Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PENINGKATAN KESADARAN PEKERJA


TERHADAP PROGRAM TEMAN (TEGUR JIKA SAYA TIDAK AMAN)
DALAM UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. X ZONA 9
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen K3

Disusun oleh:
Rofi Rahmaning Widi
NIM 2206016131

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen K3 ini tepat pada
waktunya dengan judul “Peningkatan Kesadaran Pekerja terhadap Program TEMAN (Tegur
Jika Saya Tidak Aman) dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. X Zona 9”.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Manajemen K3 dan untuk menerapkan materi yang sudah disampaikan selama sesi
perkuliahan pada kehidupan nyata di perusahaan tempat kami bekerja.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam penulisan makalah ini:
1. Ibu Dr. dr. Dewi Sumaryani Soemarko, MS, Sp.Ok, SubSp PsiKO (K), selaku Kepala
Program Studi Magister Kedokteran Kerja dan dosen mata kuliah Manajemen K3.
2. Bpk Ir. Eka Satya Putra, selaku dosen mata kuliah Manajemen K3 yang telah
membimbing kami selama pembuatan makalah ini.
3. Bpk dr. Ahmad Fuady, M.Sc, PhD dan Ibu dr. Levina Chandra, MPH, selaku dosen
mata kuliah yang telah membantu dalam memberikan teori dan wawasan dalam
bidang Manajemen K3
Tidak ada yang sempurna di dunia melainkan Allah SWT, begitu pula dengan makalah
ini yang tentu tidak luput dari kesalahan, sehingga kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan tugas kami selanjutnya.

Jakarta, 12 November 2022


Penulis,
Rofi Rahmaning Widi

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… 2


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………. 5
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 5
1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………. 6
1.3 Tujuan ……………………………………………………………… 6
1.3.1 Tujuan Umum ………………………………………………. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………… 7
2.1 Teori Dasar Business Plan ………………………………………. 7
2.1.1 Tabel Hasil Budaya ………………………………………… 8
2.1.2 Peta Strategi Generik ………………………………………. 9
2.1.3 Balanced Score Card dan Matriks Strategi ………………. 11
2.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ……………………….. 13
2.2.1 Pengertian K3 ………………………………………………. 13
2.2.2 Tujuan K3 ……………………………………………………. 14
2.3 Program TEMAN …………………………………………………. 14
BAB III BUSINESS PLAN ………………………………………………………... 17
3.1 Profil Organisasi …………………………………………………… 17
3.1.1 Visi, Misi, Nilai ………………………………………………. 17
3.1.2 Tahun Berdiri dan Bidang Usaha …………………………. 18
3.1.3 Produk atau Jasa yang Dihasilkan ……………………….. 18
3.1.4 Jumlah Pekerja ……………………………………………… 19
3.1.5 Struktur Organisasi …………………………………………. 19
3.1.6 Denah Lokasi ……………………………………………….. 20
3.2 Manajemen Organisasi …………………………………………… 20
3.2.1 Proses Pelayanan dan Operasional Bisnis ……………… 20
3.2.2 Komposisi Tenaga Kerja ………………………………….. 21
3.2.3 Data Kesehatan ……………………………………………. 22
3.3 Analisis Strategi Sebelum dan Sesudah K3 (THB) …………… 23
3.4 Peta Strategi Generik …………………………………………….. 24
3.5 Causal Loop Diagram …………………………………………….. 25
3.6 Matriks Strategi ……………………………………………………. 26
3.7 Peta Jalan ………………………………………………………….. 27

3
3.8 Return on Prevention ……………………………………………… 27
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………………… 28
4.1 Dasar Pemilihan dan Pelaksanaan ……………………………… 28
4.2 Analisis SWOT …………………………………………………….. 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………. 29
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 29
5.2 Saran ……………………………………………………………….. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1 Survey Efektivitas Program TEMAN
LAMPIRAN 2 Hasil Survey Efektivitas Program TEMAN

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat bagi
pekerja sebagai bentuk pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang mungkin terjadi pada pekerja di lingkungan kerja. Kesehatan dan
keselamatan kerja telah menjadi salah satu pilar penting ekonomi makro maupun mikro,
karena keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dipisahkan dari produksi barang
dan jasa. Untuk itu perusahaan harus menekan resiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, karena kecelakaan akan menyebabkan kelambatan produksi, padahal ketepatan
waktu dapat menghemat biaya yang besar, sebaliknya ketidaktepatan dalam memenuhi
jadwal dapat berakibat kerugian yang besar pada perusahaan dan pelanggan.
Kecelakaan timbul sebagai hasil gabungan dari beberapa faktor. Faktor yang
paling utama adalah faktor perlatan teknis, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri.
Misalnya dalam suatu pabrik mungkin saja kekurangan peralatan yang aman, atau
dengan perkataan lain mesin-mesin tidak dirancang baik untuk dilengkapi dengan alat
pengamanan secukupnya. Lingkungan kerja yang bising sehingga tenaga kerja tidak
mendengar isyarat bahaya. Suhu ruangan buruk sehingga para pekerja jadi mudah letih
dan tak mampu lagi untuk berkonsentrasi terhadap tugas-tugas yang ditanganinya,
kurang baiknya pengaturan sirkulasi udara menyebabkan terkumpulnya uap beracun
yang pada akhirnya mengakibatkan kecelakaan. Demikian pula para pekerja itu sendiri
dapatnmenjadi faktor penyebab bila mereka tidak mendapat latihan yang memadai
ataunmereka belum berpengalaman dalam tugasnya.
Inspeksi keselamatan kerja atau dikenal juga dengan istilah inspeksi K3
merupakan standar pemeriksaan dan pencegahan terhadap semua faktor yang memiliki
potensi membahayakan keamanan dan keselamatan jiwa saat bekerja. Tujuannya
adalah untuk menemukan berbagai sumber bahaya yang dapat merugikan dan segera
menemukan solusi untuk mengendalikan sumber bahaya tersebut. Hasil inspeksi harus
direkam dan didokumentasikan sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban
perusahaan atau lingkungan kerja terhadap keamanan dan keselamatan pekerja yang
berada di dalamnya.
Dari hasil penilaian terkait beberapa kasus kecelakaan kerja, salah satu poin yang
muncul adalah rekan kerja yang tidak menegur perilaku tidak aman yang menimbulkan
kecelakaan kerja tersebut. Menegur adalah elemen penting dalam inspeksi K3 karena
menegur ini dapat mengurangi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh perilaku tidak
aman. Menurut Heinrich, 88% kecelakaan kerja disebabkan oleh perilaku tidak aman.

