Anda di halaman 1dari 55

KELUHAN GANGGUAN OTOT RANGKA DAN RISIKO BAHAYA

ERGONOMI PEKERJA DI AREA FABRIKASI PT X


(Studi pada Area Fabrikasi di PT X)

TUGAS AKHIR

Oleh :
MUHAMMAD DANIAR ILYASA
NIM 152011713040

PROGRAM STUDI DIII KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA
DEPARTEMEN KESEHATAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
KELUHAN GANGGUAN OTOT RANGKA DAN RISIKO BAHAYA
ERGONOMI PEKERJA DI AREA FABRIKASI PT X
(Studi pada Area Fabrikasi di PT X)

TUGAS AKHIR

Oleh :
MUHAMMAD DANIAR ILYASA
NIM 152011713040

PROGRAM STUDI DIII KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA
DEPARTEMEN KESEHATAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT
Bagian atau keseluruhan isi Tugas Akhir ini tidak pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademis pada bidang studi dan/atau Universitas lain dan tidak
pernah dipublikasikan/ditulis oleh individu selain penyusun, kecuali bila
dituliskan dengan dalam isi Tugas Akhir.
Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Airlangga.

Surabaya, DD-MM-YYYY
Penulis
MATERAI Rp. 10.000
Muhammad Daniar Ilyasa
NIM. 152011713040
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

KELUHAN GANGGUAN OTOT RANGKA DAN RISIKO BAHAYA


ERGONOMI PEKERJA DI AREA FABRIKASI PT X
(Studi pada Area Fabrikasi di PT X)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya


Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Departemen Kesehatan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga

Oleh :
Muhammad Daniar Ilyasa
NIM. 152011713040

Disetujui oleh :

Pembimbing

Fadilatus Sukma Ika N,S.KM.,M.KL


NIP.198907152016033201
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI
Tugas Akhir Ini Telah Diujikan dan Disahkan di Hadapan Komisi Penguji
Program Studi : DIII Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Departemen : Kesehatan
Fakultas : Vokasi Universitas Airlangga
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR

Tugas akhir ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam

lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai refrensi

kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan

sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah.

Dokumen tugas akhir ini merupakan hak milik Universitas Airlangga


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “KELUHAN

GANGGUAN OTOT RANGKA DAN RISIKO BAHAYA ERGONOMI

PEKERJA DI AREA FABRIKASI PT X (Studi pada area fabrikasi PT X).

Penulisan Tugas Akhir ini sebagai salah satu persyaratan akademis untuk

menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Program Studi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

beberapa pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir,diantaranya:

1. Orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa dan

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Anwar Ma’ruf, drh., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Vokasi

Universitas Airlangga.

3. Ibu Ratih Damayanti, S.KM., M.Kes, selaku Koordinator Program Studi

Diploma III Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Vokasi

Universitas Airlangga.

4. Ibu Fadilatus Sukma Ika N,S.KM.,M.KL, selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan arahan serta bimbingan terkait penyusunan Tugas Akhir.

5. Segenap dosen dan staff Program Studi Diploma III Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Vokasi Universitas Airlangga yang telah


mendidik dan memberikan wawasan serta pengetahuan yang bermanfaat

selama kegiatan perkuliahan.

6. Pimpinan staff, dan karyawan PT X yang telah memberikan bimbingan,

pengetahuan, serta bantuan selama penelitian.

7. Seluruh keluarga D3 Keselamatan dan Kesehatan kerja Fakultas Vokasi

Universitas Airlangga angkatan 2020 yang telah berproses Bersama dan

memberikan dukungan satu sama lain.

8. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas

bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna,

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam

perbaikan Tugas Akhiri ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak. Akhir Kata, penulis menyampaikan permohononan maaf dan

juga terima kasih.

Surabaya, DD-MM-YYY
Penulis
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat dibutuhkan

dalam suatu organisasi, karena manusia merupakan ujung tombak dari

organisasi itu sendiri. Faktor manusia ini sendiri merupakan faktor yang

dapat menentukan keberhasilan suatu organisasi, di dalam menjalankan

visi,misi serta mencapai target organisasi. Karena manusia ini merupakan

asset hidup yang perlu mendapatkan perhatian khusus oleh organisasi.

Penyebab utama kenapa harus ada suatu perhatian khusus dari organisasi

terhadap sumber daya manusianya adalah, agar sumber daya manusia yang

dimiliki organisasi mampu memberikan suatu kontribusi yang optimal di

dalam upaya organisasi untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Adapun perhatian lebih yang dapat diberikan oleh organisasi terhadap

sumber daya manusia yang dimiliki, salah satunya adalah berkaitan

dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) .(Adi Maulana Politeknik Ilmu

Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia & Barat, t.t.)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ini sendiri diartikan

sebagai suatu kegiatan yang menjamin terbentuknya kondisi kerja yang

aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental dengan pembinaan,

pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab dari para pekerja serta pemberiaan bantuan sesuai dengan

aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan


dimana mereka bekerja. Keselamatan kerja sendiri merujuk pada kondisi

aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat

kerja. Sedangkan kesehatan kerja merujuk pada kondisi yang bebas dari

gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh

lingkungan kerja(Adi Maulana Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia & Barat, t.t.)

Angka kematian karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

cukup tinggi. Data International Labour Organization menunjukkan bahwa

setiap tahun sekitar 380.000 pekerja atau 13,7% dari 2,78 juta pekerja

meninggal akibat kecelakaan ditempat kerja atau penyakit akibat kerja.

Dan lebih dari 374 juta orang yang mengalami cedera, luka ataupun jatuh

sakit setiap tahun akibat kecelakaan yang terjadi dengan pekerja. (Ulfa

Monalisa dkk., 2022)

Berdasarkan kasus data kecelakaan dari laporan Badan

Pelaksanaan Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan, di Indonesia angka

kecelakaan kerja dilaporkan meningkat pada tahun 2017 angka kecelakaan

kerja yang dilaporkan sebanyak 123.041 kasus, sementara itu sepanjang

tahun 2018 mencapai 173.105 kasus. Setiap tahunnya rata-rata BPJS

melayani 130.000 kasus kecelakaan akibat kerja mulai dari kasus ringan

sampai dengan kasus kecelakaan dengan dampak yang fatal . (Ulfa

Monalisa dkk., 2022)

Berdasarkan perkiraan data terbaru International Labour

Organization (ILO), sekitar 2,3 juta pekerja perempuan dan laki-laki di


seluruh dunia meninggal karena kecelakaan kerja setiap tahunnya, atau

rata-rata lebih dari 6.000 kematian setiap harinya. Sementara data

kecelakaan kerja di Indonesia dari BPJS, mengalami peningkatan dari

173.415 kasus pada tahun 2018 menjadi 182.835 kasus pada tahun 2019.

Pada tahun 2018, kasus meninggal dunia sebanyak 3.400 orang, kasus

cacat 8.722 orang dan kasus sembuh sisanya 161.293 orang. Sedangan

pada tahun 2019, kasus meninggal dunia sebanyak 3.171 orang, kasus

cacat 6.091 orang dan kasus sembuh sisanya 173.572 orang .(Wahyu

Dwiseptianto & Setyo Wahyuningsih, 2022).

Keluhan pada sistem muskuloskeletal merupakan keluhan pada

bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari

keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima

beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat

menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon.

Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan

keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem

musculoskeletal. (Wahyu Dwiseptianto & Setyo Wahyuningsih, 2022)

Menurut data dari Bureai of Labour Statistics (BLS) sebanyak

365.580 kasus gangguan Musculoskeeltasl Disorders (MSDs), yaitu

keseleo atau strain yang dikarenakan kelelahan mengangkat barang. Di

Indonesia sendiri, prevalensi penyakit Musculoskeletal Disorders (MSDs)

yang pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan

berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7% (DOL, 2015). Pada tahun
2015, Health and Safety Authority (HSA) menyebutkan bahwa angka

Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang terjadi pada tahun 2012 menumpa 27,1

dari 1000 pekerja. Kasus ini terus meningkat sejak tahun 2012.

Berdasarkan jumlah kasus yang tercatat, diketahui bahwa sekitar 32% nya

adalah kasus cedera muskuloskeletal akibat aktivitas kerja seperti

mengangkat beban (43%). Berdasarkan hasil laporan, didapati jika kelukan

MSDs pada pekerja akan berpengaruh pada hilangnya jam kerja seseorang.

Kurang lebuh 8.784.000 hari kerja hilang akibat MSDs yang terjadi di

tempat kerja menurut Labour Force Survey. Sementara itu sekitar 34% dari

seluruh hari kerja hilang akibat keluhan MSDs akibat keluhan MSDs di

tempat kerja (Health and Safety Executive, 2015). Menurut survey yang

dilakukan di Great Britian tercatat bahwa angka kejadian musculoskeletal

disorders (MSDs) sebanyak 41% dari angka kejadian penyakit akibar kerja

(PAK), dan secara faktual bahwa musculoskeletal disorders (MSDs)

menjadi 37% penyebab seorang absen dalam pekerjaan (HSE, 2016).

Berdasarkan data di Great Britian tahun 2017 kasus musculoskeletal

disorders menempati urutan kedua dengan rata-rata prevalensi 469.000

kasus atau 34,54% selama 3 tahun terakhir dari semua kasus penyakit

akibat kerja yang ada. (Wahyu Dwiseptianto & Setyo Wahyuningsih, 2022)

Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah gangguan dan atau

terjadinya kerusakan pada sistem otot dan rangka tubuh manusia yang

diakibatkan oleh ketidakseimbangan beban aktivitas terhadap kemampuan

otot dan rangka yang secara signifikan langsung maupun tidak langsung
mengurangi produktifitas bekerja. 3 Proporsi terbesar dari nyeri persisten

disebabkan oleh MSDs dengan proporsi sepertiga hingga setengah dari

persentasi multi-morbiditas. 4 Sementara, data laporan dari ILO

menyatakan bahwa faktor risiko MSDs di tempat kerja yang

mempengaruhi postur pekerja dapat menyebabkan penyakit serius. (Jaka

Laksana dkk., t.t.)

Di Indonesia, proses produksi yang melibatkan tingginya kegiatan

manual handling, mendorong/menarik dan gerakan berulang menimbulkan

47% dari klaim terkait masalah muskuloskeletal.7 Hasil studi ilmiah

tersistematis Global Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa salah

satu penyebab utama dari hilangnya waktu hidup karena suatu disabilitas

(Years Lived with Disability) di negara Indonesia adalah karena MSDs.

Faktor risiko utama untuk anak di bawah usia 5 tahun dan usia dewasa

sekitar 15-49 tahun (usia produktif) disebabkan oleh risiko pekerjaan. Pada

tahun 2010 Indonesia menduduki peringkat ke-6 pada kejadian Low Back

Pain dan peringkat ke-7 pada kejadian nyeri leher sebagai gangguan pada

sistem gerak (MSDs). (Jaka Laksana dkk., t.t.)

Pada penelitian yang dilakukan di Area Fabrikasi PT X terdapat

pekerjaan pengelasan yang melibatkan 19 pekerja, pada area tersebut

memiliki target untuk memproduksi container dan pembuatan container

tersebut tentu melibatkan aktifitas pengelasan. Berdasarkan data HIRADC

proses pekerjaan di area fabrikasi dari PT X, terdapat proses pekerjaan

pengelasan dengan penilaian risiko yang termasuk kategori pekerjaan


berisiko sedang, hal ini disebabkan pada pekerjaan pengelasan masih

dilakukan dengan manual oleh para pekerja di area tersebut. Stasiun kerja

yang dibuat kurang memenuhi kaidah ergonomi seperti kurang nya tempat

duduk untuk para pekerja, meja yang digunakan memiliki ketinggian yang

terlalu tinggi maupun rendah sehingga memaksa pekerja untuk melakukan

pekerjaan dengan postur tubuh yang tidak benar. Kemudian pengelasan

plat-plat baja dalam menyusun container yang berukuran besar membuat

pekerja kesulitan untuk menggapai ketinggian dari container, sehingga

pekerja melakukan pengelasan dengan tangga berdiri, ataupun menaiki

badan container sehingga setiap kali bekerja bekerja dengan posisi

berjongkok.

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dapat

menarik sedikit kesimpulan bahwasannya penelitian terkait

mengidentifikasi terjadinya keluhan gangguan otot rangka pada pekerja

serta risiko bahaya ergonomi yang tinggi dengan berdasarkan pada acuan

SNI 9011 Tahun 2021 merupakan hal yang sangat penting, mengingat dari

banyak data diatas menunjukkan bahwa PAK, khususnya MSDs di negara

Indonesia tercatat merupakan negara dengan kasus PAK MSDs yang

termasuk tinggi, sehingga penting untuk dilakukan penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini

didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: “apakah terdapat pekerja


yang memiliki keluhan gangguan otot rangka serta risiko bahaya ergonomi

yang perlu ditindak lanjuti di area fabrikasi PT X?”

1.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada

keluhan gangguan otot rangka akibat kerja serta analisis risiko bahaya

ergonomi pekerjaan pengelasan di area fabrikasi PT X.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis keluhan gangguan otot rangka akibat kerja serta

menganalisis risiko bahaya ergonomi pekerjaan pengelasan di area

fabrikasi PT X.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi keluhan gangguan otot rangka akibat kerja

menggunakan instrumen SNI 9011 Tahun 2021 Lampiran B

2. Mengidentifikasi risiko bahaya ergonomi menggunakan instrumen

SNI 9011 Tahun 2021 Lampiran D

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat bagi Penulis

Dengan penulisan Tugas Akhir ini, diharapkan penulis dapat

menambah pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan ilmu Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya berhubungan dengan keluhan

gangguan otot rangka akibat kerja dan risiko bahaya ergonomi.

1.5.2 Manfaat bagi Perusahaan Terkait


Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan oleh perusahaan sebagai

pertimbangan dalam menerapkan pencegahan dan pengendalian terkait

penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh potensi bahaya ergonomi di

area fabrikasi perusahaan.

1.5.3 Manfaat bagi Pembaca

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat menambah

wawasan dan refrensi untuk pembaca dalam bidang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) khususnya berkaitan dengan keluhan gangguan otot

rangka akibat kerja dan risiko bahaya ergonomi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ergonomi

Definisi ergonomi menurut (Tarwaka, 2016), Ergonomi adalah

seni, ilmu dan teknologi yang diterapkan untuk menyerasikan atau

menyeimbangkan antara semua fasilitas yang digunakan pekerja dalam

beraktivitas maupun ketika istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan

fisik maupun mental manusia sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik.

Ergonomi atau ergonomis sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu ergo

yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Dengan demikian

ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari

manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan.

Disiplin ergonomi adalah merupakan suatu cabang ilmu yang

secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,

kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja

sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik yaitu

mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif,

nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE). Ergonomi dapat dibagi

menjadi 2 (dua) pokok pendekatan yang lebih komprehensif yaitu :

1. Fokus Utama
yaitu mempertimbangkan manusia dalam perancangan benda,

prosedur kerja dan lingkungan kerja. Fokus dari ergonomi adalah

manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas,

prosedur, dan lingkungan dari pekerjaan sehari-hari. Ergonomi

mempunyai 2 tujuan utama, yaitu meningkatkan efektivitas dan

efisiensi dari pekerjaan dan aktivitasaktivitas yang lain, serta

meningkatkan nilai-nilai tertentu yang diinginkan dari pekerjaan

tersebut.

