Anda di halaman 1dari 87

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN

DI MASA PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA UNIVERSITAS


HALU OLEO

PROPOSAL

Oleh:
KARTINI
J1A1 17 064

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN


DI MASA PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA UNIVERSITAS
HALU OLEO

Diajukan Oleh:

KARTINI
J1A1 17 064

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Jafriati, S. Si., M.Si Cece Suriani Ismail, S.K.M., M.Kes


NIP. 19790723 200604 2 011

Mengetahui :
Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo,

Dr. Asnia Zainuddin, M.Kes


NIP. 19670601 200212 2 004

ii
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang
telah memberikan hidayah – Nya, limpahan rezki, kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan proposal ini.

Dalam penyusunan proposal ini tentunya banyak hambatan dan tantangan yang
penulis dapatkan, namun atas bantuan dan bimbingan serta motivasi yang tiada
henti – hentinya disertai harapan yang optimis dan kuat sehingga dapat mengatasi
semua itu.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang
tidak terhingga kepada Ibu Dr. Jafriati, S. Si., M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu
Cece Suriani Ismail, S.K.M., M.Kes, selaku Pembimbing II yang dengan tulus
ikhlas telah meluangkan waktu dan pikirannya serta penuh kesabaran dan
kesungguhan hati telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

Akhirnya penulis berdo'a semoga Allah SWT. selalu melindungi dan


melimpahkan rahmat – Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dan semoga proposal ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendari, Agustus 2020

Penulis
Daftar Isi

Halaman Sampul …………………………………………………………………..i


HALAMAN PERSETUJUAN ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Daftar Lampiran viii
BAB I 10
PENDAHULUAN 10
1.1 Latar Belakang 10
1.2 Rumusan Masalah 15
1.3 Tujuan Penelitian 15
1.3.1 Tujuan Umum 15
1.4. Tujuan Khusus 15
1.5. Manfaat Penelitian 16
1.5.1 Manfaat Teoritis 16
1.5.2 Manfaat Praktis 16
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 16
1.7 Organisasi / Sistematika 17
BAB II 20
TINJAUAN PUSTAKA20
2.1 Tinjauan Umum Tentang Kecemasan 20
2.2 Tinjauan Umum Tentang Mahasiswa 28
2.3 Tinjauan Umum tentang Covid-19 31
2.4 Kecemasan pada Mahasiswa selama Pandemi Covid-19 43
2.5 Tinjauan Penelitian Sebelumnya 47
2.6 Kerangka Teori 50
2.7 Kerangka Konsep 51
2.6. Hipotesis 51
BAB III 54
METODE PENELITIAN 54
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 54
3.1.1 Jenis Penelitian 54
3.1.2 Rancangan Penelitian 54

iv
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 55
3.2.1 Lokasi 55
3.2.2 Waktu 55
3.3 Populasi dan Sampel 55
3.3.1 Populasi 55
3.3.2 Sampel 55
3.4 Variabel Penelitian 58
3.5 Instrumen Penelitian 58
3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 61
3.7 Jenis Data Penelitian 65
3.7.1 Data Primer 65
2.7.2 Data Sekunder 65
3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data 65
3.8.1 Teknik Pengolahan Data 65
3.8.2 Teknik Analisis Data 66
Daftar Pustaka 68
LAMPIRAN 74

v
Daftar Tabel

No. Judul Tabel Halaman

3.1 Populasi dan Sampel 54

3.2 Alat Ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support 56


(MSPSS)
3.3 Pertanyaan Tingkat kecemasan 58
3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 58

vi
Daftar Gambar

No. Judul Tabel Halaman

2.1 Kerangka Teori 46

2.2 Kerangka Konsep 47


3.1 Desain Penelitian Cross Sectional 50

vii
Daftar Lampiran

No. Judul Halaman

Lampiran 1. Informed Consent..............................................................................66

Lampiran 2. Kuisioner Penelitian..........................................................................67

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Coronavirus disease 2019 atau COVID-19 telah menyebar dengan cepat di

beberapa negara di belahan dunia dan telah di tetapkan sebagai pandemi global

oleh World Health Organization (WHO), pandemi ini tidak hanya membawa

risiko kematian akibat infeksi virus tetapi juga tekanan psikologis yang tidak

terkendali bagi orang-orang di seluruh dunia, Ketika menghadapi situasi darurat

kesehatan masyarakat yang luar biasa, orang-orang cenderung untuk mengalami

berbagai masalah psikologis dan mental (Xiao, 2020). Telah diindikasikan bahwa

meningkatnya jumlah pasien dan dugaan kasus, serta meningkatnya jumlah

provinsi dan negara yang dipengaruhi oleh wabah, telah menimbulkan

kekhawatiran publik tentang infeksi dalam wabah ini, yang telah meningkatkan

kecemasan

Kecemasan merupakan kondisi emosional yang ditandai dengan

kekhawatiran yang berlebihan terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari hari.

Kecemasan yang dirasaka sulit dikendalikan dan berhubungan dengan gejala

somatic, seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan

(Utama, 2013). Ketika kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional dan

intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari

dan disebut sebagai gangguan kecemasan.(Utama, 2013)

Kecamasan di tengah pandemi Covid-19 yang berpotensi terus meningkat

menjadi suatu ancaman terhadap kondisi kesehatan mental masyarakat di seluruh

dunia, beberapa negara terdampak pandemi ini telah melakukan penelitian dan
10

survey untuk mengetahui kondisi kesehatan mental masyarakat di negaranya

diantaranya survey psikologi nasional yang dilakukan di China dari 1.738

responden di dapatkan 28,8% mengalami kecemasan, survey nasional yang

dilakukan di negara Iran dari 10.574 responden 50,9% diantaranya mengalami

kecemasan di dominasi pada tingkat kecemasan sedang, kemudian survey

nasional yang dilakukan di negara Italia dari 2.766 responden 18,7% mengalami

kecemasan berat dan sangat berat((Mazza et al., 2020; Moghanibashi, 2020;

Özdin & Bayrak Özdin, 2020; C. Wang et al., 2020)

Berdasarkan survey online terkait kecemasan masyarakat menghadapi

pandemi COVID-19 yang diadakan oleh Perhimpunan Sarjana dan Profesional

Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) bersama dengan Ikatan Alumni

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dari 8.031 responden yang

tersebar di seluruh Indonesia lebih dari 50% mengalami kecemasan dengan

kategori cemas dan sangat cemas dan dilihat dari berbagai konteks diantaranya ,

yaitu pendidikan, ekonomi, pekerjaan, agama dan sosial interaksi masyarakat.

(Persakmi, 2020)

Berdasarkan penelitian ditemukan dampak psikologis epidemi berupa

peningkatan kecemasan pada masyarakat umum, pasien, staf medis, anak-anak,

lansia, dan mereka yang sedang menduduiki bangku perkuliahan/mahasiswa (Cao

et al., 2020; Chen, 2020; Jiao, Wang et al., 2020; Yang et al., 2020)

Mahasiswa rentan terhadap kecemasan, stresor psikososial adalah salah satu

pencetus dari adanya kecemasan khususnya pada mahasiswa dimana setiap

keadaan dapat menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga


11

orang itu terpaksa beradaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul.(Demak

dan Suherman, 2016)

Beberapa studi yang dilakukan kecemasan mahasiswa ditengah pandemi

dihubungkan dengan berbagai faktor diantaranya wilayah tempat tinggal mereka,

pendapatan orang tua, tinggal dengan orang tua, terdapat kerabat atau kenalan

terinfeksi dengan COVID-19, dukungan social, sistem pembelajaran dan

pengetahuan mengenai Covid-19

Pengetahuan merupakan salah faktor yang berhubungan dengan kecemasan

karena ketidaktahuan dapat menyebabkan munculnya kecemasan dan

pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada, pada penelitian

Rahman et al., (2020) menunjukan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan

mengenai Covid-19 dan kecemasan selama pandemi Covid-19 pada mahasiswa di

Universitas yang ada di Samarinda.

Berdasarkan penelitian Cao et al., (2020) menunjukan bahwa tingkat

kecemasan pada mahasiswa salah satunya dipengaruhi oleh status tempat tinggal

saat pandemi Covid-19, tinggal sendiri atau tidak bersama orang tua dikaitkan

dengan pengalaman kehilangan orang tua di masa kecil, kekhawatiran akan

kesehatan orang tua mereka menjadi salah satu alasannya karena mereka tidak

dapat memastikan kesehatan orang tua mereka saat tidak berada pada tempat yang

sama.(Gentili et al., 2019)

Kondisi di sekitar mahasiswa dapat membuat mereka menjadi lebih kuat

dalam menghadapi permasalahan salah satunya menghadapi pandemi, misalnya

tidak memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu permasalahan


12

menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, dukungan

sosial dapat berasal dari keluarga seperti orang tua, saudara ataupun dari teman

dan orang-orang special dihidupnya, dapat berupa pemberian informasi,

pemberian bantuan, tingkah laku maupun materi, yang didapat melalui hubungan

sosial yang akrab yang membuat individu merasa diperhatikan, dicintai, dan

bernilai sehingga mengurangi tingkat kecemasan. Menurut Apollo dukungan

sosial tinggi akan mengalami hal-hal positif dalam hidupnya, mempunyai self

esteem yang tinggi dan self concept yang lebih baik, serta kecemasan yang lebih

rendah. orang-orang ini juga memiliki pandangan yang optimis terhadap

kehidupan dan pekerjaannya, karena yakin akan kemampuannya, dibanding orang

yang rendah dukungan sosialnya.(Habibullah et al, 2019)

Pandemi Covid-19 juga akan memiliki dampak yang signifikan terhadap

perekonomian negara dan individu. Karena pandemi beberapa keluarga akan

melakukannya kehilangan sumber pendapatan mereka, dan siswa merasa cemas

membayar biaya sekolah (Xiao, 2020). Pendapatan atau penghasilan keluarga, hal

dapat mempengaruhi tingkat kecemasan anggota keluarganya karena adanya

beban moril yang harus di tanggung oleh setiap anggota keluarga untuk dapat

mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Keluarga yang memiliki pekerjaan dan

pendapatan akan menjadi sistem pendukung untuk kesehatan jiwa masing-masing

anggotanya, demikian sebaliknya jika jumlah pendapatan berkurang atau memang

tidak mencukupi dalam setiap bulannya akan memunculkan stressor pada setiap

anggotanya (Demak dan Suherman, 2016)

Mempunyai satu atau beberapa anggota keluarga maupun teman yang


13

terinfeksi Covid-19 juga secara signifikan terkait dengan peningkatan tingkat

kecemasan. Menurut Duan et al., (2020) hal ini terjadi karena fakta bahwa

responden khawatir tentang kesehatan mereka yang terinfeksi dan secara

bersamaan mereka takut jika tersupek atau dikonfirmasi kasus Covid-19

mengingat bahwa telah melakukan kontak langsung dengan mereka

Sistem pembelajaran dengan metode pembelajaran jarak jauh secara

menyeluruh merupakan pengalaman yang baru bagi mahasiswa. Kondisi ini

merupakan kondisi baru dimana mahasiswa melakukan adaptasi kembali dengan

metode pembelajaran. Pembelajaran jarak jauh yaitu secara online dan physical

distancing yang dilakukan mahasiswa berdasarkan hasil penelitian diperoleh

bahwa mahasiswa mengalami kecemasan berat.(Nurcita dan Susantiningsih,

2020). Berdasarkan hasil survey oleh Persakmi kecemasan pada sistem

pembelajaran di pengaruhi oleh sulit memahami materi, kendala kuota, kendala

sinyal, gawai tidak support, guru atau dosen tidak berkenan untuk belajar daring

dan pengajar tidak menguasai pembelajaran secara daring.

Universitas Halu Oleo adalah salah satu universitas negeri terbesar yang

berada di Sulawesi Tenggara, tepatnya berada di Kota Kendari. Jumlah

mahasiswa yang terbilang banyak yang berasal dari dalam maupun luar daerah.

Universitas Halu Oleo juga merupakan salah satu peguruan tinggi yang terdampak

pandemi Covid-19. Hal ini ditandai dengan sebagian besar kegiatan antara dosen

dan mahasiswa dialihkan di rumah, rata-rata proses pembelajaran maupun

kegiatan lapangan mahasiswa di lakukan secara online. Mahasiswa dituntut untuk

melakukan pembelajaran jarak jauh secara menyeluruh, baik dalam proses


14

penerimaan materi, pengumpulan tugas, pengerjaan kuis hingga pelaksanaan

praktikum. Perubahan sistem seperti ini dapat menjadi potensi stressor baru pada

masa pandemi Covid-19, hal ini dapat merujuk terhadap meningkatnya

kecemasan, berbagai faktor-faktor lain perlu diperhatikan untuk mencegah

timbulnya masalah kesehatan mental yang lain agar supaya tidak berakibat buruk

kedepannya dan tetap menghasilkan generasi-generasi terbaik bangsa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat

Kecemasan di Masa Pandemi Covid-19 pada Mahasiswa Universitas Halu Oleo”.

1.2 Rumusan Masalah

Faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kecemasan di masa

pandemic Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu Oleo?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan di masa

pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu Oleo

1.4. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan pengetahuan mengenai Covid-19 dengan tingkat

kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu

Oleo

b. Mengetahui hubungan status tempat tinggal dengan tingkat kecemasan di

masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu Oleo

c. Mengetahui hubungan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan di masa


15

pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu Oleo

d. Mengetahui hubungan pendapatan orang tua dengan tingkat kecemasan

di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu Oleo

e. Mengetahui hubungan kebera dengan tingkat kecemasan di masa

pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu Oleo

f. Mengetahui hubungan keberadaan kerabat atau teman terinfeksi Covid-19

dengan tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa

Universitas Halu Oleo

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Memperkaya wawasan peneliti di bidang kesehatan mental khususnya

tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19

1.5.2 Manfaat Praktis

Memberikan masukan atau gambaran kepada pemerhati masalah

kesehatan mental saat pandemi Covid-19. Penelitian ini juga diharapkan bisa

menjadi suatu kajian untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi lokasinya hanya pada Mahasiswa aktif jenjang S1

Universitas Halu Oleo dengan variabel bebas yang digunakan yaitu pengetahuan

mengenai Covid-19, dukungan sosial, pendapatan orang tua, sistem perkuliahan,

status tempat tinggal dan keberadaan kerabat atau teman terinfeksi Covid-19

sedangkan variabel terikat adalah tingkat kecemasan. Penelitian ini akan


16

dilaksanakan pada bulan Agustus 2020 sampai selesai.

1.7 Organisasi / Sistematika

Penelitian ini berjudul faktor yang berhubungan dengan tingkat

kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu Oelo

yang dibimbing oleh Pembimbing I Dr. Jafriati, S. Si., M.Si dan Pembimbing II

Cece Suriani Ismail, S.K.M., M.Kes


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Kecemasan

2.1.1 Definisi Kecemasan

Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari

Bahasa Latinangustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti

mencekik. Kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan

atau pencekikan. Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang

spesifik, sedangkan ketakutan biasanya respon terhadap beberapa ancaman

langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh kekhawatiran tentang bahaya tidak

terduga yang terletak di masa depan. Kecemasan merupakan keadaan emosional

negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati

berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas(Schwartz, 2000).

Menurut Lubis (2011) kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman

nyata ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya

ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir tentang

sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Sedangkan menurut Rumini dan

Sundari (2004) memahami kecemasan sebagai suatu keadaan yang

menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan.

Kecemasan merupakan reaktivitas emosional berlebihan, depresi yang

tumpul, atau konteks sensitif, respon emosional (Clift et.al 2011)Pendapat lain

menyatakan bahwa kecemasan merupakan perwujudan dari berbagai emosi yang

terjadi karena seseorang mengalami tekanan perasaan dan tekanan batin. Kondisi

17
18

tersebut membutuhkan penyelesaian yang tepat sehingga individu akan merasa

aman. Namun, pada kenyataannya tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan

baik oleh individu bahkan ada yang cenderung di hindari. Situasi ini menimbulkan

perasaan yang tidak menyenangkan dalam bentuk perasaan gelisah, takut atau

bersalah (Supriyantini, 2010)

Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang

mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi . Banyak hal yang

harus dicemaskan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, kondisi

lingkungan dan sebagaianya. Kecemasan adalah normal, bahkan adaptif, untuk

sedikit cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan bisa menjadi

abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau sepertinya

datang tanpa ada penyebabnya – yaitu bila bukan merupakan respon terhadap

perubahan lingkungan (Nevid et al., 2005)

2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Menururt Stuart (2006) faktor yang mempengaruhi kecemasan dibedakan

menjadi dua yaitu:

a. Faktor prediposisi yang menyangkut tentang teori kecemasan:

1) Teori Psikoanalitik

Teori Psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional yang terjadi

antara dua elemen kepribadian diantaranya id dan ego. Id mempunyai

dorongan naluri dan impuls primitif seseorang, sedangkan ego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-

norma budaya seseorang. Fungsi kecemasan dalam ego adalah


19

mengingatkan ego bahwa adanya bahaya yang akan datang.

2) Teori Interpersonal Kecemasan merupakan perwujudan penolakan dari

individu yang menimbulkan perasaan takut. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan yang menimbulkan kecemasan. Individu dengan harga diri

yang rendah akan mudah mengalami kecemasan.

3) Teori perilaku Pada teori ini, kecemasan timbul karena adanya stimulus

lingkungan spesifik, pola berpikir yang salah, atau tidak produktif dapat

menyebabkan perilaku maladaptif. Penilaian yang berlebihan terhadap

adanya bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan

dirinya untuk mengatasi ancaman merupakan penyebab kecemasan

pada seseorang

4) Teori biologis Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung

reseptor khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi

(GABA) yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang

berkaitan dengan kecemasan. Gangguan fisik dan penurunan

kemampuan individu untuk mengatasi stressor merupakan penyerta dari

kecemasan.

b. Faktor presipitasi

1) Faktor Eksternal

a) Ancaman Integritas Fisik Meliputi ketidakmampuan fisiologis

terhadap kebutuhan dasar sehari-hari yang bisa disebabkan karena

sakit, trauma fisik, kecelakaan.


20

b) Ancaman Sistem Diri Diantaranya ancaman terhadap identitas diri,

harga diri, kehilangan, dan perubahan status dan peran, tekanan

kelompok, sosial budaya.

2) Faktor Internal

a) Usia

Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh seseorang yang

mempunyai usia lebih muda dibandingkan individu dengan usia

yang lebih tua.

b) Stressor

Stressor merupakan tuntutan adaptasi terhadap individu yang

disebabkan oleh perubahan keadaan dalam kehidupan. Sifat stresor

dapat berubah secara tiba-tiba dan dapat mempengaruhi seseorang

dalam menghadapi kecemasan, tergantung mekanisme koping

seseorang.

c) Lingkungan

Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah mengalami

kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa dia

tempati.

d) Jenis kelamin

Wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria. Wanita

memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria.

Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih peka dengan emosinya,

yang pada akhirnya mempengaruhi perasaan cemasnya.


21

e) Pendidikan

Kemampuan berpikir individu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah

berpikir rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan

analisis akan mempermudah individu dalam menguraikan masalah

baru.

f) Pengalaman masa lalu

Pengalaman di masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam menghadapi stresor yang sama.

g) Pengetahuan

Ketidaktahuan dapat menyebabkan munculnya kecemasan dan

pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.

h) Dukungan Sosial

Dukungan social dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana

kehadiran orang lain dapat membantu seseorang mengurangi

kecemasan dan lingkungan mempengaruhi area berfikir seseorang.

i) Status Ekonomi

Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan adalah

stress psikososial termasuk kemiskinan dan status ekonomi tinggi

pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut tidak mudah

mengalami kecemasan (Soewandi,2003)

j) Tipe Kepribadian

Tipe kepribadian mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Orang


22

yang memiliki kepribadian tidak sabar, kompetitif, ambisius dan ingin

serba sempurna lebih rentan mengalami kecemasn

2.1.3. Ciri-Ciri Dan Gejala Kecemasan (Anxiety)

Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) dalam (Annisa dan Ifdil,

2016) ada beberapa ciri-ciri kecemasan, yaitu :

a. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya: 1) kegelisahan, kegugupan, 2)

tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, 3) sensasi dari pita

ketat yang mengikat di sekitar dahi, 4) kekencangan pada pori-pori kulit

perut atau dada, 5) banyak berkeringat, 6) telapak tangan yang berkeringat,

7) pening atau pingsan, 8) mulut atau kerongkongan terasa kering, 9) sulit

berbicara, 10) sulit bernafas, 11) bernafas pendek, 12) jantung yang

berdebar keras atau berdetak kencang, 13) suara yang bergetar, 14) jari-jari

atau anggota tubuh yang menjadi dingin, 15) pusing, 16) merasa lemas

atau mati rasa, 17) sulit menelan, 18) kerongkongan merasa tersekat, 19)

leher atau punggung terasa kaku, 20) sensasi seperti tercekik atau tertahan,

21) tangan yang dingin dan lembab, 22) terdapat gangguan sakit perut atau

mual, 23) panas dingin, 24) sering buang air kecil, 25) wajah terasa

memerah, 26) diare, dan 27) merasa sensitif atau “mudah marah”

b. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya: 1) perilaku menghindar,

2) perilaku melekat dan dependen, dan 3) perilaku terguncang

c. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya: 1) khawatir tentang sesuatu,

2) perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu

yang terjadi di masa depan, 3) keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan


23

akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, 4) terpaku pada

sensasi ketubuhan, 5) sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan, 6)

merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit

atau tidak mendapat perhatian, 7) ketakutan akan kehilangan kontrol, 8)

ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, 9) berpikir

bahwa dunia mengalami keruntuhan, 10) berpikir bahwa semuanya tidak

lagi bisa dikendalikan, 11) berpikir bahwa semuanya terasa sangat

membingungkan tanpa bisa diatasi, 12) khawatir terhadap hal-hal yang

sepele, 13) berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-

ulang, 14) berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak

pasti akan pingsan, 15) pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan,

16) tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu, 17) berpikir

akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah

secara medis, 18) khawatir akan ditinggal sendirian, dan 19) sulit

berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

2.1.4 Tingkat Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan dalam (Annisa dan Ifdil, 2016)

Gail W. Stuart (2006: 144) mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya.

a. Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkat

ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati serta waspada. Individu

akan terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan

kreatifitas. Kecemasan ringan diperlukan orang agar dapat mengatasi suatu


24

kejadian. Seseorang dengan kecemasan ringan dapat dijumpai berdasarkan hal-hal

sebagai berikut:

1) Persepsi dan perhatian meningkat, waspada.

2) Mampu mengatasi situasi bermasalah.

3) Dapat mengatakan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa mendatang,

menggunakan belajar, dapat memvalidasi secara konsensual, merumuskan

makna.

4) Ingin tahu, mengulang pertanyaan.

5) Kecenderungan untuk tidur.

b. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memuaskan pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif

namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Orang dengan kecemasan sedang

biasanya menunjukan keadaan seperti:

1) Persepsi agak menyempit, secara selektif tidak perhatian tetapi dapat

mengarahkan perhatian.

2) Sedikit lebih sulit untuk konsentrasi, belajar menuntut upaya lebih.

3) Memandang pengalaman ini dengan masa lalu.

4) Dapat gagal untuk mengenali sesuatu apa yang terjadi pada situasi, akan

mengalami beberapa kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisa.

5) Perubahan suara atau ketinggian suara.

6) Peningkatan frekuensi pernafasan dari jantung.

7) Tremor, gemetar.
25

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi. Individu cenderung

memikirkan pada hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain.

Individu tidak mampu berpikiran berat lagi dan membutuhkan banyak

pengarahan. Hal-hal dibawah ini sering dijumpai pada seseorang dengan

kecemasan berat, yaitu:

1) Persepsi sangat berkurang/berfokus pada hal-hal detail, tidak dapat

berkonsentrasi lebih bahkan ketika diinstruksikan untuk melakukannya.