5
Apabila kita bisa menegur dengan baik, maka 88% kecelakaan kerja bisa kita cegah.
Sebagian besar dari kecelakaan kerja disebabkan oleh perilaku yang tidak aman,
sehingga bila proses menegur dilakukan dengan baik maka kecelakaan kerja bisa
dicegah.
Program TEMAN adalah suatu kampanye untuk menyerukan anjuran terkait
menegur rekan kerja bila melakukan kegiatan yang tidak aman. Dengan kampanye
TEMAN ini diharapkan pekerja tidak takut atau ragu dalam menegur rekan kerjanya
terkait hal yang tidak aman tersebut. Program ini sudah berjalan sejak enam bulan
terakhir namun belum ada evaluasi khusus sejak program ini dijalankan.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka yang menjadi
permasalahan dalam makalah ini adalah mengenai Peningkatan Kesadaran Pekerja
terhadap Program TEMAN (Tegur Jika Saya Tidak Aman) dalam Upaya Pencegahan
Kecelakaan Kerja di PT. X Zona 9

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui implementasi program TEMAN di perusahaan PT. X Zona 9 apakah
sudah tersosialisasikan dengan baik
1.3.2 Tujuan Khusus
- Meningkatkan keberanian pekerja untuk menegur rekan kerja yang
melakukan unsafe act dengan cara yang baik dan benar
- Meningkatkan rasa ikhlas pekerja yang ditegur oleh rekan kerjanya
- Meningkatkan pemahaman pekerja terhadap 15 Corporate Life Saving
Rules (CLSR)

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar Bussiness Plan


Salah satu kunci sukses memulai usaha adalah adanya kemampuan menuangkan
ide-ide atau gagasan cemerlang yang kreatif dan inovatif. Ide tersebut harus mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi yang dituangkan dalam rencana bisnis yang matang dan
realistis. Rencana bisnis tersebut berisi tentang apa yang dikerjakan dalam suatu bisnis
ke depan meliputi alokasi sumber daya, perhatian pada faktor-faktor kunci dan
mengolah permasalahan-permasalahan dan peluang yang ada.
Kebutuhan akan sebuah perencanaan bisnis menjadi mutlak jika kita akan
menjalankan suatu bisnis, karena perencanaan bisnis sendiri ibarat sebuah peta dan
kompas untuk menjalankan bisnis. Melalui sebuah perencanaan yang matang kita dapat
menetapkan tujuan utama bisnis kita, skala prioritas, dan menetapkan target yang ingin
dicapai. Dengan adanya rencana bisnis yang baik akan menjadikan peluang sukses
bisnis kita jalankan akan semakin tinggi.
Ada yang menganggap bahwa rencana bisnis atau business plan hanya sekedar
formalitas karena tanpa business plan seseorang tetap bisa menjalankan usaha.
Namun, adanya rencana bisnis sangat penting sebagai alat bantu untuk menjadi
panduan dan alat pencari dukungan investor bagi yang akan memulai sebuah bisnis,
atau yang sedang mengembangkan bisnis.
Berlawanan dengan kesalahpahaman umum, memulai dan menjalankan bisnis,
meski berisiko, risikonya tidak sebesar yang dibayangkan. Walaupun kemungkinan
kegagalan relatif rendah, konsekuensinya dari kegagalan tersebut bisa menjadi
bencana besar. Cara untuk mengurangi bahaya ini adalah dengan mengadopsi
kebiasaan bisnis yang paling sehat – dengan melakukan perencanaan (Barrow dkk,
2001).
Perencanaan bisnis adalah inti dari organisasi dan strategi bisnis, dan merupakan
pendahulu yang penting untuk memulai bisnis baru, memperluas bisnis yang sudah ada,
mendapatkan persetujuan pendanaan proyek, maupun menerima hibah.
Bicara bisnis berarti bicara strategi. Langkah awal yang wajib dilakukan dalam
membangun usaha bagi perusahaan kecil maupun besar adalah dengan membuat
perencanaan bisnis. Business plan merupakan rencana strategis yang akan dilakukan
untuk bisa mencapai target. Kemampuan dalam membuat sebuah business plan yang
baik dan sesuai latar belakang yang nyata, bisa dijadikan tolak ukur bagaimana
kesiapan terjun kedunia bisnis untuk siap menghadapi persaingan usaha yang ketat dan
penuh resiko. Tidak dipungkiri dalam berbisnis modal utama adalah keberanian

7
mengambil resiko karena memang dunia bisnis adalah dunia yang penuh resiko. Namun
demikian resiko dapat dihindari ketika dalam mengambil keputusan dan kebijakan
disertai kemampuan dan kecerdasan dalam menganalisa dan membaca peluang
sehingga resiko bisa diminimalisir atau bahkan bisa dihindari karena tanpa kemampuan
menganalisa terhadap resiko sama saja memasuki pintu kegagalan. Bicara bisnis tidak
hanya sekedar bicara keuntungan namun bicara bisnis adalah bicara strategi, strategi
dalam membuat sebuah sistem manajemen yang baik agar bisnis bisa kuat dan tak
mudah goyah. Ketika dalam berbisnis hanya money oriented dan mengejar keuntungan
semata tanpa mempersiapkan sistem manajemen dan strategi yang baik mustahil bisnis
akan bisa maju dan berkembang dengan baik, oleh karenanya perencanaan bisnis yang
matang sebelum memulai usaha itu wajib agar siap menghadapi segala resiko yang
terjadi dikemudian hari.
Business Plan menjadi bagian penting untuk kesuksesan sebuah bisnis, karena
business plan sebagai alat untuk melakukan proyeksi dan analisis bagi pengambil
keputusan dan kebijakan di masa mendatang. Business Plan menjadi pedoman
strategis untuk mempertajam rencana-rencana yang diharapkan dalam menentukan
arah tujuan dan cara mencapai sasaran yang diinginkan.

2.1.1 Tabel Hasil Budaya


Tabel Hasil Budaya (THB) adalah suatu tabel model pola pikir yang
membandingkan tindakan, kepercayaan, dan pengalaman sebelum adanya
penerapan K3 dan setelahnya. Pendekatan medis menggunakan tabel hazard
yang dibuat dengan mengamati dan menyusun potensi bahaya apa saja yang
dapat menimbulkan suatu kecelakaan atau penyakit akibat kerja dari suatu proses
kerja. Faktor fisik, kimia, biologi, ergonomik maupun psikosoial yang ada
merupakan potensi bahaya di tempat kerja.
Tabel ini membandingkan sebelum dan sesudah penerapan K3 dari segi
tindakan, kepercayaan dan pengalaman pekerja atau perusahaan tersebut.
Tindakan adalah aktivitas dalam penerapan K3. Kepercayaan adalah hal yang
mendasari keyakinan pekerja maupun perusahaan berdasarkan pengalaman
sebelumnya yang dialami pekerja mengenai K3. Pengalaman adalah Persepsi
pekerja terkait penerapan K3 di lingkungan kerjanya. Untuk mengetahui
bagaimana penerapan sebelum dan sesudah K3, dilakukan dengan cara
mengobservasi atau mengamati proses kerja dan mewawancara pekerja melalui
beberapa pertanyaan.

8
SEBELUM K3 SESUDAH K3

TINDAKAN
(Action)
KEPERCAYAAN
(Belief)
PENGALAMAN
(Experience)

Tabel Hasil Budaya

2.1.2 Peta Strategi Generik


Strategi didefinisikan sebagai "penentuan tujuan dasar jangka panjang
suatu perusahaan, dan penerapan tindakan serta alokasi sumber daya yang
diperlukan untuk melaksanakan tujuan tersebut." Strategi ditetapkan untuk
menetapkan arah, memfokuskan upaya, mendefinisikan atau memperjelas
organisasi, dan memberikan konsistensi atau panduan dalam menanggapi
lingkungan.
Manajemen strategis melibatkan konsep terkait perencanaan strategis dan
pemikiran strategis . Perencanaan strategis bersifat analitis dan mengacu pada
prosedur formal untuk menghasilkan data dan analisis yang digunakan sebagai
masukan untuk pemikiran strategis, yang mensintesis data yang menghasilkan
strategi. Perencanaan strategis juga dapat mengacu pada mekanisme kontrol
yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi setelah ditentukan. Dengan
kata lain, perencanaan strategis terjadi di sekitar pemikiran strategis atau aktivitas
pembuatan strategi.
Setelah strategi ditentukan, berbagai tujuan dan ukuran dapat ditetapkan
untuk memetakan arah organisasi, mengukur kinerja, dan mengendalikan
implementasi strategi. Alat-alat seperti kartu skor berimbang dan peta strategi
membantu mengkristalkan strategi, dengan menghubungkan ukuran-ukuran kunci
keberhasilan dan kinerja dengan strategi. Alat-alat ini mengukur ukuran keuangan
, pemasaran , produksi , pengembangan organisasi , dan inovasi untuk mencapai
perspektif yang 'seimbang'. Kemajuan dalam teknologi informasi dan ketersediaan
data memungkinkan pengumpulan lebih banyak informasi tentang kinerja,
memungkinkan manajer untuk mengambil pandangan yang lebih analitis bisnis
mereka dari sebelumnya.
Strategi juga dapat diatur sebagai serangkaian "inisiatif" atau "program",
yang masing-masing terdiri dari satu atau lebih proyek. Berbagai mekanisme

9
pemantauan dan umpan balik juga dapat dibentuk, seperti pertemuan rutin antara
divisi dan manajemen perusahaan untuk mengontrol implementasi.
Peta Strategi (strategy map) adalah representasi visual dari hubungan
sebab-akibat diantara komponen-komponen strategi perusahaan. Peta Strategi
Generik adalah suatu piramida alur berfikir sebagai suatu dasar rancangan
Business plan yang akan diambil. Peta strategi generik (the general straegy map)
yang umum terdapat empat model perspektif dari balance scorecard dengan
tambahan rincian-rincian strategi dan mengembangkan fokus. Ada tiga alur
berpikir dari peta strategi ini yaitu peningkatan produktivitas, peningkatan
pendapatan dan inovasi. Dari ketiga alur tersebut dilihat dari beberapa perspektif
meliputi perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses internal dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

VISI

Peningkatan RoI (Return


of Investment)

Perspektif Peningkatan
Finansial Peningkatan Pendapatan dalam Pertumbuhan dalam
Produktifitas segmen atau market produk atau jasa baru
yang ada

Perspektif
Pelanggan

Perspektif
Proses
Internal

Perspektif
Ciptakan Budaya Kinerja Tinggi
Pembelajaran
dan
Pertumbuhan

Gambar Peta Strategi Generik

10
2.1.3 Balanced Score Card dan Matriks Strategi
Balanced Scorecard (BSC) adalah metode pengukuran hasil kerja yang
digunakan perusahaan atau biasa disebut dengan strategi menajemen
berdasarkan dari empat perspektif yakni keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal dan pembelajaran dan pertumbuhan dalam membuat keputusan startegis
untuk mencapai tujuan organisasi.
BSC sangat membantu perusaan untuk memberikan pandangan
menyeluruh mengenai kinerja perusahaan. Agar kinerja lebih efektif dan efisien,
dibutuhkan sebuah informasi akurat yang mewakili sistem kerja yang dilakukan.
BSC memberi perusahaan elemen yang dibutuhkan untuk berpindah dari
paradigma ‘selalu tentang finansial’ menuju model baru yang mana hasil BSC
menjadi titik awal untuk review, mempertanyakan, dan belajar tentang strategi
yang dimiliki.
Pada awalnya BSC hanya digunakan untuk memperbaiki sistem
pengukuran keuangan. Kemudian meluas dan digunakan untuk mengukur empat
perspektif yaitu:
a. Perspektif keuangan
Dalam BSC, perspektif keuangan merupakan perspektif yang tidak bisa
diabaikan. Pengukuran kinerja keuangan menunjukan apakah
perencanaan, implementasi dan pelaksanaan serta strategi memberikan
perbaikan mendasar. Perbaikan tersebut dapat berupa gross operating
income, return on investement atau economic value-added. BSC dapat
menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan di dalam
mewujudkan pertambahan kekayaan. Kunci perspektif keuangan adalah
keuntungan, tren pertumbuhan, economic value-added, return of equity and
investment, dan arus kas
b. Perspektif pelanggan
Dalam perspektif BSC pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu
menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target.
Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang terbaik untuk
mengukur kinerja dari tiap unit operasi dalam upaya mencapai target
finansial. Apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang
besar dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan
suatu produk baru atau jasa yang bernilai lebih baik kepada pelanggan.
Tolak ukur pelanggan dibedakan dalam dua kelompok yaitu core
measurement group (kelompok inti) dan customer value proposition

11
(kelompok penunjang). Kunci perspektif konsumen adalah kepuasan,
retensi, akuisisi, nilai manfaat, dan market share konsumen
c. Perspektif proses bisnis internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang
memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu
menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang
diinginkan dan memuaskan para pemegang saham. Tiap perusahaan
mempunyai proses dan nilai yang unik bagi pelanggannya.
d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Perspektif Balanced Scorecard ini menyediakan infrastruktur bagi
tercapainya ketiga perspektif sebelumnya serta untuk menghasilkan
pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang. Penting bagi suatu badan
usaha saat melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk
menghasilkan produk atau jasa, tetapi juga melakukan investasi pada
infrastruktur, yaitu: sumber daya manusia, sistem dan prosedur. Tolak ukur
kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal bisa menjadi
pemicu kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dari
manusia, sistem, dan prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka
suatu perusahaan harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling
karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan sistem dan teknologi informasi,
serta menata ulang prosedur yang ada.

Gambar Model Penghubung Perspektif BSC

12
BSC telah membantu merampingkan proses, meningkatkan pendapatan
serta membantu menyediakan sarana untuk mengevaluasi kinerja perusahaan
untuk jangka waktu tertentu. Kemudian bagaimana cara sebuah perusahaan
menghubungkan semua hal itu. Oleh Bapak Ir Eka Satya Putra kemudian
digabungkan menjadi sebuah tabel BSC dan matriks strategi.

Tabel Gabungan Balanced Score Card dan Matriks Strategi (simulasi)

2.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


2.2.1 Pengertian K3
Menurut PP No 50 Tahun 2012, K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sedangkan pengertian
K3 menurut ILO secara umum didefinisikan sebagai ilmu antisipasi, pengenalan,
evaluasi dan pengendalian bahaya yang timbul di atau dari tempat kerja yang
dapat mengganggu kesehatan dan kesejahteraan pekerja, dengan
mempertimbangkan kemungkinan dampaknya terhadap lingkungan masyarakat
sekitar dan lingkungan secara umum.
Berdasarkan PTK 005 SKK Migas tentang Pengelolaan Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan di Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi; Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL)
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi kesehatan, keselamatan
tenaga kerja dan lingkungan melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

13
2.2.2 Tujuan K3
Pada intinya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek
yang harus dikelola dan diimplementasikan di semua institusi. Karena terdapat
tiga tujuan utama K3 menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1970, yaitu:
a. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja.
b. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.
c. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
Dari definisi dan tujuan K3 tersebut kita belajar bahwa ternyata K3 tidak hanya
berbicara tentang “loss control”, pengendalian kerugian (menghindari kegagalan),
tetapi K3 dapat dimanifestasikan ke dalam suatu pencapaian bahkan peningkatan
produktivitas, kualitas, dan keuntungan di tempat kerja.

2.3 Program TEMAN


Menegur adalah elemen utama dalam pengawasan K3 lantaran menegur itu bisa
mengurangi kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh perilaku tidak aman. Setiap pekerja
hampir pernah melihat perilaku tidak aman dari rekan kerjanya. Bila melihat hal itu,
seharusnya pekerja tersebut menegur rekannya untuk keselamatan dirinya. Tetapi, jika
salah dalam memberinya teguran mungkin saja orang ini menjadi marah, merasa dirinya
direndahkan, tak perduli apa yang disampaikan, atau bahkan orang ini berhenti dari
pekerjaan lantaran segan walaupun sebenarnya tujuannya baik yakni agar setiap tanpa
kecelakaan di tempat kerja.
Program TEMAN adalah singkatan dari Tegur Jika Saya Tidak Aman. Program
TEMAN ini bertujuan untuk membentuk budaya ikhlas pada saat diingatkan dan
mengubah budaya sungkan untuk menegur siapapun yang melakukan tindakan atau
cara kerja yang tidak aman. Rangkaian kampanye dimulai dengan berbagai kegiatan
seperti publikasi melalui spanduk dan stiker, sosialiasi di wilayah kerja, lomba, dan
workshop.

14
Gambar Logo TEMAN

Insiatif-inisiatif terkait keselamatan dan menjelaskan bahwa kampanye


keselamatan harus terus dilakukan. TEMAN mempunyai filosofi kesadaran diri untuk
minta ditegur atau dihentikan oleh rekan kerja pada saat melakukan unsafe act. Pekerja
dan manajemen diharapkan terus meningkatkan kepedulian terhadap keselamatan
rekan kerja di sekitar karena aspek keselamatan merupakan prioritas utama dalam
setiap kegiatan operasi dan bisnis perusahaan.
TEMAN adalah salau satu upaya membangun kepedulian dan keikhlasan dalam
menjaga keselamatan bersama dan menjalankan operasi migas yang selamat, efektif,
efisien, dan menghasilkan nilai bagi seluruh pemangku kepentingan. Selain TEMAN,
pekerja juga harus mengetahui dan memahami cara kerja aman atau 15 Company Life
Saving Rules (CLSR) di perusahan PT. X. Dengan pemahaman yang memadai maka
pekerja bisa menegur rekan kerja bila melakukan tindakan yang dinilai bertentangan
atau tidak sesuai dengan prinsip-prinsip CLSR.

15
Gambar 15 Corporate Life Saving Rules (CLSR)

Selama program TEMAN ini berlangsung, belum ada evaluasi untuk menilai
bagaimana program ini berjalan, apakah sudah dipahami oleh pekerja, dan seberapa
besar peran aktif pekerja di program ini terutama di PT.X Zona 9

16
BAB III
BUSINESS PLAN

3.1 Profil Organisasi


PT. X bertugas untuk mengelola seluruh aset dan kegiatan usaha hulu migas
Pertamina di wilayah Kalimantan yang terdiri dari 3 Zona. PT. X menghasilkan minyak
bumi dan gas alam (migas) melalui kegiatan eksplorasi dan produksi dalam mendukung
penyediaan energi yang penting bagi pembangunan dan perekonomian Indonesia.
PT. X mengelola Wilayah Kerja (WK) migas yang berada di Provinsi Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara. Sebagian besar WK migas
merupakan eks terminasi, dan merupakan lapangan-lapangan migas yang sudah
mature dan telah berproduksi selama puluhan tahun. PT. X terus bekerja keras
memelihara tingkat produksi, menambah cadangan, menjaga integritas seluruh fasilitas
produksi dan mempertahankan keekonomian aset-aset tersebut.
PT. X terus mencari lapangan-lapangan migas baru dan mengembangkan
lapangan-lapangan migas yang sudah ada untuk mendukung pencapaian target
produksi migas nasional. Dengan tantangan bisnis dan operasional yang semakin tinggi,
kami senantiasa meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan daya saing dalam menjalankan
operasi migas yang selamat, patuh, dan ramah lingkungan. PT. X juga mendorong
kemajuan masyarakat di sekitar wilayah kerja Perusahaan melalui berbagai program
tanggung jawab sosial demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri.
PT. X memproduksi puluhan ribu barel minyak dan ratusan juta standar kaki kubik
gas per hari dari lapangan-lapangan onshore dan offshore di wilayah kerja di
Kalimantan. Keberhasilannya didorong oleh komitmen seluruh pekerja yang memiliki
dedikasi tinggi, pengalaman dan kinerja unggul serta berpegang teguh kepada nilai-nilai
Perusahaan: Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif (AKHLAK)
untuk mencapai visi PT. X menjadi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Kelas Dunia.

3.1.1 Visi, Misi, Nilai


PT.X memiliki visi dan misi sebagai berikut:
a. Visi: “Menjadi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Kelas Dunia”
b. Misi: "Melaksanakan pengelolaan aktivitas Minyak dan Gas Bumi dengan
mengedepankan langkah untuk menciptakan Nilai Tambah bagi Pemangku
Kepentingan melalui paradigma Industri Energi Kelas Dunia, meliputi:
Inovasi Teknologi, Fundamental Bisnis yang Kuat dan Keunggulan
Operasional"

17
c. Tata Nilai AKHLAK:
- Amanah: Memegang teguh kepercayaan yang diberikan
- Kompeten: Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas
- Harmonis: Saling peduli dan menghargai perbedaan
- Loyal: Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara
- Adaptif: Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakan ataupun
menghadapi perubahan
- Kolaboratif: Membangun kerjasama yang sinergis

3.1.2 Tahun Berdiri dan Bidang Usaha


Perusahaan PT. X didirikan berdasarkan peraturan dan perundang-
undangan di Indonesia pada tanggal 28 Desember 2015 untuk mengelola
sejumlah wilayah kerja migas eks-terminasi di wilayah Kalimantan. PT. X
melanjutkan kemitraan dengan masyarakat setempat yang telah berlangsung
selama lebih dari satu abad melalui penemuan minyak di Lapangan Louise-1
Sanga-Sanga pada 1897.

3.1.3 Produk atau Jasa yang Dihasilkan


a. Operasi Minyak
PT. X Menjalankan kegiatan usaha di bidang pertambangan minyak bumi,
mencakup usaha atau kegiatan pertambangan minyak bumi mentah
termasuk usaha pencarian kandungan minyak bumi, pengeboran,
penambangan, pemisahan serta penampungan, produksi minyak bumi
mentah kondensat, pemrosesan untuk menghasilkan minyak mentah
dengan cara penampungan, penyaringan, pengeringan, stabilisasi dan lain-
lain. Hasil pertambangan minyak bumi antara lain minyak mentah atau crude
oil dan kondensat. Kelompok ini juga mencakup usaha operasi
penambangan pasir bituminous atau oil shale (serpihan minyak) dan pasir
aspal. Kegiatan pertambangan tersebut meliputi penggalian, pengeboran,
penghancuran, pencucian, penyaringan, dan pencampuran serta
penampungan. Termasuk kegiatan produksi minyak bumi mentah dari
serpihan minyak dan pasir bituminous jika terkait dengan pertambangannya
b. Operasi Gas
PT. X berhasil memproduksi ratusan juta standar kaki kubik gas per hari,
sehingga mengokohkan PT. X sebagai sepuluh besar produsen gas di
Indonesia. Produksi gasnya pernah mencapai hampir satu miliar standar

18
kaki kubik gas per hari pada 2018. Dalam kegiatan operasi dan produksi
gas, PT. X menerapkan strategi untuk menahan laju penurunan produksi
alamiah dari lapangan-lapangan yang sudah mature. Strategi tersebut
berhasil menahan laju penurunan produksi gas menjadi hanya 12% dari
natural gas production decline rate sebesar 49%. Komersialisasi hasil
produksi gas bumi PT. X dilaksanakan melalui portofolio penjualan, baik
melalui gas pipa domestik, Liquefied Natural Gas (LNG), dan Liquefied
Petroleum Gas (LPG). Pemasaran LPG untuk keperluan domestik tidak
hanya menambah nilai komersial atas produksi gas, namun juga
mengurangi impor LPG sehingga dapat menghemat devisa negara.

3.1.4 Jumlah Pekerja


Terdapat 1.057 personil di PT.X Zona 9 dengan 3 (tiga) status kerja yaitu PWTT,
PWT, dan TKJP dengan rincian sebagai berikut.

Tabel Rincian Jumlah Pekerja Berdasar Status Kerja di PT. X Zona 9

3.1.5 Struktur Organisasi

Gambar Struktur Organisasi di PT. X

19
3.1.6 Denah Lokasi

Gambar Peta Wilayah Kerja PT. X

3.2 Manajemen Organisasi


3.2.1 Proses Pelayanan dan Operasional Bisnis
Kegiatan usaha PT. X meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan
panas bumi. Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan melalui kerjasama dengan
mitra.

