Anda di halaman 1dari 60

daftar perbaikan usulan penelitian

1. Format penulisan nama pebimbing (ganti spasi, dengan 1 spasi tampa menggunakan
garis bawah)
2. Penulisan kata sambung pada awal kalimat (pada bab 1 bab 2 dan bab 3)
3. Nama pembimbing 1 (kesalah dalam penulisan pembimbing 1 dengan nama ibu Dr.
Imelda F. E. Manurung S.KM., M Kes sebenarnya ibu Indriati A. Tedju Hinga, SK.,
M. Sc)
4. Penulisan nama orang dalam kutipan jurnal (harus sesuai dengan buku panduan
penulisan skripsi FKM pada pont lima dengan contoh:
5. Penulisan referensi dan rujukan dalam naskah diletakkan pada akhir kalimat
kutipan referensi yang dibatasi dengan penggunaan tanda kurung. Dalam
penulisannya dicantumkan secara berurutan nama dan tahun penerbitan yang
dipisahkan oleh tanda koma dan dicetak miring. Sebagai contoh: “Data tersebut mirip
dengan hasil yang diperoleh Rahel dalam penelitiannya di Wilayah kerja Puskesmas
Alak pada tahun 2022 (Rahel, 2022)”.
5. Perbaikan penulisan pada awal kalimat harus menggunakan huruf besar
6. Perbaikan penulisan tidak menggunkan kata sambung pada awal kalimat
7. Perbaikan Perubahan Spasi dan dan penomoran sesuai pedoman penulisan skripsi
FKM
8. Perbaikan Kesalah dalam penempatan factor dependen dan independent
9. Perbaikan Penambahan diagram pengambaran penelitaian Cross sectiona study
10. Perbaikan Kesalahan dalam penggunaan tanda kurung dalam keterangan kerangka
konsep penelitain
11. Perbaikan dalam perubahan deskripsi oprasional pada bagian kriteria objektif
dirapikan dan penambahan alasan dari pengunaan kriteria yang diambil
USULAN PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TENTANG MINAT


MASYRAKAT DALAM MENGIKUTI VAKSINANSI COVID-19 DOSIS
LENGKAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OESAPA KOTA KUPANG

Oleh
Andreas Ligori Dhena
1707010341

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022

B
USULAN PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TENTANG MINAT


MASYRAKAT DALAM MENGIKUTI VAKSINANSI COVID-19 DOSIS
LENGKAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OESAPA KOTA KUPANG

Oleh
Andreas Ligori Dhena
1707010341

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Usulan penelitian ini dengan judul : Analisis factor yang berhubungan tentang minat
mahaisiwa dalam mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja
puskesmas Oesapa Kota Kupang, atas nama: Andreas ligori dhena, NIM:
1707010341 telah disetujui untuk diajukan dalam Seminar Usulan Penelitian
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Nusa Cendana.

II
Pembimbing I Pembimbing II

Indriati A Tedju Hinga, SK.,M.Sc Yuliana Radja Riwu, S.KM.,M.Si


NIP : 19820828200604 2 001 NIP. 19820720 200604 2 001

Mengetahui

Koordinator Program Studi Ilmu Kesehatan Masyrakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana

Mustakim Sahdan, S.KM., M.Kes


NIP : 19781110 2002 12 1 001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas segala anugerah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian
dengan judul “analisis faktor yang berhubungan tentang minat masyrakat dalam
mengikuti vaksinansi covid-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas oesapa
kota kupang”.
Penyusunan usulan penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Indriati A Tedju Hinga, SK.,M.Sc selaku Pembimbing I, ibu Yuliana Radja

III
Riwu, S.KM., M.Si sebagai pembimbing II, ibu christina R. Nayoan, S.KM.,
M.PH.,Ph.D sebagai penguji yang memberikan arahan, petunjuk serta saran dalam
perbaikan dan penulisan usulan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan limpah
terima kasih kepada:
1. Prof. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Nusa Cendana
2. Bapak Mustakim Sahdan, SKM., M.Kes, selaku Koordinator Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
3. Bapak Dr Muntasir, S.Si.,Apt., M Kes. selaku dosen penasihat akademik yang
selalu setia memberikan nasihat dan arahan kepada penulis selama menempuh
pendidikan perkuliahan
4. Bapak yoss dan Mama nona tercinta, kakak mario palenga, kakak agung
siarai, ade elis lali pora serta seluruh keluarga yang selalu mendukung saya selama
pengerjaan usulan penelitian ini
5. Rekan-rekan mahasiswa kelas B tahun 2017 yang selalu memberikan
semangat dan dukungan
6. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan usulan penelitian ini,
baik langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran, kritik dalam
penyempurnaan usulan penelitian ini.

Kupang, 11 Mei 2022

Penulis

IV
DAFTAR ISI

HALAMAN
USULAN PENELITIAN................................................................................................i
USULAN PENELITIAN................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN...............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1

V
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan penelitian 5
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5
1.3 Manfaat Penelitian 6
1.3.1 Manfaat Praktis 6
1.3.2 Manfaat Teoritis 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................7
2.1 COVID-19 7
2.1.1 Coronavirus 7
2.1.2 Varian COVID-19 8
2.1.3 Gejala Klinis COVID-19 13
2.1.4 Mekanisme Penularan COVID-19 14
2.1.5 Pencegahan 14
2.2 Vaksin COVID 19 16
2.2.1 Pengertian Vaksinasi 16
2.2.2 Tahapan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 16
2.2.3 Jenis vaksin COVID-19 17
2.4 Kejadiaan Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) 19
2.3 Teori Perilaku 19
2.4 Niat ( Intention) 23
2.5 Variable 24
2.6 Kerangka Konsep 31
BAB III METODOLOGI............................................................................................32
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian 32
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 32
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian 32
3.4 Definisi Operasional 34
3.5 Jenis, Teknik, dan Instrumen Pengumpul Data 35
3.5.1 Jenis Data 35
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data 35
3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data 35
3.5.4 Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data 36
3.6 Organisasi dan Personalia Penelitian 37
3.7 Jadwal dan Rencana Anggaran Kegiatan Penelitian 38
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................ix

VI
DAFTAR TABEL

Table 3. 1 Definisi Operasional...................................................................................34


Table 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian.........................................................................38
Table 3.3 Rencana Anggaran Penelitian......................................................................38

VII
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model teoritik dari Theory of Planned Behavior Ajzen (2005)..........................32
Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian.................................................................................33
Gambar 3.1 Diagram rancangan penelitaian cross sectional study.........................................34

VIII
DAFTAR SINGKATAN

CFR : Case Fatality Rate


SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome
MERS : Middle East Respiratory Syndrome
RNA : Ribonucleic Acid
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
COVID-19 : Coronavirus Diseases-2019
ICTV : International Committee On Taxsonomy Of Viruses
MERS : Middle East Respiratory Syndrome
NAAT : Nucleic Acid Amplification Test
SARS 2 C OV : Servere Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2

IX
TRA : Theory Of Reasoned Action
TPB : Theory Of Planned Behavior
UNISEF : United National International Children’s Emergency
WHO : World Health Organization

X
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir tahun 2019 telah ditemukan coronavirus disease-2019 (COVID-19) di


Wuhan, Cina. COVID -19 adalah infeksi pada saluran pernapasan yang disebabkan
oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS COV-2)
merupakan penyakit baru dan tersebar secara cepat ke seluruh penjuru punia. Sekitar
Maret tahun 2020, word health organization (WHO) secara resmi mengumumkan
mengenai status COVID-19 dan dijuluki sebagai pandami. Data yang diperoleh dari
WHO per tanggal 22 Juli 2022 menyatakan mengenai virus COVID-19 yang
mencapai 564.126.546 kasus terkonfirmasi dengan total kematian mencapai
6.371.354 kasus kematian. Data kasus COVID-19 menurut kementrian kesesehatan
(kemenkes) per tanggal 21 Juli 2022 mencapai 6.154.494 kasus positif dengan total
kematian 156.880 meninggal dunia dan 5.960.833 sembuh.
Maret 2020 COVID-19 muncul di Indonesia, menyebar di beberapa provinsi,
telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi peningkatan
kasus COVID-19, salah satunya adalah dengan melakukan vaksinasi. Kampanye
program vaksinasi sendiri telah dilakukan oleh pemerintah di seluruh daerah, baik di
kota maupun desa. Tentunya dengan upaya ini pemerintah berharap kasus penyebaran
COVID-19 bisa di tekan serendah mungkin. Vaksinasi merupakan salah satu upaya
perlindungan diri masyarakat terkait penyebaran COVID-19 yang terus berevolusi.
Fungsi utama vaksinasi COVID-19 adalah sebagai kekebalan tubuh, bertujuan untuk
mengurangi transmisi atau penularan COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd
immunity) dan melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara
sosial dan ekonomi.

1
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kemenkes (2020), terkait
survei penerimaan vaksin COVID-19. Di mana sekitar 74% responden mengaku
sedikit banyak tahu rencana pemerintah untuk melaksanakan vaksinasi COVID-19
secara nasional, sekitar 65% responden menyatakan bersedia menerima vaksin
COVID-19 jika disediakan pemerintah, sedangkan 8% diantaranya menolak 27%
sisanya menyatakan ragu-ragu dengan rencana pemerintah untuk mendistribusikan
vaksin COVID-19.
Solusi vaksinasi ini kembali menimbulkan kontroversi bagi sebagian orang.
Pertama, karena adanya keraguan pengembangan vaksin, dikarenakan waktu
pengembangan vaksin cukup singkat, sekitar satu tahun, berbeda dengan vaksin lain
yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Kedua menimbulkan kekhawatiran
masyarakat tentang efek samping atau dampak vaksin COVID-19 yang
pengembangannya terbilang singkat. Ketiga masalah keagaman apakah vaksin yang
diberikan terdapat zat yang dilarang oleh penganut keyakinan tertentu yang ada di
Indonesia, kendala yang timbul akan mempengaruhi presepsi dan sikap masyarakat
dalam mengikuti program vaksinasi.
Persepsi dan sikap masyarakat menjadi tolak ukur kesadaran masyarakat.
Upaya promotif dan preventif dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dalam
meningkatkan Persepsi dan sikap masyarakat akan minat masyarakat untuk
melakukan vaksinasi. Hal ini didukung dengan perkembangan akses informasi dan
kenyamanan mendapatkan informasi. Penyebaran informasi yang salah memengaruhi
persepsi masyarakat terhadap vaksin COVID-19 dan memengaruhi minat masyarakat
untuk mengambil tindakan dan berperilaku.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indonesian technocal
advisory group on immunization ITAGI (2020), kementrian kesehatan, WHO dan
UNICEF Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi,
pemahaman, dan pandangan masyarakat tentang vaksinasi COVID-19. Provinsi
Papua, Jawa dan Kalimantan merupakan provinsi dengan tingkat penerimaan vaksin
paling tinggi sebesar 75%. Sedangkan provinsi Aceh, Sumatera, Sulawesi dan

2
Maluku merupakan provinsi dengan tingkat penerimaan vaksin paling rendah.
Penelitian dilakukan secara acak terhadap responden yang memiliki umur 22-25
tahun yaitu sekitar 45,1% orang yang menerima untuk divaksin. Secara umum
masyarakat yang menolak untuk divaksin sekitar 30% menanyakan bagaimana
keamanan vaksin 13%, meragukan efektivitas vaksin 12%, khawatir jika vaksin dapat
menimbulkan rasa nyeri, demam, dan lainnya 6% dan 8% takut vaksin karena hal
keagamaan.
Saat penelitian ini dibuat vaksinasi COVID-19 telah masuk pada tahap tiga.
dari data kemenkes, hingga 12 Februari 2022, vaksinasi COVID-19 dosis satu telah
diberikan pada 188.168.743 orang. Sedangkan, vaksinasi dosis kedua telah diberikan
pada 135.537.713 orang. diperlukan upaya untuk segera melengkapi vaksinasi primer
bagi masyarakat yang belum mendapatkan dosis kedua dan sebanyak 2,5 juta
masyarakat Indonesia belum menerima vaksin dosis ke dua selama lebih dari enam
bulan, hal ini mengakibatkan terhabatnya tujuan vaksinanasi untuk mencapai
mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) yang maksimal
dikarenakan vaksinasi yang evektif harus dilakukan dalam waktu enam bulan masa
peneriman vaksin.
Kemenkes mencatat sudah ada 1,090 pasien meninggal pada masa varian
Omicron yang mendominasi kasus COVID-19 di Indonesia. Dari 1.090 pasien yang
meninggal diketahui 68% di antaranya belum divaksinasi lengkap. sedangkan
vaksinasi lengkap dua dosis, menjadi salah satu upaya pencegah pasien untuk
penderita gejala berat.
Menurut kemenkes pertanggal 28 Agustus 2022 total vaksinasi COVID-19 di
Indonesia dosis satu mencapai 202.103.683 (97,04%), dosis dua mencapai
169.719.432 (81,49%), dan dosis tiga mencapai 53,891,018 (25,88%) Nusa Tenggara
Timur (NTT) berada pada peringkat 16 dalam pencapaian vaksinasi dosis satu, dan
berada pada peringkat 24 dalam vaksinasi dosis dua dari 34 provinsi. Kota Kupang
merupakan wilayah di provinsi NTT yang memiliki distribusi vaksinasi dosis satu,

3
dua dan tiga yang kurang merata, dari distribuasi vaksinasi dosis satu kota Kupang
mencapai 94,77%, dosisi dua mencapai 71,90% dan dosis tiga mencapai 11,03 %.
Penelitian tentang penyuluhan vaksinasi COVID-19 dalam meningkatkan
prespektif positif masyarakat tentang vaksinasi pada masyarakat di kelurahan Fatukoa
kecamatan Maulafa kota Kupang 2021 (Nur,2021) menyebutkan bahwa kondisi
masyarakat RT 12 RW 04 mengerti pentingnya vaksinasi COVID-19 karena masih
banyak berita negatif tentang vaksinasi COVID-19 yang beredar dimasyarakat di
temukan persepsi negatif tentang vaksin COVID-19 diantaranya bahwa masyarakat
mempercayai vaksin COVID-19 mengandung bahan yang berbahaya dan
mengakibatkan masalah kesehatan, COVID-19 sudah tidak ada lagi sehingga tidak
perlu mengikuti program vaksinasi, Selain itu kurangnya pengetahuan tentang vaksin
COVID-19 karena belum pernah mendapatkan informasi secara langsung juga
menambah keengganan masyarakat untuk divaksin.
Data vaksinasi dinas kesehatan kota Kupang pertanggal 05 November 2022
pencapaian dosis satu mencapai 355.997 (95.32%) orang, dosis dua mencapai
285.861 (76,54%) orang, dosis tiga mencapai 89.903 (35,43%) orang
Data capaian vaksin puskesmas Oesapa perbulan Agustus tahun 2021
vaksinasi yang dilakukan di puskesmas Oesapa pada dosis satu sebanyak 17.456
orang dosis dua sebanyak 1.4567 orang dan dosis tiga sebanyak 543 orang dan
capaian vaksinasi COVID-19 bulan Juni 2022 dosis satu sebanyak 5.165 orang dosisi
dua sebanyak 7.550 orang.
pencapaian vaksinasi di kota Kupang khususnya wilayah kerja puskesmas
Oesapa kurang merata hal ini mendorong peneliti melakukan penelitian mengenai
faktor apa saja yang mempengaruhi minat masyarakat dalam mengikuti vaksinansi
COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas Oesapa Kota Kupang.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah untuk penelitian ini


adalah “faktor apa saja yang mempengaruhi minat masyarakat dalam mengikuti
vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas Oesapa kota
Kupang?”.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Faktor apa saja yang mempengaruhi berhubungan tentang minat masyarakat


dalam mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas
Oesapa kota Kupang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan antara umur dengan minat masyarakat dalam


mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas
Oesapa kota Kupang.
2. Menganalisis antara pekerjaan dengan minat masyarakat dalam mengikuti
vaksinasi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas Oesapa kota
Kupang.
3. Menganalisis hubungan antara riwayat penyakit sebelumnya dengan minat
masyarakat dalam mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah
kerja puskesmas Oesapa kota Kupang.
4. Menganalisis hubungan antara sikap petugas pelayanan kesehatan dengan
minat masyarakat dalam mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di
wilayah kerja puskesmas Oesapa kota Kupang.

5
5. Menganalisis hubungan antara penyebaran informasi dengan minat
masyarakat dalam mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah
kerja puskesmas Oesapa kota Kupang.
6. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan minat masyarakat dalam
mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas
Oesapa Kota Kupang.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Praktis

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang analisis faktor minat


masyarakat dalam mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja
puskesmas Oesapa kota Kupang Sebagai referensi pada penelitian-penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan kejadian vaksinasi COVID-19.

1.3.2 Manfaat Teoritis

Bagi dinas kesehatan kota Kupang penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
masukan informasi dalam menyusun kebijakan dan strategi program kesehatan untuk
menanggulangi masalah terkait faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat
dalam mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas
Oesapa kota Kupang.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 COVID-19

2.1.1 Corona virus

Menurut Kemenkes RI (Kemenkes RI,2020), Corona virus (CoV) adalah


keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan,
sedang sampai berat. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia).
Menurut WHO (WHO,2020), penyakit COVID-19 adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus corona. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus COVID-
19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa
memerlukan perawatan khusus..

2.1.2 Varian COVID-19

Beberapa Varian COVID-19 yang ditemukan sebagai berikut (santoso,2021):

1. Varian Alfa

COVID-19 varian Alfa diketahui lebih menular dan menyebar karena mampu
menembus sistem kekebalan tubuh manusia. Sejak April 2021 varian ini menjadi
salah satu varian virus Corona dominan di Amerika Serikat dan Inggris.
Laporan kasus menunjukkan bahwa pasien COVID-19 yang terinfeksi virus
Corona varian Alfa bisa mengalami gejala lebih parah. Orang yang telah menerima
vaksin COVID-19, gejala infeksi virus Corona varian Alfa umumnya lebih ringan.
1) Kode varian: B. 1.1.7
2) Kasus pertama kali ditemukan: Inggris, September 2020

7
3) Tingkat penularan virus: 43–90% lebih mudah menular dari virus Corona
sebelumnya
4) Tingkat keparahan infeksi: lebih berpotensi menimbulkan gejala berat dan
risiko peningkatan risiko rawat inap dari virus Corona jenis awal

2. Varian Beta

COVID-19 varian Beta diketahui mudah menular antar manusia gejala infeksi
virus Corona varian Beta umumnya mirip dengan gejala COVID-19 secara umum,
tetapi COVID-19 varian Beta diketahui lebih kebal terhadap beberapa jenis
pengobatan. Penelitian yang dilakukan oleh WHO 2021 menunjukkan gejala COVID-
19 varian Beta cenderung lebih ringan pada orang yang telah mendapatkan vaksin
COVID-19, seperti vaksin Sinovac, Pfizer, dan Moderna.
1) Kode varian: B. 1.351
2) Kasus pertama kali ditemukan: Afrika Selatan, Mei 2020
3) Tingkat keparahan infeksi: lebih berisiko menimbulkan COVID-19 gejala
berat

