Anda di halaman 1dari 72

USULAN PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA


UNTUK DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/ AIDS DI
MERAUKE

PENELITIAN ANALITIK KORELASIONAL

Oleh :

FITRA FIRMANSYAH PRATAMA


17621058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2021

ii
USULAN PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA


UNTUK DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/ AIDS DI
MERAUKE

PENELITIAN ANALITIK KORELASIONAL

FITRA FIRMANSYAH PRATAMA


NIM : 17621058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2021

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA


UNTUK DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/ AIDS DI
MERAUKE

PENELITIAN ANALITIK KORELASIONAL

SKRIPSI

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


dalam Program Studi Ilmu Keperawatan
pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

FITRA FIRMANSYAH PRATAMA


NIM : 17621058

ii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Usulan Penelitian ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Fitra Firmansyah Pratama

NPM : 17621058

Tanggal :

Tanda Tangan :

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

USULAN PENELITIAN INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL MARET 2021

Oleh
Pembimbing Ketua

Dr. SUSMIATI, S.Kep., Ns., M.Pd

Oleh
Pembimbing

YENI LNA, S.Kep., Ns., M.Pd., M.Kes., PhDc.

iv
HALAMAN PENETAPAN PENGUJI USULAN PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA


UNTUK DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/ AIDS DI
MERAUKE

FITRA FIRMANSYAH PRATAMA


NIM : 17621058

USULAN PENELITIAN INI TELAH DIUJI


PADA TANGGAL, MARET 2021

Oleh
Ketua

......................................
NIDN : ........................

Anggota

......................................
NIDN : ........................

v
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum wr. wb.


Alhamdulillahi Robbil alamin, Segala puji-pujian hanyalah bagi ALLAH
S.W.T. Rabb semesta alam, yang Maha Tunggal. Puji syukur Penulis haturkan ke
hadirat ALLAH S.W.T. atas kesempatan dan kekuatan yang diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul “Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Remaja Untuk Dalam Pencegahan Penularan
HIV/ AIDS Di Merauke“. Ketertarikan penulis pada topik ini didasari fakta
bahwa seiring dengan masa awal kematangan organ reproduksi salah satu
masalah yang sering timbul pada remaja terkait adalah perilaku seks bebas (free
sex) diantaranya kehamilan yang terjadi pada remaja usia sekolah dan
terjangkitnya penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDSselama ada masa
pandemi Covid-19 masih banyak perawat yang mana tidak secara maksimal
melakukan penggunaan APD walaupun manfaat besarnya sudah diketahui dan
bahkan ketika sudah disediakan. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor
yang mempengaruhi perilaku perawat untuk tidak menggunakan APD tersebut.
Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membuktikan factor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam menggunakan APD.
Pada Penulisan usulan penelitian ini, penulis mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada :
1. Ir. Djoko Rahardjo, MP., selaku Rektor Universitas Kadiri
2. Sri Haryuni, S.Kep. Ns., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kadiri.
3. Endang Mei, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua program Studi Ilmu
Keperawatan (S.1), sekaligus sebagai dosen pembimbing kedua, atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada saya untuk menjadi
mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan (S.1) dan yang telah banyak
menghabiskan waktu, pemikiran dan perhatian dalam membimbing serta
mengarahkan saya menyelesaikan usulan penelitian ini.
4. Dr. Susmiati, S.Kep., Ns., M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama.

vi
5. Yeni LNA, S.Kep., Ns., M.Pd., M.Kes., PhDc., selaku Dosen Pembimbing
Kedua.
6. Ketua Yayasan dan Pengurus Yayasan Yasanto Merauke atas bantuannya.
7. Segenap Anggota Tim Pengelola Tugas Akhir Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kadiri.
8. Ayah dan ibunda tercinta atas doa, dukungan dan segala pengorbanannya.
9. Semua rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri pada
umumnya, Program Studi Ilmu Keperawatan (S.1) pada khususnya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dan
telah mendoakan suksesnya penyusunan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi pembacanya.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Kediri, Maret 2021

PENULIS

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN...................................................................
i
HALAMAN SAMPUL DALAM..................................................................
ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR ...........................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................
v
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ....................
xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………....……….
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………...…….…
3
1.3 Tujuan Penelitian ………………………….………...……….
3
1.4 Manfaat Penelitian ……………………….…………………..
4

viii
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep HIV/AIDS …………………………………………...
5
2.1.1 Pengertian HIV/AIDS ………………………………..
5
2.1.2 Tanda, Gejala dan Tahapan HIV/AIDS ………………
5
2.1.3 Penularan atau Transmisi HIV/AIDS…………………
6
2.1.4 Pencegahan Penularan HIV/AIDS……………………
8
2.1.5 Terapi atau Pengobatan HIV/AIDS …………………..
8
2.1.6 Mitos tentang HIV/AIDS……………………………..
9
2.2 Konsep Remaja……………………………………………….
10
2.2.1 Pengertian remaja..........................................................
10
2.2.2 Fase-Fase Masa Remaja................................................
10
2.2.3 Perubahan fisik pada Remaja........................................
11
2.2.4 Perkembangan fisik ......................................................
13
2.2.5 Tantangan dan Masalah Remaja ...................................
14
2.2.6 Perkembangan Perilaku Seksual Remaja......................
15
2.3 Konsep Perilaku………………………………………………
16
2.3.1 Pengertian Perilaku ……..……………………………
16
2.3.2 Bentuk Perilaku ………………………………………
16
2.3.3 Proses Pembentukan Perilaku Manusia ……..……….
17
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Remaja…
17
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka penelitian .................................................................
27
3.2 Hipotesis ..................................................................................
28
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ...............................................................
29

ix
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel (sample size), dan Teknik
Pengambilan Sampel ................................................................
29
4.2.1 Populasi ........................................................................
29
4.2.2 Sampel...........................................................................
29
4.2.3 Besar Sampel.................................................................
29
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel ........................................
30
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………………..
30
4.3.1 Variabel Penelitian........................................................
30
4.3.2 Definisi Operasional......................................................
31
4.4 Bahan Penelitian………………………………………………
32
4.5 Instrumen penelitian ………………………………………….
32
4.5.1 Kuesioner Pengetahuan Tentang HIV/AIDS ................
33
4.5.2 Kuesioner Sikap terhadap Pencegahan HIV/AIDS.......
33
4.5.3 Kuesioner Sumber Informasi ........................................
33
4.5.4 Kuesioner Perilaku terhadap Pencegahan HIV/AIDS ..
33
4.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................
34
4.6.1 Lokasi Penelitian ..........................................................
34
4.6.2 Waktu Penelitian ..........................................................
34
4.7 Prosedur Penelitian dan Pengumpulan data..............................
34
4.7.1 Teknik Pengambilan Data.............................................
34
4.7.2 Pengolahan Data ...........................................................
34
4.7.3 Cara Analisis Data ........................................................
39
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
40
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..........................................................................
43

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Paduan Obat ARV............................................................................
9

Tabel 2.2 Dosis obat ARV Bagi Orang Dewasa dan Remaja ..........................
9

Tabel 4.1 Definisi Operasional Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Remaja Untuk Pencegahan Penularan HIV/ AIDS Di Merauke
.....................
31

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Remaja Untuk Pencegahan Penularan HIV/ AIDS
Di Merauke ...............................................................................
28

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 Instrument Penelitian Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Remaja Untuk Pencegahan Penularan HIV/ AIDS
Di Merauke

Lampiran 5 Lembar Konsultasi

xiii
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immunodeficiency Sindrome

ART : Antiretroviral

ASI : Air Susu Ibu

HIV : Human Immunodeficiency Virus

Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

MTCT : Mother to Chile HIV Transmisión

ODHA : Orang Dengan HIV/AIDS

SMA : Sekolah Menengah Atas

WHO : World Health Organization

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masa remaja merupakan masa peralihan anak menuju masa kedewasaan
yang ditandai dengan pertumbuhan fisik sangat pesat dan perkembangan
seksualitas yaitu seks primer dan seks sekunder (Sarwono, 2014). Salah satu
masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan
organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex) masalah
kehamilan yang terjadi pada remaja usia sekolah diluar dan terjangkitnya penyakit
menular seksual termasuk HIV/AIDS (Rahayu, dkk., 2017: 9).
HIV adalah Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Sindrome) (Najmah, 2016 :
159-160). AIDS adalah tahap lanjut dari infeksi HIV yang menyebabkan beberapa
infeksi lainnya. Virus akan memperburuk sistem kekebalan tubuh, dan penderita
HIV/AIDS akan berakhir kematian dalam waktu 5-10 tahun kemudian jika tanpa
pengobatan yang cukup (Rahayu, dkk., 2017 : 33).
Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2019, jumlah
populasi yang terinfeksi HIV terbesar di dunia adalah di benua Afrika (25,7 juta
orang), kemudian di Asia Tenggara (3,8 juta), dan di Amerika (3,5 juta).
Di Indonesia meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV/AIDS di
Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama sebelas tahun terakhir
jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019,
yaitu sebanyak 50.282 kasus. Menurut kelompok umur, jumlah penderita infeksi
HIV/AIDS terbanyak pada kelompok umur 25-49 tahun atau usia produktif yaitu
sebanyak 70,4%, sedangkan kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 3%. Menurut
data Ditjen P2P Kemenkes RI, jumlah kasus terbanyak HIV/AIDS adalah Jawa
Timur sebanyak 8.935 kasus, DKI Jakarta sebanyak 6.701 kasus, Jawa Barat
sebanyak 6.066 kasus, Jawa Tengah sebanyak 5.630 kasus, dan Papua sebanyak
3.753 kasus (Kemenkes, RI., 2020).
Perilaku seksual merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya
memenuhi dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ

1
2

kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku (Kusmiran, 2014 : 34). Perilaku
seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-
macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium
pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang
buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat
kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono, 2014). Faktor yang
memengaruhi perilaku seksual remaja adalah perubahan biologis, kurangnya
pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, prestasi rendah dan perspektif sosial
kognitif (Kusmiran, 2014 : 34).
Menurut Green (2003) dalam Notomoatmodjo (2014), perilaku seseorang
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan
faktor pendorong. Hasil penelitian Soetjiningsih (2015) menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan
orangtua, remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama
(religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan,
baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja.
Selain itu, menurut Kusmiran (2014: 32) dengan meningkatnya minat kehidupan
seksual, remaja selalu berusaha mencari informasi objektif mengenai seks. Oleh
karena itu, hal yang membahayakan adalah informasi yang diterima remaja dari
sumber yang kurang tepat sehingga akhirnya remaja menginterpretasikannya
dengan salah (Kusmiran, 2014: 32).
Banyak media massa, media cetak dan media elektronik, seperti internet,
televisi, koran atau majalah yang menyampaikan informasi secara bebas kepada
masyarakat umum, termasuk remaja. Walaupun remaja telah mencapai
kematangan kognitif, namun dalam kenyataannya mereka belum mampu
mengolah informasi yang diterima tersebut secara benar. Akibatnya perilaku
seksual remaja, seringkali tidak terkontrol dengan baik. Mereka melakukan
pacaran, seks pra nikah atau mengadakan ”pesta seks” dengan pasangannya, yang
menyebabkan hamil muda, timbulnya penyakit menular di kalangan remaja
termasuk HIV/AIDS (Vidiyanti, 2015).
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Oljira Lemessa, Yemane
B, and Alemayehu W dengan judul ”Assessment of Comprehensive HIV/AIDS
3

Knowledge Level among In-School Adolescents in Eastern Ethiopia” terhadap


2860 siswa yang bersekolah di 14 SMA yang berada di 14 Kabupaten di Ethiopia
Timur, diketahui bahwa . Hasil penelitiannya menunjukkan hanya sekitar satu dari
empat atau 677 (24,5%) remaja memiliki pengetahuan HIV/AIDS yang
komprehensif yang berasal dari keluarga dengan indeks kekayaan menengah dan
tinggi dan remaja putri memiliki pengetahuan lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja untuk pencegahan
HIV/ AIDS di Merauke. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja
terhadap pencegahan HIV/AIDS dan dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk
penelitian yang selanjutnya.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu apakah faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja dalamuntuk
pencegahan Penularan HIV/ AIDS di Merauke?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku remaja dalamuntuk
pencegahan penularan HIV/ AIDS di Merauke.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifaksi tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja di
Merauke.
2. Mengidentifikasi sikap tentang HIV/AIDS pada remaja di Merauke.
3. Mengidentifikasi sumber informasi tentang HIV/AIDS pada remaja di
Merauke.
4. Mengidentifikasi perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada remaja di
Merauke.
5. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan
perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada remaja di Merauke.
4

6. Menganalisis hubungan sikap tentang HIV/AIDS dengan perilaku


pencegahan penularan HIV/AIDS pada remaja di Merauke.
7. Menganalisis hubungan sumber informasi tentang HIV/AIDS dengan perilaku
pencegahan penularan HIV/AIDS pada remaja di Merauke.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dalam proposal skripsi adalah sebagai berikut
1.4.1 Bagi Penulis
1. Menerapkan hasil belajar (pengetahuan dan keterampilan) yang telah
diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Universitas kadiri.
2. Melatih mahasiswa dalam melakukan penelitian ilmiah sederhana.
3. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program
Studi S1 keperawatan di Universitas Kadiri
1.4.2 Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi baru
di perpustakaan Universitas Kadiri.
1.4.3 Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai saran untuk menambah
informasi terkait penularan HIV/AIDS.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk
melakukan penelitian sejenis yang lebih luas dan upaya pengembangan lebih
lanjut terhadap pencegahan HIV/AIDS.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep HIV/AIDS


2.1.1 Pengertian HIV/AIDS
HIV/AIDS adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu
virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Sindrome). AIDS
adalah tahap lanjut dari infeksi HIV yang menyebabkan beberapa infeksi lainnya.
Virus akan memperburuk sistem kekebalan tubuh, dan penderita HIV/AIDS akan
beakhir dengan kematian dalam waktu 5-10 tahun kemudian jika tanpa
pengobatan yang cukup (Najmah, 2016 : 149).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada
seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit
infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Purwanto, 2016 : 293)
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan daya tahan
tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan dibawa sejak lahir) dan sebagai
bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam responden
imun tanpa gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan
berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas
yang jarang terjadi (center for disease control and preventation) (Padila, 2012 :
355).
2.1.2 Tanda, Gejala dan Tahapan HIV/AIDS
Riwayat alamiah infeksi HIV dari tahap awal hingga ke tahap akhir AIDS
tergantung pada kekebalan dan kondisi individu, yang memerlukan waktu 2-15
tahu. Orang yang hidup dengan HIV umumnya tidak menyadari tentang status
HIV mereka tanpa tes HIV karena mereka terlihat sehat dan setelah beberapa
minggu terinfeksi mereka mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala atau hanya
penyakit seperti demam, sakit kepala, ruam atau sakit tenggorokan. Namun, HIV
terus berkembang dan menginfeksi sel T-helper yang mengandung reseptor CD4
sampai virus ini melemahkan system kekebalan tubuh dan menyebabkan gejala
lebih lanjut, termasuk pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat
badan, demam, diare dan batuk dan penyakit berat berikutnya seperti tuberculosis,
meningitis kriptokokus dan kanker seperti limfoma dan sarcoma kaposi (Najmah,
2016 : 152).
Beberapa tahapan HIV/AIDS menurut Najmah (2016 : 152-153) dimulai
ketika masuknya virus sampai timbulnya gejala AIDS :
1. Tahap pertama (Periode jendela)
1) HIV masuk ke dalam tubuh hingga terbentuk antibody dalam darah.
2) Penderita HIV tampak dan merasa sehat.
3) Pada tahap ini, tes HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus.
4) Tahap ini berlangsung selama 2 minggu sampai 6 bulan.
2. Tahap kedua (HIV Asimptomatik/masa laten)
1) Pada tahap ini HIV mulai berkembang didalam tubuh.
2) Tes HIV sudah bisa mendeteksi keberadaan virus karena antibody yang
mulai terbentuk.
3) Penderita tampak sehat selama 5-10 tahun, bergantung pada daya tahan.
Rata-rata penderita bertahan selama 8 tahun. Namun dinegara
berkembang, durasi tersebut lebih pendek.
3. Tahap ketiga (dengan gejala penyakit)
1) Pada tahap ini penderita dipastikan positif HIV dengan system kekebalan
tubuh yang semakin menurun.
2) Mulai muncul gejala infeksi oportunitis, misalnya pembengkakan
kelenjar limfe aau diare terus menerus.
3) Umumnya tahap ini berlangsung selama 1 bulan, bergantung pada daya
tahan tubuh penderita.
4. AIDS
1) Pada tahap ini, penderita positif menderita AIDS.
2) Sistem kekebalan tubuh semakin menurun.
3) Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistis) menyebabkan kondisi
penderita semakin parah.
2.1.3 Penularan atau Transmisi HIV/AIDS
Di indonesia, ada dua cara utama penularan HIV/AIDS; pertama melalui
perilaku seksual yang tidak aman, khususnya dikalangan kelompok berisiko tingi
seperti pekerja seks perempuan, homoseksual, dan transgender laki-laki. Kedua,
transmisi juga trjadi melalui praktik-praktik yang tidak aman dari penggunaan
narkoba suntik. Transmisi penularan seksual akan menghasilkan penyebaran HIV
ke populasi umum (Najmah, 2016 : 155).
Umumnya, Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat masuk ke dalam
tubuh melalui tiga cara, yaitu :
1. Hubungan seksual (vaginal, anal dan oral seks)
2. Penggunaan jarum yang tidak steril atau terkontaminasi dengan HIV,
difasilitas kesehatan, pengguna narkoba suntik atau tato/tindik.
3. Penularan dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin yang ada dalam rahim, yang
dikenal sebagai penularan HIV dari ibu ke anak (Mother to Chile HIV
Transmisión/MTCT).
Pada perilaku seksual beresiko (tanpa kondom), virus HIV sangat mudah
menular melalui hubungan seksual dari orang yang positif HIV ke pasangan yang
sehat. Risiko penularan HIV akan meningkat jika ada luka atau sakit disekitar
vagina atau penis. Apalagi jika orang yang terinfeksi melakukan hubunagn
seksual melalui anus, maka akan terjadi peningkatan resiko penularan HIV karena
lapisan anus lebuh mudah terluka. Oral seks juga memiliki gusi berdarah atau luka
kecil dimulut dan tenggorokan mereka.
Pajanan melalui darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang
terinfeksi di fasilitas kesehatan meningkatkan risiko penularan HIV di fasilitas
kesehatan. Resiko penularan HIV juga rentan terhadap petugas kesehatan jika
mereka kontak dengan darah yang terinfeksi HIV pada jaringan kulit mereka yang
terluka. Peralatan kesehatan yang tajam seperti jarum suntik yang telah terinfeksi
HIV sangat rentan menjadi media penularan HIV di kalangan petugas kesehatan.
Pengguna narokoba suntik yang berbagi jarum suntik juga rentan terinfeksi HIV
dikalangan pengguna. Berbagi jarum suntik dikalangan pengguna narkoba suntik,
jarum yang tidak steril selama tato atau tindik dan transmisi darah yang terinfeksi
dan transplantasi organ juga termasuk faktor risiko penularan HIV. Penularan dari
ibu ke anak selama kehamilan, melahirkan dan menyusui menyebabkan 90% dari
anak yang terinfeksi HIV (Najmah, 2016 : 155-156). Transmini pascapersalinan
sering terjadi melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu). ASI diketahui banyak
mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi median sel yang
terinfeksi HIV pada ibu yang menderita HIV adalah 1 per 10,4 sel, partikel virus
ini dapat ditemukan pada komponen sel dan nonsel ASI. Berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi risiko transmisi HIV melalui ASI antra lain mastitis atau
luka pada puting, lesi di mukosa mulut bayi, pramturitas dan respons imun bayi.
Penularan HIV melalui ASI diketahui merupakan faktor penting penularan
pascapersalinan dan meningkatkan risiko transmisi dua kali lipat (Bararah dan
Jauhar, 2016 : 296).
2.1.4 Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah tertularnya HIV,
dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut :
1. A = abstinence artinya absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi
yang belum menikah.
2. B = be faithfull artinya bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti pasangan).
3. C = condom, artinya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan kondom.
4. D = drug no, artinya dilarang menggunakan narkoba.
5. E = education artinya pemberian edukasi dan informasi yang benar mengenai
HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya
(Kemenkes, RI., 2020 : 1).
2.1.5 Terapi atau Pengobatan HIV/AIDS
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat diatasi dengan
kombinasi antiretroviral (ART) yang terdiri dari 3 atau lebih obat ARV. Namun,
ART ini bukan merupakan obat yang dapat menyembuhkan infeksi HIV, tetapi
hanya mengontrol replikasi virus pada tubuh penderita serta memperkuat sistem
kekebalan tubuh sehingga infeksi HIV tidak menjadi lebih parah. Pada akhir tahun
2013, sekitar 11,7 juta orang HIV-positif di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah telah menerima pengobatan ART, 740.000 diantaranya adalah
anak-anak. Cakupan pemakaian ART pada anak-anak masih rendah yaitu hanya 1
dari 4 yang menerima pengobatan ART dibandingkan dengan 1 dari 3 orang
dewasa. Dari semua orang dewasa HIV-positif 37% yang menerima pengobatan
ART, namun dari semua anak yang hidup dengan HIV hanya 23% yang menerima
pengobatan ART pada tahun 2013 (Najmah, 2016 : 158-159). Kombinasi obat
ARV, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Paduan Obat ARV

