Anda di halaman 1dari 12

Resume Kuliah Bahaya Kimia

Metode Sampling dan Analisis Udara, Partikulat, Gas dan Uap


Akbar Nugroho Sitanggang, 1406568532

Sampling adalah kegiatan mengambil sebagian kecil dari sesuatu untuk melihat gambaran
keseluruhan. Di dalam hal ini, sampling udara berfungsi sebagai kegiatan pengukuran kontaminan di
udara. Jenis sampling udara dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa metode sebagai berikut:

A. Partikulat
Teknik sampling yang umum digunakan, yaitu pompa personal yang mengalirkan udara melalui
filter. Filter diletakkan pada sampling head yang dipasang pada kerah pekerja. Berat total
kontaminan yang terkumpul ditentukan dengan cara gravimetrik (selisih berat filter sebelum
sampling dengan berat filter setelah sampling). Gravimetrik merupakan teknik dasar yang digunakan
oleh beberapa metode standar (MDHS 14, NIOSH 0500 dan 0600).
1. Filter

JENIS FILTER DESKRIPSI KELEBIHAN KEKURANGAN


Glass fiber Kontaminan terkumpul Baik untuk penggunaan Kemungkinan hilangnya
pada permukaan dan pada umum, tidak fiber
bagian dalam filter terpengaruh
kelembaban udara &
efek statik
Membran Terdapat berbagai macam Pengumpulan pada Berpotensi hilangnya
jenis membran filter. permukaan diperlukan sampel. Dapat
Kontaminan hanya untuk analisis tertentu terpengaruh oleh
terkumpul pada (misal: difraksi sinar X) kelembaban udara dan
permukaan filter efek statik
Silver Membran filter yang Khusus untuk analisis Mahal dan berat, akan
membrane dilapisi dengan perak SEM dan difraksi sinar X bermasalah jika
(silver) digunakan untuk metode
Kontaminan terkumpul gravimetrik
pada bagian permukaan
filter
Nucleopore Terbuat dari polikarbonat Kuat, ringan tidak
yang telah ditembak terpengaruh
dengan partikel radioaktif kelembaban udara.
Permukaan halus
sehingga banyak
digunakan untuk analisis
dengan SEM

Mekanisme Pengumpulan
a) Interception : Terjadi saat kontak langsung partikel dengan filter dan tertangkap di
permukaan filter (terjadi jika ukuran partikel lebih besar dari pori-pori filter)
b) Inertial impaction : Terjadi saat aliran udara melalui filter terbagi di sekitar fiber dan melalui
pori-pori filter. Partikel bermomentum inertia tinggi akan terus mengalir dan akhirnya
menumbuk dan terdeposit di materi filter. Mekanisme ini sangat penting khususnya pada
kecepatan dan densitas fiber yang tinggi.
c) Electrostatic attraction
d) Diffusion : Partikel kecil umumnya bergerak random melalui aliran gas, dan jika kontak
dengan materi filter, partikel akan terdeposit di filter. Mekanisme ini umumnya terjadi pada
laju aliran rendah dan konsentrasi partikulat yang tinggi.

Karena faktor-faktor di atas, partikel berukuran lebih kecil dari pori-pori filter akan ditangkap
secara efektif. Ukuran pori-pori mulai 0,1 – 10 mikron, makin rendah ukuran, makin kecil ukuran
partikel tertangkap, namun dapat terjadi resistensi aliran udara. Misal, pori-pori 1,2 mikron
memberikan resistensi aliran udara minimum dapat mengumpulkan partikel berdasarkan
mekanisme inertial dan electrostatic.

Efisiensi Pengumpulan (Collection Efficiency)


CE tidak selalu sama, bergantung distribusi ukuran partikel dari jenis aerosol yang diukur.
Partikel kecil yang melalui filter mempunyai fraksi massa kecil. Karenanya, hasil analisis lab
pengukuran ini dinyatakan dalam massa kontaminan terkumpul.

2. Sampling Head
Sampling heads menentukan ukuran partikel yang akan dikumpulkan dan tujuan sampling,
misal untuk mengkaji pajanan total inhalable, respirable, atau total dust.
Kriteria Pemilihan Ukuran Partikel
`Kriteria utama pemilihan filter holder dan sampling heads adalah tujuan sampling. Misal
untuk melakukan sampling total dust, inhalable, atau respirable. Hanya partikel ukuran tertentu
yang terdeposit di sistem pernapasan, di mana bergantung pada ukuran partikel dan densitas;
kecepatan dan arah aliran udara di dekat tubuh; apakah pekerja tersebut bernapas melalui
hidung atau mulut. Klasifikasi umum (ISO 7708) untuk membedakan ukuran debu, yaitu:
inhalable particle (fraksi airborne dustukuran ≥100 μm yang masuk melalui hidung dan mulut
selama bernapas, dan terdeposit di hidung); thoracic particle (ukuran >4-10 μm terdeposit di
toraks/laring, belum ada NAB); respirable particle (ukuran <4 μm terdeposit di paru).
Pembedaan klasifikasi berdasarkan ukuran aerodinamika dari partikel, yaitu diameter dari
partikel berdasarkan satuan kerapatan (1 gram/ml) yang berkecepatan pengendapan sama
karena gaya gravitasi, kondisi tekanan dan kelembapan tertentu.
a. INHALABLE DUST
1) Seven Hole Sampling Head (Multi-orifice)
Digunakan bersama pompa beraliran 2 ± 0,1 L/menit. Dikembangkan oleh UKEA
sampling head yang awalnya untuk sampling radioaktif partikulat. Awalnya alat ini hanya
memiliki satu lubang di tengah, ternyata menyebabkan partikulat terdeposit di lubang
tengah itu (sehingga berkembang menjadi enam lubang tambahan agar distribusi
merata di filter).
2) The Institute of Occupational Medicine Sampler (IOM)
Didesain IOM dan hasil alat ini lebih baik dari seven hole head. Filter disangga di
filter cassette pada sampling head dengan bagian muka terbuka. Selama analisis
gravimetrik, filter dan filter cassette ditimbang bersamaan untuk mengurangi hilangnya
sampel.
3) Conical Inhalable Sampler (CIS)
Digunakan pada pompa laju aliran tinggi (3,5 ± 0,1 L/menit). Alat ini berguna
terutama untuk sampling periode pendek.
4) Pre-loaded Cassettes
Untuk memudahkan sampling partikulat dengan standar filter 37 mm. Jenis
filternya membran. Filter telah ditimbang dan filter kasetnya sekaligus jadi sampling
head. Laju aliran 1-2 L/menit.
5) Button Sampler
Dikembangkan SKC. Digunakan pada pompa laju aliran 4 L/menit. Memiliki
bagian muka bentuk kurva dengan inlet multi-orificed (terperforasi) dan filternya
diletakkan di kepala alat ini, tanpa filter kaset.

b. RESPIRABLE DUST
1) Cyclone
Memisahkan partikel besar dan kecil berdasarkan gaya sentrifugal. Udara yang
masuk berputar melalui wadah bentuk cyclone. Partikel besar menumbuk sisi
samping wadah sehingga partikel kehilangan momentumnya dan jatuh terdeposit ke
dalam bagian bawah wadah/grit pod. Partikel kecil tetap berada di aliran udara dan
terdeposit di filter dalam filter kaset. Bergantung pada dimensi dan kecepatan udara
yang melalui alat ini. Karena menggunakan konsep gaya sentrifugal, pergerakan
pekerja yang mengenakan alat ini tidak berpengaruh pada hasil pengukuran. Jenis
cyclone berbeda-beda tiap negara (AS: alumunium 2,5 L/menit dan nylon 1,7
L/menit; Inggris: Higgins-Dewell 2,2 ± 0,1 L/menit). Diperhatikan kecocokan jenis
cyclone yang digunakan dengan standar ketentuan laju aliran.
2) Polyurethane Foam (PUF) Filter
Mulai digunakan untuk sampling respirable dan thoracic dust. Filter jenis ini
menggunakan polyurethane filter di sampling heads IOM maupun conical. Dua jenis
filter (filter sampling respirable terbuat dari PUF dan filter biasa). Filter dari PUF
berpori-pori yang dapat dilalui partikel yang ukurannya lebih besar dari respirable
dust, sehingga partikel lainnya akan terdeposit di filter biasa. Setelah sampling
selesai, kedua filter ditimbang, jadi diketahui konsentrasi respirable dan total
inhalable dust.
3) Horizontal Parallel Plate Elutriator
Paling lama digunakan. Mekanisme pemisahan ukuran partikel dengan HPPE.
Udara melalui sejumlah lempengan logam yang diletakkan horizontal. Partikel
terdeposit dengan gaya gravitasi (sedimentasi). Partikel besar terjatuh lebih dulu
dan terdeposit di lempengan, kecepatan jatuh sebanding diameter aerodinamiknya.
Partikel kecil jatuh lebih lambat dan tersuspensi melalui elutriator. Karakteristik
pengumpulan partikel bergantung pada jarak antar lempengan dan kecepatan
udara. Elutriator mengandalkan gravitasi, sehingga letak arah alat menjadi penting
dan dijaga tetap horizontal. Karenanya, tidak digunakan pada pekerja, hanya untuk
sampling statik. Contoh, alat ini dibuat MRE dan SIMSLIM untuk pertambangan, tapi
sudah tidak diproduksi lagi.
4) Impactors
Prinsip dasar tumbukan antara partikel dengan permukaan datar. Jika partikel
berkecepatan tinggi menumbuk flat surface di sudut 90°, terjadi perubahan cepat
pada momentum dan arah partikel sekitar lempengan sehingga partikel terpisah
dari udara. Semakin besar partikel, semakin besar kemungkinan terpisah dari udara.
Semakin cepat pergerakan udara, semakin kecil ukuran partikel yang bertumbuk di
flat surface. Impactor lempengan tunggal digunakan untuk sampling diesel
particulate matter (DPM). Digunakan bersamaan cyclone yang memisahkan
respirable dari udara dan DPM akan menampung partikel ukuran < 1 mikron pada
filter. Cascade impactor mempunyai serangkaian lapisan lempengan tempat udara
dilewatkan. Melalui ini berbagai ukuran partikel berbeda dikumpulkan di setiap
lapisan impactor. Sampling personal umumnya menggunakan cascade impactor.
5) CIP 10
Dikembangkan organisasi INERIS di Prancis. Udara dilewatkan pada laju aliran 10
L/menit dengan adanya rotasi di filter polyurethane foam. Foam sebagai pre-
selektor, fraksi tertentu saja yang dikumpulkan pada foam berikutnya di filter kaset.
Dapat untuk membedakan respirable, thoracic, inhalable.
c. RESPIRABLE FIBER
Untuk fiber asbestos dan jenis fiber lainnya digunakan open faced yang dilengkapi
electrically conductive cowl yang menjamin laju aliran bersifat laminar. Open faced
menjamin distribusi deposit fiber merata di permukaan filter. Laju aliran bergantung jenis
fiber yang disampel. Sampling personal menggunakan laju aliran 1 L/menit dengan periode
agak lama. Untuk periode sampling lebih cepat (misal, 10 menit), perlu laju aliran lebih
tinggi, yaitu 4 L/menit.

Metode Sampling Lain untuk Partikulat


a) Electrostatic precipitators : Laju alir tinggi dilewatkan pada medan aliran listrik voltase
tinggi, partikulat yang melewati ini akan tertarik pada dinding silinder.
b) Impingers : Awalnya untuk mengumpulkan partikulat. Debu ditarik ke dalam cairan yang
ada di impinger. Saat partikel menumbuk bagian bawah impinger (disebut impinge),
partikel kehilangan kecepatannya dan menjadi basah oleh cairan tersebut. Karenanya,
impinger selain untuk sampling gas dan uap, juga digunakan untuk sampling partikulat.

B. Gas dan Uap


1. Adsorpsi
Pada teknik ini, kontaminan gas dan udara ditangkap pada permukaan suatu media sorben
padat melalui tabung gelas kecil yang disebut sorbent tube. Ada dua bagian utama di dalam
tabung, yaitu bagian depan (lapisan utama sorben) yang akan menangkap gas dan uap dan
bagian belakang (backup section) untuk menyimpan kontaminan berlebih yang tidak mampu
ditampung oleh bagian depan. Sorbent tube yang telah berisi kontaminan kemudian dibawa ke
laboratorium dan didesorpsi kembali menggunakan salah satu dari dua cara, yaitu bahan kimia
seperti karbon disulfide atau menggunakan panas. Berikut adalah beberapa jenis sorben:
a) Activated charcoal—sorben yang terbuat dari kulit kelapa ini memiliki permukaan luas dan
bersifat reaktif. Oleh karenanya senyawa ini tidak dapat digunakan untuk senyawa reaktif.
Selain itu, efisiensi dari jenis sorben ini juga tergolong rendah. Sorben ini memerlukan
campuran larutan pendesorpsi jika akan mengadsorpsi senyawa polar dan non-polar.
b) Silika gel—sorben ini sering digunaka untuk senyawa polar dan beberapa senyawa organic
yang tidak dapat dikumpulkan charcoal, seperti senyawa amina dan nitro. Kelemahan
sorben jenis ini adalah sifatnya yang higroskopis (mudah menyerap air), sehingga dapat
mengurangi kapasitas adsorpsinya.
c) Polimer berpori—sorben ini memiliki luas permukaan rendah dan kurang reaktif apabila
dibandingkan dengan charcoal. Oleh karena itu, kontaminan akan mudah untuk didesorpsi
sehingga lebih sering menggunakan thermal desorption (desorpsi menggunakan panas).
Keuntungan: tidak menggunakan pelarut kimia yang bersifat toksik seperti CS 2 dan dapat
meminimisasi kehilangan sampel kontaminan.
d) Molecular sieve—merupakan teknik adsorpsi berdasarkan ukuran molekul senyawa. Contoh
sorben: zeolite dan carbon molecular sieve. Kelemahan: kelembaban tinggi sehingga
molekul air sering teradsorpsi. Penggunaan tabung pengering dapat dilakukan untuk
minimisasi molekul air yang teradsorpsi.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi adsorpsi, yaitu:

a) Temperatur
Adsorpsi adalah proses yang eksotermis. Oleh karena itu, adsorpsi akan berkurang pada
temperatur lebih tinggi.
b) Kelembaban
Uap air mudah diadsorpsi oleh jenis sorben polar, sehingga kelembaban yang tinggi dapat
mengurangi kemampuan sorben mengadsorpsi kontaminan.
c) Laju alir pengambilan sampel
Tingginya laju alir dapat mengurangi efisiensi adsorpsi
d) Adanya kontaminan lain
Adanya kompetisis antar kontaminan pada bagian adsorpsi mampu mengurangi efisiensi
adsorpsi.
2. Absorpsi
Teknik sampling ini digunakan untuk gas dan uap dengan cara melewatkan udara yang
mengandung kontaminan melalui sorben cair pada wadah gelah atau plastik. Teknik ini
melibatkan bubbling udara kedalam suatu cairan yang kemudian dianalisis di laboratorium.
Teknik absorbs banyak menimbulkan masalah ketika pengambilan sampel karena wadah cairan
(bubbler) yang rawan tumpah. Tetapi, teknik ini masih banyak digunakan karena ketidaksediaan
adsorben padatan untuk gas tertentu. Berikut adalah berbagai jenis bubbler:
a) Midget impinger—untuk cairan berjumlah 10-20ml
b) Fritted bubblers—untuk gas dengan reaktivitas rendah
c) Glass bead coloumn—untuk cairan pekat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi absorpsi, yaitu:

a) Ukuran gelembung udara (bubbles) yang melewati cairan


b) Laju reaksi
c) Volume cairan yang lebih dari cukup

Metode analisis dari sampling jenis absorbsi ini bergantung pada jenis gas atau uap dan jenis
absorbernya. Metode analisis tersebut diantaranya ada spektrofometri, kromat oksidasi, iodin
titrasi, reaksi kolorimetrik, dan masih banyak lagi.
Sementara itu, ada yang disebut sebagai derivatisasi atau proses dimana campuran dari
sampel direaksikan dengan campuran ke dua atau reagen yang berisis dalam peralatan
pengumpulan. Pendektan ini digunakan untuk campuran yang sangat reaktif atau tidak stabil,
sulit mengumpulkan, atau mungkin mengalami penurunan sebelum dianalisis.

3. Reaksi antara kontaminan gas dan uap dengan reagen yang terdapat pada suatu filter atau biasa
disebut dengan reagen coated on filter
4. Grab sampling—kontaminan yang ada di udara ditarik ke dalam kontainer dilanjutkan dengan
analisis selanjutnya

Adapun teknik lain yang digunakan untuk sampling uap dan gas diantaranya adalah diffusive
sampling atau sampling pasif, OSHA versatile sampler, dan polyurethane foam.

Sama halnya dengan sampling udara biasa, sampling uap dan gas juga memerlukan
sampling train (perangkat sampling) sebagai berikut:

1. Sample tube cover


2. Low flow tube holder
3. Selang yang fleksibel, misal: tygon
4. Pompa sampling

Terdapat berbagai kontainer, bags, dan syringe yang dapat digunakan untuk mengambil
sampel dari udara ambien sebelujm dilakukan analisis di laboratorium. Pompa yang digunakan
untuk pengambilan sampel dengan periode lama adalah pompa dengan laju alir rendah. Ada
dua teknik penataan dalam pengambilan sampel menggunakan sampling bag:

1. Negative pressure—udara ditarik melewati pompa kemudian masuk ke dalam sampling bag
Positive pressure—udara ditarik masuk langsung menuju sampling bag menggunakan bantuan kotak
penyimpan sampling bag
2. Positive pressure—udara ditarik masuk langsung menuju sampling bag menggunakan bantuan
kotak penyimpan sampling bag

C. Udara
1. Sampling udara berdasarkan periode waktu
a. Grab sampling
Sampling yang dilakukan sesaat (±10 menit), contohnya pada walkthrough survey. Sampling
ini dilakukan sebagai evaluasi awal untuk mengetahui kebutuhan sampling dan pengukuran
kontaminan lebih lanjut.
b. Short term sampling
Sampling yang dilakukan dalam jangka waktu pendek (±15 menit) kemudian dibandingkan
dengan Short Term Exposure Limit (STEL).
c. Long term sampling
Sampling yang dilakukan dalam jangka waktu penuh selama 8 jam kerja kemudian
dibandingkan dengan NAB 8 jam kerja.
d. Continuous sampling
Sampling yang dilakukan secara kontinu untuk mengetahui profil pajanan dan konsentrasi
kontaminan kimia setiap saat selama proses kerja.
2. Sampling udara berdasarkan lamanya periode waktu
a. Instantaneous sample (dilakukan sesaat), contoh: grab sampling.
b. Integrated sample (dilakukan selama periode pajanan tertentu, baik waktu pajanan 15
menit, maupun waktu pajanan 8 jam kerja)
3. Sampling udara berdasarkan lokasi sampling
a. Personal sampling (mengukur pajanan perorangan pada pekerja), alat sampling diletakkan
pada breathing zone pekerja dan dibawa secara kontinu selama pekerja melakukan
pekerjaannya.
b. Area/General sampling (mengukur pajanan keseluruhan tempat kerja), alat sampling
diletakkan di lingkungan kerja.
4. Sampling udara berdasarkan ada/tidaknya aliran udara ke dalam media sampling
a. Active sampling (pengambilan sampel menggunakan peralatan mekanik seperti pompa)
b. Passive sampling (pengambilan sampel tanpa menggunakan pompa)

Di dalam prosesnya, sampling memerlukan serangkaian peralatan yang disebut dengan


sampling train. Berikut adalah lima komponen utama dari sampling train:

1. Media pengumpulan sampel


Contoh: Filter dan adsorben padat atau cair
2. Holder sebagai pegangan untuk media
Contoh: sampling head untuk debu dan tabung kaca
3. Pompa untuk menarik udara masuk ke dalam media pengumpul sampel
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan agar pompa dapat digunakan secara optimal.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
a) Stabilitas laju alir harus konstan dan pompa harus stabil
b) Flow pulsation, dimana laju alir tidak boleh mengalami hambatan (pulsation free)
c) Kapasitas baterai
d) Orientasi atau penanganan, dimana kinerja pompa tidak boleh dipengaruhi oleh letak atau
orientasinya
e) Keselamatan, yaitu pompa harus electrical dan fire proof (ditunjukan dengan simbol Ɛx)
f) User acceptability, dimana pekerja harus merasa nyaman saat menggunakan pompa
g) Perawatan

Terdapat tiga kategori utama pompa berdasarkan laju alirnya, yaitu:

a) Pompa dengan laju alir rendah (low flow pump)


Laju alir 10-500 ml/min dan digunakan untuk sampling personal gas dan uap menggunakan
tabung adsorben
b) Pompa dengan laju alir medium (medium flow pump)
Laju alir 0.5-4 l/min dan digunakan untuk sampling personal partikulat
c) Pompa dengan laju alir tinggi (high flow pump)
Laju alir 10-100 l/min dan digunakan untuk sampling static seperti sampling debu kapas

Sementara itu, berdasarkan mekanisme kerjanya, ada tiga jenis pompa yang terdiri dari:

a) Pompa diafragma
Pada pompa ini, diafragma digerakan oleh motor penggerak. Pergerakan diafragma yang
fleksibel omenyebabkan timbulnya pulsa laju alir (pulsating flow) sehingga harus digunakan
bersama flow dampening untuk menghilangkan pulsa agar diperoleh laju alir yang stabil.
Kekurangan pompa ini adalah bagian diafragma yang mudah rusak oleh partikel debu atau
uap pelarut sehingga berpotensi menyebabkan kebocoran.
b) Pompa piston
Cara kerja pompa ini sama dengan diafragma, kecuali motor penggerak yang menggerakan
rigid piston, bukan diafragma fleksibel. Pompa ini bekerja berdasarkan mekanisme aliran
pulsa.
c) Rotating vane
Pompa ini tersusun dari rotor, berisi sejumlah kipas yang dipasang berurutan, pada eccentric
axis di dalam sebuah silinder. Pada saat rotor berputar, ruang udara diantara kipas akan
mengembang dan berkontraksi sehingga menimbulkan laju alir dari lubang inlet ke lubang
outlet yang berada di titik ekspansi dan kompresi paling maksimum. Pompa ini tidak
memerlukan katup karena rotornya memiliki lebih dari satu kipas yang berotasi pada
kecepatan tinggi sehingga menghasilkan laju alir yang stabil.
4. Alat kalibrasi untuk mengatur dan mengecek laju alir pompa
Kalibrasi laju alir pompa merupakan hal yang penting untuk menjamin bahwa volume udara
yang diambil dapat diketahui secara akurat. Terdapat dua klasifikasi standar kalibrasi pompa,
yaitu:
a) Standar primer: langsung mengacu pada standar nasional dan tidak perlu dikalibrasi.
Berikut adalah alat kalibrasi standar primer:
- Bubble flow meters
Terdiri atas tiga perangkat, yaitu tabung buret yang memiliki skala volume, air sabun
dan wadahnya, dan stop watch. Perhitungan untuk mengetahui laju alir pompa dapar
menggukan rumus berikut:
volume udara ( liter )
Laju alir pompa =
waktu( menit)
Percobaan untuk menentukan laju alir pompa harus dilakukan minimal tiga kali dengan
error tidak boleh melebihi 1% agar pompa dapat digunakan. Alat ini digunakan untuk
kalibrasi pompa sebelum sampling dilakukan. Alat ini juga tidak praktis digunakan di
lapangan sehingga harus digunakan di laboratorium.
b) Standar sekunder: perlu dikalibrasi pada interval regular terhadap standar primer. Standar
ini kurang akurat, namun mudah digunakan dan praktis untuk kalibrasi di lapangan. Berikut
adalah alat kalibrasi standar sekunder:
- Electronic bubble flow meter
Alat ini merupakan versi elektronik dari soap bubble flow meter, dimana terdapat sensor
yang menentukan titik awal dan titik akhir lapisan gelembung sabun bergerak, kemudian
laju alir pompa dapat diketahui. Sensor pada alat ini dapat berkurang keakuratannya
sewaktu-waktu, oleh karena itu diperlukan kalibrasi terhadap standar primer, minimal
sekali dalam setahun
- Electronic frictionless piston meters
Alat ini memiliki piston yang bergerak melalui silinder gelas dan sensor elektronik untuk
mengetahui laju alir pompa secara otomatis.
- Rotameter
Alat ini paling sering digunakan di lapangan karena praktisitasnya. Rotameter terdiri dari
tabung gelas dengan skala volume dan alat penunjuk aliran yang berupa float atau bola.
Saat ini, rotameter juga telah dilengkapi built-in rotameter sehingga setiap saat laju alir
pompa dapat diketahui.
5. Pipa/selang (tube) untuk menghubungkan seluruh perangkat

Referensi:

- Lestari, Fatma. (2009). Bahaya Kimia: Sampling dan Pengukuran Kontaminan Kimia di Udara.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai