1. Format penulisan nama pebimbing (ganti spasi, dengan 1 spasi tampa menggunakan
garis bawah)
2. Penulisan kata sambung pada awal kalimat (pada bab 1 bab 2 dan bab 3)
3. Nama pembimbing 1 (kesalah dalam penulisan pembimbing 1 dengan nama ibu Dr.
Imelda F. E. Manurung S.KM., M Kes sebenarnya ibu Indriati A. Tedju Hinga, SK.,
M. Sc)
4. Penulisan nama orang dalam kutipan jurnal (harus sesuai dengan buku panduan
penulisan skripsi FKM pada pont lima dengan contoh:
5. Penulisan referensi dan rujukan dalam naskah diletakkan pada akhir kalimat
kutipan referensi yang dibatasi dengan penggunaan tanda kurung. Dalam
penulisannya dicantumkan secara berurutan nama dan tahun penerbitan yang
dipisahkan oleh tanda koma dan dicetak miring. Sebagai contoh: “Data tersebut mirip
dengan hasil yang diperoleh Rahel dalam penelitiannya di Wilayah kerja Puskesmas
Alak pada tahun 2022 (Rahel, 2022)”.
5. Perbaikan penulisan pada awal kalimat harus menggunakan huruf besar
6. Perbaikan penulisan tidak menggunkan kata sambung pada awal kalimat
7. Perbaikan Perubahan Spasi dan dan penomoran sesuai pedoman penulisan skripsi
FKM
8. Perbaikan Kesalah dalam penempatan factor dependen dan independent
9. Perbaikan Penambahan diagram pengambaran penelitaian Cross sectiona study
10. Perbaikan Kesalahan dalam penggunaan tanda kurung dalam keterangan kerangka
konsep penelitain
11. Perbaikan dalam perubahan deskripsi oprasional pada bagian kriteria objektif
dirapikan dan penambahan alasan dari pengunaan kriteria yang diambil
USULAN PENELITIAN
Oleh
Andreas Ligori Dhena
1707010341
B
USULAN PENELITIAN
Oleh
Andreas Ligori Dhena
1707010341
Usulan penelitian ini dengan judul : Analisis factor yang berhubungan tentang minat
mahaisiwa dalam mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja
puskesmas Oesapa Kota Kupang, atas nama: Andreas ligori dhena, NIM:
1707010341 telah disetujui untuk diajukan dalam Seminar Usulan Penelitian
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Nusa Cendana.
II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas segala anugerah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian
dengan judul “analisis faktor yang berhubungan tentang minat masyrakat dalam
mengikuti vaksinansi covid-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas oesapa
kota kupang”.
Penyusunan usulan penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Indriati A Tedju Hinga, SK.,M.Sc selaku Pembimbing I, ibu Yuliana Radja
III
Riwu, S.KM., M.Si sebagai pembimbing II, ibu christina R. Nayoan, S.KM.,
M.PH.,Ph.D sebagai penguji yang memberikan arahan, petunjuk serta saran dalam
perbaikan dan penulisan usulan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan limpah
terima kasih kepada:
1. Prof. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Nusa Cendana
2. Bapak Mustakim Sahdan, SKM., M.Kes, selaku Koordinator Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
3. Bapak Dr Muntasir, S.Si.,Apt., M Kes. selaku dosen penasihat akademik yang
selalu setia memberikan nasihat dan arahan kepada penulis selama menempuh
pendidikan perkuliahan
4. Bapak yoss dan Mama nona tercinta, kakak mario palenga, kakak agung
siarai, ade elis lali pora serta seluruh keluarga yang selalu mendukung saya selama
pengerjaan usulan penelitian ini
5. Rekan-rekan mahasiswa kelas B tahun 2017 yang selalu memberikan
semangat dan dukungan
6. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan usulan penelitian ini,
baik langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran, kritik dalam
penyempurnaan usulan penelitian ini.
Penulis
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN
USULAN PENELITIAN................................................................................................i
USULAN PENELITIAN................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN...............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
V
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan penelitian 5
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5
1.3 Manfaat Penelitian 6
1.3.1 Manfaat Praktis 6
1.3.2 Manfaat Teoritis 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................7
2.1 COVID-19 7
2.1.1 Coronavirus 7
2.1.2 Varian COVID-19 8
2.1.3 Gejala Klinis COVID-19 13
2.1.4 Mekanisme Penularan COVID-19 14
2.1.5 Pencegahan 14
2.2 Vaksin COVID 19 16
2.2.1 Pengertian Vaksinasi 16
2.2.2 Tahapan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 16
2.2.3 Jenis vaksin COVID-19 17
2.4 Kejadiaan Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) 19
2.3 Teori Perilaku 19
2.4 Niat ( Intention) 23
2.5 Variable 24
2.6 Kerangka Konsep 31
BAB III METODOLOGI............................................................................................32
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian 32
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 32
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian 32
3.4 Definisi Operasional 34
3.5 Jenis, Teknik, dan Instrumen Pengumpul Data 35
3.5.1 Jenis Data 35
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data 35
3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data 35
3.5.4 Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data 36
3.6 Organisasi dan Personalia Penelitian 37
3.7 Jadwal dan Rencana Anggaran Kegiatan Penelitian 38
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................ix
VI
DAFTAR TABEL
VII
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model teoritik dari Theory of Planned Behavior Ajzen (2005)..........................32
Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian.................................................................................33
Gambar 3.1 Diagram rancangan penelitaian cross sectional study.........................................34
VIII
DAFTAR SINGKATAN
IX
TRA : Theory Of Reasoned Action
TPB : Theory Of Planned Behavior
UNISEF : United National International Children’s Emergency
WHO : World Health Organization
X
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kemenkes (2020), terkait
survei penerimaan vaksin COVID-19. Di mana sekitar 74% responden mengaku
sedikit banyak tahu rencana pemerintah untuk melaksanakan vaksinasi COVID-19
secara nasional, sekitar 65% responden menyatakan bersedia menerima vaksin
COVID-19 jika disediakan pemerintah, sedangkan 8% diantaranya menolak 27%
sisanya menyatakan ragu-ragu dengan rencana pemerintah untuk mendistribusikan
vaksin COVID-19.
