Anda di halaman 1dari 45

PRINSIP K3

(LEGAL ASPECT) Dr. Robiana Modjo, SKM, M.Kes


TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa memahami legal aspect terkait Keselamatan dan


Kesehatan Kerja

Mengkaji dan memilih legal aspect yang tepat untuk suatu industri
atau proses kerja.

Menerapkan legal aspect terkait Keselamatan dan kesehatan kerja


pada kasus-kasus tertentu
FILOSOFI PERUNDANG-UNDANGAN K3
WHY: MENGAPA DIPERLUKAN PERUNDANGAN K3?
1. K3 ADALAH HAK ASASI MANUSIA
2. K3 SEBAGAI ALASAN KEMANUSIAAN DAN MORAL
3. K3 DALAM ISU EKONOMIS
4. K3 DALAM ISU TEKNOLOGI
5. K3 SEBAGAI PERHATIAN PUBLIK (PUBLIC ATTENTION)

FUNGSI PERUNDANGAN K3 :
1. MENGATUR SUATU ORGANISASI DALAM MENJALANKAN BISNIS SESUAI HUKUM K3
2. PROTEKSI DAN PENCEGAHAN PADA PEKERJA (PREVENTION & PROTECTION)
3. MENCANANGKAN LINGKUNGAN & TEMPAT KERJA YANG SEHAT DAN AMAN
WH0: SIAPA SAJA YANG TERLIBAT ( STAKEHOLDER)
DALAM PENERAPAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
K3?
 LEMBAGA INTERNASIONAL PEMERINTAHAN (INTER-GOVERNMENTAL
ORGANIZATION)
 LEMBAGA INTERNASIONAL NON-PEMERINTAHAN (NON-GOVERNMENTAL
ORGANIZATION)
 PEMERINTAH
 PENGUSAHA/PEMBERI KERJA (EMPLOYER)
 PEKERJA
 ASOSIASI PROFESI
 PERSEKUTUAN DAGANG (TRADE UNION)
 MASYARAKAT
WHAT:HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI INDONESIA
 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 (UUD
1945)
 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA/ PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UNDANG-UNDANG
 PERATURAN PRESIDEN
 PERATURAN PEMERINTAH
 PERATURAN PROVINSI
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
SUMBER: (PASAL 7 UU NO. 12 TAHUN 2011)
WHERE: KAPANKAH MULAI DIBERLAKUKANNYA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN K3?
1. KRONOLOGIS PENERAPAN K3 DI DUNIA INTERNASIONAL
2. KRONOLOGIS PENERAPAN K3 DI INDONESIA
 SEBELUM KEMERDEKAAN INDONESIA
 SETELAH KEMERDEKAAN INDONESIA
WHERE: DI MANA PENERAPAN KONTEKS “WHAT”?

UMUM INDUSTRI INDUSTRI MIGAS BATAN RUMAH SAKIT INDUSTRI


PERTAMBANGAN KONSTRUKSI

INDUSTRI PABRIK INDUSTRI INDUSTRI KIMIA FASILITAS KEMENTRIAN


MANUFAKTUR OTOMOTIF KESEHATAN
HOW: IMPLEMENTASI
(CONTOH KASUS)
ELEMEN 1: PEKERJA (PEOPLE)
ELEMEN 2: PERALATAN (EQUIPMENT)
ELEMEN 3: LINGKUNGAN KERJA (ENVIRONMENT)
ELEMEN 4: METODE KERJA (WORK METHODS)
ELEMEN 5: MATERIAL (MATERIALS)
INDUSTRI NUKLIR (BATAN)
SIFAT TENAGA NUKLIR
Manfaat >< potensi bahaya radiasi
• Pengawasan
• Ketentuan keselamatan nuklir
• Sistem Keamanan nuklir

