Oleh :
Oleh
Pembimbing Ketua
Oleh
Pembimbing
ii
HALAMAN PENETAPAN PENGUJI USULAN PENELITIAN
Oleh
Ketua
Anggota
iii
KATA PENGANTAR
iv
9. Semua rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri pada
umumnya, Program Studi Ilmu Keperawatan (S.1) pada khususnya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dan
telah mendoakan suksesnya penyusunan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi pembacanya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
PENULIS
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ...................................................................
HALAMAN SAMPUL DALAM ..................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ....................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………....……….
1.2 Rumusan Masalah …………………………………...…….…
1.3 Tujuan Penelitian ………………………….………...……….
1.4 Manfaat Penelitian ……………………….…………………..
vi
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ...............................................................
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel (sample size), dan Teknik
Pengambilan Sampel ................................................................
4.2.1 Populasi ........................................................................
4.2.2 Sampel...........................................................................
4.2.3 Besar Sampel.................................................................
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel ........................................
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………………..
4.3.1 Variabel Penelitian........................................................
4.3.2 Definisi Operasional......................................................
4.4 Bahan Penelitian………………………………………………
4.5 Instrumen penelitian ………………………………………….
4.5.1 Kuesioner Pengetahuan Tentang HIV/AIDS ................
4.5.2 Kuesioner Sikap terhadap Pencegahan HIV/AIDS.......
4.5.3 Kuesioner Sumber Informasi ........................................
4.5.4 Kuesioner Perilaku terhadap Pencegahan HIV/AIDS ..
4.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................
4.6.1 Lokasi Penelitian ..........................................................
4.6.2 Waktu Penelitian ..........................................................
4.7 Prosedur Penelitian dan Pengumpulan data..............................
4.7.1 Teknik Pengambilan Data.............................................
4.7.2 Pengolahan Data ...........................................................
4.7.3 Cara Analisis Data ........................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Paduan Obat ARV............................................................................
Tabel 2.2 Dosis obat ARV Bagi Orang Dewasa dan Remaja ..........................
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Remaja Untuk Pencegahan Penularan HIV/ AIDS
Di Merauke ...............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
remaja terjadi banyak perubahan pada individu, baik secara fisik, kognitif,
psikologis, maupun sosial, yang mengakibatkan remaja cenderung berani dalam
mengambil risiko dibandingkan pada rentang usia lainnya. Usia remaja juga
merupakan usia onset perkembangan seksual, sehingga remaja masih memiliki
emosi yang belum stabil mengenai perilaku seksual. Akibatnya, remaja cenderung
mudah terjerumus pada perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab. Perilaku
seksual yang tidak bertanggungjawab memiliki dampak yang buruk, salah satunya
yaitu risiko terkena penyakit infeksi menular seksual seperti HIV/AIDS (Yolanda,
2019).
Menurut Green (2003) dalam Notomoatmodjo (2014), perilaku seseorang
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan
faktor pendorong. Hasil penelitian Soetjiningsih (2015) menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan
orangtua, remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama
(religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan,
baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja.
Selain itu, menurut Kusmiran (2014) dengan meningkatnya minat kehidupan
seksual, remaja selalu berusaha mencari informasi objektif mengenai seks. Oleh
karena itu, hal yang membahayakan adalah informasi yang diterima remaja dari
sumber yang kurang tepat sehingga akhirnya remaja menginterpretasikannya
dengan salah (Kusmiran, 2014).
Banyak media massa, media cetak dan media elektronik, seperti internet,
televisi, koran atau majalah yang menyampaikan informasi secara bebas kepada
masyarakat umum, termasuk remaja. Walaupun remaja telah mencapai
kematangan kognitif, namun dalam kenyataannya mereka belum mampu
mengolah informasi yang diterima tersebut secara benar. Akibatnya perilaku
seksual remaja, seringkali tidak terkontrol dengan baik. Mereka melakukan
pacaran, seks pra nikah atau mengadakan ”pesta seks” dengan pasangannya, yang
menyebabkan hamil muda, timbulnya penyakit menular di kalangan remaja
termasuk HIV/AIDS (Vidiyanti, 2015).
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Noorhidayah (2016)
pada 51 remaja komunitas anak jalanan di Banjarmasin, diketahui bahwa
pengetahuan remaja komunitas anak jalanan terbanyak pada kategori cukup
3
dengan jumlah 25 orang (49%). Untuk sikap remaja komunitas anak jalanan
terbanyak pada kategori sikap positif dengan jumlah 31 orang (60,8%). Sumber
informasi remaja komunitas anak jalanan terbanyak pada kategori cukup dengan
jumlah 20 orang (39,2%). Untuk upaya pencegahan HIV/AIDS terbanyak pada
kategori mencegah dengan jumlah 29 orang (56,9%).
Kabupaten Merauke merupakan Kabupaten yang mengalami
perkembangan cukup pesat disegala bidang seiring dengan perkembangan sarana
transformasi yang memudahkan penduduknya untuk mencapai lokasi yang akan
dituju. Kabupaten Merauke terdapat lokasi prostitusi yang beroperasi dari jam
22:00 WIB dan dekat pemukiman warga sejauh ± 1 km yang juga mempunyai
akses jalan beraspal. Hasil wawancara dengan petugas Puskesmas Merauke
ditemukan bahwa saat ini tingginya HIV/AIDS oleh karena heteroseksual. Selain
itu, hasil observasi dan wawancara pada tiga orang remaja di Yayasan Yasanto
Merauke didapatkan pernyataan tiga remaja tersebut bahwa hampir keseluruhan
remaja pria di Merauke tersebut sudah melakukan hubungan seksual pranikah.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Merauke
untuk mengendalikan epidemic HIV dan AIDS antara lain: menyediakan layanan
konseling dan tes HIV, layanan pengobatan Antiretroviral (ARV), layanan
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA), layanan Infeksi menular
seksual (IMS), layanan intervensi pada populasi kunci dalam hal ini wanita
pekerja seks (WPS) hingga pada penyediaan logistik. Program pengendalian HIV
dan AIDS masih mengalami kendala-kendala yang dialami dalam pelaksanaannya
antara lain masih banyak masyarakat yang mempunyai pengetahuan kurang
tentang penyakit HIV/AIDS. Faktor penghambat lainnya adalah rendahnya
perilaku pencegahan terkait HIV dan AIDS (masih tingginya seks bebas),
kurangnya akses layanan kesehatan terutama layanan konseling dan test HIV
sukarela (VCT) dan layanan anti retroviral terapi (ART).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja untuk pencegahan
HIV/ AIDS di Merauke. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja
terhadap pencegahan HIV/AIDS dan dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk
penelitian yang selanjutnya.
4
6
7
ditemukan pada komponen sel dan nonsel ASI. Berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi risiko transmisi HIV melalui ASI antra lain mastitis atau luka pada
puting, lesi di mukosa mulut bayi, pramturitas dan respons imun bayi. Penularan
HIV melalui ASI diketahui merupakan faktor penting penularan pascapersalinan
dan meningkatkan risiko transmisi dua kali lipat (Bararah dan Jauhar, 2016).
2.1.4 Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah tertularnya HIV,
dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut :
1. A = abstinence artinya absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi
yang belum menikah.
2. B = be faithfull artinya bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti pasangan).
3. C = condom, artinya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
4. D = drug no, artinya dilarang menggunakan narkoba.
5. E = education artinya pemberian edukasi dan informasi yang benar mengenai
HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya
(Kemenkes, RI., 2020).
2.1.5 Terapi atau Pengobatan HIV/AIDS
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat diatasi dengan
kombinasi antiretroviral (ART) yang terdiri dari 3 atau lebih obat ARV. Namun,
ART ini bukan merupakan obat yang dapat menyembuhkan infeksi HIV, tetapi
hanya mengontrol replikasi virus pada tubuh penderita serta memperkuat sistem
kekebalan tubuh sehingga infeksi HIV tidak menjadi lebih parah. Pada akhir tahun
2013, sekitar 11,7 juta orang HIV-positif di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah telah menerima pengobatan ART, 740.000 diantaranya adalah
anak-anak. Cakupan pemakaian ART pada anak-anak masih rendah yaitu hanya 1
dari 4 yang menerima pengobatan ART dibandingkan dengan 1 dari 3 orang
dewasa. Dari semua orang dewasa HIV-positif 37% yang menerima pengobatan
ART, namun dari semua anak yang hidup dengan HIV hanya 23% yang menerima
pengobatan ART pada tahun 2013 (Najmah, 2016).
10
Orang yang
Paduan ARV
terpajan
Pilihan TDF + 3TC (FTC) + LPV/r
Remaja dan
Alternatif TDF + 3TC (FTC) + EFV Atau AZT + 3TC +
dewasa
LPV/r
Anak (< 10 Pilihan AZT + 3TC + LPV/r
tahun) Alternatif Dapat menggunakan EFV/NVP untuk NNRTI
Sumber : Kemenkes, RI., (2017)
Tabel 2.2 Dosis obat ARV Bagi Orang Dewasa dan Remaja
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian remaja
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi
pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Rahayu, dkk., 2017).
Remaja adalah suatu periode perkembangan yang dijalani seseorang yang
terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-kanak samapi datanganya awal
masa dewasa (Nurihsan dan Agustin, 2013). Remaja adalah tahap umur yang
datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang
cepat. Masa remaja juga dapat diartikan sebagai masa peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk
memasuki masa dewasa (Indriyani dan Asmuji, 2014).
2.2.2 Fase-Fase Masa Remaja
Menurut Indriyani dan Asmuji (2014) beberapa ahli membagi masa remaja
menjadi tiga fase, yaitu :
1. Pra-pubertas (kurang lebih 10-12 tahun)
Pada masa ini insting-insting seksual ada dalam keadaan paling
lemah, sedangkan proses perkembangan AKU si anak ada dalam keadaan
paling kuat (progesif). Masalah erotik pada seks, yaitu totalitas dari kompleks
gejala seksual dan afiksi-afiksi yang berkaitan dengan masalah cinta, sifatnya
belum akut karena memang belum terdapat kematangan seksual.
Ciri lain yang mencolok pada usia ini adalah kecenderungan untuk
melepaskan diri dari identifikasi-identifikasi yang lama karena mulai bersikap
kritis terutama pada ibunya sehingga berusaha keras untuk berbeda dengan
ibunya dengan cara mengadakan identifikasi dengan salah seorang kawan,
guru wanita di sekolah-sekolahnya atau tokoh wanita lain yang penting atau
menonjol.
2. Masa pubertas
Masa pubertas awal atau masa pubertas sebenarnya merupakan suatu
masa yang segera akan dilanjutkan oleh masa adolesensi yang disebut pula
sebagai masa puber lanjur. Masa pubertas tidak dapat dipastikan kapan
dimulainya dan kapan berakhirnya. Beberapa sarja memperkirakan dimulai
pada usia kurang lebih 14 tahun dan berakhir pada usia kurang lebih 17 tahun.
12
2) Remaja perempuan
Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar dan
menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih
besar dan lebih bulat.
a. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori
bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih
aktif.
b. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan
dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada
bahu, lengan, dan tungkai.
c. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
2.2.5 Tantangan dan Masalah Remaja
Masalah penting yang dihadapi remaja cukup banyak, diantaranya
timbulnya konflik dalam diri remaja. Untuk lebih jelasnya, Indriyani dan Asmuji
(2014) memberikan ulasan konflik dalam diri remaja sebagai berikut :
1. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dengan kebutuhan untuk
bebas dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial dan
penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya. Di lain pihak, dia
membutuhkan rasa bebas karena merasa telah besar, dewasa, dan tidak kecil
lagi. Konflik antar kebutuhan tersebut menyebabkan rusaknya keseimbangan
emosi remaja.
2. Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan terhadap
orangtua. Di lain pihak remaja ingin bebas dan mandiri, yang diperlukannya
dalam mencapai kematangan fisik, tetapi membutuhkan orangtua untuk
memberikan materi guna menunjang studi dan penyesuaian sosialnya.
Konflik tersebut menimbulkan kegoncangan kejiwaan pada remaja sehingga
mendorongnya mencari pengganti selain orangtuanya, baisanya teman, guru,
ataupun orang dewasa lainnya dari lingkungannya.
3. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial.
Kematangan seks yang terjadi pada remaja menyebabkan terjadinya
kebutuhan seks yang mendesak tetapi ajaran agama dan nilai-nilai sosial
menghalangi pemuasaan kebutuhan tersebut. Konflik tersebut bertambah
16
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari beberapa formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
tersebut didasarkan pada statu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang ada (Surahman dan supardi, 2016).
Pengukuran pengetahuan menggunakan kuesioner dengan
jawaban benar atau salah, atau jawaban pilihan ganda (Surahman dan
supardi, 2016).
Menurut Nursalam (2016), pengetahuan dikategorikan dengan
kriteria :
a. Pengetahuan baik bila nilai prosentasenya 76%-100%.
b. Pengetahuan cukup bila prosentasenya 56%-75%.
c. Pengetahuan kurang bila prosentasenya <56%.
23
5) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (covert behavior).
Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat
ditafsirkan sebagai perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau
ketersediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi
merupakan predisposisi tindakan (Surahman dan Supardi, 2016).
Hasil penelitian Aisyah dan Fitria (2018), menyatakan ada
hubungan antara sikap dengan pencegahan HIV/AIDS pada remaja di
SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten Aceh Besar tahun 2018, dimana
sebagian besar (40,7%) responden yang memiliki dikap negative tidak
melakukan pencegahan HIV/AIDS. Sikap yang negatif memengaruhi
tindakan pencegahan terhadap HIV/AIDS pada remaja karena
dipengaruhi oleh kondisi individu masing-masing, cara pandang dan latar
belakang dari setiap remaja. Remaja yang memiliki sifat negatif
cenderung akan membentuk perilaku yang negatif kecuali apabila ada
factor-faktor lain yang memengaruhi sikap menjadi positif, antara lain:
terdapat orang lain yang dianggap penting yang dapat memengaruhi
sikapnya (misalnya: orang tua), lingkungan, budaya dll.
Menurut Azwar, S., (2014) sikap mempunyai 3 komponen pokok
yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude),
yaitu :
a. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercaya oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
pandangan (opini) terutama apabila menyangkut isu atau problem
yang kontroversional.
24
b. Komponen afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Aspek emosional inilah biasanya berakhir paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen Konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu
dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap
seseorang dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku (Azwar S,
2016).
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana respons
seseorang terhadap suatu objek (Surahman dan Supardi, 2016). Skala
Likert merupakan salah satu alat pengukuran sikap yang cukup terkenal
dan praktis. Skala Likert mengukur sikap dengan sejumlah pertanyaan
berupa berilah tanda centang (√) pada alternatif jawaban yang cocok
dengan pendapat atau diri anda masing-masing pada pernyataan dibawah
ini. Alternatif jawaban adalah SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS =
Tidak Setuju, dan STS = Sangat tidak setuju (Azwar, S., 2016).
Penghitungan sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
[ ]
−
X− X
T =50+10
s
Keterangan :
T = Nilai rata-rata
X = Skor responden pada skala kepuasan yang hendak diubah menjadi
skor T.
25
−
X = Mean skor kelompok
S = Standart deviasi
Mean skor kelompok yang dihitung dengan rumus :
X=
∑ ( x)
n
Keterangan :
x = Skor responden
n = Banyaknya responden dalam kelompok
s = Deviasi standart skor kelompok
Standart deviasi skor kelompok dihitung dengan rumus :
√
(∑ x )
2
∑x− 2
n
S=
n−1
Keterangan :
x = Skor responden
n = Banyaknya responden dalam kelompok
Untuk mengetahui sikap mendukung (favorable) atau sikap yang
tidak mendukung (unfavorable) dilakukan dengan cara membandingkan
skor T dengan mean T.
Bila nilai mean T ≥ T maka unfavorable (tidak mendukung).
Bila nilai mean T < T maka favorable (mendukung).
(Azwar S, 2016 : 156).
6) Kepercayaan
Di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang
menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup
bermasyarakat. Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-
psikologis. Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal
yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar dan salah.
Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan orang terhadap sesuatu
masuk diakal. Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan
kepentingan. Oleh sebab itu masyarakat perlu diberikan pengetahuan atau
informasi-informasi yang benar dan lengkap tentang penyakit dan
26
Keterangan :
: Diteliti : Berpengaruh
29
30
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara
dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan
dalam penelitian (Nursalam, 2016). Berdasarkan kerangka konsep maka
hipotesa penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku
pencegahan penularan HIV/AIDS pada remaja di Merauke.
2. Ada hubungan sikap tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan
penularan HIV/AIDS pada remaja di Merauke.
3. Ada hubungan sumber informasi tentang HIV/AIDS dengan perilaku
pencegahan penularan HIV/AIDS pada remaja di Merauke.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel (sample size), dan Teknik Pengambilan
Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh remaja di Yayasan Yasanto Merauke tahun 2021
yaitu sebanyak 80 orang. Peneliti memilih Yayasan Yasanto Merauke karena
merupakan Yayasan dalam bidang pendidikan, pemberdayaan masyarakat asli
Papua maupun dalam bidang kemanusiaan khususnya masalah HIV-AIDS.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2016). Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja di
Yayasan Yasanto Merauke tahun 2021 yaitu sebanyak 80 orang.
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili
populasi, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2016). Pada penelitian ini sampling
yang digunakan adalah non probability sampling dengan cara total sampling yaitu
31
32
pengambilan sampel ini dengan mengambil semua anggota populasi sampel. Cara
ini dilakukan bila populasinya kecil, maka anggota populasi tersebut diambil
seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian. Istilah lain sampling jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Hidayat AAA, 2014 :
74).
Definisi
Variabel Parameter Alat ukur Skala Kategori
operasional
1. Independent :
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan perilaku
pencegahan
HIV/AIDS
a. Umur Lamanya waktu 1. Umur 10–13 Kuesioner Ordinal 1. Umur 10–13
yang dihitung tahun tahun
dalam jumlah 2. Umur 14–16 2. Umur 14–16
tahun sejak tahun tahun
remaja 3. Umur 17–19 3. Umur 17–19
dilahirkan tahun tahun
sampai pada
waktu
pengambilan
data dilakukan
d. Pengetahuan
Kemampuan Pengetahuan Kuesioner Ordinal 1. Baik: hasil
responden tentang persentase 76%-
dalam HIV/AIDS : 100%.
menjawab 1. Pengertian 2. Cukup: hasil
dengan benar 2. Gejala persentase 56%-
atas beberapa 3. Penularan 75%.
pertanyaan tes 4. Pencegahan 3. Kurang: hasil
tertulis persentase
. <56%.
(Nursalam, 2016).
e. Sikap Segala bentuk Komponen sikap : Kuesioner Nominal 1. Unfavorable
34
Definisi
Variabel Parameter Alat ukur Skala Kategori
operasional
respon 1. Kognitif (Tidak
responden 2. Afektif mendukung),
terhadap 3. Konatif jika Mean T ≥ T
pernyataan 2. Favorable
tertulis non test (Mendukung),
(kuesioner jika Mean T < T.
tertutup) (Azwar, S., 2016).
tentang
pencegahan
penularan
HIV/AIDS.
Pengolahan data dalam penelitian ini diolah dengan cara sebagai berikut :
1. Pemeriksaan data (Editing)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data
atau setelah data terkumpul (Hidayat, AAA, 2014). Pada penelitian ini ini
peneliti melakukan editing sebelum dan setelah data terkumpul, jika ada data
atau informasi yang belum lengkap bisa dikembalikan untuk dilengkapi
responden.
2. Pemberian kode (Coding).
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer. Biasanya
dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku
(code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode
dari suatu variable (Hidayat, AAA, 2014). Pemberian kode dalam penelitian
ini meliputi :
1) Data Umum
a. Umur
a) Umur 10–13 tahun kode 1
b) Umur 14–16 tahun kode 2
c) Umur 17–19 tahun kode 3
b. Jenis Kelamin
a) Laki-laki kode 1
b) Perempuan kode 2
c. Pendidikan
a) SD/SMP kode 1
b) SMA kode 2
2) Data Khusus
38
a. Variabel Independent
a) Pengetahuan tentang HIV/AIDS
(1) Kurang kode 1
(2) Cukup kode 2
(3) Baik kode 2
b) Sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS
(1) Unfavorabel/Tidak mendukung kode 1
(2) Favorabel/Mendukung kode 2
c) Sumber informasi tentang HIV/AIDS
(1) Tidak pernah kode 1
(2) Pernah kode 2
b. Variabel Dependent : perilaku pencegahan HIV/AIDS
a) Tidak baik kode 1
b) Baik kode 2
3. Pemberian nilai (Scoring)
Scoring dalam arti memberi nilai pada setiap data. Dalam penelitian
ini pemberian nilai dilakukan pada variabel sebagai berikut :
1) Variabel independent :
a. Pengetahuan tentang HIV/AIDS
Pemberian nilai untuk mengetahui pengetahuan tentang
HIV/AIDS, cara pemberian skor :
Interpretasi jawaban benar diberi skor 1
Interpretasi jawaban salah diberi skor 0
Kemudian dihitung prosentasenya dengan menggunakan rumus :
f
P= x 100 %
n
Keterangan : P : Prosentase
f : Nilai yang diperoleh
n : Frekuensi total atau keseluruhan
Setelah prosentasenya diketahui kemudian hasilnya
dikelompokkan menurut Nursalam (2016), dengan kriteria :
a) Pengetahuan kurang jika nilai persentasenya < 56%.
39
[ ]
−
X− X
T =50+10
s
Keterangan :
T = Nilai rata-rata
X = Skor responden pada skala kepuasan yang hendak diubah
menjadi skor T.
−
X = Mean skor kelompok
S = Standart deviasi
Mean skor kelompok yang dihitung dengan rumus :
X=
∑ ( x)
n
Keterangan : x = Skor responden
n = Banyaknya responden dalam kelompok
s = Deviasi standart skor kelompok
√
(∑ x )
2
∑x−2
n
S=
n−1
Keterangan : x = Skor responden
n = Banyaknya responden dalam kelompok
Untuk mengetahui sikap baik (favorable) atau sikap yang
tidak baik (unfavorable) dilakukan dengan cara membandingkan
skor T dengan mean T.
Bila nilai mean T ≥ T maka termasuk unfavorable.
Bila nilai mean T < T maka termasuk favorable.
(Azwar S, 2016).
2) Variabel dependent
Pemberian nilai untuk mengetahui perilaku pencegahan penularan
HIV/AIDS, cara pemberian skor menggunakan skala Guttman dengan
interpretasi jawaban :
Ya diberi nilai 1
Tidak diberi nilai 0
Kemudian dihitung prosentasenya dengan menggunakan rumus :
f
P= x 100 %
n
Keterangan : P : Prosentase
f : Nilai yang diperoleh
n : Frekuensi total atau keseluruhan
Setelah prosentasenya diketahui kemudian hasilnya dikelompokkan
menurut Nursalam (2016), dengan kriteria :
a. Perilaku baik jika hasil prosentase 76-100%.
b. Perilaku tidak baik jika hasil prosentase ≤ 75%.
(Nursalam, 2016).
4. Penyusunan data (Tabulating)
Tabulating merupakan pengorganisasian data agar mudah
dijumlahkan, disusun dan di tata untuk disajikan dan dianalisis. Hasil dari
jawaban responden yang telah dinilai dijumlahkan dan dibandingkan dengan
41
total skor, kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase yang
didistribusikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus :
f
P= x 100 %
n
Keterangan : P = Prosentase
f = Nilai yang diperoleh
n = Frekuensi total atau keseluruhan
Dari pengolahan data hasil penelitian yang telah dilaksanakan data
kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi yang dikonfirmasi dalam bentuk
prosentase dan narasi, dengan kriteria sebagai berikut :
1) Seluruhnya = 100%
2) Hampir seluruhnya = 76% - 99%
3) Sebagian besar = 51% - 75%
4) Setengahnya = 50%
5) Hampir setengahnya = 26% - 49%
6) Sebagian kecil = 1% - 25%
7) Tidak ada satupun = 0% (Arikunto, 2014).
4.7.3 Cara Analisis Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan
mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh
dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian
hipotesis (Hidayat, AAA, 2014).
Untuk mengetahui hubungan antar variabel independen dengan variabel
dependen kemudian diolah menggunakan piranti lunak komputerisasi. Adapun
model analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Analisis data univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat
dilakukan dengan bantuan software komputer. Analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel, yaitu
umur, jenis kelamin, pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap, sumber
informasi, dan perilaku.
42
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
kemaknaan dan besarnya hubungan dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Chi Square dan
Fisher’s Exact Test dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
43
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad dan Munir. 2018. Sistem Informasi Manajemen : Buku Referensi: Sistem
Informasi Manajemen. Banda Aceh : Lembaga Komunitas Informasi
Teknologi Aceh.
Aisyah Dan Fitria. 2017. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang
HIV/AIDS Dengan Pencegahan HIV/AIDS Di SMA Negeri 1 Montasik
Kabupaten Aceh Besar. http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk.
Berek, dkk., 2018. Hubungan Jenis Kelamin Dan Umur Dengan Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMAN 3 Atambua Nusa
Tenggara Timur 2018.
Hidayat, AAA. 2014. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Kemenkes, RI. 2017. Panduan Perawatan Orang Dengan HIV AIDS Untuk
Keluarga dan Masyarakat. Jakarta : Direktorat Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI.
Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : PT. Trans Info Medika.
Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
JAN’21 FEB ‘21 MAR ‘21 APR ‘21 MEI ‘21 JUN ‘21
No KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survey tempat
penelitian
2 Penyusunan proposal
penelitian
3 Ujian proposal
penelitian
4 Revisi proposal
penelitian
5 Pengambilan data
6 Penyusunan hasil
penelitian dan analisa
data
7 Penyusunan
pembahasan
8 Ujian Tugas Akhir
Lampiran 2 47
Kepada, Yth.:
Adik-adik di Yayasan Yasanto
Di
Tempat
(………………………..)
*) coret yang tidak perlu
Lampiran 4 49
LEMBAR KUESIONER
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA
DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI MERAUKE
TAHUN 2021
Perempuan
Pendidikan : SD/SMP
SMA
50
No Pernyataan STS TS S SS
.
9 Saya merasa senang jika bisa
memberikan informasi tentang
pencegahan HIV/AIDS kepada teman
Tidak pernah
Jika pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan tentang HIV/AIDS,
darimanakah informasi atau penyuluhan tentang HIV/AIDS anda dapatkan
? Beri tanda ceklist (√) pada jawaban yang paling sering digunakan (pilih
satu jawaban saja)
No. Sumber Informasi
1 Buku
2 Koran
3 Majalah
4 Leaflet
5 Televisi
6 Internet
7 Guru
8 Tenaga Kesehatan
9 Teman
10 Orangtua
11 Sumber lainnya,....................
55