Solusi vaksinasi ini kembali menimbulkan kontroversi bagi sebagian orang.
Pertama, karena adanya keraguan pengembangan vaksin, dikarenakan waktu
pengembangan vaksin cukup singkat, sekitar satu tahun, berbeda dengan vaksin lain
yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Kedua menimbulkan kekhawatiran
masyarakat tentang efek samping atau dampak vaksin COVID-19 yang
pengembangannya terbilang singkat. Ketiga masalah keagaman apakah vaksin yang
diberikan terdapat zat yang dilarang oleh penganut keyakinan tertentu yang ada di
Indonesia, kendala yang timbul akan mempengaruhi presepsi dan sikap masyarakat
dalam mengikuti program vaksinasi.
Persepsi dan sikap masyarakat menjadi tolak ukur kesadaran masyarakat.
Upaya promotif dan preventif dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dalam
meningkatkan Persepsi dan sikap masyarakat akan minat masyarakat untuk
melakukan vaksinasi. Hal ini didukung dengan perkembangan akses informasi dan
kenyamanan mendapatkan informasi. Penyebaran informasi yang salah memengaruhi
persepsi masyarakat terhadap vaksin COVID-19 dan memengaruhi minat masyarakat
untuk mengambil tindakan dan berperilaku.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indonesian technocal
advisory group on immunization ITAGI (2020), kementrian kesehatan, WHO dan
UNICEF Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi,
pemahaman, dan pandangan masyarakat tentang vaksinasi COVID-19. Provinsi
Papua, Jawa dan Kalimantan merupakan provinsi dengan tingkat penerimaan vaksin
paling tinggi sebesar 75%. Sedangkan provinsi Aceh, Sumatera, Sulawesi dan
2
Maluku merupakan provinsi dengan tingkat penerimaan vaksin paling rendah.
Penelitian dilakukan secara acak terhadap responden yang memiliki umur 22-25
tahun yaitu sekitar 45,1% orang yang menerima untuk divaksin. Secara umum
masyarakat yang menolak untuk divaksin sekitar 30% menanyakan bagaimana
keamanan vaksin 13%, meragukan efektivitas vaksin 12%, khawatir jika vaksin dapat
menimbulkan rasa nyeri, demam, dan lainnya 6% dan 8% takut vaksin karena hal
keagamaan.
Saat penelitian ini dibuat vaksinasi COVID-19 telah masuk pada tahap tiga.
dari data kemenkes, hingga 12 Februari 2022, vaksinasi COVID-19 dosis satu telah
diberikan pada 188.168.743 orang. Sedangkan, vaksinasi dosis kedua telah diberikan
pada 135.537.713 orang. diperlukan upaya untuk segera melengkapi vaksinasi primer
bagi masyarakat yang belum mendapatkan dosis kedua dan sebanyak 2,5 juta
masyarakat Indonesia belum menerima vaksin dosis ke dua selama lebih dari enam
bulan, hal ini mengakibatkan terhabatnya tujuan vaksinanasi untuk mencapai
mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) yang maksimal
dikarenakan vaksinasi yang evektif harus dilakukan dalam waktu enam bulan masa
peneriman vaksin.
Kemenkes mencatat sudah ada 1,090 pasien meninggal pada masa varian
Omicron yang mendominasi kasus COVID-19 di Indonesia. Dari 1.090 pasien yang
meninggal diketahui 68% di antaranya belum divaksinasi lengkap. sedangkan
vaksinasi lengkap dua dosis, menjadi salah satu upaya pencegah pasien untuk
penderita gejala berat.
Menurut kemenkes pertanggal 28 Agustus 2022 total vaksinasi COVID-19 di
Indonesia dosis satu mencapai 202.103.683 (97,04%), dosis dua mencapai
169.719.432 (81,49%), dan dosis tiga mencapai 53,891,018 (25,88%) Nusa Tenggara
Timur (NTT) berada pada peringkat 16 dalam pencapaian vaksinasi dosis satu, dan
berada pada peringkat 24 dalam vaksinasi dosis dua dari 34 provinsi. Kota Kupang
merupakan wilayah di provinsi NTT yang memiliki distribusi vaksinasi dosis satu,
3
dua dan tiga yang kurang merata, dari distribuasi vaksinasi dosis satu kota Kupang
mencapai 94,77%, dosisi dua mencapai 71,90% dan dosis tiga mencapai 11,03 %.
Penelitian tentang penyuluhan vaksinasi COVID-19 dalam meningkatkan
prespektif positif masyarakat tentang vaksinasi pada masyarakat di kelurahan Fatukoa
kecamatan Maulafa kota Kupang 2021 (Nur,2021) menyebutkan bahwa kondisi
masyarakat RT 12 RW 04 mengerti pentingnya vaksinasi COVID-19 karena masih
banyak berita negatif tentang vaksinasi COVID-19 yang beredar dimasyarakat di
temukan persepsi negatif tentang vaksin COVID-19 diantaranya bahwa masyarakat
mempercayai vaksin COVID-19 mengandung bahan yang berbahaya dan
mengakibatkan masalah kesehatan, COVID-19 sudah tidak ada lagi sehingga tidak
perlu mengikuti program vaksinasi, Selain itu kurangnya pengetahuan tentang vaksin
COVID-19 karena belum pernah mendapatkan informasi secara langsung juga
menambah keengganan masyarakat untuk divaksin.
Data vaksinasi dinas kesehatan kota Kupang pertanggal 05 November 2022
pencapaian dosis satu mencapai 355.997 (95.32%) orang, dosis dua mencapai
285.861 (76,54%) orang, dosis tiga mencapai 89.903 (35,43%) orang
Data capaian vaksin puskesmas Oesapa perbulan Agustus tahun 2021
vaksinasi yang dilakukan di puskesmas Oesapa pada dosis satu sebanyak 17.456
orang dosis dua sebanyak 1.4567 orang dan dosis tiga sebanyak 543 orang dan
capaian vaksinasi COVID-19 bulan Juni 2022 dosis satu sebanyak 5.165 orang dosisi
dua sebanyak 7.550 orang.
pencapaian vaksinasi di kota Kupang khususnya wilayah kerja puskesmas
Oesapa kurang merata hal ini mendorong peneliti melakukan penelitian mengenai
faktor apa saja yang mempengaruhi minat masyarakat dalam mengikuti vaksinansi
COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas Oesapa Kota Kupang.
4
1.2 Rumusan Masalah
5
5. Menganalisis hubungan antara penyebaran informasi dengan minat
masyarakat dalam mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah
kerja puskesmas Oesapa kota Kupang.
6. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan minat masyarakat dalam
mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas
Oesapa Kota Kupang.
Bagi dinas kesehatan kota Kupang penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
masukan informasi dalam menyusun kebijakan dan strategi program kesehatan untuk
menanggulangi masalah terkait faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat
dalam mengikuti vaksinansi COVID-19 dosis lengkap di wilayah kerja puskesmas
Oesapa kota Kupang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 COVID-19
1. Varian Alfa
COVID-19 varian Alfa diketahui lebih menular dan menyebar karena mampu
menembus sistem kekebalan tubuh manusia. Sejak April 2021 varian ini menjadi
salah satu varian virus Corona dominan di Amerika Serikat dan Inggris.
Laporan kasus menunjukkan bahwa pasien COVID-19 yang terinfeksi virus
Corona varian Alfa bisa mengalami gejala lebih parah. Orang yang telah menerima
vaksin COVID-19, gejala infeksi virus Corona varian Alfa umumnya lebih ringan.
1) Kode varian: B. 1.1.7
2) Kasus pertama kali ditemukan: Inggris, September 2020
7
3) Tingkat penularan virus: 43–90% lebih mudah menular dari virus Corona
sebelumnya
4) Tingkat keparahan infeksi: lebih berpotensi menimbulkan gejala berat dan
risiko peningkatan risiko rawat inap dari virus Corona jenis awal
2. Varian Beta
COVID-19 varian Beta diketahui mudah menular antar manusia gejala infeksi
virus Corona varian Beta umumnya mirip dengan gejala COVID-19 secara umum,
tetapi COVID-19 varian Beta diketahui lebih kebal terhadap beberapa jenis
pengobatan. Penelitian yang dilakukan oleh WHO 2021 menunjukkan gejala COVID-
19 varian Beta cenderung lebih ringan pada orang yang telah mendapatkan vaksin
COVID-19, seperti vaksin Sinovac, Pfizer, dan Moderna.
1) Kode varian: B. 1.351
2) Kasus pertama kali ditemukan: Afrika Selatan, Mei 2020
3) Tingkat keparahan infeksi: lebih berisiko menimbulkan COVID-19 gejala
berat
3. Varian Gamma
COVID-19 varian Gamma pertama kali ditemukan di Brazil dan Jepang. virus
Corona varian Gamma diketahui dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan
varian lain, seperti varian Beta, efektivitas vaksin COVID-19 terhadap varian Gamma
masih belum diketahui dengan jelas dan terus diteliti.
1) Kode varian: P. 1
2) Kasus pertama kali ditemukan: Brazil, November 2020
3) Tingkat keparahan infeksi: lebih kebal terhadap pengobatan COVID-19
4. Varian Delta
Varian Delta dari virus Corona adalah varian paling mudah menular dan
menyebar dengan cepat, kasus hingga Juni 2021, infeksi varian Delta menyebar ke 74
8
negara dan menjadi varian dominan di India dan Inggris. Infeksi virus Corona varian
Delta diketahui lebih sering ditemukan pada orang dewasa muda. Di Inggris,
penelitian menemukan bahwa anak-anak dan orang dewasa di bawah umur 50 tahun
hampir tiga kali lebih berisiko untuk terinfeksi varian ini.
Penyebab mengapa virus Corona varian Delta sangat cepat menyebar dan
lebih berbahaya masih belum diketahui. Penelitian menunjukkan ada dua
kemungkinan, yaitu virus Corona varian Delta lebih cepat berkembang biak dan lebih
mudah memasuki tubuh serta kuat melawan sel tubuh manumur. Penelitian sejauh ini
menunjukkan bahwa vaksin COVID-19, seperti vaksin Astrazenca dan vaksin Pfizer,
dinilai mampu memberikan perlindungan hingga sekitar 60–79% terhadap varian
Delta dengan dosis pemberian penuh sebanyak 2 dosis.
1) Kode varian: B.1.617.2
2) Kasus pertama kali ditemukan: India, Oktober 2020
3) Tingkat penularan virus: 30–100% lebih mudah menular dari varian Alfa
4) Tingkat keparahan infeksi: potensi peningkatan risiko dibutuhkannya rawat
inap hampir dua kali lipat dari varian Alfa
5. Varian Lambda
9
2) Kasus pertama kali ditemukan: Peru, Desember 2020
6. Varian Kappa
7. Varian Mu
10
napas, dan kehilangan penciuman atau anosmia. Beberapa orang juga dilaporkan
menderita gejala ringan saat terinfeksi virus Corona varian Mu.
1) Kode varian: B.1.621.
2) Kasus pertama kali ditemukan: Januari 2021 di Kolombia
8. Varian Omicron
Kode varian: B.1.1.529, kasus pertama kali varian Omicron ditemukan Maret
2021 di Afrika, varian Omicron telah ditetapkan oleh WHO ke dalam varian yang
perlu diwaspadai (VOI) karena tingkat penularan yang cepat, varian Omicron
memiliki tingkat mutasi yang tinggi sehingga bisa berdampak terhadap karakteristik
virus, termasuk tingkat penularan virus dan keparahan penyakit yang ditimbulkan.
Sub varian terakhir yang ditemukan adalah sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 yang
juga sudah terdeteksi di beberapa daerah di Indonesia. Gejala COVID-19 varian
Omicron tidak berbeda dengan gejala COVID-19 pada umumnya, yaitu:
1) Demam batuk
2) Sakit tenggorokan
3) Sakit kepala
4) Nyeri otot
5) Mudah lelah
6) Diare
7) Kehilangan indra penciuman (anosmia) atau perasa (ageumur)
Tingkat penularan virus dan keparahan penyakit akibat infeksi COVID-19
varian Omicron masih diteliti. Data rawat inap rumah sakit di Afrika selatan
menunjukkan ada peningkatan kasus COVID-19 dan pasien rawat inap di Afrika
Selatan bertambah seiring dengan menyebarnya varian Omicron, varian ini cenderung
menyebabkan gejala yang ringan. Data klinis lainnya, varian Omicron turut diduga
meningkatkan kejadian infeksi berulang. Artinya, orang yang sebelumnya pernah
terinfeksi virus Corona varian, lebih berisiko terinfeksi ulang dengan varian
Omicron.
11
9. Varian Eta
Varian Eta memiliki kode varian B.1.525, dengan kasus pertama ditemukan
pada Desember 2020 di Inggris Raya, Nigeria, WHO menggolongkan Eta sebagai
VoI. Di mana gejala-gejala yang diketahui merupakan ciri infeksi virus corona varian
Eta yakni sebagai berikut.
1) Suhu tinggi
2) Batuk terus menerus
3) hilangan atau perubahan pada indra pengecapan dan penciuman
Menurut (Kemenkes RI, 2020), Gejala dan tanda umum infeksi COVID-19
meliputi:
1. Gejala gangguan pernapasan akut, seperti demam, suhu puncak > 38° C,
batuk, bersin, dan sesak napas.
2. Masa inkubasi lima-enam hari, dan masa inkubasi terlama adalah 14 hari.
3. Dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
12
4. Tingkat keparahan dipengaruhi oleh daya tahan, umur dan penyakit yang
sudah ada sebelumnya (komorbiditas), seperti hipertensi, diabetes, asma, dll.
5. Pada kebanyakan kasus, tanda dan gejala klinis yang dilaporkan adalah
demam, pada beberapa kasus dapat terjadi kesulitan bernafas, pada
pemeriksaan X-ray didapatkan infiltrasi pneumonia yang luas pada kedua
paru.
2.1.5 Pencegahan
13
hidung dan mulut dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke
tempat sampah, pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan
melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker, menjaga jarak (minimal 1
m) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan. Beberapa langkah
pencegahan yang direkomendasikan oleh WHO yaitu:
1. Secara teratur dan menyeluruh bersihkan tangan dengan usapan alkohol
(alcohol rub) atau cuci dengan sabun dan air. Mencuci tangan dengan sabun
dan air atau menggunakan alcohol rub membunuh virus yang mungkin ada
ditangan.
2. Menjaga jarak setidaknya 1meter antar individu. Ketika seseorang batuk,
bersin, atau berbicara, droplet disemprotkan dari hidung atau mulut yang
mungkin mengandung virus. Jika terlalu dekat, droplet tersebut dapat terhirup,
termasuk virus COVID-19 didalamnya
3. Hindari pergi ke tempat yang ramai di mana orang-orang berkumpul bersama,
kita lebih mungkin untuk melakukan kontak dengan seseorang yang terjangkit
COVID-19 dan lebih sulit untuk menjaga jarak fisik 1 meter.
4. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Tangan menyentuh banyak
permukaan dan secara tidak sengaja virus dapat melekat kepadanya. Setelah
terkontaminasi, tangan dapat memindahkan virus ke mata, hidung, atau mulut.
Dari poin tersebut, virus dapat masuk ke tubuh dan menginfeksi.
5. Pastikan mengikuti kebersihan pernapasan yang baik, seperti menutupi mulut
dan hidung dengan siku saat batuk atau bersin, kemudian segera buang tisu
bekas (jika digunakan) dan cuci tangan. Dengan mengikuti kebersihan
pernapasan yang baik, kita melindungi orang-orang sekitar dari virus.
6. Tetap di rumah dan isolasi diri. Jika harus meninggalkan rumah,
menggunakan masker untuk menghindari kontak dengan orang lain.
Menghindari kontak dengan orang lain melindungi kita dan orang lain dari
kemungkinan terjangkit COVID-19.
14
7. Jika mengalami demam, batuk, dan sulit bernapas, cari bantuan medis, tetapi
dianjurkan untuk menelepon terlebih dahulu jika memungkinkan dan ikuti
petunjuk dari otoritas kesehatan setempat. Menelepon terlebih dahulu
memungkinkan penyedia layanan kesehatan dengan cepat mengarahkan ke
fasilitas kesehatan yang tepat. Hal ini juga melindungi dan membantu
mencegah penyebaran virus.
8. Senantiasa mencari informasi terbaru dari sumber terpercaya, seperti dari
laman situs WHO atau otoritas kesehatan lokal dan nasional. Otoritas lokal
dan nasional paling baik ditempatkan untuk memberi nasihat tentang yang
harus dilakukan orang di setiap daerah.