•mencegah ancaman internal/eksternal


•mendeteksi tepat waktu
•tindakan tanggap yang wajar
•meminimalkan kerusakan akibat kecelakaan
INDUSTRI NUKLIR (BATAN)
Bahan bakar nuklir merupakan bahan strategis, produksi dan/atau
pengadaan bahan baku untuk pembuatan bahan nuklir hanya
dilaksanakan oleh Badan pelaksana
>> UU Nomor 10 Tahun 1997 pasal 10

Bahan nuklir adalah bahan yang dapat menghasilkan reaksi


pembelahan berantai atau bahan yang dapat diubah menjadi bahan
yang dapat menghasilkan reaksi pembelahan berantai

Zat radioaktif adalah setiap zat yang memancarkan radiasi pengion


dengan aktivitas jenis lebih besar dari pada 70KBq/kg (2 nCi/g)
ACUAN STANDAR
HIRARKI PERATURAN PERATURAN INDUSTRI NUKLIR
DI INDONESIA
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran
 PP No. 58 Th 2015 tentang Keselamatan Radiasi dan Keamanan dalam
Pengangkutan ZRA
 PP No. 56 Tahun 2014, Jenis dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan
Pajak
 PP No. 54 tahun 2012 Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir
 PP No.29 tahun 2009, Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan
Bahan Nuklir
 PP No.33 tahun 2007, Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber
Radioaktif
 PP No.26 tahun 2002, Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif
 PP No.61 tahun 2013, Pengelolaan Limbah RA
HIRARKI PERATURAN PERATURAN
INDUSTRI NUKLIR DI INDONESIA
 Kep.Ka.BAPETEN No. 10/Ka-BAPETEN/V-99, Ketentuan Keselamatan
Operasi Reaktor Penelitian

 Kep.Ka.BAPETEN No. 12Ka-BAPETEN/V-99, Ketentuan Keselamatan Kerja


Penambangan dan Pengolahan Bahan Galian Nuklir

 Kep.Ka.BAPETEN No. 13/Ka-BAPETEN/V-99, Sistem Pertanggungjawaban


dan Pengendalian Bahan Nuklir

 Kep.Ka.BAPETEN No. 11/Ka-BAPETEN/V-99, Izin Konstruksi dan Operasi


Iradiator
INDUSTRI FASILITAS PEMANFAATAN
RADIASI PENGION
Perka Bapeten No. 4 Thn 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan
Radiasi dalam Pemanfaatan tenaga nuklir

Perka Bapeten No. 3 Thn 2013 tentang Keselamatan Radiasi


dalam penggunaan radioterapi

Perka Bapeten No. 7 Thn 2013 tentang Nilai Batas Radioaktivitas


Lingkungan

Perka Bapeten No. 17 Thn 2012 tentang Keselamatan Radiasi


dalam kedokteran nuklir
LANJUTAN ...
 Kep.Ka.BAPETEN No. 01-P/Ka-BAPETEN/I-03, Pedoman Dosis Pasien
Radiodiagnostik
 PERKA No.06 tahun 2009, Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan ZRA &
pesawat sinar –X untuk peralatan Gauging
 PERKA No.07 tahun 2009, Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan
Radiografi Industri
 PERKA No. 1 tahun 2010, Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Kedaruratan
Nuklir
 PERKA No. 4 tahun 2010, Sistem Manajemen Fasilitas dan kegiatan
pemanfaatan tenaga nuklir
 PERKA No. 6 tahun 2010, Pemantauan Kesehatan untuk Pekerja Radiasi
ACUAN STANDAR / PASAL TERKAIT
 KepPres No.49 tahun 1986, Pengesahan Convention on the Physical
Protection of Nuclear Materials
 KepPres No.80 tahun 1993, Pengesahan An Amendement Of Article VI Of
The Statute Of The International Atomic Energy Agency
 KepPres No.81 tahun 1993, Pengesahan Convention on Early Notification of A
Nuclear Accident
 KepPres No.82 tahun 1993, Pengesahan Convention on Assistance in the Case
of a Nuclear Accident or Radiological Emergency . dll
KEMENTERIAN KESEHATAN
(KESEHATAN KERJA)
PRINSIP UPAYA KESEHATAN KERJA
Meliputi :
1. Penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
untuk mewujudkan pekerja sehat dan produktivitas kerja yang optimal.
2. Mengutamakan upaya promotif dan preventif selain kuratif dan
rehabilitatif.
3. Mengedepankan hubungan yang harmonis antara pemerintah,
pengelola/pengurus tempat kerja dan pekerja.
4. Memberikan kesempatan pekerja untuk melakukan akses ke fasilitas
kesehatan.

Upaya kesehatan kerja merupakan bagian dari Sistem


Manajemen perusahaan/tempat kerja secara keseluruhan dan
bagian dari Sistem Manajemen K3.
RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA

UNDANG-UNDANG RI
NOMOR 36 TAHUN
2009
TENTANG
KESEHATAN
RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA

Bab XII Kesehatan Kerja


Pasal 164 – 166:
“Secara tegas menyatakan ruang
lingkup, tugas dan tanggung jawab
Pemerintah, Pengusaha dan Pekerja”
PASAL 164
1) Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan
2) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pekerja disektor formal dan informal
3) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di
lingkungan tempat kerja
4) Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) berlaku juga bagi kesehatan pada lingkungan tentara
nasional Indonesia baik darat, laut, maupun udara serta kepolisian
Republik Indonesia
PASAL 164
5) Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
6) Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan menjamin
lingkungan kerja yang sehat serta bertanggung jawab atas
terjadinya kecelakaan kerja
7) Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas
kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PASAL 165
1) Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan
dan pemulihan bagi tenaga kerja
2) Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja
yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja
3) Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada
perusahaan/instansi, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik
dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan
4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan
ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
PASAL 166
1) Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta
wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja
2) Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan
akibat kerja yang diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
3) Pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk perlindungan
pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
PP NO. 33 TAHUN 2012
TENTANG PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
 Bab V pasal 30 :
(1) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung
program ASI Eksklusif.
(2) Ketentuan mengenai dukungan program ASI Eksklusif di Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perusahaan antara
pengusaha dan pekerja/buruh, atau melalui perjanjian kerja bersama antara serikat
pekerja/serikat buruh dengan pengusaha.
(3) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus menyediakan
fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI sesuai dengan kondisi kemampuan
perusahaan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau
memerah ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
PERATURAN BERSAMA 3 MENTERI
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja
& Transmigrasi dan Menteri Kesehatan No.48/Men/PP/XII/2008,
No: PER.27/MEN/XII/2008/, No: 1177/Menkes/PB/XII/2008
tentang PENINGKATAN PEMBERIAN ASI SELAMA KERJA DI
TEMPAT KERJA
KEPUTUSAN / INSTRUKSI PRESIDEN
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul
Karena Hubungan Kerja
Instruksi Presiden Nomor : 7 Tahun 1999 Tentang Wajib Laporan Penyakit
Akibat Hubungan Kerja.
PERATURAN MENTERI
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera Dan Reformasi
Birokrasi No 13 Tahun 2013
Tentang
Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja

Ditujukan bagi PNS dengan latar belakang pendidikan di bidang K3 atau


Kesehatan kerja

Setiap kantor pemerintah di Pusat, Provinsi, Kabupaten/kota dan fasilitas


pelayanan kesehatan, harus mempunyai tenaga jabatan fungsional Pembimbing
Kesehatan Kerja

Peluang baru bagi lulusan K3 di Indonesia yang ingin berkarir di PNS


KEPMENKES
 KEPMENKES NO.1758 / MENKES / SK/XII/2003, Tentang
Standar Pelayanan Kesja Dasar
 KEPMENKES NO. 038/MENKES/I/2007 Tentang Pedoman
Pelayanan Kesja pada PUSKESMAS di Kawasan/Sentra
Industri
 KEPMENKES NO. 432/MENKES/SK/IV/2007 Tentang Pedoman
Manajemen K3 di RS
 KEPMENKES NO. 107/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar
K3 di RS
 PERMENKES NO. 028/Menkes/PER/2011 tentang Klinik 
termasuk mengatur klinik yang ada di perusahaan
MINYAK DAN GAS BUMI (MIGAS)
TUJUAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MIGAS
(Pasal 3 UU No. 22 Tahun 2001)
Menjamin efektivitas Eksplorasi dan Eksploitasi;
Menjamin efektivitas Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan, dan Niaga;
Menjamin efisiensi dan efektivitas tersedianya Minyak Bumi dan Gas Bumi;
Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional;
Meningkatkan pendapatan negara;
Menciptakan lapangan kerja.

PENGAWASAN
PERUMUSAN

FASILITATOR
PEMBINAAN

PENGELOLAAN
KEBIJAKAN

ASET NEGARA
PERAN PEMERINTAH
PENGATURAN KEGIATAN USAHA MIGAS

OPTIMAL, EFISIEN DAN AMAN

KAIDAH KETEKNIKAN
KETEKNIKAN
PENGAWASAN
LEGISLASI/

STANDAR
REGULASI

KEGIATAN USAHA MIGAS

33
TANTANGAN
SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI
P
E
N KEBIJAKAN:
C KESEIMBANGAN ANTARA KEPENTINGAN
NASIONAL DAN KEPENTINGAN INVESTOR
T A
A P
A
N I USAHA INTI MIGAS:
T A  NATURAL DECLINE
A N  KETERBATASAN DATA
 TUMPANG TINDIH LAHAN
N  LAMANYA WAKTU DARI FASE EKSPLORASI KE FASE
G S PRODUKSI
A
A
N
S
KAIDAH KETEKNIKAN YANG BAIK:
A
 LINGKUNGAN
R
 SAFETY
A
N  COMMUNITY DEVELOPMENT
PERUBAHAN KONSTALASI HUKUM MIGAS

Sebelum UU Migas NO. 22/2001 Sekarang UU Migas NO. 22/2001

Regulator Regulator
Hulu Hilir
(Dept. ESDM) (BPH Migas)

PERTAMINA
Pelaksana
• Pengatur dan Hulu
Pelaksana Hulu (SKK Migas)

• Pengatur
dan Pemain
Hilir PT. Pertamina
(Persero) sebagai Pemain-Pemain
Salah satu Lain
Pemain

1970 - 2001 2001 - Saat ini


PERATURAN KETEKNIKAN MIGAS YANG SAAT INI BERLAKU DAN MASA MENDATANG
1960 2001 2004 2006 2007
PERANGKAT LEGISLASI Putusan MK
UU No. 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak No. 002 / PUU-1 / 2003
diputuskan pada tanggal
1960 dan Gas Bumi 21 Des 2004

UU No. 15 Tahun 1962 tentang Penetapan Prp No.2


Tahun 1962 tentang Kewajiban Perusahaan Minyak
1962 Untuk Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri

UU No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan


1971 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara

2001

PERANGKAT REGULASI

MPR 1930 Nomor 341 tentang Peraturan Keselamatan Kerja Pertambangan

1973
PP 19/1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan

1974
PP 17/1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi Migas di Daaerah Lepas Pantai

PP 11/1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian atau Pengolahan Migas


1979

Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) RPP tentang Pengaturan dan Pengawasan Keteknikan
dalam Kegiatan Usaha Migas
Keterangan:
: Garis untuk Tahun 2001
: Garis untuk putusan MK
MINERAL DAN BATU BARA (MINERBA)
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Keselamatan Pertambangan adalah segala kegiatan yang
meliputi pengelolaan K3 pertambangan dan keselamatan
operasional pertambangan
(Permen ESDM No.38 Tahun 2014, Tanggal 30 Desember 2014
tentang penerapan SMKP, pasal 1 ayat 2)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai