a. Jelaskan alasannya
b. Berikan contoh pada kasus tertularnya Covid-19 pada perawat yang menangani
pasien dibandingkan pekerja administrasi di rumah sakit rujukan Covid-19!
Metode Ilmiah Metode non-Ilmiah
1. Initial Observation
Banyak perawat yang tertular Covid-19
2. Hipotesis
Perawat yang menangani pasien Covid-19 berisiko tinggi tertular Covid-19.
3. Prediction
Insiden perawat yang positif Covid-19 berdasarkan data PPNI Pusat tanggal 5 Feb 2021 sebanyak
lebih dari 5 ribu orang, yang meninggal sebanyak 234 orang.
4. Desain Studi
- Observasi kepatuhan perawat dalam penerapan universal precaution /kewaspadaan standar
dalam menangani pasien Covid-19 di RS.
- Klasifikasikan perawat berdasar tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, tingkat pengetahuan.
- Bandingkan insiden Covid-19 pada perawat dengan pekerja administrasi RS.
- Validasi jika insiden Covid-19 pada perawat tinggi.
Salawati, L, 2013. Noise-Induced Hearing Loss.Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol. 13, No. 1, April 2013
3. Pak Budi adalah pekerja di pabrik semen bagian packaging. Manajemen Pabrik menyediakan masker sesuai standar
dan mewajibkan seluruh pekerja menggunakannya dengan baik dan benar untuk mencegah gangguaan pernapasan
akibat pajanan debu semen. Setelah 5 tahun bekerja, Pak Budi mengalami gangguan pernapasan berupa sering sesak lalu
menuntut manajemen untuk memberikan kompensasi karena menurutnya gangguan pernapasan tersebut merupakan
PAK. Jika Anda sebagai pihak Manajemen pabrik, bagaimana Anda dapat memastikan gangguan tersebut PAK atau
tidak? Faktor apa saja yang membiaskan penentuan hubungan antara faktor okupasi dan timbulnya gangguan?
DIAGNOSIS DAN IDENTIFIKASI PAK
01 Diagnosis Klinis
dampak bagi
kesehatannya)
- Riwayat
Penyakit
.
Reference: Kurniawidjaja LM, Ramdhan DH. Buku Ajar Penyakit Akibat Keja dan Surveilans. Jakarta:
UI Publishing, 2019
Langkah 2 : Menilai Pajanan yang Dialami
Pekerjaan sebelumnya dan/atau pekerjaan
01 tambahan lainnya
Reference: Kurniawidjaja LM, Ramdhan DH. Buku Ajar Penyakit Akibat Keja dan Surveilans. Jakarta:
UI Publishing, 2019
Langkah 3 : Menilai hubungan pajanan & penyakit
Apakah sakit yang dialami sudah
dari dulu atau merupakan new onset
Reference: Kurniawidjaja LM, Ramdhan DH. Buku Ajar Penyakit Akibat Keja dan Surveilans. Jakarta:
UI Publishing, 2019
Langkah 5 : Menilai Peranan Faktor Individu
Reference: Kurniawidjaja LM, Ramdhan DH. Buku Ajar Penyakit Akibat Keja dan Surveilans. Jakarta: UI Publishing, 2019
Langkah 6 : Menilai Faktor Lain di Luar
Pekerjaan
• Faktor pajanan di luar pekerjaan perlu diidentifikasi
agar tidak terjadi kesalahan diagnosis PAK
Reference: Kurniawidjaja LM, Ramdhan DH. Buku Ajar Penyakit Akibat Keja dan Surveilans. Jakarta: UI Publishing, 2019
FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENCARI HUBUNGAN ANTARA
FAKTOR RISIKO DAN TERJADINYA PAK
Reference: Kurniawidjaja LM, Ramdhan DH. Buku Ajar Penyakit Akibat Kerja dan
Surveilans. Jakarta: UI Publishing, 2019
4. Setelah ada individu pekerja didiagnosa PAK oleh dokter, tugas selanjutnya dari tim HSE
adalah menentukan pajanan ada di tempat kerja dan merupakan faktor risiko utama, agar
dapat melakukan pengendalian yaitu menghilangkan atau menurunkan faktor risiko yang ada
di tempat kerja, sehingga kasus dapat dicegah dan tidak terulang. Untuk itu perlu dilakukan
diagnosis epidemiologis. Postulat Hill digunakan untuk mengidentifikasi hubungan pajanan dan
penyakit. Jelaskan indikator dan langkah Postulat Hill
3. Specificity (Spesifisitas)
Pekerja terpapar Covid-19 disebabkan oleh paparan dari limbah infeksius Covid-19. Namun,
tidak menutup kemungkinan dipengaruhi oleh penyakit bawaan si pekerja sehingga dapat
memperburuk kondisi.
4. Temporal Relationship (Hubungan Temporalitas)
Harus dipastikan apakah pekerja yang terpapar Covid-19 terjadi setelah melakukan
pengelolaan limbah infeksius Covid-19. Bisa saja terpapar dari pihak keluarga / kerabat yang
OTG. Karena tidak menutup kemungkinan pekerja berinteraksi di luar perusahaan. Perlu
adanya tracing bagi siapa saja yang kontak erat dengan pekerja terdiagnosa terpapar Covid-
19.
7. Coherence (Kohorensi)
Adanya gejala khusus yang dialami oleh pekerja yang terdiagnosis terpapar Covid-19.
sehingga dapat membedakan apakah mengarah ke Covid-19 atau batuk pilek pada
umumnya. Tentunya dengan didukung tes PCR untuk memastikan keakuratan diagnosa.
8. Experimental Evidence (Eksperimen)
Belum ada data eksperimen yang dapat dibandingkan. Namun dapat juga menggunakan
data – data riwayat dari para pekerja selama mengelola limbah infeksius Covid-19.
9. Analogy (Analogik)
Adanya hubungan bahwa penularan Covid-19 dapat terjadi dari pengelolaan limbah
infeksius Covid-19.
Langkah Pencegahan :
10. Menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di area kerja (mencuci tangan, menggunakan
masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan)
11. Mengemas limbah infeksius Covid-19 dalam wadah yang tertutup rapat dan diberi label
infeksius khusus Covid-19
12. Desinfeksi area kerja secara rutin dan menjaga kebersihan area kerja
13. Menggunakan Alat Pelindung Diri lengkap : baju hazmat, sarung tangan latex, respirator,
face shield, sepatu boot
14. Tes swab antigen secara rutin bagi para pekerja
15. Pemberian multivitamin tambahan bagi para pekerja
Dalam 7 langkah diagnose klinis PAK serta rujukan diagnose PAK,
jelaskan bagian manakah yang bisa dilakukan oleh petugas K3 non
kesehatan sesuai kompetensi dan wewenangnya?
7 Langkah Diagnosis PAK
3. Hubungan Pajanan 4. Pajanan Yang Dialami
1. Diagnosa Klinis 2. Pajanan yang Dialami dengan Penyakit Cukup Besar
(HRA: K3) (Pajanan di Tempat Kerja) (Riwayat Penyakit Dahulu/ (bandingkan dengan NAB,
New Onset) IPB)
Dokter
Praktisi K3 (Ahli K3, HI, Ergonomi, dan Kesehatan Kerja)
Reference
Kurniawidjaja LM, Ramdhan DH. Buku Ajar Penyakit Akibat Kerja dan Surveilans.
Jakarta: UI Publishing. 2019.
Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja. Diakses melalui
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002746.pdf
Thankyou!