Orang yang
Paduan ARV
terpajan
Pilihan TDF + 3TC (FTC) + LPV/r
Remaja dan
Alternatif TDF + 3TC (FTC) + EFV Atau AZT + 3TC +
dewasa
LPV/r
Anak (< 10 Pilihan AZT + 3TC + LPV/r
tahun) Alternatif Dapat menggunakan EFV/NVP untuk NNRTI
Sumber : Kemenkes, RI., (2017 : 10)

Tabel 2.2 Dosis obat ARV Bagi Orang Dewasa dan Remaja

Nama obat ARV Dosis


Tenofovir (TDF) 300 mg sekali sehari
Lamivudin (3TC) 150 dua kali sehari atau 300mg sekali sehari
Emtricitabin (FTC) 200 mg sekali sehari
Zidovudin (AZT) 300 mg dua kali sehari
Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 200 mg/50 mg dua kali sehari
Sumber : Kemenkes, RI., (2017 : 10)

2.1.6 Mitos tentang HIV/AIDS


Beberapa pendapat yang tidak benar tentang HIV/AIDS yang harus
diluruskan untuk mendukung upaya penanggulangan HIV/AIDS, antara lain HIV
menular melalui nyamuk yang menggigit ODHA, penggunaan toilet yang pernah
digunakan oleh antiretroviral (ART), hanya bisa menular melalui pekerja seks,
ODHA adalah orang yang tidak berdaya dan tidak bisa melakukan apa-apa, bayi
yang dilahirkan oleh seorang perempuan yang HIV positif pasti akan tertular HIV
dari ibunya, HIV/AIDS penyakit karena penyimpangan seksual, kutukan Tuhan,
bisa disembuhkan, mengalami nafsu makan menurun disertai berat badan turun
drastis sudah pasti tanda-tanda terinfeksi HIV, mengkarantina ODHA cara efektif
pencegahan HIV, berenang bersama ODHA menularkan HIV, berhubungan seks
sekali tanpa kondom tidak ada risiko tertular HIV, HIV hanya bisa menular
melalui kaum homoseksual saja, dan kelompok homoseksual memiliki risiko
paling tinggi tertular HIV dibandingkan heteroseksual atau biseksual (Gunung,
dkk., 2013).
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian remaja
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi
pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Rahayu, dkk., 2017 : 5).
Remaja adalah suatu periode perkembangan yang dijalani seseorang yang
terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-kanak samapi datanganya awal
masa dewasa (Nurihsan dan Agustin, 2013 : 67). Remaja adalah tahap umur yang
datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang
cepat. Masa remaja juga dapat diartikan sebagai masa peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk
memasuki masa dewasa (Indriyani dan Asmuji, 2014 : 66).
2.2.2 Fase-Fase Masa Remaja
Menurut Indriyani dan Asmuji (2014 : 66-68) beberapa ahli membagi
masa remaja menjadi tiga fase, yaitu :
1. Pra-pubertas (kurang lebih 10-12 tahun)
Pada masa ini insting-insting seksual ada dalam keadaan paling
lemah, sedangkan proses perkembangan AKU si anak ada dalam keadaan
paling kuat (progesif). Masalah erotik pada seks, yaitu totalitas dari kompleks
gejala seksual dan afiksi-afiksi yang berkaitan dengan masalah cinta, sifatnya
belum akut karena memang belum terdapat kematangan seksual.
Ciri lain yang mencolok pada usia ini adalah kecenderungan untuk
melepaskan diri dari identifikasi-identifikasi yang lama karena mulai bersikap
kritis terutama pada ibunya sehingga berusaha keras untuk berbeda dengan
ibunya dengan cara mengadakan identifikasi dengan salah seorang kawan,
guru wanita di sekolah-sekolahnya atau tokoh wanita lain yang penting atau
menonjol.
2. Masa pubertas
Masa pubertas awal atau masa pubertas sebenarnya merupakan suatu
masa yang segera akan dilanjutkan oleh masa adolesensi yang disebut pula
sebagai masa puber lanjur. Masa pubertas tidak dapat dipastikan kapan
dimulainya dan kapan berakhirnya. Beberapa sarja memperkirakan dimulai
pada usia kurang lebih 14 tahun dan berakhir pada usia kurang lebih 17 tahun.
Proses organis yang penting pada masa ini adalah kematangan
seksual. Pada saat pertumbuhan ini, anak muda mengalami satu bentuk krisis,
yaitu kehilangan keseimbangan jarmani dan ruhani. Kadang-kadang hormon
dan fungsi-fungsi motorik juga terganggu. Lalu, terlihat gejala-gejala tingkah
laku, seperti canggung, kaku, kikuk, tegar, muka tampak kasar dan buruk.
3. Adolesensi (kurang lebih 17-19 tahun)
Pada masa ini anak mulai bersikap kritis terhadap objek-objek yang
berkaitan dengan dirinya, mampu membedakan dan menelaah hal yang terkait
dengan lingkungan internal dan eksternal. Anak akan lebih aktif untuk
berinteraksi dengan lingkungan eksternal sebagai pengalaman yang ingin
dicoba, juga sebagai bentuk eksistensi diri. Keterkaitan akan hal-hal baru
yang dipikirkan oleh anak pada usia adolesensi menuntut orangtua lebih
bijaksana dan internsif dalam pola pendampingan. Pola asuh yang tepat akan
mengarahkan anak adolesensi menemukan bentuk pengalaman-pengalaman
dan kerpibadian yang sesuai sehingga akan adaptif dalam berinteraksi dengan
lingkungan, baik internal maupun eksternal.
2.2.3 Perubahan fisik pada Remaja
Perubahan fisik pada remaja menurut Indriyani dan Asmuji (2014 : 68-69),
adalah :
1. Perubahan fisik pada remaja laki-laki, antara lain :
1) Tubuh bertambah berat dan tinggi.
2) Tumbuh rambut-rambut halus didaerah pubis, kaki, tangan, dada, ketiak,
dan wajah.
3) Keringat bertambah banyak.
4) Kulit dan rambut mulai berminyak, yang kadang-kadang menyebabkan
masalah jerawat.
5) Lengan dan tungkai kaki bertambah besar.
6) Tangan dan kaki bertambah besar.
7) Tulang wajah mulai memanjang dan membesar sehingga tidak terlihat
tidak terlihat seperti anak kecil lagi.
8) Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
9) Tumbuh jakun.
10) Suara bertambah menjadi berat.
11) Penis dan buah zakar membesar.
12) Mimpi basah (Indriyani dan Asmuji, 2014 : 68).
2. Perubahan fisik pada remaja perempuan, antara lain :
1) Tubuh bertambah berat dan tinggi.
2) Tumbuh rambut-rambut halus didaerah pubis dan ketiak.
3) Payudara membesar.
4) Pinggul melebar.
5) Kulit dan rambut berminyak.
6) Keringat bertambah banyak.
7) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang.
8) Tangan dan kaki bertambah besar.
9) Tulang wajah mulai memanjang dan membesar sehingga tidak terlihat
seperti anak kecil lagi.
10) Pantat berkembang lebih besar.
11) Indung telur mulai membesar.
12) Vagina mulai mengeluarkan cairan.
13) Menstruasi (Indriyani dan Asmuji, 2014 : 68).
Memang perkembangan fisik tidak dapat dilepaskan, tetapi kebanyakan
kasus remaja terjadi dikarenakan kurang sempurnanya proses perkembangan
sosialnya. Permasalahan dalam perkembangan sosial remaja dikarenakan para
remaja belum mampu menjalankan tugas perkembangan sosialnya. Tugas
perkembangan sosial remaja adalah tugas yang khas dimiliki oleh para remaja.
Para remaja, disadari atau tidak mereka harus memenuhi tugasnya
tersebut, tetapi disatu sisi tantangan remaja untuk memenuhi tugas tersebut
sangatlah berat. Sehingga pada remaja membutuhkan orang lain misalnya
keluarga, teman sebaya dan lingkungan sosialnya, untuk memenuhi tugas
perkembangan sosialnya.
Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah
berperan penting. Peranan teman-teman sebaya terhadap remaja terutama
berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku.
Remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model pakaian yang
sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya
untuk diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula
bila anggota kelompok mencoba alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok,
maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaannya
sendiri dan akibatnya. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kuatnya
pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan hubungan sosial remaja
(Agustina, 2018 : 171-172).

2.2.4 Perkembangan fisik


Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Pada
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks
primer dan ciri-ciri seks sekunder, sebagai berikut :
1. Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Sarwono, 2014)
disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah :
1) Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila
telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja
laki-laki usia antara 10-15 tahun.
2) Remaja perempuan
Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi),
menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alatkelamin
perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak
mengandung darah.
2. Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Sarwono (2014), Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja
adalah sebagai berikut :
1) Remaja laki-laki
a. Bahu melebar, pinggul menyempit
b. Petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan
kaki
c. Kulit menjadi lebih kasar dan tebal
d. Produksi keringat menjadi lebih banyak.

2) Remaja perempuan
Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar dan
menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih
besar dan lebih bulat.
a. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori
bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih
aktif.
b. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan
dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada
bahu, lengan, dan tungkai.
c. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
2.2.5 Tantangan dan Masalah Remaja
Masalah penting yang dihadapi remaja cukup banyak, diantaranya
timbulnya konflik dalam diri remaja. Untuk lebih jelasnya, Indriyani dan Asmuji
(2014 : 71-72) memberikan ulasan konflik dalam diri remaja sebagai berikut :
1. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dengan kebutuhan untuk
bebas dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial dan
penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya. Di lain pihak, dia
membutuhkan rasa bebas karena merasa telah besar, dewasa, dan tidak kecil
lagi. Konflik antar kebutuhan tersebut menyebabkan rusaknya keseimbangan
emosi remaja.
2. Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan terhadap
orangtua. Di lain pihak remaja ingin bebas dan mandiri, yang diperlukannya
dalam mencapai kematangan fisik, tetapi membutuhkan orangtua untuk
memberikan materi guna menunjang studi dan penyesuaian sosialnya.
Konflik tersebut menimbulkan kegoncangan kejiwaan pada remaja sehingga
mendorongnya mencari pengganti selain orangtuanya, baisanya teman, guru,
ataupun orang dewasa lainnya dari lingkungannya.
3. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial.
Kematangan seks yang terjadi pada remaja menyebabkan terjadinya
kebutuhan seks yang mendesak tetapi ajaran agama dan nilai-nilai sosial
menghalangi pemuasaan kebutuhan tersebut. Konflik tersebut bertambah
tajam apabila remaja dihadapkan pada cara ataupun perilaku yang
menumbuhkan rangsangan seks, seperti fil, sandiwara, dan gambar.
4. Konflik nilai-nilai, yaitu konflik antara prinsip-prinsip yang dipelajari oleh
remaja dengan prinsip dan nilai yang dilakukan orang dewasa di
lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Konflik menghadapi masa depan. Konflik ini disebabkan oleh kebutuhan
untuk menentukan masa depan. Banyak remaja yang tidak tahun tentang hairi
depan dan tidak tahu gambarannya. Biasanya pilihan remaja didasarkan atas
pilihan orangtua atau pekerjaan yang populer dimasyarakat.
2.2.6 Perkembangan Perilaku Seksual Remaja
Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan
serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki
maupun pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual
remaja secara keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan
organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan
jenis. Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat
dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas
(Santrock, 2016).
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting
dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya
fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-
keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah
mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran
atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik,
mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut
mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Soetjiningsih, 2015).
Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada
remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara
seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan
adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-
laki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap ”benar” apabila orang-
orang yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering
merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri
mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta. Sejumlah peneliti menemukan
bahwa remaja perempuan, lebih daripada remaja laki-laki, mengatakan bahwa
alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock,
2016).

2.3 Konsep Perilaku


2.3.1 Pengertian perilaku
Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia yang timbul karena adanya
rangsangan, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
(Hartono, 2016 : 20).
Perilaku adalah hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan (Lestari, T., 2015 : 22).
Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang
sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun oleh
orang yang melakukannya. Berdasarkan sifatnya perilaku terbagi dua yaitu
perilaku baik dan perilaku buruk. Tolok ukur perilaku yang baik dan buruk dapat
dinilai dari norma-norma yang berlaku di masyarakat, berupa norma agama,
hukum, kesopanan, kesusilaan dan norma-norma lainnya (Surahman dan Supardi,
2016: 35)
2.3.2 Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara
garis besar bentuk perilaku menurut Lestari, T., (2015 : 23-24), adalah :
1. Perilaku pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan
tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada
tindakan yang nyata.
2. Perilaku aktif (respons eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang
dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.

2.3.3 Proses pembentukan perilaku manusia


Proses adopsi perilaku, menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007)
yang dikutip Surahman dan Supardi (2016 : 40), sebelum seseorang mengadopsi
perilaku, di dalam diri individu terjadi suatu proses yang berurutan (Akronim
AIETA), yaitu :
1. Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.
2. Interest (merasa tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang
baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap
dan kesadarannya terhadap stimulus.
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Remaja
Menurut Notoatmodjo dalam Surahman dan Supardi (2016) perilaku
(tindakan) seseorang dalam penelitian ini adalah perilaku remaja terhadap
pencegahan HIV/AIDS dapat dipengaruhi oleh beberapa sebagai berikut.
1. Predisposing factors mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan,
pengetahuan, sikap, dan nilai seseorang.
1) Umur
Umur adalah lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai
saat ini. Usia merupakan periode pola-pola kehidupan baru dan harapan
baru. Semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak pula
ilmu pengetahuan yang dimiliki (Suara dan Ariyanto, 2019).
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati
tahapan sebagai berikut :
a. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 10–13 tahun
a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya,
b) Tampak dan merasa ingin bebas,
c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berfikir khayal (abstrak).

b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14–16 tahun


a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri,
b) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis,
c) Timbul perasaan cinta yang mendalam,
d) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang,
e) Berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan seksual.
c. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17–19 tahun
a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri,
b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif,
c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya,
d) Dapat mewujudkan perasaan cinta,
e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak.
Hasil penelitian Yowel Kambu pada 75 responden di dua
rumah sakit Pemerintah dan satu Klinik Yayasan Sosial di Sorong
Papua Barat tahun 2016, umur merupakan faktor yang paling
mempengaruhi tindakan pencegahan penularan HIV. Pada penelitian
Yowel Kambu didapatkan perbedaan proporsi yang bermakna antara
ODHA umur muda dan tua. Data ini dapat menjelaskan bahwa
infeksi HIV ternyata lebih banyak terjadi pada umur muda
ketimbang umur tua. Hal ini disebabkan karena umur muda lebih
mungkin banyak melakukan perilaku seks tidak aman yang berisiko
terhadap penularan HIV.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan unsur biologis manusia hasil ciptaan
sang Khalik. Pertemuan antara pria dan wanita dalam konteks hubungan
seks akan menghasilkan keturunan untuk melangsungkan kehidupan
manusia. Namun sebaliknya jika persoalan hubungan sex dimaksud
disalahgunakan maka akan mendatangkan malapetaka (Berek, dkk.,
2018). Pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal,
sedangkan wanita berperilaku atas dasar pertimbangan emosional atau
perasaan (Hartono, 2016).

Penelitian Irmanigrum, et al., (2007) menemukan bahwa


frekuensi kontak seksual berganti-ganti pasangan di Papua menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan, yaitu proporsi
terbesar dimana pada laki-laki sebesar 28%, sementara proporsi terkecil
yaitu pada perempuan sebesar 12%. Tinggi-nya prevalensi kasus
HIV/AIDS pada laki-laki lebih dikarenakan oleh perilaku seksual
berisiko yang lebih rentan dilakukan laki-laki dibandingkan perempuan.
3) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola
hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi (Notoatmodjo, 2014). Pada umumnya salah
satu faktor yang berperan dalam pengetahuan seseorang adalah tingkat
pendidikan. Sehingga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan
semakin baik pengetahuannya, karena dengan pendidikan yang lebih
tinggi seseorang lebih mudah menerima hal-hal baru yang berpengaruh
pada sikap yang positif (Suara dan Ariyanto, 2019).
4) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Surahman dan
supardi, 2016: 36).
Pengetahuan remaja tentang bahaya penyakit AIDS merupakan
segala sesuatu yang diketahui oleh remaja mengenai penyakit HIV/AIDS.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang bahaya AIDS,
maka semakin baik pula seorang individu dalam mengendalikan
perilakunya (Aisyah dan Fitria, 2018). Hal ini diperkuat oleh Herbawani
dan Erwandi (2019), yang menyatakan bahwa pengetahuan akan status
HIV dinilai sangat penting karena pengetahuan akan status HIV
merupakan gerbang utama untuk mengakses pencegahan penularan
maupun pengobatan HIV/AIDS.
Hasil penelitian Aisyah dan Fitria (2018), menyatakan ada
hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan HIV/AIDS pada
remaja di SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten Aceh Besar tahun 2018,
dimana sebagian besar (33,9%) responden yang memiliki pengetahuan
kurang tidak melakukan pencegahan HIV/AIDS. Hal ini disebabkan
karena pengetahuan tidak hanya di pengaruhi oleh pendidikan, ada faktor
lain yang memengaruhi seperti faktor lingkungan yang tidak mendukung,
kurangnya mengakses informasi karena dianggap masih tabu untuk
kalangan para remaja, sedangkan siswa yang mempunyai pengetahuan
kurang tetapi melakukan pencegahan dapat dikarenakan siswa tersebut
terpengaruh sikap orang lain yang sering dilihatnya, seperti orang tua dan
teman. Orang tua yang memberikan contoh yang baik terhadap anak akan
memengaruhi anak dalam perilaku yang baik pula.
Pengetahuan (cognitif) menurut Surahman dan supardi (2016)
mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang pernah diterimanya. Oleh sebab itu, mengetahui merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan mampu
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari beberapa formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
tersebut didasarkan pada statu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang ada (Surahman dan supardi, 2016).
Pengukuran pengetahuan menggunakan kuesioner dengan
jawaban benar atau salah, atau jawaban pilihan ganda (Surahman dan
supardi, 2016).
Menurut Nursalam (2016 : 200), pengetahuan dikategorikan
dengan kriteria :
a. Pengetahuan baik bila nilai prosentasenya 76%-100%.
b. Pengetahuan cukup bila prosentasenya 56%-75%.
c. Pengetahuan kurang bila prosentasenya <56% (Nursalam, 2016 :
200).

5) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (covert behavior).
Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat
ditafsirkan sebagai perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau
ketersediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi
merupakan predisposisi tindakan (Surahman dan Supardi, 2016: 37-38).
Hasil penelitian Aisyah dan Fitria (2018), menyatakan ada
hubungan antara sikap dengan pencegahan HIV/AIDS pada remaja di
SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten Aceh Besar tahun 2018, dimana
sebagian besar (40,7%) responden yang memiliki dikap negative tidak
melakukan pencegahan HIV/AIDS. Sikap yang negatif memengaruhi
tindakan pencegahan terhadap HIV/AIDS pada remaja karena
dipengaruhi oleh kondisi individu masing-masing, cara pandang dan latar
belakang dari setiap remaja. Remaja yang memiliki sifat negatif
cenderung akan membentuk perilaku yang negatif kecuali apabila ada
factor-faktor lain yang memengaruhi sikap menjadi positif, antara lain:
terdapat orang lain yang dianggap penting yang dapat memengaruhi
sikapnya (misalnya: orang tua), lingkungan, budaya dll.
Menurut Azwar, S., (2014) sikap mempunyai 3 komponen pokok
yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude),
yaitu :
a. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercaya oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
pandangan (opini) terutama apabila menyangkut isu atau problem
yang kontroversional.
b. Komponen afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Aspek emosional inilah biasanya berakhir paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen Konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu
dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap
seseorang dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku (Azwar S,
2016 : 23-27).
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
respons seseorang terhadap suatu objek (Surahman dan Supardi,
2016). Skala Likert merupakan salah satu alat pengukuran sikap yang
cukup terkenal dan praktis. Skala Likert mengukur sikap dengan
sejumlah pertanyaan berupa berilah tanda centang (√) pada alternatif
jawaban yang cocok dengan pendapat atau diri anda masing-masing pada
pernyataan dibawah ini. Alternatif jawaban adalah SS = Sangat Setuju, S
= Setuju, TS = Tidak Setuju, dan STS = Sangat tidak setuju (Azwar, S.,
2016). Penghitungan sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

T =50+10 [ ]
X− X
s
Keterangan :
T = Nilai rata-rata
X = Skor responden pada skala kepuasan yang hendak diubah menjadi
skor T.

X = Mean skor kelompok
S = Standart deviasi
Mean skor kelompok yang dihitung dengan rumus :

X=
∑ (x)
n
Keterangan :
x = Skor responden
n = Banyaknya responden dalam kelompok
s = Deviasi standart skor kelompok
Standart deviasi skor kelompok dihitung dengan rumus :
2

√ 2 (∑ x )
∑x− n
S=
n−1
Keterangan :
x = Skor responden
n = Banyaknya responden dalam kelompok
Untuk mengetahui sikap mendukungbaik (favorable) atau sikap
yang tidak mendukungbaik (unfavorable) dilakukan dengan cara
membandingkan skor T dengan mean T.
Bila nilai mean T ≥ T maka termasuk unfavorable (tidak mendukung).
Bila nilai mean T < T maka termasuk favorable (mendukung).
(Azwar S, 2016 : 156).
6) Kepercayaan
Di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang
menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup
bermasyarakat Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-
psikologis. Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal
yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar dan salah.
Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan orang terhadap sesuatu
masuk diakal. Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan
kepentingan. Oleh sebab itu masyarakat perlu diberikan pengetahuan atau
informasi-informasi yang benar dan lengkap tentang penyakit dan
pelayanan-pelayanan kesehatan. Kepercayaan yang tidak didasarkan pada
pengetahuan yang benar dan lengkap akan menyebabkan kesalahan
dalam bertindak (Notoatmodjo, 2014).
2. Enabling factors yang mencakup sumber daya, dan sumber informasi.
1) Sumber daya sarana dan prasarana
Adanya sumber daya seperti fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja
akan mempengaruhi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
Pengaruh ini dapat bersifat positif maupun negative (Notoatmodjo,
2014).
2) Sumber informasi
Informasi yaitu sebuah pernyataan yang menjelaskan suatu
peristiwa (baik objek atau konsep) sehingga manusia dapat membedakan
sesuatu dengan yang lainnya (Ahmad dan Munir, 2018).
Menurut Snehandu B. Karr, salah satu determinan dari perilaku
adalah ada tidaknya informasi tentang kesehatan. Seseorang yang
mempunyai penjelasan mengenai kesehatan atau fasilitas kesehatan akan
cenderung melakukan perilaku kesehatan yang baik. Salah satu contoh dari
sumber yang dipercayai tersebut adalah petugas kesehatan. Edukasi yang
dilakukan petugas kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi sikap
dan perilaku terhadap HIV. Selain petugas kesehatan, sumber lain dapat
berupa guru, alim ulama, dan kepala desa (Notoatmodjo, 2014).
Menurut Najmah (2016 : 156-157) upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah penularan HIV/AIDS adalah dengan melakukan
penyuluhan kesehatan di sekolah dan masyarakat mengenai perilaku
risiko tinggi yang dapat menularkan HIV.
Sumber Informasi tentang HIV/AIDS menurut Herbawani dan
Erwandi (2019), dapat diperoleh melalui radio, televisi, internet,
koran/majalah, poster/ leaflet/booklet, petugas kesehatan, teman dan
saudara.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup
kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklah arah sikap tertentu. Sebagai sarana komunikasi, berbagai
bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-
lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang (Azwar S, 2016 : 34).
3. Reinforcing factors yang mencakup sikap dan tindakan petugas kesehatan dan
aturan lingkungan sosialnya.
1) Sikap dan tindakan petugas kesehatan
Sikap dan peran petugas kesehatan merupakan faktor utama yang
menyebabkan kurangnya perilaku melakukan konseling dan tes HIV.
Sebagai seorang penyuluh, tenaga kesehatan masyarakat berperan
membina masyarakat termasuk kelompok risiko tinggi salah satunya
melalui strategi atau pendekatan pendidikan kesehatan dan memberikan
pelayanan kesehatan, guna memberikan pengertian dan kesadaran kepada
masyarakat tentang manfaat dan pentingnya fasilitas kesehatan
(Notoatmodjo, 2014).
2) Lingkungan sosial
Faktor lingkungan, adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
individu, baik fisik, biologi maupun sosial. Berpengaruh, karena
lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku (Hartono,
2016).
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual


Kerangka konsep penelitian adalah konsep yang dipakai sebagai
landasan berfikir dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2016 : 49)

Faktor yang mempengaruhi


perilaku remaja :
1. Faktor predisposisi
(Predisposisi Factor)
a. Usia Penularan
HIV/AIDS
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Pengetahuan
Remaja
e. Sikap
f. Kepercayaan
2. Faktor pemungkin
(Enabling Factor). Perilaku pencegahan
a. Sumber daya sarana HIV/AIDS
dan prasarana
b. Sumber informasi
3. Faktor Pendorong
Penguat (Reinforcing
Factor).
a. Sikap dan tindakan
petugas kesehatan
b. Lingkungan sosial

Keterangan :

: Diteliti : Berpengaruh

: Tidak diteliti : Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Remaja Dalam Untuk Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di
Merauke.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara
dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan
dalam penelitian (Nursalam, 2016 : 50). Berdasarkan kerangka konsep maka
hipotesa penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku
pencegahan penularan HIV/AIDS pada remaja di Merauke.
2. Ada hubungan sikap tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan
penularan HIV/AIDS pada remaja di Merauke.
3. Ada hubungan sumber informasi tentang HIV/AIDS dengan perilaku
pencegahan penularan HIV/AIDS pada remaja di Merauke.
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan berbagai
prespektif yaitu :
1. Berdasarkan ruang lingkup penelitian termasuk penelitian inferensial.
2. Berdasarkan tempat penelitian termasuk penelitian lapangan.
3. Berdasarkan dari waktu pengumpulan data termasuk cross sectional
4. Bardasarkan ada atau tidak perlakuan termasuk expost facto
5. Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk jenis penelitian dengan metode
kuesioner
6. Berdasarkan tujuan penelitian termasuk penelitian analitik korelasional
7. Berdasarkan sumber data termasuk jenis penelitian data primer.