20
Gambar Operasional Bisnis PT.X

3.2.2 Komposisi Tenaga Kerja

Tabel Rincian Jumlah Pekerja Berdasar Usia dan Jenis Kelamin di PT. X Zona 9

21
Tabel Rincian Jumlah Pekerja Berdasar Tingkat Pendidikan di PT. X Zona 9

3.2.3 Data Kesehatan

2021
No
Nama Penyakit Kunjungan
1 I10 - Hipertensi 475
2 J00 - Common Cold 413
3 K30 - Dispepsia 372
4 E78 - Dislipidemia 229
5 M79 - Myalgia 175
6 J02 - Faringitis Akut 143
7 J06 - ISPA 121
8 E11 - DM 115
9 K04 - Pulpitis 115
10 K59 - GEA 101
Tabel 10 Penyakit Terbanyak di PT. X Zona 9

2021
No
Nama Penyakit Jumlah Kasus Jumlah Biaya
1 B34 - COVID-19 187 1.660.590.839
Stroke, tidak terspesifikasi sebagai perdarahan
2
atau infark 1 709.231.462
3 O82 - Persalinan dengan SC 18 511.879.370
4 Atherosclerotic cardiovascular disease, so described 5 349.353.859
5 Z23 - Vaksinasi anak 268 309.530.213
6 C90 - Multiple Myeloma 1 217.519.772
7 N97 - Infertilitas 4 214.043.951
8 Tetralogy Of Fallot 1 190.468.657
9 Osteoarthritis of knee, unspecified 5 178.300.751
10 K04 - Pulpitis 149 165.063.012
Tabel 10 Penyakit dengan Biaya Terbanyak di PT. X Zona 9

22
Gambar Hasil Pencatatan Kecelakaan (Incident Triangle) di PT. X

3.3 Analisis Strategi Sebelum dan Sesudah K3 (THB)

SEBELUM K3 SESUDAH K3
Pekerja jarang menegur rekan kerja yang Pekerja berani menegur rekan kerja yang
melakukan unsafe act karena takut melakukan unsafe act
TINDAKAN Pekerja sering kesal dan marah bila ditegur
Pekerja lebih ikhlas bila ditegur rekan kerjanya
(Action) oleh rekan kerjanya
Pekerja tidak hafal 15 Corporate Life Saving
Pekerja hafal dan memahami 15 Corporate
Rules (CLSR) Life Saving Rules (CLSR)
Pekerja sudah memahami dan meyakini
Pekerja belum memahami sepenuhnya bahwa
sepenuhnya bahwa menegur rekan dengan
menegur rekan dengan unsafe act adalah hal
unsafe act adalah hal yang baik sehingga
yang baik
KEPERCAYAAN sudah menjadi kebiasaan
(Belief)
Pekerja merasa bahwa ditegur rekan kerjanya Pekerja menyadari bahwa teguran dari rekan
adalah hal yang memalukan dan membatasi kerjanya adalah hal yang baik untuk diri dan
kebebasan saat bekerja perusahaan demi mencegah kecelakaan kerja
Pekerja menegur dengan memberikan
pertanyaan terbuka perihal resiko yang dapat
Pekerja menegur secara langsung dengan
terjadi disebabkan prilaku yang mereka
kata-kata yang dapat membuat tersinggung
kerjakan, dan rekannya menyimpulkan sendiri
rekan yang ditegur
hingga dapat menemukan alasan logis dari diri
sendiri untuk berlaku aman
PENGALAMAN Pekerja menegur sambil memberikandata
(Experience) berbentuk grafik, tabel, gambar, cerita atau
bahkan juga video yang menunjukkan
Pekerja sering menegur rekannya dengan cara kecelakaan yang dapat terjadi disebabkan
menakut-nakuti tanpa data/fakta tindakan tak aman yang dikerjakan rekannya,
sehingga memberikan gambaran yang lebih
jelas tentang resiko tindakannya dan langkah
untuk mengatur resiko itu

23
3.4 Peta Strategi Generik

24
3.5 Causal Loop Diagram

25
3.6 Matriks Strategi

26
3.7 Peta Jalan
Nov-22 Dec-22 Nov-23
Starting state Fase 2 : Pelaksanaan

BUSINESS CHANGE
Fase I : Persiapan Fase 3: Evaluasi
Tidak berani menegur rekan kerja ● Sosialisasi berkala ● Survey ulang efektivitas
● Membuat survey
yang melakukan unsafe act efektivitas program TEMAN program TEMAN
program TEMAN ● Lomba PEKA ● Laporan biaya
Tidak ikhlas saat ditegur rekan ● Pelaksanaan MWT kesehatan, jumlah PAK,
kerja karena unsafe act rutin jumlah kecelakaan kerja

Survey Efektivitas TEMAN 25% 50% 100%

PPE Compliance 75% 100%


KPI

Implementasi PEKA 50% 100%

Sosialisasi TEMAN, CLSR, PEKA 25% 50% 100%

SURVEY AWAL PROGRAM TEMAN SOSIALISASI BERKALA PROGRAM SURVEY ULANG PROGRAM TEMAN
PROJECTS &
INITIATIVES

LOMBA PEKA PELAPORAN BIAYA KESEHATAN

MWT RUTIN PELAPORAN PAK DAN KECELAKAAN KERJA

3.8 Return on Prevention


Prevention Balance Sheet
Prevention Costs Value in IDR Prevention Benefits Value in IDR
Ocupational Safety and Health Cost per Ocupational Safety and Health Benefit per
Employee per Year (in IDR) Employee per Year (in IDR)

Pengobatan karena
Biaya Pengadaan APD 3.000.000 50.000.000
sakit/kecelakaan kerja
Biaya Man Hour sesuai
Biaya Health Talk 50.000 jam kerja hilang bila ada 5.250.000
kecelakaan kerja

Biaya Lomba PEKA 50.000

Biaya Sosialisasi 50.000

Biaya Stiker TEMAN 100.000

Total 3.250.000 Total 55.250.000

Return on Prevention 52.000.000

27
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Dasar Pemilihan dan Pelaksanaan


Program manajemen K3 untuk meningkatkan kesadaran pekerja terhadap program
TEMAN (Tegur Jika Saya Tidak Aman) dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja di
PT. X Zona 9 memiliki beberapa rangkaian kegiatan. Program yang diusulkan
dicanangkan dengan menggunakan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) sebagai
berikut:

Problem Analysis and Menentukan latar belakang, merumuskan masalah,


Solution menentukan faktor penyebab dominan
Plan

Improvement Plan Menyusun rencana program dan waktu pelaksanaan

Melaksanakan program sesuai dengan waktu


Do Implementation
pelaksanan
Check Mengevaluasi hasil berdasarkan panca mutu (Quality,
Result Evaluation
Cost, Delivery, Safety, Morale)
Action

4.2 Analisis SWOT


Berikut penjabaran tinjauan pembuatan business plan ini dengan menggunakan
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat).
Strength Weakness

Biaya murah, mudah dilakukan dimanapun, Perlu kesadaran dari diri pekerja dalam
kapanpun, dan oleh siapapun pelaksanaan program

Opportunity Threat

Sebagai langkah awal untuk program K3


selanjutnya, karena program ini menanamkan Pekerja yang acuh tak acuh
kesadaran diri

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
- Sosialisasi berkala terkait program TEMAN baik untuk meningkatkan keberanian
pekerja untuk menegur rekan kerja yang melakukan unsafe act dengan cara yang
baik dan benar dan meningkatkan rasa ikhlas pekerja yang ditegur oleh rekan
kerjanya
- Program TEMAN dapat meningkatkan pemahaman pekerja terhadap 15
Corporate Life Saving Rules (CLSR) sehingga dapat mengurangi kecelakan kerja
akibat unsafe act
- Program TEMAN mampu mengubah budaya sungkan untuk menegur atau
menghentikan cara bekerja yang tidak aman (unsafe act), dan agar menjadi suatu
bentuk kepedulian bersama yang positif dalam keseharian pekerja

5.2 Saran
Program sosialisasi dan evaluasi program TEMAN dan 15 Corporate Life Saving Rules
(CLSR) harus dilakukan secara berkala untuk terus meningkatkan kesadaran pekerja
di PT. X Zona 9

29
DAFTAR PUSTAKA

Alli, B. O. 2008. Fundamentals Principles of Occupational Health and Safety. International


Labour Office – Geneva: ILO.

Barrow C, Barrow P, Brown R. 2021. The Business Plan Workbook: A Step-by-Step Guide
to Creating and Developing a Successful Business. 10th ed. Kogan Page

Chen, Dawei. 2012. Behavior Based Safety for Accidents Prevention and Positive Study in
China Construction Project. Procedia Engineering 43 ( 2012 ) 528 – 534

DeCamp, Whitney ; dkk. 2015. The Theories of Accident Causation. Western Michigan
University

Handari, Siti; dkk. 2021. Faktor-Faktor Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja Ketinggian
di PT. X Tahun 2019. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 17, No. 1

PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.

PTK 005 SKK Migas tentang Pengelolaan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan di Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

30
LAMPIRAN 1
KUESIONER
LAMPIRAN 2

HASIL SURVEY EFEKTIVITAS PROGRAM TEMAN


DI PT. X ZONA 9

Responden Jumlah Persentase


21-30 tahun 4 20%
31-40 tahun 12 60%
Usia
41-50 tahun 2 10%
> 51 tahun 2 10%
Pria 4 20%
Jenis Kelamin
Wanita 16 80%
Pekerja 5 25%
Status Kepegawaian TKJP 7 35%
Mitra Kerja 8 40%

Implementasi Visi Misi dan Kebijakan HSSE Total Nilai Persentase


Informasi yang memadai 76 76%
Pemahaman yang baik 84 84%
Relevansi 88 88%
Menjadikan referensi 75 75%
Pimpinan sebagai teladan 78 78%
Implementasi TEMAN Total Nilai Persentase
Informasi yang memadai 82 82%
Pemahaman yang baik 84 84%
Penerapan 86 86%
Pimpinan sebagai teladan 80 80%
Pemahaman 15 CLSR 78 78%
Relevansi 84 84%
Perlunya sosialisasi berkala 89 89%
Kampanye sudah rutin 93 93%
Ketersediaan warning sign 86 86%
Ketersediaan stiker TEMAN 85 85%
Penerapan TEMAN Tidak Pernah 1 5%
1-5 kali 4 20%
6-10 kali 8 40%
Lebih dari 10 kali 7 35%
Sikap rekan kerja terhadap TEMAN 82 82%

Anda mungkin juga menyukai