Vaksinasi adalah proses di dalam tubuh, dimana seseorang menjadi kebal atau
terlindungi dari suatu penyakit sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan, biasanya dengan
pemberian vaksin. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme atau bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah
sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Vaksin adalah cara sederhana, aman, dan efektif untuk melindungi orang dari
penyakit sebelum terpapar. Vaksin melatih sistem kekebalan untuk membuat
antibodi, sama seperti ketika terpapar penyakit. Vaksin mengandung mikroorganisme
yang mati atau dilemahkan seperti virus atau bakteri, vaksin tidak menyebabkan
penyakit. Kebanyakan vaksin diberikan melalui suntikan, namun ada juga yang
diberikan secara oral (melalui mulut).
15
2.2.2 Tahapan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19
1. Tahap satu
2. Tahap dua
3. Tahap tiga
4. Tahap empat
16
pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin. Pentahapan dan penetapan
kelompok prioritas penerima vaksin dilakukan dengan memperhatikan Roadmap
WHO strategic advisory group of experts on immunization (SAGE) serta kajian dari
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (indonesian technical advisory group)
Vaksin merah putih tersebut merupakan hasil kerjasama BUMN PT Bio farma
(Persero) dengan Lembaga Eijkman. Pemerintah berharap vaksin merah putih selesai
pada akhir 2021. Bio farma juga bekerja sama dengan perusahaan vaksin China
Sinovac Biotech.
2. Astra zeneca
Astra zeneca Pengujian yang dilakukan oleh Astra zeneca dan Oxford
University menunjukkan bahwa efisiensi rata-rata produksi vaksin virus corona
adalah 70%. Saat ini, uji coba masih berlanjut pada 20.000 relawan. Vaksin Astra
Zeneca dianggap mudah untuk dikeluarkan karena tidak perlu disimpan pada suhu
yang sangat dingin.
3. Sinopharm
17
benar sukses, itu hanya digunakan untuk pejabat China, pekerja keliling dan pelajar.
Pada September 2020, Uni Emirat Arab adalah negara pertama di luar China yang
menyetujui penggunaan vaksin tersebut.
4. Moderna
18
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. Umumnya tidak ada perbedaan
mendasar KIPI vaksin COVID-19, Vaksin memicu kekebalan tubuh dengan
menyebabkan sistem kekebalan tubuh penerima bereaksi terhadap antigen yang
terkandung dalam vaksin. Reaksi lokal dan sistemik seperti nyeri pada tempat
suntikan atau demam dapat terjadi sebagai bagian dari respons imun. Komponen
vaksin lainnya (misalnya bahan pembantu, penstabilan, dan pengawet) juga dapat
memicu reaksi.
Vaksin yang berkualitas adalah vaksin yang menimbulkan reaksi ringan
seminimal mungkin namun tetap memicu respons imun terbaik. Frekuensi terjadinya
reaksi ringan vaksin ditentukan oleh jenis vaksin. Vaksin yang digunakan dalam
program vaksin COVID-19 ini masih termasuk vaksin baru sehingga untuk menilai
keamanannya perlu dilakukan surveilans pasif Kejadian Ikutan Paska Imunisasi
(KIPI) dan surveilans aktif Kejadian Ikutan dengan Perhatian Khusus (KIPK).
Beberapa vaksin COVID-19 dapat memunculkan KIPI, beberapa gejala yang dapat
dirasakan seperti pusing, mual, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), nyeri
ditempat suntikan, kelelahan, malaise (rasa tidak nyaman dan kurang enak badan),
dan demam .
19
Theory of Planned Behavior adalah teori yang meramalkan pertimbangan
perilaku karena perilaku dapat dipertimbangkan dan direncanakan. Teori ini berguna
untuk memperbaiki daya prediksi dari teori tindakan beralasan dengan memasukkan
kontrol perilaku yang dirasakan. Ini adalah salah satu teori persuasi yang paling
prediktif. Ini telah diterapkan pada studi tentang hubungan antara keyakinan, sikap,
perilaku niat dan perilaku dalam berbagai bidang seperti periklanan, public relations,
kampanye iklan, dan kesehatan.
Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manumur adalah
makhluk yang rasional dan menggunakan informasiinformasi yang mungkin baginya,
secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka
memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.
Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap
perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah
intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah
kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif.
Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku,
evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan- kepercayaan normatif
dan motivasi untuk patuh.
TPB menjelaskan ada 3 faktor utama yang mempengaruhi niat seseorang
dalam berperilaku. Tiga faktor ini adalah attitude toward the behavior (sikap terhadap
perilaku), subjective norm (norma subjektif) dan perceived behavioral control
(persepsi pengendalian perilaku).
Sikap seseorang tergantung pada persepsinya terhadap hasil suatu perilaku.
Jika seseorang memiliki persepsi bahwa suatu perilaku akan memiliki hasil yang
positif maka orang tersebut akan bersikap positif terhadap perilaku tersebut, begitu
sebaliknya. Norma subjektif seseorang lebih dipengaruhi oleh pandangan orang lain
terhadap suatu perilaku. Jika orang lain memandang suatu perilaku merupakan hal
yang positif maka seseorang tersebut akan termotivasi untuk memenuhi harapan
20
orang lain tersebut maka inilah yang disebut norma subjektif positif dan begitu
sebaliknya.
Perceived behavioral control menunjuk suatu derajat dimana seorang individu
merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku adalah berada di bawah
pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat
untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki
sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang
positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan
menyetujuinya. Perceived behavioral control dapat mempengaruhi perilaku secara
langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur langsung dari Perceived
behavioral control ke perilaku diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan antara
persepsi mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku.
Faktor utama dalam TPB adalah niat seseorang untuk berperilaku. Niat
merupakan indikasi dari keinginan seseorang untuk mencoba, seberapa besar upaya
yang dikerahkan untuk melakukan suatu perilaku. Semakin kuat niat seseorang untuk
berperilaku semakin besar kemungkinan perilaku dapat diwujudkan.
TPB berasal dari asusmsi bahwa manumur akan berperilaku berdasrkan akal
sehat mereka, manumur menyerap informasi baik secara implisit ataupun eksplisit,
manumur akan memprtimbangkan implikasi dari perbuatan mereka. Dalam TPB ada
3 determinan yang dimiliki oleh perilaku yaitu faktor personal, faktor sosial dan
faktor isu Kontrol.
Menurut Ajzen (2005) dalam Neila Ramadhani (2008) Model teoritik dari
Theory of Planned Behavior (Perilaku yang direncanakan) mengandung berbagai
variabel yaitu :
Latar belakang (background factors), seperti umur, jenis kelamin, suku, status
sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan mempengaruhi sikap
dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang pada dasarnya
21
adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model Kurt Lewin
dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Di dalam kategori ini Ajzen
memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni Personal, Sosial, dan Informasi. Faktor
personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian
(personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya.
Faktor sosial antara lain adalah umur, jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan,
penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan
ekspose pada media.
Keyakinan Perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang diyakini oleh
individu mengenai sebuah perilaku dari segi 53 positif dan negatif, sikap terhadap
perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku,
dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut.
22
comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi
pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak. (Tentang et al.,
2022b)
7. Niat (Intention)
23
dan sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia
mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.
Ajzen (2005) mengartikan niat sebagai disposisi tingkah laku yang hingga
terdapat waktu dan kesempatan yang tepat akan diwujudkan dalam bentuk tindakan.
Wijaya (2008) menyatakan intensi adalah kesungguhan niat dari seseorang untuk
melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu. Niat menunjukkan
seberapa keras seseorang berani mencoba (Dharmmesta, 1998).
2.5 Variable
1. Persepsi
24
memahami protokol kesehatan untuk mencegah COVID-19 (Mourine V. Lomboan,
Adisti A. Rumayar, 2020). Menurut Kementerian Kesehatan (2020), masyarakat
sudah banyak tahu tentang rencana pemerintah untuk melakukan vaksinasi COVID-
19. Tingkat penerimaan vaksin COVID-19 terlihat dari hasil survey pada bulan
Oktober 2020 tentang persepsi terhadap vaksin COVID-19, bahwa masyarakat
menerima adanya vaksinasi COVID-19 sebanyak (64,8%), menolak semua jenis
vaksin (7,6%) (Kemenkes, 2020c)
2. Pengetahuan
25
menambah pengetahuan masyarakat mengenai vaksin COVID-19 serta pentingnya
penggunaan masker pada saat keluar rumah bagi tenaga kesehatan maupun
nonkesehatan (Liang et al., 2020).
3. Faktor Pendidikan
4. Faktor Umur
Jenis Kelamin mengacu pada perbedaan biologis antara pria dan wanita sejak
lahir. Jenis kelamin berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, di mana laki-
laki menghasilkan sperma, sedangkan perempuan menghasilkan sel telur, dan
memiliki kemampuan fisik untuk menstruasi, hamil, dan menyusui (Suhardin, 2016).
26
Dalam penelitian Reiter, dkk (2020) yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa
lakilaki tidak bersedia untuk dilakukan vaksinasi dibandingkan perempuan (Reiter,
Pennell and Katz, 2020).
6. Faktor Pekerjaan
8. Status Pernikahan
Status pernikahan ialah suatu status yang dikategorikan dalam bentuk belum
atau tidak kawin/ kawin dan cerai/ duda/ janda (Sarkenas, 2012). Orang yang
memiliki status pernikahan dan memiliki keluarga cenderung untuk mendengarkan
pendapat keluarga mereka tentang vaksin COVID-19 (Reiter, Pennell and Katz,
2020)
9. Tradisi
Tradisi merupakan semua perbuatan dan tingkah laku yang diungkapkan dari
cara berpikir, termasuk perasaan juga merupakan hal dari pikiran (Noorkasiani,
Heryati, Ismail, 2009)
27
Penyakit tidak menular merupakan salah satu jenis penyakit yang tidak bisa
ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui segala bentuk kontak apa pun.
Menurut Najmah, dkk (2015) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai riwayat
penyakit tidak menular ialah menderita Penyakit Jantung, Hipertensi, Kencing Manis,
Rematik, Kanker atau Tumor, Stroke, Kecelakaan Lalu Lintas dan Osteoporosi atau
Patah Tulang (Najmah, et al 2015)
28
Kesedian masyarakat untuk melakukan vaksin COVID-19 dalam hal ini
dengan adanya dorongan oleh orang tua, toko masyarakat, perilaku teman sebaya
yang menjadi panutan (Purnomo and Gayatri, 2017).
29
keraguan penduduk Amerika terhadap vaksin cenderung tinggi. Selain itu, miskin
formasi kesehatan masyarakat mengenai vaksin kerap terjadi di beberapa saluran
informasi. Beberapa di antaranya menyebarkan informasi yang salah. Oleh karena itu,
penelitian ini mengkarakterisasi penggunaan saluran informasi dan menentukan
hubungan penentuan saluran informasi dengan penerimaan vaksinasi. Temuan yang
diperoleh dari penelitian ini yakni saluran seperti TV nasional dan surat kabar
nasional serta lokal meningkatkan kemungkinan dari penerimaan vaksin. Masyarakat
yang cenderung mengakses media-media tersebut kemungkinan besar akan menerima
vaksinasi dibandingkan dengan mereka yang mengakses media sosial. Kendati
demikian, media sosial tentu memiliki peran dalam mengedukasi masyarakat yang
masih ragu dalam penerimaan vaksin. Sementara itu, saluran seperti TV nasional dan
surat kabar nasional serta lokal diharapkan terus mempromosikan vaksinasi sesuai
dengan data kepada khalayak mereka.
30
Keyakinan pada perilaku
Sikap terhadap
perilaku
Factor latar belakang Evaluasi pada perilaku
Factor personal
Sikap seseorang terhadap
sesuatu
Sifat kepribadian
Nilai hidup Keyakinan normatif Niat
Emosi Norma perilaku
Kecerdasan subjektif
Motivasi untuk patuh
Factor social
Umur jenis klamin
Etnis
Pendidikan
Agama
Factor informasi Keyakinan kontrol
Pengetahuan pengalan Sikap terhadap
Sikap
Ekspos pada media perilaku
Keyakinan yang dirasakan terhadap
perilaku
Gambar 2.1 Model teoritik dari Theory of Planned Behavior Ajzen (2005)
31
2.6 Kerangka Konsep
Theory of Planned Behavior (Ajzen, 2005) menjelaskan bahwa intensi
(niat) untuk melakukan sesuatu perilaku merupakan indikasi kecenderungan
individu untuk melakukan suatu perilaku. Dalam teori ini disebutkan bahwa niat
seseorang untuk berperilaku dipengaruhi oleh tiga domain perilaku yaitu sikap
seseorang terhadap perilaku tertentu, norma subjektif dan Kontrol perilaku. Tiga
domain perilaku dalam teori ini dipengaruhi oleh tiga faktor latar belakang yaitu
personal, sosial dan informasi. Faktor personal meliputi nilai hidup (values),
emosi dan kecerdasan. Faktor sosial antara lain umur, jenis kelamin, etnis,
pendidikan, penghasilan dan agama. Faktor informasi terdiri dari pengalaman,
pengetahuan dan eksposur media.
Pada kerangka konsep ini peneliti tidak memasukkan semua variabel yang
terdapat dalam kerangka teori, hal ini disebabkan bahwa faktor-faktor yang masuk
dalam kerangka konsep merupakan faktor-faktor yang secara langsung
mempengaruhi niat masyarakat melakukan vaksinasi dosis lengkap. Adapun
faktor yang diteliti yaitu:
Umur
Pekerjaan
32
BAB III
METODOLOGI
Populasi/ sampel
33
Gambar 3.1 Diagram rancangan penelitaian cross sectional study
1. Populasi
2. Sampel
34
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian kriteria ekslusi dalam
penelitian ini adalah
1. Masyarkat yang berada pada wilayah kerja puskesmas oesapa tetapi tidak
tidak lengkap dalam mengisi juisoner
2. Tenaga Kesehatan puskesmas oesapa
Rumus yang digunakan untuk menuntukan jumlah sample dari populasi
dalam peneliti ini menggunakan rumus Isaac dan Michael dalam (Sugiyono,
2016). Sebagai berikut :
Keterangasn:
N = populasi
n = sampel
e = tingkat kesalahan sampel (sampling eror) 10%
Diketahui N= 456 orang dan e=10% atau 0,1, maka perhitungan besar sampelnya
adalah sebagai berikut.
= 100 sampel
Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.
35
3.4 Definisi Operasional
36
pelaynana kesehatan
5. Penyebaran Salah satu kegiatan khusus dari 0: Dapat mengkases informasi: Kuesioner Nominal
informasi komuniskasi untuk penyebaran informasi mendapatkan informsi
mengenai vaksin mengenai vaksinsi dari media
elektronik maupun non
elektronik
1;Tidak mengkses informasi :
tidak mendapatkan informsi
mengenai vaksinsi dari media
elektronik maupun non
elektronik
6. Dukungan Sikap, tindakan dan penerimaan terhadap 0; Mendapat dukungan kelurga : Kuesioner Nominal
keluarga tiap tiap anggota keluarga Mendapat dukungan kelurga
saat anggota keluarga mengikuti
vaksinasi
1; Tidak mendapat dukungan
keluarga: Mendapat dukungan
kelurga saat anggota keluarga
mengikuti vaksinasi
37
3.5 Jenis, Teknik, dan Instrumen Pengumpul Data
1. Data Primer
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini ialah Data primer menurut
serakan (2011) menyebutkan bahwa data primer merupakan suatu data yang
diperoleh dari peneliti yang berkaitan dengan variable dan tujuan penelitian yang
ingin diteliti secara langsung. Data primer dalam penelitian ini bersumber dari
penyebaran kuisioner secara langsung mengunakan system dari rumah ke rumah
( door to door) data primer pada penelitian ini variable yang ingin diteliti ialah
variabel umur, pekerjaan, umur, pekerjaan fasilitas kesehatan, sikap petugas
pelayanan kesehatan, penyebaran informasi, dukungan keluarga.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait yaitu data
jumlah kasus covid 19 dan jumlah masyarakat yang telah mengikuti vaksinasi
covid 19 di kota Kupang.
38
1. Skor lima untuk jawaban “sangat setuju”
2. Skor empat diberikan untuk jawaban “setuju”
3. Skor tiga diberikan untuk jawaban “tidak setuju”
4. Skor dua diberkan untuk jawaban “sangat tidak setuju”
5. Skor satu diberikan untuk jawaban “tidak menjawab”
1. Editing
2. Coding
3. Entry
4. Cleaning
39
2. Analisis Data
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi dua tahap yaitu
analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase tiap variabel. Sedangkan analisis bivariat ilakukan untuk melihat
hubungan antar variabel independen dan dependen. Analisa bivariat dalam
penelitian ini untuk melihat hubungan antara variabel kategorik independen dan
variabel kategori dependen menggunakan tabel 2x2 dengan tingkat kepercayaan
pada penelitian ini sebesar 90% dengan nilai signifikan p-value= (0,05).
(Misnadin et al., 2016)
Jikaρ value >α (0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak
ada hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika ρ value ≤ α(0,05) maka Ho
ditolak dan Ha diterima berarti terdapat hubungan antara kedua variabel.
Adapun rumus dari uji Chi-Square (X2):
3 X 2 = ∑ (Oij-Eij)2
Eij
Keterangan:
Oij : Observed frequencies (nilai pengamatan)
Eij : Expected frequencies (nilai harapan)
3. Penyajian Data
Data diperoleh dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel disertai
dengan penjelasan atau narasi yang merupakan hasil dari analisa data.
40
3.6 Organisasi dan Personalia Penelitian
1. Pembimbing
Pembimbing I : Indriati A Tedju Hinga, SK.,M.Sc
Pembimbing II : Yuliana Radja Riwu, S.KM., M.Si
2. Peneliti
Nama : Andreas Ligori Dhena
Nim : 1701070341
41
3.7.2 Table 3.3 Rencana Anggaran Penelitian
No Uraian Biaya
1. Penyusunan usulan penelitian Rp. 150.000
2. Seminar usulan penelitian Rp. 150.000
3. Transportasi Rp. 500.000
4 Pengumpulan data Rp. 500.000
5. Penyusunan laporan penelitian Rp. 150.000
6. Seminar hasil Rp. 150.000
7. Revisi hasil penelitian Rp. 100.000
8. Skripsi Rp. 150.000
Total Rp. 1.850.000
42
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, N. P., Nugroho, E. G. Z., Lattu, J. C., Potempu, I. R., & Swandana, D. A.
(2021). Persepsi Masyarakat terhadap Penerimaan Vaksinasi Covid-19: Literature
Review. Jurnal Keperawatan, 13(3), 569–580.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v13i3.1363
Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus.
(n.d.).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI
MASYARAKAT TENTANG VAKSINASI COVID 19 DI DESA MULYA
JAYA. (n.d.).
Ichsan, D. S., Hafid, F., Ramadhan, K., & Taqwin, T. (2021). Determinan
Kesediaan Masyarakat menerima Vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Tengah.
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan, 15(1), 1–11.
https://doi.org/10.33860/jik.v15i1.430
Kemenkes RI (2020a) ‘Keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.01.07/
MENKES/9860/2020’.
Kemenkes RI (2020b) ‘Situasi terkini Perkembangan Novel Coronavirus (Covid-
19)’.
Kemenkes RI Dirjen P2P (2020) ‘Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Kemenkes (2020c) Survei Penerimaan Vaksin Covid-19 di Indonesia.
Listyana.R dan Hartono.Y (2015) ‘Persepsi dan Sikap Masyarakat
Misnadin, I. W., Adu, A. A., & Hinga, I. A. T. (2016). Risk Factors Associated
with Prostate Hyperplasia at Prof. Dr. W.Z. Johannes Hospital. Indonesian Journal
of Medicine, 01(01), 50–57. https://doi.org/10.26911/theijmed.2016.01.01.07
Notoatmodjo, S. (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010)Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurislaminingsih, R. (2020) ‘Layanan Pengetahuan tentang Covid-19 di Lembaga
Informasi’, Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 4(1), p. 19.doi:
10.29240/tik.v4i1.1468.
Pedoman penulisan karya ilmia FKM 2021
Sibolga, D. K. (n.d.). Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Vaksin COVID-19 Dengan Kesediaan Melakukan Vaksin.
Sugiyono, Prof. Dr. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta, Bandung.
IX
Survey Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Adaptasi Kebiasaan Baru Serta
Penerimaan Vaksin COVID-19 oleh Masyarakat di Sumatera Utara (Laporan
Penelitian Lektor). (n.d.).
Tentang, M., Pada, V., Kelurahan, M. di, Kecamatan, F., Kota, M., Siti, K.,
Asyah, N., Ahmad, J., Henukh, D. M. S., Mindarsih, T., Program, D., Diii, S.,
Fakultas, K., Universitas, K., & Bangsa, C. (2022a). Penyuluhan Vaksinasi
Covid-19 Dalam Meningkatkan Prespektif Positif. In Jurnal Pengabdian
Masyarakat Al-Irsyad (Vol. 4, Issue 1).
Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri (2020) Pedoman Umum Menghadapi
Pandemi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah : Pencegahan, Pengendalian,
Diagnosis dan Manajemen.Kementeria. Jakarta. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
LAMPIRAN
X
KUESIONER
LEMBAR PENJELASAN
Yth, saudara/i
masyarakat universitas nusa cendana, saat ini sedang melakukan penelitian yang
kota kupang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan
paksaan dari pihak manapun. Jawaban yang saudara/i berikan hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk
harapkan. demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan
hormat saya,
andreas l dhena
Lembar pernyataan
Kesediaan menjadi responden dalam penelitian
XI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
No tlp/hp :
puskesmas oesapa kota kupang”. Maka dengan ini, saya secara suka rela dan
hormat saya
(………………..)
nama dan tanda tangan
XII
r
Umur
1 Umur merupakan penyebab seseorang untuk tidak melakukan vaksi
Penyebaran informasi
1 Informasi vaksinasi dapat diakses dengan mudah sehingga saya mau
melakukan vaksinasi dosis lengkap
XIII
2 Informasi yang saya dapat membuat saya ingin melakukan vaksinasi
Dujungan keluarga
1 Keluarga merupakan alasan saya mengikuti vaksinasi
2 Keluarga adalah hal terpenting dalam tidakan saya untuk melakukan
vaksinasi
3 Keluarga saya mendukung saya melakukan vaksinasi
4 Keluarga saya tidak mendukung saya dalam melaukukanvaksinasi
XIV