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel (sample size), dan Teknik Pengambilan
Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh remaja di Yayasan Yasanto Merauke tahun 2021
yaitu sebanyak 80 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2016). Sampel pada penelitian ini adalah sebagian remaja di
Yayasan Yasanto Merauke tahun 2021 yaitu sebanyak 8067 orang.
4.2.3 Besar Sampel
Pada penelitian ini mengacu pada populasi kecil atau lebih kecil dari 1000.
Menurut Nursalam (2016) rumus yang digunakan untuk menentukan besar
sampelnya adalah :
N
n=
1+ N (d )2
Keterangan : n : Jumlah sampel
N : Jumlah Populasi
d : Tingkat signifikan () yang dipilih = 0,05
80
n=
1+80( 0 ,05 )2
80
n=
1+0,2
n = 66,67
n = 67 responden
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili
populasi, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2016). Pada penelitian ini sampling
yang digunakan adalah non probability sampling dengan cara total simple random
sampling yaitu pengambilan sampel ini dengan mengambil semua anggota
populasi sampel. Cara ini dilakukan bila populasinya kecil, maka anggota
populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian. Istilah
lain sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel (Hidayat AAA, 2014 : 74)yaitu setiap anggota dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara mengundi anggota populasi (lottery technique) atau teknik
undian (Notoatmodjo S, 2016).

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


4.3.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016 : 2). Variabel pada
penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (Variable Independent)
Variabel independent merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen
(variable terikat) (Sugiyono, 2016). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah pengetahuan, sikap dan sumber informasi.
2. Variabel terikat (Variable Dependent)
Variabel independent merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen
(variable terikat) (Sugiyono, 2016 : 4). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah perilaku remaja dalam terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS.
4.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2016).
Tabel 4.1 Definisi Operasional Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Remaja Dalam Untuk Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di Merauke
Tahun 2021.

Definisi
Variabel Parameter Alat ukur Skala Kategori
operasional
1. Independent :
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan perilaku
pencegahan
HIV/AIDS
a. Umur Lamanya waktu 1. Umur 10–13 Kuesioner Ordinal 1. Umur 10–13
yang dihitung tahun tahun
dalam jumlah 2. Umur 14–16 2. Umur 14–16
tahun sejak tahun tahun
remaja 3. Umur 17–19 3. Umur 17–19
dilahirkan tahun tahun
sampai pada
waktu
pengambilan
data dilakukan
1. Laki-laki
b. Jenis Sifat jasmani 1. Laki-laki Kuesioner Nominal 2. Perempuan
kelamin alamiah perawat 2. Perempuan
yang dapat
dibedakan
antara laki-laki
dan perempuan

c. Pendidikan Jenjang 1. SD/SMP Kuesioner Nominal 1. SD/SMP


pendidikan 2. SMA 2. SMA
formal perawat
yang menjadi
dasar diterima
bekerja di
rumah sakit
tempat
penelitian
d. Pengetahua Jumlah pernyataan
n Kemampuan Pengetahuan Kuesioner Ordinal 20 soal, jika
Definisi
Variabel Parameter Alat ukur Skala Kategori
operasional
responden tentang menjawab :
dalam HIV/AIDS : Benar = 1
menjawab 1. Pengertian Salah = 0
dengan benar 2. Gejala Dengan kriteria :
atas beberapa 3. Penularan 1. Baik: hasil
pertanyaan tes 4. Pencegahan persentase 76%-
tertulis 5. Mitos 100%.
Terapi atau 2. Cukup: hasil
pengobatan. persentase 56%-
75%.
3. Kurang: hasil
persentase
<56%.
(Nursalam, 2016).

e. Sikap Segala bentuk Komponen sikap : Kuesioner Nominal Jumlah pernyataan


respon 1. Kognitif 20 soal,
responden 2. Afektif menggunakan
terhadap 3. Konatif penilaian skala
pernyataan likert, dengan
tertulis non test pernyataan :
(kuesioner - Sangat tidak setuju
tertutup) (STS)
tentang - Tidak setuju (TS)
pencegahan 2
penularan - Setuju (S)
HIV/AIDS. - Sangat setuju (SS)

Dengan kriteria :
1. Unfavorable
(Tidak
mendukungbaik)
, jika Mean T ≥
T
2. Favorable
(MendukungBai
k), jika Mean T
< T.
(Azwar, S., 2016).

f. Sumber Sumber 1. Media Cetak : Kuesioner Nominal 1. Tidak pernah


Informasi informasi yang Buku, Koran, 2. Pernah
paling sering Majalah,
digunakan Leaflet.
responden 2. Media
untuk Elektronik :
mendapatkan Televisi,
informasi Internet.
tentang 3. Langsung:
HIV/AIDS, Guru, Tenaga
sesuai yang diisi Kesehatan,
responden pada Teman, Orang
kuesioner Tua.
Definisi
Variabel Parameter Alat ukur Skala Kategori
operasional
2. Dependent : Upaya Perilaku Kuesioner Nominal Jumlah pernyataan
Perilaku responden pencegahan 10 soal,
pencegahan dalam penularan menggunakan
penularan mencegah HIV/AIDS : penilaian skala
HIV/AIDS penularan 1. Abstinence Guttman, dengan
HIV/AIDS, 2. Be faithfull pernyataan :
dengan cara 3. Condom - Ya = 1
tidak 4. Drug - Tidak = 0
melakukan 5. Education/Equ
hubungan seks ipment Dengan kriteria :
sebelum 1. Baik = hasil
menikah, tidak prosentase 76-
menggunakan 100%.
narkoba, dan 2. Tidak baik =
mencari hasil prosentase
informasi yang ≤ 75%.
benar tentang (Nursalam, 2016).
HIV/AIDS.Sega
la bentuk respon
responden
terhadap
pernyataan
tertulis non test
(kuesioner
tertutup)
tentang perilaku
pencegahan
HIV/AIDS.

4.4 Bahan Penelitian


Bahan penelitian dari penelitian ini adalah kuesioner dan data remaja di
Yayasan Yasanto Merauke tahun 2021.

4.5 Instrumen penelitian


Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo S, 2016). Instrument yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar
pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden
(dalam hal angket) dan interviewer (dalam hal wawancara) tinggal memberikan
jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo S, 2016).

Kuesioner pada penelitian ini merupakan pertanyaan tertutup (close ended


question), sebagai berikut :
4.4.1 Kuesioner Pengetahuan Tentang HIV/AIDS
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur pengetahuan HIV/AIDS
merupakan kuesioner tertutup yang berisi sejumlah pernyataan mengenai
HIV/AIDS. Responden diminta memilih benar atau salah dari kuisioner. Bila
jawaban benar atau sesuai kunci jawaban diberi skor 1, bila salah atau tidak sesuai
dengan kunci diberi skor 0.
4.4.2 Kuesioner Sikap terhadap Pencegahan HIV/AIDS
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap pencegahan
HIV/AIDS dinilai dengan skala Likert. Responden diminta untuk menyatakan
kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dalam 4 macam kategori
jawaban, yaitu jika pernyataan favorable/mendukung pencegahan HIV/AIDS,
maka pendapat sangat setuju (SS) mendapat skor 4, setuju (S) mendapat skor 3,
tidak setuju (TS) mendapat skor 2, sangat tidak setuju (STS) mendapat skor 1.
Jika pernyataan unfavorable/tidak mendukung pencegahan HIV/AIDS, maka
pendapat sangat setuju (SS) mendapat skor 1, setuju (S) mendapat skor 2, tidak
setuju (TS) mendapat skor 3, sangat tidak setuju (STS) mendapat skor 4.
4.4.3 Kuesioner Sumber Informasi
Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui sumber informasi tentang
HIV/AIDS merupakan kuesioner tertutup yang berisi sejumlah pernyataan
mengenai pernah atau tidak pernah mendapatkan informasi HIV/AIDS, dan
sumber informasi yang didapatkan. Responden diminta memilih pernah atau tidak
pernah dari kuisioner.
4.4.4 Kuesioner Perilaku terhadap Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur perilaku terhadap pencegahan
HIV/AIDS dinilai dengan skala Guttman. Responden diminta untuk menyatakan
kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dalam 2 macam kategori
jawaban, yaitu jika pernyataan favorable/mendukung pencegahan HIV/AIDS,
maka pendapat setuju (S) mendapat skor 1, tidak setuju (TS) mendapat skor 0.
Jika pernyataan unfavorable/tidak mendukung pencegahan HIV/AIDS, maka
pendapat setuju (S) mendapat skor 0, tidak setuju (TS) mendapat skor 1.
4.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.6.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Yasanto Merauke
4.6.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2021 – Juni 2021.