2. Pendekatan Utama

yaitu aplikasi sistematik dari informasi yang relevan tentang

kemampuan, keterbatasan, karakteristik, motivasi manusia, perilaku

manusia terhadap desain produk dan prosedur yang digunakan serta

lingkungan tempat menggunakannya.

Pada ilmu ergonomi, manusia dipandang sebagai adalah satu

komponen sentral dalam suatu sistem kerja, disamping

komponenkomponen bahan, mesin, dan peralatan kerja serta lingkungan

kerjanya. Dengan demikian manusia berperan sebagai perencana,

perancang, sekaligus sebagai pengendali sistem kerja tersebut.

Ergonomis artinya perancangan sistem kerja yang meletakkan

manusia sebagai pelaku kerja pada pusat pertimbangan perancangan.

Manusia dengan kemampuan dan keterbatasannya harus dipertimbangkan

sejak awal proses perancangan dimulai. Pertimbangan faktor manusia

dalam hal ini pegawai dan pemilik dimana masing-masing memiliki


kebutuhan yang harus terpenuhi selama proses industri berlangsung.

Sesuai dengan definisi ergonomi, dimana sebuah sistem kerja harus dapat

menjamin keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta terpenuhinya

kebutuhan hidup mendasar, akan memberikan dampak terhadap hasil kerja

tersebut yaitu meningkatnya efektifitas dan efisiensi industri. Dampak

lainnya adalah sedikitnya absensi karyawan, kualitas produk meningkat,

kecelakaan kerja berkurang, biaya kesehatan dan asuransi berkurang dan

tingkat keluar masuk karyawan (turnover) juga berkurang. Pada gilirannya

akan meningkatkan pendapatan perusahan dan mengurangi pengeluaran

(walaupun pada awalnya perlu investasi ergonomi). Dengan demikian

ergonomi yang baik berarti juga ekonomi yang baik. Tujuan dari penulisan

ini adalah untuk menunjukkan bahwa pendekatan perancangan kerja

ergonomi dapat menguntungkan baik secara praktis maupun ekonomis.

Keuntungan juga didapat bukan hanya oleh buruh saja, tetapi juga untuk

pemilik perusahaan. (Mandiri dkk., t.t.)

2.2 Tujuan Ergonomi

Tujuan ergonomi adalah untuk menambah efektifitas

penggunnaan objek, fisik dan fasilitas yang digunakan oleh manusia

dan merawat atau menambah nilai tertentu misalnya kesehatan, nyaman

dan kepuasan. Prinsip yang selalu diterapkan pada setiap perancangan

adalah fitting the job to the man rather than the man to the job, dalam

hal ini setiap perancangan sistem kerja harus sesuaikan dengan faktor
manusianya, dimana dan fungsi harusmengikuti karakteristik dari

manusianya yang akan menggunakan sistem kerja tersebut.

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, meningkatkan kesejahteraan

sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, menciptakan

keseimbangan rasional antara berbagai aspek. Tujuan dari ergonomi

sendiri adalah agar manusia dapat bekerja dengan efektif, aman, sehat,

nyaman dan efisien (Sutalaksana, dkk., 2006).

Ergonomi bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang

memuaskan bagi pekerja untuk dapat melaksanakan tugas yang

dituntutnya tanpa mengalami gangguan fisik dan mental. Analisis

ergonomi terhadap memiliki manfaat untuk mengetahui apakah pekerjaan

ini masih dalam kategori aman ditinjau dari keluhan yang dialami pekerja

serta penilaian aspek ergonomi yang dilakukan (Sari, 2020). (Yuri Delano

Regent Montororing & Samuel Sihombing, 2020)

Menurut Tarwaka (2008), tujuan dalam penerapan ergonomi, antara

lain :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja

fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna


meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif

maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,

dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga

tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. (Yuri Delano

Regent Montororing & Samuel Sihombing, 2020)

2.3 Gangguan Otot Rangka / Musculoskeletal Disorders

Keluhan/nyeri karena adanya cedera dan gangguan pada otot,

tendon, sendi, saraf serta jaringan lunak lainnya. Musculoskeletal

disorders adalah gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh

karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus

dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan berupa

kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.

Menurut National Safety Council (2002 dalam Lestari, 2014),

MSDs juga bisa diartikan sebagai gangguan fungsi normal dari otot,

tendon, saraf, pembuluh darah, tulang dan ligamen akibat berubahnya

struktur dan berubahnya sistem muskuloskeletal.

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang

dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa

kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan


inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal

disorders (MDSs) atau keluhan pada sistem muskuloskeletal. Secara garis

besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada

saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut

akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan, dan

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa

sakit pada otot masih terus berlanjut.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot

yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan

durasi pembebanan yang panjang. Salah satu faktor yang menyebabkan

keluhan muskuloskeletal adalah sikap kerja yang tidak alamiah. Di

Indonesia, postur kerja yang tidak alami ini lebih banyak disebabkan oleh

adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan

ukuran tubuh pekerja maupun tingkah laku pekerja itu sendiri.Sebagai

Negara berkembang, sampai saat ini Indonesia masih tergantung pada

perkembangan teknologi negara-negara maju, khususnya dalam pengadaan

peralatan industri. Mengingat bahwa dimensi peralatan tersebut didesain

tidak berdasarkan ukuran tubuh orang Indonesia, maka pada saat bekerja

pekerja Indonesia harus mengoperasikan peralatan tersebut, terjadilah

postur kerja yang tidak alami. Sebagai contoh pengoperasian mesin-mesin

produksi di suatu pabrik yang diimpor dari Amerika dan Eropa akan
menjadi masalah bagi sebagian pekerja Indonesia. Hal ini disebabkan

karena negara pengekspor mendesain mesin-mesin tersebut hanya

berdasarkan pada anthropometri dari populasi pekerja dari negara

produsen, yang pada kenyataannya ukuran tubuhnya lebih besar dari

pekerja Indonesia.

Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah cedera atau nyeri dan

gangguan yang mempengaruhi gerakan tubuh manusia atau sistem

muskuloskeletal. Menurut data global, MSDs menyumbang sebanyak

42%–58% kejadian dari semua sakit kerja dan 40% dari semua

pembiayaan kesehatan untuk pekerjaan. Menurut data Labour Force

Survey (LFS) U.K., memperlihatkan bahwa kejadian musculoskeletal

karyawan sangat tinggi, yaitu 1,144 juta kasus dengan pembagian 493.000

penyakit punggung, 426.000 penyakit tubuh bagian atas, dan 224.000

penyakit bagian bawah. Sebuah studi serupa di Amerika Serikat

menemukan sebanyak 6 juta kejadian MSDs setiap tahun, dengan kisaran

300 hingga 400 kejadian per 100.000 tenaga kerja (Sekaaram and Ani,

2017). Berdasarkan data European Occupational Diseases Statistics, MSDs

dan carpal tunnel syndrome merupakan 59% penyakit yang sering dialami

pekerja di dunia kerja. Berdasarkan RISKESDAS tahun 2018 jumlah kasus

MSDs berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebasar 7,9%. Tiga Provinsi

dengan prevalensi tertinggi berdasarkan diagnosis berada di Aceh (13,3%)

diikuti oleh Bengkulu (10,5%), dan Bali (8,5%).


Musculoskeletal disorders pada pekerja terjadi dibeberapa bidang

pekerjaan yang memiliki angka kejadian musculoskeletal disorders

tertinggi yaitu pekerja bidang kesehatan dan sosial, komunikasi dan

transportasi, serta pekerja konstruksi (Mayasari and Saftarina, 2016).

Pencegahan musculoskeletal disorders dilakukan melalui program

ergonomi di tempat kerja yang bertujuan untuk mencegah atau

mengendalikan cedera dan penyakit dengan mengurangi paparan pekerja

terhadap faktor risiko musculoskeletal disorders.

Menurut CDC (2016), faktor risiko musculoskeletal disorders

secara umum meliputi postur tubuh yang canggung, gerakan kerja yang

mengulang, penanganan material, kompresi mekanis, getaran, suhu

ekstrem, silau, pencahayaan yang tidak memadai, dan durasi paparan.

Sedangkan faktor risiko individu musculoskeletal disorders yaitu usia,

jenis kelamin, aktivitas fisik, IMT, dan kebiasaan merokok. (Aprianto, Fajar

Hidayatulloh, Zuchri, Seviana, & Amalia, 2021)

2.4 Potensi Bahaya Ergonomi

2.4.1 Postur Kerja

Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil

pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Pertimbangan-

pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan fostur kerja dapat

membantu mendapatkan fostur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu

fostur kerja berdiri, duduk, angkat maupun angkut. Beberapa jenis


pekerjaan akan memerlukan fostur kerja tertentu yang terkadang tidak

menyenangkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada

pada fostur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu

yang lama.

Hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, adanya keluhan

sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh. Untuk

menghindari postur kerja yang demikian, pertimbangan-pertimbangan

ergonomis antara lain menyarankan hal-hal sebagai berikut :

a. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan fostur kerja

membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam

jangka waktu yang lama. Untuk mengatasi hal ini maka stasiun kerja

harus dirancang terutama sekali dengan memperhatikan fasilitas

kerjanya seperti meja, kursi dan lain-lain yang sesuai dengan data

anthropometri agar pekerja dapat menjaga postur kerjanya tetap tegak

dan normal. Ketentuan ini terutama sekali ditekankan bilamana

pekerjaan dilaksanakan dengan postur berdiri.

b. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkau maksimum.

Pengaturan fostur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jangkauan

normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan). Disamping itu pengaturan

ini bisa memberikan fostur kerja yang nyaman. Untuk hal-hal tertentu

pekerja harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar

memperoleh fostur kerja yang lebih leluasa dalam bergerak.


c. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkau maksimum.

Pengaturan fostur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jangkauan

normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan). Disamping itu pengaturan

ini bisa memberikan fostur kerja yang nyaman. Untuk hal-hal tertentu

pekerja harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar

memperoleh fostur kerja yang lebih leluasa dalam bergerak.

d. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkau maksimum.

Pengaturan fostur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jangkauan

normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan). Disamping itu pengaturan

ini bisa memberikan fostur kerja yang nyaman. Untuk hal-hal tertentu

pekerja harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar

memperoleh fostur kerja yang lebih leluasa dalam bergerak.

Postur duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri,

karena hal ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki.

Seorang operator yang bekerja dalam fostur duduk memerlukan sedikit

istirahat dan secara potensial lebih produktif. Sedangkan fostur berdiri

merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga kerja yang

dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Berdiri lebih melelahkan daripada

duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15% dibandingkan

duduk.

Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang

diterima oleh fisik akibat pelaksanaan kerja. Beban kerja fisik ini diterima

oleh tubuh akibat melaksanakan suatu aktivitas kerja. Prinsip dasar dalam
ergonomi adalah bagaimana agar Demand < Capacity, sehingga perlu

diupayakan agar beban kerja fisik yang diterima oleh tubuh saat bekerja

tidak melebihi fisik manusia (pekerja) yang bersangkutan. Untuk

mengetahui dan mengevaluasi suatu pekerjaan berdasarkan kapasitas fisik

manusia dapat dilihat dari 2 sisi, yakni sisi biomekanika dan sisi fisiologi.

Sisi fisiologis melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh (faal

tubuh), meliputi denyut jantung, pernapasan, dan lain-lain. Sedangkan

biomekanika lebih melihat kepada aspek terkait proses mekanik yang

terjadi pada tubuh, seperti kekuatan otot, dan sebagainya.

Ada sejumlah faktor resiko ergonomi yang erat kaitannya dengan

pembebanan fisik yakni: masalah postur kerja yang tidak normal,

pekerjaan yang berulang (repetitif), pembebanan statis pada otot, tekanan

kontak fisik, getaran, dan temperatur. Ada sejumlah faktor resiko ergonomi

yang erat kaitannya dengan pembebanan fisik yakni: masalah postur kerja

yang tidak normal, pekerjaan yang berulang (repetitif), pembebanan statis

pada otot, tekanan kontak fisik, getaran, dan temperatur.

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap

kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yangbberbeda pula. Pada

saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat

meminimalisasi timbulnya cedera musculoskeletal. Postur kerja yang baik

sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan

yang dilakukan saat bekerja meliputi fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi,

rotasi, pronasi, dan supinasi. Postur janggal adalah posisi tubuh yang
menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat melakukan

pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal meningkatkan jumlah energi

yang dibutuhkan untuk bekerja. Posisi janggal menyebabkan kondisi

dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga

mudah menimbulkan lelah. Posisi tubuh yang menyimpang secara

signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan dapat

menyebabkan stress mekanik local pada oto, ligamen, dan persendian. Hal

ini mengakibatkan cedera pada leher, tulang belakang, bahu, pergelangan

tangan, dan lain-lain. (Ayu Venus, 2022 t.t.)

2.4.2 Pengangkatan Beban secara Manual / Manual Material Handling

Manual Material Handling (MMH) adalah sebuah konsep yang

digunakan sebagai panduan cara yang benar dan tepat dalam melakukan

proses pekerjaan yang berkaitan dengan pemindahan material yang

dilakukan secara manual. Kajian Manual Material Handling terdiri dari

konsep cara mengangkat material secara benar, memindahkan material

contohnya seperti mendorong, mengangkat, memanggul, menggendong,

menarik hingga menurunkan material dengan cara yang benar dan tepat.

Tujuan kajian Manual Material Handling adalah agar memberikan

pemahaman dengan menyeluruh pada bahaya dalam aktifitas Manual

Material Handling serta pemecahan masalah atau solusi yang dapat

dilakukan guna meminimalisir potensi cidera pada pekerja.


Penanganan material secara manual atau Manual Material

Handling (MMH) merupakan aktivitas yang setiap hari dilakukan oleh

manusia. Penggunaan tenaga manusia di berbagai aktivitas yang dilakuan

secara manual masih sangat dominan. Pekerjaan yang terkait dengan

MMH sering kita lihat dalam pekerjaan pertukangan, bongkar muat

barang, aktivitas di pasar dan kegiatan-kegiatan bisnis lainnya. Aktivitas

MMH antara lain proses mengangkat, mendorong, memanggul,

menggendong, menarik dan aktivitas penanganan material lainnya tanpa

alat bantu mekanis.

Kelebihan MMH dibandingkan dengan penanganan material yang

menggunakan alat bantu adalah fleksibilitas gerakan yang dilakukan. Akan

tetapi dibalik keuntungan tersebut terdapat kekurangan, yaitu dalam hal

keselamatan dan kesehatan kerja. Aktivitas MMH mempunyai potensi

kecelakaan yang cukup besar, karena pada aktivitas ini akan terjadi kontak

langsung antara beban dan tubuh manusia. Beban yang tinggi pada otot

maupun sistem skeletal dapat mengakibatkan overstrain pada otot terutama

pada otot leher dan tulang belakang dan pada bagian tubuh yang lain.

