Anda di halaman 1dari 50

1

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN DETERMINAN PARTISIPASI PRIA DALAM


MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI
PRIA KECAMATAN MOLLO UTARA

OLEH

PUTRI VERONIKA GELLA


NIM:1707010298

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022

1
2

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Usulan penelitian ini dengan judul: Gambaran Determinan Partisipasi Pria


dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi Metode Operasi Pria Kecamatan
Mollo Utara, atas nama: Putri Veronika Gella, NIM: 1707010298, telah
diseminarkan pada Seminar Usulan Penelitian Mahasiswa pada program studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa
Cendana pada tanggal ... 2022 dan disetujui untuk dilakukan penelitian.

Pembimbing I Pembimbing II

Helga J. N. Ndun, S.KM., M.S Afrona E. L Takaeb, S.KM., MHID


NIP. 19870224 200812 2 001 NIP. 19830215 200604 2 001

Mengetahui
Koordinator Prodi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana

Mustakim Sahdan, S.KM., M.Kes


NIP. 19781110 200212 1 001

2
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya

atas berkat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan

penelitian yang berjudul “Gambaran Determinan Partisipasi Pria dalam

Menggunakan Alat Kontrasepsi Metode Operasi Pria Kaecamtan Mollo Utara”

tepat pada waktunya.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Helga J. N. Ndun,

S.KM., M.S selaku pembimbing I dan ibu Afrona E. L Takaep, S.KM., MHID

selaku pembimbing II serta Ibu Ribka Limbu, S.KM., M.Kes selaku penguji yang

telah memberikan arahan, petunjuk dan saran, hingga usulan penelitian ini dapat

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis patut

mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Apris A. Adu, S. Pt., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Nusa Cendana.

2. Bapak Mustakim Sahdan, S.KM., M. Kes selaku Koordinator Prodi Kesehatan

Masyarakat Universitas Nusa Cendana.

3. Ibu Helga J. N. Ndun, S.KM., M.S selaku pembimbing I dan ibu Afrona E. L

Takaeb, S.KM., MHID selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan

saran dan bimbingannya dalam penulisan usulan penelitian.

4. Ibu Indriati A. Ted Hinga, S.KM., M.Sc selaku dosen penasihat akademik

yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

5. Kepala Puskesmas Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan yang telah

memberikan izin penelitian.

3
4

6. Seluruh kelaurga besar Gella, Lakapu, dan Adu serta sahabat-sahabat saya

tersayang Trisna Gabani, Eka Fauzia, Atika Laudu, Riski Amalia yang selalu

memberikan doa, motivasi, semangat, kasih sayang sehingga usulan penelitian

ini dapat terselesaikan.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2017 yang telah membantu dan

mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian ini

dengan baik.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan

masukkan dalam penyelesaian usulan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritikan dan saran yang

bersifat membangun dari berbagai pihak guna menyempurnakan usulan penelitian

ini. Semoga usulan penelitian ini dapat berguna bagi kita semua.

Kupang, Januari 2023

Penulis

4
5

DAFTAR ISI

Halaman Cover……………………………..………………………………………
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABELvii

DAFTAR SINGKATAN viii

BAB 1 PENDAHULUAN 2

1.1 Latar Belakang 2

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Keluarga Berencana....................................................................................................8

2.2 Kontrasepsi Pria10

2.3 Partisipasi 11

2.5 Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dalam KB MOP...........................16

2.6 Kerangka Teori 24

2.7 Kerangka Konsep.......................................................................................................25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27

3.1 Jenis dan Rancangan Penilitian..................................................................................27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................................27

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................................27

3.4 Definisi Operasional...................................................................................................28

5
6

2.8 Jenis Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data.......................................................29

3.6 Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data......................................................30

3.7 Organisasi dan Personalia Penelitian..........................................................................32

3.8 Jadwal Kegiatan Penelitian.........................................................................................33

3.9 Rencana Anggaran Penelitian.....................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................35

Lampiran................................................................................................................38

6
7

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel…………...…………………………….29

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan…………………………………………………….....33

Tabel 3.3 Rancangan Anggaran Penelitian……………………………………....34

7
8

DAFTAR SINGKATAN

BPS : Badan Pengurus Statistik

KB : Keluarga Berencana

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

MOP : Metode Operasi Pria

PUS : Pasangan Usia Subur

SDGs : Sustainable Development Goals

MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

KK : Keluarga Berencana

SKAP : Survei Kinerja Jangka Panjang

WUS : Wanita Usia Subur

IMS : Infeksi Saluran Kencing

8
9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu indikator Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yaitu “menjamin kehidupan yang sehat dan

meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang disegala usia” untuk mencapai

tujuan ketiga. Program KB bertujuan untuk mengatur kelahiran dan diharapkan

dapat mengurangi kematian ibu dan anak serta penyakit sistem reproduksi yang

disebabkan oleh kehamilan dini atau lanjut, sehingga membantu individu atau

pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan dengan

memberikan nasihat tentang manfaat perkawinan, membantu jumlah/interval

anak mereka yang lahir melalui Program BKKBN (Yuliati, 2021).

Tujuan KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta

mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Sasaran program KB meliputi

sasaran langsung yaitu Pasangan Usia Subur (PUS), dan sasaran tidak langsung

meliputi pelaksanaan dan pengelolaan KB, penurunan angka kelahiran melalui

kebijakan kependudukan untuk mewujudkan keluarga berkualitas dan sumber

daya manusia yang berkualitas dengan memberikan pelayanan kontrasepsi

(Matahari.dkk, 2018).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pengelompokan penduduk

pria di Indonesia usia produktif diukur dari rentang umur 15-64 tahun pada tahun

2021 sebanyak 206.708,299 juta jiwa. Jumlah penduduk pria di NTT berdasarkan

9
1
0

kategori umur 15-64 tahun menurut BPS tahun 2021 sebanyak 1.725.685 juta

jiwa. Penambahan jumlah penduduk yang terbesar mempunyai implikasi yang

sangat luas terhadap program pembangunan. Permasalahan kependudukan di

Indonesia adalah masih laju pertumbuhan penduduk, masih tinggi tingkat

kelahiran peduduk, kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan PUS tentang

reproduksi dan rendahnya partisipasi suami dalam ber-KB.

Tingginya angka fertelitas dan laju pertumbuhan penduduk yang tidak

seiring dengan peningkatan kualitas penduduk melalui program KB dengan

penggunaan alat/cara kontrasepsi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BBKBN) mengemukakan bahwa Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP) merupakan metode kontrasepsi paling efektif dengan tingkat keberhasilan

melebihi 95%. Teknologi ini digunakan untuk jangka waktu yang lebih lama, dan

lebih efektif untuk anak-anak yang jarak kelahirannya minimal ≥ 3 tahun atau

sementara tidak ingin punya anak, dan memiliki efek samping yang lebih sedikit.

Angka cakupan di Indonesia menggunakan KB MKJP 27,27% dan non-MJKP

72,73% dengan jenis metode kontrasepsi suntik 48,78%, pil 20,66%, IUD 10,4%,

kondom 3,26%, IUD/susuk 12,71%, MOW 3,61%, dan MOP 0,51%. Menurut

BKKBN pada tahun 2020 67,6% peserta KB aktif pada Pasangan Usia Subur

(PUS) Indonesia lebih memilih metode kontrasepsi suntik dan pil (Mazwar,

2022).

Meskipun program KB dirancang untuk mengendalikan perkembangan

keluarga sejahtera, masih ada keluarga yang memiliki anak lebih dari dua.

Padahal, KB berperan positif dalam meningkatkan kualitas ekonomi keluarga,

10
1
1

menumbuhkan tumbuh kembang anak yang lebih berkualitas, serta menjaga

keharmonisan keluarga. Konsep KB yang ada di masyarakat, bahwa wanita lebih

berperan aktif dalam KB, berdampak pada tingginya angka kesakitan dan

kematian ibu, seperti efek samping saat wanita menggunakan KB yaitu mual,

muntah, haid tidak teratur, amenore (tidak haid), beberapa alat kontrasepsi wanita

mengandung hormon yang dapat mengganggu fungsi tubuh serta jadwal rutin

pemeriksaan KB. Solusinya adalah laki-laki perlu menggunakan metode/alat

kontrasepsi dibandingkan dengan KB laki-laki yang cenderung minim efek

samping (Khotimah, 2020).

Pemerintah menganjurkan laki-laki untuk berperan aktif dalam program KB

untuk meringankan penderitaan ibu melalui metode kontrasepsi yang digunakan

pria yaitu Metode Operasi Pria (MOP) atau vasektomi, metode kontrasepsi yang

dinilai lebih efektif dan efisien karena dilakukan sekali dan bekerja jangka

panjang dibandingkan dengan alat kontrasepsi kondom yang keistimewaanya

adalah efektif mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), kondom bisa dikatakan

aman karena tidak mempengaruhi status hormonal. Kondom juga sangat berguna

saat berhubungan seks, tetapi memiliki kelemahan karena harus selalu memiliki

kondom di rumah, dan risiko kehamilan bisa terjadi karena kondom rusak atau

penggunaan yang tidak tepat/tidak konsisten (Katili, 2020).

Pada dasarnya MOP/vasektomi adalah prosedur menutup saluran sperma

(vas deferens) yang berfungsi untuk mengalirkan sperma dari testis ke penis.

MOP/ vasektomi adalah tindakan penyambungan dan pemutusan vas deferens kiri

dan kanan sehingga air mani yang dikeluarkan tidak lagi mengandung sperma.

11
1
2

Selain itu, kontrasepsi vasektomi tidak memberikan efek negatif bagi kesehatan,

sehingga tidak mengherankan bila BKKBN mensosialisasikan kontrasepsi

vasektomi kepada masyarakat terutama pada pria (Profil Kesehatan Indonesia,

2020).

Faktor-faktor penyebab rendahnya partisipasi KB pria antara lain:

rendahnya pengetahuan dan kesadaran KB pria, terbatasnya penerimaan dan

keterjangkauan pelayanan kontrasepsi bagi pria, lingkungan sosial budaya yang

masih menganggap partisipasi pria tidak penting, dan perlunya dorongan istri

untuk memberikan motivasi vasektomi dan dukungan (Barus.dkk, 2018). Menurut

Survei Kinerja dan Akuntabilias Program (SKAP) alasan penggunaan kontrasepsi

pria pada tahun 2019 masih rendah yaitu tidak tahu 21%, tidak nyaman 4,9%,

kurang akses/ terlalu jauh 0,2%, khawatir efek samping 9,5%, gangguan

kesehatan 22,1%, tidak tersedia alat 0,4%, 1,6% menginginkan cara lain/efektif,

0,7% tidak setuju dengan pasangannya, dan 30,1% ingin hamil (Doro, 2019).

Jumlah persentase peserta KB secara nasional berdasarkan pemilihan dalam

pemakaian alat kontrasepsi terbanyak dipakai di antaranya adalah alat kontrasepsi

suntik 29,0%, pil 12,1%, implant 4,7%, Metode Operasi Wanita (MOW) 3,8%,

kondom 2,5 %, dan MOP 0,2% (Rotinsulul.dkk, 2021). Menurut data BPS NTT

tahun 2021, jumlah pengguna kontrasepsi menurut jenis kondom adalah 3.727 dan

MOP 1.954. Data TTS sendiri adalah 1024 untuk penerima MOP dan 121 untuk

pengguna kondom. Pengamatan awal yang dilakukan peneliti di Puskesmas Mollo

Utara Kabupaten TTS, dari data Puskesmas pada tahun 2022 jumlah penduduk

pria tahun 2022 di Desa Fatukoto sebayak 1100 orang dengan jumlah Kartu

12
1
3

Keluarga (KK) 582. Kelompok masyarakat laki-laki di Puskesmas Mollo Utara

masih meyakini bahwa kontrasepsi berdampak pada gangguan kesehatan pasca

operasi, anggapan yang berkembang di masyarakat dan menjadi “seperti nyata”

dan anggapan tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan tidak menggunakan

vasektomi.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini betujuan untuk

melihat “Gambaran Determinan Partisipasi Pria dalam Menggunakan Alat

Kontrasepsi Metode Operasi Pria Kecamtan Mollo Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan

masalah “Gambaran Determinan Partisipasi Pria dalam Menggunakan Alat

Kontrasepsi Metode Operasi Pria Kecamatan Mollo Utara”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui mengetahui gambaran

determinan patisipasi pria dalam menggunakan KB MOP

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan terhadap partisipasi pria dalam

menggunakan alat kontrasepsi MOP

b. Mengetahui gambaran sumber informasi terhadap partisipasi pria dalam

menggunakan alat kontrasepsi MOP

13
1
4

c. Mengetahui gambaran sosial budaya terhadap partisipasi pria dalam

menggunakan alat kontrasepsi MOP

d. Mengetahui gambaran dukungan istri terhadap partisipasi pria dalam

menggunakan alat kontrasepsi MOP

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Peneliti ini dapat menajadi sumber informasi bagi masyarakat di

Kecamatan Mollo Utara tentang gambaran determinan partisipasi pria dalam

menggunakan alat kontrasepsi MOP.

1.4.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi awal penelitian berikutnya tentang

tentang gambaran determinan partisipasi pria dalam menggunakan alat

kontrasepsi MOP di Kecamatan Mollo Utara.

1.4.3 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan

wawasan dalam bidang peneliti kesehatan masyarakat.

14
1
5

BAB II

TINNJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi Keluarga Berencana

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2013), KB adalah upaya untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang

diinginkan, dan untuk mencapai hal tersebut dikembangkan program KB untuk

mencegah atau menunda kehamilan. Kemampuan individu untuk menentukan

ukuran keluarga dan waktu serta jarak kelahiran juga mengarah pada peningkatan

yang signifikan dalam kesehatan dan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Keluarga

yang lebih kecil dan peningkatan jarak kelahiran membantu mengurangi kematian

bayi dan anak, meningkatkan status sosial dan ekonomi perempuan dan

keluarganya, serta meningkatkan kesehatan ibu (BKKBN, 2020).

Sasaran KB adalah mengendalikan pertumbuhan penduduk dan

meningkatkan keluarga kecil yang berkualitas, serta mencapai tujuan

pembangunan KB melalui empat proyek utama: keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi, rencana ketahanan dan keberdayaan keluarga, dan keluarga kecil

berkualitas. rencana penguatan sistem. Program KB nasional berperan dalam

pengendalian angka kelahiran di masyarakat melalui berbagai upaya pelayanan

yang mengutamakan keluarga miskin dan kurang mampu serta daerah terpencil di

daerah sulit terlayani atau tertinggal (Raidanti, 2021).

15
1
6

2.1.2 Tujuan Program Keluarga Berencan

Tujuan utama program KB adalah memenuhi tuntutan masyarakat akan

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan angka

kematian atau kematian ibu dan bayi, serta mengatasi masalah kesehatan

reproduksi dalam membangun keluarga kecil yang berkualitas. Tujuan filosofis

program KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan

pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia, serta mewujudkan

kesejahteraan penduduk yang berkualitas dalam hal membantu sumber daya

manusia yang berkualitas dan meningkatkan keluarga (Simbolon, 2018).

2.1.3 Sasaran utama PUS dalam Program KB

Masa subur kelahiran dibagi menjadi tiga, yaitu: menunda

melahirkan/melahirkan sampai usia 20 tahun, pengaturan masa subur atau jarak

antara 20-30 tahun, penghentian masa subur/tidak melahirkan anak, hamil kembali

setelah usia 30 tahun adalah untuk mengambil langkah-langkah kontrasepsi dasar.

Undang-Undang Perkawinan No. 16 Tahun 2019 sesuai dengan ketentuan

tersebut, program KB menyasar pada PUS dengan fokus pada kelompok WUS

yang berusia antara 15-49 tahun menjadi perhatian khusus pada SDGs untuk

sasaran utama program KB seperti:

a. Hubungan urutan persalinan dengan resiko ibu-anak paling aman pada

persalinan kedua atau antara anak keduadan ketiga.

b. Jarak kehamilan 2-4 tahun, adalah jarak yang paling aman bagi

kesehatan ibu-anak

16
1
7

c. Umur melahirkan antara 20-30 tahun, adalah umur paling aman bagi

kesehatan ibu dan anak (Suryani, 2020).

2.2 Kontrasepsi Pria

Berdasarkan toeri KB faktor penentu fertilitas adalah proporsi usia

menikah 15-19 tahun, penggunaan kontrasepsi, aborsi, infertilitas, frekuensi

hubungan seksual dan kematian janin. Menurut Kingsley Davis dan Judith Bike,

penurunan kesuburan disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi

kontrasepsi, salah satunya adalah penggunaan alat kontrasepsi (Arilia, 2020).

Menurut Isti Hanifa 2017 di dunia hanya ada dua macam metode KB pria yang

dapat dipercaya dan relatif lebih aman, yakni kondom dan vasektomi (Raidanti,

2021). Berikut ini merupakan alat kontrasepsi untuk pria, yaitu:

2.2.1 Metode Operatif Pria (MOP)/Vasektomi

Vasektommi merupakan istilah ilmu beda yang terbentuk dari dua kata

yaitu vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia yaitu saluran yang menyalurkan sel

benih jatan (spermatozoa) untuk keluar dari buah zakar (testis) tempat sel benih

itu diproduksi menujuh kantong mani (vasikulaseminalis) dimana tempat

penampungan sel benih jantan dipancarkan keluar pada saat senggama (ejakulasi)

sedangkan ektomi atau ektomia artinya pemotongan sebagian. Vasektomi artinya

pemotongan sebagian pada vasa deferensia atau tindakan operasi ringan dengan

cara meningkat atau memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat

dan air mani tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi

pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15 menit biasanya pemotongan (0,5

cm – 1 cm) dan pasien tidak perlu rawat nginap. Seorang pria yang sudah di

17
1
8

vasektomi, volume air maninya sekitar 0,15cc yang tertahan sehingga tidak ikut

keluar bersama ejakulasi karena skrotum yang mengalirnya sudah buntu. Sperma

yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap dan

dihancurkan oleh tubuh. Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup

saluran mani yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat prosuksinya

di testis.

2.2.2 Kondom

Kondom merupakan sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan

yaitu karet, plastic, atau bahan alami yang dipasang pada penis saat melakukan

hubungan seksual. Alat kontrasepsi ini paling mudah ditemukan dan didapatkan

serta sangat praktis digunakan. Kondom terbuat dari bahan kulit diantaranya

kondom yang dibuat dari membran usus biri-biri, tidak mereggang dan

mengkerut, sehingga mengurangi sentivitas selama senggama, kondom ini

termasuk kategori lebih mahal dan jumlahnya kurang dari 1% dari semua jenis

kondom kondom (Seroja, 2022).

2.3 Partisipasi

2.3.1 Pengertian Partisipasi

Parstispasi dalam bahasa inggirs yaitu dari kata “participation” yang dapat

diartikan suatu kegitan unntuk membangkitkan perasaan dan diikut sertakan

dalam suatu kegitan organisasi. Sehubungan dengan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan merupakan keterlibatan masyarakat yang aktif dalam proses

penentuan arah dari strategi untuk pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.

Isitilah partispasi sekarang ini menjadi kata kunci dalam setiap program

18
1
9

pengembangan masyarakat yang harus melekat pada setiap rumusan masalah

kebijakan dan proposal proyek Pengembangannya seringkali diucapkan atau

ditulis berulang-ulang tetapi kurang dipraktekkan, sehingga cenderung kehilangan

makna menurut Slamet (2003), menyatakan bahwa ada tiga tradisi konsep

partisipasi terutama dikaitkan dengan pembagunan masyarakat yang demokratis

yaitu:

a. Partisipasi politik (political participation)

Partisipasi ini lebih mengarah pada “mempengaruhi” dan “mendudukan

wakil-wakil rakyat” dalam lembaga pemerintah ketimbang partisipasi aktif dalam

proses-proses kepemerintahan itu sendiri.

b. Partisipasi sosial (social participation)

Partisipasi ini ditempatkan sebagai beneficiary atau pihak diluar proses

pembangunan dalam konsultasi atau pembangunan keputusan dalam semua

tahapn siklus proyek pembengunan dari evaluasi kebutuhan sampai penilaian,

pemantauan, dan implementasi. Partisipasi sosial sebenarnya dilakukan untuk

memperkuat proses pembelajaran dan mobilisasi sosial, proses sosial ini lebih

kepada kebijakan publik yang diarahkan sebagai wahana pembelajaran dan

mobilisasi sosial.

c. Partisipasi warga (citizen participation/citizenship)

Partisipasi ini menekankan langsung pada warga dalam pengambilan

keputusan dalam proses pemerintahan. Partisipasi warga lebih kepada konsep

sekedar kepedulian terhadap berbagai bentuk keikutsertaan dalam pembuatan

kebijakan yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Berbeda dengan

19
2
0

partisipasi sosial dimana partisipasi tersebut dituntut untuk harus melibatkan

warga yang sudah menjadi kewajiban dalam berpatisipasi (Bapeda, 2017).

2.3.2 Partispasi Pria dalam Program KB

Memasuki program KB memerlukan kualitas pelayanan KB yang

dapat diakses oleh pria dan perempuan secara adil dan merata, tanpa harus

ada diskriminasi dalam pemberian pelayanannya. Prinsip pokok ini adalah

upaya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam program

KB dengan menikatkan partisipasi pria. Perempuan dan laki-laki mempunyai

peran penting dan tanggung jawab yang sama dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk KB dan pengasuhan anak, tetapi

pada kenyatannya peran laki-laki masih rendah. Hal-hal yang sering diaggap

sebagai isu gender dalam keluarga berencana sebagai berikut:

a. Kesetaraan ber-KB antara laki-laki dan perempuan menimbulkan

anggapan bahwa dalam program KB perempuan selalu menjadi

objek/sasaran.

b. Perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan yang

dinginkan karena ketergantungan pada keputusan suami.

c. Pengambilan keputusan terhadap perempuan dalam hal memutuskan

untuk ber-KB sangatlah dominan.

d. Anggapan bahwa KB adalah urusan perempuan karrena kodrat

perempuan untuk hamil dan melahirkan.

Peningkatan dan perluasan pelayanan KB termasuk KB pria merupakan

salah satu untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian

20
2
1

tinggi akibat kehamilan, yang dialami oleh wanita di negara berkembang.

Rendahnya partisipasi pria/suami dalam KB dan kesehatan reproduksi disebabkan

oleh dua faktor utama, yaitu: faktor dukungan, baik itu politis, sosial budaya,

maupun keluarga yang masih rendah akibat pengetahuan serta lingkungan sosial,

faktor akses, baik akses informasi, maupun akses pelayanan (Budisantoso, 2008).

2.3.3 Bentuk Partisipasi Pria dalam ber KB

Partisipasi pria dalam program KB dan kesehatan reproduksi adalah

tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan dalam berkeluarga serta

perilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya maupun pasanganya, bentuk

nyata dari partisipasi pria adalah:

a. Partisipasi dalam program KB sebagai peserta, mendukung dan

memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, dan

merencanakan jumlah anak.

b. Partisipasi dalam kesehatan reproduksi membantu mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan ibu hamil, merencanakan persalinan yang aman,

dan mengantar memeriksa kehamilan, menghindari keterlambatan dalam

pertolongan medis, membantu perawatan ibu dan bayi setelah persalinan,

tidak melakukan kekerasan pada perempuan.

Partisipasi pria secara langsung dalam program KB adalah menggunakan

salah satu cara atau metode pencegahan kehamilan yaitu kontrasepsi kondom dan

metode MOP (Nasution, 2021).

2.4 Perilaku

21
2
2

2.4.1 Teori Perilaku kesehatan

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagian dari orang atau masyarakat

yang bersangkutan disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku

petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat

terbentunya perilaku. Menurut Lawrence Green (1980) mencoba menganalisis

perilaku manusia melalui 3 faktor yaitu faktor pendukung, faktor pemungkin dan

faktor pendorong/penguat.

a. Faktor pendukung yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang yaitu

faktor predisposisi dimana perilaku seseorang menjadi dasar atau

motivasi bagi perilaku yang menjadi bagian dari faktor ini yaitu

pengetahuan, sikap, keyakinan, adat istiadat (budaya), dan presepsi.

faktor ini sebagai preferensi pribadi seseorang dalam suatu pengalaman

belajar. Predisposisi dapat berpengaruh dalam hal mendukung atau

menghambat dalam perilaku seseorang, hal ini dapat berpengaruh dalam

berbagai faktor demografis seperti status sosial ekonomi, umur, jenis

kelamin, dan ukuran keluarga.

b. Faktor pemungkin merupakan perilaku yang memungkinkan motivasi

atau tindakan terlaksanakan yang menjadi bagian dalam faktor ini yaitu

keterampilan dan sumber daya pribadi atau komuniti, seperti tersedianya

pelayanan kesehatan, keterjangkauan, kebijakan, peraturan, dan

perundangan.

22
2
3

c. Faktor pendorong/penguat merupakan faktor penyerta yang dimana

perilaku tersebut dapat memberikan ganjaran, insetif, atau hukuman atas

perilaku dan berperan secara menetap, yang termasuk dalam faktor ini

adalah sikap dan perilaku toko masyarakat, toko agama, dan petugas

kesehatan. Faktor penguat menentukan apakah tindakan tersebut

memperoleh dukungan atau tidak contohnya tujuan dan jenis program

yang dibuat oleh sumber, dalam pendidikan pasien faktor penguat

mungkin berasal dari dokter, perawat, pasien lain dan keluarga. Positif

atau negatif faktor penguat ini tergantung pada sikap seseorang yang

dapat mempengaruhi perilaku tersebut.

WHO (1984) menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu adalah:

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yaitu dalam bentuk

pengetahuan, presepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang

terhadap objek (objek kesehatan).

2. Tokoh penting sebagai panutan, apabila seseorang itu penting untuknya

maka apa yang ia katakana atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3. Sumber-sumber daya (resourees), mencakup fasilitas, uang, waktu,

tenaga dan sebagainya.

4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber

didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of

life) yang pada umumnya disebut kebudayaan dan kebudayaan ini

23
2
4

terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat

ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia.

2.5 Gambaran Partisipasi Pria dalam Menggunakan KB MOP

2.5.1 Pengetahuan

Ilmu yang diperoleh seseorang dari hasil pengatahuan dengan cara

pengindaraan terhadap satu objek tersebut, penginderaan ini terjadi melalui panca

indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga dan pengetahuan seseorang

dapat dilihat dari tindakan yang dilakukanya. Setiap manusia memiliki dua jenis

pengetahuan, pengetahuan khusus dan pengetahuan umum, baik pengalamannya

sendiri maupun pengalaman orang lain, dan pentingnya kedua jenis pengetahuan

ini tergantung pada objek pengetahuannya.

Menurut penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2011 sebelum terjadi

perilaku baru dalam arti diri orang tersebut akan mengalami proses yang bertahap

yang disebut AIETA, yakni:

a. Awareness (kesadaran), orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu stimulus (objek).

b. Interested (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut sudah mulai

timbul

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tindak stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial (percobaan), subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

24
2
5

e. Adoption (berperilaku baru), subjek tersebut telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Orang yang mengerti dengan pengetahuan dapat memaksimalkan dirinya

agar menerapkan semua pengetahuan yang sudah dimengerti dalam kehidupan

sehari-hari dengan adanya pengetahuan dapat membantu seseorang dalam

mengambil suatu keputusan yang baik bagi dirinya, dimana pengetahuan tersebut

dapat membantu seseorang dalam menyerap informasi yang diterima baik tentang

kesehatan maupun tentang ber KB (Siregar, 2019).

Menurut teori Notoatmodjo (2014), pengetahuan yang diinginkan didalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah diartikan

mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang sesuatu dengan menggunakan kata kerja antara lain

menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension) merupakan suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Bila telah paham pada objek

tersebut maka harus menjelaskan, menerangkan, menyebutkan.

3. Aplikasi (Application) merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4. Sintesis (Syntesis) menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

25
2
6

5. Evaluasi (Evaluating) merupakan kemampuan untuk melakukan penelitian

terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Setelah orang mendapatkan pengetahuan, selanjutnya menimbulkan respon

batin dalam bentuk sikap yang diketahuinya itu (Masturoh, 2018).

2.5.2 Sumber Informasi

Informasi adalah suatu keterangan atau data yang telah diproses ke dalam

suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan mempunya nilai nyata,

sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengambil keputusan untuk masa

yang akan datang. Informasi yang diberikan akan sangat berpengaruh pada

pengetahuan seseorang meskipun memiliki pengetahuan yang rendah jika

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media maka dapat membantu

dalam hal mengingatkan orang tersebut.

Informasi yang diperoleh PUS baik melalui media akan mempengaruhi

terhadap pengambilan keputusan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan

digunakan, informasi yang diterima berkaitan dengan KB dapat membantu suami

menyerap dan memahami informasi yang diterima dengan begitu mudah

menentukan tindakannya. Sumber informasi mengenai KB dapat melalui petugas

kesehatan, petugas KB, kader, media cetak dapat meningkatkan motivasi suami

dalam menjadi akseptor KB (Zuiatna, 2020).

2.5.3 Sosial Budaya

Sosial berasal dari kata “socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir,

tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama. Sosial adalah

cara bagaimana para individu saling berhubungan atau sesuatu yang menyangkut

26
2
7

aspek hidup masyarakat. Menurut Muhamad (1996) dalam Naibaho (2012),

kondisi sosial budaya yang ada di Indonesia berpengaruh terhadap kesehatan

reproduksi. Situasi budaya dalam hal adat istiadat saat ini tidak kondusif untuk

help seeking behavior dalam masalah kesehatan reproduksi, berdasarkan realita

masyarakat pada umumnya sudah sebagai keadaan yang wajar menganggap

kehamilan merupakan tugas seorang wanita tidak perlu memerlukan antennal

care. Hal ini tentu berkaitan dengan pemahaman dan pengetahuan masyarakat

akan pentingnya antennal care dan pemeliharaan kesehatan reproduksi (Dharmas,

2020).

Budaya adalah kerangka dan makna psikologis yang dianut oleh

kebanyakan orang dalam suatu kelompok sosial. Budaya mencakup pandangan

umum, kognisi tipikal, respons emosional tipikal, dan pola pikir. Menurut

Schiffman, Leon G., dan Leslie L. Kanuk (2000), budaya adalah seperangkat

keyakinan, nilai, dan kebiasaan yang dipelajari yang membantu memandu

perilaku seseorang, sedangkan budaya adalah semua nilai, gagasan dan simbol,

serta kebiasaan dari individu atau masyarakat. Faktor-faktor dalam budaya

menurut Kotler (2012), yakni sebagai berikut:

a. Kultur

Kultur budaya merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku

seseorang yang paling mendasar. Pada umumnya berawal dari kegiatan atau

pemikiran yang dianggap wajar hingga membentuk kebiasaan yang sulit

diubah. Kebudayaan berkembang sebagai bentuk umum dari masyarakat

27
2
8

berupa nilai, norma, presepsi, preferensi, dan perilaku yang diperoleh

seseorang dari keluraga atau lembaga penting lainnya.

b. Subkultur

Subkultur atau sub budaya adalah bagian dari budaya yang cakupannya

lebih sempit karena terpisah oleh sistem nilai. Setiap budaya memiliki sub

budaya tersendiri yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas

untuk perilaku anggotanya. Sub budaya meliputi kelompok keagamaan,

kelompok ras, dan wilayah geografis.

c. Kelas Sosial

Kelas sosial merupakan bagian dari masyarakat yang relatif homogen

dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat. Di dalam kelas sosial yang

sama, nilai, minat, dan tingkah laku anggotanya juga akan sama. Dapat

disimpulkan budaya merupakan suatu kepercayaan masyarakat yang sudah

berkembang secara turun-temurun baik itu nilai, pemikiran, simbol,

kebiasaan, dan perilaku yang dianut bersama dalam suatu masyarakat

(Friantoro, 2016).

2.5.4 Dukungan Istri

Dukungan keluarga, terutama istri berperan penting dalam pemilihan alat

kontrasepsi. Bentuk dukungan moral diberikan oleh salah satu anggota keluarga

kepada anggota keluarga lainnya dalam mengambil keputusan untuk tujuan

tertentu. Dorongan semacam ini disebut motivasi, dan itu berasal dari dalam, dari

lingkungan sekitar, terutama dukungan dari istri atau keluarga dekat Anda. Jadi

dukungan keluarga itu penting, dan penting bagi keluarga untuk menyadari bahwa

28
2
9

memiliki momongan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan anak yang masih

kecil secara finansial, tetapi juga tanggung jawab (shared responsibility) berupa

dukungan, seperti kasih sayang dan perhatian yang dapat membantu anak melalui

proses pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Kurangannya dukungan

suami untuk mengikuti program KB menyebabkan kurangnya pemahaman tentang

peran suami dalam KB baik secara peningkatan dukungan secara politis, secara

sosial, budaya. Dukungan seorang istri memiliki fungsi di antaranya:

1. Dukungan informasional, seorang istri sebagai penyebar sebuah

informasi tentang dunia memberikan saran, sugesti dan informasi yang

dapat digunakan dalam mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek

dalam dukungan ini seperti nasehat, usulan, saran, dan petunjuk bentuk

masukan inilah yang dapat diberikan istri kepada suami untuk partisipasi

dalam mengikuti program KB sangat penting.

2. Dukungan Integritas Sosial, seorang istri sebagai pedoman umpan balik,

sebagai sumber validasi anggota keluarga yang dapat memberikan

dukungan, penghargaan dan perhatian. Bentuk dukungan istri berupa

pemberian informasi, nasehat atau masukan tentang situasi dan kondisi

suami. Jenis informasi ini dapat membantu suami dengan mudah

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.

3. Dukungan instrumental, dimana istri berperan sebagai sumber praktis

dan konkrit, termasuk menjaga kebersihan kesehatan reproduksi

pasangan.

29
3
0

4. Dukungan emosional ukunga yang dapat diberikan kepada istri dalam

dukungan ini, seperti kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan

didengarkan. Bentuk ini dapat membuat suami merasa nyaman karena

mendapat perhatian dan kasih sayang dari istrinya, suami dapat

mengatasi masalah dengan baik dan dapat dikendalikan. (Siregar, 2019).

30
3
1

2.6 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi:
Pendidikan
Presepsi
Pekerjaan
Sosial budaya
Tingkat ekomoni
Pengetahuan
Pratisipasi pria dalam
Sumber informasi
menggunakan kontrasepsi
MOP
Faktor Pemungkin:
MOP

Faktor Pendorong:
Dukungan istri

(Sumber: Modifikasi dari teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo

2011).

31
3
2

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan alur penelitian untuk memperhatikan

variabel-veriabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.

Faktor Predisposisi Faktor Pemungkin Faktor Pendorong

Pendidikan MOP Dukungan Istri

Pengetahuan Kondom

Sumber Informasi

Tingkat Ekonomi

Sosial Budaya

Presepsi

Pekerjaan

Partisipasi pria dalam


menggunakan kontrasepsi MOP

Keterangan: : Diteliti : : Tidak Diteliti

32
3
3

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penilitian

Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini mencoba menggali bagaimana

dan mengapa fenomena itu terjadi, dilanjutkan dengan analisis. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan determinan partisipasi pria dalam menggunaan

alat kontrasepsi pria di Desa Fatukoto Kecamatan Mollo Utara.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Desa Fatukoto Kecamatan Mollo Utara

Kabupaten Timor Tengah Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono 2016, Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik menajdi kesimpulan. Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh pria usia produktif 15-64 tahun pada tahun 2022 di

Desa Fatukoto sebanyak 298 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian kecil yang diambil dari seluruh populasi

penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2018). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah proporsional sampling. Kriteria

33
3
4

pengambilan sampel adalah pria usia produktif di Desa Fatukoto Jalan Mollo

Utara. Cara menentukan sampel menggunakan rumus Slovin.

N
n= 2
1 ÷ Ne

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Populasi

e = Margin eror yang ditoleransi (0,1)

N
n=
1+ Ne2

298
n= 2
1+298 ( 0,1 )

298
n=
1+298 (0,01)

298
n=
1+2,98

298
n= =74,87
3,98

n=75

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel sebanyak 74,87

dibulatkan menjadi 75 responden .

34
3
5

3.4 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah batasan variable yang dimaksud atau tentang

apa yang diukur oleh variabel.

Table 3. 1. Definisi Operasional

No Variable Definisi Kriteria Alat Skala


Operasional Objektif Ukur
1 Pengetahuan Kemampuan 1. Baik = 76% Kuesioner Ordinal
responden dalam (8-10)
menjawab 2. Cukup = 56-
pertanyaan dalam
75% (6-7)
kuesioner mengenai
pengertian, tujuan, 3. Kurang =
manfaat, jenis <56% (0-5)
kekurangan dan ((Nasution,
kelebihan 2021).
kontrasepsi
2 Sumber Informasi yang 1. Baik ≥ 3 Kuesioner Ordinal
informasi diterima suami 2. Kurang ≤ 3
mengenai (Siregar,
penggunaan KB 2019).
metode (MOP)
melalui penyuluhan,
internet, alat
elektronik seperti
TV dan radio, dan
brosur/lefleat
kesehatan tentang
KB
3 Sosial Kondisi budaya 1.Tidak Kuesinoer Ordinal
budaya masyarakat yang mendukung ≥
berpengaruh 3
terhadap 2. Mendukung ≤
penggunaan metode 3
kontrasepsi pria (Panggiring,
(kondom dan 2019).
vasektomi?MOP)

35
3
6

4 Dukunga Istri mendukung 1. Tidak Kuesioner Ordinal


istri suami berupa mendukung =
perhatian, motivasi, ≤50% (0-5)
pemberian 2. Mendukung ≥
informasi, pelibatan 50% (6-10)
suami, kemauan (Nasution,
mendampingi suami 2021)
5 Partisipasi Kuesioner Ordinal
Partisipasi pria 1. Tidak
pria dalam berpartisipasi
menggunakan alat 2. Berpartisipasi
kontrasepsi MOP (Nasution,
2021).

3.5 Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data

Penelitian secara umum memiliki dua jenis data, yaitu data primer dan

data sekunder. Berikut ini data yang digunakan dalam sebuah penelitian:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden yang menggunakan alat bantu sepeti kuesioner yang dibagi dan

diisi oleh responden, yang disiapkan oleh peneliti.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh secara tidak langsung

biasanya tersusun dalam bentuk dokumen, dengan data yang dicari seperti

dokumen resmi, peraturan pemerintah, sumber yang didapatkan dari

referensi-referensi buku, web BKKBN, dan Puskesmas Mollo Utara.

36
3
7

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner, observasi, studi kepustakaan, dan dokumentasi.

1. Wawancara dengan Kuesioner

Instrument pengumpulan data pada penelitian ini dengan menyebarkan

formulir-formulir yang berisi pernyataan-pernyataan yang diajukan secara tertulis

yang dibagikan kepada responden di Desa Fatukoto untuk mendapatkan jawaban

atau tanggapan dan informasi yang diperlukan peneliti.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data menggunakan dalam

berbagai tulisan yang berkenan dengan objek penelitian dan dilakukan

pengambilan gambar terhadap responden di Desa Fatukoto saat megisi kuesioner

yang telah disiapkan peneliti.

3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan adalah metode pengumpulan data dengan

menggunakan pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden

dalam arti laporan pribadi atau hal-hal yang diketahui.

3.6 Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut (Notoatmodjo,

2018):

1. Editing (Penyuntingan)

37
3
8

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir

atau kuesioner.

2. Coding (Pemberian Kode)

Coding adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan. Pemberian kode bertujuan untuk

mempermudah analisis data dan entri data

3. Skoring

Pemberian skor ataunilai pada setiap jawaban yang diberikan oleh

responden

4. Tabulasi

Memasukan data kedalam tabel-tabel dan mengatur angka-angkasehingga

dapat dihitung dalam berbagai kategori.

5. Entry (Memasukkan Data)

Entry data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program software komputer.

3.6.2 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyesuaikan secara sistematika

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang pen

ting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.

38
3
9

a. Analisis Univariat

Analisis digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi

atau ukuran proporsional berdasarkan tabel yang diperiksa. Distribusi

Frekuensi untuk melihat gambaran distribusi masing-masing variabel.

3.6.3 Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan menghasilkan laporan penelitian agar

laporan tersebut dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang

diinginkan. Data disajikan dalam bentuk tabel dengan penjelasan atau narasi

sebagai hasil analisis.

39
4
0

3.7 Organisasi dan Personalia Penelitian

Organisasi dan personalia dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Pembimbing

a) Pembimbing I : Helga J. N. Ndun, S.KM., MS

b) Pembimbing II : Afrona E. L. Takaeb, S.KM., MHID

2) Peneliti

a) Nama: Putri Veronika Gella

b) NIM : 1707010298

40
4
1

3.8 Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian Di Desa Oenbesi

Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten TTS.

Waktu Pelaksanaan (Bulan)

No Uraian/kegiatan Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb

1. Konsultasi awal terkait


judul proposal yang
akan diambil

2. Pengambilan data awal


dan Penyusunan
proposal

3. Konsultasi proposal

4. Seminar proposal

5. Perbaikan proposal

6. Persiapan penelitian

7 Pengumpulan data di
lapangan

8 Tabulasi data

9 Penulisan & seminar


hasil penelitian

10 Ujian skripsi

41
4
2

3.9 Rencana Anggaran Penelitian

Table 3.3 Daftar Anggaran Penelitian

No Uraian Biaya
1
1 Penyusunan proposal Rp. 150.000

2
2 Seminar proposal Rp. 200.000

3
3 Trasportasi Rp. 100.000

4
4 Pengumpulan data Rp. 100.000

5
5 Penyusunan laporan hasil penelitian Rp. 100.000

6
6 Seminar hasil Rp. 200.000

7
7 Revisi hasil penelitian skripsi Rp. 100.000

8
8 Skripsi Rp. 350.000

9
9 Revisi skripsi Rp. 100.000

Total Rp. 1.400.000

DAFTAR PUSTAKA

Arilia, R. (2020). Pengaruh Program Keluarga Berencana Terhadap Efektivitas


BKKBN dalam Menekan Laju Pertumbunhan Penduduk Di Kota Makassar.
151–156.

42
4
3

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/10752-Full_Text.pdf
Barus, E., Lumbantoruan, M., & Purba, A. (2018). Hubungan pengetahuan, sikap
dan pelayanan KB dengan keikutsertaan pria mengikuti KB. JHeS (Journal
of Health Studies), 2(2), 33–42.
https://doi.org/10.31101/jhes.451
BKKBN. (2020). Rencana Strategis BKKBN.
Budisantoso, S. I. (2008). Faktro-faktor yang Berhubungan dengan Pratisipasi
Pria dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul
Tahun 2008.
http://eprints.undip.ac.id/18622/1/SAPTONO_IMAN_BUDISANTOSO.pdf
Dharmas, A. (2020). Program studi kebidanan program sarjana fakultas
kesehatan universitas aufa royhan di kota padang sidimpuan tahun 2020.
https://repository.unar.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2956/1/Skripsi Anesa
Dharmas.pdf
Doro, Y. Y. (2019). Hubungan Motivasi Isteri dengan Keikutsertaan Suami dalam
Penggunaan Kontrasepsi Pria Di Kleurahan Wundulako Kecamatan
Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2019.
http://www.repository.poltekkes-kdi.ac.id/501/
Friantoro, D. (2016). Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, dan Pribadi Trehadap
Keputusan Kabupaten Pandelang.
https://eprints.uny.ac.id/31589/
Katili, A. Y. (2020). Faktor-Faktor penghambat pelaksanaan program keluarga
berencana (Kb) metode kontrasepsi operasi pria (Mop) di Kabupaten
Boalemo. Manajemen Sumber Daya Manusia, Administrasi Dan Pelayanan
Publik, 3(1), 25–33.
https://doi.org/10.37606/publik.v3i1.62
Khotimah, H. (2020). Dukungan Isteri terhadap Perilaku Pria dalam
Menggunakan Alat Kontrasepsi. 7(2), 77–84.
Masturoh, Imas Masturoh, N. A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan Tanun
2018.
Matahari, R., Utami, F. P., & Sugiharti, S. (2018). Buku Ajar Keluarga Berencana

43
4
4

Dan Kontrasepsi. Pustaka Ilmu, 1, viii+104 halaman.


http://eprints.uad.ac.id/24374/1/buku ajar Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi.pdf
Mazwar, N. (2022). Program Keluarga Berencana Nasional. Human Care,
7(September),1–13.
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/article/download/1663/pdf
Nasution, K. (2021). Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pria dalam
Penggunaan Metode Kontrasepsi Vasektomi Di Wilayah Puskesmas
Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2021. 1–113.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Panggiring, A. (2019). Karakteristik Akseptor Pria Dalam Program Keluarga
Berencana Dusun Dukuh Desa Kalinegoro, Kecamatan Mertoyudan,
Kabupaten Magelang.
http://eprintslib.ummgl.ac.id/1567/2/17.0603.0059_BAB I_BAB II_BAB
III_BAB V_DAFTAR PUSTAKA.pdf
Raidanti, D. (2021). Akseptor Pria dalam Keluarga Berencana (Issue June).
https://www.researchgate.net/publication/352441993_AKSEPTOR_PRIA_D
ALAM_KELUARGA_BERENCANA
Rotinsulu, F. G. F., Wagey, F. W., & Tendean, H. M. M. (2021). Gambaran
Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Wanita di Indonesia. E-CliniC, 9(1), 243–
249.
https://doi.org/10.35790/ecl.v9i1.32478
Seroja, B. S. (2022). Penggunaan Vasektomi Terhadap Metode Operasional Pria
Tanpa Memenihi Kententuan Fatwa MUI(Studi) DiKelurahan Simpang Tuan
Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timor Provinsi
Jambi. http://repository.uinjambi.ac.id/11133/
Simbolon, A. (2018). Faktor yang Mmempengaruhi Keikutsertaan Suami Mnejadi
Akseptor MOP(Metode Operasi Pria) Di Desa Marjani Kecamatan Sipispis
Kabupaten Serang Bedagai Tahun 2018.
http://repository.helvetia.ac.id/1048/2/SKRIPSI ANAWITA.pdf

44
4
5

Siregar, I. R. D. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan


Pasangan Usia Subur (Suami) Dalam Ber KB Di Kelurahan Perintis
Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Dapat Medan Tahun 2019.
http://repository.helvetia.ac.id/id/eprint/2481
Suryani, L. S. (2020). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Suami
Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Arga
Indah Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2020.
http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/542/1/SKRIPSI kaset Lilis
Suryani.pdf
Yuliati, I. F. (2021). Peramalan dan analisis hubungan faktor penggerakan lini
lapangan dalam meningkatkan peserta KB aktif MKJP. Keluarga Berencana,
6(02), 35–48.
https://ejurnal.bkkbn.go.id/kkb/article/download/80/48
Zuiatna, D. (2020). Faktor Yang Memengaruhi Keikutsertaan Suami Menjadi
Akseptor Mop ( Metode Operatif Pria ) Di Desa Marjanji Kecamatan
Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018. Jurnal Midwifery Update
(MU), 1(2), 9.
https://doi.org/10.32807/jmu.v1i2.55

Lampiran 1
Lembar Persetujuan Responden

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Pekerjaan /bidang :
Alamat :

45
4
6

Nomor HP :
Telah mendapat keterangan secara terinci danjelas mengenai :
Menyatakan bersedia sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa yang bernama Putri Veronika Gella, NIM 1707010298 dengan
penelitian berjudul, Gambaran Determinan Partisipasi Pria dalam
Menggunakan Alat Kontrasepsi Metode Operasi Pria Kecamatan Mollo
Utara. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak berakibat buruk terhadap saya
dan keluarga saya, dan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.

Kupang, Januari 2023

Peneliti/Pewawancara Responden

Putri Veronika Gella ______________________

Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Gambaran Determinan Partisipasi Pria dalam Menggunakan Alat
Kontrasepsi Metode Operasi Pria Kecamatan Mollo Utara.
I. Petunjuk Pengisian
a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan saudara untuk menjawab
seluruh pertanyaan yang ada
b. Berilah tanda (X) pada salah datu nomor jawaban dan kolo pertanyaan
dibawah ini, pilih sesuai dengan keadaan atau kejadian yang sebenarnya.
II. Identitas informan
Nama :

46
4
7

Usia
Pendidikan
Jumlah anak :
Pekerjaan : ( ) Petani
( ) PNS
( ) Swasta
( ) Lain-lain, sebutkan….
Tanggal wawancara :

III. Pengetahuan

No Pertanyaan Benar Salah

1 Program KB dilakukan untuk merencenakan jumlah anak


dan jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi

2 Vasektomi merupakan satu-satunya program KB pria

3 Vasektomi dapat dilakukan melalui prosedur pembedahan

4 Dampak vasektomi menyebabkan gemuk dan malas

5 Ereksi tetap normal bila melakukan vasektomi

6 Pembedahan pada vasektomi tidak menyebabkan susah


buang air kecil

7 Efek samping dari melakukan vasektomi tidak akan subur


lagi

8 Keuntungan dari vasektomi adalah perlindungan terhadap


kehamilan sangat tinggi

9 Vasektomi dapat menyebabkan ganggua pada kesehatan

10 Program KB yang dibuat oleh pemerintah diwajibkan bagi

47
4
8

pria dan wanita

IV. Sumber Informasi

NO PERTANYAAN PERNAH TIDAK


1 Apakah bapak pernah mengikuti kegitan
penyuluhan tentang KB pada suami ?
2 Apakah bapak pernah membaca tentang KB
pada suamidi (buku, majalah, koran
tabloid)?
3 Apakah bapak pernah membuka situs
kesehatan di internet khususnya tentang KB
pada suami?
4 Apakah bapak pernah menerima leaflet/
borsur kesehatan tentang KB pada suami
dari dinas kesehatan, puskesmas, rumah
sakit?
5 Apakah bapak pernah mendengar informasi
siaran radio atau televisi tentang KB pada
suami?

V. Sosial Budaya

No PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah budaya bapak bertentangan dengan
penggunaan alat kontrasepsi pada pria?
2 Apakah budaya bapak melarang seorang
suami untuk melakukan vasektomi?
3 Apakah budaya bapak mengharuskan program
KB ini di lakukan oleh wanita saja?

48
4
9

4 Apakah budaya menyatakan jika seorang pria


yang melakukan vasektomi akan kehilangan
kejantaannya?
5 Apakah bapak percaya jika banyak anak
banyak rejeki?

VI. Dukungan Istri

No PERTAYAAN YA TIDAK
1 Apakah istri pernah merundingkan mengenai
jumlah anak yang akan direncanakan?
2 Apakah istri ikut berperan dalam menambil
keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi
vasektomi?
3 Apakah istri mengizinkan untuk menggunakan
vasektomi?
4 Apakah istri pernah mencari informasi mengenai
kontrasepsi vasektomi?
5 Apakah istri bapak menyediakan waktu untuk
menemani bapak dalam penggunaan KB ?
6 Apakah istri setuju bersedia membiayai
pemasangan kontrasepsi vasektomi?
7 Apakah istri mengantarkan ke tempat
pemasangan vasektomi?
8 Apakah istri mau mendampingi selama
pemasangan vasektomi?
9 Apakah istri bapak mengetahui tentang efek
samping kontrasepsi vasektomi?
10 Apakah istri bapak pernah ikut serta
mendengarkan penjelasan tentang kontrasepsi
vasektomi dari petugas kesehatan?

49
5
0

VII. Partisipasi Pria dalam Vasektomi

1. Apakah bapak ikut berpartisipasi dalam menggunakan vasektomi?

a. Ya

b. Tidak

50

Anda mungkin juga menyukai