3. Varian Gamma

COVID-19 varian Gamma pertama kali ditemukan di Brazil dan Jepang. virus
Corona varian Gamma diketahui dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan
varian lain, seperti varian Beta, efektivitas vaksin COVID-19 terhadap varian Gamma
masih belum diketahui dengan jelas dan terus diteliti.
1) Kode varian: P. 1
2) Kasus pertama kali ditemukan: Brazil, November 2020
3) Tingkat keparahan infeksi: lebih kebal terhadap pengobatan COVID-19

4. Varian Delta

Varian Delta dari virus Corona adalah varian paling mudah menular dan
menyebar dengan cepat, kasus hingga Juni 2021, infeksi varian Delta menyebar ke 74

8
negara dan menjadi varian dominan di India dan Inggris. Infeksi virus Corona varian
Delta diketahui lebih sering ditemukan pada orang dewasa muda. Di Inggris,
penelitian menemukan bahwa anak-anak dan orang dewasa di bawah umur 50 tahun
hampir tiga kali lebih berisiko untuk terinfeksi varian ini.
Penyebab mengapa virus Corona varian Delta sangat cepat menyebar dan
lebih berbahaya masih belum diketahui. Penelitian menunjukkan ada dua
kemungkinan, yaitu virus Corona varian Delta lebih cepat berkembang biak dan lebih
mudah memasuki tubuh serta kuat melawan sel tubuh manumur. Penelitian sejauh ini
menunjukkan bahwa vaksin COVID-19, seperti vaksin Astrazenca dan vaksin Pfizer,
dinilai mampu memberikan perlindungan hingga sekitar 60–79% terhadap varian
Delta dengan dosis pemberian penuh sebanyak 2 dosis.
1) Kode varian: B.1.617.2
2) Kasus pertama kali ditemukan: India, Oktober 2020
3) Tingkat penularan virus: 30–100% lebih mudah menular dari varian Alfa
4) Tingkat keparahan infeksi: potensi peningkatan risiko dibutuhkannya rawat
inap hampir dua kali lipat dari varian Alfa

5. Varian Lambda

Virus Corona varian Lambda pertama kali ditemukan di Peru dan beberapa


negara lain di Amerika Latin dan kini telah menyebar ke Eropa dan Inggris. Berbeda
dengan jenis varian Alfa, Beta, Gamma, dan Delta, WHO menyatakan bahwa varian
jenis ini sebagai variant of interest (VOI) dan masih diteliti lebih lanjut tingkat
penularan dan keparahan infeksinya. Hingga saat ini, belum ditemukan bukti yang
cukup untuk memastikan apakah COVID-19 varian Lambda lebih mudah menular
atau lebih berat gejalanya dibandingkan varian lain.
Laporan kasus menunjukkan tingkat penularannya tidak berbeda jauh dengan
virus Corona jenis pertama, penelitian juga menunjukkan vaksin COVID-19 dapat
memberikan perlindungan terhadap virus Corona varian ini.
1) Kode varian: C. 37

9
2) Kasus pertama kali ditemukan: Peru, Desember 2020

6. Varian Kappa

Menurut laporan kasus COVID-19 nasional, COVID-19 varian Kappa


diketahui telah masuk ke Indonesia di bulan Juli 2021. COVID-19 varian Kappa
memiliki pola mutasi yang mirip dengan varian Delta, tingkat penularan dan
keparahan infeksinya masih belum diketahui. Beberapa penelitian mengatakan bahwa
COVID-19 varian Kappa tidak menunjukkan tingkat penularan atau keparahan
infeksi yang lebih parah dibandingkan COVID-19 jenis awal. Efektivitas vaksin dan
pengobatan COVID-19 terhadap COVID-19 jenis baru ini juga masih terus diteliti.
Sama seperti varian Lambda, COVID-19 varian Kappa juga hingga saat ini masih
dikategorikan sebagai VOI oleh WHO.
1) Kode varian: 1.617.2
2) Kasus pertama kali ditemukan: India, Oktober 2020

7. Varian Mu

Varian Mu pertama kali ditemukan pada Januari 2021 di Kolombia dan


ditambah dalam daftar VOI oleh WHO. Mu sendiri adalah varian virus Corona yang
mengalami perubahan genetik sehingga memengaruhi karakteristik virus dalam hal
penularan, tingkat keparahan penyakit, dan kekebalan. Mu juga di identifikasi sebagai
varian virus yang berdampak pada meningkatnya kasus COVID-19 secara signifikan
di banyak negara.
Data yang ditemukan WHO, varian Mu memiliki sifat yang mirip dengan
varian Beta, yaitu dapat menginfeksi tubuh yang telah menerima vaksinasi, baik
dari vaksin COVID-19 atau riwayat infeksi. Data tersebut juga didukung oleh
penemuan kasus COVID-19 varian Mu pada pasien yang telah menerima dua jenis
vaksin di sebuah rumah sakit. Gejala COVID-19 varian Mu diketahui tidak jauh
berbeda dengan gejala COVID-19 pada umumnya, seperti demam, batuk, sesak

10
napas, dan kehilangan penciuman atau anosmia. Beberapa orang juga dilaporkan
menderita gejala ringan saat terinfeksi virus Corona varian Mu.
1) Kode varian: B.1.621.
2) Kasus pertama kali ditemukan: Januari 2021 di Kolombia

8. Varian Omicron

Kode varian: B.1.1.529, kasus pertama kali varian Omicron ditemukan Maret
2021 di Afrika, varian Omicron telah ditetapkan oleh WHO ke dalam varian yang
perlu diwaspadai (VOI) karena tingkat penularan yang cepat, varian Omicron
memiliki tingkat mutasi yang tinggi sehingga bisa berdampak terhadap karakteristik
virus, termasuk tingkat penularan virus dan keparahan penyakit yang ditimbulkan.
Sub varian terakhir yang ditemukan adalah sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 yang
juga sudah terdeteksi di beberapa daerah di Indonesia. Gejala COVID-19 varian
Omicron tidak berbeda dengan gejala COVID-19 pada umumnya, yaitu:
1) Demam batuk
2) Sakit tenggorokan
3) Sakit kepala
4) Nyeri otot
5) Mudah lelah
6) Diare
7) Kehilangan indra penciuman (anosmia) atau perasa (ageumur)
Tingkat penularan virus dan keparahan penyakit akibat infeksi COVID-19
varian Omicron masih diteliti. Data rawat inap rumah sakit di Afrika selatan
menunjukkan ada peningkatan kasus COVID-19 dan pasien rawat inap di Afrika
Selatan bertambah seiring dengan menyebarnya varian Omicron, varian ini cenderung
menyebabkan gejala yang ringan. Data klinis lainnya, varian Omicron turut diduga
meningkatkan kejadian infeksi berulang. Artinya, orang yang sebelumnya pernah
terinfeksi virus Corona varian, lebih berisiko terinfeksi ulang dengan varian
Omicron.

11
9. Varian Eta

Varian Eta memiliki kode varian B.1.525, dengan kasus pertama ditemukan
pada Desember 2020 di Inggris Raya, Nigeria, WHO menggolongkan Eta sebagai
VoI. Di mana gejala-gejala yang diketahui merupakan ciri infeksi virus corona varian
Eta yakni sebagai berikut.
1) Suhu tinggi
2) Batuk terus menerus
3) hilangan atau perubahan pada indra pengecapan dan penciuman

10. Varian Iota

Varian Iota, juga disebut sebagai garis keturunan B.1.526, adalah salah


satu varian SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19. Varian Iota pertama
kali terdeteksi di New York pada November 2020. Varian Iota muncul dalam dua
mutasi menonjol mutasi lonjakan E484K, yang dapat membantu virus menghindari
antibodi, dan mutasi S477N, yang dapat membantu virus terikat lebih erat pada sel-
sel manumur. Pada Februari 2021, varian Iota menyebar cepat di wilayah New
York. Hingga April 11, 2021, varian Iota terdeteksi di sekitar 48 negara bagian
Amerika Serikat dan 18 negara

2.1.3 Gejala Klinis COVID-19

Menurut (Kemenkes RI, 2020), Gejala dan tanda umum infeksi COVID-19
meliputi:
1. Gejala gangguan pernapasan akut, seperti demam, suhu puncak > 38° C,
batuk, bersin, dan sesak napas.
2. Masa inkubasi lima-enam hari, dan masa inkubasi terlama adalah 14 hari.
3. Dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.

12
4. Tingkat keparahan dipengaruhi oleh daya tahan, umur dan penyakit yang
sudah ada sebelumnya (komorbiditas), seperti hipertensi, diabetes, asma, dll.
5. Pada kebanyakan kasus, tanda dan gejala klinis yang dilaporkan adalah
demam, pada beberapa kasus dapat terjadi kesulitan bernafas, pada
pemeriksaan X-ray didapatkan infiltrasi pneumonia yang luas pada kedua
paru.

2.1.4 Mekanisme Penularan COVID-19

Pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 (Kemenkes RI,2020)


menyatakan bahwa Virus corona merupakan zoonosis, sehingga terdapat
kemungkinkan virus berasal dari hewan dan ditularkan ke manumur, Penyebaran
SARS-CoV-2 dari manumur ke manumur (human to human) menjadi sumber
transmisi utama yang mengakibatkan penyebaran menjadi lebih agresif. Droplet dari
pasien simtomatis yang keluar saat bersin atau batuk merupakan transmisi SARS-
CoV-2. Umumnya penularan terjadi melalui droplet dan kontak dengan virus, virus
masuk melalui mukosa yang terbuka. Paparan droplet yang membawa virus, dapat
melalui tiga cara yaitu: menghirup droplet dan partikel aerosol, pengendapan droplet
pada mukosa mulut, hidung atau mata melalui percikan atau semprotan langsung,
dengan cara menyentuh mukosa lendir dengan tangan yang telah terkontaminasi
virus.