4.7 Prosedur Penelitian dan Pengumpulan data


4.7.1 Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subyek yang dikumpulkan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2016).
Dalam proses pengumpulan data peneliti mendapat rekomendasi dari
Rektor Universitas Kadiri, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Merauke, Ketua Yayasan Yasanto Merauke.
Penelitian dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada perawat
pelaksana, sebelum kuesioner dibagikan untuk diisi, peneliti mengadakan
pendekatan terlebih dulu pada responden untuk mendapatkan persetujuan
dengan menggunakan lembar persetujuan (informed concent) menjadi
responden dan menandatanganinya. Selanjutnya peneliti membagikan
kuesioner dan memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.
Saat pengisian kuesioner peneliti tetap ada bersama responden, sehingga bila
ada pertanyaan yang tidak dimengerti responden bisa bertanya kepada
peneliti. Bila ada pertanyaan yang belum diisi maka dikembalikan pada
responden untuk dilengkapi.
4.7.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini diolah dengan cara sebagai berikut :
1. Pemeriksaan data (Editing)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data
atau setelah data terkumpul (Hidayat, AAA, 2014). Pada penelitian ini ini
peneliti melakukan editing sebelum dan setelah data terkumpul, jika ada data
atau informasi yang belum lengkap bisa dikembalikan untuk dilengkapi
responden.
2. Pemberian kode (Coding).
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer. Biasanya
dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku
(code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode
dari suatu variable (Hidayat, AAA, 2014). Pemberian kode dalam penelitian
ini meliputi :
1) Data Umum
a. Umur
a) Umur 10–13 tahun kode 1
b) Umur 14–16 tahun kode 2
c) Umur 17–19 tahun kode 3
b. Jenis Kelamin
a) Laki-laki kode 1
b) Perempuan kode 2
c. Pendidikan
a) SD/SMP kode 1
b) SMA kode 2
c) DIII kode 3
d) S1 kode 4
2) Data Khusus
a. Variabel Independent
a) Pengetahuan tentang HIV/AIDS
(1) Kurang kode 1
(2) Cukup kode 2
(3) Baik kode 2
b) Sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS
(1) Unfavorabel kode 1
(2) Favorabel kode 2

c) Sumber informasi tentang HIV/AIDS


(1) Tidak pernah kode 1
(2) Pernah kode 2
b. Variabel Dependent : perilaku pencegahan HIV/AIDS
a) Tidak baik kode 1
b) Baik kode 2
3. Pemberian nilai (Scoring)
Scoring dalam arti memberi nilai pada setiap data. Dalam penelitian
ini pemberian nilai dilakukan pada variabel sebagai berikut :
1) Variabel independent :
a. Pengetahuan tentang HIV/AIDS
Pemberian nilai untuk mengetahui pengetahuan tentang
HIV/AIDS, cara pemberian skor :
Interpretasi jawaban benar diberi skor 1
Interpretasi jawaban salah diberi skor 0
Kemudian dihitung prosentasenya dengan menggunakan rumus :
f
P= x 100 %
n
Keterangan : P : Prosentase
f : Nilai yang diperoleh
n : Frekuensi total atau keseluruhan
Setelah prosentasenya diketahui kemudian hasilnya
dikelompokkan menurut Nursalam (2016), dengan kriteria :
a) Pengetahuan kurang jika nilai persentasenya < 56%.
b) Pengetahuan cukup jika nilai persentasenya 56-75%.
c) Pengetahuan baik jika nilai persentasenya >75%
b. Sikap tentang penggunaan HIV/AIDS
Pemberian nilai untuk sikap remaja terhadap pencegahan
HIV/AIDS cara pemberian skor menggunakan skala likert, dengan
kriteria pernyataan positif sebagai berikut :
1 = Sangat tidak setuju (STS)
2 = Tidak setuju (TS)
3 = Setuju (S)
4 = Sangat setuju (SS)
Untuk sikap remaja terhadap pencegahan HIV/AIDS dihitung
dengan skor, dengan menggunakan skala Likert, yaitu :

T =50+10 [ ]
X− X
s
Keterangan :
T = Nilai rata-rata
X = Skor responden pada skala kepuasan yang hendak diubah
menjadi skor T.

X = Mean skor kelompok
S = Standart deviasi
Mean skor kelompok yang dihitung dengan rumus :

X=
∑( x)
n
Keterangan : x = Skor responden
n = Banyaknya responden dalam kelompok
s = Deviasi standart skor kelompok
Standart deviasi skor kelompok dihitung dengan rumus :
2

√ 2 (∑ x )
∑x− n
S=
n−1
Keterangan : x = Skor responden
n = Banyaknya responden dalam kelompok
Untuk mengetahui sikap baik (favorable) atau sikap yang
tidak baik (unfavorable) dilakukan dengan cara membandingkan
skor T dengan mean T.
Bila nilai mean T ≥ T maka termasuk unfavorable.
Bila nilai mean T < T maka termasuk favorable.
(Azwar S, 2016).

2) Variabel dependent
Pemberian nilai untuk mengetahui perilaku pencegahan penularan
HIV/AIDS, cara pemberian skor menggunakan skala Guttman dengan
interpretasi jawaban :
Ya diberi nilai 1
Tidak diberi nilai 0
Kemudian dihitung prosentasenya dengan menggunakan rumus :
f
P= x 100 %
n
Keterangan : P : Prosentase
f : Nilai yang diperoleh
n : Frekuensi total atau keseluruhan
Setelah prosentasenya diketahui kemudian hasilnya dikelompokkan
menurut Nursalam (2016), dengan kriteria :
a. Perilaku baik jika hasil prosentase 76-100%.
b. Perilaku tidak baik jika hasil prosentase ≤ 75%.
(Nursalam, 2016).
4. Penyusunan data (Tabulating)
Tabulating merupakan pengorganisasian data agar mudah
dijumlahkan, disusun dan di tata untuk disajikan dan dianalisis. Hasil dari
jawaban responden yang telah dinilai dijumlahkan dan dibandingkan dengan
total skor, kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase yang
didistribusikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus :
f
P= x 100 %
n
Keterangan : P = Prosentase
f = Nilai yang diperoleh
n = Frekuensi total atau keseluruhan
Dari pengolahan data hasil penelitian yang telah dilaksanakan data
kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi yang dikonfirmasi dalam bentuk
prosentase dan narasi, dengan kriteria sebagai berikut :
1) Seluruhnya = 100%
2) Hampir seluruhnya = 76% - 99%
3) Sebagian besar = 51% - 75%
4) Setengahnya = 50%
5) Hampir setengahnya = 26% - 49%
6) Sebagian kecil = 1% - 25%
7) Tidak ada satupun = 0% (Arikunto, 2014).
4.7.3 Cara Analisis Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan
mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh
dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian
hipotesis (Hidayat, AAA, 2014).
Untuk mengetahui hubungan antar variabel independen dengan variabel
dependen kemudian diolah menggunakan piranti lunak komputerisasi. Adapun
model analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Analisis data univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat
dilakukan dengan bantuan software komputer. Analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel, yaitu
umur, jenis kelamin, pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap, sumber
informasi, dan perilaku.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
kemaknaan dan besarnya hubungan dari masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Chi Square dan
Fisher’s Exact Test dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, 2018. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : Penerbit


Deepublish.

Ahmad dan Munir. 2018. Sistem Informasi Manajemen : Buku Referensi:


Sistem Informasi Manajemen. Banda Aceh : Lembaga Komunitas
Informasi Teknologi Aceh.

Aisyah Dan Fitria. 2017. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang
HIV/AIDS Dengan Pencegahan HIV/AIDS Di SMA Negeri 1 Montasik
Kabupaten Aceh Besar. http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk.

Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. 2016. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Teori dan


Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bararah dan Jauhar. 2016. Asuhan Keperawatan (Panduan Lengkap menjadi


Perawat Profesional). Jakarta : Prestasi Pustakakarya.

Berek, dkk., 2018. Hubungan Jenis Kelamin Dan Umur Dengan Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMAN 3 Atambua Nusa
Tenggara Timur 2018.

Budiono. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Badan Pengembangan


dan Pemberdayaan sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Gunung, dkk., 2013. Buku Pegangan Konselor HIV/AIDS (HIV/AIDS


Counsellor Handbook). Jakarta : Yayasan Kerti Praja Dan Yayasan
Burnet Indonesia
Hartono. 2016. Psikologi Keperawatan. Jakarta : Jakarta : Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Hidayat, AAA. 2014. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa


Data. Jakarta : Salemba Medika.

Indriyani dan Asmuji. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.


Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Kambu, dkk. 2016. Umur Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Berhubungan


Dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV/AIDS.

Kemenkes, RI. 2017. Panduan Perawatan Orang Dengan HIV AIDS Untuk
Keluarga dan Masyarakat. Jakarta : Direktorat Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes, RI. 2020. Infodatin HIV/AIDS. Jakarta : Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Kusmiran. E. 2014. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta :


Salemba Medika.

Lestari, T. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : PT. Trans Info


Medika.

Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan Dan Seni. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nurihsan dan Agustin, 2013. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja.


Bandung : PT. Refika Aditama.

Nursalam. 2016. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Purwanto. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta : Badan


Pengembangan dan Pemberdayaan sumber Daya Manusia Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rahayu,dkk., 2017. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia.
Surabaya : Airlangga University Press.

Santrock. 2016. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga Press.

Sarwono. 2014. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Suara dan Ariyanto. 2019. Hubungan Umur, Pendidikan Dan Pengetahuan


Dalam Pencegahan Penularan HIV/AIDS Pada anggota TNI di Mabes
TNI Cilangkap Jakarta Timur pada tahun 2018.

Sugiyono. 20160. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.


Jakarta : Alfabeta.

Surahman dan Supardi. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Pusat


Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Vidiyanti. 2015. Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dalam Upaya Pencegahan


HIV/AIDS di SMAK Kabupaten Blitar.
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA
UNTUK PENCEGAHAN HIV/AIDS DI MERAUKE TAHUN
2021FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN
PERAWAT DALAM PENGGUNAAN APD DI MASA PANDEMI COVID-
19 DI RUMAH SAKIT KOTA TUBAN JAWA TIMUR TAHUN 2021

JAN’21 FEB ‘21 MAR ‘21 APR ‘21 MEI ‘21 JUN ‘21
No KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survey tempat
penelitian
2 Penyusunan proposal
penelitian
3 Ujian proposal
penelitian
4 Revisi proposal
penelitian
5 Pengambilan data
6 Penyusunan hasil
penelitian dan analisa
data
7 Penyusunan
pembahasan
8 Ujian Tugas Akhir
Lampiran 2

HALAMAN INFORM CONSENT


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI

Kepada, Yth.:
Adik-adik di Yayasan Yasanto
Di
Tempat

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang berjudul “Faktor Yang


Berhubungan Dengan Perilaku Remaja Dalam Untuk Pencegahan Penularan
HIV/AIDS Di Merauke Tahun 2021”, saya mohon kesediaan adik-adik untuk
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan berkenan untuk mengisi
lembar kuesioner yang disediakan untuk berkenan memberikan informasi yang
berkaitan dengan pelaksanaan penelitian tersebut diatas. Apabila adik-adik terlibat
dalam penelitian dimohon menandatangani lembar persetujuan yang telah
disediakan (informed consent).
Saya menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu
yang berdampak negatif terhadap adik-adik maupun institusi. Saya sangat
menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak adik-adik sebagai responden dengan
cara menjamin kerahasiaan identitas dan informasi atau data yang diperoleh.
Besar harapan saya atas terkabulnya permohonan ini. Atas partisipasi dan
kerjasama adik-adik, saya ucapkan terima kasih.

Kediri, Maret 2021


Hormat saya,

FITRA FIRMANSYAH PRATAMA


17621058

HALAMAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Setelah mendapat keterangan serta mengetahui manfaat dan tujuan penelitian yang
berjudul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Remaja Dalam Untuk
Pencegahan Penularan HIV/AIDS Di Merauke Tahun 2021”, menyatakan
setuju / tidak setuju*) diikutsertakan dalam penelitian dengan catatan apabila
sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan
persetujuan ini. Saya percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.

Kediri, Maret 2021


Responden

(………………………..)
*) coret yang tidak perlu

Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA
DALAM UNTUK PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI
MERAUKE TAHUN 2021

I. DATA DEMOGRAFI PERAWAT


A. Petunjuk Pengisian
Isilah titik-titik dibawah ini dan berilah tanda centang (√) pada pilihan
jawaban pertanyaan sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya.
B. Data Umum Remaja
Nama (Inisial) : …………………
Umur : 10 – 13 tahun

14 – 16 tahun

17 – 19 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Perempuan

Pendidikan : SD/SMP

SMA

D III (Diploma)

S1 (Sarjana)
II. Pengetahuan Tentang HIV/AIDS
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda check list (√) pada pilihan jawaban kolom sebelah kanan
pernyataan, dengan pilihan jawaban
- Benar (B) : jika pernyataan tersebut anda anggap benar
- Salah (S) : jika pernyataan tersebut anda anggap salah.
Pernyataan
No Pernyataan Benar Salah
.
1 AIDS adalah sekumpulan gejala yang ditimbulkan
karena menurunnya kekebalan tubuh akibat
terinfeksi HIV.
2 HIV dan AIDS adalah penyakit yang berbeda
3 HIV adalah singkatan dari Human Immunisasi
Virus
4 Seseorang yang terinfeksi HIV sama sekali tidak
menunjukkan gejala apapun
5 Seseorang yang terkena HIV menunjukkan gejala
dalam waktu 3-10 tahun.
6 Gejala-gejala ringan yang menunjukkan seseorang
sudah berpindah dari tahap terinfeksi HIV menuju
AIDS seperti: demam, batuk lebih dari sebulan,
menurunnya berat badan lebih dari 10%, diare,
dan herpes.
7 Seseorang yang terlihat sehat pasti tidak terkena
No Pernyataan Benar Salah
.
virus HIV/AIDS.
8 Pada tahap AIDS, penderita diserang berbagai
penyakit yang muncul karena kekebalan tubuh
sudah sangat lemah.
9 HIV/AIDS dapat ditularkan dari ibu ke anaknya
selama hamil, melahirkan, dan proses menyusui.
10 HIV/AIDS dapat menular melalui berciuman
dengan orang yang mengidap HIV/AIDS.
11 Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti
pasangan rentan tertular HIV/AIDS.
12 HIV/AIDS bisa menular melalui transfusi darah.
13 Seseorang bisa mengurangi kemungkinannya
tertular virus HIV/AIDS dengan membatasi
hubungan seks hanya dengan seorang yang tidak
mempunyai pasangan lain.
14 Seseorang yang memakai kondom setiap
melakukan hubungan seks tidak bisa mengurangi
kemungkinannya tertular virus HIV/AIDS.
15 Setia terhadap pasangan yang dinikahinya bukan
salah satu cara pencegahan HIV/AIDS.
16 Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat
menghilangkan virus HIV dari tubuh manusia.
17 Antiretroveral (ARV) hanya menghambat
perkembangbiakan virus HIV.
18 HIV/AIDS penyakit yang bisa disembuhkan
dengan penyuntikan antibiotik secara rutin.
19 Pengidap HIV TIDAK selalu memerlukan terapi
ARV.
20 Terapi ARV yang rutin akan memperpanjang
kemampuan penderita bertahan hidup.
III. Sikap Terhadap Pencegahan HIV/AIDS
1. Petunjuk pengisian
1) Berilah tanda centang (√) hanya pada satu kotak dibawah pilihan
jawaban anda untuk setiap nomor pernyataan.
2) Karena jawaban diharapkan sesuai dengan pendapatan anda
sendiri, maka tidak ada jawaban yang dianggap salah.
3) Keterangan :
Sangat tidak setuju = STS
Tidak setuju = TS
Setuju =S
Sangat setuju = SS
2. Pernyataan
No Pernyataan ST TS S SS
. S
1 Menurut saya, pencegahan HIV/AIDS
hanya tanggungjawab petugas
kesehatan.
2 Melakukan hubungan seks sekali saja
dengan penderita HIV tidak akan
berisiko tertular HIV/AIDS.
No Pernyataan ST TS S SS
. S
3 Menurut saya, narkoba suntik tidak
dapat menularkan virus HIV/AIDS.
4 Menurut saya, menggunakan narkoba
suntik sekali saja tidak akan tertular
HIV/AIDS
5 Menurut saya, untuk mencegah
penularan HIV/AIDS apabila saya akan
melakukan tindik, tato, dan memakai
jarum suntik, maka saya hanya memakai
jarum yang baru dan steril.
6 Menurut saya, melakukan pencegahan
HIV/AIDS sangat penting.
7 Menurut saya, setia kepada pasangan
ketika sudah menikah sangat diperlukan
untuk mencegah HIV/AIDS.
8 Menurut saya, untuk mencegah
penularan HIV/AIDS, maka hubungan
seksual hanya dilakukan melalui
hubungan pernikahan yang sah.
9 Saya merasa senang jika bisa
memberikan informasi tentang
pencegahan HIV/AIDS kepada teman
10 Saya merasa senang jika saya dapat
mencegah penularan HIV/AIDS.
11 Saya merasa senang jika mendapat
penyuluhan tentang pencegahan
HIV/AIDS.
12 Menurut saya, pencegahan HIV/AIDS
dapat dilakukan siapapun.
13 Saya merasa tidak takut dengan
penularan penyakit HIV/AIDS.
14 Saya merasa takut tertular HIV/AIDS
jika berjabat tangan dengan penderita
HIV/AIDS.
15 Saya merasa pencegahan HIV/AIDS
merupakan hal yang sulit untuk saya
lakukan.
16 Saya merasa tidak bertanggung jawab
terhadap pencegahan HIV/AIDS.
17 Jika salah satu anggota keluarga saya
menderita AIDS, saya bersedia
merawatnya di rumah saya.
18 Menurut saya, jika seorang guru wanita
saya diketahui tertular virus HIV/AIDS
tapi tidak kelihatan sakit, ia sebaiknya
diperbolehkan tetap mengajar di
No Pernyataan ST TS S SS
. S
sekolah.
19 Saya akan merahasiakan, jika salah satu
anggota keluarga tertular virus
HIV/AIDS.
20 Saya akan menjauhi orang yang
mengidap HIV/AIDS untuk mencegah
penularan.

IV. Sumber Informasi


Apakah anda pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan tentang
HIV/AIDS ? Beri tanda ceklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan
keadaan anda yang sebenarnya.
Pernah

Tidak pernah
Jika pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan tentang HIV/AIDS,
darimanakah informasi atau penyuluhan tentang HIV/AIDS anda dapatkan
? Beri tanda ceklist (√) pada jawaban yang paling sering digunakan (pilih
satu jawaban saja)
No
Sumber Informasi
.
1 Buku
2 Koran
3 Majalah
4 Leaflet
5 Televisi
No
Sumber Informasi
.
6 Internet
7 Guru
8 Tenaga Kesehatan
9 Teman
10 Orangtua
11 Sumber lainnya,....................
V. Varriabel Dependent : Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS
A. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan teliti.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda,
pilih jawaban Ya dan Tidak
3. Berilah tanda Ceklist (√) pada salah satu pilihan jawaban yang
tertera di samping pernyataan untuk menunjukkan jawaban yang
Anda pilih.
4. Data ini akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan untuk
keperluan penelitian. Pengisian kuesioner ini tidak akan
berpengaruh pada penilaian dari sekolah.
5. Mohon jawab dengan sejujur mungkin dan tidak diperbolehkan
bertanya kepada teman atau orang lain
B. Pertanyaan
Keterangan
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya melakukan pencegahan penularan
HIV/AIDS.
2 Saya menggunakkan kondom saat
melakukan hubungan seks karena membantu
mencegah HIV/AIDS.
3 Saya tidak melakukan tato karena berisiko
tinggi untuk tertular HIV/AIDS.
4 Saya hanya melakukan hubungan seksual
dengan satu orang dan resmi sebagai
pasangan suami istri
5 Saya tidak pernah memakai narkoba dalam
bentuk apapun
6 Pendidikan seksual sangat penting bagi saya
agar tidak terjerumus pada perilaku berisiko
tertular HIV/AIDS.
7 Saya tidak menjauhi orang yang positif
HIV/AIDS dan tidak berfikiran negatif kepada
mereka.
8 Saya pernah melakukan hubungan seksual.
9 Saya hanya melakukan hubungan seksual
dengan kekasih saya karena akan membantu
mencegah penularan penyakit HIV/AIDS.
10 Saya pernah melakukan hubungan seksual
dengan kekasih saya dan saya yakin kekasih
saya tidak akan menularkan penyakit
HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai