PKPA tahun 2008, angka
dan sekitar 5% di Cina. Di Negara Perancis, Inggris, dan pernikahan antara 13-18 tahun 9,4% dari 218 responden
Amerika sekitar 10-11% yang menikah di usia muda, perempuan yang telah menikah dan akan menikah. Angka

56
pernikahan di usia muda bagi anak perempuan 3 kali lebih METODE
besar dibanding anak laki-laki (Arini, 2009).
Beberapa daerah Indonesia berdasarkan laporan Jenis penilitian yang digunakan adalah dengan jenis
pencapaian Millennium Development Goal’s (MDG’s) penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
Indonesia 2007 yang diterbitkan oleh Bappenas (Badan faktor – faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda
Pengawasan Nasional) menyebutkan, bahwa Penelitian di desa Saribudolok Kecamatan Silimakuta Tahun
Monitoring Pendidikan oleh Education Network for Justice 2016.Desain penelitian yang digunakan adalah metode
pada enam desa/kelurahan di Kabupaten Serdang Badagai cross sectional yaitu suatu metode yang dapat menggali
(Sumatera Utara), Kota Bogor (Jawa Barat), dan beberapa variabel dalam satu waktu yang sama.
Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur) menemukan 28,10 % Populasi penelitian ini adalah remaja yang menikah
informan menikah pada usia di bawah 18 tahun. Mayoritas di usia muda, dan berdomisili di Desa Saribudolok Kec.
dari mereka adalah perempuan yakni sebanyak 76,03 % Silimakuta dengan batasan laki-laki menikah di bawah 19
(Hafizh, 2011). tahun dan perempuan menikah di bawah usia 17 tahun
Remaja merupakan individu yang akan yaitu 38 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian
melaksanakan pernikahan di usia muda tersebut, ini adalah teknik total sampling, dimana seluruh populasi
sedangkan orangtua adalah orang yang paling dijadikan sebagai sampel.
bertanggungjawab kepada anak-anaknya, terutama anak
remajanya. HASIL
Faktor-faktor terjadinya pernikahan usia muda dapat
disebabkan dari segi remaja. Hal ini sesuai dengan Faktor- faktor yang mempengaruhi pernikahan usia
pendapat Algies Rachim bahwa : muda yang telah dilaksanakan pada bulan Juni di Desa
“Faktor pergaulan dengan teman, masalah seks remaja, Saribudolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten
masalah status sosial remaja. Masalah remaja adalah Simalungun dengan jumlah responden 38 orang dan
masa yang penuh gejolak untuk menuju ke masa dewasa. gambaran umum responden adalah sebagai berikut:
Pada masa remaja ini kematangan fisik, mental, sosial
dan materialnya belum cukup matang karena pada masa Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pernikahan Usia Muda
remaja ini remaja mempunyai sifat-sifat yang ingin Berdasarkan Pendahuluan Pendidikan
memberontak dan kurang percaya diri” Orangtua di Desa Saribudolok Kecamatan
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada Silimakuta Tahun 2016
diri remaja akan timbul minat pada lawan jenis, apabila Pendidikan Jumlah Persentase (%)
pada masa ini remaja tidak bisa mengendalikan dirinya, SD 16 42
akan berakibat buruk terhadap remaja itu sendiri. Akibat- SLTP 11 29
akibat tersebut misalnya terjadinya pergaulan bebas, SLTA 8 21
kehamilan di luar nikah, dan akhirnya remaja tersebut akan P. TINGGI 3 8
putus sekolah. Terjadinya masalah-masalah yang dihadapi Jumlah 38 100 %
oleh remaja tidak terlepas dari peranan orangtua terhadap
anak remajanya. Apabila terjadi hal-hal seperti kehamilan, Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
maka orangtua akan cepat-cepat menikahkan anaknya, responden yang menikah usia muda di Desa Saribudolok
walaupun usia anaknya belum cukup untuk melaksanakan Kecamatan Silimakuta memiliki Pendahuluan pendidikan
pernikahan, sehingga akan terjadi pernikahan di usia muda. orangtua mayoritas SD yaitu 16 orang (42 %), sedangkan
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah Pendahuluan pendidikan SLTP 11 orang (29 %),
dilakukan penulis, dari Kepala desa Saribudolok pendididikan SLTA 8 orang (21%) dan minoritas
Kecamatan Silimakuta pada tahun 2016 sekitar 276 orang responden memiliki orangtua dengan Pendahuluan
remaja yang ada di desa tersebut ditemukan 38 remaja pendidikan Perguruan Tinggi yaitu 3 orang (8 %).
yang menikah di usia muda, yaitu laki-laki di bawah umur
19 tahun dan perempuan di bawah umur 17 tahun. Setelah Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pernikahan Usia
itu peneliti mengadakan penelitian sementara pada 10 Muda Berdasarkan Status Ekonomi
remaja di desa tersebut. Setelah diwawancarai, 5 dari Orangtua di Desa Saribudolok Kecamatan
pasangan remaja tersebut memiliki orangtua dengan Silimakuta Tahun 2016
Pendahuluan pendidikan SD dan SMP, dan menikah Status Ekonomi Frekuensi Persentase
karena hamil di luar nikah, 3 pasangan lainnya menikah
Keluarga Pra Sejahtera 5 13
karena status ekonomi, 2 pasangan lainnya menikah karena
Keluarga Sejahtera I 21 55
faktor pergaulan atau sudah merasa cocok dengan
Keluarga Sejahtera II 4 11
pasangannya. Oleh karena meningkatnya pernikahan di
Keluarga Sejahtera III 5 13
usia muda Kepala Desa setempat merencanakan program
Keluarga Sejahtera Plus 3 8
KB bagi seluruh penduduk di Desa Saribudolok khususnya
Jumlah 38 100 %
pada remaja yang menikah di usia muda.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa
responden yang menikah usia muda di Desa Saribudolok
Kecamatan Silimakuta memiliki orangtua dengan status

57
ekonomi keluarga Pra Sejahtera yaitu sebanyak 5 orang Hal ini dapat dikaitkan pendapat Jasman Aputra, dkk
(13 %), status ekonomi Sejahtera Tahap I sebanyak 21 bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi
orang (55%), status ekonomi Sejahtera Tahap II sebesar 4 pandangannya terhadap sesuatu yang datang dari luar.
orang (11%), keluarga dengan status ekonomi Sejahtera Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan
Tahap III sebanyak 5 orang (13%), dan status ekonomi memberikan tanggapan yang lebih rasional dibandingkan
Keluarga Sejahtera III Plus yaitu sebanyak 3 orang (8 %). dengan orang yang berpendidikan lebih rendah atau tidak
berpendidikan sama sekali.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pernikahan Usia Muda Menurut peneliti, Pendahuluan pendidikan orangtua
Berdasarkan Tanggungjawab Orangtua di yang tinggi pendidikannya, mereka tidak setuju
Desa Saribudolok Kecamatan Silimakuta menikahkan anak mereka pada usia muda karena orangtua
Tanggungjawab Frekuensi Persentase telah memiliki wawasan yang luas untuk era zaman
Baik 8 21 sekarang dan merupakan hal yang tidak wajar jika
Cukup 14 37 orangtua yang memiliki pendidikan yang tinggi
Kurang 16 42 menikahkan anak di usia muda.
Jumlah 38 100 % Sementara itu, bagi orangtua yang memiliki
pendidikan yang lebih rendah atau bahkan tidak
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa berpendidikan sama sekali akan lebih mudah menikahkan
responden yang melakukan pernikahan usia muda di Desa anaknya di usia muda karena kurangnya wawasan pada
Saribudolok Kecamatan Silimakuta memiliki orangtua orangtua.
yang mayoritas bertanggungjawab baik yaitu sebanyak 8
orang (21 %), orangtua dengan tanggungjawab kurang 2. Status Sosial Ekonomi Orangtua
sebanyak 16 orang (42%), dan orangtua dengan Ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat
tanggungjawab cukup sebanyak 14 orang (37%). mendukung dalam mendukung terjadinya pernikahan usia
muda, karena hal ini berhubungan dengan tingkat finansial
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pernikahan Usia ataupun tingkat kesejaahteraan masyarakat dalam
Muda Berdasarkan Lingkungan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan hidup
Masyarakat yang Mempengaruhi di Desa sehari- hari , kebutuhan perkembangan, kesehatan, dan
Saribudolok Kecamatan Silimakuta Tahun kebutuhan hidup lainnya.
2016 Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa mayoritas
Ling. Masyarakat Frekuensi Persentase responden yang melakukan pernikahan usia muda
yang Mempengaruhi memiliki orangtua yang memiliki status ekonomi Sejahtera
Tahap I yaitu sebanyak 55% (21 orang), dan monoritas
MBA (married by 24 63
orangtua memilki status ekonomi dengan Keluarga
accident)
Sejahtera Tahap III Plus yaitu 3 orang (8%). Keluarga
Bukan MBA (married 14 37
dengan status ekonomi Sejahtera Tahap I merupakan
by accident)
keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya namun
Jumlah 38 100 %
secara minimal, namun belum dapat memenuhi kebutuhan
psikologisnya, yaitu kebutuhan akan pendidikan, interaksi
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam keluarga, interaksi dalam lingkungan tempat tinggal
responden yang melakukan pernikahan usia muda di Desa dan transportasi, karena kategori UMP keluarga Sejahtera
Saribudolok Kecamatan Silimakuta akibat dari MBA tahap I adalah = Rp. 1. 200.000,-
(hamil di luar pernikahan) berjumlah 24 orang (63 %) dan Menurut peneliti, UMP dengan Keluarga Sejahtera
jumlah responden yang menikah bukan karena MBA Tahap I akan lebih rentan terhadap pernikahan usia muda.
adalah 14 orang (37 %). Hal ini disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan
psikologis remaja, seperti misalnya pendidikan. Jika
PEMBAHASAN remaja memiliki pendidikan yang rendah, atau tidak
berpendidikan sama sekali tentu saja tingkat
1. Berdasarkan Pendahuluan Pendidikan pengetahuannya/wawasan yang tidak luas. Ini akan
Orangtua mendorong terjadinya pernikahan usia muda.
Pendidikan adalah suatu hal yang membentuk watak Lain halnya dengan keadaan sosial ekonomi orangtua
dan pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan yang kurang mencukupi kebutuhan anggota keluarga tidak
bakat minat dan kemampuan dan sebagai pembentuk sikap akan terpenuhi, dan anak – mereka tidak mempunyai
manusia. Dengan tingkat pendidikan yang berbeda akan kesempatan yang luas. Orang tua yang memiliki ekonomi
mempunyai pandangan yang berbeda pula dalam rendah akan cepat – cepat menikahkan anaknya khususnya
menanggapi sesuatu (Aputra, 2005). anak gadisnya yang belum cukup umur menikah.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang Istilahnya apabila anaknya telah menikah, maka orangtua
melakukan pernikahan usia muda mayoritas memiliki telah lepas tanggungjawab, atau mengurangi beban.
orang tua dengan Pendahuluan pendidikan SD sebanyak 16 (Mustafa, 2005).
orang (42%) dan minoritas orangtua memiliki
Pendahuluan pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 3
orang (8%).

58
3. Berdasarkan Tanggungjawab Orangtua seharusnya mereka lakukan. Ketika mereka sudah dalam
Berdasarkan tabel 3 diperoleh data bahwa kondisi under control, rasio mereka kalah. Sehingga
responden yang menikah di usia muda mayoritas potensi kegagalan semakin besar, apalagi didukung dengan
mendapatkan tanggung jawab yang kurang dari orangtua tingkat emosional mereka yang cenderung labil. Faktor
yaitu sekitar 16 orang (42%). Sementara yang inilah yang menjadi salah satu poros munculnya konotasi
mendapatkan tanggungjawab orangtua secara penuh / baik negatif.
minoritas adalah sekitar 8 orang (21%).
Menurut peneliti, sesuai dengan pendapat Sulastri KESIMPULAN
bahwa tanggungjawab orangtua sangat berperan dalam
terjadinya pernikahan usia muda. Responden yang 1. Berdasarkan Pendahuluan pendidikan orangtua,
mendapatkan tanggungjawab kurang dari orangtua akan responden yang menikah usia muda mayoritas
lebih rentan terhadap pernikahan usia muda. Karena salah memiliki orangtua dengan Pendahuluan
satu tanggungjawab orangtua yang tidak didapatkan anak pendidikan SD yaitu sebanyak 16 orang atau
akan mempengaruhi psikososial anak. sekitar 42%, dan minoritas orangtua responden
memiliki Pendahuluan pendidikan Perguruan
4. Lingkungan Sosial Masyarakat Tinggi yaitu sebanyak 3 orang atau sekitar 8%.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang 2. Berdasarkan status ekonomi orangtua, dapat
mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan diketahui bahwa mayoritas orangtua responden
perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun memiliki status ekonomi Sejahtera Tahap I yaitu
lingkungan sosio-psikologis. Dalam hal ini lingkungan sekitar 21 orang (55%), dan minoritas dengan
sosial masyarakat yang mempengaruhi adalah pergaulan status ekonomi Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
yaitu pergaulan bebas. Pada remaja berpengaruh dalam yaitu 3 orang (8%).
terjadinya pernikahan di usia Pergaulan muda. Pergaulan 3. Berdasarkan tanggungjawab orangtua, dapat
dalam hal ini adalah pergaulan bebas. Zaman modern diketahui bahwa mayoritas responden yang
sekarang dikenal istilah MBA (married by accident). Faktor menikah di usia muda memiliki orangtua dengan
inilah yang selama ini identik dengan pernikahan usia tanggungjawab kurang yaitu sekitar 16 orang
muda. Tak jarang ketika orang mendengar tentang (42%). Dan minoritas responden memiliki
pernikahan dini, asumsi pertama yang muncul, MBA orangtua dengan tanggungjawab penuh hanya
(Married By Accident) adalah penyebabnya. sekitar 8 orang (21%).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan 4. Berdasarkan faktor dari pengaruh lingkungan
dapat diketahui dari tabel 4 bahwa mayoritas responden masyarakat, dapat diketahui bahwa responden
melakukan pernikahan usia muda adalah karena MBA yang melakukan pernikahan di usia muda adalah
(married by accident) atau lebih dikenal dengan menikah mayoritas karena MBA (married by accident) ,
akibat hamil di luar pernikahan sebanyak 24 orang dari 38 yaitu sekitar 24 orang dari 38 responden (63%) dan
responden atau sekitar 63%. Sedangkan yang menikah minoritas responden menikah bukan karena MBA
bukan karena hamil di luar pernikahan adalah hanya sekitar (married by accident) hanya sekitar 14 orang dari
14 orang dari 38 responden atau sekitar 37%. 38 orang (37%).
Menurut teori Sri Sulastri, masa remaja merupakan
masa yang mengalamii perubahan jasmani, kepribadian SARAN
maupun pengaruh lingkungan. Proses perkembangan yang
dialami remaja dan sekelilingnya khususnya orangtua, di 1. Kepada petugas promosi kesehatan agar
dalam masa perubahan remaja tersebut ingin mencari meningkatkan dan menggalakkan perhatian,
identitas diri. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yaitu penyuluhan tentang dampak pernikahan usia muda.
mayoritas remaja menikah di usia muda adalah karena 2. Kepada remaja yang menikah di usia muda agar
faktor kehamilan di luar pernikahan akibat pengaruh dari memanfaatkan Program pemerintah, yaitu program
lingkungan sekitarnya. KB. Karena pernikahan usia muda sangat
Menurut peneliti, MBA (married by accident) memungkinkan terjadinya angka kelahiran yang
merupakan hal yang paling mendukung dalam pernikahan tinggi sehingga kurang mendukung pembangunan
usia muda. Dalam hal ini, MBA (married by accident) di bidang kesejahteraan.
terjadi karena remaja merupakan masa- masa yang labil, 3. Kepada orangtua yang memiliki anak remaja, agar
masa dimana mereka belum mampe sepenuhnya dalam lebih memberikan perhatian dan tanggungjawab
mengontrol diri dan emosi. Hal inilah terkadang yang sebagai orangtua karena remaja merupakan masa
menjadi penyebab MBA (married by accident). Jika MBA labil.
(married by accident ) sudah terjadi, tentu saja harus 4. Kepada para remaja agar menghindari pergaulan
melaksanakan pernikahan. bebas MBA (married by accident) dengan cara
Dan memang fenomena yang sering dilihat, hamil di mengembangkan bakat dan minat yang kreatif dan
luar nikah kerap menjadi alasan para remaja zaman inovatif.
sekarang melakukan pernikahan usia muda ini. Banyak 5. Kepada orangtua, agar lebih meningkatkan status
generasi yang gagal membangun hidupnya hanya ekonomi yang dapat mencukupi kebutuhan remaja,
dikarenakan kesalahan mereka dalam memanage apa yang seperti pendidikan dan kebutuhan sosial lainnya.

59
Dan diharapkan orangtua tidak mudah memberi Rahman., 2011. Pernikahan Dini di Indonesia
izin kepada remaja untuk menikah di usia muda http://.referensimakalah. com.2011
hanya karena status ekonomi. /08/pernikahan-dini-di-indonesia 1271.html
6. Kepada orangtua yang kurang berpendidikan atau Supryanto., M.Kes. 2011. Konsep Pernikahan Dini
bahkan tidak berpendidikan sama sekali http://dr.supryanto.blg.
diharapkan agar tetap menikahkan anak sesuai spot.com/2011/02/konsep-pernikahan-dini-
umur yang telah ditetapkan oleh undang-undang html
negara, sehingga anak memiliki kesiapan untuk Supryanto., M.Kes. 2011. Konsep Orangtua
mengarungi bahtera rumah tangga yang sejahtera. http://dr.supryanto. blg.spot.com
/2011/02/konsep-orangtua-html.
DAFTAR PUSTAKA

Aputra, J. et al., 2005. Buku Sumber Pendidikan KB.


BKKBN. Jakarta: EGC
Mustafa, K., 2005. Tanggung Jawab Orangtua. Semarang:
Kharisma Putra
Hafizh., 2010. Perkawinan di Usia Muda
http://.agiusa.org.com.2010.perkawinan
di.usia.muda
Arini., 2009. Pasangan yang Menikah di Usia Muda
http://ratna.arini.com.2009. pasangan-yang-
menikah-di-usia-muda

60
EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU
DENGAN LOMATULLE TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN
LUKA DIABETIK

Sri Siswati, Syammar Kurnia Nasution


Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan

Abstrak

Diabetes mellitus adalah gangguan hormonal kronik yang menyebabkan glukosa dalam darah berlebih
disertai dengan berbagai kelainan metabolik, yang menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perbedaan efektivitas perawatan luka menggunakan madu dan lomatulle terhadap proses penyembuhan luka
diabetik pasien diabetes mellitus. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy-experimental dengan
rancangan non randomized control grouppretest-posttest design. Sampel penelitian ini adalah 20 pasien
diabetes mellitus yang mengalami luka diabetik derajat I, II dan III yang dibagi menjadi dua kelompok
dengan rincian 10 pasien sebagai kelompok eksperimen perawatan luka menggunakan madu dan 10 pasien
lainnya sebagai kelompok eksperimen perawatan luka menggunakan lomatulle. Teknik analisa data yang
digunakan adalah uji beda parametrik yaitu independen t-test dengan nilai α = 0,01. Hasil uji statistik
parametrik menggunakan independent t-test menunjukkan nilai rata-rata selisih skor penilaian luka
sebelum dan sesudah dilakukan perawatan luka menggunakan madu adalah 20,2. Rata-rata selisih skor
penilaian luka sebelum dan sesudah dilakukan perawatan luka menggunakan Lomatulle adalah 6,6. P
value = 0,000 < a (a = 0,01) berada pada nilai kemaknaan p < 0,001, maka hasil yang diperoleh amat
sangat bermakna. Secara statistik Ho ditolak, sehingga hipotesis penelitian (Ha) gagal ditolak, artinya ada
perbedaan efektivitas perawatan luka menggunakan madu dan lomatulle terhadap proses penyembuhan luka
diabetik pasien diabetes mellitus di RS Sembiring Delitua dan RS Grand medistra Lubuk Pakam.

Kata kunci : Diabetes Mellitus, Luka Diabetik, Madu dan Lomatulle

PENDAHULUAN pasien diabetes mellitus terbanyak di dunia setelah India,


Cina, Amerika Serikat dan Pakistan (Sudoyo et al, 2006;
Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang Rumah Diabetes Indonesia, 2012).
semakin meningkat keberadaannya di seluruh dunia, Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi
termasuk Indonesia. Diabetes mellitus adalah gangguan yang tercatat jumlah pasien diabetes mellitus cukup tinggi.
hormonal kronik yang menyebabkan glukosa dalam darah Pada tahun 2010 tercatat 8.557 pasien dengan rincian 2.745
berlebih disertai dengan berbagai kelainan metabolik, yang pasien diabetes mellitus tipe I dan 5.812 pasien diabetes
menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf, mellitus tipe II (DINKES SUMUT, 2011). Pada tahun
dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis 2015 jumlah pasien diabetes mellitus di Provinsi SUMUT
dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron mengalami kenaikan sebesar 3.030 dibanding tahun 2013,
(Mansjoer et al, 2000). tercatat 11.587 pasien dengan rincian 4.204 pasien diabetes
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat mellitus tipe I dan 7.383 pasien diabetes mellitus tipe II.
perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pasien diabetes (DINKES SUMUT, 2015).
mellitus diatas usia 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan Saat ini Kota Medan memiliki pelayanan
dalam kurun waktu 25 tahun kemudian yaitu pada tahun kesehatan yang cukup canggih. Sehingga banyak Rumah
2025, jumlah tersebut akan meningkat menjadi 300 juta Sakit besar yang berdiri untuk melayani berbagai
orang (Sudoyo et al, 2006). Prevalensi diabetes mellitus di penyakit.Salah satu Rumah Sakit tersebut adalah RS
dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Sembiring Delitua dan RS Grand Medistra Lubuk Pakam.
Pasien diabetes mellitus di Indonesia pada tahun Berdasarkan data rekam medis di RS Sembiring Delitua
2000 mencapai 8,4 juta dan diperkirakan akan meningkat diperoleh data tahun 2014 rata-rata pertahun jumlah pasien
menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (WHO, 2008). dengan luka diabetik sebanyak 101 orang, dan tahun 2015
Berdasarkan data WHO dan Departemen Kesehatan meningkat menjadi 125 orang. Sedangkan di RS Grand
(Depkes) pada tahun 2008, prevalensi pasien diabetes Medistra Lubuk Pakam diperoleh data tahun 2014 rata-rata
mellitus di Indonesia mencapai 5,7% dari jumlah pertahun jumlah pasien dengan luka diabetik sebanyak 135
penduduk atau sekitar 12,4 juta jiwa. Tingginya angka orang, dan tahun 2015 meningkat menjadi 165 orang
tersebut menjadikan Indonesia peringkat kelima jumlah (Rekam Medik, 2015).

61
Luka diabetik mudah berkembang menjadi Luka diabetik adalah luka yang terjadi karena
infeksi akibat masuknya kuman atau bakteri dan adanya adanya kelainan pada saraf, pembuluh darah dan kemudian
gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk adanya infeksi. Apabila infeksi tidak diatasi dengan baik,
pertumbuhan kuman (Sudoyo et al, 2006). Apabila luka hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan dapat
diabetik tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan diamputasi (Prabowo, 2007 dalam Situmorang, 2009).
kecacatan bahkan berujung pada amputasi (Misnadiarly, Gangren adalah luka diabetik yang ditandai dengan
2006; Iqbal, 2008 dalam Situmorang, 2009). kematian jaringan dan umumnya diikuti dengan
Madu telah digunakan sebagai obat alami untuk kehilangan preparat vaskular (nutrisi) dan diikuti dengan
berbagai penyembuhan penyakit sejak ribuan tahun yang invasi bakteri dan pembusukan (Dorland, 2002).
lalu (Mwipatayi et al., 2004). Orang terdahulu telah Beberapa faktor yang mempengaruhi
menggunakan madu sebagai sebuah terapi pengobatan penyembuhan luka, antara lain: nutrisi, kelembaban, usia,
selama beberapa milenium dan belakangan ini ditemukan gangguan oksigenasi, gangguan suplai darah dan pengaruh
kembali sebagai pengobatan yang potensial dalam hipoksia, eksudat yang berlebihan, jaringan nekrotik,
perawatan luka (Marshall, 2002). Yapuca et al (2007) krusta yang berlebihan dan benda asing, perawatan luka,
menyebutkan bahwa madu dapat mempercepat proses obat-obatan, stres luka.
penyembuhan luka.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Madu
Subrahmanyam et al (1998) tentang perbedaan efektivitas Madu adalah produk alami dari lebah jenis Apis
perawatan luka antara menggunakan madu dansilver dan Meliponinae. Lebah- lebah mengumpulkan nektar dari
sulphadiazin menyebutkan bahwa pada hari ke-21, seluruh bunga tumbuh-tumbuhan, nektar kemudian diproses secara
luka yang dirawat dengan madu mengalami epitelisasi, enzimatik In Vivo yang kedua kegiatan tersebut yaitu
sedangkan luka yang dirawat dengansilver sulphadiazin pengumpulan dan proses pembuatan madu dilakukan di
hanya 84% yang mengalami epitelisasi. dalam sarang lebah (Namias, 2003).
Dalam madu terdapat kandungan zat gula
Tujuan Penelitian berupa fruktosa dan glukosa yang merupakan jenis gula
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis monosakarida yang mudah diserap oleh usus. Selain
perbedaan efektivitas perawatan luka menggunakan madu itu, madu mengandung vitamin, mineral, asam amino,
dan lomatulle terhadap proses penyembuhan luka diabetik hormon, antibiotik dan bahan-bahan aromatik.
pasien diabetes mellitus di RS Sembiring Delitua dan RS (Nuryati, Tanpa Tahun). Pada umumnya madu tersusun
Grand Medistra Lubuk Pakam. atas 17,1% air, 82,4% karbohidrat total, 0,5% protein,
asam amino, vitamin dan mineral. Selain asam amino
Manfaat Penelitian nonesensial ada juga asam amino esensial di antaranya
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan lysin, histadin, triptofan, dll. Karbohidrat yang
bagi instansi pendidikan keperawatan dalam terkandung dalam madu termasuk tipe karbohidrat
prosedur perawatan luka dan sebagai referensi sederhana. Karbohidrat tersebut utamanya terdiri dari
baru yang menarik untuk dikembangkan pada 38,5% fruktosa dan 31% glukosa. Sisanya, 12,9%
penelitian selanjutnya. karbohidrat yang tersusun dari maltosa, sukrosa, dan
b. Menggugah keinginan perawat dalam gula lain (Intanwidya, 2005; Khan et al, dalam Kartini,
mengembangkan keilmuannya khususnya dalam 2009).
perawatan luka serta dapat dijadikan sebagai
informasi dan studi pustaka tambahan untuk Lomatulle
penelitian selanjutnya berkaitan dengan perawatan Lomatulle adalah kasa steril yang telah direndam
luka menggunakan madu dan lomatulle terhadap dalam antibiotik (Asnamusad, 2008). Lomatulle adalah
proses penyembuhan luka. kasa yang diresapi dengan salep yang mengandung
c. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan lanoparaffin framycetin sulphate 1%. Lomatulle
masyarakat terutama bagi pasien diabetes mellitus merupakan antibiotik untuk organisme yang sensitif
dengan luka diabetik untuk dapat menggunakan terhadap framycetin (Carville, 1998).
madu atau lomatulle dalam melakukan perawatan
luka. Metode
Desain penelitian yang dilakukan adalah
TINJAUAN PUSTAKA penelitian quasy-experimental dengan rancangan non
randomized control grouppretest-posttest design. Non
Diabetes mellitus adalah gangguan hormonal randomized control grouppretest-posttest design
kronik yang menyebabkan glukosa dalam darah berlebih adalahrancangan yang tidak ada kelompok pembanding
disertai dengan berbagai kelainan metabolik, yang (kontrol) dan tidak dilakukan secara random namun
menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf, sudahdilakukan observasi pertama(pretest) yang
dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis memungkinkan peneliti dapat mengujiperubahan yang
dalam pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron terjadi setelah adanya eksperimen (Notoatmodjo, &
(Mansjoer et al, 2000). Fathoni, 2010).

62
yang terdiri dari 10 orangkelompok perlakuan dengan
Madu madu dan 10 orang kelompok perlakuan dengan lomatulle.
Luka Diabetik Perawatan Luka
Analisis Perbedaan Sampling yang digunakan dalam penelitian ini
Lomatulle adalah non probability sampling dengan pendekatan
a. Ukuran Luka accidental samplingyaitu teknik untuk menentukan sampel
b. Kedalaman Luka
c. Lama Sembuh
daripopulasi dengan pertimbangan tertentu sesuai yang
dikehendaki oleh peneliti(Setiadi, 2007). Peneliti memilih
sampel penelitian yang memiliki variasi derajat luka
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 125 diabetik sama pada masing-masing kelompok.
orang di RS Sembiring Delitua dan 165 orang di RS Grand Lokasi penelitian dilaksanakan di RS Sembiring
Medistra Lubuk Pakam.Sampel pada penelitian ini Delitua dan RS Grand Medistra Lubuk Pakam.
diperoleh pada saat dilakukannya penelitian dengan Pelaksanaan intervensi dan pengambilan data pasien
pengambilan accidental sampling yaitu sebanyak 20 orang dilaksanakan di RS saat melakukan kontrak penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Penelitian
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan Jenis Kelamin, LokasiLuka dan Derajat Luka Diabetik pada
Kelompok Madu dan KelompokLomatulle
Karakteristik Responden Kelompok Madu Kelompok Lomatulle
Jumlah (%) Jumlah (%)
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 6 60 8 80
b. perempuan 4 40 2 20
Total 10 100 10 100
Lokasi Luka
a. Ekstremitas atas 0 0 0 0
b. Ekstremitas bawah 10 100 10 100
Total 10 100 10 100
Derajat Luka Diabetik
a. Derajat I 2 20 2 20
b. Derajat II 4 40 4 40
c. Derajat III 4 40 4 40
Total 10 100 10 100
Sumber: Data Primer (2016)

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Kadar Glukosa DarahSewaktu
Variabel Mean SD Min-Max
a. Usia Responden (tahun) 59,4 5,98517 46-67
b. Kadar Glukosa Darah Sewaktu
(mg/dl)
1. KGD I (hari kerja ke-1) 302,7 65,16654 214-390
2. KGD II (hari kerja ke-8) 277,6 111,02772 117-438
3. KGD III (hari kerja ke-15) 267,3 102,53677 159-437
Sumber: Data Primer (2016)

Tabel 5.3 Distribusi Skor Luka Diabetik Sebelum dan Sesudah Perawatan Luka MenggunakanMadu dan Lomatulle
Parameter Madu Lomatulle
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Jlh/ % Jlh/ % Jlh/ % Jlh/ %
1. Ukuran Luka
a. 0 = P dan/atau L tetap 10/ 100 0 10/ 100 2/ 20
b. 1 = P dan/atau L mengecil < 0,5 cm 0 0 0 0
c. 2 = P dan/atau L mengecil 0,5-1 cm 0 0 0 0
d. 3 = P dan/atau L mengecil 1-1,5 cm 0 2/ 20 0 2/ 20
e. 4 = P dan/ atau L mengecil >1,5 cm 0 8/ 80 0 6/ 60
Total 10 10 10 10
2. Kedalaman Luka
a. 0 = mengenai otot, tulang / tendon 4/ 40 2/ 20 6/ 60 4/ 40
b. 1 = nekrosis yang tidak jelas 0 0 0 0
c. 2 = tidak melewati fascia dibawahnya 6/ 60 6/ 60 4/ 40 6/ 60
d. 3 = epidermis dan/ atau dermis hilang 0 2/ 20 0 0
e. 4 = eritema pada kulit utuh 0 0 0 0
Total 10 10 10 10

63
3. Jenis Jaringan Nekrotik
a. 0 = eschar sangat lengket 2/ 20 0 0 0
b. 1 = eschar lengket 0 0 2/ 20 0
c. 2 = jaringan kuning/ putih dan lengket 6/ 60 0 6/ 60 6/ 60
d. 3 = jaringan putih/ kuning dan tidak lengket 2/ 20 2/ 20 2/ 20 4/ 40
e. 4 = tidak terlihat nekrotik 0 8/ 80 0 0
Total 10/ 100 10/ 100 10/ 100 10/ 100
4. Jumlah Jaringan Nekrotik
a. 0 = 75% hingga 100% 4/ 40 0 2/ 20 0
b. 1 = > 50% dan < 75% 4/ 40 0 0 2/ 20
c. 2 = 25% hingga 50% 0 0 6/ 60 4/ 40
d. 3 = < 25% 2/ 20 2/ 20 2/ 20 4/ 40
e. 4 = tidak terdapat nekrotik 0 8/ 80 0 0
Total 10/ 100 10/ 100 10/ 100 10/ 100
5. Jenis Eksudat
a. 0 = sangat purulent 4/ 40 0 2/ 20 2/ 20
b. 1 = purulent 0 0 2/ 20 0
c. 2 = serosa 2/ 20 2/ 20 6/ 60 2/ 20
d. 3 = serosanguinosa 4/ 40 0 0 6/ 60
e. 4 = tidak ada atau disertai berdarah 0 8/ 80 0 0
Total 10/ 100 10/ 100 10/ 100 10/ 100

6. Jumlah Eksudat
a. 0 = banyak 4/ 40 0 2/ 20 2/ 20
b. 1 = sedang 0 0 0 0
c. 2 = sedikit 2/ 20 4/ 40 6/ 60 4/ 40
d. 3 = sangat sedikit 4/ 40 0 2/ 20 4/ 40
e. 4 = tidak ada 0 6/ 60 0 0
Total 10/ 100 10/ 100 10/ 100 10/ 100
7. Warna kulit di sekitar luka
a. 0 = hitam atau hiperpigmentasi 0 0 0 0
b. 1 = merah gelap atau ungu 8/ 80 4/ 40 4/ 40 2/ 20
c. 2 = putih pucat atau hipopigmentasi 0 0 0 4/ 40
d. 3 = merah terang dan/atau pucat
e. 4 = kulit normal 0 0 0 0
2/ 20 6/ 60 6/ 60 4/ 40
Total 10/ 100 10/ 100 10/ 100 10/ 100
8. Edema Jaringan Perifer
a. 0 = pitting edema ≥ 4 cm 8/ 80 2/ 20 2/ 20 4/ 40
b. 1 = pitting edema < 4 cm 0 0 0 0
c. 2 = non-pitting edema ≥ 4 cm 2/ 20 4/ 40 4/ 40 2/ 20
d. 3 = non-pitting edema < 4 cm 0 0 2/ 20 0
e. 4 = sedikit pembengkakan 0 4/ 40 2/ 20 4/ 40
Total 10/ 100 10/ 100 10/ 100 10/ 100
9. Granulasi Jaringan
a. 0 = tidak ada jaringan granulasi 2/ 20 0 0 0
b. 1 = merah muda ≤ 25% luka 8/ 80 0 10/ 100 4/ 40
c. 2 = merah terang < 75% &> 25% 0 0 0 0
d. 3 = merah terang 75% hingga 100%
e. 4 = kulit utuh 0 10/ 100 0 6/ 60

0 0 0 0
Total 10/ 100 10/ 100 10/ 100 10/ 100
10. Epitelisasi Jaringan
a. 0 = < 25% 10/ 100 2/ 20 10/ 100 2/ 20
b. 1 = 25% hingga < 50% 0 2/ 20 0 0
c. 2 = 50% hingga < 75% 0 0 0 0
d. 3 = 75% hingga 100% 0 6/ 60 0 8/ 80
e. 4 = permukaan luka utuh 0 0 0 0
Total 10/ 100 10/ 100 10/ 100 10/ 100
P = panjang luka dan L = lebar luka
Sumber: Data Primer (2016)

64
Tabel 5.4 Distribusi Rata-rata Selisih Skor Luka Diabetik Sebelum dan SesudahPerawatan Luka antara Menggunakan
Madu danLomatulle
Variabel Mean SD SE p value N
Perawatan Luka
Madu 20,20 3,63 1,62 0,000 10
Lomatulle 6,60 2,96 1,32 10
Sumber: Data Primer (2016)

b. Pembahasan sedangkan usia paling tua 67 tahun. Menurut Riyadi


Karakteristik responden penelitian (jenis danSukarmin (2008), salah satu faktor penyebab
kelamin responden) pada tabel5.1 menunjukkan bahwa resistensi insulin pada diabetesmellitus adalah usia.
14 pasien berjenis kelamin laki-laki dan 6 Setelah usia 40 tahun manusia akan mengalami
perempuan.Peneliti menganalisa bahwa pasien laki-laki penurunanfisiologis yang sangat cepat, penurunan ini
memiliki aktivitas lebih beratdaripada pasien akan berisiko pada penurunan fungsipankreas untuk
perempuan. Aktivitas sebanding dengan tekanan, semakin memproduksi insulin.
tinggiaktivitas pasien semakin tinggi pula tekanan yang Tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata kadar
diperoleh, sehingga pasien laki-laki memiliki resiko lebih glukosa darahsewaktu pada pengukuran pertama adalah
tinggi untuk mengalami luka diabetik. Pendapattersebut 302,7 mg/dl, KGD paling rendah 214mg/dl dan KGD
didukung oleh teori yang menyatakan bahwa tekanan paling tinggi 390 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa darah
dan kekuatangesekan akan mengganggu sirkulasi sewaktupada pengukuran kedua adalah 277,6 mg/dl, KGD
jaringan lokal dan mengakibatkan hipoksiaserta paling rendah 117 mg/dl danKGD paling tinggi 438
memperbesar pembuangan metabolik yang dapat mg/dl. Rata-rata kadar glukosa darah sewaktu
menyebabkan nekrosis(Morison, 2004). padapengukuran ketiga adalah 267,3 mg/dl, KGD paling
Seluruh pasien memiliki luka diabetik di rendah 159 mg/dl dan KGDpaling tinggi 437 mg/dl.
ekstremitas bawah (kaki). Hal inisesuai dengan pendapat Diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakkan
Riyadi dan Sukarmin (2008) dan Iqbal (2008 berdasarkan keluhan dangejala khas yang dialami pasien
dalamSitumorang, 2009) yang menyatakan bahwa ditambah hasil pemeriksaan kadar glukosa darahsewaktu
komplikasi yang sering terjadi padapasien diabetes lebih dari 200 mg/dl atau kadar glukosa darah puasa
mellitus adalah perubahan patologis anggota gerak sama dengan ataulebih dari 126 mg/dl (Mansjoeret
ekstremitasbawah akibat gangguan sirkulasi, penurunan al,2000). Melihat rata-rata kadar glukosa darahsewaktu
sensasi dan hilangnya fungsi sarafsensorik yang bisa pada tiga kali pengukuran menunjukkan rata-rata kadar
menyebabkan luka atau tidak terkontrolnya infeksi glukosa darahresponden melebihi batas normal (> 200
sehinggadapat mengakibatkan luka gangren. mg/dl).
Peneliti berpendapat bahwa anggota tubuh Glukosa darah yang normal akan memberikan
ekstremitas bawah pasiendiabetes mellitus memiliki suasana yang kondusif bagiviskositas darah, perfusi
risiko yang lebih besar mengalami luka oksigen dan imunitas serta nutrisi ke dalam sel otot,
diabetikdibandingkan anggota tubuh ektremitas atas. hatidan lemak (Supriyatin, Saryono, dan Latifah,
Selain itu, penurunan sensasi rasapada kaki dan bagian 2007).Sirkulasi darah yang buruk pada pembuluh darah
tubuh lainya akan meningkatkan resiko terjadinya luka besar dapatmemperlambat penyembuhan luka. Riyadi
yangtidak disadari oleh pasien. dan Sukarmin (2008); Iqbal (2008dalam Situmorang,
Pasien diabetes mellitus pada masing-masing 2009) menyebutkan bahwa akibat gangguan
kelompok (baik kelompokmadu maupun sirkulasi,penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf
kelompoklomatulle) yang memiliki luka diabetik derajat sensorik bisa menyebabkanterjadinya luka diabetik.
Isejumlah 2 orang, derajat II sejumlah 4 orang dan Selain itu, infeksi yang tidak terkontrol dapat
derajat III sejumlah 4 orang.Variasi derajat luka diabetik berujungpada timbulnya luka gangren.
sama pada masing-masing kelompok perawatan luka.Hal Secara umum, sifat penyembuhan pada semua
ini sesuai dengan teknik pemilihan sampel yang jenis luka sama denganvariasinya yang bergantung
digunakan oleh peneliti.Peneliti memilih sampel pada lokasi luka, tingkat keparahan luka, dan luasatau
penelitian yang memiliki variasi derajat luka ukuran luka. Proses penyembuhan luka melibatkan
diabetiksama pada masing-masing kelompok. Derajat luka integrasi proses fisiologis.Proses penyembuhan luka juga
diabetik responden penelitianditentukan berdasarkan dipengaruhi oleh kemampuan sel dan jaringantubuh
klasifikasi Wagner. Wagner mengklasifikasikan dalam melakukan regenerasi ke struktur normal (Potter dan
lukadiabetik berdasarkan luas dan kedalaman luka. Perry, 2005b).Luka dikatakan mengalami proses
Luka diabetik derajat I yaituterdapat ulkus superfisial, penyembuhan apabila mengalami fase responinflamasi
terbatas hanya pada kulit. Luka diabetik derajat II, akut, fasedestruktif, fase proliferatif dan fase maturasi
yaituulkus yang dalam sampai tendon/tulang. Luka (Morison, 2004).Selain itu juga disertai dengan
diabetik derajat III, yaitu ulkusdengan atau tanpa berkurangnya luas luka, berkurangnya jumlaheksudat,
osteomilitis (Sudoyoat al,2006; Scemons dan Elston, dan jaringan luka semakin membaik (NPUAP, 2009).
2009). Secara deskriptif status luka diabetik yang
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata usia dirawat menggunakan madumenunjukkan hasil berbeda
pasien adalah 59,4 tahun, usiapaling muda 46 tahun dibandingkan status luka diabetik yang

65
dirawatmenggunakanlomatulle.Hal ini sangat tampak bahwa40% pasien masih memiliki jaringan nekrotik
pada hasil penilaian status lukapada semua parameter. berupajaringan yang tidak dapat hidup berwarna putih
Pada kelompok perawatan luka menggunakan madu dan/atau jaringan yangmengelupas berwarna kuning dan
yangmengalami pengecilan panjang dan/atau lebar luka > tidak lengket.
1,5% sebanyak 80% pasiendan tidak ada pasien yang Gambaran jumlah jaringan nekrotik
memiliki ukuran luka tetap. Sedangkan pada menunjukkan bahwa sebagian besar(80%) pasien yang
kelompokperawatan luka menggunakanlomatullehanya dirawat menggunakan madu tidak memiliki jaringan
60% yang mengalami pengecilanpanjang dan/atau lebar nekrotikdan hanya sebagian kecil (20%) pasien yang
luka > 1,5 cm dan 20% pasien tidak mengalami memiliki jaringan nekrotik denganjumlah < 25% dari
perubahanukuran luka (ukuran luka statis). dasar luka. Pada kelompok perawatan luka
Observasi parameter kedalaman luka menggunakan lomatulle menunjukkan sebagian (40%)
menunjukkan bahwa 20% pasienyang dirawat pasien memiliki jaringan nekrotik < 25%dasar luka dan
menggunakan madu memiliki kedalaman luka sebatas sebagian kecil (20%) pasien lainnya masih memiliki
hilangnyasebagian ketebalan kulit, baik lapisan jaringannekrotik > 50% dan < 75% luka.
epidermis dan/atau dermis. Pasien yangdirawat Peneliti berasumsi bahwa efek kelembaban yang
menggunakanlomatullebelum ada yang memiliki ditimbulkan oleh madupada jaringan nekrotik akan
kedalaman lukasebatas hilangnya sebagian ketebalan melunakkan jaringan nekrotik tersebut sehinggajaringan
kulit, baik epidermis dan/atau dermis.Sebanyak 20% nekrotik pada luka yang dirawat menggunakan madu
pasien yang dirawat menggunakan madu memiliki lebih mudahdilakukan debridemen dibandingkan dengan
kedalaman lukayang mengalami kerusakan hingga jaringan nekrotik pada luka yangdirawat menggunakan
jaringan otot, tulang atau struktur penyanggalainnya. lomatulle.
Tetapi 40% pasien yang dirawat Disisi lain, luka yang dirawat menggunakan
menggunakanlomatullemasih memilikikedalaman luka lomatulle cenderung menimbulkan terbentuknya jaringan
yang mengalami kerusakan hingga jaringan otot, tulang nekrotik baru yang lengket dan berwarnaputih pada
ataustruktur penyangga lainnya. kulit di sekitar luka. Peneliti menemukan jaringan nekrotik
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa ini pada 3pasien yang dirawat menggunakan lomatulle.
pengecilan ukuran dankedalaman pada luka diabetik Peneliti berasumsi bahwa jaringanputih tersebut adalah
yang dirawat menggunakan madu salah penebalan lapisan stratum korneum atau hyperkeratosis.
satunyadisebabkan oleh adanya pertumbuhan jaringan Scemons dan Elston (2009) menyebutkan bahwa
granulasi dan jaringan epitel.Granulasi pada luka yang hyperkeratosis adalah salah satukondisi yang tidak normal
dirawat menggunakan madu tumbuh dengan baikkarena dari fase epitelisasi dalam proses penyembuhan lukadan
madu dapat memberikan lingkungan yang lembab untuk dapat berujung pada pembentukan lapisan tanduk.
luka. Hal tersebutsesuai dengan pendapat Molan (2006) Gambaran jenis eksudat luka diabetik yang
yang menyatakan bahwa rata-ratapenyembuhan yang dirawat menggunakan madudiperoleh bahwa sebagian
sangat cepat terlihat ketika luka dibalut menggunakan besar pasien tidak mengeluarkan eksudat atau
balutanyang diolesi madu karena madu dapat hanyadisertai darah dan sebagian kecil pasien masih
menciptakan kelembaban yang tidakdipengaruhi mengeluarkan eksudat serosa.Untuk luka yang dirawat
lingkungan. menggunakanlomatulle,sebagian besar pasien
Berdasarkan teori yang ada, lomatullehanya masihmemproduksi eksudat jenis serosanguinosa dan
bertindak sebagai antibiotik.Peneliti berpendapat bahwa sebagian kecil mengeluarkaneksudat yang sangat purulen.
perubahan ukuran dan kedalaman luka diabetik Parameter jumlah eksudat pada kelompok perawatanluka
yangdirawat menggunakan lomatulle disebabkan oleh menggunakan madu diperoleh sebagian besar pasien
penurunan edema pada luka, seiring dengan tidak mengeluarkaneksudat dan hanya sebagian kecil
berkurangnya edema tersebut maka tepi luka akan tertarik pasien masih menghasilkan eksudat denganjumlah yang
ke pusatluka dan ukuran luka tampak mengecil. Hal inilah sedikit. Sebagian pasien yang dirawat
yang membedakan mekanismeperubahan ukuran luka menggunakanlomatullemenghasilkan eksudat dengan
antara yang dirawat menggunakan madu dan jumlah yang sangat sedikit dan sebagian kecilpasien
lomatulle.Madu bekerja dengan sifatnya yang lembab lainnya masih menghasilkan eksudat dalam jumlah yang
sehingga mendukung pertumbuhanjaringan granulasi dan banyak.
epitelisasi yang dapat mendukung pengecilan ukuran Kandungan air pada madu yang digunakan
luka.Lomatullebekerja dengan mengurangi edema pada dalam perawatan luka sebesar18,25% dan AW sebesar
luka, sehingga ukuran lukatampak mengecil. 0,58. Hal ini tidak mendukung pertumbuhan
Gambaran jenis jaringan nekrotik kebanyakanbakteri yang membutuhkan AW sebesar 0,94-
menunjukkan sebagian besar (80%)pasien yang dirawat 0,99 (Bansalet al,2005).
menggunakan madu tidak memiliki jaringan Madu bekerja sebagai antibiotik alami yang
nekrotik.Sebagian kecil (20%) pasien memiliki jaringan mampu mengalahkan bakteri.Madu bersifat sangat asam
nekrotik berupa jaringan yangtidak dapat hidup sehingga tidak cocok untuk pertumbuhan
berwarna putih dan/atau jaringan yang mengelupas danperkembangbiakan bakteri. Madu menghasilkan
berwarnakuning dan tidak lengket. Pada kelompok hidrogen peroksida yangbertindak sebagai antiseptik
perawatan luka menggunakanlomatullemenunjukkan (Rostita, 2008). Madu yang digunakan dalampenelitian

66
ini memiliki pH 3,95 dan hidrogen peroksida sebesar rataselisih skor penilaian luka sebelum dan sesudah
0,038 mmol/l.Menurut Molan (1992 dalam Jeffrey dan dilakukan perawatan lukamenggunakanlomatulle adalah
Echazaretta, 1997) dan Bansalet al(2005) bakteri 6,6.P value =0,000 < a (a = 0,01) berada padanilai
patogen hanya bisa hidup pada pH antara 4,0-4,5 dan kemaknaan p < 0,001, maka hasil yang diperoleh amat
pertumbuhanbakteri dihambat oleh 0,02-0,05 mmol/l sangat bermakna(Supadi, 2000). Secara statistik dapat
hidrogen peroksida. disimpulkan bahwa ada perbedaanefektivitas perawatan
Hidrogen peroksida pada madu dapat luka menggunakan madu danlomatulleterhadap
menghambat sekitar 60 jenis bakteriaerob maupun prosespenyembuhan luka diabetik pasien diabetes
anaerob termasuk bakteri gram positif dan bakteri mellitus di RS Sembiring Delitua dan Grand Medistra
gram negatif.Begitupun antioksidan fenolik yang Lubuk Pakam.
terkandung dalam madu diketahui dapatmenghambat
bakteri gram positif maupun gram negatif (Molan, Kesimpulan
1992 dalamJeffrey dan Echazaretta, 1997). a. Sebagian besar responden berjenis kelamin
Hasil yang diperolehini kurang sesuai dengan laki-laki, seluruh respondenmemiliki luka
teori yang ada. Carville (1998) menyebutkan diabetik di ektremitas bawah (kaki) dengan
bahwalomatulleadalah antibiotik spektrum luas. Namun derajat I, II dan III,rata-rata usia responden 59,4
beberapa luka yang dirawatmenggunakanlomatullemasih tahun, rata-rata kadar glukosa darah sewaktu
memproduksi eksudat, diantara berupaeksudatyang padatiga kali pengukuran berturut-turut sebesar
purulen. Lambatnya proses penyembuhan luka yang 302,7 mg/dl, 277,6 mg/dl dan 267,3mg/dl;
dirawatmenggunakanlomatullesalah satunya disebabkan b. Ada perbedaan efektivitas perawatan luka
oleh produksi eksudat tersebut. menggunakan madu dan lomatulle terhadap
Studi proses penyembuhan luka proses penyembuhan luka diabetik pasien
memperlihatkan bahwa lingkunganlembab lebih diabetes mellitus di RS Sembiring Delitua dan
diperlukan dalam penyembuhan luka dibandingkan Grand Medistra Lubuk Pakam (p value= 0,000 <
denganlingkungan kering.Lingkungan yang a)
lembabmerupakan hal yang paling penting untuk
penyembuhan luka karena lingkunganlembab Saran
mempengaruhi kecepatan epitelisasi (Potter dan Perry, a. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
2005b). Semakincepat pertumbuhan jaringan granulasi dan teoridan konsep tentang perawatan luka
jaringan epitel maka luka akan semakincepat mengalami diabetik antara menggunakan madu
penyembuhan. danlomatulle.Penelitian lanjutan perlu dilakukan
Perbedaan yang sangat signifikan antara luka untuk lebih menyempurnakan pembahasan dan
yang dirawat menggunakan madu dan lomatulle terlihat penggunaan agen alernatif lain untuk perawatan
pada parameter jenis dan jumlah jaringan nekrotikserta luka yang dapatmempercepat proses
jenis dan jumlah eksudat. Setelah luka dirawat penyembuhan luka.
menggunakan madu selama15 hari, sebagian besar pasien b. Menjadi referensi tambahan bagi perawatyang
sudah tidak memiliki jaringan nekrotik dan tidak bergerak di bidang pendidikan terutama bidang
menghasilkan eksudat. Dengan waktu perawatan luka keperawatan medikal bedahuntuk dijadikan
yang sama (15 hari),seluruh luka pasien yang dirawat sebagai suatu prosedur baru dalam
menggunakanlomatullemasih memilikijaringan nekrotik penatalaksanaan luka secarakomplementer.
dan menghasilkan eksudat, diantaranya berupa eksudat c. Dapat dijadikan sebagai langkah awal
yangsangat purulen dan berbau. penelitian selanjutnya untuk mengembangkan
Secara keseluruhan luka diabetik yang dirawat asuhan keperawatan berkaitan dengan
menggunakan madutampak lebih membaik dan dalam perawatan luka secara konvensional, modern
waktu yang sama (15 hari) luka mengalamiproses maupun komplementer yang nantinya dapat
penyembuhan yang lebih cepat. Hal ini disebabkan memperkaya keilmuanperawat khususnya dalam
karena madu tidakhanya sebagai antibakteri, tetapi juga bidang perawatan luka.
sebagai aniinflamasi, menstimulasi danmempercepat d. Masyarakat diharapkan dapat menggunakan
penyembuhan luka. Sedangkanlomatullehanya sebagai madu untuk merawat lukakhususnya luka
antibiotik(antibakteri) yang dapat menangani infeksi diabetik untuk mempercepat penyembuhan dan
pada luka serta mengurangi traumapada luka. mencegahsemakin parahnya luka.
Perbedaan efektivitas perawatan luka
menggunakan madu danlomatulleterhadap proses DAFTAR PUSTAKA
penyembuhan luka diabetik dapat dilihat setelah hasil
selisihpenilaian sebelum dan sesudah perawatan luka Carville, K. 1998. Wound Care Manual. 3rd Edition.
antara menggunakan madu danlomatullediuji Western Australia: Silver Chain Foundation.
menggunakanindependent t-test.Hasil uji statistik Cooper, R. 2007. ”Honey in Wound Care:
menggunakanindependent t-testdiperoleh nilai rata-rata Antibacterial Properties”. GMS
selisih skor penilaian luka sebelum dansesudah dilakukan Krankenhaushygiene Interdisziplinar . Vol 2 (2):
perawatan luka menggunakan madu adalah 20,2. Rata- 1863-5245.

67
DINKES Sumut. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa dan Praktik . Vol. 1. Edisi 4. Alih Bahasa oleh
Timur 2010. Surabaya: Dinas Kesehatan Renata Komalasari et al . Jakarta: EGC.
Sumatera Utara. Scemons, D., dan Elston, D. 2009. Nurse to Nurse
Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi Wound Care: Expert Interventions . United
29. Alih Bahasa oleh Huriawati Hartanto et al. States of America: Mc Graw Hill. Setiadi. 2007.
Jakarta: EGC. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan.
Intanwidya, Y. 2005. Analisa Madu dari Segi Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kandungannya Berikut Khasiatnya Masing2. Sudoyo, A.W., et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
[serial online]. http://www.mail- Dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta: FK Universitas
archive.com/forum@alumni- Indonesia.
akabogor.net/msg01046.html. [07 Desember Supadi, et al. 2000. Statistika Kesehatan: Bagian Ilmu
2015] . Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: FK UGM.
Mansjoer, A., et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Supriyatin, dkk. 2007. ”Efektivitas Penggunaan
Jilid I. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. Kompres Metronidazol dan NaCl 0,9%
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Ulcer, Infeksi, terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetik
Ganggren . Jakarta: Populer Obor. di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto”.
Morison, M.J. 2004. Manajemen Luka. Alih Bahasa oleh The Soedirman Journal of Nursing. Vol. 2 (1):
Tyasmono A.F. Jakarta: EGC. 11-16. Taormina, P.J., Niemira, B.A., dan
Mwipatayi, B.P., et al. 2004. “The Use of Honey in Beuchat, L.R. 2001. “Inhibitory Activity of
Chronic Leg Ulcers: A Literature Review” . Honey Against Foodborne Pathogens as
Primary Intention. Vol 12 (3): 107-108, 110-112. Influenced by The Presence of Hydrogen
Namias, N. 2003. Honey in The Management of Peroxide and Level of Antioxidant Power”.
Infection . Miami: De Witt Dughtry Family Internasional Journal of Food Mycrobiology. Vol
Departement of Surgery, University School of 69: 217-225.
Medicine. WHO. 2008. Data and Statistics of Diabetes Mellitus.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan [serial online].
. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/
Nuryati, S. (Tanpa Tahun). “Status dan Potensi Pasar [13 Desember 2015].
Madu Organis Nasional dan Internasional”. Yapuca et al. 2007. “Effectiveness of a Honey
Tidak Diterbitkan. Laporan Penelitian. Bogor: Dressing for Healing Pressure Ulcer”.
Aliansi Organis Indonesia. Journal of Wound, Ostomy, and
Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2005a. Buku Ajar Continence Nursing (WOCN). Vol (34).
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

68
AKTIVITAS SEHARI-HARI PASIEN STROKE NON HEMORAGIK
DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2016

Solihuddin Harahap, Erika Siringoringo


Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan

Abstrak

Stroke Non Hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah
yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada pasien stroke non
hemoragik di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien stroke non hemoragik yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan dari
tahun 2015 sampai januari 2016 yang berjumlah 248 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 37 orang
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen pengkajian menggunakan barthel index berupa
lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien stroke non hemoragik mandiri
dalam melakukan aktivitas makan sebanyak 19 orang (51,4%),dan mayoritas pasien stroke non hemoragik
membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas mandi sebanyak 25 orang (67,6%), mayoritas pasien
stroke non hemoragik mandiri dalam perawatan diri sebanyak 26 orang (70,3%), mayoritas pasien stroke non
hemoragik membutuhkan bantuan dalam berpakaian sebanyak 21 orang (56,8%), mayoritas pasien stroke
non hemoragik mengalami kontinensia dalam melakukan aktivitas buang air kecil sebanyak 22 orang
(59,5%), mayoritas pasien stroke non hemoragik mengalami kontinensia dalam melakukan aktivitas buang
air besar sebanyak 25 orang (67,6%), mayoritas pasien stroke non hemoragik membutuhkan bantuan dalam
penggunaan toilet sebanyak 21 orang (56,8%), mayoritas pasien stroke non hemoragik mandiri dalam
melakukan aktivitas transfer sebanyak 16 orang (43,2%), dan sebanyak 20 orang (54,1%) pasien stroke non
hemoragik mandiri dalam melakukan aktivitas mobilitas.Dari hasil penelitian ini bahwa mayoritas pasien
stroke non hemoragik mengalami ketergantungan ringan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yaitu
sebanyak 43,2% dengan frekuensi 16. Dengan demikian diharapkan kepada pasien untuk memiliki motivasi
yang kuat agar selalu berlatih menggerakkan bagian tubuhnya agar terbiasa dan tidak kaku.

Kata kunci : Stroke Non Hemoragik, Aktivitas

PENDAHULUAN Indonesia, pasien yang mengalami gangguan motorik


sekitar 90,5% (Misbach & Soertidewi, 2011). Semua
Manusia adalah makhluk yang memerlukan keadaan ini akan menyebabkan gangguan pada aktivitas
gerak dan berpindah tempat. Aktivitas pergerakan normal sehari-hari penderita. Oleh karena itu diperlukan program
sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-hari. rehabilitasi medik dengan tujuan utama dapat mencapai
Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
involunter. Gangguan gerak pada manusia dapat Menurut World Health Organitation (WHO),
disebabkan oleh berbagai penyakit, dimana salah satunya terdapat 15 juta orang mengalami stroke setiap tahun dan
adalah stroke. merupakan penyebab kematian kedua diatas usia 60 tahun
Stroke merupakan gangguan serebrovaskular dan penyebab kelima pada usia 15-59 tahun. Setiap tahun,
utama dan penyebab kecacatan serius menetap nomor satu hampir 6 juta orang meninggal karena stroke dan
di seluruh dunia. Meskipun upaya pencegahan telah merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang
membawa penurunan dalam angka kejadian selama tanpa membedakan usia, jenis kelamin, dan etnis (WHO,
beberapa tahun terakhir, stroke masih merupakan 2010). Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab
penyebab kematian utama setelah jantung dan kanker utama kematian setelah penyakit jantung koroner dan
(Cahyati, 2011) kanker di negara-negara berkembang. Negara berkembang
Orang yang menderita stroke, biasanya juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat stroke
mengalami banyak gangguan fungsional , seperti gangguan di seluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di
motorik, psikologis atau perilaku,dimana gejala yang negara-negara yang sedang berkembang. Terdapat sekitar
paling khas adalah hemiparesis, kehilangan kemampuan 13 juta korban stroke baru setiap tahun.
sesisi, hilang sensasi wajah,kesulitan bicara dan kehilangan Menteri kesehatan Republik Indonesia
penglihatan sesisi (Irfan, 2010). Data dari 28 rumah sakit di menjelaskan, berdasarkan data hasil Riset Keperawatan

69
(2010) dari tahun 2000 hingga 2010 menunjukkan bahwa Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan
stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di RSUD Dr. Pirngadi Medan di dapat jumlah data
hampir di seluruh rumah sakit di Indonesia. Sementara data penderita penyakit stroke pada periode Januari-Desember
Perhimpunan Rumah Sakit (PERSI) tahun 2012 2015 sebanyak 248 penderita. Sekitar 87 orang atau 35%
menunjukkan bahwa penyebab kematian utama di rumah penderita stroke yang mengalami kelumpuhan dini pada
sakit akibat stroke adalah sebesar 15%, artinya 1 dari 7 tungkai bawah tidak kembali ke fungsi yang berguna dan
kematian disebabkan oleh stroke dengan tingkat kecacatan tidak dapat berjalan tanpa bantuan fisik lengkap. Dan 161
mencapai 65% (DepKes, 2013). orang atau 65% penderita stroke tidak dapat melakukan
Medan merupakan salah satu kota di Indonesia aktivitas yang biasa dilakukannya dengan tangan yang
yang juga mengalami peningkatan prevalensi penyakit terkena dampak stroke.
stroke. Pernyataan di atas di dukung dengan data survey Berdasarkan Pendahuluan di atas, peneliti ingin
yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik meneliti gambaran aktivitas sehari-hari pasien stroke non
Indonesia dalam profil kesehatan Indonesia (2013) hemoragik di RSUD DR Pirngadi Medan, dan bagaimana
menunjukkan di kota Medan terdapat peningkatan pasien dalam melakukan aktivitasnya tersebut apakah
prevalensi penyakit stroke dari 7 per 1000 penduduk pada mampu melakukannya secara mandiri atau tergantung total
tahun 2007 menjadi 10 per 1000 penduduk di tahun 2013. pada orang lain.
Stroke dibagi menjadi dua kategori yaitu stroke
hemoragik dan stroke iskemik atau stroke non hemoragik. METODE
Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya
pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang penelitian ini adalah metode deskriptif yang
normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan
dan merusaknya (Pudiastuti,2011). Stroke non hemoragik aktivitas sehari-hari pasien stroke di RSUD Dr. Pirngadi
adalah suatu gangguan peredaran darah otak akibat Medan tahun 2016.
tersumbatnya pembuluh darah tanpa terjadi suatu Populasi penelitian adalah seluruh pasien stroke
perdarahan, hampir sebagian besar pasien atau 83% yang dirawat diruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi
mengalami stroke non hemoragik (Wiwit, 2010), sehingga Medan. Jumlah pasien stroke yang dirawat diruang rawat
pada penelitian ini saya mengambil kasus stroke non inap pada bulan Januari - Mei tahun 2016 adalah sebanyak
hemoragik. 248 orang.
Kejadian stroke non hemoragik dapat Cara pengambilan sample dalam penelitian ini
menimbulkan kecacatan bagi penderita yang mampu adalah semua pasien yang ada di ruangan RSUD Dr.
bertahan hidup. Salah satunya adalah ketidakmampuan Pirngadi Medan yang bersedia menjadi responden, maka
perawatan diri akibat kelemahan pada ekstremitas dan teknik yang digunakan pada pengambilan sample yaitu
penurunan fungsi mobilitas yang dapat menghambat purposive sampling yaitu pengambilan sample yang
pemenuhan aktivitas kehidupan seharihari (AKS). dilakukan dengan sengaja mengambil atau memilih kasus
Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) merupakan atau responden berdasarkan pada suatu pertimbangan
kegiatan sehari-hari yang dilakukan seseorang untuk tertentu yang di buat oleh peneliti sendiri. Menurut
memenuhi kebutuhan hidupnya. (Alvin, 2013) Arikunto (2006), bila populasi lebih dari 100, maka
Menurut penelitian Milikan (2003) pengambilan sample 10-15% atau 20-25% dari jumlah
mengemukakan kira-kira 50% penderita stroke non populasi, dimana total populasi berjumlah 248 orang dan
hemoragik menderita sekuele deficit neurologik yang peneliti mengambil 15% dari total populasi. Maka jumlah
bermakna yang membatasi kemandirian dan 25% sisanya sample penelitian ini adalah: 248 x 15% = 37 orang.
tergantung total pada orang lain. Bell (1842) dalam Namun untuk menghindari pasien yang secara mendadak
Thomas (2003) mengemukakan 67% penderita tidak bersedia untuk menjadi sampel, maka peneliti
penyandang disabilitas permanen dan 31% tergantung total menambahkan 10% responden tambahan dari 37 orang
dalam melakukan Aktivitas sehari-hari. sampel yaitu sebanyak 4 orang, maka jumlah sampel
Tingkat keberhasilan penderita stroke non keseluruhan adalah = 41 orang.
hemoragik dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat Cara pengumpulan data untuk variabel dilakukan
dinilai dengan kemampuan merawat dirinya sendiri. dengan lembar observasi (pengamatan) terhadap responden
Aktivitas sehari-hari yang rutin dilakukan merupakan dengan menggunakan instrumen pengkajian barthel
keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk indeks. Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu
dapat merawat dirinya secara mandiri, yang meliputi dengan memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan
makan, mandi, perawatan diri, berpakaian, buang air kecil, penelitian dan meminta persetujuan ketersediaan menjadi
buang air besar, penggunaan toilet, berpindah, dan responden.
mobilitas. Data yang dikumpul di analisa secara deskriptif
Kebutuhan fungsional sehari-hari dalam bentuk dengan cara melihat persentase data yang terkumpul, dan
aktivitas fisik, kognitif dan emosi diusahakan untuk bisa ditulis dalam tabel-tabel distribusi frekuensi sehingga akan
mencapai pemenuhan didalam memaksimalkan kualitas di peroleh persentasi dari variabel yang diteliti.
hidup, sehingga harus ada keseimbangan antara perbaikan
kesehatan dan fungsional individu.

70
Hasil dan Pembahasan responden pasien stroke non hemoragik 26 orang
A. Makan (70,3%) mandiri dalam melakukan aktivitas perawatan
Hasil penelitian dari 37 pasien stroke non diri, dan 11 orang (29,7%) membutuhkan bantuan
hemoragik dalam tabel 4.1 terdapat mayoritas pasien stroke orang lain.
non hemoragik mandiri dalam melakukan aktivitas makan Hal ini sejalan dengan penelitian Raeni
sebanyak 19 orang (51,4%). Selebihnya sebanyak 16 orang (2016) yang mengatakan bahwa mayoritas pasien
(43,2%) mengalami ketergantungan sedang dalam stroke non hemoragik mandiri dalam melakukan
melakukan aktivitas makan, dan 2 orang (5,4%) aktivitas perawatan diri 17 orang (73,9%) dan minoritas
mengalami ketergantungan total. 4 orang (17,4%) tergantung pada orang lain dalam
Dalam penelitian Raeni (2016) mengemukakan melakukan aktivitas perawatan diri.
bahwa mayoritas pasien stroke non hemoragik mandiri Perawatan diri meliputi mencuci tangan,
dalam melakukan aktivitas makan sebanyak 23 orang, dan membasuh wajah, menyisir rambut, menggosok gigi,
selebihnya mengalami ketergantuan sedang. dan mencukur. Menurut Hilton (2004) dalam Ardi
Berbeda dengan penelitian Westergen et al (2011) beberapa pasien stroke mungkin terlihat mampu
(2001) dalam Ardi (2011) melaporkan dari 162 pasien untuk melakukan perawatan diri, namun ada juga
stroke mayoritas terdapat 85 orang (52,2%) membutuhkan beberapa pasien yang tidak mampu melakukan
bantuan untuk makan. Terdiri dari 46 orang membutuhkan perawatan diri, termasuk melakukan tugas sederhana
bantuan sedang, dan 39 orang membutuhkan bantuan total. seperti membasuh muka atau menggosok gigi.
Dan hanya 77 orang yang mandiri dalam melakukan
aktivitas makan. D. Berpakaian
Hal ini tidak sejalan dengan peneliti karena dalam Hasil penelitian dari 37 pasien stroke non
penelitian ini mayoritas pasien stroke non hemoragik dapat hemoragik mayoritas responden 21 orang (56,8%)
mandiri dalam melakukan aktivitas makan. Peneliti membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas
berasumsi bahwa pasien stroke non hemoragik dapat berpakaian.
mandiri dalam melakukan aktivitas makan karena motivasi Sejalan dengan penelitian Raeni (2016)
yang kuat pada diri pasien dan mendapat dorongan serta bahwa mayoritas pasien stroke non hemoragik 10 orang
dukungan keluarga dalam melatih bagian tubuh pasien (43,5%) membutuhkan bantuan dalam melakukan
yang mengalami gangguan sehingga pasien stroke non aktivitas berpakaian.
hemoragik terbiasa melakukan aktivitas makan secara Berpakaian memungkinkan pasien untuk
mandiri. mempertahankan konsep diri dan harga diri selain
memberi perlindungan. Ketidakmampuan berpakaian
B. Mandi yang benar, sering kali terjadi pada lesi hemisfer kanan
Hasil penelitian dari 37 pasien stroke non yang menyebabkan masalah visuospasial berhubungan
hemoragik dalam tabel 4.2 terdapat mayoritas pasien dengan orintasi terhadap bagian tubuh atau berpakaian
stroke non hemoragik membutuhkan bantuan dalam (Ginsberg, 2007 dalam Ardi 2011)
melakukan aktivitas mandi sebanyak 25 orang (67,6%).
Selebihnya sebanyak 12 orang mandiri dalam E. Buang air kecil
melakukan aktivitas mandi. Hasil penelitian dari 37 pasien stroke non
Mandi merupakan komponen yang sangat hemoragik mayoritas 22 orang (59,5%) kontinensia
penting dalam perawatan yang bertujuan untuk kebersihan dapat mengontrol pengeluaran urine. Hal ini
diri. Pasien dengan keterbatasan fisik tidak dapat disebabkan karena responden dalam penelitian ini
memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga harus mayoritas terkena stroke non hemoragik sudah lebih
didampingi atau dibantu termasuk mandi (Hilton, 2004 dari 8 minggu.
dalam Ardi, 2011). Ketidakmampuan mandi adalah Masalah perkemihan yang sering dialami
ketidakmampuan untuk mencuci atau mengeringkan tubuh setelah stroke adalah inkontinensia urine yaitu
tanpa bantuan orang lain, dipengaruhi oleh usia dan ketidakmampuan untuk mengontrol pengeluaran urine
kelemahan fisik (Gill et al, 2007 dalam Ardi 2011) (Konvidha, 2010). Sebagian besar pasien mengalami
Hal ini sejalan dengan penelitian Raeni (2016) inkontinensia segera setelah mengalami stroke dan
mengatakan bahwa dari 25 responden mayoritas 13 orang banyak pasien dapat mengontrol kembali pengeluaran
mengalami ketergantungan dalam melakukan aktivitas urine setelah 8 minggu. (Nazarko, 2010 dalam Ardi
mandi. 2011).
Pasien stroke yang menjalani perawatan, hampir Sejalan dengan penelitian Raeni (2016) yang
seluruhnya membutuhkan bantuan untuk mandi akibat mengatakan bahwa mayoritas 21 orang (91,3%) pasien
kelemahan yang dialami. Hal tersebut dapat berlanjut stroke non hemoragik mampu mengontrol pengeluaran
sampai pasien keluar dari rumah sakit. (Maeir et al 2007, urine.
dalam Ardi, 2011).
F. Buang air besar
C. Perawatan diri Dapat dilihat dari tabel 4.6 bahwa 25 orang
Hasil penelitian dari 37 pasien stroke non responden (67,6%) pasien stroke non hemoragik
hemoragik dapat dilihat dari tabel 4.3 bahwa mayoritas kontinensia dalam melakukan aktivitas buang air besar.