2) Belajar sangat terganggu, sangat mudah mengalihkan perhatian, tidak

mampu untuk memahami situasi saat ini.

3) Memandang pengalaman saat ini dengan arti masa lalu, hampir tidak

mampu untuk memahami situasi ini.

4) Berfungsi secara buruk, komunikasi sulit dipahami.

5) Hiperventilasi, takikardi, sakit kepala, pusing, mual.

d. Panik

Pada tingkat ini persepsi terganggu individu, sangat kacau, hilang kontrol,

tidak dapat berpikir secara sistematis dan tidak dapa melakukan apa-apa walaupun

telah diberi pengarahan. Tingkat ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat

bahkan kematian. Seseorang dengan panik akan dapat dijumpai adanya:

1) Persepsi yang menyimpang, fokus pada hal yang tidak jelas.

2) Belajar tidak dapat terjadi.

3) Tidak mampu untuk mengikuti, dapat berfokus hanya pada hal saat ini,
26

tidak mampu melihat atau memahami situasi, hilang kemampuan

mengingat.

4) Tidak mampu berpikir, biasanya aktifitas motorik meningkat atau respon

yang tidak dapat diperkirakan bahkan pada stimuli minor, komunikasi

yang tidak dapat dipahami.

5) Muntah, perasaan mau pingsan kehilangan pemikiran yang rasional.

2.2.5. Alat Ukur Kecemasan

Untuk mengukur tingkat kecemasan dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah

kuesioner. Terdapat beberapa macam kuesioner kecemasan, yaitu:

a. Zung Self Anxiety Scale (ZSAS)

Kuesioner Zung Self Anxiety Scale (ZSAS) pertama kali dikemukakan

oleh Wiliam W.K Zung pada tahun 1971. Kuesioner ini dikembangkan berdasarkan

gejala kecemasan dalam Diagnostic and Statistic Manual Mental Disorders (DSM-

II) (Zung, 1971). Terdapat 20 item pertanyaan dalam kuesioner ini dimana setiap

pertanyaan dinilai 1-4 (1 : tidak pernah, 2 : kadang – kadang, 3 : sebagian waktu. 4

: hampir setiap waktu), terdapat 15 pertanyaan tentang gangguan fisiologis dan

pertanyaan meliputi gangguan sikap atau perilaku (Mcdowell, 2006). `

b. Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

Instrumen ini terdiri dari 50 butir pertanyaan, yang terbagi menjadi dua kategori

pertanyaan favorable dan unfavorable. Pertanyaan unfavorable berjumlah 13

pertanyaan, dimana bernilai nol untuk jawaban “ya” dan bernili satu untuk jawaban

“tidak”. Pertanyaan favorable terdiri dari 37 pertanyaan dimana bernilai satu untuk

jawaban “ya” dan bernilai nol untuk jawaban “tidak”. 1. Skor 21: cemas (Taylor,

1953).

c. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) Instrument ini terdiri dari 14 item
27

pertanyaan. Setiap item pertanyaan memiliki beberpa gejala, dan skor setiap item

pertanyaan menggunakan skala Likert, yaitu:

0 : tidak ada gejala sama sekali

1 : satu dari gejala yang ada

2 : sedang / separuh dari gejala yang ada

3 : berat / lebih dari separuh gejala yang ada

4 : sangat berat,

Semua gejala ada Hasil dari kuesioner ini adalah:

Skor ≤14 : tidak cemas

Skor 15-20 : kecemasan ringan

Skor 21-27 : kecemasan sedang

Skor 28-41 : kecemasan berat `

Skor 42-56 : kecemasan sangat berat atau panik (Hamilton, 1959).

Dalam penelitian ini, peneliti memilih kuesioner Zung Self Anxiety Scale

(ZSAS), dikarenakan kuesioner ini dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan

dalam Diagnostic and Statistic Manual Mental Disorders (DSM-II). Dari hasil yang

penelitian yang dilakukan oleh Wiliam W.K Zung dengan membandingkan dengan

kuesioner kecemasan umum Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) hasil yang

diperoleh dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa kuesioner ZSAS dinilai

dapat berguna dalam mengukur tingkat yang ditentukan secara operasional

dibandingkan dengan TMAS. Oleh karena hal tersebut peneliti ingin menggunakan

kuesioner ZSAS sebagai penentuan tingkat kecemasan.

2.2.6. Dampak Kecemasan

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi

yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh
28

berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi

tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang

merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit penyakit

fisik (Cutler, 2004:304).

Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam

beberapa simtom, antara lain :

a. Simtom suasana hati Individu yang mengalami kecemasan memiliki

perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu

sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan

tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah

marah.

b. Simtom kognitif Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan

keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan

yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-

masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar

secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

c. Simtom motor Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa

tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan,

misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara

yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran

rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk

melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam


29

2.2 Tinjauan Umum Tentang Mahasiswa

2.2.1 Definisi Mahasiswa

Mahasiswa merupakan masa transisi remaja akhit ke masa dewasa awal

yang pada umumnya berada pada rentang usia 18-25 tahun, pada masa tersebut

mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa perkembangannya, termasuk

memiliki tanggung jawab terhadap kehidupannya untuk memasuki masa dewasa.

(Hulukati dan Djibran, 2018)

Mahasiswa adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai

makhluk individu mahasiswa mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang berbeda

antara satu individu dengan individu lainnya, mahasiswa tidak bisa hidup sendiri,

selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, oleh karena itu

mahsiswa juga disebut sebagai makhluk sosial.

Dalam berinteraksi dengan orang lain tidak jarang muncul perbedaan

pendapat yang memicu konflik antar individu. Selain itu, kebutuhan-kebutuhan

akan bertambah seiring dengan perkembangan seorang individu. Dalam

perkembangannya, individu/mahasiswa mengalami tahapan tertentu, yang disebut

sebagai tahapan perkembangan dan setiap tahapan perkembangan memiliki tugas

perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu/mahasiswa agar tidak

menghambat pada tahap perkembangan selanjutnya. Salah satu tahap

perkembangan yang penting selama hidup manusia adalah masa remaja akhir.

Tuntutan dan tugas perkembangan individu/mahasiswa tersebut muncul

dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional

individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial. Semakin tinggi tingkat pendidikan
30

maka akan semakin banyak tanggung jawab yang perlu dilaksanakan.

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu

ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk

perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut

dan universitas(Hartaji dan Sedjo, 2012) .

Menurut Siswoyo (2007: 121) dalam (Hulukati dan Djibran, 2018)

mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu

ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang

setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat

intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam

bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat

yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip

yang saling melengkapi. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap

perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan

pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi

perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan

pendirian hidup.(Yusuf Syamsu, 2001)

2.2.2 Tugas Tugas Perkembangan Pada Mahasiswa

Menurut Danim (2013) tugas-tugas perkembangan berkenaan dengan

sikap, perilaku dan keterampilan idealnya harus dikuasai dan diselesaikan sesuai

dengan fase usia perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan individu

bersumber pada faktorfaktor kematangan fisik, tuntutan kultural kemasyarakatan,

cita-cita, dan norma-norma agama. Tugas-tugas perkembangan masa remaja dan


31

masa dewasa awal menurut Danim (2013: 112-113) sebagai berikut:

1. Masa remaja (Usia 12-21 tahun):

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.

b. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.

f. Memilih dan mempersiapkan karier.

g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

h. Mengembangkan keterampila intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan bagi warga Negara.

i. Mencapai perilaku yang bertanggungjawab secara sosial.

j. Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/

pembimbing dalam berperilaku.

2. Masa dewasa awal:

a. Memilih pasangan.

b. Belajar hidup dengan pasangan.

c. Memulai hidup dengan pasangan.

d. Memelihara anak.

e. Mengelola rumah tangga.

f. Memulai bekerja.

g. Mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara.


32

h. Menemukan suatu kelompok yang serasi.

2.3 Tinjauan Umum tentang Covid-19


2.3.1 Definisi Covid-19

COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan keluarga besar

Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika menyerang manusia,

Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan,

seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan SARS (Severe

Acute Respiratory Syndrome) COVID-19 sendiri merupakan coronavirus jenis

baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun, 2019 (Liu dan

Gayle, 2020)

WHO mendefiniskan Covid-19 sebagai pandemi global karena telah

menyebar di berbagai negara di dunia. Pandemi adalah suatu keadaan dimana

suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) frekuesninya dalam waktu singkat

memperlihatkan peningkatan yang begitu tinggi serta penyebarannya telah

mencakup suatu wilayah yang luas,

WHO telah mengklasifikasikan COVID-19 sebagai β CoV kelompok 2B,

COVID-19 milik genus betacoronavirus, yang termasuk SARSCoV, yang

menginfeksi manusia, kelelawar, dan hewan liar.(Li et al., 2020) Pada manusia

gejala infeksi COVID-19 muncul setelah masa inkubasi sekitar 5,2 hari Periode

dari timbulnya gejala COVID-19 hingga kematian berkisar antara 6 hingga 41

hari dengan median 14 hari Periode ini tergantung pada usia pasien dan status
33

sistem kekebalan pasien. Itu lebih pendek di antara pasien> 70 tahun

dibandingkan dengan mereka yang berusia di bawah 70 (Wang dan Tang, 2020).

Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan

pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-

6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang

berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan

bahkan kematian.(Kemenkes, 2020b)

Coronaonavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit

ringan sampai berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius

seperti MERS dan SARS - Penularannya dari hewan ke manusia (zoonosis) dan

penularan dari manusia ke manusia sangat terbatas. - Untuk 2019-nCoV masih

belum jelas bagaimana penularannya, diduga dari hewan ke manusia karena

kasus-kasus yang muncul di Wuhan semuanya mempunyai riwayat kontak dengan

pasar hewan Huanan. Gejalanya demam >380 C, batuk, sesak napas yang

membutuhkan perawatan di RS. Gejala ini diperberat jika penderita adalah usia

lanjut dan mempunyai penyakit penyerta lainnya, seperti penyakit paru obstruktif

menahun atau penyakit jantung (Kemenkes, 2020)

2.3.2 Transmisi

COVID-19 menular melalui orang yang telah terinfeksi virus corona.

Penyakit dapat menyebar melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut ketika

seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk. Tetesan itu kemudian

mendarat di sebuah benda atau permukaan yang lalu disentuh dan orang sehat

tersebut menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Virus corona juga bisa
34

menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh seseorang ketika berdekatan dengan

yang terinfeksi corona. Itu sebabnya penting untuk menjaga jarak 1 meter lebih

dari orang yang sakit. Hingga kini belum ada penelitian yang menyatakan virus

corona COVID-19 bisa menular melalui udara (WHO, 2020)

Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi

sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi

SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat

batuk atau bersin. Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada

aerosol (dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam. WHO

memperkirakan reproductive number (R0) COVID-19 sebesar 1,4 hingga 2,5.

Namun, studi lain memperkirakan R0 sebesar 3,28 (Liu dan Gayle, 2020).

Beberapa laporan kasus menunjukkan dugaan penularan dari karier

asimtomatis, namun mekanisme pastinya belum diketahui. Kasus-kasus terkait

transmisi dari karier asimtomatis umumnya memiliki riwayat kontak erat dengan

pasien COVID-19. Beberapa peneliti melaporan infeksi SARS-CoV-2 pada

neonatus. Namun, transmisi secara vertikal dari ibu hamil kepada janin belum

terbukti pasti dapat terjadi. Bila memang dapat terjadi, data menunjukkan peluang

transmisi vertikal tergolong kecil(Chen, 2020). Pemeriksaan virologi cairan

amnion, darah tali pusat, dan air susu ibu pada ibu yang positif COVID-19

ditemukan negative(Zhang, 2020)

SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil

biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum. Virus dapat terdeteksi di

feses, bahkan ada 23% pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam
35

feses walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel saluran napas. Kedua fakta ini

menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara fekal-oral (Xio R, dkk. 2020).

Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh dibandingkan

SARS-CoV. Eksperimen yang dilakukan van Doremalen, dkk. menunjukkan

SARS-CoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan stainless steel (>72 jam)

dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam). Studi lain di Singapura

menemukan pencemaran lingkungan yang ekstensif pada kamar dan toilet pasien

COVID-19 dengan gejala ringan. Virus dapat dideteksi di gagang pintu, dudukan

toilet, tombol lampu, jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada

sampel udara (Ong et al., 2020)

2.3.3 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai

dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat,

ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau

sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam

keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui.

Viremia dan viral load yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang

asimptomatik telah dilaporkan (KQ et al., 2020)

Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran

napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan

atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau

sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa

kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah. Pasien COVID-19 dengan
36

pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1)

frekuensi pernapasan >30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3) saturasi

oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-

gejala yang atipikal(WHO, 2020)

Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-

gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.

Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan

fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas,

sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah,

kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebih

dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C,

sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C (WHO, 2020).

Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar

3-14 hari (median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau

sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal),

virus menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang

mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala pada

fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah

timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di

paru memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai

terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak

terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan

komplikasi lainnya (Huang et al., 2020)


37

2.3.4 Diagnosis

Kasus probable didefinisikan sebagai PDP yang diperiksa untuk COVID-

19 tetapi hasil inkonklusif atau seseorang dengan dengan hasil konfirmasi positif

pancoronavirus atau betacoronavirus. Kasus terkonfirmasi adalah bila hasil

pemeriksaan laboratorium positif COVID-19, apapun temuan klinisnya. Selain

itu, dikenal juga istilah orang tanpa gejala (OTG), yaitu orang yang tidak memiliki

gejala tetapi memiliki risiko tertular atau ada kontak erat dengan pasien COVID-

19. Kontak erat didefinisikan sebagai individu dengan kontak langsung secara

fisik tanpa alat proteksi, berada dalam satu lingkungan (misalnya kantor, kelas,

atau rumah), atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan pasien dalam

pengawasan (kontak erat risiko rendah), probable atau konfirmasi (kontak erat

risiko tinggi). Kontak yang dimaksud terjadi dalam 2 hari sebelum kasus timbul

gejala hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala (Kemenkes, 2020)

Diagnosis komplikasi seperti ARDS, sepsis, dan syok sepsis pada pasien

COVID-19 dapat ditegakkan menggunakan kriteria standar masing-masing yang

sudah ditetapkan. Tidak terdapat standar khusus penegakan diagnosis ARDS,

sepsis, dan syok sepsis pada pasien COVID-19 (Feng et al., 2020)

2.3.5 Pencegahan Covid-19

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau

COVID19. Oleh sebab itu, cara pencegahan menurut WHO. adalah dengan

menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:

a. Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari

orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan
38

mendesak.

b. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian,

termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.

c. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang

mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar

rumah atau di tempat umum.

d. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.

e. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.

f. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif

terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau

pilek.

g. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian

buang tisu ke tempat sampah.

h. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,

termasuk kebersihan rumah.

2.3.6 Dampak pandemic Covid-19 Pada Bebagai Aspek Kehidupan

a. Dampak Terhadap Perekonomian

Belakangan ini Covid menjadi konsen besar bangsa Indoneesia karena

permasalahan yang terus ditimbulkannya,Ada banyak kerugian yang disebabkan

oleh covid-19 yang berdampak bagi Perekonomian Indonesia pembangunan

ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kemakmuran

masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan distribusi pendapatan

yang merata. hal ini bertolak belakang dengan keadaan indonesia pada tahun
39

1997/1998 dimana krisis yang pada awalnya adalah nilai tukar kemudian

berkembang menjadi krisis perbankan , hingga menjalar kepada krisis sosial dan

politik yang berakibat besar pada bangsa indonesia. Tingginya laju inflasi pada

waktu itu menyebabkan menurunya daya beli masyarakat, khusus golonga

berpendapatan rendah.perubahan jumlah uang dapat mempengaruhi tingkat bunga,

dan fungsi konsumsi , jadi jumlah uang menimbulkan perubahan dalam

permintaan seluruhnya.

Salah satu contohnya adalah seorang pedagang yang biasa berjualan di

tempat keramaian seperti pasar menjadi tidak bisa berjualan, karena saat ini pasar

sedang ditutup untuk mengurangi penyebaran virus corona ini semakin

meningkat. Akibatnya pedagang itu tidak mempunyai penghasilan tetap karena

masyarakat harus tetap memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan adanya covid-

19 ini masyarakt sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dri itu

bagaimana kita secara bersama –sama membantu yang mempunyai kelebihan bisa

membantu yang berkekurangan sesuai apa yang di anut oleh Indonesia. Covid-19

memberikan dampak buruk terhadap perekonomian masyarakat di Indonesia.

Berdasarkan penelitian Hanoatubun, 2020 dampak yang dialami sektor

ekonomi saat ini adalah :

a. Untuk pekerja yang dirumahkan dan kena PHK, lebih dari 1,5 juta,” .

Dari jumlah ini, 90 persen dirumahkan dan 10 persen kena-PHK.

Sebanyak 1,24 juta orang adalah pekerja formal dan 265 ribu pekerja

informal.

b. Selanjutnya dampak kedua, PMI Manufacturing Indonesia


40

mengalami kontraksi atau turun hingga 45,3 pada Maret 2020.

Padahal dari angka terakhir yaitu Agustus 2019, PMI Manufacturing

masih berada di angka 49. Adapun PMI Manufacturing ini

menunjukkan kinerja industri pengolahan, baik dari sisi produksi,

permintaan baru, hingga ketenagakerjaan.

c. Ketiga, impor pada triwulan I 2020 turun 3,7 persen year-to-date

(ytd).

d. Inflasi/ peningkatan harga secara umumdan terus menerus Maret

2020 mencapai 2,96 persen year-on-year ~ 152 ~ (yoy). Inflasi ini

disumbangkan oleh harga emas perhiasan dan beberapa komoditas

pangan.

e. Kelima, 12.703 penerbangan di 15 bandara dibatalkan sepanjang

Januari-Maret 2020. Rinciannya yaitu 11.680 untuk penerbangan

domestik dan 1.023 untuk penerbangan internasional.

f. Kunjungan turis turun hingga 6.800 per hari, khususnya turis dari

Cina.

g. Ketujuh, angka kehilangan pendapatan di sektor layanan udara

mencapai Rp 207 miliar. Sekitar Rp 4,8 di antaranya disumbang dari

penerbangan dari dan ke Cina.

h. Penurunan okupansi/penempatan pada 6 ribu hotel turun hingga 50

persen. Selain itu, kata Sri, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Wishnutama juga memperkirakan potensi kehilangan devisa

pariwisata bisa mencapai setengah dari tahun lalu.


41

b. Dampak Terhadap Pendidikan

Setelah tersebarnya COVID-19 kegiatan pendidikan diliburkan sementara,

sebagai pengganti kegiatan pembelajaran tatap muka di alihkan dalam kegiatan

pembelajaran secara online. Pembelajaran online merupakan pembelajaran yang

dilaksanakan dengan menggunakan koneksi internet sebagai penghubung

terjalinnya komunikasi antara pendidik dan peserta didik tanpa adanya kontak

fisik. Pembelajaran online memiliki beberapa kelemahan yaitu penggunaan

jaringan internet membutuhkan infrastruktur yang memadai, membutuhkan

banyak biaya, komunikasi melalui internet terdapat berbagai kendala/lamban.

Disamping itu juga terdapat kelebihan yang meliputi kadar interaksi antara

mahasiswa dengan dosen, pembelajaran dapat dilakukan dimana dan kapan saja

(time and place flexibility), Menjangkau peserta didik (mahasiswa) dalam

cakupan yang luas (potential to reach a global audience), dan mempermudah

penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content

as well as archivable capabilities).(Ericha, 2020)

c. Dampak Terhadap Kesehatan Mental

Ungkapan oleh Direktur program gangguan kecemasan di Yale Child Study

Center, Fakultas Psikologi Universitas Yale, Amerika Serikat, Eli Lewobitz

menjelaskan bahwa virus Ncov-19 ini belum dipetakkan sehingga adanya isolasi

social, dan tindakan pencegahan dapat menimbulkan kecemasan dan depresi.

Selain itu, professor edimiologi dari Universitas Yale, Kaveh Khoskood

mengungkapkan hal serupa, dengan adanya pandemi ini masyarakat yang

membuat jarak social menimbulkan konsekuensi kesehatan mental. Dampak yang


42

terjadi tidak hanya di lingkungan masyarakat luas dan ekonomi saja, akan tetapi

banyak sector yang terkena dampak dari pandemi yang muncul pada bulan

November 2019 ini. Salah satunya dari sector pendidikan terutama pendidikan di

Indonesia, saat ini pemerintah menggembor-gemborkan sekolah di rumah di mana

siswa belajar secara daring dan tidak berangkat ke sekolah. Jika situasi ini terjadi

dalam jangka panjang, tentunya tidak hanya kondisi fisik siswa tetapi kondisi

mental siswa jauh lebih berdampak.

Studi lain menunjukkan bahwa ketika pandemi terjadi terjadi respon

psikologis yang beragam (salah satunya respon emosi), tergantung kesiapan dan

pengalaman individu. Penelitian tentang kecemasan menghadapi flu babi (H1NI)

pada tahun 2009, hasilnya menunjukkan kecemasan flu babi dipengaruhi oleh

kecemasan kesehatan, ketakutan terkontaminasi dan sensitivitas.(Wheaton dan

Abramowitz, 2012) Sementara di indonesia, hasil survei Iskandarsyah dan

Yudiana menunjukkan 78 % partisipan cemas dengan penyebaran COVID-19 dan

23% merasa tidak bahagia atau dalam kondisi tertekan.(Agung, 2020)

d. Dampak Terhadap Perilaku Sosial dan Keagamaan

COVID-19 telah mengubah signifikan kehidupan manusia hanya dalam

hitungan bulan, perilaku sosial manusia berubah drastis akibat penyesuaian

terhadap pandemi COVID-19. Perubahan tidak hanya terjadi pada level individu

tetapi juga kelompok, organisasi dan perusahaan. Hampir semua aspek terkena,

mulai dari pendidikan, ekonomi, politik dan agama. Perubahan itu menimbulkan

ketidaknyamanan dan gejolak Memahami Pandemi COVID-19 Dalam Perspektif

Psikologi Sosial di masyarakat. COVID-19 telah mengubah atau ‘mengacaukan’


43

orang dalam acara-acara yang sakral dan religius, seperti pernikahan dan kegiatan

keagamaan. Banyak acara resepsi, yang ditunda atau dibubarkan kegiatan agama,

seperti sholat jumat di masjid ditiadakan

Beberapa himbauan yang digunakan pemerintah untuk mengurangi

penyebaran COVID-19 yang secara langsung mengubah perilaku sosial, seperti,

stay at home, social distancing, physical distancing, cuci tangan, menggunkan

masker, dan sebagainya. Pembatasan pergerakan sosial mempengaruhi masyarakat

dalam berperilaku. Misalkan, pemerintah menekankan bekerja di rumah bagi

ASN, Guru dan Siswa. Semua cara itu dilakukan guna mengurangi penyebaran

COVID-19.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan media online di beberapa wilayah di

Indonesia, terdapat perubahan perilaku masyarakat akibat COVID-19. Perubahan

itu berasal dari inisiatif sendiri maupun himbauan atau perintah dari otoritas yang

berwenang. Misalnya jaga jarak sosial ketika berinteraksi, dan peningkatan

solidaritas masyarakat dalam bentuk kepeduliaaan dan perilaku prososial pada

masa pandemi. Di sisi lain, pandemik dapat meyebabkan perubahan perilaku

berdampak gejolak sosial di tengah masyarakat.Misalkan, penolakan jenazah

pasien COVID-19 di beberapa daerah salah satu yang menjadi masalah pada

situasi pandemi adalah stigma (Taylor, 2019; APA, 2020).

Stigma adalah suatu keyakinan negatif dari individu atau kelompok mengenai

sesuatu. Stigma dapat berkaitan dengan sesuatu yang tampak dan tak tampak,

kontrol dan tidak terkontrol, penampilan, perlaku dan kelompok. Stigma dibentuk

sebagai hasil konstruksi oleh masyarakat, dan budaya pada konteks tertentu.
44

Stigma memiliki dampak signifikan bagi individu dan sosial (Frost, 2011)

Stigma dapat merusak kesehatan mental, dan fisik pada penderita penyakit.

Stigma dapat berupa penolakan sosial, gosip, kekerasan fisik, dan penolakan

layanan. Mengalami stigma dari orang lain dapat menyebabkan peningkatan

gejala kecemasan ,depresi, dan stres (Earnshaw, 2020)

2.4 Tinjauan Teori Tentang Variabel yang Diteliti

Pandemi Covid-19 ini memiliki dampak di berbagai aspek salah satunya

peningkatan kecemasan Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu

dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.

Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan

kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada siapa saja salah satunya mahasiswa,

mereka berada pada masa peralihan sehingga memiliki potensi stressor yang baru,

stressor itu mampu menimbulkan gangguan kecemasan bila tidak di tanggulangi.

Mahasiswa ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang

terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik,

politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Tugas perkembangan

merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial

psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan pendidikan

atau masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Tugas perkembangan adalah

tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode

kejidupan tertentu dan apabila berhasil mencapainya, mereka akan bahagia, tetatpi

sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau

masyarakat dan perkembangan selanjutnya akan mengalami kesulitan.(Hulukati


45

dan Djibran, 2018)

Beberapa penelitian Berdasarkan penelitian Cao et al., (2020) Rahman et

al., (2020) faktor yang menyebabkan kecemasan pada mahasiswa khususnya

dimasa pandemi diantaranya:

1. Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan pemikiran individu mengenai orang-orang

terdekatnya untuk membantunya saat mengalami kesulitan, sehingga dirinya

mendapatkan penguatan dari orang tersebut. Dukungan sosial juga dapat

dikatakan sebagai tindakan menolong orang lain berdasarkan hubungan

interpersonalnya, dukungan social dapat bersumber dari keluarga, teman dan

orang terdekat yang special. Dapat berupa dukungan emosional, dukungan

penghargaan dukungan instrumental dan dukungan informasi, dimasa pandemi

ini dengan kehadiran orang-orang terdekat di lingkungan mahasiswa dan

memberikan dukungan positif maka itu dapat mereduksi kecemasan yang

dialaminya, dukungan itu dapat berwujud teman yang dapat bisa mendengar,

bantuan makanan, masker ataupun barang ataupun jasa yang laih, memberikan

dukungan semangat bisa melewati pandemi ini.(Dewi et al., 2014)

2. Keberadaan kerabat atau teman terpapar Covid-19

Adanya teman atau kerabat yang terpapar Covid-19 dapat menjadi faktor

meningkatnya kecemasan di akibatkan ketakutan seseorang untuk tersuspect

atau terinfeksi virus corona dan kemudian dapat menularkannya ke orang lain

lagi.(Duan et al., 2020)

3. Status Tempat Tinggal


46

Status tempat tinggal di maksudkan bahwa mereka yang tingal bersama orang

tua memiliki peluang lebih kecil merasakan kecemasan dikarenakan mereka

merasa aman, nyaman dan terlindungi tanpa kekhawatiran dan terpenuhinya

beberapa keinginan dengan mudah , penelitian lain juga mengatakan karena

tingkat kekhawatiran akan kesehatan orang tuanyanya lebih rendah dari pada

orang yang tidak tinggal bersama orang tuanya karena tidak dapat memantau

langsung kondisi orang tua mereka..(Gentili et al., 2019)

4. Pengetahuan

Pengetahuan seseorang mempengaruhi mereka dalam bersikap dan

melakukan perilaku pencegahan, pada umumnya orang yang memiliki

pengetahuan tinggi memiliki peluang kecil untuk mengalami kecemasan

Ketidaktahuan mengenai Covid-19 dapat menyebabkan munculnya kecemasan

dan pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.(Stuart,

2006).

5. Sistem Pembelajaran/Pekuliahan

Sistem pembelajaran yang diterapkan di masa pandemi pada umumnya

dilakukan secara online sistem pembelajaran dengan metode pembelajaran

jarak jauh secara menyeluruh merupakan pengalaman yang baru bagi

mahasiswa. Kondisi ini merupakan kondisi baru dimana mahasiswa melakukan

adaptasi kembali dengan metode pembelajaran dan menjadi stressor baru bagi

mahasiswa dan dapat menimbulkan kecemasan, Pembelajaran jarak jauh tentu

memiliki kekurangan diantaranya adalah jaringan internet yang tidak stabil,

lingkungan tempat belajar yang tidak kondusif serta seringkali beban tugas
47

bertambah dibandingkan dengan kuliah tatap muka biasanya, hal-hal tersebut

merupakan faktor yang dapat menimbulkan kecemasan pada mahasiswa

(Nurcita dan Susantiningsih, 2020).

6. Pendapatan Orang Tua

Menurut Stuart (2006) kecemasan dapat terjadi karena status ekonomi

diantaranya pendapatan, pekerjaan dan tingkat pendidikan Akibat dari pandemi

ini berimbas juga kepada perekonomian Pendapatan atau penghasilan keluarga,

juga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan anggota keluarganya karena

adanya beban moril yang harus di tanggung oleh setiap anggota keluarga untuk

dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga. keluarga akan melakukannya

kehilangan sumber pendapatan mereka, dan siswa merasa cemas membayar

biaya sekolah .

2.5 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

a. Penelitian oleh Cao et al., (2020) dengan judul “The psychological impact of

the COVID-19 epidemic on college students in China” meneliti dampak

psikologi dalam hal ini kecemasan selama pandemi Covid-19 dan factor-

faktor yang mempengaruhinya Penelitian ini menggunakan metode analitik

observasional dengan desain studi cross sectional. Populasi dalam penelitian

ini adalah mahasiswa kedokteran Chamgzhi University pengambilan sampel

cluster sampling. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan

dengan kecemasan pada mahasiswa selama pandemi Covid-19 diantaranya

tinggal didaerah perkotaan (OR = 0,810, 95% CI = 0,709 - 0,925)

(p=0,001),stabilitas pendapatan keluarga atau status ekonomi saat pandemi


48

(OR = 0,810, 95% CI = 0,709 - 0,925)( p=0,001), tinggal Bersama orang tua

(OR = 0,752, 95% CI = 0,596) - 0,950) (p= 0.017), terdapat kerabat yang

terinfeksi covid-19 (OR = 3.007, 95% CI = 2.377 - 3.804)( p=o,001), Efek

terhadap ekonomi, (r = 0.315, P =0 .001), dan dukungan social (r = −0.151,

p = 0.001).

b. Penelitian oleh Rahman et al., (2020) dengan judul “The Influence Of

Physical Distance To Student Anxiety On Covid-19, Indonesia”meneliti

tentang beberapa faktor mengenai Physical Distance yang berhubungan

dengan kecemasan di kalangan mahasiswa Universitas. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross-Sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa aktif berumur >18

tahun yang ada di Samarinda Kalimantan Timur dengan sampel berjumlah

285 responden. Hasil dalam penelitian ini diperoleh oleh responden yang

tidak mengalami kecemasan / kecemasan ringan 148 (59,7%), kecemasan

sedang 68 (27,4%) dan kecemasan parah 32 (12,9%) dengan karakteristik

mayoritas <20 tahun 55,6%, jenis kelamin perempuan 65,7%, Islam 81,0 %,

belum menikah 94,8% dan indeks massa tubuh normal 83,9%. Hasil statistik

menunjukkan beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan

diantaranya melakukan karantina / isolasi (0,016), riwayat kontak (0,003),

kegiatan di luar rumah (0,021), lama tinggal di rumah (0,000), penggunaan

masker dan cuci tangan (0,005), aktivitas fisik (0,012) , kontak keluarga

(0,028), pengetahuan Covid-19 (0,000) dan riwayat perjalanan (0,044) .

c. Penelitian oleh Nurcita dan Susantiningsih, (2020) dengan judul “Dampak


49

Pembelajaran Jarak Jauh Dan Physical Distancing Pada Tingkat Kecemasan

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jakarta” peneliti ingin melihat pengaruh pembelajaran jarak jauh

dengan tingkat kecemasan mahasiswa. Metode dalam penelitian ini adalah

deskriptif dengan pendekatan Cross-Sectional populasi dalam penelitan ini

adalah mahasiswa program studi sarjana kedokteran fakultas kedokteran

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta angkatan 2018 dengan

jumlah populasi sebanyak 100 mahasiswa Hasil dalam penelitian ini

didapatkan bahwa mahasiswa kedokteran mengalami tingkat kecemasan berat

(88%). Pada keseluruhan respon baik respon fisiologis, afektif, kognitif dan

perilaku, persentase paling besar terdapat pada tingkat kecemasan berat

dibandingkan tingkat kecemasan sedang, ringan dan tidak ada kecemasan.

Namun ditinjau dari tingkat kecemasan berdasarkan respon atau gejala

kecemasan, maka respon perilaku memiliki nilai terbesar pada tingkat

kecemasan berat (72%) diikuti oleh respon kognitif (55%). Sedangkan pada

respon afektif, tingkat kecemasan ringan memiliki persentase paling besar

(29%) dibandingkan dengan respon perilaku (3%). Hal ini adalah terdapat
Faktor presipitasi Internal
pengaruh pembelajaran jarak jauh dan physical distancing dengan tingkat
Usia
kecemasan mahasiswa dan respon atau gelaja kecemasan dapat
Jenis menunjukan
Kelamin
Status Ekonomi
tingkat kecemasan yang dialami oleh mahasiswa. Pendapatan
Pekerjaan
2.6 Kerangka Teori
Tingkat Pendidikan
Potensi2006
Kecemasan berhubungan dengan beberapa factor Stuart, Stressor
membagi
Maturitas
faktor tersebut menjadi predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor
Tipe predisposisi
Kepribadian
Keadaan Fisik
Faktor Predisposisi Pengetahun mengenai
Psikoanalitik Covid-19
Interpersonal Sistem pembelajaran
Perilaku Status tempat tinggal
Biologis Indeks Prestasi
50

diantaranya terdiri dari faktor psikoanalitik, interpersonal, perilaku, biologis

sedangkan faktor presipitasi terbagi atas dua yaitu presipitasi internal dan

eksternal, dimana faktor presipitasi internal meliputi ancaman integritas fisik dan

ancaman sistem diri. dukungan sosial, lingkungan dan situasi, terdapat kerabat

yang positif/suspek/gejala Covid-19 dan faktor presipitasi eksternal meliputi usia,

jenis kelamin, status ekonomi (pendapatan, pekerjaan, tingkat pendidikan),

pendapatan, pekerjaaan, potensi stressor, maturitas, tipe kepribadian, keadaan

fisik, pengetahun mengenai Covid-19, sistem pembelajaran, status tempat tinggal

dan indeks prestasi.

Faktor presipitasi Eksternal

Ancaman Integritas
Fisik
Ancaman Sistem Diri
Dukungan Sosial
Lingkungan dan situasi
Keberadaan kerabat Tingkat
yang Positif/Suspek Kecemasan
/Gejala Covid-19

Gambar 2.1. Kerangka Teori


(Sumber : Modifikasi oleh Stuart, (2006), Cao et al., (2020) ,
Rahman et al., (2020) dan (Nurcita dan Susantiningsih, 2020)
2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, karena adanya keterbatasan waktu dan biaya

penelitian maka peneliti hanya memilih enam variabel dalam penelitian ini yang
51

tergambar dalam kerangka konsep sebagai berikut:

Pengetahuan mengenai Covid-


19

Status Tempat Tinggal Tingkat Kecemasan


1. Normal
2. Rendah
Dukungan Sosial 3. Sedang
4. Berat
Pendapatan Orang tua

Keberadaan kerabat atau teman


yang terinfeksi Covid-19

Sistem Perkuliahan

Gambar 2.2. Kerangka Konsep


Keterangan:
: Variabel Dependen

: Variabel Independen

2.6 Hipotesis

a. H0 : Pengetahuan mengenai Covid-19 bukan merupakan faktor yang

berhubungan dengan tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada

mahasiswa Universitas Halu Oelo

Ha : Pengetahuan mengenai Covid-19 merupakan faktor yang

berhubungan dengan tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada

mahasiswa Universitas Halu Oelo

b. H0 : Status tempat tinggal bukan merupakan faktor yang berhubungan

dengan tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa


52

Universitas Halu Oelo

Ha : Status tempat tinggal merupakan faktor yang berhubungan dengan

tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas

Halu Oelo

c. H0 : Dukungan sosial bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan

tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas

Halu Oelo

Ha : Dukungan sosial merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat

kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu

Oelo

d. H0 : Pendapatan orang tua bukan merupakan faktor yang berhubungan

dengan tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa

Universitas Halu Oelo

Ha : Pendapatan orang tua merupakan faktor yang berhubungan dengan

tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa

Universitas Halu Oelo

e. H0 : Keberadaan kerabat atau teman yang terinfeski Covid-19 bukan

merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan di masa

pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu Oelo

Ha : Keberadaan kerabat atau teman yang terinfeksi Covid-19 merupakan

faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan di masa pandemi

Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu Oelo


53

f. H0 : Sistem perkuliahan bukan merupakan faktor yang berhubungan

dengan tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa

Universitas Halu Oelo

Ha : Sistem perkuliahan merupakan faktor yang berhubungan dengan

tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas

Halu Oelo

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu

pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan

pada variabel terikat dan variabel bebas. Pendekatan ini digunakan untuk melihat

hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya.

3.1.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini dapat digambarkan pada skema berikut :

Populasi
(Sampel)
54

Faktor Risiko (+) Faktor Risiko (-)

Efek (+) Efek (-) Efek (+) Efek (-)

Gambar 3.3. Desain Penelitian Cross Sectional


(Sumber : Notoadmodjo, 2002)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Dikarenakan keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh sampel

maka peneliti memutuskan untuk menggunakan bantuan aplikasi goggle form,

dimana aplikasi ini dapat menyebarkan informasi secara cepat dan luas melalui

link pada Mahasiswa Universitas Halu Oleo jenjang S1 yang menjadi responden.

3.2.2 Waktu

Waktu penelitian ini berkisar bulan Agustus tahun 2020

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif yang berada di

jenjang S1 di Universitas Halu Oleo berdasarkan data PDDikti pelaporan tahun

2019/2020 yaitu 34.776 mahasiswa.

3.3.2 Sampel

Untuk menghitung ukuran sampel dalam penelitian ini maka dilakukan


55

dengan menggunakan rumus sampel agar mendapatkan hasil representative, hasil

penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak memerlukan

tabel jumlah sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan

sederhana.

Dalam penelitian ini menggunakan proporsi 40,3 % dari penelitian yang

dilakukan Rahman (2020) di Institusi Kependidikan X. Adapun koefisien

kepercayaan 95 % dan sampling error sebesar 5 %. Dikarenakan besarnya

populasi diketahui atau terbatas (finite), maka rumus ukuran sampel untuk

menaksir sebuah populasi, peneliti menggunakan rumus Lemeshow (1997) dalam

Akdon dan Riduwan (2010) mencari sampel:

Keterangan:
P = Proporsi 40,3 % (0,403)

Z2 1- /2 = Statistic Z (Z = 1,96 untuk )

d = Presisi absolut atau margin of error yang diinginkan dikedua sisi

proporsi (-/+ 5 %)

N = Populasi sebesar 34.776

n = Besar sampel
56

Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang mejadi responden dalam

penelitian ini di sesuaikan menjadi sebanyak 366 orang dari seluruh total

Mahasiswa Universitas Halu Oleo , hal dilakukan untuk mempermudah dalam

pengolahan data dan untuk hasil pengujian yang lebih baik.

Proses pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional stratified

random sampling. Sampel dikelompokkan dalam 15 strata, yaitu Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Farmasi, Fakultas

Kedokteran, Fakultas Peternakan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan,

Fakultas Ilmu Budaya, dan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian. Dengan

penentuan proporsi masing-masing strata. Setelah didapatkan sampel secara

proporsional, pengambilan sampel setiap strata dilakukan dengan cara random dan

memperhatikan proporsi pada masing-masing fakultas, yaitu (Prasetyo dan

Jannah, 2010).
57

Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan

rumus alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional dengan

cara:

𝑛i = .n

Dimana :

ni= Jumlah anggota sampel menurut startum

n= Jumlah anggota sampel seluruhnya

Ni= Jumlah anggota populasi menurut startum

N= Jumlah anggota sampel seluruhnya

Tabel 3.1Populasi dan Sampel


No. Unit Kerja Populasi Sampel
1. Fakultas Keguruan dan Ilmu 7.277 77
Pendidikan
2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis 3.688 39
3. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 5.521 58
4. Fakultas Pertanian 3.145 33
5. Fakultas Matematika dan Ilmu 1.999 21
Pengetahuan Alam
6. Fakultas Hukum 1.991 21
7. Fakultas Teknik 1.980 21
8. Fakultas Kesehatan Masyarakat 1.183 12
9. Fakultas Perikanan dan Ilmu 1.620 17
Kelautan
10. Fakultas Farmasi 831 9
11. Fakultas Kedokteran 479 5
12. Fakultas Peternakan 788 8
13. Fakultas Kehutanan Dan Ilmu 794 8
Lingkungan
14. Fakultas Ilmu Budaya 2.272 24
15. Fakultas Ilmu dan Teknologi 1.208 13
Kebumian
Total 34.776 366
58

3.4 Variabel Penelitian

a. Variabel Dependen atau terikat dalam penelitian ini adalah tingkat

kecemasan

b. Variabel independen atau bebas dalam penelitian ini adalah status tempat

tinggal, ,pendapatan orang tua, keberadaan kerabat atau teman terinfeksi

Covid-19, sistem perkuliahan dan dukungan social.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan layanan web goggle form yang terdiri

dari paket kuesioner terstruktur diantaranya

a. Alat ukur kecemasan

Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) merupakan kuesioner yang

digunakan untuk mencatat adanya kecemasan dan menilai kuantitas tingkat

kecemasan. Zung telah mengevaluasi validitas dan realibilitasnya dan hasilnya

baik. Penelitian lain yang juga dilakukan menunjukkan Cronbach alpha 0,79

menandakan korelasi keseluruhan butir-butir pertanyaan yang baik dan

realibilitas uji yang baik ( Nasution,2013).

Penilaian kecemasan pada remaja akhir /dewasa yang dirancang oleh

William W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam

diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II). Zung Self-

rating Anxiety Scale (ZSAS) yang mengandung 20 pertanyaan: 5 pertanyaan

positif dan 15 pertanyaan negatif yang menggambarkan gejala-gejala

kecemasan. Setiap butir pertanyaan dinilai berdasarkan frekuensi dan durasi

gejala yang timbul: (1) jarang atau tidak pernah sama sekali, (2) kadang-
59

kadang, (3) sering, dan (4) hampir selalu mengalami gejala tersebut. Skor

masing-masing pertanyaan dijumlahkan menjadi 1 (satu) skor global dengan

kisaran nilai 20-80. Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS) telah digunakan

secara luas sebagai alat skrining kecemasan.

Tabel 3.2. Pertanyaan Tingkat kecemasan

Pertanyaan Favourable Unfavourable


No. Pertanyaan 5,9,13,17,19 1,2,3,4,6,7,8,10,11,12,14,15,1
6,18
Total 5 15

b. Alat ukur tingkat pengetahuan

Untuk melihat pengetahuan dalam penelitian ini menggunakan alat ukur

kuisioner yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian

(Zhong et al., 2020) terdiri dari 8 item pertanyaan yang memuat item virus

penyebab Covid-19, transmisi Covid-19, pencegahan dan kontrol.

c. Alat ukur dukungan sosial yang dirasakan

Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur dukungan sosial dalam

penelitian ini adalah mengguakan Multidimensional Scale of Perceived Social

Support (MSPSS) yang dikembangkan oleh Gregory D. Zimet pada tahun

1988. Alat ukur ini awalnya memang dikembangkan bagi mahasiswa (Zimet,

Dahlem, Zimet, dan Farley, 1988 dalam Cheng dan Chan) dan juga alat ukur

MSPSS ini juga pernah digunakan pada sampel mahasiswa yang belajar di

luar negeri (Zimet dan Canty-Mitchell, 2000). Oleh sebab itu, peneliti merasa

alat ukur ini cocok digunakan pada penelitian ini dengan subjek mahasiswa.

Tingkat reliabilitas dan validitas kuisioner Multidimensional Scale of


60

Perceived Social Support (MSPSS) sebelumnya sudah pernah di uji dan

digunakan untuk penelitian Aprianti, 2012 dan didapatkan nilai Cronbach

alpha sebesar 0,760 dengan kategori cukup baik oleh sebab itu dapat

dikatakan alat ukur MPSS ini memiliki reliabilitas yang baik.

Alat ukur ini digunakan untuk mengukur penilaian yang diberikan

individu mengenai dukungan sosial yang adekuat yang berasal dari keluarga,

teman, dan seseorang yang spesial (significant other). Sumber dukungan dari

seseorang yang spesial merupakan salah satu keunikan dari alat ukur ini.

Zimet dan Canty- Mitchell (2000) menyatakan bahwa dimensi seseorang yang

spesial relevan pada remaja yang sedang tertarik dengan lawan jenisnya dan

mereka juga banyak dipengaruhi oleh orang dewasa yang bukan termasuk

keluarga. Dalam penelitian ini, significant others disebuat dengan “orang yang

special”, sedangkan pada alat ukur aslinya disebut dengan “special

person.”kuisioner yang dikembangkan oleh Zimet (1988) untuk melihat

penerimaan dukungan social yang dirasakan yang terdiri dari 12 aitem,

meliputi 4 item dukungan keluarga, 4 item dukungan teman dan 4 item orang

spesial

Tabel 3.3. Alat Ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support


(MSPSS)
Dimensi Contoh Item Nomor Item
Keluarga Keluarga saya sangat berusaha untuk membantu 3, 4, 8, 11
atau menolong saya
Teman Saya dapatmengandalkan teman-teman saya 6, 7, 9, 12
ketika saya dalam masalah
Seseorang Saya memiliki seseorang yang special yang ada di 1, 2, 5, 10
yang
special saat saya membutuhkannya
61

Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) menggunakan 5

tingkat penilaian : sangat tidak setuju (STS) mendapatkan skor 1, tidak setuju

(TS) mendaatkan skor 2, netral (N) mendapatkan skor 3, setuju (S) mendapatkan

skor 4 dan sangat setuju (SS) mendapatkan skor 5.

d. Kuesioner karakteristik responden,

Bagian ini termasuk data diri nama, jenis kelamin, usia, asal fakultas,

status tempat tinggal kemudian keberadaan kerabat atau teman terinfeksi

Covid-19, pendapatan orang tua

3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Berdasarkan definisi konsep, maka dibuat beberapa definisi operasional

yang digunakan pada saat penelitian di Universitas Halu Oleo Kendari sebagai

berikut:

a. Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan emosional negatif yang ditandai dengan

adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang,

berkeringat, kesulitan bernapas dan beberapa gejala lainnya.

Skala : Ordinal

Alat ukur : Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)

Kriteria Objektif

1) Normal/tidak cemas : Jika mempunyai total skor dari kuesioner

tentang kecemasan 20-44 dari seluruh pertanyaan yang diajukan.

2) Ringan-sedang : Jika mempunyai total skor dari kuesioner tentang

kecemasan 45-59 dari seluruh pertanyaan yang diajukan.


62

3) Berat : Jika mempunyai total skor dari kuesioner tentang kecemasan

60-74 dari seluruh pertanyaan yang diajukan.

4) Panik : Jika mempuny ai total skor dari kuesioner tentang kecemasan

75-80 dari seluruh pertanyaan yang diajukan.

b. Pengetahuan mengenai Covid-19

Pengetahuan mengenai covid-19 adalah seberapa paham seseorang

terhadap sesuatu dalam hal ini mengenai Covid-19.

Skala : Nominal

Alat ukur : Kuisioner pengetahuann mengenai Covid-19

Kriteria Objektif

1) Pengetahuan Baik : Jika skor >4

2) Pengetahuan Buruk : Jika skor

c. Status Tempat Tinggal

Status tempat tinggal adalah kediaman yang ditempati selama pandemi

Covid-19 berlangsung .

Skala : Nominal

Alat ukur : Kuisioner

Kriteria Objektif

1) Bersama orang tua : Jika saat pandemi tinggal dengan orang tua

2) Tidak Bersama orang tua : Jika saat pandemi tinggal tidak dengan

orang tua

(Gentili et al., 2019)


63

d. Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah bantuan instrumental maupun emosional dari

orang lain untuk membantu individu yang bersangkutan dalam mengatasi

masalah.

Skala : Nominal

Alat ukur : Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS)

Kriteria Objektif

1) Dukungan sosial rendah : Jika mempunyai skor dari kuesioner

kualitas tidur ≤40

2) Dukungan social tinggi : Jika mempunyai skor dari kuesioner

kualitas tidur >40

(Dewi et al., 2014)

e. Pendapatan Orang tua

Pendapatan orang tua adalah jumlah keseluruhan penghasilan rata-rata

per bulan yang diperoleh orang tua yang berasal dari pekerjaan, kepemilikan

dan usaha terdiri dari pendapatan dari pekerjaan pokok dan pekerjaan

sampingan.

Skala : Nominal

Alat ukur : Kuisioner

Kriteria Objektif

1) Sangat Tinggi : > Rp.3.500.000

2) Tinggi : Rp2.500.000-Rp3.500.000

3) Sedang : Rp1.500.000-Rp2.500.000
64

4) Rendah : < Rp1.500.000

(BPS,2013)

f. Keberadaan kerabat atau teman yang terinfeksi Covid-19

Keberadaan orang terdekat seperti kerabat/memiliki tali kekeluargaan

seperti orang tua, saudara sepupu (sedarah/sedaging) dan teman yang

terinfeksi Covid-19

Skala : Nominal

Alat ukur : Kuisioner

Kriteria Objektif

1) Ada : Jika terdapat kerabat atau teman terinfeksi Covid- 19

2) Tidak ada : Jika tidak terdapat kerabat atau teman yang terinfeksi

Covid-19

(Duan et al., 2020)

g. Sistem Perkuliahan

Sistem perkuliahan adalah cara atau metode yang digunakan dalam

melaksanakan proses pembelajaran atau perkuliahan saat pandemi Covid-19

Skala : Nominal

Alat ukur : Kuisioner

Kriteria Objektif :

1) Online : Jika saat pandemi melakukan perkuliahan atau

pembelajaran dengan media online

2) Offline : Jika saat pandemi melakukan perkuliahan tatap langsung

dengan dosen
65

(Nurcita dan Susantiningsih, 2020)

3.7 Jenis Data Penelitian

3.7.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini yakni berupa data yang diperoleh secara

langsung dari responden dilakukan dengan pengisian kuesioner secara online

melalui goggle form. Data primer ini akan ditanyakan kepada responden adalah

variabel penelitian yang meliputi karakteristik responden, termasuk jenis kelamin,

umur, status tempat tinggal dan asal fakultas kemudian pendapatan orang tua ,

keberadaan kerabat atau teman terinfeksi Covid-19, sistem perkuliahan, beberapa

item pertanyaan mengenai pengetahun Covid-19, dukungan social yang dirasakan

dan tingkat gejala kecemasan yang dirasakan.

2.7.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Pusat Teknologi dan Informasi (Pustik)

Universitas Halu Oleo untuk melihat jumlah mahasiswa aktif dan persebarannya

di tiap fakultas yang ada di Universitas Halu Oleo.

3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.8.1 Teknik Pengolahan Data

Setelah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara entry

data, editing, coding, dan tabulasi.

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner

apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap, jelas jawaban dari responden,

relevan jawaban dengan pertanyaan, dan konsisten.


66

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka atau bilangan. Pemberian kode bertujuan untuk

mempermudah analisis data dan entry data.

c. Entry Data

Memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam perangkat komputer

untuk selanjutnya diolah.

d. Tabulasi

Tabulasi dimaksudkan untuk memasukkan data ke dalam tabel – tabel dan

mengatur angka – angka serta mengelompokkan data sesuai variabel dan

kategori penelitian sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai

kategori.

3.8.2 Teknik Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan

Program SPSS 16 yang dilakukan setelah semua data terkumpul. Data yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan:

1. Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk mendapat distribusi frekuensi dari variabel

dependen tingkat kecemasan dan variabel independen (pengetahuan mengenai

Covid-19,status tempat tinggal, dukungan social ,pendapatan orang tua,

keberadaan kerabat atau teman terinfeksi Covid-19 dan sistem perkuliahan).

2. Analisa Bivariat

Analisa ini menggunakan rumus statistik korelatif yang dapat digunakan


67

untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yaitu satu variabel bebas

(independent variabel) dengan satu variabel terikat (dependent variabel). Peneliti

akan menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan antara variable

dependen tingkat kecemasan dan variable independent (pengetahuan mengenai

Covid-19,status tempat tinggal, dukungan social ,pendapatan orang tua,

keberadaan kerabat atau teman terinfeksi Covid-19 dan sistem perkuliahan).


Daftar Pustaka

Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi

Sosial. Psikobuletin:Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2), 68–84. Retrieved from

http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Psikobuletin/article/view/9616/5058

Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia

(Lansia). Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00

Aprianti, I. (2012). HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED SOCIAL SUPPORT

DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA PERANTAU

TAHUN PERTAMA DI UNIVERSITAS INDONESIA. Universitas Indonesia.

Bao, Y., Sun, Y., Meng, S., Shi, J., & Lu, L. (2020). 2019-nCoV epidemic:

address mental health care to empower society. The Lancet, 395(10224),

e37–e38. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30309-3

Cao, W., Fang, Z., Hou, G., Han, M., Xu, X., & Dong, J. (2020). The

psychological impact of the COVID-19 epidemic on college students in

China. Psychiatry Research Journal, 287(January).

Chen, H., Guo, J., & Wang, C. (2020). Clinical characteristics and intrauterine

vertical transmission potential of COVID-19 infection in nine pregnant

women: a retrospective review of medical records. Journal of the Formosan

Medical Association, (January), 19–21.

Chen, Q. (2020). Mental health care for medical staff in China during the

COVID-19 outbreak. (January).

Clift, Morris, Kovacs, & Rottenberg. (2011). Emotion modulated startle in anxiety

disorders is blunted as a function of co-morbid depressive episodes.

68
Psychological Medicine, 41, 129–139.

Danim, S. (2013). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

Demak, I. P., & Suherman. (2016). HUBUNGAN UMUR, JENIS KELAMIN

MAHASISWA DAN PENDAPATAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN SARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UNIVERSITAS

TADULAKO. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 3(1), 23–32.

Dewi, N., Putri, E., Kep, M., J, S. K., Erwina, N. I., Kep, M., & J, S. K. (2014).

Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan Narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang Tahun 2014. 10(1).

Duan, L., Shao, X., Wang, Y., Huang, Y., Miao, J., & Yang, X. (2020). An

investigation of mental health status of children and adolescents in china

during the outbreak of COVID-19. Journal of Affective Disorders Journal,

(January).

Ericha, P. (2020). DAMPAK COVID-19 TERHADAP KEGIATAN

PEMBELAJARAN ONLINE DI SEBUAH PERGURUAN TINGGI

KRISTEN DI INDONESIA. Perspektif Ilmu Pendidikan, 34(1), 1–8.

https://doi.org/http://doi.org/10.21009/PIP.341.1

Feng, S., Shen, C., Xia, N., Song, W., Fan, M., & Cowling, B. J. (2020). Rational

use of face masks in the COVID-19 pandemic. The Lancet Respiratory

Medicine, 8(May), 434–436. https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30134-

Frost, D. M. (2011). Social Stigma and its Consequences for the Socially

69
Stigmatized. Social and Personality Psychology Compass, 5(11), 824–839.

https://doi.org/10.1111/j.1751-9004.2011.00394.x

Gentili, D., Bardin, A., Ros, E., Piovesan, C., Ramigni, M., Dalmanzio, M., …

Cinquetti, S. (2019). Impact of Communication Measures Implemented

During a School Tuberculosis Outbreak on Risk Perception among Parents

and School Sta ff , Italy , 2019. 1–15.

Habibullah, M., Hastiana, Y., & Hidayat, S. (2019). SEMINAR HASIL SKRIPSI

DI LINGKUNGAN FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PALEMBANG. Jurnal Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah

Metro, 10, 36–44.

Hanoatubun, S. (2020). DAMPAK COVID – 19 TERHADAP

PEREKONOMIAN INDONESIA. Journal of Education, Psychology and

Counseling, 2, 2716–4446.

Hartaji, R. D. A., & Sedjo, P. (2012). Berkuliah Dengan Jurusan Pilihan Orang

Tua. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Hu, Y., … Gu, X. (2020). Articles

Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan ,

China. 6736(20), 1–10.

Hui, D. S. (2020). The continuing 2019-nCoV epidemic threat of novel

coronaviruses to global health — The latest 2019 novel coronavirus outbreak

in Wuhan, China The. International Journal of Infectious Diseases,

91(January), 264–266.

Hulukati, W., & Djibran, M. R. (2018). Analisis Tugas Perkembangan Mahasiswa

70
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Bikotetik

(Bimbingan Dan Konseling: Teori Dan Praktik), 2(1), 73.

https://doi.org/10.26740/bikotetik.v2n1.p73-80

Jiao, W. Y., Wang, L. N., Liu, J., Fang, S. F., & Jiao, F. Y. (2020). Behavioral and

Emotional Disorders in Children during the COVID-19 Epidemic. The

Journal of Pediatrics, 8–11. https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2020.03.013

Kemenkes. (2020a). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. COVID-19.

Kemenkes. (2020b). KMK No.HK.01.07 MENKES-413-2020 Tentang Pedoman

Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.

KQ, K., CF, Y., L, C., Tzer, L., R, P., TM, M., & M, M. (2020). A Well Infant

with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) with High Viral Load 2020.

Clin Infect Dis.

Li, Q., Guan, X., Wu, P., Wang, X., Zhou, L., Tong, Y., … Feng, Z. (2020). Early

transmission dynamics in Wuhan, China, of novel coronavirus-infected

pneumonia. New England Journal of Medicine, 382(13), 1199–1207.

https://doi.org/10.1056/NEJMoa2001316

Liu, Y., & Gayle, A. A. (2020). The reproductive number of COVID-19 is higher

compared to SARS coronavirus. (Figure 1), 1–4.

https://doi.org/10.1093/jtm/taaa021

Lubis, N. L. (2011). Memahami Dasar-dasar Konseli Dalam Teori dan Praktik.

Jakarta.

Mazza, C., Ricci, E., Biondi, S., Colasanti, M., Ferracuti, S., Napoli, C., & Roma,

P. (2020). A nationwide survey of psychological distress among italian

71
people during the covid-19 pandemic: Immediate psychological responses

and associated factors. International Journal of Environmental Research and

Public Health, 17(9), 1–14. https://doi.org/10.3390/ijerph17093165

Moghanibashi, A. (2020). Assessing the anxiety level of Iranian general

population during COVID-19 outbreak. Asian Journal of Psychiatry,

51(January).

Nevid, J. S., Murad, J., Medya, R., Kristiaji, W. C., Greene, B., & Rathus, S. A.

(2005). Psikologi abnormal. Erlangga.

Nurcita, B., & Susantiningsih, T. (2020). DAMPAK PEMBELAJARAN JARAK

JAUH DAN PHYSICAL DISTANCING PADA TINGKAT KECEMASAN

MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN ” JAKARTA. 3(1), 58–68.

Ong, S., YK, T., PY, C., TH, L., OT, N., & Wong, M. (2020). Surface

Environmental, and Personal Protective Equipment Contamination by Severe

Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From a

Symptomatic Patient. JAMA.

Özdin, S., & Bayrak Özdin, Ş. (2020). Levels and predictors of anxiety,

depression and health anxiety during COVID-19 pandemic in Turkish

society: The importance of gender. International Journal of Social

Psychiatry, 66. https://doi.org/10.1177/0020764020927051

Persakmi. (2020). Hasil Survei Psikososial Masyarakat Indonesia di Masa

Pandemi Covid-19. Retrieved from Hasil Survei Psikososial Masyarakat

Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

72
Rahman, F. F., Muhammadiyah, U., Timur, K., Ardan, M., Tinggi, S., Kesehatan,

I., … Masyarakat, K. (2020). THE INFLUENCE OF PHYSICAL DISTANCE

TO THE INFLUENCE OF PHYSICAL DISTANCE TO STUDENT ANXIETY

ON COVID-19 , INDONESIA. 7(17). https://doi.org/10.31838/jcr.07.17.141

Rumini, S., & Sundari, S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT.

Asdi Mahasaty.

Schwartz, S. (2000). Abnormal psychology : a discovery approach. In Mountain

View Pub.co.

Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Stuart, G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Ramona P.

Kapoh & Egi Komara Yudha. In Jakarta: EGC.

https://doi.org/10.1186/s13104-018-3435-1

Supriyantini, S. (2010). Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian

Anatara Siswa Program Reguler Dengan Siswa Program Akselerasi.

Universitas Sumatera Utara.

Utama, H. (2013). Buku Ajar Psikiatri Ed.2. Pekanbaru: FK-UI.

Wang, C., Pan, R., Wan, X., Tan, Y., Xu, L., & Mcintyre, R. S. (2020). Since

January 2020 Elsevier has created a COVID-19 resource centre with free

information in English and Mandarin on the novel coronavirus COVID- 19 .

The COVID-19 resource centre is hosted on Elsevier Connect , the company

’ s public news and information website . Elsevier hereby grants permission

to make all its COVID-19-related research that is available on the COVID-

19 resource centre - including this research content - immediately available

73
in PubMed Central and other publicly funded repositories , such as the

WHO COVID database with rights for unrestricted research re-use and

analyses in any form or by any means with acknowledgement of the original

source . These permissions are granted for free by Elsevier for as long as the

COVID-19 resource centre remains active . Brain , Behavior , and Immunity

A longitudinal study on the mental health of general population during the

COVID-19 epidemic in China. (January).

Wang, W., & Tang, J. (2020). Updated understanding of the outbreak of 2019

novel coronavirus (2019-nCoV) in Wuhan, China. Journal of Medical

Virology, 92(4), 441–447. https://doi.org/10.1002/jmv.25689

Wheaton, M. G., & Abramowitz, J. S. (2012). Psychological predictors of anxiety

in response to the H1N1 (swine flu) pandemic. Cognitive Therapy and

Research, 36(3), 210–218. https://doi.org/10.1007/s10608-011-9353-3

World Health Organization. (2020). Clinical management of severe acute

respiratory infection when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected.

Geneva.

Xiao, C. (2020). A novel approach of consultation on 2019 novel coronavirus

(COVID-19)-related psychological and mental problems: Structured letter

therapy. Psychiatry Investigation, 17(2), 175–176.

https://doi.org/10.30773/pi.2020.0047

Yang, Y., Li, W., Zhang, Q., Zhang, L., Cheung, T., & Xiang, Y. (2020).

Correspondence Mental health services for older adults in China during the

COVID-19. The Lancet Psychiatry, 7(4), e19. https://doi.org/10.1016/S2215-

74
0366(20)30079-1

Yusuf Syamsu. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

Remaja Rosdakary. https://doi.org/10.21831/cp.v1i1.9198

Zhang, H., Penninger, J. M., Li, Y., Zhong, N., & Slutsky, A. S. (2020).

Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) as a SARS-CoV-2 receptor:

molecular mechanisms and potential therapeutic target. Intensive Care

Medicine, 46(4), 586–590. https://doi.org/10.1007/s00134-020-05985-9

Zhong, B. L., Luo, W., Li, H. M., Zhang, Q. Q., Liu, X. G., Li, W. T., & Li, Y.

(2020). Knowledge, attitudes, and practices towards COVID-19 among

chinese residents during the rapid rise period of the COVID-19 outbreak: A

quick online cross-sectional survey. International Journal of Biological

Sciences, 16(10), 1745–1752. https://doi.org/10.7150/ijbs.45221

75
76
LAMPIRAN

77
Lampiran 1. Informed Consent

INFORMED CONSENT

Kepada Yth. Reponden

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saya mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari, saat ini sedang melaksanakan
penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kecemasan
dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Pada Mahasiswa Universitas Halu Oleo”.

Penelitian ini merupakan bagian dari tugas akhir untuk mencapai derajat
sarjana kesehatan masyarakat. Saya sangat mengharapkan partisipasi Ibu untuk
menjadi responden saya dan menjawab pertanyaan yang saya ajukan.

Jawaban yang Anda berikan selama proses penelitian berlangsung tidak


akan disalahgunakan untuk maksud lain. Untuk keperluan tersebut diharapkan
kesediaan dan kesungguhan Ibu untuk menjawab pertanyaan dengan sebenar –
benarnya karena kejujuran jawaban yang Anda berikan sangat mempengaruhi
proses penelitian ini.

Atas partisipasi dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Pernyataan :

Saya menyatakan bahwa saya secara sukarela bersedia untuk menjadi responden
dalam penelitian ini

Kendari, Agusuts 2020


Peneliti

(Kartini)

78
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN


DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA
UNIVERSITAS HALU OLEO

Data Responden dan karakteristik factor


1. Nama/samaran
2. U s i a
3. Jenis Kelamin 1. Laki-Laki

2. Perempuan
4. Asal Fakultas 1. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

3. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik

4. Fakultas Pertanian

5. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

6. Fakultas Hukum

7. Fakultas Teknik

8. Fakultas Kesehatan Masyarakat

9. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan

10. Fakultas Farmasi

11. Fakultas Kedokteran

79
12. Fakultas Peternakan

13. Fakultas Kehutanan dan Ilmu

Lingkungan

14. Fakultas Ilmu Budaya

15. Fakultas Ilmu dan Teknologi

Kebumian
BAGIAN 1
1. Pendapatan orang tua 1. ≥ Rp.3.500.000
2. Rp2.500.000-Rp3.500.000
3. Rp1.500.000-Rp2.500.000
4. ≤ Rp1.500.000
2. Tinggal bersama orang tua saat 1. Bersama Orang Tua
pandemi Covid-19 berlangsung
2. Kos/Sendiri
3. Terdapat kerabat yang terinfeksi 1. Ada
Covid-19
2. Tidak Ada
4. Sistem perkuliahan selama 1. Online
pandemi Covid-19
2. Offline

80
KUISIONER TINGKAT KECEMASAN

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan
anda atau apa yang anda rasakan menghadapi pandemic Covid-19
 Tidak pernah sama sekali 1
 Kadang-kadang saja mengalami demikian 2
 Sering mengalami demikian 3
 Selalu mengalami demikian setiap hari 4

No Pernyataan Jawaban
1 Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas dari
1 2 3 4
biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas 1 2 3 4
3 Saya merasa seakan tubuh saya berantakan atau
1 2 3 4
Hancur
4 Saya mudah marah, tersinggung atau panic 1 2 3 4
5 Saya selalu merasa kesulitan mengerjakan segala
1 2 3 4
sesuatu atau merasa sesuatu yang jelek akan terjadi
6 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar 1 2 3 4
7 Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher
1 2 3 4
atau nyeri otot
8 Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah 1 2 3 4
9 Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan tenang 1 2 3 4
10 Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan
1 2 3 4
keras dan cepat
11 Saya sering mengalami pusing 1 2 3 4
12 Saya sering pingsan atau merasa seperti pingsan 1 2 3 4
13 Saya mudah sesak napas tersengal-sengal 1 2 3 4
14 Saya merasa kaku atau mati rasa dan kesemutan pada
1 2 3 4
jari-jari saya
15 Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan 1 2 3 4
16 Saya sering kencing daripada biasanya 1 2 3 4
17 Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah
1 2 3 4
oleh keringat
18 Wajah saya terasa panas dan kemerahan 1 2 3 4
19 Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam 1 2 3 4
20 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk 1 2 3 4

KUISIONER DUKUNGAN SOSIAL


Bacalah setiap pernyataan dengan cermat dan teliti.Berilah tanda () pada salah

81
satukotak dari empat alternative jawaban yang sesuai. Pilihan jawaban yang
tersedia:
SS : SANGAT SETUJU

S : SETUJU

N : NETRAL

TS : TIDAK SETUJU

STS : SANGAT TIDAK SETUJU

Jawablah dengan jujur dan terbuka setiap pernyatan yang ada.Jika Anda
mengalami kesulitan dengan sebuah pernyataan, maka jawablah berdasarkan
reaksi yang pertama kali terlintas di benak Anda.Pastikan semua pernyataan
sudah Anda jawab.

NO PERNYATAAN SS S N TS STS
1. Ada seseorang yang spesial yang selalu siap ketika
saya membutuhkannya
2. Ada seseorang yang spesial yang dengannya saya
dapat berbagi sukadanduka
3. Keluarga saya selalu berusaha untuk
membantusaya.
4. Saya mendapatkan dukungan emosional dan
bantuan yang saya butuhkan dari keluarga saya
5. Saya mempunyai seseorang yang spesial yang
memberikan kenyamanan
6. Teman-teman saya selalu mencoba membantu saya

7. Saya bias mengandalkan teman- teman Ketika terjadi


sesuatu yang tidak diinginkan.
8. Saya dapat menceritakan permasalahan saya kepada
keluarga saya.
9. Saya memiliki teman- teman untuk berbagi suka
dan duka
10. Ada seseorang yang special dalam hidup saya yang

82
peduli mengenai perasaan saya.
11. Keluarga saya mau membantu saya untuk membuat
keputusan.
12. Saya dapat menceritakan masalah saya kepada
teman- teman saya.

KUESIONER PENGETAHUAN MENGENAI COVID-19

NO PERNYATAAN Benar Salah


1. Masa inkubasi virus korona berkisar antara 2
hingga 14 hari
2.
Virus corona penyebab Covid-19 tetap hidup di
tangan dan permukaan untuk sementara waktu
3.
Demam, batuk kering, dan kelelahan gejala
paling umum dari Covid-19
4.
Coronavirus menyebabkan infeksi paru-paru
yang serius
5.
COVID ‐ 19 dapat ditularkan melalui tetesan
pernapasan orang yang terinfeksi yang masuk
melalui mulut, hidung dan mata
6. Virus Corona dapat menyebar melalui udara di
lingkungan padat, tertutup dan berventilasi buruk
7. Tidak semua penderita COVID-2019 akan
berkembang menjadi kasus yang parah. Hanya
mereka yang sudah lanjut usia, memiliki penyakit
kronis, dan sedang
obesitas lebih cenderung menjadi kasus yang
parah
8. Ada vaksin untuk COVID ‐ 19
9. Saat ini tidak ada obat yang efektif untuk
COVID-2019, tetapi dengan deteksi dini Covid-
19 pada gejala dan pengobatan
pendukung/suportif dapat sangat membantu
pasien sembuh dari infeksi
10. Mencuci tangan (di setidaknya 20 detik).,
memakai masker dan menjaga jarak merupakan
penting untuk perlindungan dari COVID ‐ 19

83
30
31

31
32

32

Anda mungkin juga menyukai