Disamping itu pemakaian postur kerja yang tidak fisiologis atau tidak

aman dan beban yang besar dapat menyebabkan cedera tulang punggung

pada pekerja. Studi MMH pada hakekatnya untuk mengidentifikasi dan

pengawasan penyebab cedera dan meminimasi bahaya tersebut dengan

menerapkan pengendalian administratif dan pengendalian teknik. Aplikasi

pengendalian administratif antara lain dengan mempekerjakan personal


yang terpilih, melakukan pelatihan teknik penanganan material yang baik

dan rotasi kerja. Sedang pengendalian teknik antara lain dengan

merancang ulang pekerjaan dan penanganan material dengan bantuan

mekanis.

Pemindahan secara manual apabila tidak dilakukan secara

ergonomis akan menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan kerja yang terjadi

karena kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh kelebihan beban

angkat. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia memiliki batas-batas

kemampuan, baik menyangkut kemampuan pengamatan kognitif, fisik,

maupun psikologis. Dalam sistem kerangka manusia terdapat beberapa

titik rawan, yaitu pada ruas tulang leher, ruas tulang belakang dan pada

pangkal paha. Titik pada ruas tulang belakang khususnya antara ruas

lumbar ke-5 dan sacrum ke-1 (L5/S1), merupakan titik yang paling rawan

terhadap kecelakaan kerja, karena pada titik tersebut terdapat disk (selaput

yang berisi cairan) yang berfungsi untuk meredam pergerakan antar ruas.

Jika tekanan yang diakibatkan pengangkatan beban kerja melebihi

Maximum Permissible Limit (MPL) sebagai batas angkat maksimum,

maka akan menyebabkan pecahnya disk tersebut sehingga manusia akan

mengalami kelumpuhan.

Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan

dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat

manual. Salah satu bentuk peranan manusia adalah aktivitas manual

material handling (MMH) untuk mendukung kegiatan produksi di lantai


produksi. Kegiatan Manual Material Handling mempunyai beresiko

terjadinya musculoskeletal disorders (MSDs) seperti cedera pada otot, urat

syaraf, urat daging, tulang, persendian tulang, tulang rawan, yang

disebabkan oleh aktivitas kerja. Menurut Keluhan rasa sakit terjadi karena

saat tubuh manusia mengangkat beban maka terjadilah kerja fisik dimana

seluruh otot tubuh akan mengalami kontraksi. Otot-otot tubuh pada

dasarnya berfungsi untuk menegakkan tubuh manusia. Dan jika otot ini

diberi beban kerja tambahan maka dampaknya akan segera terasa karena

otot-otot tubuh akan meregang dan pembuluh darah menjadi mengecil

(strain). Sehingga mengurangi aliran darah yang membawa oksigen dan

gula keseluruh tubuh dan menghambat terbuangnya metabolisme (sisa

pembakaran) dalam tubuh. Akibatnya akan merasa letih sehingga tulang

belakang bagian bawah ototnya akan terasa sakit. Sedangkan pada gerakan

mengangkat atau menarik beban, bagian tubuh yang paling terpengaruh

mengalami cedera adalah tulang belakang bagian bawah. (Purnomo, t.t.)

2.5 SNI 9011/2021

SNI 9011/2021 dengan judul Pengukuran dan evaluasi potensi

bahaya ergonomi di tempat kerja, merupakan SNI Pengembangan sendiri

yang ditetapkan oleh BSN pada tahun 2021. Standar ini disusun oleh

Komite Teknis 13-01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan

Kementerian Ketenagakerjaan sebagai sekretariat Komite Teknis. Standar

ini telah dibahas dalam rapat-rapat teknis, dan terakhir disepakati dalam

rapat konsensus di Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2021 yang dihadiri


oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, yaitu perwakilan

dari produsen, konsumen, pakar dan pemerintah, serta perwakilan dari

lembaga penguji, asosiasi, perguruan tinggi, pakar serta instansi terkait.

Untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan dokumen

dimaksud, disarankan bagi pengguna standar untuk menggunakan

dokumen SNI yang dicetak dengan tinta berwarna. Pengukuran dan

evaluasi potensi bahaya ergonomi di tempat kerja yang dimaksudkan

dalam standar ini adalah metode atau cara pengukuran ergonomi meliputi

persiapan, pelaksanaan pengukuran serta evaluasi hasil pengukuran

ergonomi. Standar ini digunakan sebagai bahan acuan dalam

mengidentifikasi bahaya ergonomi, menilai tinggi atau rendahnya risiko

ergonomi serta pertimbangan dalam mengembangkan dan menerapkan

pengendalian yang efektif sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan

Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018.

Hasil pengukuran dan evaluasi potensi bahaya ergonomi dapat

digunakan untuk identifikasi potensi gangguan kesehatan dan

perlindungan tenaga kerja akibat bahaya ergonomi di tempat kerja. Standar

ini mencakup ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, metode,

peralatan, prinsip, prosedur, interpretasi hasil penilaian, rekomendasi dan

pelaporan pengukuran. Adapun dibawah ini adalah tabel penilaian risiko

dari lampiran yang terdapat pada SNI 9011 Tahun 2021 :

Tabel x.x. Tingkat risiko keluhan GOTRAK (SNI 9011-2021, t.t.)


Tabel x.y. Tingkat Bahaya Ergonomi (SNI 9011-2021, t.t.)
Total Nilai Pengukuran Kategori
<2 Kondisi tempat kerja aman
3-6 Perlu pengamatan lebih lanjut
>7 Berbahaya

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitan

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di area fabrikasi PT X yang terletak

pada Jalan Jalan Raya Deandels 64-65 Km, Desa Kemantren, Kecamatan

Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Indonesia.

3.1.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2023 sampai

dengan tanggal 3 April 2023.

3.2 Instrumen Penelitan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner

yang bersumber pada acuan SNI 9011 tahun 2021 Lampiran B (survey

keluhan gangguan otot rangka akibat kerja) dan Lampiran D (daftar

periksa potensi bahaya ergonomi). Selain itu penelitian ini menggunakan

perekam video untuk merekam aktivitas kerja pekerja dan aplikasi

Angulus untuk mengukur sudut dari sikap kerja pekerja.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif

deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. Data didapatkan dari

wawancara, observasi, serta hasil kuisioner dan pengukuran. Adapun

instrument yang digunakan adalah Kuisioner SNI 9011 tahun 2021 untuk

mengukur survey keluhan GOTRAK dan potensi bahaya faktor ergonomi.

3.3.2 Populasi Sampel

Subjek penelitian ini adalah total pekerja pada area fabrikasi di PT

X sebanyak 19 orang yang merupakan jumlah populasi.

3.3.3. Variable Penelitian dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Metode Kategori


Operasional Pengukur
an
1 Keluhan Hasil dari Kuisioner 1. 1-4 =
Gangguan wawancara Tingkat
Otot terhadap Risiko Rendah
Rangka responden 2. 6 = Tingkat
terkait Risiko Sedang
tingkat rasa 3. 8 – 16 =
sakit dan Tingkat
frekuensi Risiko Tinggi
rasa sakit (SNI
tersebut di 9011/2021)
beberapa
bagian tubuh
secara
subjektif
2 Risiko Hasil dari Kuisioner 1. < 2 =
Bahaya resultan kondisi tempat
Ergonomi pengukuran kerja aman
potensi 2. 3 – 6 =
bahaya pada perlu
postur tubuh pengamatan
dan lebih lanjut
pengangkatan 3. > 7 =
beban berbahaya
manual (SNI
9011/2021)

3.3.4 Teknik Pengambilan Data

Dalam melakukan proses pengambilan data yang digunakan

untuk keperluan penelitian ini, berikut merupakan beberapa Teknik

pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti :

1. Data Primer

Data primer dari penelitian ini didapatkan langsung dari responden

yang dituju. Data primer yang digunakan yaitu pengukuran keluhan

gangguan otot rangka dan potensi faktor bahaya ergonomi

menggunakan kuisioner berdasarkan SNI 9011 tahun 2021,

kemudian wawancara langsung kepada pekerja pada area fabrikasi

PT. Eastern Logistics.


2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini didapatkan secara langsung dari

pihak perusahaan maupun dari pihak luar perusahaan. Data

sekunder yang digunakan berkaitan dengan gambaran perusahaan,

dokumentasi, serta HIRADC. Kemudian data yang berasal dari luar

perusahaan yaitu jurnal, serta penelitian sebelumnya yang terkait

dengan topik penelitian yang dibahas.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Teknik Pengolahan Data

Beberapa teknik pengolahab data yang digunakan dalam

penelitian ini, sebagai berikut :

1. Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa data yang

telah terkumpul dan memeriksa isi dari kuisioner yang telah terisi

dengan lengkap.

2. Scoring adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara memberikan

nilai dari jawaban responden dengan nilai terendah hingga tertinggi

yang didapat dari hasil pengambilan data.

3. Tabulating adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat tabel-

tabel data sesuai dengan tujuan penelitan yang diinginkan oleh

peneliti.

4. Coding adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan kode

tertentu pada data yang telah dikelompokan menjadi beberapa

kategori penilaian.
3.4.2 Analisis Data

Setelah semua data telah terkumpul, akan dilakukan pengolahan

data, kemudian setiap data tersebut disajikan dalam bentuk analisis

deskriptif.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat PT X

PT X merupakan anak perusahaan dari perusahaan Singapura

Eastlog Holding Ltd dimana kontrak kerjasama dengan Badan Usaha

Milik Daerah Provinsi Jawa Timur yang terletak di Tanjung Pakis Desa

Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Lamongan

Shorebase bergerak dibidang Pelayanan/jasa untuk industri minyak dan

gas bumi, Lamongan Shorebase beroperasi dengan standar health, safety,

and environment (HSE). Fasilitas yang dimiliki Lamongan Shorebase

diantaranya warehouse berstandar Internasional yang dapat disewa


dengan penyediaan inventory management service; jetty dengan

kedalaman 6 hingga 9 m, dengan panjang 250 m, dan juga lebar 50 m

dan luas 12.500 m2 yang dapat menampung empat supply vessels secara

bersamaan, kapal dengan ukuran 10.000 DWT juga dapat bersandar, di

tengah area jetty terdapat patent area yang berukuran 2.400m2 untuk

mempermudah kegiatan bongkar dan muat barang.

Pada setiap area berth tersedia fuel and water delivery line yang

dapat menyalurkan dengan jumlah yang besar dan aman; Open yard yang

dapat disewa; high speed diesel yang dapat dibeli dengan layanan 2 jam

dengan pemesanan terlebih dahulu; Hazardous goods store untuk tempat

penyimpanan material berbahaya; air tawar yang dihasilkan dari

pengolahan air laut melalui proses reverse osmosis dengan parameter

yang dapat digunakan sebagai suplai air untuk kebutuhan kapal; area

workshop dengan luas 900m2 yang dilengkapi dengan overhead gantry

crane dengan kapasitas 5 hingga 10 ton; landing craft-tank ramp; 1000m2

liquid mud plant yang berlokasi hanya 150m dari berts; Helipad; pressure

test pound; bulk plant bays on jetty; designated bonded storage area;

explosive bunker; canteen; covered tubular area; crew change terminal;

office suits; reefer container yard; transit yard; dan equipment staging

area. Dengan fasilitas yang tersedia Lamongan Shorebase menyediakan

pelayanan berupa Production Sharing Contract (PSC), Service Company,

dan manufacture of oil and gas equipment.

4.1.2 Visi dan Misi PT X


a) Visi PT X

Menyediakan fasilitas jasa kepelabuhan, gudang dan kantor yang

berkualitas dan efektif.

b) Misi PT X

Untuk dapat mengurangi biaya sumberdaya dan produksi bagi

pemerintah dan PSC ( production Sharing Contractors ) dan

lainnya dengan memberikan layanan terpadu dalam satu lokasi,

dengan memperhatikan keamanan, keselamatan dan lingkungan

hidup.

4.1.3 Struktur Organisasi PT X

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Departemen QHSE PT X.

Organisasi menentukan terciptanya jalinan kerjasama yang efektif

dan efisien dengan penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dari

kelompok kerja sebagai upaya pemenuhan tujuan. Wewenang dan

tanggung jawab dalam organisasi juga diperlukan dalam mewujudkan

keinginan perusahaan. dengan adanya wewenang dan tanggung jawab

masing-masing, dapat memudahkan pekerjaan untuk menjalankan

perannya. Dalam struktur organisasi, tanggung jawab utama aspek

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berada di departemen QHSE.

Departemen ini dibawahi langsung oleh Chief Executive Officer, dimana

QHSE Manager berdiskusi langsung mengenai semua hal tentang K3

kepada Chief Executive Officer.


4.1.4 Kegiatan Bisnis di PT X

PT X merupakan perusahaan yang mendukung kegiatan eksplorasi,

pengeboran, proyek, dan produksi lepas pantai untuk sebagian besar

perusahaan yang beroperasi di lepas pantai Jawa Timur. PT X memiliki

tempat berlabuh yang dibangun khusus yang mencakup ruang yang

memadai untuk Pabrik Curah Kering di dermaga, serta fasilitas yang

berdekatan dengan dermaga untuk Pabrik Lumpur Cair. PT X, melayani

Kontraktor Bagi Hasil (KKS); Perusahaan Jasa dan Produsen Peralatan

Migas dengan menyediakan Shorebase, Gateway Port, Hub Port, dan

Industrial Services. Dengan tim profesional terlatih, PT X berdedikasi

untuk membantu pelanggan memaksimalkan efisiensi. PT X juga

menawarkan kepada pelanggan Managed Logistics Services Off-Base.

Setelah merancang dan membangun fasilitas kami dengan standar ladang

minyak tertinggi dan dipersenjatai dengan tim personel berpengalaman,

yang dilatih dengan standar ladang minyak terbaik melalui penerapan

Prosedur Operasi Standar bersertifikat kami, kami ditempatkan secara

unik untuk membantu PSC dan Perusahaan Layanan untuk mengatur dan
beroperasi di lokasi baru, baik disewakan, disewa dan dibangun, atau

bangunan baru.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Risiko Bahaya Ergonomi, Faktor Individu, dan Risiko Keluhan

Gangguan Otot Rangka Akibat Kerja di Area Fabrikasi PT Eastern

Logistics

PT. Eastern Logistics merupakan perusahaan dengan pengguna jasa

yang beragam, PT. Eastern Logistics memilki bebrapa client seperti

Petronas, PT. Saka Indonesia Ujung Pangkah, Pertamina Hulu Energi

West Madura Offshore, Exon Mobil Cepu Limited. Pada umumnya

pengguna jasa dari PT. Eastern Logistics memiliki kebutuhan yang erat

dengan aktifitas yang menyangkut transportasi minyak dan gas melalui

jalur laut, 75% aktifitas pekerjaan yang dilakukan di area PT. Eastern

Logistics adalah Loading Unloading yaitu aktifitas bongkar muatan dari

kapal menuju truck maupun dari truck menuju kapal, muatan dari kapal

menuju Jetty maupun sebaliknya

Tidak hanya aktifitas Loading Unloading terdapat pula aktifitas

seperti pengisian bahan bakar dari kapal, pengiriman kebutuhan Rig

seperti peralatan Drilling, bahan makanan dan segala kebutuhan lainnya

untuk Rig dari jetty menuju Rig. Proses Loading Unloading erat

kaitannya dengan alat berat, secara rutin alat berat milik PT. Eastern

Logistics diberikan perawatan, perbaikan yang dilakukan di area

fabrikasi, aktifitas tersebut sebagian besar dilakukan dengan Manual


Handling dari beberapa pekerja yang ada, tidak hanya fokus pada alat

berat akan tetapi kebutuhan fabrikasi lain seperti perlengkapan pada atap

container yang dibuat secara manual melalui proses pengelasan.

Tidak hanya berkaitan dengan pengelasan, akan tetapi terdapat aktifitas

penggerindaan juga pengeboran pada area fabrikasi tersebut, dari aktifitas

Manual Handling tersebut menimbulkan risiko bahaya dari segi

ergonomi, seperti pengangkatan manual, pekerjaan dilakukan berulang-

ulang, stasiun kerja yang tidak memadahi, sikap kerja yang memperbesar

risiko gangguan otot rangka akibat kerja.

Desain stasiun kerja yang tidak tepat ini juga menjadi penyebab

sikap kerja dari pekerja menjadi tidak aman, pekerja banyak menunduk,

membungkuk, duduk tanpa ada sandaran, berdiri terlalu lama dan lain-

lain. Pada area tersebut terdapat 19 pekerja dengan pengaturan jam kerja

yaitu 1 shift kerja sejak pukul 08.00-16.00, dalam satu shift kerja tersebut

terdapat 2 istirahat coffee time pada pukul 09.30-10.00 dan pada pukul

14.00-14.30. berdasarkan hasil observasi sikap kerja yang dilakukan

pekerja dapat dikategorikan sebagai sikap kerja yang tidak aman untuk

dilakukan secara terus menerus, kemudian untuk stasiun kerja yang

digunakan masih tidak sesuai

Berdasarkan hasil observasi dokumen perusahaan yaitu pada

dokumen HIRADC yang tentunya pada area fabrikasi, terdapat risiko

Manual Handling Hazard pada aktifitas pengoperasian mesin

pengelasaan dengan risiko Low Back Pain dan memiliki tingkat


probability “C” yang berarti “mungkin” kemudian tingkat severity nya

adalah “II” sehingga menghasilkan risk assessment 6 yang tergolong

sebagai High Risk.

Setelah melakukan observasi, selama beberapa kali pengamatan

terdapat satu kesamaan, yaitu tidak ada perubahan sikap kerja yang

dilakukan oleh pekerja pada area fabrikasi, seluruh pekerja melakukan

pekerjaan dengan sikap kerja yang tidak alamiah, seperti mengerjakan

pengelasan dengan berjongkok terlalu lama, ataupun berdiri terlalu lama,

leher pekerja yang telalu membungkuk kedepan, punggung pekerja yang

tidak diposisikan tegak, kemudian stasiun kerja yang tidak memadahi

sehingga membuat pekerja terpaksa melakukan pekerjaan dengan sikap

kerja yang dapat memicu keluhan muscoloskeletal disorders.

Keluhan muscoloskeletal disorders terbagi menjadi beberapa jenis

seperti, keluhan leher. Keluhan pada leher umum terjadi pada saat

bekerja. Keluhan tersebut biasanya berupa pegal bahkan nyeri. Nyeri

pada leher biasanya disebabkan karena pekerjaan yang dilakukan dengan

posisi duduk secara terus menerus. Salah satu keluhan leher yaitu

Tension Neck Syndrome.

Keluhan selanjutnya yaitu bahu yang ditandai dengan rasa nyeri

pada bahu terutama gerakan yang melibatkan bahu; yang ketiga yaitu

keluhan pinggang, merupakan keluhan yang paling banyak dialami oleh

pekerja. Keluhan ini biasa disebut dengan Low Back Pain. Gejala yang

biasa dirasakan seperti nyeri bahkan dapat menyebabkan kelemahan pada


tungkai; yang keempat yakni keluhan siku, dapat terjadi karena terdapat

gerakan berulang pada tangan yang melibatkan ekstensi pada siku dan

aktivitas flexion siklis. Keluhan yang terkait yaitu keluhan pergelangan

tangan dan telapak tangan, biasa disebut dengan CTS (Carpal Tunnel

Syndrome) ditandai dengan gejala mati rasa pada jari. Terdapat keluhan

pergelangan lainnya yaitu tendinitis yang terjadi karena pekerjaan dengan

postur yang janggal selama terus menerus yang menyebabkan inflamasi

pada tendon.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa pekerja terdapat

pengakuan terkait keluhan-keluhan pada bagian yang paling sering

menerima beban saat para pekerja melakukan pekerjaan di area fabrikasi,

seperti keluhan rasa tidak nyaman pada bahu, lengan, serta betis hingga

kaki. Kemudian perasaan yang sakit dirasakan pada bagian seperti

Punggung Bawah, dikarenakan para pekerja di area fabrikasi sangat

sering bekerja dengan posisi berjongkok sembari membungkuk, sehingga

membuat punggung bawah mendapat tekanan yang besar dengan

frekuensi yang hampir setiap hari.

4.2.2 Karakteristik Individu Pekerja

Karakteristik individu pekerja yang digunakan sebagai variabel

pada penelitian ini antara lain usia pekerja, indeks massa tubuh, bagian

tangan yang dominan, lama bekerja, kebiasaan olahraga, kelelahan

mental setelah bekerja, dan kelelahan fisik setelah bekerja. Berikut

merupakan tabel distribusi frekuensi dari karakteristik individu pekerja :


Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-25 6 31.6 31.6 31.6

26-35 10 52.6 52.6 84.2

36-45 3 15.8 15.8 100.0

Total 19 100.0 100.0


Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS,

didapatkan distribusi frekuensi usia dari 19 pekerja seperti tabel diatas. Terdapat

kategori usia 17-25 tahun dengan jumlah 6 pekerja, kemudian kategori usia 26-35

tahun dengan 10 pekerja, serta kategori usia 36-45 tahun dengan 3 pekerja.

Indeks Massa Tubuh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <18,5 2 10.5 10.5 10.5

18,5 - 22,9 9 47.4 47.4 57.9

>23 8 42.1 42.1 100.0

Total 19 100.0 100.0


Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS,

didapatkan distribusi frekuensi Indeks Massa Tubuh dari 19 pekerja seperti tabel

diatas. Terdapat 3 kategori dalam pembagian IMT, yaitu underweight (<18,5),

kemudian normal (18,5-22,9), dan overweight (>23). Terdapat 2 orang pekerja

yang memiliki IMT underweight. 9 orang dengan IMT normal, dan 8 orang

dengan IMT overweight.

Tangan Dominan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kanan 14 73.7 73.7 73.7


Keduanya 5 26.3 26.3 100.0

Total 19 100.0 100.0

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS,

didapatkan distribusi frekuensi bagian tangan yang dominan digunakan 19 pekerja

di area fabrikasi seperti tabel diatas. Terdapat dua kategori yang tercatat pada 19

pekerja, yaitu pekerja yang dominan bekerja menggunakan tangan kanan, serta

pekerja yang dominan bekerja menggunakan kedua tangannya. Didapatkan 14

pekerja merupakan pekerja yang dominan menggunakan tangan kanan, dan 5

orang merupakan pekerja yang dominan menggunakan kedua tangannya.

Kebiasaan Olahraga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Pernah 6 31.6 31.6 31.6

1 Jam 2 10.5 10.5 42.1

2 Jam 8 42.1 42.1 84.2

3 Jam 1 5.3 5.3 89.5

>3 Jam 2 10.5 10.5 100.0


Total 19 100.0 100.0

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS,

didapatkan distribusi frekuensi kebiasaan olahraga dari 19 pekerja di area

fabrikasi seperti tabel diatas. Terdapat 5 kategori kebiasaan olahraga, yaitu mulai

dari tidak pernah olahraga sama sekali dalam 1 minggu, hingga olahraga lebih dari

3 jam dalam seminggu, terdapat 6 pekerja yang tidak pernah olahraga sama sekali

dalam seminggu, kemudian 2 pekerja yang berolahraga 1 jam dalam seminggu, 8

pekerja berolahraga 2 jam dalam seminggu, 1 pekerja berolahraga selama 3 jam


dalam seminggu, dan 2 orang pekerja berolahraga selama lebih dari 3 jam dalam

seminggu.

Lama Bekerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 Tahun 2 10.5 10.5 10.5

2 Tahun 5 26.3 26.3 36.8

3 Tahun 6 31.6 31.6 68.4

4 Tahun 4 21.1 21.1 89.5

5 Tahun 2 10.5 10.5 100.0

Total 19 100.0 100.0

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS,

didapatkan distribusi frekuensi lama bekerja hingga saat ini dari 19 pekerja di area

fabrikasi seperti tabel diatas. Terdapat 2 orang yang baru bekerja selama 1 tahun,

5 orang pekerja telah bekerja selama 2 tahun, 6 pekerja bekerja selama 3 tahun,

kemudian 4 pekerja yang telah bekerja selama 4 tahun, dan 2 orang bekerja telah

bekerja selama 5 tahun.

Kelelahan Mental

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Perna 3 15.8 15.8 15.8

Terkadang 14 73.7 73.7 89.5

Sering 2 10.5 10.5 100.0

Total 19 100.0 100.0


Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS,

didapatkan distribusi frekuensi perasaan kelelahan mental setelah bekerja.

Terdapat 3 orang tidak pernah merasakan kelelahan mental setelah bekerja, 14


orang terkadang merasakan kelelahan mental setelah bekerja, dan 2 orang sering

merasakan kelelahan mental setelah bekerja.

Kelelahan Fisik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Pernah 2 10.5 10.5 10.5

Terkadang 8 42.1 42.1 52.6

Sering 8 42.1 42.1 94.7

Selalu 1 5.3 5.3 100.0

Total 19 100.0 100.0


Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS,

didapatkan distribusi frekuensi perasaan kelelahan fisik setelah bekerja. Terdapat

2 orang tidak pernah merasakan kelelahan fisik setelah bekerja, 8 orang terkadang

merasakan kelelahan fisik setelah bekerja, 8 orang sering merasakan kelelahan

fisik setelah bekerja, dan 1 orang selalu merasakan kelelahan fisik setelah bekerja.

4.2.3 Survey Gangguan Keluhan Otot Rangka Akibat Kerja di Area

Fabrikasi

Pada penelitian ini terdapat 1 variabel dependent yaitu hasil

survey keluhan gangguan otot rangka akibat kerja pada 19 pekerja di area

fabrikasi, data tersebut didapatkan dari hasil kuisioner yang telah disebar

kepada 19 pekerja. Pada penelitian ini mengamati pekerjaan yang sama

yaitu pekerjaan pengelasan dan berfokus pada gerakan ataupun sikap

kerja yang dilakukan oleh masing-masing 19 pekerja saat melakukan

pengelasan. Terdapat 12 anggota tubuh yang tertera pada kuisioner

bersumber pada SNI 9011 tahun 2021 yaitu leher, bahu, siku, punggung
atas, punggung bawah, lengan, tangan, pinggul, lutut, paha, betis, dan

kaki, pada setiap bagian tubuh tersebut responden diminta untuk mengisi

keluhan yang dialami dengan kategori seberapa sakit yang dirasakan dan

seberapa sering perasaan sakit itu dirasakan. Berikut merupakan hasil

dari survey keluhan GOTRAK pada 19 pekerja di area fabrikasi :

Respon Leh Ba Si Pungg Leng Pungg Tang Ping Pa Lut Bet Ka


den er hu ku ung an ung an gul ha ut is ki
Atas Bawah
1 6 6 4 1 4 4 4 6 1 4 4 1
2 9 9 4 4 9 9 6 4 4 4 4 6
3 6 6 4 4 9 9 9 4 6 4 6 9
4 9 9 9 6 9 9 9 6 6 6 9 9
5 9 9 9 9 9 9 9 4 4 4 4 9
6 9 1 4 1 6 9 9 1 1 6 1 6
7 9 6 4 4 9 9 6 1 1 1 1 1
8 6 6 4 4 6 6 6 4 1 4 4 4
9 6 1 1 1 6 6 9 4 1 4 4 4
10 6 6 4 1 9 9 9 6 1 1 1 4
11 4 4 1 4 9 6 6 4 1 4 1 4
12 9 9 4 1 6 6 6 4 1 4 1 1
13 4 4 1 1 4 6 4 1 1 1 4 4
14 6 6 1 1 6 9 6 4 1 1 4 6
15 1 1 9 4 9 9 6 4 1 1 1 6
16 6 6 6 4 6 6 4 4 1 1 4 4
17 6 6 4 4 9 9 4 4 1 1 4 4
18 9 9 6 6 9 9 6 4 4 4 4 9
19 6 9 1 9 9 9 6 1 4 4 4 4
Tabel Survey Keluhan Gotrak 19 Pekerja Pengelasan di Area Fabrikasi

Leher

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 4 21.1 21.1 21.1

Sedang 8 42.1 42.1 63.2

Tinggi 7 36.8 36.8 100.0

Total 19 100.0 100.0

Bahu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 5 26.3 26.3 26.3

Sedang 8 42.1 42.1 68.4

Tinggi 6 31.6 31.6 100.0

Total 19 100.0 100.0

Siku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 13 68.4 68.4 68.4

Sedang 3 15.8 15.8 84.2

Tinggi 3 15.8 15.8 100.0

Total 19 100.0 100.0

Punggung Atas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 15 78.9 78.9 78.9

Sedang 2 10.5 10.5 89.5

Tinggi 2 10.5 10.5 100.0

Total 19 100.0 100.0

Lengan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 2 10.5 10.5 10.5

Sedang 5 26.3 26.3 36.8

Tinggi 12 63.2 63.2 100.0

Total 19 100.0 100.0

Punggung Bawah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 1 5.3 5.3 5.3

Sedang 6 31.6 31.6 36.8

Tinggi 12 63.2 63.2 100.0

Total 19 100.0 100.0

Tangan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 4 21.1 21.1 21.1

Sedang 10 52.6 52.6 73.7

Tinggi 5 26.3 26.3 100.0

Total 19 100.0 100.0

Pinggul

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 16 84.2 84.2 84.2

Sedang 3 15.8 15.8 100.0

Total 19 100.0 100.0

Paha

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 17 89.5 89.5 89.5

Sedang 2 10.5 10.5 100.0

Total 19 100.0 100.0

Lutut

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 17 89.5 89.5 89.5

Sedang 2 10.5 10.5 100.0

Total 19 100.0 100.0

Betis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 17 89.5 89.5 89.5

Sedang 1 5.3 5.3 94.7

Tinggi 1 5.3 5.3 100.0

Total 19 100.0 100.0

Kaki

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 11 57.9 57.9 57.9

Sedang 2 10.5 10.5 68.4

Tinggi 6 31.6 31.6 100.0

Total 19 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai