Anda di halaman 1dari 70

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA BALITA TENTANG

IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS BITUNG BARAT


KECAMATAN MAESA KOTA BITUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
ANDRI SEHLIN M. GOFOTOR
NPM. 16119121

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRINITA
MANADO
2021
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA BALITA TENTANG
IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS BITUNG BARAT
KECAMATAN MAESA KOTA BITUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Untuk Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Profesional


Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb)
Pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Trinita
Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Oleh:
ANDRI SEHLIN M. GOFOTOR
NPM. 16119121

Kepada

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRINITA
MANADO
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah Berjudul : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Balita

Tentang Imunisasi Dasar di Puskesmas Bitung

Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung.

Yang Ditulis Oleh,

Nama : Andri Sehlin M. Gofotor

NIM : 16119121

Terdaftar TA. : 2016/2017

Disetujui untuk dipertahankan dalam Ujian Karya Tulis Ilmiah dihadapan Tim

Penguji Universitas Trinita Manado pada hari, Oktober 2021

Demikian untuk proses selanjutnya.

Manado, Oktober 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Clara Moningka, SST, M.Kes Demsi R. Sasewa, S.Sos, SE, M.Si


NIDN/NIK 09 9 05 107107 NIDN/NIK 09 04 127001
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Berjudul : Gambaran Pengetahuan Orang Tua Balita


Tentang Imunisasi Dasar di Puskesmas Bitung
Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung.
Yang Ditulis Oleh,
Nama : Andri Sehlin M Gofotor
NIM : 16119121
Terdaftar TA. : 2016/2017

Telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Universitas Trinita
Manado pada hari, Oktober 2021
Tim Penguji,
1. Clara Moningka, SST, M.Kes (……………….……….)
2. Demsi R. Sasewa, S.Sos, SE, M.Si (………………………..)
3. Rutler Masalamate, SKM, M.Kes (………………………..)

Mengetahui
Dekan Ketua
Fakultas Kesehatan Program Studi Kebidanan

Rutler Masalamate, SKM, M.Kes Priska Pandaleke, S.Tr.Keb, M.Kes


NIDN/NIK 0915118402 NIDN/NIK . 09 10 02900
CURICULUM VITAE

I. IDENTITAS

Nama : Andri Sehlin M. Gofotor

NPM : 16119121

Tempat/Tanggal Lahir : Tetewang 24 Mei 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Maluku/Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Malalayang Dua,Manibang II

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD : SD NEGERI TETEWANG

2. SMP : SMP PGRI DODINGA

3. SMA : SMA NEGERI 5 HALBAR

4. Perguruan Tinggi : Universitas Trinita Manado 2016-Sekarang


MOTTO
Tidak penting berapa kali kita gagal yang penting

berapa kali kita bangkit dan terus belajar ketika kita jatuh

Never give up

Janganlah takut sebab aku menyertai engkau,

janganlah bimbang sebab aku ini Allahmu

(yesaya 41;10a)

KUDEDIKASIKAN UNTUK :

TUHAN YESUS,

MAMA, PAPA, ADE

DAN SEMUA KELUARGA BESAR


Gofotor, A. 2021, “ Pengetahuan Orang Tua Balita Tentang Imunisasi Dasar
Lengkap Di Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung ’’
( Dibimbing oleh Clara Moningka SST, M. Kes., sebagai pembimbing I dan Demsi R.
Sasewa S.Sos, SE, M.Si sebagai pembimbing II )

ABSTRAK
Akibat dari bayi yang tidak di imunisasi memiliki resiko lebih tinggi untuk
terkena komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan pada bayi bahkan kematian
ini karna tubuhnya tidak mendapatkan kekuatan dari sistem pertahanan khusus yang
bisa mendeteksi jenis-jenis penyakit berbahaya tertentu. Pada pengambilan data awal
di lakukan wawancara terhadap salah satu petugas kesehatan di puskesmas bitung
barat yang menyatakan bahwa pada saat penyuluhan masih banyak orang tua balita
yang tidak mau ikut berpartisipasi untuk menamba wawasan tentang
imunisasi.Tujuan penelitian untuk Mengetahui pengetahuan orang tua blita tentang
imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung.
Jenis Penelitian adalah deskriptif . Populasi dalam penelitia ini berjumlah 180
ibu dan sampel yang di ambil berjumlah 27 responded dari 15% total populasi.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling dengan
menggunakan rumus
f
P = x 100 %
n
Berdasarkann hasil penelitian yang di lakukan di simpulkan bahwa
pengetahuan responded tentang Pengetahuan Orang Tua Balita Tentang Imunisasi
Dasar lengkap di Puskesmas Bitung Barat dari 27 responded, tentang pengetahuan
baik yang paling banyak yaitu 12 responded (44,4), tingkat pengetahuan cukup 9
responded ( 33,33), tingkat pengetahuan kurang 6 responded (22,22). Saran bagi
Puskesmas Bitung Barat Khususnya bagi petugas kesehatan untuk tetap memberikan
bimbingan atau informasi berhubungan pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Agar ibu
ibu yang termasuk kategori cukup dan kurang dapat di tingkatkan menjadi kategori
baik.

Kata Kunci: Pengetahuan, Orang Tua Balita, Tentang Imunisasi Dasar Lengkap
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena

atas Rahmat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang

berjudul “Pengetahuan Orang Tua Balita Tentang Imunisasi Dasar Lengkan di

Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung Tahun 2021”

Penulis menyadari begitu banyak hambatan dan kesulitan selama penyusunan

usulan penelitian ini, tetapi berkat motivasi dan bantuan dari berbagai pihak sehingga

usulan penelitian ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih

banyak kepada :

1. Apriano A. Saerang, SE.,ST., M.Si, Selaku Ketua Pembina Yayasan Prisma

Sulawesi Utara

2. Merry J.J Langie, SE., M.Si, selaku Ketua Yayasan Prisma Sulawesi Utara

3. Demsi R. Sasewa,S.Sos, SE M.si, selaku Rektor Universita Trinita dan selaku

pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan,petunjuk dan juga motivasi dalam penulisan usulan penelitian

4. Rutler Masalamate, SKM., M.Kes, selaku Dekan Universitas Trinita

5. Priska Pandeleke S.Tr.Keb., M.Kes, selaku ketua Program Studi Kebidanan

6. Clara Monigka SST, M.Kes Sebagai dosen pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan juga motivasi dalam penulisan

usulan penelitian
7. Seluruh dosen dan staf Universitas Trinita Manado yang telah memberikan

bantuan demi lancarnya proses usulan penelitian ini

8. Keluarga Tercinta Mama,Papa Ade yang telah memberikan dukungan, doa,

motivasi dan semangat kepada penulis

9. Kepada teman-teman dan sahabat (Nova, ika, efin, gita, keren, Sali ) dan semua

yang telah membantu dalam penyusunan KTI dan memberikan semangat untuk

penulis

10. Kepada Mangasi Sinurat yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi

penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Usulan Penelitian ini masih jauh dari

sempurna, oleh karna itu sangat diharapkan kritik dan saran

Manado, Oktober 2021

Penulis

Andri Sehlin M. Gofotor


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………... iii

MOTTO DAN DEDIKASI ……………………………………………............. iv

CURICULUM VITAE ………………………………………………………… v

ABSTRAK…………………………………………………………………….... vi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... xi

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6

D. Manfaat Penelitan .......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan ....................................................... 8

B. Tinajuan Tentang Imunisasi............................................................ 15

C. Kerangka Konsep ............................................................................ 29


BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian …………………………………………………... 30

B. Variabel Penelitian ………………………………………………. 30

C. Definisi Operasional ……………………………………………... 30

D. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………..... 31

E. Populasi dan Sampel ……………………………………………... 31

F. Instrumen Penelitian ……………………………………………… 32

G. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. 33

H. Jalannya Penelitian ………………………………………………. 33

I. Analisa Data …………………………………………………….. 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………………………………………………........ 37

B. Pembahasan……………………………………………………..... 42

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………..... 46

B. Saran ……………………………………………………………... 46

DAFTRAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur ………………………………. 39

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan .……………..………..... 40

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan …...………….…………… 40

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Orang Tua Balita …...... 41
DAFTAR GAMBAR

Gambar Kerangka Konsep .................................................................................29


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Instrumen Penelitian (Kuisioner)

Lampiran 2. Master Tabel/Tabulasi Data Responden

Lampiran 3. Surat Permohonan/Pengantar Ke Lokasi Penelitian

Lampiran 4. Surat Keputusan Tentang Pelaksanaan Ujian Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5. Lembar Konsultasi Pembimbing I dan Pembimbing II Dalam

Penyusunan KTI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi dalam sistem kesehatan adalah salah satu bentuk intervensi

kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan

balita. Berdasarkan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 Menyatakan bahwa setiap

anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk

mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan

pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.

Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam peraturan menteri kesehatan nomor

12 Tahun 2017 yang di undangkan tanggal 11 april 2017. Imunisasi termasuk

salah satu jenis usaha memberikan kekebalan pada anak dengan memasukkan

vaksin kedalam tubuh guna membuar zat anti untuk mencegah terhadap penyakit

tertentu (Fida & Maya, 2012).

Ada ungkapan yang menyatakan bahwa lebih baik mencegah daripada

mengobati. Ungkapan ini sangat cocok untuk menggambarkan manfaat

imunisasi, akan tetapi, masih banyak orang tua yang meremehkan dan

mengabaikan pentingnya imunisasi. Dalam dunia kesehatan modern seperti

sekarang, bukan lagi soal pengobatan yang terpenting, melainkan cara

pencegahannya. Sebab apabila menunggu anak sakit terlebih dahulu, biayanya


akan semakin tinggi bila dihitung pasti jauh lebih mahal dari pada biaya vaksin

(imunisasi) (Fida & Maya, 2012).

Kondisi geografis Indonesia jmenjadi tantangan bagi program imunisasi,

selain kurangnya pengetahuan masyarakat dan kurangnya informasi tentang

imunisasi. Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Kementerian Kesehatan RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes berbagai tantangan

tantangan masih dihadapi dalam pelaksanaan program imunisasi antara lain

masalah pasokan vaksin, manajemen rantai dingin vaksin, layanan imunisasi

yang harus ditingkatkan kualitasnya, adanya isu negatif tentang vaksin dan

kurangnya pengetahuan sebagian masyarakat tentang manfaat imunisasi

(Kemkes, 2020).

Menurut World Health Organisasi (WHO),program imunisasi di Indonesia

memeiliki tujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit dan angka

kematian akibat penyakit yang dapat yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Upaya imunisasi di selenggarakan di indoseia sejak Tahun 1956. Mulai tahun

1977, upaya imunisasi di perluas menjadi program pengembangan imunisasi

dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat di cegah

dengan imunisasi. WHO 2010 mencatat sebanyak 4,5 juta kematian dari 0,5 juta

per tahun terjadi akibat penyakit infeksi yang bisa di cegah dengan imunisasi.

Sebagian anak tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap sehingga anak

di nyatakan drop out atau anak tidak lengkap imunisasinya.


Laporan TB oleh WHO yang terbaru (2006),masih menepatkan Indonesia

sebagai penyumbang terbesar nomor 3 setelah india dan cina dengan jumlah

kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 per

tahun.Penyakit TBC ada anak adalah fenomena yang sangat

mencemaskan.Jumlah kasus TBC pada anak Indonesia sekitar seperlima dari

seluruh kasus TBC. (WHO,2007) Salah satu program pemerintah agar bayi dan

anak terhindar dari berbagai penyakit menular yaitu dengan memberikan

imunisasi lengkap pada anak-anak, dan pemerintah juga mewajibkan agar setiap

anak mendaptkan imunisasi dasar. Hal ini sesuai dengan paradigma sehat yang di

laksanakan melauli beberapa kegiatan antara lain pemberantasan penyakit

menular dengan upaya pengebalan/imunisasi. (Depkes,2009)

Survei Kementerian Kesehatan dan UNICEF terbaru terhadap lebih dari

5.300 fasilitas kesehatan di Indonesia menunjukkan 84% responden mengatakan

layanan imunisasi anak terganggu akibat Covid-19. Survei ini juga menunjukkan

cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada April 2020 menurun 4,7%

dibanding April 2019. Sebelum Pandemi Covid 19 Data Riset Kesehatan Dasar

tahun 2018 menunjukkan cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia untuk

anak berusia 12-23 bulan hanya sekitar 58% (targetnya 93% pada 2018) dari

sekitar 6 juta anak yang harus vaksinasi. Dengan adanya pandemi, target cakupan

imunisasi dasar lengkap semakin berat. Para orang tua khawatir bahwa anak

mereka akan tertular COVID-19 jika pergi ke tenaga kesehatan dan fasilitas

kesehatan. Nasib anak Indonesia yang berjumlah 30% dari total penduduk sedang
terancam, jika kita tidak meningkatkan kepedulian pentingnya imunisasi

(Kemkes, 2020)

Secara Nasional Caukupan imunisasi dasar lengkap di tahun 2020 yaitu sebesar

83,3% angka tersebut belum memenuhi target yang harus di capai tahun 2020 yaitu

92,9%. Dan berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi

Utara pada tahun 2020 Cakupan imunisasi dasar lengkap yaitu 65,2% dari target

Imunisasi dasar lengkap yang harus di capai pada tahun 2020 adalah 92,9% . Data

capian imunisasi dasar lengkap dari puskesmas bitung barat sekitar 65,5% dari target

rencana strategi kementrian kesehatan sebesar 85%. (Kemenkes RI 2019)

Jika di lihat dari capaian imunisasi dasar lengkap masih banyak balita yang tidak

di imunisasi dan seperti yang kita ketahui bahwa jika balita tidak mendapatkan

imunisasi maka akan menghambat tumbuh kembang bayi dan muda kenah

sakit,bahkan memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena komplikasi yang dapat

menyebabkan kecacatan pada bayi bahkan kematian ini karna tubuhnya tidak

mendapatkan kekuatan dari sistem pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-

jenis penyakit berbahaya tertentu.

Berdasarkan survey awal di puskesmas bitung barat kecamatan

maesa,berdasarkan data register jumlah orang tua balita pada bulan januari – april

2021 sebanyak 180 balita yang bawa orang tuanya untuk mendapatkan imunisasi

dasar lengkap,dan di dapatkan 1 kasus karna ketidaktepatan pemberian imunisasi

yaitu penyakit hepatitis di sebabkan beberapa faktor salah satunya minimnya

pengetahuan orang tua balita tentang imunisasi dasar di puskesmas bitung barat data
tersebut di peroleh dari hasil wawancara dengan salah satu petugas kesehatan di

puskesmas bitung barat yang menyatakan bahwa pada saat penyeluhan tentang

imunisasi dasar banyak orang tua balita yang tidak mau ikut berpartisipasi untuk

menamba wawasan tentang Imunisasi Dasar.

Melihat fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Gambaran Pengetahuan Orang Tua Balita Tentang Imunisasi Dasar di

Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut “Bagaimana Pengetahuan Orang Tua Balita Tentang Imunisasi

Dasar di Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung Tahun 2021?”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Pengetahuan orang tua balita tentang Imunisasi Dasar di

Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung Tahun 2021.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui pengetahuan orang tua

balita tentang Imunisasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan dan mengaplikasikan

ilmu pengetahuan yang didapat selama pendidikan.


b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah bahan kepustakaan di Universitas

“Trinita” Manado Program Studi DIII Kebidanan dan dapat di jadikan

sumber informasi.

c. Bagi Profesi

Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan bagi

tenaga kesehatan, terutama para bidan di puskesmas untuk meningkatkan

peran petugas sehingga terjadi peningkatan cakupan Imunisasi.

d. Bagi Responden

Agar orang tua balita mengetahui dan memahami tentang Imunisasi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan

telinga (Notoatmodjo 2010).

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2010, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu, misalnya tahu bahwa tomat

banyak mengandung vitamin, jamban adalah tempat membuang air besar,

penyakit demam berdarah ditularkan oleh nyamuk aedes agepti dan

sebagainya. Untuk mengetahui dan mengukur orang mengetahui sesuatu

dapat menggunakan pertanyaan pertanyaan misalnya apa tanda tanda anak

yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan

PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dan sebagainya.


b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu atau menyebutkan

objek tersebut tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek tersebut. Misalnya orang yang benar memahami cara pemberantasan

penyakit demam berdarah bukan hanya sekedar menyebutkan 3M

(mengubur, menutup dan menguras) tetapi harus dapat menjelaskan

mengapa harus menutup, mengubur dan menguras tempat tempat

penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang di

ketahui tersebut pada situasi lain. Misalnya seseorang yang telah paham

tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program

kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja, orang yang telah paham

metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana

saja dan seterusnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kemudian mencari hubungan antara komponen komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah

apabila
orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan,

mengelompokkan membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas

objek tersebut. Misalnya dapat membedakan antara nyamuk aedes agepty

dengan nyamuk biasa,

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi formulasi yang telah ada. Misalnya dapat

membuat dengan kata kata sendiri tentang hal hal yang telah dibaca atau

didengar, dapat membuat kesimpulan atas artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian ini dengan sendiri

didasarkan pada kriteria yang telah ditentukan atau norma norma yang

telah berlaku di masyarakat. Misalnya seorang ibu dapat melihat seorang

anak menderita malnutrisi atau tidak dan sebagainya.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Cara Non Ilmiah

1) Cara coba-coba salah (Trial and Error).

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka

dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat di

pecahkan.
2) Cara Kebetulan (spekulasi)

Penemuan secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh

orang yang bersangkutan.

3) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintah dan berbagai perinsip orang lain yag menerima atau

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran

sendiri.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat di gunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara megulang kembali pengalaman yang pernah

di peroleh dalam memecahkan persoalan.

5) Cara akal sehat (Common Sense)

Akal sehat kadang dapat menemukan teori atau kebenaran

6) Melalui jalan pikir

Manusia telah mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh

pengetahuannya.

a) Induksi

Penarikan kesimpulan yang di mulai dari peryataan-pernyatan

khusus dari pernyataan umum


b) Deduksi

Pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus

b. Cara Ilmiah

Cara ilmiah atau cara modern ini disebut dengan penelitian ilmiah atau

lebih populer disebut metodologi penelitian yang dikenal dengan penelitian

ilmiah (Saryono, 2011).

4. Faktor Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan baik yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya faktor internal dan faktor eksternal yaitu:

a. Faktor internal

1) Umur

Umur merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia

dilahirkan hingga berulang tahun. Jika seseorang itu memiliki pola pikir

dan pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh

terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan

semakin baik.

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh

setiap individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun

kelompok. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

kepada perkembangan orang lain untuk menuju kearah cita-cita tertentu


untuk mengisi kehidupan sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Makin

tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah orang tersebut

menerima informasi. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang

akan

cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun

media massa. Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan,

seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula

pengetahuan yang dimiliki.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari.

Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi dengan

orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik pula.

Pengalaman bekerja akan memberikan pengetahuan dan keterampilan

serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan

menalar secara ilmiah.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.


Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon

sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2) Sosial Budaya

Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang

dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan

baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

3) Status ekonomi

Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi

ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Sumber informasi

Seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan

memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi

yang berperan penting bagi pengetahuan yaitu media massa. Menurut

Ariani (2014), pengetahuan bisa didapat dari beberapa sumber antara

lain media cetak, elektronik, papan, keluarga, teman dan lain-lain.

B. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,

berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal

atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap

penyakit yang lain. Imunisasi termasuk salah satu jenis usaha memberikan

kekebalan dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh guna membuat zat

anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud

vaksin

adalah bahan yang digunakan untuk merangsang pembentukan zat anti yang

dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT

dan campak) dan mulut (contohnya vaksin polio) (Fida & Maya, 2012).

2. Tujuan Imunisasi

Pelaksanaan imunisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang sekaligus menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok

masyarakat bahkan menghilangkan suatu penyakit. Dengan adanya imunsasi

diharapkan bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta mampu

mengurangi kecacatan akibat penyakit.

3. Macam-macam Imunisasi

Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi

menjadi 2 yaitu :

a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai anigen yang diharapkan

bisa terjadi proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi

imunologi

spesifik yang dapat menghasilkan respon seluler dan humoral, serta

dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar mengalami infeksi maka

tubuh secara cepat mempu merespons. Dalam imunisasi aktif, terdapat

empat macam kandungan dalam setiap vaksin. Diantaranya ialah

sebagai berikut :

1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat

atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa

polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan atau bakteri yang

dimatikan)

2) Pelarut bisa berupa air steril atau cairan kutur jaringan

3) Preservative, stabilizer dan antibiotik yang berguna untuk

mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus stabilisasi antigen

4) Adjuvans yang terdiri atas garam alumunium yang berfungsi

meningkatkan immunogenitas antigen

b. Imunisasi pasif

Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suat

zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang bisa berasal dari

plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba


yang diduga sudah masuk kedalam tubuh yang terinfeksi (Fida & Maya,

2012).

4. Jenis Imunisasi Dasar dan Jadwal Imunisasi rekomendasi IDAI

a. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG (basillus calmette Guerin) adalah imunisasi yang

digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Sebab

terjangkitnya penyakit TBC yang primer ataupun ringan bisa saja

terjadi, walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. Adapun jenis TBC

yang berat ialah TBC pada selaput otak, Milliar pada seluruh lapangan

paru, atau

TBC tulang. Vaksin BCG yang disuntikan merupakan vaksin yang

mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan (Natalia & Oktami,

2014)

1) Jumlah pemberian imunisasi BCG

Vaksin BCG cukup diberikan 1 kali, tidak perlu diulang (booster).

Sebab, vaksin ini berisi kuman hidup, sehingga antibodi yang

dihasilkannya sangat tinggi. Tentunya, itu berbeda dengan vaksin

yang berisi kuman mati, sehingga memerlukan pengulangan.

2) Usia Pemberian Imunisasi BCG

Imunisasi BCG bisa diberikan ketika anak masih di bawah usia 2

bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes

mantoux (tuberculin) dahulu untuk mengetahui apakah anak sudah


kemasukan kuman Mycrobacterium tuberculosis atau belum.

Vaksinasi dilakukan jika hasil tesnya negatif. Apabila ada penderita

TB yang tinggal serumah atau sering kali bertandang ke rumah,

segera setelah lahir, anak harus diberi imunisasi BCG.

3) Lokasi Penyuntikan

Menurut anjuran yang disampaikan oleh badan kesehatan dunia,

WHO, bagian tubuh yang disuntik dengan vaksin BCG ialah lengan

kanan atas (insersio M deltoideus). Meskipun demikian, ada juga

petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha. Adapun dosis

untuk anak < 1 tahun adalah 0,05 ml.

4) Efek Samping

Biasanya, imunisasi BCG tidak menimbulkan efek samping. Akan

tetapi, pada beberapa anak, timbul pembengkakan kelenjar getah

bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau selengkangan bila

penyuntikan dilakukan di paha). Namun, efek samping tersebut

biasanya sembuh dengan sendirinya.

5) Tanda Keberhasilan

Ada beberapa tanda bahwa imunisasi BCG berjalan sukses, seperti

muncul bisul kecil dan nanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6

minggu, tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas, serta

bisul dapat sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut. Apabila

bisul tidak muncul, maka orang tua tidak perlu cemas Bisa saja hal
itu dikarenakan cara penyuntikan BCG memerlukan keahlihan

khusus. Sebab, vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi, bila

penyuntikan dilakukan di paha, maka proses penyuntikannya lebih

sulit, karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih

tebal. Dengan

demikian, meskipun bisul tidak muncul, antibody tetap terbentuk,

hanya saja dalam kadar rendah. Sehingga, imunisasi BCG pun tidak

perlu diulang, karena di daerah endemis TB,infeksi alamiah akan

selalu ada. Dengan ungkapan lain anak bisa mendapatkan vaksinasi

alamiah.

6) Kontraindikasi

Imunisasi BCG tidak dapat diberikan kepada anak berpenyakit TB

atau menunjukkan mantoux positif.

b. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg

dalam bentuk cair. Frekuensi pemnerian imunisasi hepatitis sebanyak

3kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Pemberian

imunisasi hepatitis B harus berdasarkan status HbsAg ibu saat

melahirkan

1) Jumlah pemberian
Imunisasi hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali dengan interval 1

bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara

suntikan kedua dan ketiga.

2) Usia Pemberian

Penyuntikan vaksin hepatitis B sekurang-kurangnya diberikan 12 jam

setelah anak dilahirkan, asalkan kondisinya stabil, serta tidak ada

gangguan paru-paru dan jantungnya diberikan intramuscular 0,5mL

HBIG. Penyuntikan selanjutnya diberikan pada saat usia mencapai 1

bulan, lalu jetika usianya 3-6 bulan. Kgusus anak yang lair dari

pengidap VHB selain imunisasi tersebut juga dilakukan tambahan

dengan immunoglobulin antihepatis B dalam waktu sebelum 24 jam.

3) Lokasi penyuntikan

Penyuntikan vaksin hepatitis B dilakukan dilengan dengan cara

intramusculer. Sedangkan pada bayi dipaha lewat anterolateral

(antero=otot-otot dibagian depan, lateral=otot bagian luar) dalam

dosis 0,05cc/0,5 ml.

4) Efek samping

Sebagaimana vaksin BCG, penyuntikan hepatitis B juga tidak

menimbulkan efek samping. Andaipun ada (jarang), efek samping ini

hanya berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan disusul demam

ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini bisa menghilang dalam

waktu 2 hari.
5) Tanda keberhasilan

Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan sebagai patokan

suksesnya

penyuntikan vaksin hepatitis B. namun dapat dilakukan pengukuran

keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar

hepatitis B setelah anak berusia 1 tahun.

6) Tingkat kekebalan

Tingkat kekebalan vaksin hepatitis B cukup tinggi yakni 94-96%.

Pada umumnya setelah 3 kali suntikan lebih dari 95% anak

mengalami respons imun yang cukup.

7) Kontra indikasi

Penyuntikan vaksin hepatitis B tidak dapat diberikan kepada anak

yang sakit berat. Vaksinasi hepatitis dapat diberikan pada ibu hamil

dengan aman dan tidak akan membahayakan janin. Bahkan akan

memberikan perlindungan kepada janin selama beberapa bulan

terakhir lahir

c. Imunisasi Polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit poliomyelitis yang bisa menyebabkan kelumpuhan

pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Untuk

imunisasi dasar (polio ,2 dan 3), vaksin diberikan 2 tetes peroral dengan

interval tidak kurang dari 4 minggu. PPI menambahkan imunisasi polio


segera setelah lahir (polio 0 pada kunjungan I). Imunisasi polio ulangan

diberikan 1 tahun semenjak imunisasi polio 4 selanjutnya saat masuk

sekolah (5-6 tahun).

1) Jumlah pemberian imunisasi polio

Pemberian imunisasi polio bisa jadi lebih dari jadwal yang telah

ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun

jumlah yang berlebihan ini tidak berdampak buruk.

2) Usia pemberian imunisasi polio

Pemberian imunisasi polio dapat langsung diberikan saat anak lahir

(0 bulan) kemudian pada usia 2, 4 dan 6 bulan) pemberian imunisasi

berikutnya bisa dilakukan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali

saat lahir pemberian imunisasi polio selalu dibarengi dengan

imunisasi DPT.

3) Cara pemberian imunisasi polio

Pemberian imunisasi polio bisa melalui suntikan (inactivated

poliomyelitis vaccine atau IPV) maupun mulut (oral poliomyelitis

vaccine atau OPV). Di Indonesia pemberian vaksin yang digunakan

adalah OPV.

4) Efek samping
Penggunaan vaksin polio hamper tidak memiliki efek samping.

Hanya sebagian kasus kecil pada anak yang mengalami pusing, diare

ringan dan sakit otot. Kasusnya pun tergolong sangat jarang

5) Tingkat kekebalan

Evektifitas iunisasi polio terbilang cukup tinggi, yaitu mampu

mencekal terjangkitnya hingga 90%.

6) Kontra Indikasi

Vaksin polio tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita

penyakit akut atau demam tinggi (di atas 38°C), muntah atau diare,

penyakit kanker, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan steroid

dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan mekanisme

kekebalan yang terganggu.

d. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT (dipteri, pertussis, tetanus) ialah imunisasi yang

diberikan untuk mencegah terjangkitnya penyakit difteri, pertussis dan

tetanus. DPT merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri

yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang

pembentukan zat anti (toksoid).

1) Usia dan jumlah pemberian

DPT diberikan sebanyak 5 kali dan dilakukan secara bertahap. DPT

diberikan pertama kali sejak anak berusia 2 bulan dengan interval 4-


6 minggu. DPT 1 diberikan saat anak berusia 2-4 bulan, DPT 2

ketika umur 3-5 bulan dan DPT 3 saat usianya memasiki 4-6 bulan.

Pemberian vaksin selanjutnya (DPT 4) dapat diberikan 1 tahun

setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan. Sedangkan DPT 5

diberikan

ketika anak mulai masuk sekolah yaitu sekitar 5-7 tahun berikutnya

tepatnya dalam kegiatan imunisasi di sekolah dasar dan diberikan

padaumur 12 tahun. Sebaiknya untuk ulangan pada umur 12 tahun

diberikan dT (adt-adult dose untuk vaksin difteria). Dosis 0,5 ml,

intramuscular baik untuk imunisasi dasar dan ulangan.

2) Efek samping

Biasanya pemberian imunisasi DPT menimbulkan demam. Efek

samping ini dapat diatasi dengan obat penurun panas. Apabila

demamnya tinggi dan tidak kunjung reda setelah 2 hari, hendaknya

anak segera di bawa ke dokter. Akan tetapi jika demam tidak

muncul, bukan berarti imunisasi gagal, namun bisa saja karena

kualitas vaksinnya tidak baik. Sementara untuk anak yang memiliki

riwayat kejang demam, imunisasi DPT tetap aman. Kejang demam

tidak membahayakan, karena ia mengalami kejang hanya ketika

demam dan takkan mengalami kejang lagi setelah demamnya

menghilang. Pada anak yang mengalami bakat alergi, terutama

alergi kulit, efek samping yang kadang muncul ialah ia mengalami


pembengkakan dibagian imunisasi beberapa lama kemudian.

Pembengakakan lokasi imunisasi setempat biasanya menghilang

sekitar 1-2 bulan.

3) Kontraindikasi

Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami

kejang yang disebabkan oleh penyakit, seperti epilepsy, menderita

kelainan saraf yang betul-betul berat atau seusai dirawat karena

infeksi otak dan yang alergi terhadap DPT. Anak seperti itu hanya

boleh menerima imunisasi DT tanpa P, karena antigen P inilah yang

menyebabkan panas.

e. Imunisasi Campak

Imunisasi campak mencegah tertularnya anak dari penyakit campak.

Imunisasi campak mengandung vaksin dari virus yang telah dilemahkan

dan diberikan melalui subkutan. Sebenarnya seorang anak sudah

mendapatkan kekebalan campak dari ibunya, saat anak masih dalam

kandungan, dan akan menetap sampai anak dilahirkan. Namun seiring

bertambahnya usia, antibody dari ibunya semakin menurun. Pada umur

9 bulan hanya ekitar 10% anak yang masih mempunyai antibody dari

ibunya. Vaksin campak harus disimpan pada suhu 2-8°C, karena sinar

matahari atau panas dapat membunuh virus vaksin campak.

1) Usia dan jumlah pemberian imunisasi Campak


Imuniasi campak diberikan dengan cara penyuntikan pada otot paha

atau lengan bagian atas dalam satu dosis 0,5 ml sub-kutan dalam.

Vaksin campak dberikan 2 kali yaitu ketika anak berusia 9 bulan,

kemudian saat ia memasuki usia 6 tahun. Pemberian imunisasi

pertama sangat dianjurkan sesuai jadwal. Jika sampai 12 bulan

belum mendapatkan imunisasi campak maka pada usia 12 bulan

anak harus segera diimunisasi MMR (measless, mump dan rubella)

2) Efek samping

Pada umumnya imunisasi campak tidak memiliki efek samping dan

relatif aman diberikan. Meskipun pada beberapa anak dapat

menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil.

Biasanya demam berlangsung sekitar 1 minggu. Terkadang ada pula

efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.

f. Imunisasi MMR

Imunisasi MMR (measless, mump dan rubella) adalah imunisasi yang

digunakan untuk memberikan kekebalan sekaligus mencegah penyakit

campak (measles), gondong, parotisepidemika (mumps) dan campak

jerman (rubella). Dalam imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah

virus campak strain edmoson yang dilemahkan virus rubella strain RA

27/3 dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan untuk anak berusia

dibawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan


antibody internal yang masih ada. Imunisasi MMR sangat penting

diberikan khususnya ketika anak memasuki usia prasekolah.

1) Usia dan Jumlah pemberian imunisasi MMR

Imunisasi MMR diberikan ketika anak sudah berumur 12 bulan (jika

ia belum pernah mendapatkan imunisasi campak) atau saat ia berusia

15 bulan. Kemudian, pemberian vaksin ulangan ketika ia berusia 4-6

tahun. Dosis satu kali 0,5 ml subkutan.

2) Efek samping

Imunisasi MMR memberikan efek samping berupa reaksi anafilaksis

pada telur dan neomisin, kehamilan, serta gangguan

immunodefisiensi.

g. Hib (H. Influenza Tipe B)

Imunisasi Hib (haemophilus influenza tipe b) ilah imunisasi yang

diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe b.

imunisasi ini merupakan bentuk polisakarida murni (PRP atau purified

capsular polysaccharide) kuman H influenzae tipe b. antigen dalam

vaksin tersebut dapat dikonjungsikan dengan protein yang lain seperti

toksoid tetanus (PRT-T), toksoid difteri (PRP-D atau PRPCR50) serta

kuman monongokokus (PRP-OMPC) (Fida & Maya, 2012). Pada

pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan 3 suntikan dengan

interval 2 bulan. Sedangkan dengan vaksin PRP-OMPC dilakukan

dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian boosterny


diberikan ketika anak memasuki usia 18 bulan. Satu dosis vaksin Hib

berisi 0,5ml diberikan secara intramuskuler (Sudarti & Fauziah, 2012).


C. Kerangka Konsep

Pengetahuan Orang Tua Balita


D.
Tentang Imunisasi Dasar

Baik

Tahu
E.
Cukup
F.
Memahami
Kurang
Aplikasi G.

Analisa H.

I.
Sintesis

J.
Evaluasi

Keterangan

: Variabel Yang Diteliti

: Variabel Yang Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

deskriptif yaitu untuk menggambarkan pengetahuan orang tua balita tentang

imunisasi dasar di Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung tahun

2021.

B. Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah monovariabel atau variabel tunggal

yaitu menggambarkan pengetahuan orang tua balita tentang imunisasi dasar di

Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota Bitung tahun 2021.

C. Definisi operasional

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan segala hal yang diketahui ibu tentang imunisasi

dasar.

a. Pengetahuan dikatakan baik jika responden menjawab benar dengan

persentase nilai 76-100% dengan rentang nilai 16-20

b. Pengetahuan dikatakan cukup apabila responden menjawab benar

dengan persentase nilai 56-75% dengan rentang nilai 12-15


c. Pengetahuan dikatakan kurang apabila responden menjawab benar

dengan persentase nilai ≤ 55% dengan rentang nilai ≤ 11

2. Orang tua balita

Orang tua balita adalah ibu yang mempunyai anak bayi

Dan untuk diimunisasi di Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota

Bitung.

3. Imunisasi

Imunisasi Dasar adalah usaha memberikan kekebalan dengan memasukkan

bahan yang digunakan untuk merangsang pembentukan zat anti yang

dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan dan mulut ke dalam tubuh guna

membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu misalnya

vaksin Hepatitis B, BCG, DPT dan campak serta polio.

D. Lokasi dan Tempat Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian telah di lakukan di Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa

Kota Bitung.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2021.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian atau yang diteliti

(Arikunto, 2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu

yang mempunyai bayi, yang berkunjung mendapatkan imunisasi dasar

lengkap di Puskesmas Bitung Barat yaitu sebesar 180 ibu.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian populasi yang akan di teliti, atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh populasi, apabila

subjeknya kurang dari 100 dapat di ambil semua, tetapi jumlah subjeknya

lebih dari 100 dapat di ambil 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2010). Sampel

dalam penelitian adalah ibu yang membawa anak untuk diimunisasi, yang

berkunjung ke Puskesmas Bitung Barat dan di ambil sebanyak 15% dari total

populasi sehingga jumlah sampel yang di dapat adalah 27 ibu. Sampel dalam

penelitian ini diambil secara Accidental sampling yaitu Sebanyak 27 ibu

yang memiliki bayi yang berkunjung ke Puskesmas Bitung Barat untuk

imunisasi selama waktu penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto 2010). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,

G. Teknik pengumpulan data

1. Data Primer
Data dalam penelitian ini yaitu diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Buku Register Puskesmas Bitung Barat Kecamatan

Maesa Kota Bitung di ruangan Imunisasi.

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan masalah yang diteliti

b. Permohonan ijin Penelitian

c. Persetujuan ijin penelitian

d. Pengumpulan referensi di perpustakaan dan buku sumber

e. Pengumpulan data lokasi penelitian

f. Menyusun Karya Tulis Ilmiah

g. Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

h. Seminar Karya Tulis Ilmiah

2. Tahap Pelaksanaan

a. Membagi kuesioner pada ibu yang membawa bayi untuk imunisasi

b. Melakukan pengumpulan data dan menganalisa data

c. Menyusun laporan penelitian.

3. Tahap Pengolahan Data

Semua hasil pengolahan data dihitung menggunakan kalkulator dan

disajikan dalam bentuk tabel.


4. Prosedur Penulisan Laporan Penelitian

Prosedur penulisan/penyusunan laporan mengacu pada Buku Pedoman

Penulisan Usulan Karya Tulis Ilmiah.

I. Pengelola dan Analisa Data

1. Pengelolaan Data

Proses pengelolaan data (data Processing) ini terdiri dari 3 jenis kegiatan

yaitu (Annur, 2012)

a. Memeriksa data (editing data)

Memeriksa data hasil pengumpulan data. Yang berupa daftar

pertanyaan, kartu, buku dan lain-lain. Kegiatan ini meliputi hal-hal

sebagai berikut:

1) Perhitungan dan Penjumlahan

Adalah mennghitung lembaran-lembaran kuisioner.Kegiatan ini

dimaksudkan untuk mengetahui apakah jumlah telah sesuai dengan

jumlah yang telah disebarkan atau ditentukan.

2) Koreksi

Yang termasuk kegiatan koreksi ini adalah untuk melihat hal-hal

sebagai berikut :

a. Memeriksa kelengkapan data

b. Memeriksa kesinambungan data

c. Memeriksa keseragaman data

b. Memberi Kode (Coding Data)


Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau

data hasil penelitian dianggap sangat perlu untuk disederhanakan agar

supaya pada saat pengolahan data dapat dilakukan dengan mudah. Salah

satu cara untuk menyederhanakan data hasil penelitian tersebut adalah

dengan memberikan simbol-simbol tertentu masing-masing data yang

sudah diklarifikasikan.

c. Tabulasi data (Tabulating)

Yang dimaksud dengan tabulasi data, yakni menyusun dan

mengorganisir data sedemikian rupa, sehingga akan dapat dengan muda

untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel

atau grafik.

Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara manual

elektronis/komputerisasi (Ariani, A,2014)

2. Analisis data

diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian diolah

dengan statistic dan dapat digunakan untuk rumusan masalah dalam penelitian

(Wibowo, 2014 ).

Data yang didapat dari kuesioner diolah secara manual dengan menggunakan

kalkulator, cara pengukuran kuesioner dengan memberikan skor 1 untuk

jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah.

Kemudian hasil disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dengan menggunakan

rumus menurut (Sudjiono, 2010).


f
P= x 100 %
n

Keterangan :

P : Persentase

f : Jumlah item yang dijawab benar oleh responden

n : Jumlah nilai teruji

100 % : Nilai konstanta


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

a. Keadaan Geografi

Puskesmas Bitung Barat terletak di Kelurahan Bitung Barat,

Kecamatan Maesa,Kota Bitung,Puskesmas Bitung Barat mempunyai

wilayah kerja sebagai berikut :

1) Kelurahan Pakadoonan

2) Kelurahan Bitung Barat 1

3) Kelurahan Bitung Barat 2

4) Kelurahan Bitung Tengah

5) Kelurahan Bitung Timur

6) Kelurahan Pateten 3

7) Kelurahan Kekenturan 1

8) Kelurahan Kekenturan 2

b. Tenagah Kerja Puskesmas Bitung Baratt

Jumlah tenagah kesehatan Puskesmas Bitung Barat Tahun 2021, 42

orang terdiri dari ;

1. Dokter Umum :5 Orang


2. Dokter Gigi : 1 Orang

3. Petawat Umum : 18 Orang

4. Bidan : 15

5. Gizi : 3 Orang

6. Farmasi : 2 Orang

7. Keterapian Fisik : 2 Orang

8. Keteknisian Medis : 1 Orang

9. Teknik Biomedika : 1 Orang

c. Sarana dan Prasarana

Puskesmas Bitung Barat selain gedung puskesmas juga meimiliki

sarana dan prasarana sebagai berikut :

a. Puskesmas Pembantu

1. Poskesdes Pakadoodan

2. Poskesdes Belakang Kantor Walikota

3. Poskesdes Kekenturan 2

4. PoskesdesPateten 3

5. Poskesdes Colombo Aspal

b. Posyandu 22 pos

c. Balai pengobatan gigi: 1 gedung

d. Desa Siaga 8 kelurahan

Mobil Puskesmas keliling: 2 unit


2. Gambaran Responded

Hasil Pengumpulan dan pengolahan data primer mengenai umur,

pekerjaan, pendidikan, dan pengetahuan responded di gambar melalui tabel di

bawah ini :

a. Golongan Umur Responden

Tabel 4.1 Distribusi Responded Menurut Umur

Umur Baik Cukup Kurang f %

f % f % f %

<25 2 7,40 5 18,5 5 18,5 12 44,44

25-30 5 18,5 3 11,11 1 3,70 9 33,33

>30 5 18,5 1 3,70 0 0,0 6 22,22

Total 12 44,44 9 33,3 6 22,2 27 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat di lihat dari 27 responded sebagian besar yaitu

orang tua balita yang berumur <25 tahun sebanyak 12 Responded (44,4%)

dan paling sedikit orang tua balita yang berumur >30 tahun sebanyak 6

responden (99,77).
b. Golongan Pendidikan Responden

Tabel 4.2 Distribusi responden Menurut Pendidikan

Pendidikan Baik Cukup Kurang f %

f % f % f %
SD 1 3,70 0 0,0 0 0,0 1 3,70
SMP 1 3,70 3 11,11 3 11,11 7 25,92

SMA 4 14,8 5 18,5 3 11,11 12 44,44

DIII/S1 6 22,2 1 3,70 0 0,0 7 25,92

Total 12 44,44 9 33,33 6 22,2 27 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat di lihat bahwa dari 27 responden sebagian

besar yaitu 12 responden ( 44,44%) orang tua balita dengan berpendidikan

SMA dan paling sedikit orang tua balita dengan berpendidikan SD sebanyak

1 responden (3,70%).

c. Golongan Pekerjaan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan

Pekerjaan Baik Cukup Kurang f %

f % f % f %

IRT 7 25,9 8 29,6 6 22,22 21 77,77

SWASTA 2 7,40 1 3,70 0 0,0 3 11,11

PNS 3 11,11 0 0,0 0 0,0 3 11,11


Total 12 44,44 9 33,33 6 22,22 27 100

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 27 responden sebagian

besar orang tua balita dengan pekerjaan IRT adalah 21 responden (77,77) dan

yang paling sedikit orag tua balita dengan pekerjaan SWASTA dan PNS ada

6 responden (22,22%).

d. Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Orang

Tua Balita

Pengetahua f %

Baik 12 44,44

Cukup 9 33,33

Kurang 6 22,22

Jumlah 27 100

Berdasarkan Tabel 4.4 Menunjukan bahwa dari jumlah 27 respond di

dapatkan data menurut tingkat pengetahuan responden menurut pengetahuan

baik 12 (44,44%), pengetahuan cukup 9 (33,33) dan pengetahuan kurang

sebanyak 6 (22,22%).
B. Pembahasan

Hasil Penelitian yang di lakukan dari umur responden terbanyak umur <25

tahun yaitu 12 responden (44,44), responden berumur 25-30 tahun yaitu 9

reponden (33,33) dan umur >30 yaitu 6 responden (22,22%). Hal ini menunjukan

bahwa sebagian besar umur responden berada pada rentang usia reproduksi sehat.

Menurut Notoatmodjo (2007) umur mempengaruh tingkat pengetahuan yaitu

kerna semakin cukup umur seseorang, maka tingkat kematangan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir sehingga akan mempengaruhi pemahaman dan

tingkat pengetahuan seseorang.

Menurut tingkat pendidikan responden yang terdiri dari SD berjumlah 1

responden (3,70%) SMP berjumlah 7 responden (25,92%), SMA berjumlah 12

(44,44%) pada tingkat pendidikan D111/S1 berjumlah 7 repsonden (25,92%) Hal

ini menunjukan bahwa responden terbanyak berada pada tingkat pendidikan

SMA, dan responden yg berpengatahuan Baik pada tingkat pendidikan DIII/S1

tingkat pendidikan ini relative baik untuk menerima dan memahami informasi

yang di terima. Namun masih ada responden yang memiliki pengetahuan cukup

bahkan masih ada yang tingkat pengetahuan kurang. Padahal dari segi

peendidikan bisa di kategorikan responden memiliki pendidikan yang cukup

tinggi.
Menurut Notoadmodjo (2007) mengemukakan bahwa pendidikan akan

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat yang

kemudian berpengaruh pada perilaku kesehatan sehingga dapat berpengaruh

langsung pada indicator kesehatan masyarakat. Dengan adanya pendidikan yang

lebih baik diharapkan seorang dapat lebih cepat memahami, menanggapi, atau

menganalisa suatu yang disampaikan atau diinformasikan. Seseorang yang

berpendidikan tinggi dapat lebih muda menerima apa yang disampaikan,

dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pada

tingkat pengetahuan sehingga kebutuhan akan pentingnya pelayanan kesehatan

semakin tinggi pula.

Berdasarkan jenis pekerjan responden, sebagian orang tua balita yang

menjadi responden bekerja sebagai ibu rumah tangga, sebanyak responden 21

(77,77%), sebagai pekerja swasta 3 responden (11,11%), yang bekerja sebagai

responden PNS 3 responden (11,11%). Dan responden yang berpengetahuan baik

pada pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga, Hal ini di mungkinkan karna pekerjaan

berhubungan dengan status sosial ekonomi atau pendapatan keluarga yang

berpengaruh pada pemanfatan pelayanan kesehatan. Menurut Soetjoningsih

(2005), Mengemukakan bahwa pekerjaan atau pendidikan keluarga yang

memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karna orang tua dapat

menyediakan semua kebutuhan anak.


Berdasarkan tingkat pengetahuan orang tua balita yang berpengetahuan baik

berjumlah 12 responden (44,44%), berpengetahuan cukup 9 responden (33,33%),

dan berpengetahuan kurang 6 responden (22,22). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan orang tua balia tentang Imunisasi dasar

lengkap di Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Kota Bitug pada

umumnya baik. Responden lebih banyak berada pada tingkat pengetahuan baik,

dapat disebabkan karena responden mendapatkan informasi pengetahuan yang

cukup tentang Imunisasi Dasar Lengkap, baik dari petugas kesehatan orang tua,

teman yang sudah berpengalaman, serta informasi dari media. Masih ada

responden yang berpengetahuan cukup dan kurang. Hal ini dikarenakan banyak

orang tua balita yang kurang mendapatkan informasi tentang Imunisasi Lengkap.

Bidan yang mempunyai peranan penting sebagai pendamping disepanjang siklus

kehidupan wanita sejak periode perinatal, bayi, remaja, dewasa, kehamilan,

persalinan, nifas dan menopause, lebih meningkatkan pelayanan kesehatan

terhadap Orang tua balita terutama memberikan informasi tentang Imunisasi

Dasar Lengkap.

Responden yang mendapatkan tingkat pengetahuan baik, kemungkinan

disebabkan karena responden mendapat informasi pengetahuan yang cukup

tentang Imunisasi Dasr Lengkap, baik dari petugas kesehatan, orang tua, teman

yang sudah berpengalaman, serta informasi dari media, sedangkan responden yag

mendapat pengetahuan kurang oleh karena kurangnya pengetahuan tentang


Imunisasi Dasar Lengkap, sehingga masih ada didapatkan 6 responden yang

memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Normalisa (2015) dengan judul

Gambaran Pengetahuan Orang Tua Balita Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Di

Kota Banjarmasin, dari hasil penelitian menggunakan 92 responden dan terdapat

72 responden (78,2%) dengan kategori baik, dari hasil penelitian ini sebagian

besar orang tua balita sudah mengetahui tentang pengertian serta manfaat

Imunisasi Dasar Lengkap dan berbagai penyuluhan serta media informasi.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Selina Heraris (2015)

dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar Terhadap

Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak di Posyandu di Kota Palembang.

Penelitian menggunakan 106 responden dan terdapat 59 (55,6%) responden

dengan kategori kurang, karena ibu belum memahami secara benar tentang

Pengertian dan manfaat Imunisasi Lengkap


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang di uraikan sebelumnya

dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan Orang Tua Balita dari 27

responden tentang Imunisasi Dasar Lengkap di Puksesmas Bitung Kecamatan

Maesa Kota Bitung: Pengetahuan Baik sebanyak 12 responden (44,44%), cukup

sebanyak 9 responden (33,33%) kurang sebnyak 6 responden (22,22%).

B. Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Pada petugas kesehaan untuk tetap memberikan bimbingan atau

informasi berhubungan dengan Imunisasi Dasar Lengkap melalui penyuluhan

termasuk liflet-liflet Imunisasi Dasar Lengkap, agar ibu-ibu yang termasuk

kategori cukup dan kurang dapat ditingkatkan menjadi kategori baik.

2. Bagi Insitusi Pendidikan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

informasi dan bahan masukan yang dapat dijadikan referensi atau bahan

bacaan di Universitas Trinita Manado sebagai acuan untuk penelitian

selanjutnya.

3. Bagi Responden

Bagi ibu-ibu yang mempunyai bayi yang sudah tahu, mematuhi serta

dapat mengaplikasikan agar dapat memberikan atau menyebarluaskan

informasi khususnya tentang Imunisasi Dasar Lengkap


DAFTAR PUSTAKA

Ariani, A. (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan


Reproduksi. Nuha Medika, Yogyakarta

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogjakarta :


Rineka Cipta

Fida dan Maya, 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta : D-Medika

Infodatin. (2016). Situasi Imunisasi di Indonesia. Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2016). Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian


KesehatanRI.Melalui:

https://www.depkes.go.id/article/view/15042700004/bersama-tingkatkan-
cakupan-imunisasi-menjaga-anak-tetap-sehat-html Diakes 23 Juli 2017

Kemkes. (2020). Pandemi Covid 19 Menurunkan Cakupan Imunisasi Anak


Indonesia. Melalui:
https://theconversation.com?pandemi-covid-19-menurunkan-cakupan-
imunisasi-anak-indoensia-apa-bahaya-dan-solusinya-
140710Diaskes15Maret2020

Notoatmodjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta

Purnamasari. (2012). Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia Masih Tinggi.
Melalui : https://nasional.compas.com/read/2021/02/04/11324281/bkkbn-
angka-kematian-ibu-dan-bayi-indonesia-masih-tinggi. Diakes 15 Maret2021

Rahmawati & Wahjuni. (2014). Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi


Dasar di Kelurahan Kerembangan Utara. Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2
Nomor 1
Senewe, Rompas & Lolong. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar di Puskesmas Tongkaina
Kecamatan Bunaken Kota Madya Manado. e-journal Keperawatan (e-Kp)
Volume 5 Nomor 1
Sudarti dan Fauziah. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita. Yogyakarta : Nuha Medika

KUESIONER

Gambaran Pengetahuan Orang Tua Balita Tentang Imunisasi Dasar di


Puskesmas Bitung Barat Kecamatan Maesa Tahun 2021

Nomor Kuesioner :

Tanggal Pengisian :

Petunjuk Pengisian : Isilah Pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda () pada

kolom pernyataan benar atau salah.

A. Karakteristik Responden

1. Nama/Inisial Responden :

2. Alamat :

3. Umur :

4. Jumlah Anak :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan terakhir :

B. Pernyataan

No Pernyataan B S KET
1 Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan
terhadap suatu penyakit tertentu

2 Anak yang diimunisasi berarti diberikan kebal


terhadap semua penyakit

3 Vaksin adalah bahan yang digunakan untuk


merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan
dan mulut/oral (imunisasi)

4 Imunisasi bertujuan mencegah terjadinya


penyakit tertentu pada seseorang sekaligus
menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat bahkan
menghilangkan suatu penyakit

5 Imunisasi BCG merupakan salah satu jenis


imunisasi dasar untuk Bayi

6 Bayi yang telah diimunisasi BCG tidak akan


pernah terkena penyakit tuberculosis atau TBC

7 BCG disuntikan pada lengan kanan atas bayi

8 Pada suntikan imunisasi BCG bila tidak


muncul bisul kecil dan nanah di daerah bekas
suntikan setelah 4-6 minggu, menunjukkan
imunisasi gagal

9 Polio dapat di berikan kepada anak yang


menderita penyakit atau Demam tinggi

10 Imunisasi BCG harus diberikan kepada anak


berpenyakit TBC

11 Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang


digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
hepatitis

12 Imunisasi hepatitis B sekurangnya diberikan 12


jam setelah anak dilahirkan, asalkan kondisinya
stabil

13 Penyuntikan vaksin hepatitis B dilakukan pada


bayi dipaha

14 Imunisasi polio adalah imunisasi yang


digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang bisa menyebabkan
kelumpuhan pada anak

15 Pemberian imunisasi polio diberikan melalui


suntikan di paha bayi

16 Imunisasi DPT (dipteri, pertussis, tetanus) ialah


imunisasi yang diberikan untuk mencegah
terjangkitnya penyakit difteri, pertussis dan
tetanus.

17 Imunisasi DPT hanya diberikan sebanyak 3 kali


dan dilakukan secara bertahap. DPT diberikan
pertama kali sejak anak berusia 2 bulan dengan
interval 4-6 minggu

18 Biasanya pemberian imunisasi DPT


menimbulkan demam

19 Imunisasi campak mencegah tertularnya anak


dari penyakit demam pada anak

20 Vaksin campak dberikan 2 kali yaitu ketika


anak berusia 9 bulan, kemudian saat ia
memasuki usia 6 tahun
MASTER TABEL

Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Umu
No Nama r Pendidikan Pekerjaan Skor % Kategori
1 S.R 36 S1 IRT 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 85 Baik
2 E. A 25 SMA IRT 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 85 Baik

3 S. K 32 SMK IRT 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 Baik


4 S. A 19 SMK IRT 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 9 45 Kurang
5 T. P 19 SMP IRT 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 14 70 Cukup
6 S.P 21 SMK IRT 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 75 Cukup
7 V. M 36 SD IRT 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 Baik

8 W. K 19 SMA IRT 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 11 55 Kurang

9 R. S 25 SMA IRT 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 14 70 Cukup


10 V. E 20 SMA IRT 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 13 65 Cukup
11 A. S 25 SMA IRT 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 11 55 Kurang
12 Y. D 39 SMP IRT 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15 75 Cukup
13 V. Y 19 SMP IRT 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 10 50 Kurang

14 D.D 20 SMA IRT 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 13 65 Cukup


15 E. P 27 SMA IRT 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 14 70 Cukup
16 M.S 19 SMP IRT 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 10 50 Kurang

17 O.S 26 DIII SWASTA 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 8 1 1 0 1 1 13 65 Cukup


18 KM 23 SMK IRT 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 Baik

19 I. R 22 SMA IRT 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 85 Baik


20 P. T 26 SMP IRT 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 Baik
21 Y. M 31 S1 SWASTA 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 Baik
22 F. I 28 S1 PNS 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 Baik
23 L. K 23 SMP IRT 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 75 Cukup
24 R. I 32 S1 PNS 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 Baik
25 E. G 28 3 PNS 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 Baik
26 R. T 21 SMP IRT 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 9 45 Kurang

27 N. K 30 DIII SWASTA 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 Baik

Anda mungkin juga menyukai