2.1.5 Pencegahan

Pencegahan COVID-19 bertujuan untuk menjaga keselamatan kita sendiri dan


orang lain. Tindakan pencegahan merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan
dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat
meliputi: melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak
terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor, menghindari
menyentuh mata, hidung dan mulut, terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup

13
hidung dan mulut dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke
tempat sampah, pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan
melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker, menjaga jarak (minimal 1
m) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan. Beberapa langkah
pencegahan yang direkomendasikan oleh WHO yaitu:
1. Secara teratur dan menyeluruh bersihkan tangan dengan usapan alkohol
(alcohol rub) atau cuci dengan sabun dan air. Mencuci tangan dengan sabun
dan air atau menggunakan alcohol rub membunuh virus yang mungkin ada
ditangan.
2. Menjaga jarak setidaknya 1meter antar individu. Ketika seseorang batuk,
bersin, atau berbicara, droplet disemprotkan dari hidung atau mulut yang
mungkin mengandung virus. Jika terlalu dekat, droplet tersebut dapat terhirup,
termasuk virus COVID-19 didalamnya
3. Hindari pergi ke tempat yang ramai di mana orang-orang berkumpul bersama,
kita lebih mungkin untuk melakukan kontak dengan seseorang yang terjangkit
COVID-19 dan lebih sulit untuk menjaga jarak fisik 1 meter.
4. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Tangan menyentuh banyak
permukaan dan secara tidak sengaja virus dapat melekat kepadanya. Setelah
terkontaminasi, tangan dapat memindahkan virus ke mata, hidung, atau mulut.
Dari poin tersebut, virus dapat masuk ke tubuh dan menginfeksi.
5. Pastikan mengikuti kebersihan pernapasan yang baik, seperti menutupi mulut
dan hidung dengan siku saat batuk atau bersin, kemudian segera buang tisu
bekas (jika digunakan) dan cuci tangan. Dengan mengikuti kebersihan
pernapasan yang baik, kita melindungi orang-orang sekitar dari virus.
6. Tetap di rumah dan isolasi diri. Jika harus meninggalkan rumah,
menggunakan masker untuk menghindari kontak dengan orang lain.
Menghindari kontak dengan orang lain melindungi kita dan orang lain dari
kemungkinan terjangkit COVID-19.

14
7. Jika mengalami demam, batuk, dan sulit bernapas, cari bantuan medis, tetapi
dianjurkan untuk menelepon terlebih dahulu jika memungkinkan dan ikuti
petunjuk dari otoritas kesehatan setempat. Menelepon terlebih dahulu
memungkinkan penyedia layanan kesehatan dengan cepat mengarahkan ke
fasilitas kesehatan yang tepat. Hal ini juga melindungi dan membantu
mencegah penyebaran virus.
8. Senantiasa mencari informasi terbaru dari sumber terpercaya, seperti dari
laman situs WHO atau otoritas kesehatan lokal dan nasional. Otoritas lokal
dan nasional paling baik ditempatkan untuk memberi nasihat tentang yang
harus dilakukan orang di setiap daerah.

2.2 Vaksin COVID 19

2.2.1 Pengertian Vaksinasi

Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh, dimana seseorang menjadi kebal atau
terlindungi dari suatu penyakit sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan, biasanya dengan
pemberian vaksin. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme atau bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah
sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Vaksin adalah cara sederhana, aman, dan efektif untuk melindungi orang dari
penyakit sebelum terpapar. Vaksin melatih sistem kekebalan untuk membuat
antibodi, sama seperti ketika terpapar penyakit. Vaksin mengandung mikroorganisme
yang mati atau dilemahkan seperti virus atau bakteri, vaksin tidak menyebabkan
penyakit. Kebanyakan vaksin diberikan melalui suntikan, namun ada juga yang
diberikan secara oral (melalui mulut).

15
2.2.2 Tahapan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19

Dilaksanakan dalam empat tahapan dengan mempertimbangkan ketersediaan,


waktu kedatangan dan Tahapan pelaksanaan vaksinasi COVID 19 dilaksanakan
sebagai berikut:

1. Tahap satu

Tahap satu dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021 Sasaran vaksinasi


COVID-19 tahap satu adalah tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga
penunjang serta mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran
yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Tahap dua

Tahap dua dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021 Sasaran vaksinasi


COVID-19 tahap dua adalah:
1) Petugas pelayanan publik yaitu Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara
Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya
yang meliputi petugas di bandara, Pelabuhan, stasiun, terminal, perbankan,
perusahaan listrik negara, dan perusahaan daerah air minum, serta petugas lain
yang terlibat secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2) Kelompok umur lanjut (≥ 60 tahun).

3. Tahap tiga

Tahap tiga dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022 Sasaran


vaksinasi COVID-19 tahap tiga adalah masyarakat rentan dari aspek geospasial,
sosial, dan ekonomi.

4. Tahap empat

Tahap empat dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022 Sasaran


vaksinasi tahap empat adalah masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan

16
pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin. Pentahapan dan penetapan
kelompok prioritas penerima vaksin dilakukan dengan memperhatikan Roadmap
WHO strategic advisory group of experts on immunization (SAGE) serta kajian dari
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (indonesian technical advisory group)

2.2.3 Jenis vaksin COVID-19

Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto mengatakan bahwa pemerintah


sudah menetapkan ada enam jenis vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia
(Kemenkes RI, 2020), di antaranya adalah:

1. Vaksin Merah Putih

Vaksin merah putih tersebut merupakan hasil kerjasama BUMN PT Bio farma
(Persero) dengan Lembaga Eijkman. Pemerintah berharap vaksin merah putih selesai
pada akhir 2021. Bio farma juga bekerja sama dengan perusahaan vaksin China
Sinovac Biotech.

2. Astra zeneca

Astra zeneca Pengujian yang dilakukan oleh Astra zeneca dan Oxford
University menunjukkan bahwa efisiensi rata-rata produksi vaksin virus corona
adalah 70%. Saat ini, uji coba masih berlanjut pada 20.000 relawan. Vaksin Astra
Zeneca dianggap mudah untuk dikeluarkan karena tidak perlu disimpan pada suhu
yang sangat dingin.

3. Sinopharm

Perusahaan Grup Farmasi Nasional China (Sinopharm) melakukan


pengembangan vaksinasi untuk mencegah penyebaran pandemic COVID-19.
Meskipun tahap pengujian terakhir belum selesai, di Cina, sekitar 1 juta orang telah
divaksinasi berdasarkan izin penggunaan darurat. Sebelum Sinopharm terbukti benar-

17
benar sukses, itu hanya digunakan untuk pejabat China, pekerja keliling dan pelajar.
Pada September 2020, Uni Emirat Arab adalah negara pertama di luar China yang
menyetujui penggunaan vaksin tersebut.

4. Moderna

Pengembang vaksin Moderna mengklaim tingkat efektif produksi vaksinnya


adalah 94,5%. Penghujung November, Moderna mengaku telah mengajukan
permohonan penggunaan darurat vaksin COVID-19 ke badan regulasi di Amerika
Serikat dan Eropa. Moderna yakin bahwa vaksinnya memenuhi persyaratan
penggunaan darurat yang ditetapkan oleh food and drug administration (FDA)
Amerika Serikat (AS).

5. Pfizer Inc and BioNTech

Pfizer dan BioNTech telah menyarankan BPOM di AS dan Eropa untuk


segera menggunakan vaksin virus korona mereka. Dalam uji coba terakhir pada 18
November 2020, mereka mengklaim bahwa 95% vaksin tersebut efektif melawan
virus corona dan tidak ada bahaya keamanan.

6. Simovac Biotech Ltd

vaksin corona memasuki uji coba fase 3. Sinovac menguji vaksinnya di


Brasil, Indonesia dan Bangladesh. Seperti yang ditunjukkan pada hasil awal pada
monyet yang dipublikasikan di jurnal Science, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin
tersebut dapat menetralkan 10 strain Sars-coV-2 (Astuti et al., 2021).

2.4 Kejadiaan Ikutan Paska Imunisasi (KIPI)

Kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI) merupakan kejadian medik yang


terjadi setelah imunisasi yang diperkirakan berhubungan dengan imunisasi. Kejadian
ini dapat berupa reaksi vaksin, kesalahan prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan, atau

18
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. Umumnya tidak ada perbedaan
mendasar KIPI vaksin COVID-19, Vaksin memicu kekebalan tubuh dengan
menyebabkan sistem kekebalan tubuh penerima bereaksi terhadap antigen yang
terkandung dalam vaksin. Reaksi lokal dan sistemik seperti nyeri pada tempat
suntikan atau demam dapat terjadi sebagai bagian dari respons imun. Komponen
vaksin lainnya (misalnya bahan pembantu, penstabilan, dan pengawet) juga dapat
memicu reaksi.
Vaksin yang berkualitas adalah vaksin yang menimbulkan reaksi ringan
seminimal mungkin namun tetap memicu respons imun terbaik. Frekuensi terjadinya
reaksi ringan vaksin ditentukan oleh jenis vaksin. Vaksin yang digunakan dalam
program vaksin COVID-19 ini masih termasuk vaksin baru sehingga untuk menilai
keamanannya perlu dilakukan surveilans pasif Kejadian Ikutan Paska Imunisasi
(KIPI) dan surveilans aktif Kejadian Ikutan dengan Perhatian Khusus (KIPK).
Beberapa vaksin COVID-19 dapat memunculkan KIPI, beberapa gejala yang dapat
dirasakan seperti pusing, mual, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), nyeri
ditempat suntikan, kelelahan, malaise (rasa tidak nyaman dan kurang enak badan),
dan demam .

2.3 Teori Perilaku

Teori Perilaku Berencana (Theory of Planned Behavior) Teori ini sebelumnya


dikenal sebagai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan di tahun 1967,
kemudian Icek Ajzen dan Martin Fishbein mengembangkan dan meperluar teori ini.
Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manumur dan
untuk mengembangkan intervensi-intervensi. Pada tahun 1988, hal lain ditambahkan
pada model reasoned action yang sudah ada dan kemudian dinamai Theory of
Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurang adekuatan yang ditemukan oleh
Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan menggunakan TRA.

19
Theory of Planned Behavior adalah teori yang meramalkan pertimbangan
perilaku karena perilaku dapat dipertimbangkan dan direncanakan. Teori ini berguna
untuk memperbaiki daya prediksi dari teori tindakan beralasan dengan memasukkan
kontrol perilaku yang dirasakan. Ini adalah salah satu teori persuasi yang paling
prediktif. Ini telah diterapkan pada studi tentang hubungan antara keyakinan, sikap,
perilaku niat dan perilaku dalam berbagai bidang seperti periklanan, public relations,
kampanye iklan, dan kesehatan.
Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manumur adalah
makhluk yang rasional dan menggunakan informasiinformasi yang mungkin baginya,
secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka
memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.
Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap
perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah
intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah
kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif.
Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku,
evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan- kepercayaan normatif
dan motivasi untuk patuh.
TPB menjelaskan ada 3 faktor utama yang mempengaruhi niat seseorang
dalam berperilaku. Tiga faktor ini adalah attitude toward the behavior (sikap terhadap
perilaku), subjective norm (norma subjektif) dan perceived behavioral control
(persepsi pengendalian perilaku).
Sikap seseorang tergantung pada persepsinya terhadap hasil suatu perilaku.
Jika seseorang memiliki persepsi bahwa suatu perilaku akan memiliki hasil yang
positif maka orang tersebut akan bersikap positif terhadap perilaku tersebut, begitu
sebaliknya. Norma subjektif seseorang lebih dipengaruhi oleh pandangan orang lain
terhadap suatu perilaku. Jika orang lain memandang suatu perilaku merupakan hal
yang positif maka seseorang tersebut akan termotivasi untuk memenuhi harapan

20
orang lain tersebut maka inilah yang disebut norma subjektif positif dan begitu
sebaliknya.
Perceived behavioral control menunjuk suatu derajat dimana seorang individu
merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku adalah berada di bawah
pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat
untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki
sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang
positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan
menyetujuinya. Perceived behavioral control dapat mempengaruhi perilaku secara
langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur langsung dari Perceived
behavioral control ke perilaku diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan antara
persepsi mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku.
Faktor utama dalam TPB adalah niat seseorang untuk berperilaku. Niat
merupakan indikasi dari keinginan seseorang untuk mencoba, seberapa besar upaya
yang dikerahkan untuk melakukan suatu perilaku. Semakin kuat niat seseorang untuk
berperilaku semakin besar kemungkinan perilaku dapat diwujudkan.
TPB berasal dari asusmsi bahwa manumur akan berperilaku berdasrkan akal
sehat mereka, manumur menyerap informasi baik secara implisit ataupun eksplisit,
manumur akan memprtimbangkan implikasi dari perbuatan mereka. Dalam TPB ada
3 determinan yang dimiliki oleh perilaku yaitu faktor personal, faktor sosial dan
faktor isu Kontrol.
Menurut Ajzen (2005) dalam Neila Ramadhani (2008) Model teoritik dari
Theory of Planned Behavior (Perilaku yang direncanakan) mengandung berbagai
variabel yaitu :

1. Latar belakang (background factors)

Latar belakang (background factors), seperti umur, jenis kelamin, suku, status
sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan mempengaruhi sikap
dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang pada dasarnya

21
adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model Kurt Lewin
dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Di dalam kategori ini Ajzen
memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni Personal, Sosial, dan Informasi. Faktor
personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian
(personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya.
Faktor sosial antara lain adalah umur, jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan,
penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan
ekspose pada media.

2. Keyakinan Perilaku (behavioral belief)

Keyakinan Perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang diyakini oleh
individu mengenai sebuah perilaku dari segi 53 positif dan negatif, sikap terhadap
perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku,
dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut.

3. Keyakinan Normatif (Normative Beliefs)

Keyakinan Normatif (Normative Beliefs), yang berkaitan langsung dengan


pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin dalam Field Theory
Pendapat Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui PBT. Menurut Ajzen,
faktor lingkungan sosial khususnya orang- orang yang berpengaruh bagi kehidupan
individu (significant others) dapat mempengaruhi keputusan individu.

4. Norma subjektif (Subjective Norm)

Norma subjektif (Subjective Norm) adalah sejauh mana seseorang memiliki


motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan
dilakukannya (Normative Belief). Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya
untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain
disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang
akan dilakukannya. Fishbein & Ajzen (1975) menggunakan istilah motivation to

22
comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi
pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak. (Tentang et al.,
2022b)

5. Kontrol Keyakinan (Control beliefs)

Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control beliefs)


diperoleh dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang
sama sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain
(misalnya teman, keluarga dekat) melaksanakan perilaku itu sehingga ia memiliki
keyakinan bahwa ia pun akan dapat melaksanakannya. Selain pengetahuan,
ketrampilan, dan pengalaman, keyakinan individu mengenai suatu perilaku dapat
dilaksanakan ditentukan juga oleh ketersediaan waktu untuk melaksanakan perilaku
tersebut, tersedianya fasilitas untuk melaksanakannya, dan memiliki kemampuan
untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat pelaksanaan perilaku.

6. Persepsi kemampuan mengontrol (Perceived Behavioral Control)

Persepsi kemampuan mengontrol (Perceived Behavioral Control), yaitu


keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah
melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk
melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan
dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak memiliki kemampuan untuk
melaksanakan perilaku itu. Ajzen menamakan kondisi ini dengan “persepsi
kemampuan mengontrol” (perceived behavioral control).

7. Niat (Intention)

Niat untuk melakukan perilaku (Intention) adalah kecenderungan seseorang


untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini
ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu,

23
dan sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia
mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.

2.4 Niat ( Intention)

Ajzen (2005) mengartikan niat sebagai disposisi tingkah laku yang hingga
terdapat waktu dan kesempatan yang tepat akan diwujudkan dalam bentuk tindakan.
Wijaya (2008) menyatakan intensi adalah kesungguhan niat dari seseorang untuk
melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu. Niat menunjukkan
seberapa keras seseorang berani mencoba (Dharmmesta, 1998).

2.5 Variable

1. Persepsi

Menurut W. Sarwono (2015.) Persepsi adalah proses seleksi, pengaturan, dan


penyelesaian oleh (individu) yang menafsirkan informasi sebagai gambar logis yang
bermakna. Persepsi terjadi ketika seseorang meniru rangsangan eksternal dan
ditangkap oleh organ lain lalu masuk ke otak. Persepsi adalah proses menggunakan
alat sensorik untuk menemukan informasi yang dipahami (Listyana. R dan Hartono.
Y, 2015). Persepsi mencakup proses di mana kita memahami dan mengevaluasi
seberapa baik kita mengenal. Dalam proses inilah kepekaan masyarakat terhadap
lingkungan mulai muncul. Perspektif menentukan kesan yang dihasilkan dari proses
persepsi. Proses interaksi tidak terlepas dari pandangan orang lain atau pandangan
orang lain yang mengarah pada yang disebut dengan pandangan komunitas. Opini
publik mengevaluasi sikap. Perilaku dan tata krama seseorang dalam kehidupan sosial
(Listyana. R dan Hartono. Y, 2015).
Dalam Rumayar et al. pandangan masyarakat terhadap COVID-19 sangat
mencemaskan dan khawatir. Oleh karena itu, pemerintah telah memberikan
rekomendasi pencegahan COVID-19. Terlihat bahwa pandangan masyarakat baik dan
masyarakat juga memahami bahaya dari penyakit COVID-19 dan masyarakat juga

24
memahami protokol kesehatan untuk mencegah COVID-19 (Mourine V. Lomboan,
Adisti A. Rumayar, 2020). Menurut Kementerian Kesehatan (2020), masyarakat
sudah banyak tahu tentang rencana pemerintah untuk melakukan vaksinasi COVID-
19. Tingkat penerimaan vaksin COVID-19 terlihat dari hasil survey pada bulan
Oktober 2020 tentang persepsi terhadap vaksin COVID-19, bahwa masyarakat
menerima adanya vaksinasi COVID-19 sebanyak (64,8%), menolak semua jenis
vaksin (7,6%) (Kemenkes, 2020c)

2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu ide yang muncul untuk mendapatkan informasi


dan memahami hal-hal yang diketahui yang dapat diingat dalam pikiran agar bisa
diambil gagasan atau informasi yang baru. Menurut Notoatmodjo (2021) dalam
(Wulandari. et al, 2015), menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu
sumber informasi yang didapatkan melalui pengindraan manumur pada objek
tertentu. Masyarakat umum biasanya mendapatkan pengetahuan mengenai COVID-
19 melalui media informasi yang digunakan untuk mencari tahu suatu permasalahan
yang terjadi ditengah masyarakat sekarang.
Informasi tidak lagi dimaknai sebagai informasi dari satu orang ke orang lain,
tetapi sudah menjadi kebutuhan untuk mencari penyelesaian masalah yang ada setiap
saat. Namun pada kenyataannya, muncul masalah tersendiri dalam peredaran
informasi yang cepat. Beritanya tidak valid dan sumbernya tidak jelas. Hoaks tentang
vaksin COVID-19 menimbulkan kepanikan publik dalam menghadapi
pendistribumurn vaksin COVID-19. Apalagi menurut beberapa pemberitaan, vaksin
COVID-19 dianggap tidak halal dan lain sebagainya. Proses produksi dan penyebaran
informasi yang mudah di masyarakat mengaburkan informasi yang efektif dan
dikaburkan oleh berita yang diedit oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang efektif
tentang vaksin COVID-19 (Nurislaminingsih, 2020). Untuk menambah pengetahuan
masyarakat mengenai vaksin COVID-19 diperlukannya kegiatan sosialisasi untuk

25
menambah pengetahuan masyarakat mengenai vaksin COVID-19 serta pentingnya
penggunaan masker pada saat keluar rumah bagi tenaga kesehatan maupun
nonkesehatan (Liang et al., 2020).

3. Faktor Pendidikan

Menurut Natoatmodjo (2003), pendidikan merupakan upaya agar seseorang


mengembangkan sesuatu atau informasi agar menjadi lebih baik. Semakin tinggi latar
belakang pendidikan seseorang, semakin banyak pula ilmu yang diperolehnya.
Namun hal ini tidak berarti bahwa pendidikan yang rendah akan mengakibatkan
penurunan pengetahuan yang kesemuanya bergantung pada kognitif kepribadian
masing-masing (Notoatmodjo, 2003).

4. Faktor Umur

Dalam hal distribusi penyakit, umur merupakan determinan yang sangat


penting. Umur sangat erat kaitannya dengan paparan risiko dan ketahanan terhadap
penyakit. Pada dasarnya, semua penyakit dapat menyerang semua kelompok umur,
tetapi beberapa penyakit lebih sering terjadi pada kelompok umur tertentu
(Notoadmodjo, 2003). 23 Universitas Sriwijaya Umur memengaruhi cara seseorang
memandang dan berpikir. Seiring bertambahnya umur, persepsi dan gaya berpikir
mereka akan semakin berkembang, sehingga pengetahuan dan pemahamannya
semakin meningkat (Notoatmodjo, 2007). Umur seseorang merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh dalam keputusan untuk di vaksinasi COVID-19 (Reiter,
Pennell and Katz, 2020)

5. Faktor Jenis Kelamin

Jenis Kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara pria dan wanita sejak
lahir. Jenis kelamin berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, di mana laki-
laki menghasilkan sperma, sedangkan perempuan menghasilkan sel telur, dan
memiliki kemampuan fisik untuk menstruasi, hamil, dan menyusui (Suhardin, 2016).

26
Dalam penelitian Reiter, dkk (2020) yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa
lakilaki tidak bersedia untuk dilakukan vaksinasi dibandingkan perempuan (Reiter,
Pennell and Katz, 2020).

6. Faktor Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo, 2010 (dalam Purnamasari. I & Raharyani. A.E, 2020),


menyebutkan bahwa pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat persepsi seseorang. Dalam penelitian Moudy. J & Syakurah. R.A (2020),
menemukan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan dengan status kesehatan
seseorang (Moudy and Syakurah, 2020).

7. Faktor Agama/ Kepercayaan

Menurut Haviland (1996) dalam (Marzali, 2017) menyebutkan bahwa Agama


adalah model kepercayaan dan perilaku yang digunakan manumur untuk
menyelesaikan masalah yang mereka anggap penting.

8. Status Pernikahan

Status pernikahan ialah suatu status yang dikategorikan dalam bentuk belum
atau tidak kawin/ kawin dan cerai/ duda/ janda (Sarkenas, 2012). Orang yang
memiliki status pernikahan dan memiliki keluarga cenderung untuk mendengarkan
pendapat keluarga mereka tentang vaksin COVID-19 (Reiter, Pennell and Katz,
2020)

9. Tradisi

Tradisi merupakan semua perbuatan dan tingkah laku yang diungkapkan dari
cara berpikir, termasuk perasaan juga merupakan hal dari pikiran (Noorkasiani,
Heryati, Ismail, 2009)

10. Riwayat Penyakit Tidak Menular

27
Penyakit tidak menular merupakan salah satu jenis penyakit yang tidak bisa
ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui segala bentuk kontak apa pun.
Menurut Najmah, dkk (2015) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai riwayat
penyakit tidak menular ialah menderita Penyakit Jantung, Hipertensi, Kencing Manis,
Rematik, Kanker atau Tumor, Stroke, Kecelakaan Lalu Lintas dan Osteoporosi atau
Patah Tulang (Najmah, et al 2015)

11. Riwayat COVID-19

COVID-19 atau penyakit virus corona merupakan penyakit menular yang


disebabkan oleh virus corona, orang yang terinfeksi COVID-19 akan mengalami
gejala ringan hingga berat, riwayat COVID-19 ialah seseorang yang pernah terinfeksi
COVID-19 atau orang yang pernah menderita COVID-19 kemudian sembuh setelah
melakukan pengobatan atau akan sembuh tanpa penanganan yang khusus (Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)., 2020).

12. Status Ekonomi

Status ekonomi merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat dengan


melihat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dari orang tersebut (Damongilala,
Opod and Sinolungan, 2014). Status ekonomi seseorang merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi penerimaaan terhadap vaksin COVID-19, orang dengan
status ekonomi yang menengah dan tinggi bersedia untuk di vaksin. Namun, pada
orang dengan status ekonomi rendah masih ragu-ragu. Oleh karena itu Pemerintah
atau Instansi yang berwenang di Bidang Kesehatan Maysarakat untuk melaksanakan
kampanye vaksin COVID-19 gratis khususnya untuk masyarakat dengan status
ekonomi rendah (García and Cerda, 2020).

13. Kesediaan untuk divaksin

28
Kesedian masyarakat untuk melakukan vaksin COVID-19 dalam hal ini
dengan adanya dorongan oleh orang tua, toko masyarakat, perilaku teman sebaya
yang menjadi panutan (Purnomo and Gayatri, 2017).

14. Keamanan vaksin COVID-19

Keamanan Vaksin COVID-19, Menurut Sofiantin Yulia (2020) menyebutkan


bahwa vaksin yang dinyatakan aman jika tidak terdapat efek samping. Keamanan
vaksin bisa dilihat pada laporan uji klinis fase 1 dan 2. Jika bukti hasil uji klinis fase 1
dan 2 tidak baik, maka uji klinis fase 3 tidak dapat dilaksanakan. Mereka yang
mendapatkan vaksin COVID-19 jauh lebih sedikit untuk mengalami sakit
dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan vaksin plasebo (kosong) (Yulia
Sofiatin, 2020).

15. Dukungan keluraga

Friedman (2010) menuturkan sangat dibutuhkan dorongan dari keluarga maka


hal tersebut bermanfaat untuk menjaga stabilitas kesehatan didalam keluarga. Setelah
itu mengatakan dukungan keluarga seperti halnya isi hati, kehangatan, pesan-pesan,
dan motivasi ataupun singkronisasi persepsi dari suatu perkumpulan dari anggota
kelaurga ke anggota kelaurga yang lain sangatlah diperlukan. Terlebih lagi kelebihan
dari dukungan kelaurga dalam bidang kesehatan ialah guna manghimbau pada
penyembuhan anggota kelaurga agar keluarga yang mempunyai masalah pada
kesehatan dapat terpenuhi secara baik (Hastuti & Tyastuti, 2016). Dan menurut
(Setiabudi, 2019), dukungan keluarga adalah bentuk penguatan yang diberikan di
dalam keluarga berupa rasa emosional, memberikan informasi yang bermanfaat,
moral, dan juga dukungan instrumental atau finansial

16. Penyebaran informasi

Rachael Piltch-Loeb, et al (2021) meneliti efek dari channel informasi


terhadap penerimaan vaksin COVID-19. Penelitian ini didasari oleh realitas di mana

29
keraguan penduduk Amerika terhadap vaksin cenderung tinggi. Selain itu, miskin
formasi kesehatan masyarakat mengenai vaksin kerap terjadi di beberapa saluran
informasi. Beberapa di antaranya menyebarkan informasi yang salah. Oleh karena itu,
penelitian ini mengkarakterisasi penggunaan saluran informasi dan menentukan
hubungan penentuan saluran informasi dengan penerimaan vaksinasi. Temuan yang
diperoleh dari penelitian ini yakni saluran seperti TV nasional dan surat kabar
nasional serta lokal meningkatkan kemungkinan dari penerimaan vaksin. Masyarakat
yang cenderung mengakses media-media tersebut kemungkinan besar akan menerima
vaksinasi dibandingkan dengan mereka yang mengakses media sosial. Kendati
demikian, media sosial tentu memiliki peran dalam mengedukasi masyarakat yang
masih ragu dalam penerimaan vaksin. Sementara itu, saluran seperti TV nasional dan
surat kabar nasional serta lokal diharapkan terus mempromosikan vaksinasi sesuai
dengan data kepada khalayak mereka.

30
Keyakinan pada perilaku
Sikap terhadap
perilaku
Factor latar belakang Evaluasi pada perilaku
Factor personal
Sikap seseorang terhadap
sesuatu
Sifat kepribadian
Nilai hidup Keyakinan normatif Niat
Emosi Norma perilaku
Kecerdasan subjektif
Motivasi untuk patuh
Factor social
Umur jenis klamin
Etnis
Pendidikan
Agama
Factor informasi Keyakinan kontrol
Pengetahuan pengalan Sikap terhadap
Sikap
Ekspos pada media perilaku
Keyakinan yang dirasakan terhadap
perilaku

Gambar 2.1 Model teoritik dari Theory of Planned Behavior Ajzen (2005)

31
2.6 Kerangka Konsep
Theory of Planned Behavior (Ajzen, 2005) menjelaskan bahwa intensi
(niat) untuk melakukan sesuatu perilaku merupakan indikasi kecenderungan
individu untuk melakukan suatu perilaku. Dalam teori ini disebutkan bahwa niat
seseorang untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga domain perilaku yaitu sikap
seseorang terhadap perilaku tertentu, norma subjektif dan Kontrol perilaku. Tiga
domain perilaku dalam teori ini dipengaruhi oleh tiga faktor latar belakang yaitu
personal, sosial dan informasi. Faktor personal meliputi nilai hidup (values),
emosi dan kecerdasan. Faktor sosial antara lain umur, jenis kelamin, etnis,
pendidikan, penghasilan dan agama. Faktor informasi terdiri dari pengalaman,
pengetahuan dan eksposur media.
Pada kerangka konsep ini peneliti tidak memasukkan semua variabel yang
terdapat dalam kerangka teori, hal ini disebabkan bahwa faktor-faktor yang masuk
dalam kerangka konsep merupakan faktor-faktor yang secara langsung
mempengaruhi niat masyarakat melakukan vaksinasi dosis lengkap. Adapun
faktor yang diteliti yaitu:

Faktor Independent Factor Dependent

Umur

Pekerjaan

Riwayat Penyakit Sebelumnya


Minat Masyarakat Dalam
Sikap Petugas Pelayanan
Mengikuti Vaksinansi Covid-
kesehatan 19 Dosis Lengkap
Penyebaran Informasi
Dukungan Keluarga

Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian

32
BAB III
METODOLOGI

3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan


cross sectional study (potong silang) dimana pengumpulan data untuk jenis
penelitian ini, baik untuk variabel risiko atau sebab (independent variable)
maupun variabel akibat (dependent var iable) dilakukan secara bersama-sama atau
sekaligus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel
terikat (minat masyarakat dalam mengikuti vaksinasi) dengan variabel bebas
(umur, pekerjaan, fasilitas kesehatan, sikap petugas pelaynan kesehatan,
penyebaran informasi, dukungan keluarga Racangan penelitian ini sebagai
berikut :

Populasi/ sampel

Faktor resiko Faktor resiko -


+

Efek + Efek- Efek + Efek-

33
Gambar 3.1 Diagram rancangan penelitaian cross sectional study

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Oesapa kota


Kupang pada bulan november tahun 2022.

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang telah mengikuti


vaksiansi di wilayah puskesmas kota Kupang pada tahun 2020-2022 sebanyak
30.767 orang

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempresentasikan keadaan


populasi secara menyeluruh Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini
penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling
(pengambilan sampel secara acak), yakni pengambilan sampel secara acak tampa
memperhatikan strata yang ada dalam pengambilan populasi tersebut
Persyaratan umum yang dapat diikut sertakan di dalam penelitian disebut
kriteria inkuklusi, kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sample penelitian yang memenuhi syarat sebagai sample dalam
penelitian, Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Masyarkat yang berada pada wilayah kerja puskesmas Oesapa yang
berumur lebih dari 18 tahuun
2. Masyarakat yang bisa memahami kuisoner
3. Masyarakat yang bersedia menjadi responden penelitian
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, seperti
halnya adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau suatu keadaan

34
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian kriteria ekslusi dalam
penelitian ini adalah
1. Masyarkat yang berada pada wilayah kerja puskesmas oesapa tetapi tidak
tidak lengkap dalam mengisi juisoner
2. Tenaga Kesehatan puskesmas oesapa
Rumus yang digunakan untuk menuntukan jumlah sample dari populasi
dalam peneliti ini menggunakan rumus Isaac dan Michael dalam (Sugiyono,
2016). Sebagai berikut :

Keterangasn:
N = populasi
n = sampel
e = tingkat kesalahan sampel (sampling eror) 10%
Diketahui N= 456 orang dan e=10% atau 0,1, maka perhitungan besar sampelnya
adalah sebagai berikut.

= 100 sampel

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.

35
3.4 Definisi Operasional

Table 3. 1 Definisi Operasional

No Variabe Definisi Operasional Kriteria Objektif Alat Ukur Skala


1. Vaksinasi pemberian vaksin yang khusus diberikan 0 : lengkap :sudah mendapatkan : Kuesioner Nominal
lengkap dalam rangka meningkatkan kekebalan faksinasi buster 2
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit 1 : tidal lerngkap :belum sudah
dengan penerimaan vaksinasi boster yang mendapatkan faksinasi buster 2
kedua
1. Umur Jumlah tahun yang dihitung mulai dari 0: kurang dari 12-60 tahun Kuesioner Nominal
lahir sampai penelitian dilakukan 1: lebih dari 12-60+ tahun
Vaksin anak bisa diberikan
pada usia 12-17 tahun
Vaksin anak bisa diberikan
pada usia 18-60+ tahun
Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan secara rutin 0: Tidak bekerja Kuesioner Nominal
2. untuk mngahasulkan pengasilan. 1: Bekerja
2. Riwayat Riwayat oenyakit fisik maupun psikologis 0:Mempeunyai Riwayat Kuesioner Nominal
Penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya penyakit
Sebelumnya 1:Tidak mempunyai Riwayat
penyakit
4. Sikap Sikap yang ditunjukan dalam melakukan 0:Baik :penilayan masyarakat Kuesioner Nominal
petugas perawatan pasien saat mengunjungi tempat
pelayanan pelaynana kesehatan
kesehatan 1:Buruk :penilayan masyarakat
saat mengunjungi tempat

36
pelaynana kesehatan
5. Penyebaran Salah satu kegiatan khusus dari 0: Dapat mengkases informasi: Kuesioner Nominal
informasi komuniskasi untuk penyebaran informasi mendapatkan informsi
mengenai vaksin mengenai vaksinsi dari media
elektronik maupun non
elektronik
1;Tidak mengkses informasi :
tidak mendapatkan informsi
mengenai vaksinsi dari media
elektronik maupun non
elektronik

6. Dukungan Sikap, tindakan dan penerimaan terhadap 0; Mendapat dukungan kelurga : Kuesioner Nominal
keluarga tiap tiap anggota keluarga Mendapat dukungan kelurga
saat anggota keluarga mengikuti
vaksinasi
1; Tidak mendapat dukungan
keluarga: Mendapat dukungan
kelurga saat anggota keluarga
mengikuti vaksinasi

37
3.5 Jenis, Teknik, dan Instrumen Pengumpul Data

3.5.1 Jenis Data

1. Data Primer

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini ialah Data primer menurut
serakan (2011) menyebutkan bahwa data primer merupakan suatu data yang
diperoleh dari peneliti yang berkaitan dengan variable dan tujuan penelitian yang
ingin diteliti secara langsung. Data primer dalam penelitian ini bersumber dari
penyebaran kuisioner secara langsung mengunakan system dari rumah ke rumah
( door to door) data primer pada penelitian ini variable yang ingin diteliti ialah
variabel umur, pekerjaan, umur, pekerjaan fasilitas kesehatan, sikap petugas
pelayanan kesehatan, penyebaran informasi, dukungan keluarga.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait yaitu data
jumlah kasus covid 19 dan jumlah masyarakat yang telah mengikuti vaksinasi
covid 19 di kota Kupang.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu


dengan wawancara dengan mengunkan kuisoner dan Obsevasi.

3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah:


Dengan menggunakan Kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden
seperti umur, pekerjaan, umur, pekerjaan fasilitas kesehatan, sikap petugas
pelaynan kesehatan, penyebaran informasi, dukungan keluarga.
Pengisian kuisoner dilakukan oleh respomden dan pemberian skor dilakukan
dengan mengunkan kentetuan

38
1. Skor lima untuk jawaban “sangat setuju”
2. Skor empat diberikan untuk jawaban “setuju”
3. Skor tiga diberikan untuk jawaban “tidak setuju”
4. Skor dua diberkan untuk jawaban “sangat tidak setuju”
5. Skor satu diberikan untuk jawaban “tidak menjawab”

3.5.4 Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

1. Teknik Pengolahan Data

Setelah data di peroleh maka dilakukan pengolahan data dengan urutan


sebagai berikut :

1. Editing

Melakukan pemeriksaan terhadap jawaban pada kuesioner dan


memastikan bahwa semua variabel terisi.

2. Coding

Memberikan kode angka pada setiap variabel dalam kuesioner untuk


mempermudah proses entri dan pengolahan data engan komputer untuk
melakukan analisa data.

3. Entry

Memasukan data ke dalam sebuah file data yakni program software


statistik SPSS agar dapat dilakukan anilisa data.

4. Cleaning

Melakukan pengecekan ulang terhadap data yang di entry untuk


memastikan tidak ada kesalahan data kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.

39
2. Analisis Data

Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi dua tahap yaitu
analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase tiap variabel. Sedangkan analisis bivariat ilakukan untuk melihat
hubungan antar variabel independen dan dependen. Analisa bivariat dalam
penelitian ini untuk melihat hubungan antara variabel kategorik independen dan
variabel kategori dependen menggunakan tabel 2x2 dengan tingkat kepercayaan
pada penelitian ini sebesar 90% dengan nilai signifikan p-value= (0,05).
(Misnadin et al., 2016)
Jikaρ value >α (0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak
ada hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika ρ value ≤ α(0,05) maka Ho
ditolak dan Ha diterima berarti terdapat hubungan antara kedua variabel.
Adapun rumus dari uji Chi-Square (X2):
3 X 2 = ∑ (Oij-Eij)2
Eij
Keterangan:
Oij : Observed frequencies (nilai pengamatan)
Eij : Expected frequencies (nilai harapan)

3. Penyajian Data

Data diperoleh dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel disertai
dengan penjelasan atau narasi yang merupakan hasil dari analisa data.

40
3.6 Organisasi dan Personalia Penelitian

1. Pembimbing
Pembimbing I : Indriati A Tedju Hinga, SK.,M.Sc
Pembimbing II : Yuliana Radja Riwu, S.KM., M.Si
2. Peneliti
Nama : Andreas Ligori Dhena
Nim : 1701070341

3.7 Jadwal dan Rencana Anggaran Kegiatan Penelitian

3.7.1 Table 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Uraian/Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Bulan)


Des jau feb mar apr mei juni
1. Penyusunan dan
seminar usulan
penelitian.
2. Persiapan penelitian:
a. Perijinan Persiapan
bahan dan
alat/instrument
3. Pengumpulan data
4. Tabulasi data
5. Penulisan
laporan/Skripsi dan
seminar hasil
penelitian.
6. Revisi laporan/Skripsi.
7. Laporan akhir/Ujian
skripsi.

41
3.7.2 Table 3.3 Rencana Anggaran Penelitian

No Uraian Biaya
1. Penyusunan usulan penelitian Rp. 150.000
2. Seminar usulan penelitian Rp. 150.000
3. Transportasi Rp. 500.000
4 Pengumpulan data Rp. 500.000
5. Penyusunan laporan penelitian Rp. 150.000
6. Seminar hasil Rp. 150.000
7. Revisi hasil penelitian Rp. 100.000
8. Skripsi Rp. 150.000
Total Rp. 1.850.000

42
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. P., Nugroho, E. G. Z., Lattu, J. C., Potempu, I. R., & Swandana, D. A.
(2021). Persepsi Masyarakat terhadap Penerimaan Vaksinasi Covid-19: Literature
Review. Jurnal Keperawatan, 13(3), 569–580.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v13i3.1363
Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus.
(n.d.).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI
MASYARAKAT TENTANG VAKSINASI COVID 19 DI DESA MULYA
JAYA. (n.d.).
Ichsan, D. S., Hafid, F., Ramadhan, K., & Taqwin, T. (2021). Determinan
Kesediaan Masyarakat menerima Vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Tengah.
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan, 15(1), 1–11.
https://doi.org/10.33860/jik.v15i1.430
Kemenkes RI (2020a) ‘Keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.01.07/
MENKES/9860/2020’.
Kemenkes RI (2020b) ‘Situasi terkini Perkembangan Novel Coronavirus (Covid-
19)’.
Kemenkes RI Dirjen P2P (2020) ‘Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Kemenkes (2020c) Survei Penerimaan Vaksin Covid-19 di Indonesia.
Listyana.R dan Hartono.Y (2015) ‘Persepsi dan Sikap Masyarakat
Misnadin, I. W., Adu, A. A., & Hinga, I. A. T. (2016). Risk Factors Associated
with Prostate Hyperplasia at Prof. Dr. W.Z. Johannes Hospital. Indonesian Journal
of Medicine, 01(01), 50–57. https://doi.org/10.26911/theijmed.2016.01.01.07
Notoatmodjo, S. (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010)Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurislaminingsih, R. (2020) ‘Layanan Pengetahuan tentang Covid-19 di Lembaga
Informasi’, Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 4(1), p. 19.doi:
10.29240/tik.v4i1.1468.
Pedoman penulisan karya ilmia FKM 2021
Sibolga, D. K. (n.d.). Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Vaksin COVID-19 Dengan Kesediaan Melakukan Vaksin.
Sugiyono, Prof. Dr. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta, Bandung.

IX
Survey Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Adaptasi Kebiasaan Baru Serta
Penerimaan Vaksin COVID-19 oleh Masyarakat di Sumatera Utara (Laporan
Penelitian Lektor). (n.d.).
Tentang, M., Pada, V., Kelurahan, M. di, Kecamatan, F., Kota, M., Siti, K.,
Asyah, N., Ahmad, J., Henukh, D. M. S., Mindarsih, T., Program, D., Diii, S.,
Fakultas, K., Universitas, K., & Bangsa, C. (2022a). Penyuluhan Vaksinasi
Covid-19 Dalam Meningkatkan Prespektif Positif. In Jurnal Pengabdian
Masyarakat Al-Irsyad (Vol. 4, Issue 1).
Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri (2020) Pedoman Umum Menghadapi
Pandemi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah : Pencegahan, Pengendalian,
Diagnosis dan Manajemen.Kementeria. Jakarta. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.

LAMPIRAN

X
KUESIONER

LEMBAR PENJELASAN

Yth, saudara/i

saya, andreas l dhena, mahasiswa semester xi fakultas kesehatan

masyarakat universitas nusa cendana, saat ini sedang melakukan penelitian yang

berjudul “analisis faktor yang berhubungan tentang minat masyrakat dalam

mengikuti vaksinansi covid-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas oesapa

kota kupang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan

tentang minat masyrakat dalam mengikuti vaksinansi covid-19 dosis lengkap di

wilayah kerja puskesmas oesapa kota kupang

saya mengharapkan keikutsertaan, kerelaan dan kerjasama dari saudara/i

untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya dalam penelitian ini tanpa

paksaan dari pihak manapun. Jawaban yang saudara/i berikan hanya akan

digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk

maksud-maksud lainnya. Identitas saudara/i akan tetap dirahasiakan dan tidak

akan dipublikasikan. Keikutsertaan saudara/i dalam penelitian ini sangat saya

harapkan. demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan

saudara/i, saya mengucapkan terima kasih.

hormat saya,

andreas l dhena

Lembar pernyataan
Kesediaan menjadi responden dalam penelitian

XI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
No tlp/hp :

Setelah saya membaca dan mendapat penjelasan serta memahami

sepenuhnya tentang penelitian, “faktor yang berhubungan tentang minat

masyrakat dalam mengikuti vaksinansi covid-19 dosis lengkap di wilayah kerja

puskesmas oesapa kota kupang”. Maka dengan ini, saya secara suka rela dan

tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut. Demikian

surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperluhnya.

hormat saya

    

(………………..)
nama dan tanda tangan

Vaksin tahap berapa yang anda terima : 1,2,3,4.


No Pernyataan Ss S St Sts sko

XII
r
Umur
1 Umur merupakan penyebab seseorang untuk tidak melakukan vaksi

2 Seseorang yang berumur +60 tidak boleh melakukan vaksinasi


3 Vaksinasi harus memperhatikan umur pasien saat melakukan vaksinasi

4 Umur 60 tidak cocok dalam mengikuti vaksinasi


Pekerjaan
1 Pekerjaan merukan alasan saya untuk tidak mengikuti vaksinasi

2 Tidak mengikuti vakasunasi dengan alasan pekerjaan adalah hal yang


benar
3 Perkerjaan saya tidak harus mewajibkan saya dalam mengikuti
vkasinasi dosis lengkap
4 Waktu senggan dalam pekerjan saya terbatas sehingga saya tidak bisa
mengikuti vaksinasi
Riwayat penyakit
1 Mengkiti vaksinasi dengan mempunyai riwayat penyakit bawan adalah
hal berbahaya
2 Riwayat penyaki merupakan alasan saya untuk tidak mengikuti
faksiansi
3 Jika seseorang mengikuti vakasinasi dengan memiliki riwayat penyakit
bawaan maka penyakit bawaannya akan kambuh
4 Vaksinasi dengan memiliki riwayat penyakit bawan adalah hal
berbahaya
Sikap petugas kesehtan
1 Sikap petugas kesehatan mempengaruhi seseorang dalam mengikuti
vaksinasi
2 Sikap petugas pelayanaan kesehatan yang baik akan membuat saya
mengikuti vaksinasi dosisi lengkap
3 Pelayanan vakasinasi di daerah saya tidak baik sehinga saya engan
mengikuti vaksinasi
4 Sikap penyanan kesehatan cendrung buruk saat saya melakukan
vaksinasi

Penyebaran informasi
1 Informasi vaksinasi dapat diakses dengan mudah sehingga saya mau
melakukan vaksinasi dosis lengkap

XIII
2 Informasi yang saya dapat membuat saya ingin melakukan vaksinasi

3 Informasi vaksinasi cendrung ditutupi saat saya ingin melakukan


vaksinasi
4 Saya tidak mempercayai informasi tentang vaksinasi yang beredar

Dujungan keluarga
1 Keluarga merupakan alasan saya mengikuti vaksinasi
2 Keluarga adalah hal terpenting dalam tidakan saya untuk melakukan
vaksinasi
3 Keluarga saya mendukung saya melakukan vaksinasi
4 Keluarga saya tidak mendukung saya dalam melaukukanvaksinasi

Skorr kurang dari 10 : minat akan vaksinasi kurang


Skor lebih dari 10 : minat dari vaksinbasi tinggi

XIV

Anda mungkin juga menyukai