Anda di halaman 1dari 30

Manajemen Penyakit Kulit Akibat Kerja

Kelompok 8

Akbar N. Sitanggang 2006559054


Diyah Ayu Lestari 2006504950
Hendra Widiyanto 2006505000
Nurul ‘Afifah Hijami 2006505070
Siti Nurmala Dewi 1906430043
Wahyuni 2006559426
Outline

01
Jelaskan maksud dan cara
04
Jelaskan perbedaan basal cell
carcinoma dengan Squamous
pemeriksaan fisik untuk
dermatitis kontak alergika! Cell Carcinoma!

02
Apa perbedaan dari dermatitis
kontak alergika dengan
05
Sebutkan macam-macam
pengendalian control untuk
dermatitis kontak iritan?
penyakit basal cell carcinoma!

03
Apa saja penyebab dan faktor
risiko chloracne?
06
Kasus Penyakit kulit akibat
kerja apa yang anda ketahui?
Sebut dan jelaskan
kejadiannya?
2
01
Jelaskan maksud dan cara
pemeriksaan fisik untuk
dermatitis kontak
alergika!
Pemeriksaan Pada Suspek
Dermatitis Kontak Alergika

Provocative
Patch Test
Use Test

Uji Photopatch

4
Patch
Test
• Untuk mendeteksi hipersensitivitas thd zat yang bersentuhan dgn kulit,
sehingga alergen dapat ditentukan dan tindakan korektif dapat diambil
• Sifatnya lebih untuk pemeriksaan konfirmasi dan diagnosis

Menggunakan TRUE
Diaplikasikan/ditempel
(thin-layer rapid-use
biasanya pada bagian
epicutaneus) dengan
punggung atas
bahan alumunium

Kemudian diobservasi
Tempelan dihapus dan evaluasi kembali
setelah 48 jam pada hari ke 4 dan ke
5
5
Morris A. ABC of Allergology: Contact Dermatitis. Current Allergy and Clinical Immunology. 2004; 17: 190-191.
Provocative Use
Test
• Dilakukan untuk mengonfirmasi reaksi patch test yang mendekati positif
terhadap bahan- bahan zat tertentu

Bahan digosok ke kulit


normal pada bagian
dalam lengan atas
selama beberapa kali
sehari selama 5 hari

James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Diseases of the Skin Clinical
Dermatology. 10th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h.91-112. 6
Uji
Photopatch
• Menggunakan uji tempel yang diaplikasikan selama 24 jam, lalu dibiarkan
terekspose sinar matahari (UV A) selama 5-15 jam/m 2 lalu kemudian
diobservasi setelah 48 jam
• Digunakan untuk mengevaluasi fotoalergi kontak terhadap zat berupa:

p-aminobenzoic
Sulfonamid Fenotiazin oxybenzone
acid

tetrachlorsalicylanid
6-metil kumarin musk ambrette
e

7
James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Diseases of the Skin Clinical Dermatology. 10th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h.91-112.
02
Apa perbedaan dari
dermatitis kontak alergika
dengan dermatitis kontak
iritan?
02
Perbedaan Dermatitis Kontak Alergika (DKA)
dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

DKA DKI
Definisi
Dermatitis yg disebabkan oleh reaksi Peradangan kulit yg disebabkan
hipersensitivitas tipe lambat thdp terpajan oleh iritan yg menimbulkan
bahan-bahan kimia yg kontak dgn kulit reaksi inflamasi & merusak jaringan
& dpt mengaktivasi reaksi alergik. kulit di tpt kontak sehingga kehilangan
fungsi proteksi alaminya.
Penyebab
Alergen : zat bahan kosmetik, metal, Iritan : Sabun/deterjen, antiseptic,
obat-obatan, tekstil, lem, tanaman antibakteri, parfum, pengawet
(bunga tulip, bunga matahari, perlengkapan mandi & kosmetik,
chrysanthemums) & karet. pelarut, desinfektan, asam & alkali,
semen, air keras, air yg mengandung
byk klor & tanaman (ranunculus,
spurge, boraginaceae)