71
Sejalan dengan penelitian Raeni (2016) seperti pada penderita stroke dapat mengakibatkan
bahwa mayoritas pasien stroke non hemoragik 23 orang hambatan dalam melakukan mobilitas.
kontinensia (teratur) dalam melakukan aktivitas buang Dalam tabel 4.9 bahwa 20 orang (54,1%)
air besar. Ini disebabkan karena responden dalam responden mandiri dalam melakukan aktivitas mobilitas
penelitian ini mayoritas terkena stroke sudah lebih dari meskipun menggunakan alat bantu seperti tongkat.
4 minggu pertama terkena stroke. Sebagian responden lainnya dapat melakukan aktivitas
Stroke menyebabkan perubahan eliminasi mobilitas dengan bantuan orang dan kursi roda. Dan
buang air besar. Masalah buang air besar yang paling 5,4% responden tidak mampu melakukan aktivitas
sering dialami pasien stroke adalah mengalami mobilitas.
konstipasi dalam 4 minggu pertama. (Su et al, 2009 Hal ini sejalan dengan penelitan Raeni (2016)
dalam Ardi 2011) bahwa mayoritas pasien stroke non hemoragik mandiri
dalam melakukan aktivitas mobilitas.
G. Penggunaan Toilet
Berdasarkan pengamatan dalam penelitian KESIMPULAN
ini, terdapat 56,8% pasien stroke non hemoragik
mayoritas membutuhkan bantuan dalam penggunaan Hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Gambaran
toilet meskipun dapat melakukan beberapa hal sendiri. Aktivitas Sehari-hari Pasien Stroke Non Hemoragik Di
Pasien yang mengalami keterbatasan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016” Hasil penelitian
ketidakmampuan akan mengalami kesulitan dalam bahwa mayoritas pasien stroke non hemoragik mandiri
menggunakan toilet. Pasien membutuhkan adaptasi dan dalam melakukan aktivitas makan, membutuhkan bantuan
harus diberi dorongan serta dukungan untuk orang lain dalam melakukan aktivitas mandi, mandiri
meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka. (Hilton dalam melakukan aktivitas perawatan diri, membutuhkan
2004 dalam Ardi 2011) bantuan dalam melakukan aktivitas berpakaian, aktivitas
Hal ini sejalan dengan penelitian Raeni buang air kecil mengalami kontinensia (teratus untuk lebih
(2016) yaitu mayoritas 18 orang (78,2%) pasien stroke dari 7 hari), melakukan aktivitas buang air besar
non hemoragik membutuhkan bantuan dalam mengalami kontinensia (teratur, bantuan dalam melakukan
melakukan aktivitas penggunaan toilet aktivitas penggunaan toilet, mandiri dalam melakukan
aktivitas transfer (berpindah), mandiri dalam melakukan
H. Transfer (berpindah) aktivitas mobilitas
Pasien yang mengalami kelemahan akan
mengalami kesulitan untuk duduk dan berpindah sehingga SARAN
membutuhkan bantuan. Pada saat bangkit dari duduk
membutuhkan kekuatan yang lebih besar dibandingkan Setelah melakukan penelitian terhadap aktivitas sehari-hari
saat akan duduk. Pasien yang lemah membutuhkan pasien stroke non hemoragik di RSUD Dr. Pirngadi Medan
bantuan dan penggunaan sabuk sangat berguna pada tahun 2016, maka disarankan agar selalu berlatih untuk
kondisi seperti ini. Aktivitas ini bertujuan untuk menggerakkan bagian tubuhnya yang mengalami
mempertahankan status fungsional dan keselamatan pasien gangguan agar terbiasa dan tidak kaku. Sebaiknya
(DeLaune dan Ladner, 2002 dalam Ardi 2011) mengikuti fisioterapi bila perlu
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian,
karena tidak semua pasien stroke non hemoragik DAFTAR PUSTAKA
mengalami kesulitan untuk duduk dan berpindah.
Tergantung berapa lamanya pasien terserang stroke Ardi, 2011. Analisis Hubungan Ketidakmampuan Fisik
pertama kali. Dalam tabel 4.8 sebanyak 20 orang (54,1%) Dan Kognitif Dengan Keputusasaan Pada
responden sudah mandiri dalam melakukan aktivitas Pasien Stroke Di Makassar. Depok : FIK UI.
transfer (berpindah). Hal ini didukung oleh lamanya Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu
responden setelah terkena stroke non hemoragik, dan Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
mereka sudah dilatih keluarga maupun perawat dalam Cahyati, Yanti, 2011. Perbandingan latihan ROM
melakukan aktivitas berpindah dari bed ke kursi. Unilateral dan Latihan ROM Bilateral
Adapun sebagian responden yang masih Terhadap Kekuatan Otot Pasien Hemiparese
membutuhkan bantuan dalam melakukan transfer Akibat Stroke Iskemik di RSUD Kota
(berpindah) dikarenakan kurangnya dukungan keluarga Tasikmalaya Tahun 2011. Depok : FIK UI.
dalam melatih responden untuk melakukan aktivitas Deppenkeb, 2005. Pengertian Aktivitas Dalam KBBI.
transfer (berpindah) Jakarta
I. Mobilitas Hasil Riskesdas, 2013. Diakses tanggal 20 januari 2015
Kemampuan seseorang untuk bergerak bebas Henderson,Leila : 2002.Stroke : Panduan Perawatan.
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus Jakarta : Arcan
terpenuhi. Tujuan mobilitas adalah memenuhi kebutuhan http://eprints.undip.ac.id/12631/1/2003PPDS417
dasar termasuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. 8.pdf
Adanya gangguan yang melibatkan sistem neuromuskular Irfan, M. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Stroke.
Yogyakarta : Graha Ilmu

72
Kurniawati, 2014. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ordinal-Digunakan-Untuk-Mengukur-Kinerja-
Dengan Gangguan Sistem Persarafan Stroke. Dalam-Aktivitas-Sehari
Padalarang : D-III Keperawatan STIKES St Suharsimi, A. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta :
Borromeus. Rineka Cipta
Mutaqqin, Arif, 2008. Asuhan Keperawatan Klien Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose
dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Keperawatan . Edisi 3. Salemba Medika.
Salemba Medika. Jakarta.
Notoatmodjo, S, 2012. Metode Kesehatan. Jakarta : Utami, P. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta
Rineka Cipta Selatan : AgroMedia
Prakasita, M. 2015. Hubungan Antara Lama Wardhana, W.A. 2011. Strategi Mengatasi dan Bangkit
Pembacaan CT Scan Terhadap Outcome dari Stroke. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Penderita Stroke Non Hemoragik Wijaya Andra Saferi & Yessie Mariza Putri, 2013.
http://ejournal.s1.undip.ac.id/index.php/medico Keperawatan Medikal Bedah 2 :
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, 2015. Panduan Keperawatan Dewasa Teori dan Askep.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Medan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Pudiastuti, 2011. Penyakit Pemicu Stroke.Yogyakarta :
Nuha Medika
Santoso, Thomas, 2003. Kemandirian Aktivitas Makan,
Mandi, Dan Berpakaian Pada Penderita
Stroke 6-24 Bulan Pasca Okupasi Terapi.
Semarang : FK UNDIP
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20281864-
T%20Muhammad%20Ardi.pdf
Setiono, 2014. Laporan Pendahuluan Stroke. Jakarta
Setyawan, Hilal, 2012. Instrumen Pengkajian ADL
dengan Indeks Barthel
https://www.scribd.com/doc/138832898/Skala-Barthel-
Atau-Barthel-Indeks-ADL-Adalah-Skala-

73
UNDANGAN MENULIS DI JURNAL POLTEKKES MEDAN
Redaktur Jurnal Poltekkes Medan mengundang para pembaca untuk menulis di jurnal ini. Tulisan ilmiah yang
dimuat adalah berupa hasil penelitian atau pemikiran konseptual dalam lingkup kesehatan.
Persyaratan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Tulisan adalah naskah asli yang belum pernah dipublikasikan.
2. Tulisan disertai abstrak, ditulis satu spasi dengan bahasa Indonesia atau Inggris, maksimal 200 kata.
3. Kata kunci (keywords) minimal dua kata, ditulis di bawah abstrak.
4. Setiap naskah memiliki sistematika sub judul pendahuluan, diikuti oleh beberapa sub judul lain dan
berakhir dengan sub judul penutup atau Kesimpulan.
5. Naskah diketik rapi dua spasi dalam bahasa Indonesia atau Inggris, font: Times New Roman, size: 11,
format: A4 justify.
6. Panjang naskah minimal empat dan maksimal 8 halaman, termasuk rujukan.
7. Sistem rujukan adalah yang lazim digunakan dalam tulisan ilmiah, dengan konsistensinya.
8. Sumber rujukan/kutipan dimasukkan dalam tulisan (tanpa footnote)
9. Tulisan dikirim dalam CD, disertai print out-nya satu eksemplar, atau dikirim lewat E-mail.
10. Redaktur berhak mengedit dengan tidak merubah isi dan maksud tulisan.
11. Redaksi memberikan hasil cetak sebanyak satu eksemplar bagi penulis.
12. Naskah yang tidak dimuat akan dikembalikan bila dalam pengirimannya disertakan perangko
pengembalian, atau diambil langsung dari redaktur.

74

Anda mungkin juga menyukai