Anda di halaman 1dari 28

QBD 6

MODEL SIKLUS RAPKAPIEK-Plus

Kelompok 3
Akbar N. Sitanggang 2006559054
Ari Omar Mochtar 2006504912
Goldwin Ricky Aritonang 2006504976
Wahyuni 2006559426
Table of Contents

1 Bentuk Model Siklus


RAPKAPIEK-Plus 3 Tahapan Rekognisi dalam
Siklus RAPKAPIEK-Plus

Perbedaan Siklus RAPKAPIEK-


2 Plus dengan Siklus
RAPKAPIEK
4
Tahapan Komunikasi dalam
Siklus RAPKAPIEK-Plus
Bagaimana bentuk model siklus
1. RAPKAPIEK-Plus? Apa yang
membedakan dengan Siklus
RAPKAPIEK? Mengapa
diperlukan ‘Plus’?
Siklus RAPKAPIEK-Plus
Rekognisi Hazard
& Risiko Kesehatan
PKDTK PKP
Analisis Kebutuhan
Kontinuitas & Keinginan

Inisiasi:
1. Etika dan Nilai
2. Kepemimpinan &
Partisipasi Pekerja Perencanaan
Evaluasi
3. Penghimpunan & Program
Ilmu
Mobilisasi SDM &
Manajemen
Sarana Prasarana

Teori Faktor
Pembentukan Eksternal
Implementasi Komunikasi Perilaku (Sosekbud)

Persiapan
Kurniawidjaja LM, Martomulyono, & Susilowati IH. 2020.
Evaluasi, Pengembangan dan Best Practice
Green and Keuter (1974)
Evaluasi berdasarkan
pengalaman
● Kegagalan analisa
● Target tidak realistis
● Inefektivitas intervensi
● Minimnya:
○ Respons
○ Partisipasi
○ Kompetensi
○ Komitmen
○ Resources

Kurniawidjaja LM, Martomulyono, & Susilowati IH. 2020.


Pembangunan Etika dan Nilai Organisasi
Etika
Kakimoto. K. (2020)
● ”rules of behaviour based on ideas about
what is morally good and bad”
● Prima facie

Nilai
● Human being
● Being human

Kuhn. E., et al. (2020)


● Ethical issues in WHP
○ Autonomy and voluntariness
○ Responsibility and Privacy
○ Discrimination and Stigmatization
○ Distributive justice
Kurniawidjaja LM, Martomulyono, & Susilowati IH. 2020.
Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja
Kepemimpinan
● Doing things right vs doing right things
● Karakteristik pemimpin: Yao, L., et al. (2021)

o Visioner o Komunikasi Conservation of


o Berani tampil o Monev Resources
o Memotivasi o Afeksi dan
empati
Social Learning
Theory

Partisipasi Pekerja
Job Demands-
Tsai, R., et al. (2019) Resources
● Faktor yang memengaruhi partisipasi
pekerja Social Exchange
Theory
○ Sosiodemografi
○ Jenis pekerjaan
○ Karakteristik organisasi/ perusahaan
Kurniawidjaja LM, Martomulyono, & Susilowati IH. 2020.
Penghimpunan, Mobilisasi SDM, Sarana
SDM
● Hal yang perlu diperhatikan dalam
penghimpunan anggota Tim PKTK3
○ Integritas, etika dan nilai luhur Mobilisasi
○ Komunikasi efektif
Greenberg et al. (2021)
○ Sehat fisik, mental
● Health ambassadors in workplace
○ Pola pikir sesuai misi ● Peran penting middle manager disamping top
○ Perilaku sehat management
○ Keahlian dan pengalaman ● Perlunya posisi strategis dan training yg
relevan shg dapat menggerakkan yg lainnya
Sarana dan sumber daya ● Pemberdayaan kelompok dalam intervensi =
broader reach dan efikasi
Burton, J. (2010) dlm Kurniawidjaja (2020)
● Ruang pertemuan (tmsk rapat virtual)
● Waktu dan komunikasi
● Perizinan
● Pendanaan
● Peralatan Kurniawidjaja LM, Martomulyono, & Susilowati IH. 2020.
2. Pada tahapan rekognisi, tidak cukup
hanya dilakukan penilaian risiko
kesehatan fisik dan mental pekerja,
jelaskan mengapa? Dan sebutkan apa
saja yang perlu dinilai?
Rekognisi Hazard dan Risiko kesehatan

Langkah awal Bertujuan utk


untuk identifikasi
menentukan masalah kes
prioritas program pekerja

Sebagai dasar
analisis untuk
menentukan
prioritas program.

Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020), Kurniawidjaja, LM. (2015).
4 aspek penilaian dalam tahap Rekognisi

Penilaian tingkat atau status kesehatan pekerja baik fisik maupun


mental, sebagai individu dan kelompok pekerja (SEG)

Penilaian risiko kesehatan pekerja.

Penilaian kesiapan melakukan perubahan baik sebagai individu atau


sebagai kelompok pekerja

Penilaian kesiapan pemimpin organisasi untuk memastikan peluang


melaksanakan program.

Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020).


Mengapa pada tahap rekognisi tidak cukup hanya
penilaian risiko kesehatan fisik dan mental pekerja saja?

Penilaian status kesehatan pekerja dan risiko kesehatan (fisik dan mental) = kita
menemukan masalah kesehatan.

Masalah kesehatan yaitu kesenjangan antara kondisi saat ini (what it is) & yang
seharusnya (what should be).

Dilanjutkan dengan penilaian selanjutnya, yaitu penilaian kesiapan melakukan


perubahan (pekerja & organisasi).

Supaya dapat menetapkan sampai tahap mana kesiapan pekerja dan organisasi
dalam melakukan perubahan; mengacu pada model TTM (transtheoretical model)

Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020).


Penilaian Status Kesehatan Pekerja
Didapat dari hasil pemeriksaan kesehatan,
mencakup informasi:
5. Identifikasi kondisi
1. Status kesehatan 3. Profil faktor risiko kesehatan yg mrpk
pekerja (fisik, mental). kesehatan tertentu. kontraindikasi
pemeriksaan slnjutnya. 7. Status gizi; kelebihan
atau defisiensi nutrient
2. Kapasitas kerja; tertentu.
kebugaran pekerja 4. Identifikasi ggn 6. Identifikasi kondisi
kesehatan yang perlu kesehatan yg
(prima, optimal atau
penanganan segera. memerlukan pemeriksaan
kurang) lanjut.

Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020).


Tabel kategori status kesehatan pekerja hasil
HRA
Kat Status Kesehatan Pekerja

Non PAK PAK

0 Normal, tidak ada keluhan dan/atau tidak ditemukan gangguan kesehatan pada pemeriksaan
kesehatan.
1 Risiko perilaku pola hidup tidak sehat. Risiko pola kerja tidak sehat/tidak selamat.

2 Preklinik: keluhan dan/atau kelainan nilai lab, Preklinik dugaan PAK:keluhan dan/atau
radiologis atau hsl penunjang lainnya. kelainan indeks pajanan biologic, nilai lab,
radioogi atau hsl penunjang lain.

3 Diagnosis klinik non PAK Diagnosis klinik PAK

4 Penyakit berat dengan komplikasi atau tidak fit Penyakit berat dg komplikasi atau tidak fit to
to work. work.

Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020).


2. Penilaian Risiko Kesehatan (HRA)di Tempat Kerja

Langkah awal penting: data hasil WTS, data awal


identifikasi bahaya dan risiko, risalah rapat komite K3,
demografi pekerja, keluhan (data PAK dan KAK).

Sistematis, berkolaborasi dengan praktisi dari multidisiplin Sumber: Kurniawidjaja


yang kompeten, didampingi oleh pelaksana di lapangan. LM, Martomulyono &
Susilowati. (2020).

Penilaian semua bahaya/hazard: lingkungan, ergonomi,


somatik, perilaku kesehatan pekerja & psikososial.
3. Penilaian Kesiapan Pekerja dalam Perubahan Perilaku
Kesehatan

Model IPO-PPKP
Penentuan intervensi, materi pendidikan &
transtheorietical model perubahan
pelatihan, cara penyampaian dan
perilaku sebagai acuan penetapan
pendampingan yang cocok agar tercapai tujuan
intervensi, dan strategi intervensi dari
peningkatan kesehatan pekerja.
PPM (strategi predisposisi, pemungkin
dan penguat).

Penilaian kesiapan: faktor penyakit/ggn kesehatan fisik, faktor kesadaran


melakukan pencegahan, faktor mental/psikologik, faktor sosio-budaya.

Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020).


Perilaku organisasi dalam kesehatan
merupakan pijakan dasar dan faktor penggerak
penentu keberhasilan program

4. Penilaian Kesiapan
Perubahan Perilaku Etika, nilai yang dianut dan kepemimpinan
Organisasi dalam Bidang melahirkan kebijakan dan komitmen dalam
Kesehatan pelaksanaan PKDTK.

Tim menilai kesiapan perubahan perilaku


organisasi:
 Tahap awal kesadaran adanya masalah kesehatan
(awareness stage).
 Sedang mencari jalan penyelesaian (adoption stage)
 Sudah melakukan perubahan
 Sudah berprilaku baik di bidang kesehatan.
3. Apa yang menjadi ciri khas tahapan
komunikasi dalam siklus
RAPKAPIEK-Plus, yang terletak di
antara tahapan perencanaan dan
tahapan persiapan. Jelaskan!
KOMUNIKASI

TUJUAN

• Mendapatkan kesamaan persepsi untuk mencapai


konsensus diantara pemangku kepentingan
• Mendapatkan dukungan dari manajemen puncak
yang melibatkan partisipasi dari semua tingkatan
dalam organisasi

Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020).


PESAN YANG
DIKOMUNIKASIKAN

Tujuan, manfaat, target, rencana aksi


Hasil penilaian risiko kesehatan

Faktor-faktor risiko
Fasilitas yang diperlukan.
Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020).
Ciri khas Komunikasi pada siklus RAPKAPIEK-PLUS

Pesan disampaikan dengan empatik, menarik,


kompeten, jujur, terbuka untuk kritik dan saran,
serta komitmen yang tinggi.

Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020).


TAHAPAN KOMUNIKASI

1. Komunikasi dilakukan informal dengan teknik 4 mata


kepada pimpinan dan mendapatkan izin prinsip dari top
management (advokasi).

2. Presentasi materi dihadapan pengambil keputusanuntuk


mendapatkan review dan approval

3. Sosialisasi kepada pekerja untuk mendapatkan


dukungan dan ditindaklanjuti.

Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020).


TAHAPAN KOMUNIKASI

4. Menginformasikan prioritas kegiatan promosi


kesehatan yang dapat dilakukan di tempat kerja.

5. Dialog 2 arah untuk mendapatkan feedback


dari pekerja/ wakilnya dalam pertemuan formal.

6. Konsensus yang diteruskan dalam persiapan


untuk implementasi program.

Sumber: Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020).


Referensi
• Kurniawidjaja LM, Martomulyono & Susilowati. (2020). Teori dan Aplikasi Promosi Kesehatan di Tempat kerja
meningatkan Produktivitas. Jakarta: UI Publishing.

• Kurniawidjaja, LM. (2020). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta:UI-Press

• Kuhn, E., Müller, S., Heidbrink, L., & Buyx, A. (2020). The Ethics of Workplace Health Promotion. Public Health
Ethics, 13(3), 234–246.

• Yao, L., Li, P., & Wildy, H. (2021). Health-Promoting Leadership: Concept, Measurement, and Research
Framework. Frontiers in Psychology, 12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.602333

• Kakimoto, K. (2020). Is the workplace wellness program doing good?: ethical considerations around health
promotion at workplace. Environmental and Occupational Health Practice, 2(1), n/a. https://doi.org/10.1539/eohp.
2020-0016-ra https://doi.org/10.1093/phe/phaa007

• Tsai, R., Alterman, T., Grosch, J. W., & Luckhaupt, S. E. (2019). Availability of and Participation in Workplace
Health Promotion Programs by Sociodemographic, Occupation, and Work Organization Characteristics in US
Workers. American Journal of Health Promotion, 33(7), 1028–1038. https://doi.org/10.1177/0890117119844478
Q&A
1. Alfita: Pemimpin yg tdk konsisten dengan kebijakan tertulis?
Wahyuni: Peran Ahli K3 utk komunikasi, pendekatan, advokasi pimpinan, peningkatan
awareness
Ricky: Pimpinan melihat komitmnen thd kes sbg beban expanditure, tugas hse
mengadvokasikan
Asmida: Salah satu upaya efektif: pendekatan stakeholder ttinggi, dijadikan KPI pimpinan
dibawahnya, mjd terbiasa dan ada manfaat
Prof: Menghindari pendekatan represif, perlu diskusi/konsnsus dalm penentuan KPI
Yota: Ijin sharing : data yang dapat dipakai untuk approach middle management ataupun
pimpinan tertinggi terkait kesehatan adalah summary data klaim medical baik rawat jalan
maupun rawat inap (dari asuransi biasanya ada data diagnosa). Data ini juga baik jika
kemudian diikuti dengan diskusi mengenai hal - hal untuk langkah selanjutnya. Sepakat
bahwa promkes memang setahap demi setahap. Tapi begitu management menerima ide
untuk menjaga kesehatan karyawan, dukungan bisa terus didapat, sesuai dengan kondisi
perusahaan.
Q&A
2. Muhyidin: Rekognisi penilaian kemampuan/ fit to the job. Cara penilaian fit to work?
Ricky: Mandatory mcu, kriteria checklist berbeda2 sesuai jenis pekerjaan
Anhar: Penguatan CSMS, SOP, Pemanfaatan digitalisasi dalam FTW, Item pemeriksaan
FTW di sesuaiakan Hazard Based, Health based dan SEG
Andri:
1. melakukan identifikasi jenis perkerjaan yang berisiko ( WAH, Confine Space, Hot work,
Driver, dll)
2. Membuat SOP/Prosedur pemeriksaan Fit To Work (FTW)
3. Menyediakan Sumber Daya kesehatan (Gasilitas & Perugas Kesehatan)
4. Menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan (Pemeriksaan TD, Fatique,
Keseimbangan, dll)
5. Dilakukan monitoring & evaluasi berkala terkait FTW di area kerja
Q&A
Cheryl: Sebenernya penilaian fit to work kontraktor itu idealnya dari tahap csms (contractor
safety management system) sudah disyaratkan pekerja yang akan bekerja statusnya fit to
work dibuktikan dengan hasil MCU (terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang) dan menjadi poin dalam penilaian pemenang tender. Namun jika hal itu belum
terpenuhi di awal berarti menjadi tanggung jawab kita sebagai pemberi pekerjaan bersama
dengan vendor yang bersangkutan.

Kalau di perusahaan saya, hal tersebut di masukkan ke dalam KPI manajemen sehingga
dalam kontrak bekerja bisa dimasukkan nilai subsidi perusahaan untuk setiap tahunnya
kontraktor melaksanakan MCU untuk pemenuhan KPI tsb. Hal tersebut idealnya
dikomunikasikan mulai dari sebelum melaksanakan pekerjaan dan ketika pekerjaan
berlangsung. hal ini juga menjadi penting karena akan ada audit terhadap KPI tersebut.
Sehingga evaluasi dan monitoring akan berjalan.
Q&A
3. Stiati: Evaluasi RAPKPIEK, meyakinkan top manajemen (return of program investment)?
4. Sekar: Evaluasi yg ideal kapan dilakukan?
Prof: Masuk dalam perencanaan, ditentukan target evaluasinya kapan, ...
5. Frangky: Mengakomodasi perbedaan pandangan etika dan nilai?
Akbar: Dalam komitmen perusahaan/org sebelum ditentukan ada baiknya didiskusikan/ konsensus kmd
dituangkan dalam visi misi perush/org
6. Anhar: cara implementasi RAPKPIEK khususnya kontraktor yang kecil?
Yota: dengan kreatifitas, misal pengadaan program yang low budget, olahraga, yoga dsb..
Prof: pemberdayaan free platform: youtube dll
7. Mirza: bagaimana memastikan program ini bisa berjalan secara continue di tengah Pandemi saat ini? karena
beberapa program kesehatan yang kritikal ter-pending seperti MCU. (kendala misal spirometri)
Yota: MCU tetap bisa jalan dengan baik, saat ini banyak laboratorium besar bisa jalankan dengan baik
Cheryl: pengaturan jadwal/ pengorganisasian untuk minimalisasi penularan ketika MCU
Andri: bisa dengan fasilitas MCU mobile (MVU) utk minimalisasi penularan Covid
Prof: concern thd penyakit paru: TB, Pneumo, silikosis, tdk harus selalu annually,

Anda mungkin juga menyukai