9
02
Perbedaan Dermatitis Kontak Alergika (DKA)
dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
DKA DKI
Gejala dan Keluhan
• Kemerahan pd kulit, kulit kering, • Kulit kemerahan, panas, nyeri,
pembengkakan & gatal-gatal. melepuh dan mengelupas.
• Sensivitas membutuhkan 4 hari utk • Reaksi iritasi tjd bbrp jam setelah
berkembang. pajanan & memburuk setelah <24
jam.
Faktor Resiko
• Sifat Substansi • Faktor zat kimia (karakteristik bahan
• Sifat Kontak kimia, kelarutan, bentuk,
• Riwayat Pekerja thdp dermatitis konsentrasi, lama & frekuensi
non-alergi pajanan)
• Faktor orang (area & kondisi kulit,
umur, genetik)
• Faktor Lingkungan (temperatur,
kelembapan, gesekan, kontaminasi
pakaian)
1
0
02
Perbedaan Dermatitis Kontak Alergika (DKA)
dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
DKA DKI

Pekerja Beresiko

• Pekerja Terpajan Langsung • Petani, artis/seniman, pekerja


(konstruksi, metal, manufaktur, industry otomotif, pembuat kue,
mekanik, t.mesin; koki & penjamah bartender, pembuat buku, tukang
makanan; penyamak kulit; daging, tambang, konstruksi,
kehutanan, pertanian, tukang pembuat lem dsb, pembuat deterjen
bunga/kebun; penata rambut/tata dsb, catering, dokter/teknisi
rias; binatu & petugas kebersihan, gigi/dental, dry cleaners, ahli
percetakan & litografi. elektro, electroplaters.
• Pekerja lain (cleaning service,
petani rumput laut, kapster, pekerja
workshop otomotif dan bengkel)

1
1
02
Perbedaan Dermatitis Kontak Alergika (DKA)
dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
DKA DKI
Prosedur Deteksi Dini & Pemeriksaan Penunjang
• Anamnesis • Anamsesis 7 Langkah
• HRA • ROAT Test (Penunjang)
• Pemeriksaan fisik gejala klinis
• Patch Test (Penunjang Khusus)
Program Promosi dan Pencegahan
• Prinsip APC (Antigen Presenting Cell) : • Menjaga kebersihan diri
 Identifikasi potensi kontak alergi di tpt • Subtitusi/elimasi bahan berbahaya
kerja • Proses pekerjaan yg tertutup
 Substitusi/elimanasi bahan kimia • Automatisasi
• Local exhaust ventilation system
berbahaya
• Housekeeping
 Menjaga higienitas lingkungan & personal • Edukasi
 Edukasi promosi kesadaran thdp potensi • APD
kontak alergi di tpt kerja&rumah • Pembersih kulit
 Skrining Kesehatan pra/post pekerja • Fasilitas mencuci yg memadai
 Engineering Control (automatic tool)

1
2
03
Apa saja penyebab dan
faktor risiko chloracne?
CHLORACNE
Definisi Jenis
Chloracne yang paling sering
● Chloracne merupakan jenis ditemukan di pipi, di belakang telinga,
penyakit kulit berupa jerawat di ketiak dan daerah selangkangan.
yang memiliki karakteristik
seperti komedo, kista, dan pustula
(benjolan kecil bernanah) akibat
dari eksposur senyawa aromatik
tertentu terhalogenasi, seperti
dioxin dan Dibenzofurans
diklorinasi.

Kurniawidjaja,L.M dan Ramdhan, D.H (2019). Penyakit Akibat Kerja dan Surveilans. UI Publishing

page 14
Penyebab

Disebabkan oleh pajanan sistematik terhadap senyawa


aromatic halogen seperti
● Chlornaphtalene
● Chlorobenzene
● Chlorophenol
● dan dioksin seperti PCB ( polychlorinated
biphenyl), PCDF (polychlorinated dibenzofuran),
atau PCDD (polychlorinated dibenzo-p-dioxin ).
Penyebab dan
Gejala

Kurniawidjaja,L.M dan Ramdhan, D.H (2019). Penyakit Akibat Kerja dan


Surveilans. UI Publishing page
Gejala

Kulit Sistemik

• Muncul eritema dan edema • Sakit pada saluran


sekitar 2 – 4 minggu pencernaan, disfungsi liver,
setelah terpajan pankreatitis, neuropathy
• Berkembang menjadi • Rasa lelah, anoreksia,
komedo non – inflamasi dan impotensi, hiperlipidemia,
kista dan berkembang peningkatan kadar lemak
menjadi lebih jauh lagi dalam darah, anemia,
menjadi pustula. artritis, thyromegaly, dan
• Penyebaran lesi dimulai dari ophtalmitis
wajah, leher, kemudian
menyebar ke badan, • Gejala tersebut
ekstremitas, genitalia, dan berhubungan dengan sifat
• Kurniawidjaja,L.M dan Ramdhan, D.H (2019). Penyakit Akibat
daerah tubuh lainnya. Kerja dan Surveilans. UI Publishing
Chloracnegen yang
• Munculnya folikel rambut • www.Wikipedia.com merupakan senyawa
dengan keratin, lipofolik dan dapat
hyperhidrosis, dan tersimpan di dalam lemak
pigmentasi tubuh
FAKTOR
RISIKO Lingkungan
Individu
● Lama dan besarnya pajanan ● Keberadaan chloroacnegen
● Jenis pekerjaan ● Penggunaan pestisida dan herbisida
● Usia ● Kontaminasi pada makanan
● Kontaminasi limbah
Chloracne and Hyperpigmentation Caused by Exposure to Hazardous
Aryl Hydrocarbon Receptor Ligands

Pekerja Berisiko
• Industri manufacture kimia
• Petugas laboratorium
• Petugas maintenance
• Petugas pengolah limbah
• Pekerja industry yang menggunakan
senyawa chloroacnegen
Kurniawidjaja,L.M dan Ramdhan, D.H (2019). Penyakit Akibat Kerja dan Surveilans. UI Publishing
page 17
04
Jelaskan perbedaan Basal
Cell Carcinoma dengan
Squamous Cell
Carcinoma!
BC Kanker kulit yang terjadi di bagian bawah
epidermis akibat pajanan sinar uv pada area yang

C
terpajan dalam waktu lama. UVB menjadi faktor
yang menyebabkan BCC.

SC Kanker kulit yang terjadi di bagian squamous cell


pada permukaan epidermis akibat pajanan sinar

C
uv dalam waktu yang lama.

www.cancer.gov
Lyubomir et al., 2013
Perbedaan Basal Cell
Carcinoma dengan Squamous
Cell Carcinoma
• Kanker kulit yang paling • Kanker kulit kedua yang
sering terjadi paling sering terjadi setelah
BCC
• Muncul pada sel basal
BCC epidermis kulit (bagian SCC • Muncul pada lapisan epitel
bawah epidermis) skuamosa (bagian luar
epidermis)
• Pertumbuhannya lambat dan
jarang bermetastasis namun • Bermetastasis sehingga dapat
menyebabkan kerusakan menyebar ke bagian tubuh
lokal lainnya

• Hanya terjadi pada area kulit • Dapat terjadi dimana saja


yang terpajan sinar uv karena dapat menyebar ke
bagian tubuh lainnya
Combalia et al., 2020.
Lear et al., 2007.
www.cancer.org
www.gentlecure.com 2
Raymon et al., 2010.
Wong et al., 2003.
0
2
Hogue et al., 2019 1
Major anatomic distribution of BCC
and SCC in Caucasian and skin of
color patients.

2
Hogue et al., 2019 2
BCC
>50% BCC berpigmen
pada non kulit putih dan
5% pada kulit putih
(papule).

SCC
66% terjadi di lower limb
pada pasien berkulit
hitam diikuti kepala dan
leher

2
Hogue et al., 2019 3
05
Sebutkan macam-macam
pengendalian control
untuk penyakit basal cell
carcinoma!
PENGENDALIAN CONTROL PENYAKIT BASAL CELL CARCINOMA

Pengendalian Teknik
- Proses pekerjaan di ruang
terutup
- Sistem ventilasi yang Engineering
memadai
- Penyediaan shade area
Control

Pengendalian Administratif
Administrative Control
- Edukasi BCC
- Budaya personal Awereness
- Kewajiban pemakaian
sunblock saat bekerja

Penyediaan Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri
Helm, capeo (topi penutup
lebar), kacamata, pakaian
tertutup, dll

Sumber : Kurniawidjaja, L.M dan Ramdhan, D.H (2019). Penyakit Akibat Kerja dan Surveilans. UI Publishing
06
Kasus Penyakit kulit
akibat kerja apa yang
anda ketahui? Sebut dan
jelaskan kejadiannya?
Kasus Penyakit kulit akibat kerja:
Dermatitis Kontak Alergika (DKA) pada Tenaga Kesehatan

Hazard: Bahan Lateks (handscoon)

Alergi dan sensitisasi lateks secara


Tingkat kejadian sensitisasi Petugas kesehatan yang sensitif significant lebih tinggi pada petugas
lateks di antara petugas mempunyai risiko lebih tinggi kesehatan dengan gejala urtikaria,
kesehatan saat ini bervariasi terserang alergi jika mereka terus rhinokonjungtivitis dan asma, berkisar
antara 10 - 17%. menggunakan atau terpapar lateks. 4 – 5.6%. (
(https://www.ansell.com). https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1851
0273/
).

2
7
DKA

DKA muncul saat kulit bersentuhan


dengan alergen (seperti sarung tangan
lateks) yang menyebabkan sistem
kekebalan tubuh bereaksi tidak normal
dan menyerang sel serta jaringan sehat
sehingga kulit meradang dan nyeri

Gejala dan keluhan lain


berupa kemerahan pada
kulit, kulit kering,
pembengkakan dan gatal- Kelainan kulit bergantung
gatal pada keparahan dermatitis

(Kurniawidjaja & Ramdhan,


2019)
2
8
Tipe reaksi alergi
lateks:
Tipe I Tipe 2
reaksi langsung, dapat lokal
atau sistemik, dimediasi oleh
antibody Ig E, reaksi berupa
edema, rhinitis, bersin, urtikaria, Reaksi sitotoksik,
wheezing, sesak nafas, asma, dimediasi oleh antibody
bronkospasme, serangan Ig G atau Ig M.
mendadak; kolaps sirkulasi dan
shock anafilaktik.

Tipe 3
Tipe 4

Reaksi komplek imun, Dermatitis kontak, reaksi dimediasi


dimediasi oleh antibody Ig G oleh limfosit T yang peka, reaksi
atau Ig M yang menempel berupa eritema, pruritis, vesikulitis,
papula dan pengelupasan.
pada antigen.

2
https://aornjournal.onlinelibrary.wiley.com/ . 9
Referensi

• Kurniawidjaja LM, Ramdhan DH. Buku Ajar Penyakit Akibat Kerja dan Surveilans. Jakarta: UI
Publishing, 2019
• www.cancer.org
• www.gentlecure.com
• Raymon et al., 2010. Squamous Cell Carcinoma. Journal of Dermatology Nurses’ Association.
• Wong et al., 2003. Basal Cell Carcinoma. Brtish Medical Journal.
• Lear et al., 2007. Basal Cell Carcinoma: Review of Epidemiology, Pathogenesis, and Associated Risk
Factors. Journal of Cutaneous Medicine and Surgery
• Combalia et al., 2020. Squamous Cell Carcinoma: An Update on Diagnosis and Treatment
• Lyubomir et al., 2013. Clinical Variants, Stages, and management of Basal Cell Carcinoma. Indian
Dermatology Online Journal
• Hogue et al., 2019. Basal Cell Carcinoma, Squamous Cell Carcinoma, and Cutaneous Melanoma in
Skin of Color Patients. Clinics in Dermatology
• Morris A. ABC of Allergology: Contact Dermatitis. Current Allergy and Clinical Immunology. 2004;
17: 190-191.
• James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Diseases of the Skin Clinical Dermatology. 10th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h.91-112.
• De Moraes Lopes, & Mendes Lopes,. (2000). Latex Allergy in Health Care Personnel. AORN Journal,
72(1), 42–46. doi:10.1016/s0001-2092(06)62036-x ,
https://aornjournal.onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1016/S0001-2092%2806%2962036-X
• Filon & Cherci. (2008). Epidemiology of latex allergy in healthcare workers.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18510273/

Anda mungkin juga menyukai